Edaran Cuti Pegawai Rsws 2024

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

-1-

SURAT EDARAN
NOMOR : KP.05.02/D.XIX/16602/2024
TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERIAN CUTI


BAGI ASN DAN PEGAWAI NON ASN
DI LINGKUNGAN RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/A/3146/2024 tentang Tata Cara Pelaksanaan


Pemberian Cuti bagi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan Tanggal 12 Juni
2024, maka tata cara pelaksanan pemberian cuti di lingkungan RS Wahidin Sudirohusodo sebagai
berikut :

Cuti PNS, PPPK dan Pegawai Non ASN terdiri atas:


a. Cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti melahirkan, cuti karena alasan penting, cuti di luar
tanggungan negara, dan cuti bersama yang berlaku untuk PNS; dan
b. Cuti tahunan, cuti sakit, cuti melahirkan, dan cuti bersama yang berlaku untuk PPPK
c. Cuti tahunan, cuti sakit, cuti melahirkan, dan cuti bersama yang berlaku untuk Pegawai
Non ASN

A. Cuti bagi PNS dilaksanakan dengan ketentuan:


a. Cuti Tahunan
1) Hak Cuti Tahunan
a) PNS termasuk CPNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun secara
terus menerus berhak atas cuti tahunan.
b) Lamanya hak atas cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja.
c) Pemberian cuti tahunan harus memperhatikan kekuatan jumlah pegawai pada
unit kerja yang bersangkutan.
2) Penggunaan Cuti Tahunan
a) Cuti tahunan dapat digunakan selama 1 (satu) hari kerja.
b) Penggunaan cuti tahunan untuk melaksanakan ibadah umroh maupun bentuk
ibadah bagi umat beragama lain menggunakan cuti tahunan yang sedang berjalan
termasuk sisa cuti tahun sebelumnya.
c) Cuti tahunan yang akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya maka
jangka waktu cuti tahunan tersebut ditambah untuk paling lama 12 (dua belas) hari
kalender.
d) Penggunaan hak cuti tahunan yang dilaksanakan antar tahun menggunakan sisa
hak cuti tahunan sebelumnya.
3) Penangguhan Cuti Tahunan yang Tersisa
a) Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya oleh Pejabat yang
Berwenang memberikan cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila terdapat
kepentingan dinas mendesak.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
b) Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dapat digunakan dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja
termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
c) Cuti tahunan yang tersisa 6 (enam) hari kerja atau kurang tetap menjadi hak
PNS yang bersangkutan pada tahun berikutnya tanpa harus dimintakan
penangguhan oleh PNS kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
d) Cuti tahunan yang tersisa lebih dari 6 (enam) hari kerja harus dimintakan
penangguhan oleh PNS kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti
dengan pertimbangan karena kepentingan dinas yang mendesak agar hak cuti
yang ditangguhkan dapat dilaksanakan tahun berikutnya.
e) Tanpa adanya persetujuan penangguhan dari pejabat yang berwenang
memberikan cuti, lamanya cuti tahunan yang dapat diambil dalam tahun yang
sedang berjalan menjadi paling lama 18 (delapan belas) hari kerja.
f) Pejabat yang Berwenang memberikan cuti dapat menangguhkan cuti tahunan
paling lambat akhir bulan Desember tahun yang berjalan.
4) Penggunaan Cuti Tahunan yang Tersisa
a) Cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya dengan cuti
tahunan tahun yang sedang berjalan, dapat diambil untuk paling lama 18
(delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan dan 24
(dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan,
apabila cuti tahunan tidak diambil 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut.
b) Pengajuan permohonan cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan
penggunaannya dengan cuti tahunan yang sedang berjalan harus
mencantumkan jumlah cuti tahunan yang tersisa dari cuti tahunan pada masing-
masing tahun yang bersangkutan.

b. Cuti Besar
1) Hak Cuti Besar
a) PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus
berhak atas cuti besar.
b) Dikecualikan sebagaimana dimaksud pada huruf a, yaitu:
(1) Cuti besar yang digunakan untuk kepentingan agama, yaitu menunaikan
ibadah haji pertama kali dengan melampirkan jadwal
keberangkatan/kelompok terbang yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang menyelenggarakan ibadah haji; dan
(2) Melahirkan anak keempat dan seterusnya.
c) Cuti besar untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya tidak dapat
ditangguhkan.
d) Cuti besar diberikan paling lama 3 (tiga) bulan.
e) PNS yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam tahun
berjalan.
2) Penggunaan Cuti Besar
a) PNS wajib merencanakan penggunaan cuti besar sejak awal tahun.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
b) PNS yang akan atau telah melaksanakan cuti besar berhak atas cuti bersama, cuti
sakit, cuti melahirkan, cuti karena alasan penting, dan cuti di luar tanggungan
negara.
c) Cuti tahunan yang diambil sebelum cuti besar pada tahun berjalan, mengurangi
jumlah hak cuti besar yang akan diambil pada tahun tersebut.
d) PNS yang telah mengambil cuti besar dan masih mempunyai sisa hak cuti tahunan
pada tahun sebelumnya maka dapat menggunakan sisa hak atas cuti tahunan
tersebut.
e) PNS yang menggunakan cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan, maka sisa cuti besar
yang menjadi haknya hapus.
f) PNS yang akan menunaikan ibadah haji untuk pertama kali wajib menggunakan
hak cuti besar.
g) Dalam hal PNS tidak mempunyai hak cuti besar karena telah digunakan
sebelumnya serta tidak cukup mempunyai sisa hak cuti tahunan, maka PNS yang
akan menunaikan ibadah haji diberikan hak cuti besar untuk menunaikan ibadah
haji dengan ketentuan yang bersangkutan tidak berhak untuk cuti besar selama 10
(sepuluh) tahun masa kerja berturut-turut terhitung mulai tanggal berakhirnya cuti
besar terakhir.
h) Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya untuk paling lama 1 (satu)
tahun apabila terdapat kepentingan mendesak, kecuali untuk kepentingan agama.

c. Cuti Sakit
1) Hak Cuti Sakit
a) PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
b) PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1
1/2 (satu setengah) bulan.
c) PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas
kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu mendapat perawatan berhak
atas cuti sakit sampai yang bersangkutan sembuh dari penyakitnya.
2) Penggunaan Cuti Sakit
a) PNS yang sakit harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
yang Berwenang memberikan cuti untuk memberikan cuti sakit dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang memiliki izin praktik yang dikeluarkan
oleh pejabat/instansi yang berwenang.
b) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada huruf a paling sedikit
memuat pernyataan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti, dan
keterangan lain yang diperlukan.
c) Surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter dari aplikasi/akses layanan digital
tidak dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemberian cuti sakit.
d) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada huruf a diberikan untuk waktu paling lama
1 (satu) tahun.
e) Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud pada huruf d dapat ditambah
untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
keterangan Tim Penguji Kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
f) PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada huruf e, harus diuji kembali kesehatannya oleh tim penguji
kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
g) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud pada
huruf f, PNS belum sembuh dari penyakitnya, PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat dari Jabatannya karena sakit dengan mendapat
uang tunggu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h) PNS yang telah menggunakan cuti sakit untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun 6 (enam) bulan dan telah aktif bekerja kembali, berhak atas cuti bersama,
cuti tahunan, cuti besar, cuti melahirkan, cuti karena alasan penting, dan cuti di
luar tanggungan negara.

d. Cuti Melahirkan
1) Hak Cuti Melahirkan
a) Merupakan hak PNS untuk kelahiran anak pertama, kedua, dan ketiga pada saat
menjadi PNS.
b) Lamanya cuti melahirkan diberikan selama 3 (tiga) bulan.
2) Penggunaan Cuti Melahirkan
a) PNS yang telah menggunakan cuti melahirkan, berhak atas cuti bersama, cuti
tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti karena alasan penting, dan cuti di luar
tanggungan negara.
b) PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar untuk kelahiran anak
keempat dan seterusnya berhak atas cuti bersama, cuti tahunan yang tersisa
pada tahun sebelum digunakan cuti besar, cuti sakit, cuti karena alasan penting,
dan cuti di luar tanggungan negara.

e. Cuti karena Alasan Penting


1) Hak Cuti Karena Alasan Penting
Hak atas cuti karena alasan penting digunakan paling lama 1 (satu) bulan.
2) Penggunaan Cuti Karena Alasan Penting
a) PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila:
(1) ibu, bapak, istri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit
keras yang dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan rawat inap dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau meninggal dunia;
(2) salah seorang anggota keluarga sebagaimana dimaksud pada angka 1
meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang- undangan PNS yang
bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang
meninggal dunia; atau
(3) melangsungkan perkawinan.
b) PNS yang terdampak kahar, seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, dan gempa
bumi dengan melampirkan surat keterangan paling rendah dari Ketua Rukun
Tetangga.
c) PNS laki-laki yang istrinya melahirkan/operasi caesar dengan melampirkan surat

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
keterangan rawat inap dari unit pelayanan kesehatan.
d) PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia yang rawan dan/atau
berbahaya guna memulihkan kondisi kejiwaan PNS yang bersangkutan.
e) Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang bersangkutan tidak dapat
menunggu keputusan dari Pejabat Yang Berwenang memberikan cuti, pejabat
yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin
sementara secara tertulis untuk menggunakan hak atas cuti karena alasan
penting.
f) PNS yang telah menggunakan cuti karena alasan penting berhak atas cuti
bersama, cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang
tersisa, cuti besar, cuti sakit, cuti melahirkan, dan cuti di luar tanggungan negara.

f. Cuti Bersama
1) Hak Cuti Bersama
Presiden dapat menetapkan cuti bersama yang ditetapkan melalui Keputusan
Presiden.
2) Penggunaan Cuti Bersama
a) Cuti bersama yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden tidak mengurangi hak
cuti tahunan.
b) PNS yang karena jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, hak cuti
tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak diberikan.
c) Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf b hanya
dapat digunakan dalam tahun berjalan.
d) Dalam hal tanggal cuti bersama adalah beberapa hari terakhir dalam tahun
berjalan, maka penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan sebagaimana
dimaksud pada huruf c dapat digunakan pada tahun berikutnya.

g. Cuti di Luar Tanggungan Negara


1) Hak atas Cuti di Luar Tanggungan Negara
a) PNS yang telah bekerja paling kurang 5 (lima) tahun secara terus-menerus dapat
diberikan cuti di luar tanggungan negara karena alasan-alasan pribadi yang
penting dan mendesak.
b) Cuti di luar tanggungan negara dapat dikabulkan atau ditolak oleh Menteri
berdasarkan persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara.
c) Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun
dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan
yang penting untuk memperpanjangnya.
2) Penggunaan Cuti di Luar Tanggungan Negara
a) Cuti di luar tanggungan negara dapat digunakan dengan alasan pribadi yang
penting dan mendesak antara lain:
(1) Mengikuti atau mendampingi suami/istri tugas negara/tugas belajar di
dalam/luar negeri yang dibuktikan dengan surat penugasan atau surat
perintah tugas negara/tugas belajar dari Pejabat yang Berwenang;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
(2) Mendampingi suami/istri bekerja di dalam/luar negeri yang dibuktikan dengan
surat keputusan atau surat penugasan/pengangkatan dalam jabatan;
(3) Menjalani program untuk mendapatkan keturunan yang dibuktikan dengan
surat keterangan dokter spesialis;
(4) Mendampingi anak yang berkebutuhan khusus yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter spesialis;
(5) Mendampingi suami/istri/anak yang memerlukan perawatan khusus yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter spesialis; dan/atau
(6) Mendampingi/merawat orang tua/mertua yang sakit/uzur yang dibuktikan
dengan surat keterangan dokter.
b) PNS yang bekerja kembali di lingkungan Kementerian Kesehatan setelah
melaksanakan cuti di luar tanggungan negara tidak berhak atas cuti tahunan
yang tersisa.
c) Cuti di luar tanggungan negara diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan
persetujuan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
d) PNS tidak diperbolehkan menjalankan cuti di luar tanggungan negara sebelum
terbitnya Keputusan Menteri.
e) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS yang bersangkutan
tidak menerima penghasilan PNS dan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja
PNS.
f) PNS yang akan selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara wajib
melaporkan diri secara tertulis kepada Pimpinan Satuan Kerja paling lambat 1
(satu) bulan sebelum cuti di luar tanggungan negara berakhir.
g) Pimpinan satuan kerja dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah menerima laporan wajib mengusulkan permohonan pengaktifan kembali
PNS yang bersangkutan kepada Menteri melalui sekretariat unit utama.
h) Sekretaris unit utama wajib mengusulkan permohonan pengaktifan kembali PNS
yang bersangkutan kepada Menteri melalui Kepala Biro Organisasi dan Sumber
Daya Manusia dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak usulan
diterima.
i) Kepala Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia atas nama Menteri
menyampaikan permohonan pengaktifan PNS yang bersangkutan kepada Kepala
Badan Kepegawaian Negara dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
sejak usulan diterima.
j) Menteri menetapkan pengaktifan kembali PNS yang bersangkutan berdasarkan
persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara.
k) PNS yang tidak melaporkan diri secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan setelah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
l) dengan diberikan hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
m) Setelah selesai dari cuti di luar tanggungan negara, PNS berhak atas cuti
bersama, cuti sakit, cuti melahirkan, cuti karena alasan penting, cuti tahunan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
setelah bekerja kembali 1 (satu) tahun, dan cuti besar setelah bekerja kembali
paling kurang 5 (lima) tahun secara terus-menerus.

B. Cuti PPPK dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. Cuti Tahunan
1) Hak Cuti Tahunan
a) PPPK yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus - menerus
berhak atas cuti tahunan.
b) Lamanya hak atas cuti tahunan diberikan paling lama 12 (dua belas) hari kerja.
c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dikecualikan apabila:
(1) ibu, bapak, istri/suami, anak, dan/atau mertua sakit keras atau meninggal
dunia yang dibuktikan dengan surat keterangan rawat inap dari unit
pelayanan kesehatan.
(2) salah seorang anggota sebagaimana dimaksud pada angka 1 meninggal
dunia dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang
meninggal;
(3) melangsungkan perkawinan pertama; atau
(4) melaksanakan ibadah haji untuk pertama kalinya.
d) Cuti sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1, 2, dan 3 diberikan paling
lama 6 (enam) hari kerja.
e) PPPK yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus menerus dan
telah mengambil cuti tahunan karena alasan sebagaimana dimaksud huruf c,
maka hak cuti tahunan yang bersangkutan dikurangi dengan jumlah hari yang
telah digunakan untuk melaksanakan cuti.
2) Penggunaan Cuti Tahunan
a) Cuti tahunan dapat digunakan selama 1 (satu) hari kerja.
b) Cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun berjalan dapat digunakan pada
tahun berikutnya dengan ketentuan:
(1) 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan
bagi PPPK dengan masa perjanjian kerja di atas 2 (dua) tahun; dan
(2) 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan,
apabila cuti tahunan tidak diambil 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut bagi
yang memiliki masa perjanjian kerja di atas 3 (tiga) tahun.
c) Dalam hal cuti tahunan akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya dan
lokasi dengan alat transportasi sangat terbatas maka jangka waktu cuti tahunan
dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) hari kalender yang dilakukan pada
saat permintaan cuti tahunan atau saat menjalankan cuti tahunan.
d) PPPK menggunakan cuti tahunan untuk keperluan ibadah sesuai dengan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut.
e) Penggunaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf d harus
direncanakan tahun sebelumnya.
f) Dalam hal penggunaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf d

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
melebihi hak cuti tahunan yang bersangkutan pada tahun berjalan, maka hak cuti
tahunan yang bersangkutan pada tahun yang akan datang dikurangi jumlah hari
telah yang digunakan untuk cuti.
g) PPPK yang melahirkan anak keempat dan seterusnya menggunakan cuti tahunan
dengan ketentuan apabila melebihi hak cuti tahunan yang bersangkutan pada
tahun berjalan, maka hak cuti tahunan yang bersangkutan pada tahun yang akan
datang dikurangi jumlah hari telah yang digunakan untuk cuti.
h) PPPK yang sedang menjalani cuti tahunan dapat dipanggil kembali bekerja
apabila terdapat kepentingan dinas mendesak dengan ketentuan hak atas cuti
yang belum digunakan tetap menjadi hak PPPK.

b. Cuti Sakit
1) Hak Cuti Sakit
a) PPPK yang menderita sakit berhak mendapatkan cuti sakit.
b) PPPK yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama
1 1/2 (satu setengah) bulan dengan melampirkan surat keterangan dokter
spesialis atau bidan.
c) PPPK yang mengalami kecelakaan kerja sehingga yang bersangkutan perlu
mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai dengan berakhirnya masa
hubungan perjanjian kerja.
2) Penggunaan Cuti Sakit
a) PPPK yang sakit berhak atas cuti sakit dengan ketentuan PPPK harus
mengajukan permintaan cuti kepada Pejabat yang Berwenang memberikan cuti
dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah / unit pelayanan
kesehatan pemerintah / Faskes tingkat pertama sesuai yang ditetapkan BPJS /
faskes swasta yang bekerjasama dengan asuransi yang dimiliki bersangkutan.
b) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada huruf a paling sedikit memuat
pernyataan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti, dan keterangan lain
yang diperlukan.
c) Surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter dari aplikasi/akses layanan digital
tidak dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemberian cuti sakit.
d) Lamanya hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada huruf a diberikan untuk
paling lama 1 (satu) bulan atau 30 (tiga puluh) hari kerja secara kumulatif dalam 1
(satu) tahun masa perjanjian kerja.
e) Dalam hal PPPK telah selesai menjalani cuti sakit sebagaimana dimaksud pada
huruf f dan telah masuk kerja, namun belum pulih dari sakit, maka diberikan 1
(satu) kali lagi hak cuti sakit selama 1 (satu) bulan atau 30 (tiga puluh) hari kerja
secara kumulatif.

c. Cuti Melahirkan
1) Hak Cuti Melahirkan
Diberikan kepada PPPK untuk kelahiran anak pertama, kedua, dan ketiga pada
saat berstatus PPPK.
2) Penggunaan Cuti Melahirkan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Cuti melahirkan anak 1 – 3 diberikan selama 3 (tiga) bulan.

d. Cuti Bersama
1) Hak Cuti Bersama
Presiden dapat menetapkan Cuti Bersama yang ditetapkan melalui Keputusan
Presiden.
2) Penggunaan Cuti Bersama
a) Cuti Bersama yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden tidak mengurangi hak
cuti tahunan.
b) PPPK yang karena Jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, hak cuti
tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah Cuti Bersama yang tidak diberikan.
c) Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf b hanya
dapat digunakan dalam tahun berjalan.
d) Dalam hal tanggal cuti bersama adalah beberapa hari terakhir dalam tahun
berjalan, maka penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan sebagaimana
dimaksud pada huruf c, dapat digunakan pada tahun berikutnya.
e) PPPK yang sedang menjalani cuti bersama dapat dipanggil kembali bekerja
apabila terdapat kepentingan dinas mendesak dengan ketentuan hak atas cuti
yang belum digunakan tetap menjadi hak PPPK.

C. Cuti Pegawai Non ASN dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. Cuti Tahunan
1) Hak Cuti Tahunan
a) Pegawai Non ASN yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti tahunan.
b) Lamanya hak atas cuti tahunan diberikan paling lama 12 (dua belas) hari kerja.
c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dikecualikan apabila:
(1) ibu, bapak, istri/suami, anak, dan/atau mertua sakit keras atau meninggal
dunia yang dibuktikan dengan surat keterangan rawat inap dari unit
pelayanan kesehatan.
(2) salah seorang anggota sebagaimana dimaksud pada angka 1 meninggal
dunia dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang
meninggal;
(3) melangsungkan perkawinan pertama; atau
(4) melaksanakan ibadah haji untuk pertama kalinya.
d) Cuti sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1, 2, dan 3 diberikan paling
lama 6 (enam) hari kerja.
e) Pegawai Non ASN yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus
menerus dan telah mengambil cuti tahunan karena alasan sebagaimana
dimaksud huruf c, maka hak cuti tahunan yang bersangkutan dikurangi dengan
jumlah hari yang telah digunakan untuk melaksanakan cuti.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
2) Penggunaan Cuti Tahunan
a) Cuti tahunan dapat digunakan selama 1 (satu) hari kerja.
b) Dalam hal cuti tahunan akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya dan
lokasi dengan alat transportasi sangat terbatas maka jangka waktu cuti tahunan
dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) hari kalender yang dilakukan pada
saat permintaan cuti tahunan atau saat menjalankan cuti tahunan.
c) Pegawai Non ASN menggunakan cuti tahunan untuk keperluan ibadah sesuai
dengan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut.
d) Penggunaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf c harus
direncanakan tahun sebelumnya.
e) Dalam hal penggunaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf d
melebihi hak cuti tahunan yang bersangkutan pada tahun berjalan, maka hak cuti
tahunan yang bersangkutan pada tahun yang akan datang dikurangi jumlah hari
telah yang digunakan untuk cuti.
f) Pegawai Non ASN yang melahirkan anak keempat dan seterusnya menggunakan
cuti tahunan dengan ketentuan apabila melebihi hak cuti tahunan yang
bersangkutan pada tahun berjalan, maka hak cuti tahunan yang bersangkutan
pada tahun yang akan datang dikurangi jumlah hari telah yang digunakan untuk
cuti (panjar cuti maksimal 6 hari).
g) Pegawai Non ASN yang sedang menjalani cuti tahunan dapat dipanggil kembali
bekerja apabila terdapat kepentingan dinas mendesak dengan ketentuan hak
atas cuti yang belum digunakan tetap menjadi hak Pegawai Non ASN.

b. Cuti Sakit
1) Hak atas Cuti Sakit
a) Pegawai Non ASN yang menderita sakit berhak mendapatkan cuti sakit.
b) Pegawai Non ASN yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk
paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan dengan melampirkan surat keterangan
dokter spesialis atau bidan.
c) Pegawai Non ASN yang mengalami kecelakaan kerja sehingga yang
bersangkutan perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai dengan
berakhirnya masa hubungan perjanjian kerja.
2) Penggunaan Cuti Sakit
a) Pegawai Non ASN yang sakit berhak atas cuti sakit dengan ketentuan Pegawai
Non ASN harus mengajukan permintaan cuti kepada Pejabat yang Berwenang
memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah / unit
pelayanan kesehatan pemerintah / Faskes tingkat pertama sesuai yang
ditetapkan BPJS / faskes swasta yang bekerjasama dengan asuransi yang
dimiliki bersangkutan.
b) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada huruf a paling sedikit memuat
pernyataan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti, dan keterangan lain
yang diperlukan.
c) Surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter dari aplikasi/akses layanan digital

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
tidak dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemberian cuti sakit.
d) Lamanya hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada huruf a diberikan untuk
paling lama 1 (satu) bulan atau 30 (tiga puluh) hari kerja secara kumulatif dalam 1
(satu) tahun masa perjanjian kerja.
e) Dalam hal Pegawai Non ASN telah selesai menjalani cuti sakit sebagaimana
dimaksud pada huruf f dan telah masuk kerja, namun belum pulih dari sakit,
maka diberikan 1 (satu) kali lagi hak cuti sakit selama 1 (satu) bulan atau 30 (tiga
puluh) hari kerja secara kumulatif.

c. Cuti Melahirkan
1) Hak atas Cuti Melahirkan
Diberikan kepada Pegawai Non ASN untuk kelahiran anak pertama, kedua, dan
ketiga pada saat berstatus Pegawai Non ASN.
2) Penggunaan Cuti Melahirkan
Cuti melahirkan anak 1 – 3 diberikan selama 3 (tiga) bulan.

d. Cuti Bersama
1) Hak Cuti Bersama
Presiden dapat menetapkan Cuti Bersama yang ditetapkan melalui Keputusan
Presiden.
2) Penggunaan Cuti Bersama
a) Cuti Bersama yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden tidak mengurangi hak
cuti tahunan.
b) Pegawai Non ASN yang karena Jabatannya tidak diberikan hak atas cuti
bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah Cuti Bersama
yang tidak diberikan.
c) Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf b hanya
dapat digunakan dalam tahun berjalan.
d) Dalam hal tanggal cuti bersama adalah beberapa hari terakhir dalam tahun
berjalan, maka penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan sebagaimana
dimaksud pada huruf c, dapat digunakan pada tahun berikutnya.
e) Pegawai Non ASN yang sedang menjalani cuti bersama dapat dipanggil kembali
bekerja apabila terdapat kepentingan dinas mendesak dengan ketentuan hak
atas cuti yang belum digunakan tetap menjadi hak Pegawai Non ASN.

D. PNS yang telah selesai menjalani tugas belajar berhak atas cuti sebagai berikut:
a. PNS yang menjalani tugas belajar dengan tidak diberhentikan dari jabatannya
berhak atas:
1) Cuti Tahunan;
2) Cuti Bersama;
3) Cuti Besar;
4) Cuti Sakit;
5) Cuti Melahirkan;
6) Cuti karena Alasan Penting; dan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
7) Cuti di Luar Tanggungan Negara setelah selesai menjalani masa ikatan dinas.
b. PNS yang menjalani tugas belajar dengan diberhentikan dari jabatannya berhak atas:
1) Cuti tahunan setelah kembali bekerja di Kementerian Kesehatan sekurang-
kurangnya selama 3 (tiga) bulan;
2) Cuti besar setelah kembali bekerja di Kementerian Kesehatan sekurang-
kurangnya selama 3 (tiga) bulan;
3) Cuti bersama;
4) Cuti sakit;
5) Cuti melahirkan;
6) Cuti karena alasan penting; dan
7) Cuti di luar tanggungan negara setelah selesai menjalani masa ikatan dinas.

E. Cuti ASN (PNS dan PPPK) wajib diajukan secara online melalui aplikasi e-Office 2.0
(https://portal- eoffice.kemkes.go.id), sebagai berikut:
a. Permohonan cuti dilakukan dengan mengunggah kelengkapan dokumen yang
diperlukan sesuai dengan jenis cuti sebagai berikut:
1) Tangkapan layar konfirmasi persetujuan atasan langsung untuk semua jenis cuti.
2) Surat keterangan dokter untuk pengajuan cuti sakit.
3) Surat keterangan dokter spesialis atau bidan untuk pengajuan cuti sakit karena
gugur kandungan.
4) Bukti daftar nikah di KUA/undangan pernikahan/bukti rawat inap suami atau istri,
anak, kakak, adik, ibu, bapak, mertua, menantu/surat keterangan meninggal/surat
keterangan terdampak bencana dari Ketua Rukun Tetangga untuk pengajuan cuti
karena alasan penting.
5) Jadwal keberangkatan/kelompok terbang yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang menyelenggarakan ibadah haji untuk pengajuan cuti besar ibadah haji.
6) Surat keterangan dokter spesialis untuk pengajuan cuti melahirkan.
7) Surat penugasan atau surat perintah tugas negara/tugas belajar pasangan atau
surat pengangkatan dalam jabatan atau surat keterangan dokter/dokter spesialis,
akta nikah, kartu keluarga untuk pengajuan cuti di luar tanggungan negara.
b. Pegawai Non ASN melalui aplikasi MSDM dengan melampirkan kelengkapan dokumen yang
diperlukan sesuai dengan jenis cuti sebagai berikut :
1) Surat keterangan dokter untuk pengajuan cuti sakit.
2) Surat keterangan dokter spesialis atau bidan untuk pengajuan cuti sakit karena
gugur kandungan.
3) Bukti daftar nikah di KUA/undangan pernikahan/bukti rawat inap suami atau istri,
anak, kakak, adik, ibu, bapak, mertua, menantu/surat keterangan meninggal/surat
keterangan terdampak bencana dari Ketua Rukun Tetangga untuk pengajuan cuti
karena alasan penting.
4) Jadwal keberangkatan/kelompok terbang yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang menyelenggarakan ibadah haji untuk pengajuan cuti besar ibadah haji.
5) Surat keterangan dokter spesialis untuk pengajuan cuti melahirkan.
6) Surat penugasan atau surat perintah tugas negara/tugas belajar pasangan atau

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
surat pengangkatan dalam jabatan atau surat keterangan dokter/dokter spesialis,
akta nikah, kartu keluarga untuk pengajuan cuti di luar tanggungan negara.

c. Permohonan cuti diajukan paling lambat:


1) 1 (satu) hari kalender sebelum tanggal pelaksanaan cuti tahunan baik bagi PNS,
PPPK dan Pegawai Non ASN
2) 14 (empat belas) hari kalender sebelum tanggal pelaksanaan cuti besar bagi PNS.
3) 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal selesai menjalankan cuti sakit baik bagi PNS,
PPPK dan Non ASN, dengan pertimbangan perhitungan kinerja bulan berjalan.
4) 7 (tujuh hari) kalender sebelum tanggal pelaksanaan cuti melahirkan baik bagi
PNS, PPPK dan Non ASN
5) 14 (empat belas) hari kalender sebelum tanggal pelaksanaan cuti karena alasan
penting karena PNS akan menikah, dan 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan cuti
karena alasan penting untuk alasan lain selain menikah.
6) 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan/perpanjangan/pengaktifan cuti di luar
tanggungan negara.
7) Dalam hal PNS, PPPK dan Pegawai Non ASN melahirkan lebih cepat dari tanggal
perkiraan lahir atau tanggal terhitung yang bersangkutan melaksanakan cuti, maka
pengajuan cuti melahirkan dapat dilakukan paling lambat tujuh hari kalender sejak
yang bersangkutan melahirkan.
8) Dalam hal mendesak sehingga PNS yang bersangkutan tidak dapat menunggu
keputusan dari Pejabat yang Berwenang memberikan cuti, pejabat tertinggi di
lingkungan kerja yang bersangkutan dapat memberikan izin sementara secara
tertulis untuk menggunakan cuti karena alasan penting dengan alasan selain
melangsungkan pernikahan.

Demikian Surat Edaran ini untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ditetapkan di : Makasar
Pada Tanggal : 30 Agustus 2024

Direktur Utama,

${ttd}

SYAFRI KAMSUL ARIF

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


DAFTAR ATASAN LANGSUNG
PEGAWAI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

NO JABATAN ASN ATASAN LANGSUNG

Direktur Jenderal
1 Direktur Utama

Direktur Utama
2 Direktur

Fungsional Madya / Muda / Pertama / Terampil / Direktur yang membidangi


3
Pelaksana di lingkungan Direktorat

4 Ketua Komite / Ketua Satuan Pengawas Internal Direktur Utama

Fungsional Utama / Madya / Muda / Pertama /


5 Ketua Komite
Terampil / Pelaksana di lingkungan Komite

Fungsional Utama / Madya / Muda / Pertama /


Ketua Satuan Pengawas
6 Terampil / Pelaksana di lingkungan Satuan
Internal
Pengawas Internal

7 Kepala Kelompok Staf Medis Direktur yang membidangi

Fungsional Utama / Madya / Muda / Pertama /


8 Terampil / Pelaksana di lingkungan Kelompok Staf Kepala Kelompok Staf Medis
Medis

9 Kepala Instalasi Direktur yang membidangi

Fungsional Utama / Madya / Muda / Pertama /


10 Kepala Instalasi
Terampil / Pelaksana di lingkungan Instalasi

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN

You might also like