LP Anemia

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN APLASTIC ANEMIA DI RUANG PANGANDARAN

RSUD DR SAIFUL ANWAR

Oleh :

Fitria

NIM: 21144010026

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2024
Laporan Pendahuluan Aplastic Anemia
1. Pengertian
Anemia aplastik merupakan anemia normokromik normositer yang disebabkan oleh
disfungsi sumsum tulang sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai dengan pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan disebabkan oleh kelainan kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk
aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang.
2. Etiologi
Etiologi anemia aplastik beraneka ragam. Berikut ini adalah berbagai factor yang menjadi
etiologi anemia aplastik.
1. Faktor Genetik
Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian besar
dari pada diturunkan menurut hukum Mendel. Pembagian kelompok pada factor ini
adalah sebagai berikut.
a. Anemia fanconi.
b. Diskeratosis bawaan.
c. Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit/tulang.
d. Sindrom aplastik parsial
1) Sindrom Blackfand-Diamond.
2) Trombositopenia bawaan.
3) Agranulositosis bawaan.
2. Obat-obatan dan Bahan Kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat berlebihan.
Obat yang sering menyebabkan anemia aplastik adalah kloramfenikol. Sedangkan
bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan anemia aplastik adalah senyawa
benzen.
3. Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen
a. Sementara
i. Mononukleosis infeksiosa
ii. Tuberkulosis
iii. Influenza
iv. Bruselosis
v. Dengue
b. Permanen
Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non-A dan non-B. virus ini dapat
menyebabkan anemia. Umumnya anemia aplastik pasca-hepatitis ini mempunyai
prognosis yang buruk.
4. Iradiasi
Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X. peningkatan
peningkatan dosis penyinaran penyinaran sekali waktu akan menyebabkan
menyebabkan terjadinya pansitopenia. Bila penyinaran dihentikan,sel-sel akan
berproliferasi berproliferasi kembali. kembali. Iradiasi Iradiasi dapat menyebabkan
menyebabkan anemia aplastik aplastik berat atau ringan.
5. Kelainan imunologis
Zat anti terhadap sel-sel hematopoietic dan lingkungan mikro dapat menyebabkan
aplastik. 6. Idiopatik Sebagian besar (50-70%) penyebab anemia aplastik tidak
diketahui atau bersifat idiopatik. 7. Anemia Aplastik pada Keadaan atau Penyakit
Lain Seperti leukemia akut, hemoglobinuria nocturnal paroksimal, dan kehamilan
dimana semua keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pansitopenia.
3. Klasifikasi
Anemia diklasifikasikan menjadi dua golongan, diantaranya yaitu:
1. Klasifikasi berdasarkan etiologi Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
(Black J & Hawks J, 2014) :
a. Penurunan produksi sel darah merah Pembuatan sel darah merah akan terganggu apabila
zat gizi yang diperlukan tidak mencukupi. Usia sel darah merah pada umumnya 120 hari
dan jumlah sel darah merah harus dipertahankan. Zat yang dibutuhkan oleh sumsum
tulang untuk pembentukan pembentukan hemoglobin hemoglobin antara lain yaitu
vitamin vitamin (B12, B6, C, E, asam folat iiibfli)idh(iid tiamin, riboflavin, asam
pantotenat), protein, dan hormon (eritropoetin, androgen dan tiroksin). Prosuksi sel darah
merah dapat terganggu karena pencernaan yang tidak berfungsi dengan baik
(malabsorpsi) atau kelainan lambung sehingga zat gizi lambung sehingga zat gizi penting
tidak dapat diserap (Sudargo penting tidak dapat diserap (Sudargo & Hidayati. 2 &
Hidayati. 2018).
b. Peningkatan kecepatan penghancuran darah (hem Peningkatan kecepatan penghancuran
darah (hemolisis)
c. Kehilangan darah Pada wanita dewasa biasanya kehilangan darah dalam jumlah banyak
terjadi karena menstru karena menstruasi. Menstruas asi. Menstruasi menyebabkan
kehilangan zat angan zat besi 1 mg/hari pada perempuan, perempuan, sedangkan
sedangkan wanita hamil (aterm) (aterm) sekitar sekitar 900mg zat besi dibutuhkan
dibutuhkan oleh janin dan plasenta yang diperoleh dari ibu hamil serta pendarahan waktu
partus partus merupakan merupakan penyebab penyebab anemia paling sering pada masa
ini (Sudargo (Sudargo & Hidayati. 2018).
2. Klasifikasi a fikasi anemia b nemia berdasarkan mo rkan morfologi Berdasarkan gambaran
morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Anemia Normositik Normokromik Anemia normositik normokromik disebabkan
karena abkan karena terjadi pendarahan akut, hemolisis dan penyakit-penyakit
infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi pada sumsum tulang. Terjadi
penurunan penurunan jumlah eritrosit eritrosit dan tidak disertai disertai dengan
perubahan perubahan konsentrasi konsentrasi hemoglobin dengan indeks
eritrositnya yaitu (MCV 80-95fl, MCH 27-34 PG).
b. Anemia Makrositik Hipokromik Anemia Makrositik Hipokromik Anemia yang
terjadi karena ukuran eritrosit yang lebih besar dari nilai normal dan hiperkromik
karena konsentrasi hemoglobin lebih normal (indeks eritrosit: MCV>95fl).
Biasanya 5fl). Biasanya ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin
B12, asam folat), serta ditemukan pada anemia mikrositik non-megaloblastik
(penyakit hari dan myelodisplasia). 11
c. Anemia Mikrositik Hipokromik Anemia yang terjadi karena ukuran eritrosit yang
lebih kecil dari nilai normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari nilai normal (indeks eritrosit: MCV
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui tiga factor berikut ini.
a. Bahan kimia & obat-obatan
b. Bahan toksik
c. Penyakit infeksi
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis anemia aplastik terjadi sebagai akibat adanya anemia, leucopenia,
trombositopenia. Gejala yang dirasakan berupa gejala sebagai berikut.
a. Sindrom anemia, gejala anemia bervariasi, mulai dari ringan sampai
berat.
b. Gejala perdarahan. Paling sering timbul dalam bentuk perdarahan kulit
seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan mukosa dapat berupa Bahan
kimia & Penyakit infeksi obat-obatan Bahan toksik Depresi sumsum
tulang Aplasia sumsum tulang Anemia Aplastik Granulositopeni Ketidak
seimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh anoreksia Lemah Intoleransi
aktivitas pengisian gg.perfusi arin an Perdarahan pada mukosa Kerusakan
mikro sumsum tulang Kerusakan integritas kulit Resiko infeksi 4
epistaksis, perdarahan subkonjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis
melena, dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ
dalam lebih jarang dijumpai, tetapi jika terjadi perdarahan otak sering
bersifat total.
c. Tanda-tanda infeksi dapat berupa ulserasi mulut atau tenggorokan febris
dan sepsis.
d. Organemegali dapat berupa hepatomegali dan splenomegali.
6. Web of Caution (WOC)
Etiologi

Genetik Perdarahan Defisiensi Kofaktor eritropoesis Penekanan sumusum tulang

Gangguan Peningkatan Defisiensi Vit B12, Defisiensi zat besi Penurunan jumlah sel
Pembentukan kehilangan eritrosit asam folat eritropoetin di sumsum tulang
Molekul Globin
Gangguan peningkatan
Mitosis menurun zat besi Gangguan Eritropoesis
Penurunan eritrosit
Jumlah HB pada dalam komponen
eritrosit rendah darah Gangguan Mutasi Penurunan kualitas dan Pansitopenia
jumlah Hb

Kompensasi Jantung Penurunan produksi sel darah merah Efek gastrointestinal

Gangguan penyerapan nutrisi dan


Beban kerja dan curah jantung Penurunan jumlah eritrosit defisiensi fekal
meningkat

Penurunan kadar Hb Lidah meradang, diare, kehilangan


Takikardia, angina, iskemia nafsu makan.
miokardium
Nyeri Akut Risiko perdarahan Kompensasi paru – Gangguan Pola Intake nutrisi turun
(D.0077) (D.0012) paru Tidur (D.0055)

Defisit Nutrisi (D.0019)


Peningkatan frekuensi
napas Tidur tidak nyenyak

Dyspnea (Kesulitan
bernapas)

Penurunan transport
O2

Pola Napas Tidak


Hipoksia
Efektif (D.0005)

Suplai O2 ke jaringan menurun

Penurunan produksi
energi

Intoleransi Aktivitas
(D.0056) Kelemahan Fisik
7. Penatalaksanaan Medis
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa atas terapi sebagai
berikut.
1. Terapi kausal Adalah usaha untuk menghilangkan agen penyabab. Hindarkan
pemaparan pemaparan lebih lanjut terhadap terhadap agen penyebab penyebab yang
tidak diketahui. diketahui. Akan tetapi, hal ini sulit dilakukan karena etiologi nya tidak
jelas atau penyebabnya tidak dapat penyebabnya tidak dapat dikoreksi. dikoreksi.
2. Terapi suportif Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat
pansitopenia. Adapun bentuk terapin pansitopenia. Adapun bentuk terapinya adalah
sebag ya adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengatasi infeksi
1. Higiene mulut
2. Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang
tepat dan adekuat.
3. Transfuse granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat.
b. Usaha untuk mengatasi anemia Berikan transfusi packed packed red cell
(PRC) jika hemoglobin < 20.000 mm³.
3. Terapi untuk Memperbaiki Sumsum Tulang Obat untuk merangsang fungsi sumsum
tulang adalah sebagai berikut.
a. Anabolic steroid- dapat diberikan oksimefolon/stanazol dengan dosis 2-3
mg/kg bb perhari. Efek terapi tampak setelah 6-12 minggu, efek samping
yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
b. Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
c. GM-QSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan neutrofil.
4. Terapi definitif Terapi difinitip merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan
jangka panjang. Terapi definitip untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan
sebagai berikut.
a. Terapi imunosupresif, antara lain.
i. Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-tymphocyte
globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis.
ii. Terapi imunosupresip lain, yaitu pemberian metal pretmisolon
dosis tinggi.
b. Transplantasi sumsum tulang Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi
definitif yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya sangat mahal.
8. Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi diagnostik yang dirasakan adalah sebagai berikut.
1. Sel darah
a. Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan.
b. Jenis anemia adalah anemia normokromik, normositer disertai retikulositopenia.
c. Leucopenia dengan relative lomfositosis, tidak dijumpai sel muda dalam darah
tepi.
d. Trombositopenia yang bervariasi dari ringan sampai dengan sangat berat.
2. Laju endap darah
Laju endap darah selalu meningkat, sebanyak 62 dari 70 kasus mempunyai laju
endap darah lebih dari 100 mm dalam 1 jam pertama.
3. Faal hemostatik Waktu perdarahan memanjang dan retraksi bekuan menjadi buruk
yang disebabkan oleh trombositopenia.
4. Sumsum tulang Hipoplasia sampai aplastia.
Aplasia tidak menyebar secara merata pada seluruh sumsum tulang, sehingga
sumsum tulang yang normal dalam satu kali pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan
diagnosis anemia aplastk. Pemeriksaan ini harus diulangi pada tempat-tempat yang lain.
5. Lain-lain
Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal HbF meningkat.
9. Asuhan Keperawatan Anemia Aplastic
1 Anamnesa
1. Identitas Klien
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan,
dan anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik biasanya yang sering dijumpai pada
penderita anemia aplastik yaitu sebagai berikut.
1. Aktivitas / Istirahat
a. Keletihan, kelemahan otot, malaise umum.
b. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
c. Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat.
d. Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
e. Ataksia, tubuh tidak tegak.
f. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang
menunjukkan keletihan.
2. Sirkulasi
a. Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI.
b. Palpitasi (takikardia kompensasi).
c. Hipotensi postural.
d. Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelomb pendataran atau depresi gelombang T.
e. Bunyi jantung murmur sistolik.
f. Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku.
g. Sclera biru atau putih seperti mutiara.
h. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonsriksi kompensasi).
i. Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia).
j. Rambut kering, mudah putus, menipis.
3 Integritas Ego
a. Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi
darah.
b. Depresi.
4. Eliminasi
a. Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
b. Flatulen, sindrom malabsorpsi.
c. Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
d. Diare atau konstipasi.
e. Distensi abdomen.
5 Makanan / cairan.
a. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). ada faring).
b. Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
c. Adanya penurunan berat badan.
d. Membrane mukusa kering, pucat.
e. Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic.
6 Pernapasan
a. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
b. Takipnea, ortopnea dan dispnea.
10. Diagnosa Keperawatan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menjadi panduan dalam
penegakan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian
klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau.proses kehidupan
yang di alaminya, diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017)
1. Nyeri akut
2. Risiko perdarahan
3. Intoleransi aktivitas
4. Defisit nutrisi
1. Nyeri akut (D.0077)
Kategori : psikologis
Subkategori : nyeri dan kenyamanan
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi,iskemia,neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar,bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat
berat,prosedur operasi,trauma,latihan fisik berlebihan).
Gejala dan
Tanda
Mayor

Subjektif Objektif

1. Meng 1. Tampak meringis


eluh 2. Bersikap protektif (mis.waspada,posisi menghindari nyeri)
nyeri 3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan
Tanda Minor

Subjektif Objektif

(tidak 1. tekanan darah


tersedia) meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan
berubah
4. proses berpikir
terganggu
5. menarik diri
6. berfokus pada diri
sendiri
7. diaforesis

Kondisi Klinis Terkait


1. kondisi pembedahan
2. cedera traumatis
3. infeksi
4. sindrome koroner akut
5. glaukoma
2. Risiko perdarahan (D.0012)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : sirkulasi
Definisi :
Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi didalam tubuh) maupun
eksternal (terjadi hingga keluar tubuh)
Faktor risiko :
1. Aneurisma
2. Gangguan gastrointestinal (mis.ulkus lambung,polip,varises)
3. Gangguan fungsi hati (mis.sirosis hepatitis)
4. Komplikasi kehamilan (mis. Ketuban pecah sebelum waktunya,plasenta
previa/abrupsio, kehamilan kembar)
5. Komplikasi pasca partum (mis.atoni uterus,retensi plasenta)
6. Gangguan koagulasi (mis. Trombositopenia)
7. Efek agen farmakologis
8. Tindakan pembedahan
9. Trauma
10. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan
11. Proses keganasan
Kondisi Klinis Terkait

1. Aneurisma
2. Koagulopati intravaskuler desiminata
3. Serosis hepatis
4. Ulkus lambung
5. Varises
6. Trombositopenia
7. Ketuban pecah sebelum waktunya
8. Plasenta previa/abrupsio
9. Atonia uterus
10. Retensi plasenta
11. Tindakan pembedahan
12. Kanker
13. Trauma
3. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi :
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1. Mengeluh lelah 1. frekuensi jantung meningkat


>20 dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1. dispnea saat/setelah 1.tekanan darah berubah>20% dari


aktivitas kondisi istirahat
2. merasa tidak nyaman
2.gambaran EKG menunjukkan
setelah beraktivitas
aritmia saat/setelah aktivitas
3. merasa lemah
3.gambaran EKG menunjukkan
iskemia

4.sianosis

Kondisi Klinis Terkait

1. anemia
2. gagaj jantung kongestif
3. penyakit jantung koroner
4. penyakit katup jantung
5. aritmia
6. penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7. gangguan metabolik
8. gangguan muskoloskeletal
4. Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis.finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis.stres,keangganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1. Berat badan menurun


minimal 10% dibawah
rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1. Cepat kenyang setelah 1.bising usus hiperaktif


makan
2.otot pengunyah lemah
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun 3.otot menelan lemah

4.membran mukosa pucat

5.sariawan

6.serum albumin turun

7.rambut rontok berlebihan

8.diare

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit crhon’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
11. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI

Nyeri akut Tujuan Manajemen nyeri (I.08238)


(D.0077)  Observasi:
Setelah dilakukan
1. Identifikasi
tindakan
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intens
keperawatan 3 x 24
itas nyeri
jam diharapkan
2. Identifikaasi skala nyeri
tingkat nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun. Dengan
4. Identifikasi faktor yang memperat dan
kriteria hasil:
memperingan nyeri
Tingkat nyeri  Terapeutik:
(L.08066) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

1. Keluhan nyeri rasa nyeri (mis. Tens,hipnosis,akupresur,terapi

(5) menurun musik)

2. Meringis (5) 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

menurun (mis.suhu ruangan,pencahayaan,kebisingan)

3. Gelisah (5) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur

menurun  Edukasi
1. Jelaskan penyebab,periode,pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
Risiko Tujuan: Pencegahan perdarahan (I.02067)
perdarahan
Setelah dilakukan Observasi
(D.0012)
Tindakan
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
keperawatan selama
2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
3 x 24 jam
sebelum dan setelah kehilangan darah
diharapkan tingkat 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
perdarahan membaik Terapeutik
dengan kriteria hasil:
4. Pertahankan bed rest selama perdarahan
Tingkat perdarahan 5. Batasi tindakan invasif ,jika perlu
(L.02017) Edukasi

1. Kelembapan 6. Jelaskan tanda dan gejal perdarahan


membran 7. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
mukosa menghindari konstipasi
menurun (1) 8. Anjurkan segera melapor jika terjadi
2. Kelembapan perdarahan
kulit (1)  Kolaborasi
menurun
3. Hemoglobin (5) 9. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
membaik perdarahan,jika perlu
10. Kolaborasi pemberian produk darah,jika
perlu
Intoleransi Tingkat Keletihan Terapi Aktivitas (I.05186)
Aktivitas (L.05046)
1. Observasi
(D.0056)
• Tujuan • Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Selama dilakukan • Identifikasi kemampuan dalam aktivitas
3x24 jam pasien tertentu
diharapkan toleransi • identifikasi strategi meingkatkan partisipasi
aktivitas meningkat. dalam aktivitas
2. Terapeutik
• Indikator
• fasilitasimemilih aktivitas dan tetapkan
1. Kemampuan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
aktivitas rutin
kemampuan fisik,psikologis dan social
meningkat (5)
• fasilitasi mengembangkan motivasi dan
2. Verbilisasi lelah
penguatan diri
menurun (5)
3. Edukasi
3. Lesu menurun(5) • ajarkan cara melakukan aktivitas yang
4. Pola napas dipilih
menurun (5) • Anjurkan melakukan aktivitas
fisik,social,spiritual,dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
Defisit Tujuan: Manajemen nutrisi (I.03119)
Nutrisi
Setelah dilakukan Observasi
(D.0056)
tindakan
• Identifikasi status nutrisi
keperawatan selama
• Identifikasi strategi dan intoleransi makanan
3 x 24 jam
• Identifikasi makanan yang disukai
diharapkan tumbuh
• Monitor berat badan
kembang klien sesuai
Terapeutik
dengan usia dengan
kriteria hasil: • Lakukan oral hygine sebelum makan,jika perlu
• Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
Status nutrisi
konstipasi
(L.03030)
Edukasi
1. Kekuatan otot
• Anjurkan posisi duduk,jika mampu
pengunyah
• Ajarkan diet yang diprogramkan
meningkat (5)
Kolaborasi
2. Kekuatan otot
menelan  Kolaborasi pemberian medikasi seblum makan

meningkat (5)  Kolaborasi dengan ahli gizi,jika perlu

3. Berat badan
membaik (5)
4. Nafsu makan
membaik (5)
5. Bising usus
membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi, Sulistyo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Klien Dengan Gangguan System Hematologi. System
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosis
Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC. Doengoes, Mariliynn E.
1999. Rencana Asuhan Kepe Rencana Asuhan Keperawatan, rawatan, Jakarta : EGC. Huda
dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: MediAction
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Indikator Diagnostik” DPD PPNI, Jakarta Selatan.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2018). “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Tindakan Keperawatan” DPD PPNI, Jakarta Selatan.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2019). “Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan” DPD PPNI, Jakarta Selatan.

You might also like