Jurnal Skripsi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENADAHAN DI WILAYAH POLRES MERAUKE

Nur Fawaid1, Mulyadi Alrianto Tajuddin2

1. Fakultas Hukum Universitas Musamus Merauke, Email : [email protected]


2. Fakultas Hukum Universitas Musamus Merauke, Email : [email protected]

ABSTRACT
The definition of criminal offense is regulated in the Criminal Code Book Article 480. Imposition is the
act of taking advantage of an item originating from a crime or which is supposedly derived from crime.
This study aims to determine the effectiveness of law enforcement in overcoming criminal offenses and
analyze the efforts made and constraints faced by the Merauke Resort Police.
This research was conducted in Merauke Regency precisely at the Merauke Resort Police Station. The
research method used is an empirical juridical approach to legislation and a conceptual approach with
interview, observation and documentation techniques. This research was conducted on 2 POLRI
investigators at the Merauke District Police.
The results of this study explain that the efforts of the Merauke Resort Police in tackling criminal offenses
have begun to preventive efforts where preventive measures have been effective, such as conducting
routine patrols, socialization, and collaborating with the media to appeal to the public. then making
repressive efforts such as conducting investigations, investigations and arrests. As for the constraints
faced by the Resort Police, in handling these remedial actions, namely in terms of human resources
where the number of investigators is still small. In terms of infrastructure, the lack of supporting facilities
for investigations such as official laptops, printers and two-wheeled and four-wheeled vehicles is still
very little.
Keywords: Evectivity, Law Enforcement, Control.

ABSTRAK
Pengertian tindak pidana penadahan diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 480.
Penadahan adalah tindakan mengambil keuntungan dari suatu barang yang berasal dari kejahatan
atau yang sepatutnya diduga berasal dari kejahatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penegakan hukum dalam menanggulangi tindak
pidana penadahan dan menganalisa mengenai upaya-upaya yang dilakukan dan kendala-kendala yang
dihadapi oleh Kepolisian Resort Merauke.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Merauke tepatnya di Kantor Kepolisian Resort Merauke.
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris dengan pendekatan perundang-undangan serta
pendekatan konseptual dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan
terhadap 2 penyidik POLRI di Kepolisian kabupaten merauke.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa adanya upaya-upaya Kepolisian Resort Merauke dalam
menanggulangi Tindak pidana penadahan dimulai adanya upaya preventif dimana dalam upaya preventif
sudah cukup efektif seperti melakukan patrol rutin, sosialisasi, bekerjasama dengan pihak media untuk
menghimbau masyarakat. selanjutnya melakukan upaya represif seperti melakukan
penyelidikan,penyidikan hingga penangkapan. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Kepolisian
Resort merauke dalam menanganani tindak penadahan ini yaitu dari segi sumberdaya manusia dimana
jumlah penyidik masih sedikit. Dari segi prasarana kurangnya fasilitas penunjang penyidikan seperti
laptop dinas,printer dan kendaraan roda dua maupun roda empat masih sangat sedikit.
Kata kunci : Evektivitas, Penegakan Hukum, Penadahan.

1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Musamus.
2
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Musamus

1
PENDAHULUAN
Hukum adalah suatu peraturan-peraturan yang mengatur tentang seluruh kehidupan
antar masyarakat. Didalam kehidupan masyarakat harus terdapat aturan-aturan yang
wajib dipatuhi sehingga masyarakat mengetahui mana yang boleh dilakukan dan mana
yang tidak boleh dilakukan agar terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat tersebut.
Didalam Undang-undang dasar 1945 pasal 1 ayat 3 memberikan penjelasan bahwa
“Indonesia merupakan negara hukum”. Itulah dasar bahwa negara indonesia adalah
Negara yang berdasarkan hukum.
Pengakan Hukum yaitu proses dimana peraturan peraturan yang dicita-citakan dapat
terpenuhi dan dipatuhi oleh seluruh masyarakat. Seluruh masyarakat yang ada di
indonesia sangat ingin hukum yang terdapat di indonesia ini berjalan dengan baik
sehingga terciptanya keadilan dan ketentraman bagi mayarakat. Hukum yang di
tegakkan di negara indonesia ini mengacu pada norma-norma dimana dapat
memberikan suatu pelajaran agar tidak mengulangi kejahatan yang pernah
dilakukannya.3
Dalam kasus penadahan ini khususnya di kabupaten merauke banyak yang tidak sampai
ke pengadilan dan lolos dari penyidikan di karenakan adanya kendala-kendala seperti
barang hasil dari penadahan tersebut sudah berubah bentuk dan warnanya serta
kurangnya dukungan dari masyarakat sebab masyarakat takut dan tidak mau terlibat
dalam kasus-kasus penadahan ini sehingga pelaku penadahan di kabupaten merauke
masih merasa nyaman dan semakin banyak.
Di dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
Pasal 14 ayat (1) huruf g secara tegas bahwa polisi yang mempunyai kewenangan
melakukan upaya penanggulangan delik pencurian dan penadahan. Kewenangan Polisi
melakukan Penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana yang ada
termasuk pencurian dan penadahan sesuai dengan hukum acara pidana serta peraturan
perundang-undangan lannya. Dengan adanya pasal-pasal dan peraturan perundang-
undangan maka dari situlah kita mengetahui kalau Indonesia yaitu Negara Hukum.
Sehingga semua kejahatan dan apapun bentuk kejahatannya aparat penegak hukum lah
yang mempunyai kewenangan dalam menanganinya dan salah satu aparat penegak

3
Siswantoro Sumarso, 2004, Penegakan Hukum Psikotropika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal.
7.

2
hukum yang menangani kasus tindak pidana yaitu Polisi. Salah satu tugas dan fungsi
kepolisian yang tercantum dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 yaitu
menegakkan hukum. Sehingga dalam kasus pencurian dan penadahan tersebut Polisi
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk menanggulanginya agar hukum bisa di
tegakkan.
Di dalam upaya menanggulangi suatu kejahatan ada dua cara yaitu :
1. Jalur penal (hukum pidana)
Jalur penal yaitu bersifat Represif seperti dilakukannya penindakan,
pemberantasan atau penumpasan setelah terjadinya kejahatan;
2. Jalur non penal (diluar hukum pidana)
Jalur non penal yaitu bersifat Preventif seperti dilakukannya pencegahan,
pengendalian dan penanggulangan sebelum terjadinya kejahatan4.
Berdasarkan data-data yang penulis peroleh di Polres Merauke pada tahun 2014 hingga
2018 terdapat 1132 kasus pencurian dan 6 kasus penadahan. Dengan melihat adanya
data diatas kasus pencurian dengan penadahan sangat tidak seimbang sehingga penulis
meyakini bahwa kasus penadahan yang ada di Kabupaten Merauke ini belum
sepenuhnya terungkap, oleh sebab itu penulis akan mengkaji lebih dalam lagi tentang
apa saja kendala dan hambatan yang dihadapi pihak kepolisian ini serta bagaimana
upaya kepolisian dalam menanggulangi dan mengungkap delik penadahan tersebut.
Berdasarkan pemaparan dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam maslah tersebut kedalam penulisan hukum yang berjudul “Efektivitas
Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penadahan di Wilayah Polres
Merauke”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah merupakan jenis penelitian Yuridis Empiris yang mengkaji
mengenai peraturan perundang-undangan yaitu Pasal 480 KUHP tentang tindak pidana
penadahan. Secara Empiris terkait pengambilan data Penegak Hukum di lapangan, pada
penelitian ini penulis menggunakan kajian pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konseptual.
Dari uraian diatas yang menjadi rumusan penelitian yaitu :

4
Barda Nawawi Arief, 2010, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana
Penjara. Genta Publishing, Yogyakarta, Hal. 42.

3
1. Bagaimana upaya aparat penegak hukum dalam menanggulangi kejahatan
penadahan di wilayah Polres Merauke?
2. Apa saja kendala yang dihadapi aparat Penegak Hukum dalam menanggulangi
Tindak Pidana penadahan di wilayah Polres Merauke?
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya aparat penegak hukum dalam
menanggulangi kejahatan penadahan di wilayah Polres Merauke.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi aparat Penegak hukum dalam
menanggulangi Tindak Pidana penadahan di wilayah Polres Merauke.
1) Manfaat Teoritis
Penelitian tentang Efektivitas Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Penadahan di Wilayah Polres Merauke diharapkan dapat menjadi kajian
keilmuan dalam hukum pidana pada umumnya, dan ilmu kepolisian pada
khususnya.
2) Manfaat Praktis
Penelitian tentang Efektivitas Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Penadahan di Wilayah Polres Merauke diharapkan dapat memberikan
pengetahuan untuk kalangan masyarakat, akademisi, praktisi dan mahasiswa
khususnya program magister ilmu hukum pidana Universitas Musamus
Merauke.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Upaya Aparat Penegak Hukum Dalam Menanggulangi Kejahatan Penadahan Di
Wilayah Polres Merauke.
1. Upaya Preventif
Penadahan (heling) itu adalah tindakan mengambil keuntungan dari suatu
barang yang berasal dari kejahatan atau yang sepatutnya diduga berasal dari
kejahatan. Pengertian tindak pidana penadahan diatur didalam Pasal 480
K.U.H.P.yang berbunyi: Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat
tahun atau denda sebanyak-banyaknya enam puluh rupiah :
Yang pertama : “ karena melakukan“penadahan’’ (heling) barang siapa
membeli, menyewa, menukari, menerima gadai, menerima sebagai

4
hadiah ,atau dengan maksud mendapat untung, menjual, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan
suatu barang,yang diketahuinya atau pantas harus disangkannya,bahwa
barang itu diperoleh dengan jalan kejahatan”.
Yang kedua : “barang siapa mengambil untung dari hasil suatu barang
yang diketahuinya atau pantas harus disangkanya bahwa barang itu diperoleh
jalan kejahatan”.
Penadah adalah orang yang menyimpan atau menampung barang hasil dari tindak
pidana kejahatan ungkap salah satu asisten penyidik tindak pidana umum bapak
Brigadir Polisi Gusdi Eko Fajar. Beliau menjelaskan bahwa seharusnya seorang
penadah telah mengetahui bahwa barang yang didapatkannya adalah hasil dari
kejahatan. Contohnya apabila seorang hendak menjual atau menggadaikan motor
maka haruslah jelas surat-suratnya seperti BPKB dan STNKnya. Jika surat-surat
tersebut tidak ada maka pembeli harus mencurigai bahwa barang tersebut hasil dari
kejahatan.
Adapun upaya preventif yang telah dilaksanakan oleh Kepolisian Resort merauke
dalam menanggulangi tindak penadahan yaitu :
a. Kepolisian merauke melakukan patroli rutin di wilayah kabupaten merauke
dengan tujuan mencegah terjadinya kejahatan-kejahatan;
b. Melakukan sosialisasi tentang tindak pidana penadahan di sekolah-sekolah
dan ditempat-tempat keramaian seperti di pasar atau dimana tempat
berkumpulnya orang banyak;
c. Bekerjasama dengan pihak media seperti radio untuk menghimbau bahwa
jangan menerima barang jika barang tersebut tidak jelas asal usulnya dan
segeralah melapor ke pihak kepolisian jika ada yang menawarkan barang
yang patut dicurigai bahwa barang tersebut hasil dari kejahatan.
d. Melakukan kordinasi dengan Satuan Lantas untuk melakukan swiping
kendaraan bermotor di jalan.5
Sehingga menurut penulis bahwa apa yang dikatakan oleh penyidik Kepolisian
Resort Merauke bahwasannya memang perlu adanya patrol rutin, melakukan
sosialisasi-sosialisasi, bekerjasama dengan pihak media-media untuk menghimbau

5
Merauke, Wawancara Pribadi, Merauke, Senin 6 juni 2019, Pukul 11:00 WIT

5
masyarakat serta berkordinasi dengan satuan lantas untuk melakukan swiping-
swiping agar mencegah terjadinya kejahatan-kejahatan.
2. Upaya Represifi
Upaya represif yaitu suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional
yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif
dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta
memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya
merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga
tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat
sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat. Dalam membahas sistem represif,
tentunya tidak terlepas dari sistem peradilan pidana kita, dimana dalam sistem peradilan
pidana paling sedikit terdapat 5 (lima) sub-sistem yaitu sub- sistem kehakiman,
kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan, dan kepengacaraan, yang merupakan suatu
keseluruhan yang terangkai dan berhubungan secara fungsional.
Tindak pidana penadahan merupakan salah satu tindak pidana yang sulit dibuktikan
karena sulitnya mendapatkan barang-barang bukti. Tindak pidana penadahan ini sulit di
ungkap ataupun diketahui oleh polisi, alasan dikatakannya tindak pidana penadahan ini
sulit diungkap oleh pihak kepolisian karena hasil dari pencurian tersebut telah
berpindah tangan dari si pencuri kepada pembeli tersebut sehingga barang buktinya
akan makin sulit untuk dilacak oleh pihak kepolisian.
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang penulis peroleh dari lapangan bahwa angka
kasus pencurian dan penadahan di kota Merauke adalah sebagai berikut :
Data Kasus Pencurian, penggelapan dan Penadahan Tahun 2015-2018 Di Wilayah
Kepolisian Resort Merauke :
Table 4.1
Tahun Jumlah Kasus
Pencurian Penggelapan Penadahan
2014 198 15 5
2015 213 15 1
2016 258 16 -
2017 209 3 -

6
2018 254 9 -
Total 1.132 58 6

Rekapitulasi dari kasus pencurian, penggelapan dan penadahan dikabupaten merauke


dari tahun 2014 sampai tahun 2018 yang berhasil diungkap kepolisian resort merauke
yaitu Jumlah kasus pencurian 1132 kasus, penggelapan 234 kasus sedangkan jumlah
kasus penadahan sebanyak 6 kasus.
Kasus pencurian dan penggelapan ini berbanding terbalik dengan kasus penadahan.
Harusnya dari kasus pencurian dan penggelapan ini 50% ada penadahannya. Jadi
ternyata penegakan terhadap kasus-kasus pencurian ini ataupun penggelapan hanya
sebatas pengejaran terhadap barang bukti karena ini terkait kepemilikan dari si pelapor
atau si korban. Tetapi pemahaman penyidik atau pemahaman dari Polres tidak
berorientasi mengejar sampai ke akar-akarnya dalam arti siapa-siapa yang terlibat dalam
hal ini ada atau tidak unsur penadahannya. Menurut pengamat analisis dari penulis
bahwa sebenarnya ada mata rantai dalam arti ada pencurian ada penggelapan maka
sebenarnya ada pihak ketiga yaitu orang yang menadah barang tersebut. Tetapi tidak
pernah tersentuh oleh penegak hukum. Semestinya harus lebih extra lagi dalam hal
mengungkapkan kasus pencurian maupun penggelapan yang berujung adanya
penadahan.
Sebenarnya jumlah kasus penadahan di daerah kabupaten merauke cukup banyak akan
tetapi karena polres merauke masih menghargai sistem kearifan lokal yang ada maka
banyak kasus penadahan tersebut diselesaikan secara kekeluargaan terlebih dahulu
apabila tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan barulah kasus penadahan tersebut
di proses oleh pihak kepolisian.
Berikut upayai–iupaya represif iyang dilaksanakan oleh Kepolisiann resort Merauke
dlam menanggulangii tindak pidana penadahan :
a. Melakukan penyelidikan terkait informasi yang didapat dari warga atau operasi
tangkap tangan;
b. Segera menindak lanjuti laporan yang masuk dan melakukan penangkapan;
c. Melakukan penyidikan dengan maksimal agar mendapat informasi terkait delik
yang telah dilakukan;

7
d. Melengkapi berkas perkara dan segera melimpahkan ke kejaksaan agar sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.6
Dalam penelitian Bapak Brigadir Gusdi Eko Fajar Suwardiono mengatakan bahwa
Kepolisian Resort merauke membentuk tim yang bernama tim Rajawali. Tim rajawali
ini dibentuk 2 regu masing-masing regu berjumlah 10 orang dan tim rajawali inilah
yang membantu proses penyelidikan ketika ada terjadi tindak pidana.
Kendala Yang Dihadapi Aparat Penegak Hukum Dalam Menanggulangi Tindak
Pidana Penadahan di Wilayah Polres Merauke
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya yang dimaksud disini adalah sumber daya penyidik dalam melakukan
penyidikan baik dalam menentukan delik dengan cara tangkap tangan, adanya laporan
dan pengaduan mupun diketahui sendiri. Penyidik yang dimaksud yaitu penyidik polisi
atau orang yang mencari serta mengumpulkan barang bukti guna membuat terang suatu
tindak pidana dan guna menemukan tersangkanya. SDM penyidik tentunya sangat
berpengaruh dalam tahap-tahap proses dalam sistem peradilan pidana terutama tahap
pada kepolisian dimulai dari penyelidikan, penyidikan, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan dan sampai pada dimana berkas dinyatakan P-21 atau
lengkap.
SDM penyidik juga dibutuhkan terkait masalah tindakan dalam wewenang seorang
penyidik seperti menerima pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana,
mencari keterangan dan barang bukti hingga membuat suatu tindakan menurut hukum
dan bertanggung jawab. SDM seorang penyidik dapat diukur dengan kewenangan
seorang penyidik dalam membuat berita acara pemeriksaan mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang hukum pidana, hukum acara pidana dan peraturan perundang-
undangan lainnya, mempunyai pengetahuan yang cukup dan mahir melaksnakan fungsi
teknis, professional khas kepolisian di bidang reskrim khususnya kemahiran dan taktik
pemeriksaan, mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidananya dengan
baik, berdasarkan laporan polisi, laporan hasil penyelidikan, berita acara pemeriksaan di
tempat kejadian perkara, informasi dan data lainnya.
Dari hasil penelitian penulis mendapatkan data nama-nama personil Sat Reskrim
Kepolisian Resort Merauke :

6
Merauke, Wawancara Pribadi, Merauke, Senin 6 juni 2019, Pukul 11:00 WIT

8
Table 4.2
No Unit Jumlah
Personil
1 KASAT RESKRIM 1
2 KAUR BIN OPS 1
3 URMINTU 3
4 UR IDENTIFIKASI 4
5 UNIT I TIPIKOR 4
6 UNIT II EKONOMI 1
7 UNIT III TIPITER 2
8 UNIT IV (RESUM) 11
9 UNIT PPA 4
10 UNIT OPSNAL/BUSER 4
Total 35
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh 2 penyidik di Kepolisian Resort Merauke yaitu
Bapak Brigadir Gusdi Eko Fajar Suwardiono dan Bapak Bripka Kadir beliau
menjelaskan bahwa penyidik ini harus mempunyai skep penyidik dan pernah mengikuti
pelatihan pelatihan dikjur sehingga paham dan mengerti bagaimana tugas dan fungsi
penyidik.7
Adapun kendala yang dihadapi pihak Kepolisian Resort Merauke dalam menangani
kasus penadahan yaitu kurangnya kerjasama antara masyarakat dan pihak Kepolisian
dikarenakan banyak masyarakat belum mengerti tentang tindak penadahan tersebut dan
kebanyakan masyarakat takut untuk melapor ketika ada seseorang diduga melakukan
penadahan sehingga pihak Kepolisian Merauke sulit untuk menangkap pelaku
penadahan tersebut.
2. Saranaadan Prasaranaa
Sarana dan prasarana sangat penting dlam menangani kasus kasus seperti penadahan.
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu maka tidak mungkin penegakan hukum akan
berjalan dengan lancar. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga
manusia yang berpendidikan dan terampil atau SDM yang telah dikemukakan
sebelumnya diatas, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang
cukup, dan sebagainya.
7
Merauke, Wawancara Pribadi, Merauke, Senin 6 juni 2019, Pukul 11:00 WIB

9
Sarana dan prasarana sangat menunjang pekerjaan dari seorang penyidik misalnya
fasilitas penunjang hal teknis seperti alat tulis, perlengkapan administrasi penyidikan,
mesin tulis recorder dan sebagainya.
Adapun beberapa fasilitas penunjang kinerja penyidik Kepolisian Resort Merauke
adalah :
Table 4.3
No Jenis Barang Jumlah Barang Ketereangan
1 Kendaraan Dinas Roda Empt Sat 3 unit Berfungsi
Reskrim
2 Kendaraan Roda Dua 3 unit Berfungsi
3 Laptop Dinas 2 Berfungsi
4 HT 15 Berfungsi
Dari hasil penelitian penulis terhadap penyidik Kepolisian Resort merauke kendala dari
segi sarana dan prasarana yaitu :
a. kurangnya personil dalam menanggulangi tindak pidana penadahan ini
b. fasilitas penunjang kerja penyidik masih sedikit
c. pelaku pencurian menjual barang-barang tersebut kepedalaman-pedalaman
dan lokasi-lokasi yang jauh dari dari perkotaan sehingga sulit di jangkau
oleh pihak Kepolisian di Merauke.8
KESIMPULAN
Upaya Kepolisian Resort Merauke dalam menanggulangi tindak penadahan yaitu
dengan cara:
1. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah semua usaha yang dilakukan untuk mencegah terjdinya
kejahatan. Upaya tersebut adalah :
a. Kepolisian merauke melakukan patroli rutin di wilayah kabupaten merauke
dengan tujuan mencegah terjadinya kejahatan-kejahatan;
b. Melakukan sosialisasi tentang tindak pidana penadahan di sekolah-sekolah
dan ditempat-tempat keramaian seperti di pasar atau dimana tempat
berkumpulnya orang banyak;

8
Merauke, Wawancara Pribadi, Merauke, Senin 6 juni 2019, Pukul 11:00 WIT

10
c. Bekerjasama dengan pihak media seperti radio untuk menghimbau bahwa
jangan menerima barang jika barang tersebut tidak jelas asal usulnya dan
segeralah melapor ke pihak kepolisian jika ada yang menawarkan barang
yang patut dicurigai bahwa barang tersebut hasil dari kejahatan.
2. Upaya Represif
Upaya Represif adalah semua usaha yang dilakukan oleh penegak hukum terhadap
orang yang telah melakukan kejahatan agar tidak mengulangi kejahatan lagi. Upaya
tersebut dengan cara melakukan penyelidikan dan penyidikan dan menangkap pelaku
serta memberi sanksi yang sesuai dengan undang-undang yang yang berlaku terhadap
pelaku tindak pidana penadahan ini.
Adapun kendala yang dihadapi Kepolisian Resort Merauke dalam menanggulangi
tindak pidana penadahan yaitu :
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kurangnya kerjasama antara masyarakat dan pihak Kepolisian dikarenakan
banyak masyarakat belum mengerti tentang tindak penadahan tersebut dan
kebanyakan masyarakat takut untuk melapor ketika ada seseorang diduga
melakukan penadahan sehingga pihak Kepolisian Merauke sulit untuk
menangkap pelaku penadahan tersebut
b. Sarana dan Prasana
kurangnya personil dalam menanggulangi tindak pidana penadahan ini dan
fasilitas penunjang kerja penyidik masih sedikit serta pelaku pencurian menjual
barang-barang tersebut kepedalaman-pedalaman dan lokasi-lokasi yang jauh dari
dari perkotaan sehingga sulit di jangkau oleh pihak Kepolisian di Merauke.
Dari analisis penulis menyimpulkan bahwa jika kita lihat secara teori efektivitas hukum
bahwa secara undang-undang sudah sangat jelas mengatur tentang tindak pidana
penadahan akan tetapi secara realita implementasi pelaksanaanya dalam kasus-kasus ini
kurang maksimal oleh tim yang ada di wilayah polres merauke.

SARAN

11
1. Piihak Kepolisian Resort Merauke hendaknya meningkatkan sosialisasi,
Meningkatkan pengamanan, meningkatkan patroli patroli agar kejahatan-kejahatan
yang ada di Kabupaten Merauke ini dapat ditangani dengan cepat dan baik.
2. Meningkatkan sumberdaya manusia (SDM), menambah jumlah personil serta
sarana dan prasarana dilegkapi sehingga pihak Kepolisian Resort Merauke lebih
maksimal dalam menangani kasus-kasus kejahatan khususnya di Kabupaten
Merauke.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Barda Nawawi Arief, 2010, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan
dengan Pidana Penjara. Genta Publishing, Yogyakarta.
Siswantoro Sumarso, 2004, Penegakan Hukum Psikotropika, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Perundang - undangan
Repubik Indonesia. Undang – Undang Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.Undang – Undang Nomor 02 Tahun 2002. TLNRI Tahun 2002 Nomor 4168.
LNRI Tahun 2002 Nomor 2.
Kitab Undangi-iUndang Hukum Pidana.

12

You might also like