Felisa Nur-LAPORAN KEGIATAN MINI PROJEC
Felisa Nur-LAPORAN KEGIATAN MINI PROJEC
Felisa Nur-LAPORAN KEGIATAN MINI PROJEC
Disusun Oleh :
dr. Felisa Nur Khayana
Pembimbing :
dr. Andriani Dwi Hefrida
Luas Jml
No Desa L P Jml KK RT RW Dsn
Wil. Rumah
1 Bunderan 611 648 1,259 11 320 7 3 3 274
2 Purwodadi 1,069 1,007 2,076 125 664 6 3 3 471
3 Srowo 678 628 1,306 400 364 4 2 - 328
4 Sedagaran 459 473 932 877 281 3 1 - 225
5 Pengulu 324 319 643 6,5 177 4 2 - 145
6 Kauman 302 335 637 4,7 177 3 1 - 145
7 Sidomulyo 509 556 1,065 7,9 279 4 2 - 266
8 Mriyunan 1,033 1,064 2,097 178 597 10 4 - 602
9 Asempapak 574 570 1,144 19,5 314 5 2 - 276
10 Mojoasem 326 324 650 197 184 3 1 - 135
11 Ngawen 1,357 1,318 2,675 204 728 12 4 5 606
12 Randuboto 2,003 2,053 4,056 970 1,018 16 7 4 977
13 Racitengah 892 899 1,791 25 562 6 2 - 442
14 Racikulon 370 411 781 257 245 3 1 - 218
Tabel 1.1 Luas wilayah kerja dan data penduduk Puskesmas Sidayu
Luas Jml
No Desa L P Jml KK RT RW Dsn
Wil. Rmh
15 Golokan 2,869 2,879 5,748 695 1,646 27 5 - 1482
16 Sambipondok 414 390 804 53 232 5 2 - 217
17 Wadeng 3,771 3,838 7,609 292 2,310 34 9 2 1819
18 Gedangan 1,307 1,330 2,637 133 660 15 6 - 557
19 Sukorejo 1,233 1,262 2,495 108 693 14 6 - 631
20 Lasem 1,421 1,453 2,874 210 808 4 3 - 760
21 Kertosono 1,425 1,392 2,817 516 754 12 5 1 612
62,32 19
JUMLAH 22,947 23,149 46,096 13,013 71 18 11.188
Km2 7
Tabel 1.1 Luas wilayah kerja dan data penduduk Puskesmas Sidayu
Dari tabel diatas terlihat bahwa desa yang paling luas wilayahnya
adalah Desa Randuboto, yang terjauh Desa Gedangan yang otomatis
waktu tempuh ke puskesmas paling lama (35 menit). Sedangkan dengan
jumlah KK 2.310 dan jumlah rumah 1.819 terbanyak adalah Desa
Wadeng.
2.2 Diabetes Mellitus
Diabetes melitus (DM) adalah sindrom klinis kelainan metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek sekresi insulin, defek kerja
insulin, atau gabungan keduanya (Waspadji, 2009). Selain itu, diabetes
melitus juga didefinisikan sebagai penyakit kronik yang terjadi karena
tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak bisa menggunakan
insulin secara efektif (International Diabetes Federation [IDF], 2013).
B. Pengalaman Mengenai TB
Pengalaman mengenai TB dapat diperoleh seseorang dari
dirinya sendiri maupun hasil interaksi dengan lingkungan sekitar.
Pengalaman mengenai TB yang berasal dari diri sendiri yaitu dapat
berupa riwayat pernah menderita TB, sedangkan pengalaman yang
merupakan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar dapat berupa
pengalaman kontak dengan anggota keluarga yang pernah
menderita TB. Pengalaman mengenai TB yang didapat seseorang
dari dirinya sendiri maupun lingkungan akan memengaruhi proses
pembentukan pengetahuan pada diri seseorang.
D. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Dalam konteks
kesehatan, sikap dapat berupa pendapat seseorang terhadap
program atau upaya yang sedang diterapkan. Ungkapan pendapat
dapat berupa pernyataan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak
senang. Sikap juga merupakan kesiapan seseorang untuk
berperilaku. Sikap tentang TB-DM merupakan sikap yang
mengacu pada Teori Health Belief Model, yaitu bahwa tindakan
dapat muncul karena adanya persepsi individu meliputi kerentanan
untuk menderita TB (perceived of susceptibility), keseriusan
penyakit (percieved of severity), persepsi penghalang untuk
mengikuti skrining dan terapi TB-DM (percieved of barrier), dan
keuntungan mengikuti skrining dan terapi TB-DM (percieved of
benefit) (Rawlett, 2011). Pasien DM yang memiliki sikap positif
terhadap TB-DM, skrining, dan terapi TB-DM diharapkan bersedia
mengikuti prosedur skrining TB Paru.
< 60 16 64%
≥60 9 36%
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 32 %
Perempuan 17 68%
Tingkat Pendidikan
Tidak lulus SD/Sederajat 3 12%
SD/Sederajat 6 24%
SMP/Sederajat 5 20%
SMA/Sederajat 9 36%
Sarjana/Diploma 2 8%
Status Pekerjaan
ASN 1 4%
TNI/Polri 0 0%
Pegawai Swasta 1 4%
Wiraswasta 4 16%
Petani/Buruh 3 12%
Pensiunan 1 4%
IRT 15 60%
Kurang 21 84%
Tingkat Pengetahuan
Baik 7 28%
Kurang 18 72%
Kurang 3 12%
Tidak 6 24%
Penyakit TB dapat ditularkan kepada orang lain melalui percikan 19 (76%) 6 (24%)
3.
dahak
7. Batuk lama dan berdahak merupakan salah satu gejala TB 12 (48%) 13 (52%)
Penderita Diabetes (DM) mempunyai kemungkinan yang lebih besar 8 (32%) 17 (68%)
11.
untuk menderita TB
Semakin dini mendapatkan pengobatan TB maka akan semakin baik 22 (88%) 3 (12%)
6.
untuk penyakit DM dan TB yang diderita
Jika Saya menderita TB akan dikucilkan dan dijauhi oleh keluarga atau 21 (84%) 4 (16%)
7.
teman
Jika Saya dirujuk untuk pemeriksaan rontgen, maka jarak ke tempat 23 (92%) 2
8.
rontgen tidak menjadi masalah buat saya (8%)
10. Pemeriksaan rontgen membuat saya malas untuk memeriksakan diri 16 (64%) 9 (36%)
Jika Saya menderita TB maka saya akan melakukan pengobatan 6 24 (96%) 1 (4%)
12.
bulan dengan teratur
13. Keluarga Saya akan melarang Saya melakukan pemeriksaan TB 22 (88%) 3 (12%)
Jika Anda menderita TB, maka keluarga Anda akan mendukung 24 (96%) 1 (4%)
14.
pengobatan DM dan TB yang anda derita
Jika Anda menderita TB maka keluarga Anda akan mengingatkan Anda 24 (96%) 1 (4%)
15.
untuk minum obat
B. Analisis Bivariat
Uji bivariat pada penelitian “hubungan dukungan petugas kesehatan,
pengetahuan, sikap penderita diabetes mellitus untuk melakukan skrining
tuberkulosis” menggunakan uji chi square dengan tujuan untuk
menganalisa hubungan antara dukungan petugas kesehatan, pengetahuan,
sikap penderita diabetes mellitus dengan kesediaan melakukan skrining
tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Sidayu.
1. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Kesediaan
Melakukan Skrining Tuberkulosis
Analisis hubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap
kesediaan melakukan skrining tuberkulosis disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.5. Hasil tabulasi silang dukungan petugas kesehatan dan kesediaan
melakukan skrining tuberkulosis
Dukungan Petugas Kesehatan
Baik Kurang
ρ value
N % N %
Kesediaan Iya 1 5.3% 18 94.7%
melakukan Tidak 3 50% 3 50% 0,031¥
skrining TB
¥
Uji Fisher Exact
Berdasarkan hasil tabulasi silang untuk variabel dukungan
petugas kesehatan dan kesediaan melakukan skrining tuberkulosis
didapatkan hanya 1 orang yang bersedia melakukan skrining
tuberkulosis dan menyatakan dukungan petugas kesehatan baik
(5.3%), sedangkan 18 orang lainnya yang bersedia melakukan
skrining tuberkulosis menyatakan dukungan petugas kesehatan kurang
(94.7%). Pada penderita diabetes yang tidak bersedia melakukan
skrining Tuberkulosis menyatakan dukungan petugas kesehatan baik
dan kurang memiliki persentasi yang imbang (50%).
Dari hasil analisis statistik didapatkan terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan
dengan kesediaan melakukan skrining tuberkulosis (ρ=0,031).
2. Hubungan Pengetahuan terhadap Kesediaan Melakukan Skrining
Tuberkulosis
Analisis hubungan antara pengetahuan terhadap kesediaan
melakukan skrining tuberkulosis disajikan dalam tabel berikut :
¥
Uji Fisher Exact
¥
Uji Fisher Exact
Berdasarkan hasil tabulasi silang untuk variabel sikap dan
kesediaan melakukan skrining tuberkulosis didapatkan mayoritas
tidak bersedia melakukan skrining tuberkulosis dengan memiliki sikap
yang buruk (64.3%) Sedangkan pada penderita diabetes yang bersedia
melakukan skring tuberkulosis dengan sikap yang baik sebanyak 5
orang (45.4%) dan yang memiliki sikap buruk sebanyak 6 orang
(54.6%).
Dari hasil analisis statistik didapatkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap dengan kesediaan melakukan
skrining tuberkulosis (ρ=0,579).
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 19 (76%) penderita DM
bersedia melakukan skrining TB. Dalam penentuan perilaku kesediaan
melakukan skrining TB dipengaruhi oleh faktor predisposisi salah satunya
adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan faktor penting yang
memengaruhi perilaku seseorang karena perilaku terbentuk didahului oleh
pengetahuan dan sikap yang positif (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan
penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki pengetahuan yang
kurang (72%). Rendahnya pengetahuan responden terlihat dari sebagian
besar responden yang tidak tahu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
komorbiditi TB-DM seperti risiko pasien DM mengalami komorbiditi TB-
DM (68%%), TB dapat mengganggu keberhasilan pengobatan DM (56%),
perlunya pengobatan gabungan DM dan TB pada orang yang mengalami
komorbiditi TB-DM (60%), perlunya penderita TB diperiksa DM (52%),
dan begitu pula perlunya penderita DM diperiksa TB (60%). Berkaitan
dengan hal tersebut, maka pemberian KIE yang baik dan
berkesinambungan khususnya terkait komorbiditi TB-DM oleh petugas
kesehatan perlu dilakukan agar pasien DM lebih memahami risiko mereka
sehingga memutuskan untuk melakukan skrining TB Paru.
Kurangnya pengetahuan peserta DM dapat berkaitan
dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang
memengaruhi daya serap dalam menerima informasi.
Orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung
makin besar kemampuan untuk menyerap, menerima, atau
mengadopsi informasi. Karakteristik pasien DM pada
penelitian ini berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan
bahwa sebagian besar memiliki tingkat pendidikan < SMA
yaitu sebanyak 56%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Putra (2016) yaitu terdapat perbedaan pengaruh
keterpaparan informasi mengenai penyakit TB dan
komorbiditi TB-DM antara responden yang memiliki tingkat
pendidikan ≥ SMA dengan responden yang memiliki
tingkat pendidikan < SMA.
Petugas kesehatan memegang peranan vital dalam memahami
perbedaan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
sehingga metode penyampaian informasi dilakukan dengan cara berbeda
yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan responden. Proses KIE pada
pasien DM dengan tingkat pendidikan rendah dapat dilakukan dengan
intensitas yang lebih lama dan frekuensi yang lebih sering, yaitu setiap kali
kunjungan pasien DM ke puskesmas. Hal tersebut bertujuan untuk
meyakinkan dan meningkatkan pemahaman pasien DM terhadap informasi
yang diberikan sehingga mereka memiliki sikap yang baik, serta
mengambil tindakan untuk melakukan skrining TB Paru.
Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dan kesedian skrining
tuberkulosis pada penelitian ini menunjukkan proporsi skrining
tuberkulosis lebih banyak pada responden yang memiliki pengetahuan
kurang yaitu 68.4% dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan
baik yaitu 31.6%. Sedangkan dari hasil analisis statistik didapatkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kesediaan
melakukan skrining tuberkulosis (ρ=0,637). Hal ini sejalan dengan
penelitian Putra (2016) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan skrining tuberkulosis (ρ=0,086).
Setelah terpapar informasi dan terbentuknya pengetahuan, maka
selanjutnya akan diikuti oleh pembentukan sikap sebagai respon terhadap
suatu objek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu
88% responden memiliki sikap yang baik. Pada hasil tabulasi silang antara
sikap dan kesediaan skrining tuberkulosis pada penelitian ini menunjukkan
proporsi skrining tuberkulosis lebih banyak pada responden yang memiliki
sikap baik yaitu 89.5% dibandingkan responden yang memiliki sikap
buruk yaitu 10.5%. Sedangkan dari hasil analisis statistik didapatkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kesediaan
melakukan skrining tuberkulosis (ρ=0,579). Hal ini sejalan dengan
penelitian Putra (2016) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan skrining tuberkulosis (ρ=0,389).
Pada penelitian ini mayoritas responden memiliki sikap yang baik
seperti setuju terhadap skrining TB paru dengan foto rontgen dada (68%),
Skrining TB dengan pemeriksaan dahak (68%), serta manfaat dari
prosedur pemeriksaan TB (92%). Sikap tersebut dikatakan sikap yang
positif sehingga menjadi predisposisi perilaku atau tindakan yang baik
pula yakni mayoritas responden bersedia untuk dilakukan skrining
tuberkulosis (76%). Sikap yang baik ini juga dipengaruhi oleh
pengetahuan yang dimiliki responden. Walaupun mayoritas pengetahuan
responden didapatkan kurang, namun bila dilihat dari 15 indikator
pengetahuan terhadap kesediaan skrining tuberkulosis, didapatkan
mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyakit
TB merupakan penyakit yang menular (80%), cara penularan penyakit TB
(76%), cara pencegahan penyakit TB (92%), cara penegakan diagnosis
penyakit TB dengan pemeriksaan dahak (80%) serta dapat dilakukan
dengan pemeriksaan rontgen dada (72%). Pengetahuan tersebut
membentuk sikap yang positif sehingga responden bersedia untuk
melakukan skrining.
Selain faktor predisposisi terdapat pula faktor penguat (reinforcing
factors) yaitu petugas kesehatan. Petugas kesehatan memiliki peran vital
dalam penyampaian informasi kepada pasien DM terkait besarnya risiko
mereka mengalami komorbiditi TB-DM. Maka dari itu, dukungan petugas
kesehatan akan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan keputusan
responden dalam melakukan skrining TB Paru.
Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden didapatkan sebanyak
19 responden bersedia untuk melakukan skrining tuberkulosis, sedangkan
6 responden tidak bersedia untuk melakukan skrining tuberkulosis. Alasan
responden menolak untuk dilakukan skrining tuberkulosis antara lain
karena tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan sebanyak 1 orang
(16.6%), biaya pemeriksaan mahal sebanyak 2 orang (33.3%), tidak ada
yang mengantar sebanyak 1 orang(16.6%) dan yang terakhir karena tidak
merasakan gejala tuberkulosis sebanyak 2 orang (33.3%). Hal tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Kurniawan (2015) bahwa keengganan
skrining TB Paru pada anggota keluarga yang memiliki kontak serumah
salah satunya disebabkan oleh anggapan bahwa skrining hanya diperlukan
pada orang yang telah tertular.
4.3 Kekurangan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini tidak terlepas dari adanya
keterbatasan yang dapat memengaruhi kualitas hasil penelitian. Waktu
penelitian yang singkat sehingga jumlah sampel sedikit dan sampel kurang
mewakili populasi peserta diabetes mellitus yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Sidayu. Jumlah sampel yang sedikit dapat mempengaruhi hasil
dari analisis statistik penelitian ini. Beberapa responden juga terkesan
tergesa-gesa untuk pergi saat dilakukan wawancara untuk mengukur
variabel dengan banyak indikator pertanyaan seperti pengetahuan dan
sikap sehingga pasien DM kurang sungguhsungguh dalam menjawab
pertanyaan. Hal tersebut tentu dapat memengaruhi hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun simpulan yang diperoleh pada penelitian ini sebagai berikut :
B. Saran
● Peneliti menyarankan petugas kesehatan yang terdiri atas pemegang
program P2P TB, Pemegang Program PTM, Prolanis dan Bidan Desa
untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai Tuberkulosis dan
Komorbiditi DM-TB kepada masyarakat.
● Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisis
faktor-faktor lainnya yang belum diteliti yang mungkin dapat berhubungan
dengan penderita diabetes mellitus untuk melakukan skrining tuberkulosis
namun tidak tergambarkan dalam penelitian ini seperti status sosial
ekonomi, akses, serta dukungan keluarga baik dengan desain studi yang
sama mapupun berbeda
DAFTAR PUSTAKA
Peneliti
Denganhormat,
Saya yang bertandatangan di bawahini,:
Nama :......................................................................................................................................
Umur :......................................................................................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Alamat :......................................................................................................................................
:......................................................................................................................................
No.Telp/Hp :......................................................................................................................................
PendidikkanAkhir : Tidak Sekolah SMP
Tidak Tamat SD SMA
SD Sarjana/ Diploma
Pekerjaan : PNS WiraswastaLainnya : …………………….
TNI/PolriPetani/ Buruh
PegawaiSwastaPensiunan
Mengijinkan Felisa Nur Khayana sebagai Dokter Internsip melakukan penelitian dengan
judul “Gambaran DukunganPetugas Kesehatan, Pengetahuan, Dan Sikap Pada
Penderita Diabetes Mellitus Umtuk Melakukan Skrining Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sidayu”. Saya mengerti dan memahami bahwa kegiatan
penelitian ini tidak memberikan dampak negative bagi siapa pun, oleh karena itu saya
mengijinkan adanya proses penelitian.
Responden,
Sidayu,________________2024
(___________________________)
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN, PENGETAHUAN, DAN
SIKAP PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS UMTUK MELAKUKAN
SKRINING TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDAYU
TanggalPengisian :
No Pernyataan Ya Tidak
Apakah Anda
2. mendapatkanpenjelasantentangpentingnyamelakukanpemeriksaan
TB pada pasien DM oleh petugaskesehatan?
Apakah Anda
6. mendapatkanpenjelasantentanghasilrontgenharusdibawakembalikep
uskesmas?
Apakah Anda
7. mendapatkanpenjelasantentangpemeriksaandahaksebagailanjutanpe
meriksaanrontgen?
Tidak
No Pernyataan Benar Salah
Tahu
2. Penyakit TB merupakanpenyakitmenular
4. Penyakit TB tidakdapatdisembuhkan
6. Penyakit TB bisadicegahdenganimunisasi
Cara untukmenghindaripenularan TB
8.
adalahdenganmenutupmulut/hidungsaatbatukataubersin
Untukmengetahuiseseorangmenderita TB
9.
bisadilakukandenganpemeriksaandahak
Pemeriksaanrontgen dada
10.
bisamembantumenentukanadanyakelainanakibat TB
Ragu Tidak
Setuj
No Pernyataan - Setuj
u
Ragu u
1. Penderita DM lebihberisikountukmenderita TB
Denganmelakukanpemeriksaanrontgenmakapenderit
3.
a DM bisamengetahuikemungkinanmenderita TB
Pemeriksaandahakmeningkatkankepastianpenyakit
4.
TB
Denganmenjalankansemuaprosedurpemeriksaan TB
5.
akanbermanfaatuntukkesehatanpenderita DM
Semakindinimendapatkanpengobatan TB
6. makaakansemakinbaikuntukpenyakit DM dan TB
yang diderita
9. Biayapemeriksaanrontgenakanmemberatkansaya
10 Pemeriksaanrontgenmembuatsaya malas
. untukmemeriksakandiri
11 Jika Saya menderita TB makapengobatan TB 6
. bulanakanmemberatkansaya
IV. KesediaanMelakukanProsedurSkriningTuberkulosis
Perintah : Beritandacentang ()sesuaidengankondisianda
16. Apakah Anda bersediamelakukanprosedurpemeriksaanTuberkulosis ?
Ya Tidak
DATA PESERTA
Nama Lengkap :
NIK :
Tanggal Lahir :
Umur / Jenis Kelamin :
No. Hp :
Alamat :
Provinsi, Kab/Kota :
No. RekamMedis :
TanggalSkrining :
SKRINING GEJALA (DIISI OLEH PETUGAS)
Keringatmalamtanpadisertaiaktivitas
Penurunanberat badan
Lainnya (sebutkan) :
Pemeriksa Peserta
(………………………) (………………………)
Data Penelitian
Dukungan Kesediaan
Jenis Hasil Skrining
Responden Usia Alamat Pendidikan Pekerjaan Petugas Pengetahuan Sikap di Periksa Alasan
Kelamin TB
Kesehatan TB
Tidak Tamat Tidak mengarah
1 52 6.6 % 66.6 % Ya
Perempuan Golokan SD IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Sarjana/ Tidak mengarah
2 59 60% 86.6 % Ya
Laki-Laki Ngawen Diploma PNS pada TBC 0% Tidak Ada
Pegawai Tidak mengarah
3 54 53% 86.6 % Ya
Laki-Laki Purwodadi SMA Swasta pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak Tamat Petani / Tidak mengarah
4 51 73% 86.6 % Ya
Laki-Laki Sukorejo SD Buruh pada TBC 0% Tidak Ada
Petani / Tidak mengarah
5 62 46% 86.6 % Ya
Laki-Laki Mriyunan SD Buruh pada TBC 0% Tidak Ada
Ya mengarah
6 54 53% 93% Ya
Perempuan Asempapak SD IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
7 57 66% 60% Ya
Perempuan Wadeng SD IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
8 47 53% 80% Ya
Perempuan Purwodadi SMA IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah Tidak ada yang
9 44 60% 73.3 % Tidak
Perempuan Randuboto SMP IRT pada TBC 50% mengantar
Sarjana/ Tidak mengarah
10 67 66.6 % 86.6% Ya
Laki-Laki Randuboto Diploma Pensiunan pada TBC 12.5% tidak ada
Tidak mengarah
11 68 60% 86% Ya
Perempuan Ngawen SMA IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
12 68 46% 100% Ya
Perempuan Raci Tengah SD IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
13 57 66% 60% Ya
Perempuan Wadeng SD IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
14 47 46% 80% Ya
Perempuan Purwodadi SMA IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
15 64 60% 86% Ya
Perempuan Randuboto SD IRT pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
16 63 93% 80% Ya
Perempuan Randuboto SMP IRT pada TBC 87.5% Tidak Ada
Tidak mengarah
17 66 66% 93% Ya
Perempuan Pegundan SMA IRT pada TBC 12.5% Tidak Ada
Ujung Tidak mengarah Karena tidak
18 44 40% 73.3% Tidak
Perempuan Pangkah SMA IRT pada TBC 12.5% merasakan gejala TB
Tidak ada waktu
19 52 Tidak mengarah 80% 93% Tidak untuk melakukan
Perempuan Randuboto SMA Irt pada TBC 12.5% pemeriksaan
Tidak mengarah Biaya untuk
20 48 40% 86% Tidak
Perempuan Randuboto SMP Wiraswasta pada TBC 62.5% pemeriksaan mahal
Tidak mengarah
21 60 40% 80% Ya
Perempuan Golokan SMP Wiraswasta pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
22 56 53% 93% Ya
Laki-Laki Sidomulyo SMA Wiraswasta pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
23 65 26% 66% Ya
Laki-Laki Randuboto Tidak Sekolah Wiraswasta pada TBC 0% Tidak Ada
Tidak mengarah
24 48 40% 60% Tidak
Perempuan Randuboto SMA Irt pada TBC 37.5% Tidak mau diperiksa
Petani / Tidak mengarah Biaya untuk
25 55 0% 75% Tidak
Laki-Laki Wadeng SMP Buruh pada TBC 100% pemeriksaan mahal
DATA SPSS