None 05d10291

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

WARTA ARDHIA

Jurnal Perhubungan Udara


p-ISSN: 0215-9066 (print), e-ISSN: 2528-4045 (online), www.wartaardhia.com

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk
Memprediksi Peningkatan Revenue (Studi Kasus di Bandara Depati Amir–Pangkal
Pinang)

Analyzing the Airport Production and Infrastructure facilities Invesment to Predict


Increasement of Revenue (Case Study Depati Amir Aiport–Pangkal Pinang)

Maryati Karma
Pusat Pengembangan SDM Aparatur Perhubungan, Jl. Medan Merdeka Timur no.5, Jakarta 10110
email: [email protected]

INFO ARTIKEL ABSTRACT / ABSTRAK

Histori Artikel: The current condition of the Depati Amir Airport managed by PT Angkasa Pura II is
Diterima: 16 Juli 2018 still declared in financial loss despite it has been invested in facilities needed for
Direvisi: 20 Desember 2018 anticipating the growth of air transportation. The effort in increasing the revenue, both
Disetujui: 20 Desember 2018 from aeronautical services and non aeronautical services, has also been worked out by the
Dipublikasi online: 17 Jan 2019 airport management in order to maintain positive financial performance. This research is
intended to analyze the trend of airport productions, including the production of
Keywords: passenger, baggage, and cargo, related to the facilities development of Depati Amir Airport
revenue, aviation services, non- that aims to improve the services for customers. There are strong correlations from
aeronautical services, cargo revenue with aeronautical services, non aeronautical services, and cargo services, as well
services. as revenue with operating expenses and profit before tax. Whilst the correlation from
revenue with investment appeared to be a weaker one. Thus, it can be concluded that the
Kata kunci: increasement of revenue is greatly influenced by the increase of flight frequency, passenger,
pendapatan, layanan baggage, cargo, and the efficiency of operating expense. The result of this research is
penerbangan, layanan non- expected can be used by the airport managers throughout Indonesia, whether managed by
aeronautical, layanan kargo. business entity such as PT Angkasa Pura or any working unit under the Ministry of
Transportation, in the effort to increase the revenue as the non tax state revenues.
Permalink/DOI:
https://dx.doi.org/10.25104/wa.v Pendapatan Bandara Depati Amir yang dikelola PT Angkasa Pura II masih
44i2.332.123-136 dinyatakan merugi walaupun telah dilakukan investasi/peningkatan terhadap fasilitas
yang dibutuhkan untuk mengantisipasi perkembangan sarana Transportasi Udara.
©2018 Puslitbang Transportasi Upaya meningkatkan pendapatan bandara, baik dari segi pendapatan jasa aeronautika
Udara, Badanlitbang maupun jasa non aeronautika juga telah dilakukan agar kinerja keuangan Bandara
Perhubungan-Kementerian Depati Amir tidak negatif. Penelitian ini melakukan analisa trend produksi bandar
Perhubungan RI. This is an open udara termasuk trend produksi penumpang, bagasi dan kargo yang terkait dengan
access article under the CC BY- perkembangan prasarana di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang, yang bertujuan
NCSA license untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (penumpang). Dalam penelitian ini
https:/creativecommons.org/licen juga menganalisa hubungan pendapatan dengan jasa aeronautika, jasa non aeronautia
ses/by-nc-sa/4.0/. dan kargo yang diperoleh hasil mempunyai tingkat korelasi yang kuat. Selain itu juga
diteliti hubungan pendapatan dengan beban usaha dan laba sebelum pajak, diperoleh
hasil terdapat hubungan yang sangat kuat, sementara revenue dengan investasi
ternyata tidak memiliki korelasi yang terlalu kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
untuk meningkatkan pendapatan sangat dipengaruhi oleh peningkatan frekwensi
penerbangan, peningkatan jumlah penumpang, bagasi dan kargo serta efisiensi beban
usaha. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh bandara di seluruh
Indonesia, baik yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura maupun Bandar Udara yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Perhubungan dalam upaya
meningkatkan pendapatan bandar udara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP).

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk
123
Memprediksi Peningkatan Revenue, (Maryati)
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini dengan Amir agar dapat melayani penumpang dengan
pesatnya perkembangan teknologi sudah aman, lancar dan nyaman. Faktor ekonomi
merupakan suatu tuntutan dari masyarakat akan berfokus pada pertumbuhan ekonomi
untuk mendapatkan kemudahan menjangkau daerah dan nasional, serta dampaknya pada
tujuan melalui moda transportasi udara yang bisnis dan penumpang. Pertumbuhan
cepat, aman dan nyaman. ekonomi setiap negara sangat berpengaruh
Perkembangan pesawat dari para terhadap industri penerbangan termasuk
maskapai/airline juga meningkat terus, baik dinegara Asia dengan pertumbuhan GDP yang
dari jumlahnya dan kapasitasnya serta signifikan akan menciptakan keuntungan
karakteristik pesawatnya, hal ini sangat lebih baik bagi perusahaan yang terkait
mempengaruhi ketersediaan pelayanan dengan penerbangan. PT Angkasa Pura II
fasilitas bandar udara yaitu kebutuhan sebagai pengelola Bandar Udara sangatlah
panjang landasan, luasan parkir pesawat berkaitan langsung dengan perkembangan
beserta fasilitas lainnya disisi udara dan juga perusahaan penerbangan untuk menyediakan
fasilitas terminal untuk menampung fasilitas parkir pesawat, take-off dan landing
peningkatan jumlah penumpang serta lahan pesawat serta peralatan penunjang lainnya
parkir kendaraan disisi darat. yang diperlukan oleh maskapai penerbangan,
Dengan kondisi Indonesia yang terdiri dari sedangkan yang diperlukan oleh penumpang
kepulauan maka sarana yang sangat adalah fasilitas di Terminal yang nyaman,
diperlukan oleh masyarakat adalah angkutan tersedia internet, tersedia fasilitas toilet yang
udara yang cepat, murah dan aman serta bersih dan nyaman, juga tersedia resto yang
nyaman. Untuk mendukung sarana/pesawat dapat menikmati kuliner makanan khas
dapat mendarat di tempat tujuan penumpang daerah tersebut. Hal ini merupakan peluang
dengan nyaman dan selamat maka perlu bisnis dari PT Angkasa Pura II sebagai Mitra
dipersiapkan Bandar Udara dengan fasilitas yang simbiose mutualistis atau disebut
yang memenuhi Standar Nasional maupun kerjasama yang saling menguntungkan.
International. Dalam rangka meningkatkan Pelayanan
Industri penerbangan saat ini Publik maka Pengelola Bandar Udara perlu
pertumbuhannya sangat pesat/luar biasa menyediakan prasarana yang handal dengan
tingginya, karena konektivitas udara masih bersinergi kepada para stakeholder sehingga
sangat dominan dan dibutuhkan oleh sistem informasi dapat terintergrasi antara
masyarakat, juga dengan meningkatnya informasi penerbangan/angkutan udara
pariwisata yang saat ini menjadi perhatian terkait fasilitas bandar udara dapat terjalin
pemerintah agar dapat meningkatkan dengan baik, yang menghasilkan tingkat
pendapatan negara. Angkasa Pura II dalam pelayanan atau level of service yang
mengembangkan bisnisnya juga harus diharapkan oleh masyarakat/penumpang.
menjadi agen pembangunan yang dapat Seperti diketahui bahwa sejak Bandar
memberikan manfaat dan meningkatkan Udara Depati Amir – Pangkal Pinang dikelola
kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia. oleh Angkasa Pura II tahun 2007 sampai
Pangkal Pinang adalah suatu pulau yang dengan tahun 2017 tercatat pendapatan/
memiliki tempat tempat wisata laut atau hasil produksi Aeronautika dan Non
disebut wisata bahari, selain untuk leisure Aeronautika dari revenue Bandara Depati
dipantai, melakukan diving/snorkeling dan Amir dinyatakan masih belum
lokasi rekreasi lainnya yang dapat menarik menguntungkan atau masih negatif.
wisatawan. PT Angkasa Pura II sebagai Pengelola
Oleh karena itu dalam rangka mendukung Bandar Udara Depati Amir adalah Badan
peningkatan pariwisata maka perlu Usaha Milik Negara yang selalu dituntut
pengembangan fasilitas Bandar Udara Depati untuk mendapatkan keuntungan sebanyak

Warta Ardhia, Volume 44 No. 2 Desember 2018, hal 123-136


124
banyaknya, namun tetap memperhatikan dengan biaya serendah rendahnya juga
faktor keamanan dan keselamatan mempunyai misi sosial terhadap masyarakat
penumpang dalam pengoperasiannya sesuai sekitar Bandara.
dengan Standar International tanpa Business Strategy yang diterapkan PT.
mengurangi pelayanan yang sangat sarat Angkasa Pura II adalah Competitive strategy
dengan aturan Nasional maupun aturan yaitu pendekatan pasar, mengingat Angkasa
International (ICAO). Pura II memiliki Captive market yang hampir
Oleh karena itu sudah merupakan tidak ada kompetitornya maka yang harus
tanggung jawab pengelola Bandar Udara dilakukan adalah melakukan cost leadership
Depati Amir untuk mencari cara/usaha dengan memproduksi barang barang yang
bagaimana meningkatkan pendapatan biayanya lebih rendah namun kualitasnya
tersebut. Pengelola Bandar Udara Depati Amir relatif sama jika dibandingkan dengan
perlu menganalisa alat produksi yang ada saat pesaing yang ada.
ini untuk meningkatkan pendapatan dari Fokus bisnis yaitu memusatkan kegiatan
bidang atau unit yang usahanya belum yang mendatangkan revenue dengan tujuan
optimal dan masih dapat dikembangkan. khusus misalnya sebagai bandara tujuan
Selain menganalisa fasilitas/ alat produksi wisatawan (tourism destination airport),
yang perlu diperhatikan adalah dukungan arena bisnis di bandara (business area
atau kinerja dari para staf/sumber daya airport), pengalaman berbelanja yang terbaik
manusianya, apakah kinerja bandara sudah di bandara (best shopping experience airport)
mencapai standar/target yang diharapkan, atau Bandara sesuai dengan adat didaerah
dan juga kebijakan kebijakan tingkat pusat tersebut (Cultural Airport).
yang mempengaruhi kinerja Bandara bahkan Strategi pendekatan pasar dengan
membebani peningkatan pendapatan Bandar deferensiasi dari masing masing bandara
Udara Depati Amir. yang mempunyai ciri khas tersendiri dan
unik. Pendekatan terhadap sumber daya
TINJAUAN PUSTAKA dalam Comparative strategy harus
mempunyai kemampuan bersaing yaitu
PT Angkasa Pura II mencanangkan bahwa
airport baik secara keseluruhan antara lain
ada 3 hal penting dalam Manajemen
kualitas Sumber Daya Manusia, sarana dan
Pengelolaan Bandara yaitu Business
prasarana serta teknologinya yang
Ecosystem, Business Strategy, dan Business
mendukung Operasi Penerbangan berjalan
Quick Win. (Mohammad Awalludin, 2017).
secara harmonis.
Business Ecosystem diuraikan sebagai 3
Perlunya melakukan Cooperative Strategy
A yaitu Airport sebagai alat produksi utama
dalam hal melakukan kerjasama dengan mitra
yang menghasilkan revenue dalam bisnis
kerja yang sudah memiliki nama (Big Name)
kebandarudaraan terbagi dalam Aeronautika
yang reputasinya dikenal secara global yaitu
dan non Aeronautika , Airline termasuk dalam
provider kelas dunia, sehingga pelayanan
ecositem bisnis bandara yang mendatangkan
Bandara Depati Amir dapat setara
penumpang sebanyak banyaknya sesuai
International.
dengan kapasitas dan kemampuan Airport ,
Business Quick Wins yang diterapkan
Arena adalah bandara tempat bersinergi
oleh PT Angkasa Pura II adalah melakukan
antar stakeholder untuk mencari peluang
perubahan dengan metode Manajemen
bisnis yang harus dikomunikasikan dengan
pelayanan berbasis teknologi (IT Service
Pemerintah setempat untuk membantu
Management) untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan potensi daerah yang secara
mengimplementasikan peningkatan dari
langsung berdampak meningkatkan
peluang peluang yang sejalan dengan
penumpang ke dan dari daerah tersebut.
kebutuhan bisnis. Pada umumnya bila suatu
Angkasa Pura II sebagai badan usaha selain
organisasi menerapkan IT Service
mencari keuntungan sebanyak banyaknya

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk Memprediksi
125
Peningkatan Revenue, (Maryati)
Management maka akan adanya keterbatasan sesuatu yang merupakan kebutuhan dari
antara lain terbatasnya staff, terbatasnya penumpang saat berpergian. Dan bahkan
biaya, dan komitmen yang kuat dari para pada beberapa bandara memperhatikan
pelaku bisnis untuk merubah organisasinya. kebutuhan lingkungan /komunitas sekitarnya
Menurut Kotter (2007), untuk Model dengan membangun super market, cinema,
Transformasi suatu organisasi tersebut ada 8 restaurant yang dibangun diluar daerah
Langkah yaitu: utama (prime space) yang dilalui penumpang
1. Adanya Kebutuhan yang urgent dengan izin tertentu dari keamanan bandara.
2. Membentuk group yang mengarahkan
3. Membangun visi dan strategi METODOLOGI
4. Mengkomunikasikan perubahan visi Metode Pengumpulan Data
5. Mendorong action secara menyeluruh
6. Mempercepat hasil yang nyata dalam Teknik pengumpulan data dilakukan
jangka pendek Quick Wins dengan metode metode wawancara terhadap
7. Menekankan target dan perubahan narasumber yang kompeten dalam
8. Menciptakan kultur yang baru dalam pengelolaan Bandara Depati Amir.
suatu organisasi. Wawancara merupakan teknik
Pimpinan Perusahaan dalam menjalankan pengumpulan data yang dilakukan melalui
tugasnya harus dapat berperan aktif untuk tatap muka dan tanya jawab langsung antara
meningkatkan organisasinya, baik jangka pengumpul data maupun peneliti terhadap
pendek maupun jangka Panjang dan narasumber, wawancara dapat dilakukan
membuka peluang peluang baru yang dapat dengan tatap muka maupun melalui telpon.
meningkatkan pendapatan serta dengan (Sekaran, 2006). Dalam bentuk yang paling
cepat merubah kultur yang ada selama ini. sederhana wawancara terdiri atas sejumlah
Perlunya menganalisa strategi strategi untuk pertanyaan yang dipersiapkan oleh peneliti
meningkatkan pendapatan / Revenue baik. dan diajukan kepada seseorang mengenai
Dengan mengelola asset yang ada juga topik penelitian secara tatap muka, dan
dalam menjalin hubungan dengan peneliti merekam jawaban jawabannya
Pemerintah Daerah ataupun instansi instansi sendiri.
di Kementerian Lembaga untuk mengadakan Dalam kebanyakan studi yang
Paket Meeting (MICE) di Pangkal Pinang berhubungan dengan ilmu humaniora,
Bangka. peneliti dapat menemukan bahwa teknik
Menurut ICAO Circular 142-AT/47 tahun wawancara pribadi merupakan instrumen
1979, Development of Non Aeronautical yang paling baik untuk memperoleh
Revenues at Airports, bahwa Non Aeronautical informasi. Walaupun kita dapat memperoleh
dalam lingkungan bandara sangat bervariasi hakikat atau pendapat tertentu melalui pos
termasuk toko toko, restoran, bar, cafeteria, atau telepon, kecuali itu ada sebagian data
toko duty free (minuman, rokok, parfum), yang tidak mungkin diperoleh kecuali melalui
toko buku, toko souvenier, toko merchandise wawancara tatap muka. Dalam berbagai hal
yang relative cukup mahal harganya (tas hand peneliti menyadari pentingnya pendapat dan
bag, Jam Tangan, mainan anak anak, Audio mendengarkan suara dan perkataan orang
set), perkantoran Airlines, Bank bank, Money tentang topik penelitian. (Emzir, 2014).
changer, Airline catering, Service Taxi, sewa Dalam Sugiyono (2014) dan Gorman &
kendaraan, sewa pergudangan, sewa tanah, Clayton, (1997), melakukan penelitian ini
sewa lahan atau gedung parkir kendaraan, digunakan metode penelitian deskriptif
sewa hangar pesawat, workshops, kualitatif, Metode kualitatif yaitu jenis
pergudangan / warehouse dll. Secara umum penelitian yang didesain untuk memperoleh
semua yang dijual ataupun kerja sama pada pemahaman, penafsiran, dan subjektif. Riset
area konsesi diterminal bandara adalah Kualitatif memproses pencarian gambaran
data dari konteks kejadiannya langsung,

Warta Ardhia, Volume 44 No. 2 Desember 2018, hal 123-136


126
sebagai upaya melukiskan peristiwa sepersis Signifikan berarti hubungan yang terjadi
kenyataannya, yang berarti membuat dapat berlaku untuk populasi. Uji F dapat
pelbagai kejadiannya seperti merekat, dan dilakukan dengan membandingkan F hitung
melibatkan perspektif (peneliti) yang dengan Tabel F dibandingkan F Tabel dalam
partisipatif di dalam pelbagai kejadiannya, Excel, jika F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak
serta menggunakan penginduksian dalam Ha diterima) maka model signifikan atau bisa
menjelaskan gambaran fenomena yang dilihat dalam kolom signifikansi pada Anova
diamatinya. (Olahan dengan SPSS, Gunakan Uji Regresi
Ciri Kualitatif adalah Penulis kualitatif dengan Metode Enter/Full Model). Model
melaporkan meaning of events dari apa yang signifikan selama kolom signifikansi (%) <
diamati penulis. (Gorman & Clayton, 1997) Alpha (kesiapan berbuat salah tipe 1, yang
Laporannya berisi amatan berbagai kejadian menentukan peneliti sendiri, dalam ilmu
dan interaksi yang diamati langsung penulis sosial biasanya paling besar alpha 10%, atau
dari tempat kejadian. 5% atau 1%).
Penulis terlibat secara partisipatif di Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel,
dalam observasinya, dia berada dan hadir di maka model tidak signifikan, hal ini juga
dalam kejadian tersebut. Ini yang disebut ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan
amatan langsung di sini. Maka itu, sifat lebih besar dari alpha.
kejadiannya juga bersifat spesifik. Kejadian Penggunaan tingkat signifikansinya
yang memiliki nilai spesial, mempunyai beragam, tergantung keinginan peneliti, yaitu
kekhususan tertentu. (Santana, 2007). 0,01 (1%); 0,05 (5%) dan 0,10 (10%).
Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA
Analisa Korelasi Dan Regresi dalam kolom sig. Sebagai contoh, kita
Dalam melakukan analisa hubungan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05),
korelasi antara revenue dan pendapatan jasa jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat
aero, jasa non-aero, pendapatan kargo serta dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan
analisa hubungan revenue terhadap beban secara bersama-sama antara variabel bebas
usaha, laba sebelum pajak dan biaya investasi terhadap variabel terikat.
dapat digunakan analisa korelasi dan regresi Namun, jika nilai signifikansi > 0,05 maka
dan juga melakukan Uji F dan Uji t. tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama antara variabel bebas
Uji F dan Uji t
terhadap variabel terikat. Uji F bisa dilakukan
Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji
dengan bantuan software SPSS.
Model/Uji Anova, yaitu uji untuk melihat
bagaimanakah pengaruh semua variabel
Cara Melakukan Uji T
bebasnya secara bersama-sama terhadap
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk
variabel terikatnya. Atau untuk menguji
menguji bagaimana pengaruh masing-masing
apakah model regresi yang kita buat baik/
variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
signifikan atau tidak baik /non signifikan.
terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat
Dalam artikel ini dijelaskan tentang Uji F dan
dilakukan dengan mambandingkan t hitung
Uji t dalam penelitian. Jika model signifikan
dengan t tabel atau dengan melihat kolom
maka model bisa digunakan untuk
signifikansi pada masing-masing t hitung,
prediksi/peramalan, sebaliknya jika
proses uji t identik dengan Uji F (lihat
non/tidak signifikan maka model regresi
perhitungan SPSS pada Coefficient Regression
tidak bisa digunakan untuk peramalan.
Full Model /Enter). Atau bisa diganti dengan
Uji metode Stepwise.
Cara Melakukan Uji F
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel
Uji F digunakan untuk mengetahui
coefficients pada kolom sig (significance). Jika
pengaruh variabel bebas secara bersama-
probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05,
sama (simultan) terhadap variabel terikat.

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk Memprediksi
127
Peningkatan Revenue, (Maryati)
maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antar variabel yang kuat dan
pengaruh antara variabel bebas terhadap hubungan tersebut bersifat positif. Koefisien
variabel terikat secara parsial. korelasi yang mendekati angka – 1
Namun, jika probabilitas nilai t atau menunjukkan hubungan antar variabel yang
signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan kuat namun hubungan tersebut bersifat
bahwa tidak terdapat pengaruh yang negatif. Sedangkan koefisien korelasi yang
signifikan antara masing-masing variabel mendekati angka 0 (nol) menunjukkan
bebas terhadap variabel terikat. hubungan antar variabel tersebut bersifat
Sama halnya dengan Uji F, Uji t juga bisa adalah lemah atau tidak kuat. Dengan
dilakukan dengan bantuan software SPSS. demikian nilai koefisien korelasi adalah – 1 ≤
r ≤ + 1.
Analisis Korelasi Dan Regresi
Menurut Furqon, (2013), Statistika Analisis Regresi
Terapan untuk Penelitian Korelasi dan regresi Analisis regresi merupakan analisis untuk
linier merupakan dua hal yang serupa tapi tak mengetahui pengaruh suatu variabel
sama. Secara matematis, keduanya terhadap variabel lain. Variabel yang
berhubungan sangat erat. Namun, kedua mempengaruhi disebut variabel bebas
analisis tersebut didasarkan pada asumsi (independent variable) dan variabel yang
yang berbeda. Perbedaan utama antara dipengaruhi disebut variabel terikat
keduanya terletak pada asumsi tentang (dependent variable). Analisis regresi yang
peubah X. Dalam model regresi, peubah bebas hanya terdapat satu variabel bebas dan satu
(X) dan peubah terikat (Y) didefinisikan variabel terikat disebut analisi regresi
secara tegas, yaitu bahwa peubah X sederhana, sedangkan analisis regresi yang
diasumsikan bersifat fiks(Fixed) dan diukur variabel bebasnya lebih dari satu disebut
tanpa galat. Konsekwensinya, distribusi analisis regresi berganda.
peubah Y bersifat kondisional terhadap nilai Secara umum, analisis regresi adalah
tertentu pada peubah X. Tidak seperti pada analisis mengenai ketergantungan atau
model regresi, analisis korelasi tidak pengaruh satu variabel dependen (terikat)
didasarkan pada definisi yang tegas tentang dengan satu atau lebih variabel independent
peubah bebas (X) dan peubah terikat (Y); (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan
keduanya dapat bertukar tempat dan bersifat untuk mengestimasi dan/atau memprediksi
acak .Model Korelasi mengasumsikan bahwa rata-rata populasi atau niiai rata-rata variabel
pada suatu populasi terdapat pasangan nilai X dependen berdasarkan nilai variabel
dan Y; keduanya saling berhubungan dan independen yang diketahui. Regresi mengukur
tidak ada yang bersifat fiks. seberapa besar suatu variabel mempengaruhi
variabel yang lain, sehingga dapat digunakan
Analisis Korelasi untuk melakukan peramalan nilai suatu
Analisis korelasi adalah analisis untuk variabel berdasarkan variabel lain. Hasil
mengetahui sejauh mana hubungan (korelasi) analisis regresi berupa koefisien regresi
antara dua variabel. Hubungan atau korelasi untuk masing-masing variable independent,
antar dua variabel tersebut dapat merupakan yang diperoleh dengan memprediksi nilai
hubungan positif, hubungan negatif, atau variable dependen dengan suatu persamaan
tidak mempunyai hubungan. Analisis korelasi regresi. Analisa regresi ada dua: Analisa
digunakan untuk mengukur kuat atau Regresi Sederhana dan Analisis Regresi
tidaknya tingkat hubungan atau korelasi antar Berganda.
variabel yang diteliti. Tingkat hubungan atau
korelasi antar variabel tersebut dapat dilihat HASIL DAN PEMBAHASAN
dari koefisien korelasinya. Koefisien korelasi
Kondisi Bandar Udara Depati Amir pada
yang mendekati angka + 1 menunjukkan
tahun 2007 saat diserahkan oleh Kementerian

Warta Ardhia, Volume 44 No. 2 Desember 2018, hal 123-136


128
Perhubungan adalah: Landasan panjang sebagai berikut: Y = 1321 X
2.250 m x 30 m yang hanya mampu didarati + 5202
oleh Pesawat B 737 series 200 dengan Analisa Trend Pertumbuhan Penumpang
kapasitas penumpang 102 Orang dan parkir Tabel 2. Data Pertumbuhan Penumpang Udara Bandara
pesawat (Apron) hanya mampu menampung Depati Amir Tahun 2008 s.d 2017
3 stand pesawat. Dengan maximum No Tahun Penumpang Penumpang Total Growth
datang Berangkat (Orang) (%)
pergerakan penumpang di tahun 2008 (Orang) (Orang)
sebanyak 7.068 pesawat. 1 2008 393.167 400.508 793.675
Untuk menganalisa rencana 2 2009 475.918 482.899 958.817 20,81 %
pengembangan Fasilitas Bandar Udara sesuai 3 2010 544.135 551.433 1.095.568 14,26 %
4 2011 657.467 666.793 1.324.260 20,87 %
Standart ICAO (International Civil Aviatian
5 2012 733.269 751.088 1.484.357 12,09 %
Organization) maka perlu ditinjau dari 6 2013 729.732 737.387 1.467.119 - 1,16 %
kebutuhan perkembangan dari pesawat, 7 2014 698.022 710.404 1.408.426 - 4,00 %
penumpang, bagasi dan kargo sehingga dapat 8 2015 812.017 823.775 1.635.792 16,14 %
mengantisipasi besaran fasilitas yang 9 2016 948.634 955.274 1.903.908 16,39 %
10 2017 1.090.929 1.098.565 2.048.019 7,57 %
dibutuhan. Dengan menggunakan regresi
Sumber: Ditjen Phb Udara, 2018
linier dapat diketahui trend
perkembangannya serta persamaan
regresinya seperti terlihat pada Gambar 2.

Analisa Trend Pertumbuhan Pesawat


Tabel 1. Data pertumbuhan Pesawat Udara
Bandara Depati Amir Tahun 2008 s.d
2017
No Tahun Pesawat Pesawat Total Growth
datang Berangkat Pesawat (%)
1 2008 3.534 3.534 7.068
2 2009 4.273 4.278 8.551 21 %
3 2010 4.642 4.641 9.283 8,6 %
4 2011 5.715 5.715 11.430 23,1 %
5 2012 6.235 6.236 12.471 9,1 % Gambar 2. Trend pertumbuhan penumpang
6 2013 5.930 5.932 11.862 -4,88 % dengan dengan persamaan regresi
7 2014 5.438 5.438 10.876 -8,31 % Linier sebagai berikut:
8 2015 6.981 6.981 13.962 28,37 % Y = 134027 X + 688995
9 2016 8.058 8.057 16.115 15,42 %
10 2017 10.258 10.258 20.516 27,31 % Analisa Trend Pertumbuhan Bagasi
Sumber: Ditjen Phb Udara, 2018
Tabel 3. Data Pertumbuhan Bagasi Udara Bandara
Depati Tahun 2008 s.d 2017 Amir
No Tahun Bagasi Bagasi Total
datang Berangkat Bagasi
( Kg) (Kg) (Kg)
1 2008 4.363.371 3.558.596 7.921.967
2 2009 4.682.633 4.390.317 9.072.950
3 2010 5.381.695 4.879.448 10.261.143
4 2011 6.398.728 5.578.051 11.976.779
5 2012 6.071.518 5.727.850 11.799.368
6 2013 5.993.630 5.717.365 11.710.995
7 2014 5.502.596 5.349.242 10.851.838
8 2015 6.092.582 6.166.175 12.258.757
9 2016 6.641.685 6.817.189 13.458.874
10 2017 8.011.488 7.680.329 15.691.817
Gambar 1. Trend pertumbuhan pesawat Sumber: Ditjen Phb Udara, 2018
persamaan regresi Linier

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk Memprediksi
129
Peningkatan Revenue, (Maryati)
Tabel 5. Data Rencana Masterplan
No Uraian Fasilitas Existing Tahap I
(2016/2017) 2017-2027
Airside data & Pengembangan
1. Pesawat Terbesar B737-900ER B737-900ER
Terbatas Terbatas &
A321 Neo
2. Movement Pesawat/ 16.235 21.076
Tahun
3. Aerodrome Reference 4C 4C
Code
4. Kategori Operasional Instrumen Instrumen
Gambar 3. Trend pertumbuhan bagasi dengan Runway Presisi CAT I Presisi CAT I
dengan persamaan regresi Linier 5. Landas Pacu ( Runway) 2250 x 45 m 2600 x 45 m
6. Apron (Parkir Pesawat) 410 x 98 m 420 x 123 m
sebagai berikut: 7. Runway Strip 2370 x150 m 2720x300 m
Y = 649424 X + 8000000 8. RESA 90 x 90 m 90 x 90 m
9. Turning Pad 2 buah 2 buah
Analisa Trend Pertumbuhan Kargo Landside data & Pengembangan
1. Luas Lahan 309 HA 309 HA
Tabel 4. Data Pertumbuhan Cargo Udara Bandara 2. Terminal Penumpang 12.170 37.915
Depati Amir Tahun 2008 s.d 2017 3. Kapasitas penumpang 1.500.000 2.900.000
No Tahun KARGO KARGO Total (orang)
datang Berangkat KARGO 4. Terminal Kargo 1.626 2.000
(Kg) (Kg) (Kg) 5. Kapasitas Kargo (Ton) 11.182 26.954
6. Area Parkir 23.000 33.000
1 2008 4.373.518 951.935 5.325.453
7. Bangunan PKP-PK 430 430
2 2009 3.373.545 1.085.262 4.458.807
8. Bangunan PKP-PK - 156
3 2010 4.816.265 1.348.229 6.164.494 (SAR)
4 2011 7.053.888 2.285.242 9.339.130 9. Air Traffic Control 25 125
5 2012 6.058.085 1.743.933 7.802.018 10. Kantor Operasi AIRNAV - 300
6 2013 4.836.670 1.237.878 6.074.548 11. Main Power Station 1.225 1.225
7 2014 5.141.455 2.331.762 7.473.217 12. Kantor Operasi Bandara 445 445
13. Kantor Administrasi AP - -
8 2015 4.805.803 1.862.416 6.668.219
II
9 2016 5.504.377 2.014.479 7.518.856 14. Depot Pengisian Pesawat 412 12.000
10 2017 6.726.395 2.420.239 9.146.634 Udara
Sumber: Ditjen Phb Udara, 2018 15. GSE Parking 900 2.100
16. GSE Maintenance - -
17. Kantor Keamanan 177 177
TREND CARGO (Kg) 18. Masjid 130 158
Sumber: Bandara Depati Amir, 2018
10000000
Hasil Analisa Variable Yang
8000000
Mempengaruhi Pendapatan/Revenue Di
Total
6000000 Bandara Depati Amir Pangkal Pinang
Y = 309118 X + 5000000
4000000 R² = 0,356
Bangka
Linear
(Total) Tabel 6. Data Kinerja Bandara Depati Amir
2000000
Th Revenue Jasa Jasa Non Kargo
0 (Rp) Aero Aero
2008 20102012 2014 2016 (Rp) (Rp) (Rp)
2011 30.522.645 22.947.267 7.575.379 0
Gambar 4. Trend pertumbuhan kargo dengan 2012 36.265.458 26.853.150 9.412.309 0
dengan persamaan regresi Linier 2013 28.278.789 18.571.825 9.633.927 0
2014 29.299.776 18.135.934 9.453.471 1.710.372
sebagai berikut: Y = 309118 X +
2015 34.140.955 20.488.169 9.214.067 4.438.719
5000000 2016 38.737.869 22.872.561 10.384.615 5.480.693
2017 53.972.702 29.830.497 16.981.820 7.160.386
Sumber: Bandara Depati Amir, 2018
Pengembangan Fasilitas Bandara Depati
Amir sesuai review Master Plan

Warta Ardhia, Volume 44 No. 2 Desember 2018, hal 123-136


130
7 dapat dikatakan relatif tidak terlalu kuat
Tabel 7. Correlations Revenue dengan Jasa Aero, atau masih di bawah 0,8. Korelasi antara jasa
Jasa Non Aero dan Kargo aero dengan jasa non-aero sebesar 0,668, jasa
Revenue Jasa Jasa Kargo
Aero Non aero dengan kargo sebesar 0,419, dan jasa
Aero non-aero dengan kargo sebesar 0,746.
Pearson Revenue 1.000 0.856 0.920 0.796 Korelasi antar variabel independen yang
Correla
tion relatif tidak terlalu kuat tersebut dapat
Jasa Aero 0.856 1.000 0.668 0.419 dikatakan bahwa tidak terjadi kolinieritas di
Jasa Non 0.920 0.668 1.000 0.746
Aero antara variabel independen tersebut,
Kargo 0.796 0.419 0.746 1.000 sehingga variabel independen jasa aero, jasa
Si.(1- Revenue 0. 0.007 0.002 0.016 non-aero, dan Kargo dapat digunakan dalam
tailed)
Jasa Aero 0.007 0 0.050 0.175 membuat model regresi berganda
Jasa Non 0.002 0.050 0 0.027 sebagaimana hasil analisa dibawah ini.
Aero
Kargo 0.016 0.175 0.027 0
Tabel 8. Coefficients
N Revenue 7 7 7 7 Model 1 Constant Jasa Jasa Kargo
(jumlah Aero Non
data) Aero
Jasa Aero 7 7 7 7 Unstandardized B 46610,3 0,99 1,01 0,992
Jasa Non 7 7 7 7 coefficient 3 5 0
Aero Std 60021,0 0,00 0,00 0,005
Kargo 7 7 7 7 Error 5 3 6
Sumber: Data diolah, 2018 Standardized Beta - 0,48 0,34 0,335
coefficient 4 6
t 0,777 298, 156, 184,7
Dari Tabel 7. diatas hasil analisis tersebut 2 4 7
menunjukkan bahwa hubungan korelasi Sig, 0,494 0,00 0,00 0,00
95% confidence Lower - 0,98 0,98 0,075
antara renenue dengan jasa aero sebesar level for B Bound 144407, 4 9
0,856. Hubungan Korelasi revenue dengan 4
jasa non aero sebesar 0,920 sedangkan Upper 237624, 1,00 1,03 1,009
Bound 1 6 0
Hubungan korelasi Revenue dengan Kargo correlations Zero - 0,85 0,92 0,796
sebesar 0,796. Hubungan Korelasi tersebut order 6 0
Partial - 1,00 1,00 1,000
cenderung mendekati angka 1 atau disebut Part - 0,35 0,18 0,220
hubungan kuat. Dan Hubungan Korelasi yang 5 6
paling kuat adalah antara Revenue dengan Collinearity Tolera - 0,53 0,28 0,431
statistics nce 9 9
jasa non aero, kemudian diikuti dengan Jasa VIF - 1,85 3,45 2,319
aero dan kargo. 5 6
Dengan menggunakan tingkat Sumber: Data diolah, 2018
kepercayaan 95% atau alpha 0,05
sebagaimana yang digunakan dalam analisis Sehingga persamaan regresi berganda dari
ini, korelasi antara variabel revenue dengan variable dependent revenue terhadap
jasa aero, jasa non-aero dan kargo tersebut variable independent jasa aero, jasa non-aero,
cukup valid dan dapat diterima karena hasil dan kargo sebagai berikut;
analisis menunjukkan bahwa tingkat
Signifikansi masing masing (Sig,1-tailed) Revenue = 46610.333 + 0,995 X 1 +
sebagaimana tabel korelasi diatas) adalah 1,010 X 2 + 0,992 X 3.
lebih kecil dari alpha 0,05 yaitu Revenue Keterangan;
dengan Jasa Aero 0,007, revenue dengan jasa X1 = Jasa aero
non-aero 0,002 serta revenue dengan kargo X2 = Jasa non-aero
nilainya 0,016. X3 = Kargo
Adapun korelasi di antara variabel Dengan menggunakan tingkat
independen jasa aero, jasa non-aero, dan kepercayaan 95 % atau alpha 0,05
kargo sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel sebagaimana yang digunakan dalam analisis

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk Memprediksi
131
Peningkatan Revenue, (Maryati)
ini, koefisien regresi masing-masing variabel
independen jasa aero, jasa non-aero, dan Tabel 9. Model Summary (Dependent variable
kargo tersebut cukup valid dan dapat diterima Revenue)
Model 1
karena hasil analisis menunjukkan bahwa
R 1,0
tingkat signifikansi masing-masing koefisien R square 1,0
regresi sebagaimana Tabel 8 di atas adalah Adjusted R 1,0
square
lebih kecil dari alpha 0,05 (jasa aero: 0,000, Std error of the 25789,47
jasa non-aero: 0,000, dan kargo: 0,000). estimate
Disamping itu uji statistik dilakukan untuk Change Statistics R square 1,0
change
melihat bagaimana pengaruh variabel- F change 234784,12
variabel independen jasa aero, jasa non-aero, df 1 3
df 2 3
dan kargo terhadap variabel dependen
Sig.F 0,00
revenue baik secara bersama-sama atau change
secara sendiri-sendiri, atau untuk menguji Durbin Watson 3,029
Predictors: Constant, Jasa Aero, Jasa Non-Aero, Kargo
apakah model regresi yang dibuat baik/
signifikan atau tidak baik/ tidak signifikan.
diperoleh F hitung = 234.784,12, Nilai F
Apabila model regresi yang dibuat
hitung tersebut lebih besar dari F tabel,
signifikan maka model tersebut dapat
sehingga H0 ditolak dan menerima H1 yang
digunakan untuk memprediksi, sebaliknya
berarti terdapat pengaruh variabel-variabel
apabila tidak signifikan maka model regresi
jasa aero, jasa non-aero, dan kargo secara
tersebut tidak dapat digunakan untuk
bersama-sama terhadap variabel revenue,
memprediksi.
sehingga berdasarkan uji F model regresi
Uji statistik ini digunakan uji B untuk
berganda:
melihat pengaruh variabel independen secara
adalah signifikan dan dapat digunakan untuk
bersama-sama dan uji t untuk melihat
memprediksi.
pengaruh variabel independen secara sendiri-
Sedangkan untuk uji t dengan hipotesa
sendiri.
yang digunakan adalah:
Untuk uji F dengan hipotesa yang
H0 : Tidak terdapat pengaruh variable
digunakan adalah:
variabel jasa aero, jasa non-aero,
H0 : Tidak terdapat pengaruh variabel-
dan kargo secara sendiri-sendiri
variable jasa aero, jasa non-aero,
terhadap variable revenue
dan kargo secara bersama-sama
H1 : Terdapat pengaruh variabel-variabel
terhadap variable revenue
jasa aero, jasa non-aero, dan kargo
H1 : Terdapat pengaruh variabel-
secara sendiri-sendiri terhadap
variabel jasa aero, jasa non-aero,
variable revenue
dan kargo secara bersama-sama
terhadap variabel revenue Untuk uji t ini, t tabel yang digunakan
adalah t tabel dengan degree of freedom (df) =
F tabel yang digunakan dalam uji ini adalah
6 pada taraf signifikansi 95 % (alpha 0,05)
F tabel dengan degree of freedom pembilang
yaitu t tabel = 1,94318.
(df1) = 3, degree of freedom penyebut (df2) =
Adapun kriteria uji t adalah: apabila nilai t
3 pada taraf signifikansi 95 % (alpha 0,05)
hitung > t tabel maka H0 ditolak dan
yaitu F tabel = 9,28. Adapun kriteria uji F
menerima H1 yang berarti terdapat pengaruh
adalah : apabila nilai F hitung > F tabel maka
variabel-variabel jasa aero, jasa non-aero, dan
H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti
kargo secara sendiri-sendiri terhadap
terdapat pengaruh variabel-variabel jasa
revenue, dan sebaliknya.
aero, jasa non aero, dan kargo secara bersama-
Berdasarkan hasil analisis diperoleh t
sama terhadap revenue, dan sebaliknya.
hitung untuk masing-masing variabel
Berdasarkan hasil analisis sebagaimana tabel
independen yaitu Jasa Aero = 298.2, Jasa Non
dibawah ini.
Aero = 156,4 dan Kargo = 184,77. Nilai t hitung

Warta Ardhia, Volume 44 No. 2 Desember 2018, hal 123-136


132
tersebut > (lebih besar) dari t tabel, sehingga **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti Dari hasil analisis tersebut menunjukkan
terdapat pengaruh variabel-variabel jasa bahwa hubungan korelasi antara reveue
aero, jasa non aero, dan kargo secara sendiri- dengan beban usaha sebesar 0,894. hubungan
sendiri terhadap variabel revenue, sehingga korelasi revenue dengan laba sebelum pajak
berdasarkan uji t model regresi berganda sebesar 0,613 sedangkan hubungan korelasi
adalah signifikan dan dapat digunakan untuk revenue dengan investasi sebesar 0,348.
memprediksi pendapatan yang diharapkan. Dengan menggunakan tingkat
Selain itu dilakukan analisa hubungan kepercayaan 95% atau alpha 0,05
korelasi antara revenue terhadap beban sebagaimana yang digunakan dalam analisis
usaha, laba sebelum pajak dan biaya investasi ini, korelasi antara variabel revenue dengan
yang telah dikeluarkan, dengan menggunakan beban usaha cukup valid dan dapat diterima
metode analisa SPSS dari data Laporan karena hasil analisis menunjukkan bahwa
Manajemen Bandara Udara Depati Amir tahun tingkat signifikansi (sig,2-tailed) 0,007 adalah
2011 sampai dengan tahun 2017. < (lebih kecil) dari alpha 0,05 yang berarti
hubungan revenue dengan beban usaha
Tabel 10. Data Revenue beban usaha, laba dengan nilai 0,894 adalah signifikan pada
sebelum pajak dan investasi.
Th Revenue Beban Laba sebelum Investasi
tingkat kepercayaan 95%.
Rp Usaha Rp Pajak Rp Rp Namun hubungan revenue dengan laba
2011 30.522.645 28.836.870 3.417.541 17.821.668 sebelum pajak menunjukkan tingkat
2012 36.265.458 30.062.714 6.241.123 17.824.823 signifikansi (sig,2 – tailed) dengan tingkat
2013 28.278.789 27.876.026 402.762 53.470.969
kepercayaan 95 % yaitu sebesar 0,144 >
2014 29.299.776 35.785.711 (6.703.770) 13.450.000
2015 34.140.955 43.213.011 (9.159.461) 89.859.930
(lebih besar) dari alpha 0,05 yang berarti
2016 38.737.869 55.481.491 (16.796.707) 38.373.720 bahwa hubungan revenue dengan laba
2017 53.972.702 70.059.617 (16.157.201) 64.111.157 sebelum pajak dengan nilai 0,613 adalah tidak
Sumber: Data diolah, 2018 signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
Hubungan antara revenue dengan laba
Dari data Tabel 10 diatas dilakukan analisa sebelum pajak akan signifikan pada tingkat
dengan SPSS dan diperoleh sebagaimana kepercayaan 85 % atau alpha 0,15 sehingga
hasil berikut ini. nilai signifikansi (sig,2-tailed) 0.144 < dari
Tabel 11. Correlation alpha. jadi korelasi laba sebelum pajak dengan
Revenue Beban Laba_Sb Inves revenue sebesar 0,613 adalah signifikan pada
Usaha lm Pajak tasi tingkat kepercayaan 85 %, sedangkan
Pearson
Correlation
1 0.894** -0.613 0.348 hubungan revenue dengan investasi
Revenue Sig. (2-
0.007 0.144 0.445
menunjukkan tingkat signifikansi (sig,2-
tailed) tailed) dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu
N 7 7 7 7
Pearson sebesar 0,445 > dari alpha 0,05 berarti
0.894** 1 -0.901** 0.467
Correlation hubungan revenue dan investasi dengan nilai
Beban
Sig. (2- 0,348 adalah tidak signifikan pada tingkat
usaha 0.007 0.006 0.290
tailed)
N 7 7 7 7 kepercayaan 95 %.
Pearson
-0.613 -0.901** 1 -0.486
Laba_ Correlation
KESIMPULAN
Sblm Sig. (2-
0.144 0.006 0.269 hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa
Pajak tailed)
N 7 7 7 7 trend pertumbuhan pesawat, penumpang,
Pearson
0.348 0.467 -0.486 1
bagasi dan kargo yang dianalisa dengan
Correlation regresi linier menunjukan angka peningkatan
Investasi Sig. (2- secara kontinue, sejalan dengan prediksi
0.445 0.290 0.269
tailed)
tersebut fasilitas Bandara Depati Amir
N 7 7 7 7 dikembangkan untuk mengantisipasi tahap I

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk Memprediksi
133
Peningkatan Revenue, (Maryati)
sampai dengan tahun 2027, dan juga telah Pontianak, Pangkal Pinang–Semarang
dianalisa hubungan antara revenue/ serta menambah frekwensi pesawat.
pendapatan bandara dengan jasa 4. Mengefisienkan biaya biaya yang menjadi
aeronautika, jasa non aeronautika, dan jasa beban usaha bandara, dengan melakukan
kargo serta beban usaha yang menunjukkan koreksi secara kontinyu terhadap arus kas
hubungan yang sangat kuat. sedangkan masuk dan keluar.
hubungan revenue dengan investasi yang 5. Mengembangkan usaha dengan
dikeluarkan bandara untuk meningkatkan memanfaatkan aset tanah yang ada
fasilitasnya menunjukkan tidak terlalu kuat disekitar bandara misalnya untuk hotel
atau tidak langsung. bandara lengkap dengan fasilitas untuk
Sebagaimana yang diungkapkan dalam leisure dan MICE (Meeting, Incentive,
permasalahan bahwa peningkatan investasi Convention and Exhibition).
di Bandara Depati Amir Bangka ternyata 6. Mengembangkan fasilitas dan pelayanan
berpengaruh tidak langsung pada untuk kargo sesuai kebutuhan pelanggan
perkembangan sarana transportasi udara. (Anggono Raras TS, 2010).
Sehingga untuk meningkatkan kinerja 7. Perusahaan harus memiliki sikap
Keuangan Bandara Depati Amir harus entrepreneurial yang tinggi dalam
mendorong peningkatan 4 faktor utama yaitu menghadapi persaingan global sehingga
peningkatan jasa aeronautika, jasa non dapat bertahan dan berkelanjutan.
aeronautika dan Jasa kargo, serta
mengefisiensikan faktor beban usaha
DAFTAR PUSTAKA
sehingga total pendapatan/Revenue yang
dihasilkan Bandara Depati Amir menjadi Emzir. (2014). Metodologi Penelitian
positif atau dapat dikatakan menghasilkan Kualitatif Analisis Data. Cet. 4. Jakarta:
untung/laba. Rajawali Pers

Gorman, G.E., & Clayton, P. (1997). Qualitative


SARAN Research for the Information Professionals.
Pengelolaan operasional di bandara London: Library Association Publishing.
sangat rentan terhadap faktor safety dan
peraturan peraturan internasional juga Santana, S. (2007). Menulis Ilmiah: Metode
terhadap pelayanan publik, sehingga agar Penelitian Kualitatif, Jakarta: Yayasan
bandara dapat meningkatkan pendapatannya Obor Indonesia
maka diharapkan Kepala Bandara dapat Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
melakukan disruption/perubahan terhadap Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
tata kelola pengusahaan di bandara dan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
meningkatkan volume penumpang dengan
berbagai cara antara lain: Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian
1. Mengadakan kerjasama dengan pihak Untuk Bisnis (Edisi 4.Bu). Jakarta: Salemba
pemerintah daerah untuk mendatangkan Empat.
turis (penumpang pesawat) misalnya Kotter, J. P. (2007). Leading change: Why
membuat event pertandingan bulu tangkis, transformation efforts fail. Harvard
lomba kuliner dsb. Business Review.
2. Kerjasama dengan pariwisata dan travel https://doi.org/10.1109/EMR.2009.5235
untuk mengundang wisatawan bahari 501
melakukan diving, lomba mancing mania International Civil Aviation Organisation
dsb. (ICAO) Circular 142-AT/47 tahun 1979,
3. Melakukan pendekatan kepada airline Development of Non aeronautical Revenues
untuk membuka rute rute baru misalnya: at Airports
Pangkal Pinang – Medan, Pangkal Pinang -

Warta Ardhia, Volume 44 No. 2 Desember 2018, hal 123-136


134
Furqon, (2013), Statistika Terapan untuk Anggono Raras TS, (2010). Potensi Bisnis Jasa
penelitian. Cetakan kesembilan. Bandung: Bandar Udara. Bandung: CV. Alfabeta
Alfabeta.

Awaluddin, M. (2017), Digital Enterprenuer


Shift.

Analisa Pengelolaan Produksi dan Biaya Investigasi Fasilitas Bandar Udara untuk Memprediksi
135
Peningkatan Revenue, (Maryati)
Warta Ardhia, Volume 44 No. 2 Desember 2018, hal 123-136
136

You might also like