8
8
8
ISSN 1411-7525
Kurniawati et al.
Vol. 15, No. 1: 33 – 43, Maret 2015
Identifikasi Tomato Infectious Chlorosis Virus 33
ABSTRACT
Identification of tomato infectious chlorosis virus, the causal agent of chlorosis disease on tomato in Cipanas West Java
by sequencing of main coat protein gene nucleotide. Tomato infectious chlorosis virus (TICV) causes chlorosis on tomato.
Tomatoes infected by this virus shows interveinal yellowing, necrotic, bronzing, brittleness, and declining in productivity.
This study aims to identify the causal agent of chlorotic disease on tomato by sequencing the coat protein gene. The methods
involve collecting infected plants, total RNA extraction, cDNA synthesis, DNA amplification, visualization of the results of
reverse transcription polymerase chain reaction (PCR), and phylogenetic analysis using BLAST, clustal w, Bioedit v 7.0.5.3,
MEGA v 6:06. RT-PCR using spesific primers (CP-F TICV Bam and TICV R-Hind) amplified a DNA band of 792 bp, which has
been successfully sequenced and identified as TICV. Nucleotide sequences homology analysis showed that TICV
Indonesia_TWJ isolate Cipanas is the same strain as TICV from other countries (99.4 – 100%), such as Spain, Greece, USA,
France, and Italy.
Key words: chlorosis disease, coat protein gene, reverse transcription polymerase chain reaction, sequencing, TICV
ABSTRAK
Identifikasi Tomato infectious chlorosis virus penyebab penyakit klorosis pada tanaman tomat di Cipanas Jawa Barat
melalui perunutan nukleotida gen protein selubung utama. Tomato infectious chlorosis virus (TICV) merupakan penyebab
penyakit klorosis pada tanaman tomat. Tomat yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala klorosis pada bagian antara
tulang daun, nekrotik, bronzing, daun mudah rapuh, dan produksi buah menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
penyebab penyakit klorosis pada tanaman tomat melalui perunutan nukleotida gen protein selubung. Metode penelitian ini
meliputi pengumpulan tanaman sakit, ekstraksi RNA total tanaman, sintesis cDNA, amplifikasi DNA, visualisasi hasil reverse
transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), analisis perunutan nukleotida dan filogenetika menggunakan program
BLAST, Clustal W, Bioedit Sequence Alignment Editor v 7.0.5.3, MEGA v 6.06. Berdasarkan hasil RT-PCR menggunakan
pasangan primer spesifik (TICV CP-F Bam dan TICV R-Hind) diperoleh pita DNA berukuran 792 pb, telah berhasil dirunut
berdasarkan runutan basa nukleotida dan diidentifikasi sebagai TICV. Analisis homologi runutan nukleotida menunjukkan
bahwa TICV TWJ asal Cipanas merupakan strain virus yang sama dengan TICV dari negara lain (99.4-100%) seperti Spanyol,
Yunani, USA, Perancis, dan Italia.
Kata kunci: gen coat protein, klorosis, perunutan nukleotida, TICV, reverse transcription polymerase chain reaction
Magelang, Rinjani, dan Yogyakarta (Hartono & tanaman tomat melalui perunutan nukleotida gen protein
Wijonarko, 2007; Fitriasari, 2010; Suastika et al., 2010; selubung utama (CP).
Sa’adah, 2013).
Gejala serangan TICV pada tanaman tomat METODE PENELITIAN
ditunjukkan oleh daun-daun menguning (Duffus et al.,
1996), klorosis pada bagian antara tulang daun. Gejala Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilaksanakan di
klorosis yang sangat parah akan menyebabkan daun Laboratorium Virologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian
mengalami nekrotik (kematian jaringan) dan menjadi Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Biokimia Balai
rapuh, serta ukuran buah menjadi lebih kecil, mudah Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian
gugur dan proses pemasakan terganggu sehingga hasil (BB-BIOGEN), pada bulan November 2011 sampai
panen menurun (Wisler et al., 1998a; Wisler et al., dengan Februari 2012.
1998b).
TICV ditularkan dari satu tanaman ke tanaman Pengumpulan Tanaman Sakit. Pengambilan sampel
lainnya oleh serangga vektor Trialeurodes tanaman bergejala klorosis dilakukan secara purposif
vaporariorum (Hemiptera: Aleyrodidae) yang dikenal (purposive sampling). Pengambilan dan pengumpulan
dengan nama kutu kebul. Penularan dapat terjadi secara sampel dilakukan di desa Pacet, Kecamatan Cipanas,
cepat ke seluruh areal pertanaman karena serangga Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Daun tanaman yang
vektor bersifat aktif. TICV ditularkan oleh serangga terinfeksi TICV diamati dan difoto gejalanya, kemudian
vektor secara semipersisten (Duffus et al., 1996; diambil untuk diidentifikasi dengan menggunakan reverse
Wintermantel, 2004). transcription polymerase chain reaction (RT-PCR).
Teknik deteksi TICV berbasis molekuler melalui
reverse transcription polymerase chain reaction (RT- Ekstraksi RNA Total. Ekstraksi RNA total dilakukan
PCR) telah dilakukan oleh para peneliti. Teknik deteksi dengan menggunakan Qiagen RNAeasy Plant Mini Kit
ini dilakukan dengan menggunakan pasangan primer yang dan dikerjakan sesuai dengan protokol yang diberikan
berbeda-beda tergantung dari bagian mana yang akan (Qiagen, 2001).
diamplifikasi. Hartono & Wijonarko (2007) serta
Jacquemond et al. (2009) telah melakukan deteksi TICV Sintesis complementary (c) DNA. RNA hasil ekstraksi
dengan teknik RT-PCR menggunakan pasangan primer disintesis menjadi cDNA dengan menggunakan teknik
heat shock protein (HSP-70h), Fitriasari (2010) Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction
menggunakan pasangan primer yang telah disisipi (RT-PCR). Proses RT-PCR dilakukan menggunakan kit
dengan runutan enzim restriksi Bam HI dan HindIII komersial Access RT-PCR System (Promega, US). Hasil
(TICV-CP F Bam dan TICV-CP R Hind), Orillio & ekstraksi RNA berupa RNA total selanjutnya dilakukan
Navas-Castillo (2009), Andriani (2011), dan Nurulita & sintesis complementary cDNA melalui proses Reverse
Suastika (2013) menggunakan pasangan primer TICV- Transcription (RT) atau transkipsi balik yang digunakan
CF dan TICV-CR. Deteksi dengan RT-PCR dapat untuk mengubah RNA menjadi cDNA. Tabung mikro
dilakukan dengan cepat dan hasilnya akurat. diisi dengan 10 µl reaksi RT yang terdiri atas 1 x ddH2O
Teknik deteksi berbasis molekuler selain RT-PCR 3,7 µl, 10x bufer RT 2 µl, 10 mM dNTP 0,5 µl, 50 mM
adalah dengan perunutan DNA (sequencing). dTT 0,35 µl, 10 µM random heksamer 0,75 µl, MMuLV
Perunutan DNA adalah proses penentuan urutan Rev 0,35 µl, Ribolock 0,35 µl, dan RNA 2 µl. Komponen-
nukleotida pada suatu fragmen DNA. Tujuan dari proses komponen tersebut digunakan untuk satu kali reaksi RT.
ini adalah untuk menentukan identitas maupun fungsi Reaksi RT dilakukan dalam sebuah Automated Thermal
fragmen suatu DNA dengan membandingkannya cycler (Gene Amp PCR System 9700; PE Applied
dengan fragmen DNA lain yang telah diketahui. Nurulita Biosystem, US) yang diprogram untuk satu siklus pada
& Suastika (2013) telah melakukan perunutan nukleotida suhu 25 ºC selama 5 menit, 42 ºC selama 60 menit, dan
TICV pada gen protein selubung minor (CPm). 70 ºC selama 15 menit. Siapan cDNA hasil RT
Perbedaan CPm dan CP terletak pada fungsinya. CPm digunakan sebagai templat dalam reaksi PCR.
berperan dalam penularan dengan reseptornya, CP
utama berperan dalam perakitan virus. Perunutan Amplifikasi DNA. Reaksi PCR dengan total volume
nukleotida gen protein selubung utama (CP) belum 25 µl digunakan untuk memperbanyak pita cDNA yang
pernah dilakukan sehingga penelitian ini bertujuan untuk telah terbentuk dari proses RT. Komposisi bahan yang
mengidentifikasi TICV penyebab penyakit klorosis pada digunakan dalam reaksi PCR terdiri atas 2x Go tag green
Kurniawati et al. Identifikasi Tomato Infectious Chlorosis Virus 35
master mix PCR 12,5 µl, 10 µM Primer spesifik TICV- National Center for Biotechnology Information
CP F-Bam no ATG (5'-AATTAAGGATCCGAAAACT (NCBI, 2014). Runutan nukleotida yang telah
TATCTGGTAATGCAAAC-3’) 1 µl dan TICV-CP R- dikonfirmasi kemudian disejajar kan dengan
Hind (5'-AATTAAAAGCTTTTAGCATGGGTGTT menggunakan penyejajaran berganda ClustalW pada
TCATATCAGCC-3') (Fitriasari, 2010) 1 µl, 1 x ddH2O program Bioedit Sequence Alignment Editor v 7.0.5.3
8,5 µl, dan 2 µl cDNA hasil RT. Proses ini didahului (Hall, 1999). Pohon filogenetika dikonstr uksi
dengan denaturasi awal pada 94 ºC selama 4 menit, menggunakan perangkat lunak Molecular
dilanjutkan dengan 30 siklus yang terdiri dari denaturasi Evolutionary Genetic Analysis Software (MEGA) v
pada 94 ºC selama 1 menit, penempelan primer 6.06 dengan metode UPGMA menggunakan boostrap
(annealing) pada 55 ºC selama 1 menit, dan 1000 kali ulangan. Rujukan runutan nukleotida isolat
pemanjangan (Extension) pada 72 ºC selama 2 menit. TICV dari negara lain diperoleh dari GenBank.
Kontrol positif TICV yang digunakan adalah sampel
tanaman tomat yang terinfeksi TICV hasil penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
Fitriasari (2010), kontrol negatif menggunakan template
tanaman tomat sehat, sampel TICV Indonesia_TWJ Penyakit Klorosis pada Tanaman Tomat. Survei
berasal dari tanaman tomat yang bergejala interveinal yang dilakukan di Desa Pacet, Kecamatan Cipanas,
yellowing. Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat berhasil
menemukan tanaman tomat yang memperlihatkan gejala
Visualisasi Hasil RT-PCR. Hasil amplifikasi DNA klorosis. Penyakit ini ditandai dengan perubahan warna
yang didapat dari proses PCR selanjutnya dilakukan kuning pada jaringan diantara tulang daun (interveinal
visualisasi dengan elekroforesis gel agarose 1% dalam yellowing), yang dimulai dari daun-daun tua di bagian
bufer elektroforesis Tris-borat EDTA 0,5x (40 mM Tris, bawah kemudian berkembang ke bagian pucuk (Gambar
20 mM sodium asetat, dan 1 mM EDTA, pH 7,0) dengan 1A); kadang-kadang terjadi perubahan warna pada
pewarnaan ethidium bromide (0,5 µg/10 ml). Visualisasi bagian daun menjadi merah keunguan (bronzing)
pita DNA dilakukan dengan meletakkan gel agarose pada (Gambar 1B); dan pada gejala lanjut beberapa bagian
UV translluminator. Dokumentasi pita DNA dilakukan daun klorotik mengalami nekrotik (Gambar 1C). Gejala
menggunakan kamera digital. semacam ini bersesuaian dengan gejala yang diinduksi
oleh TICV menurut peneliti terdahulu (Duffus et al.,
Analisis Perunutan Nukleotida dan Filogenetik. 1996; Li et al., 1998; Wintermantel & Wisler, 2006;
Sebanyak 50 µl hasil PCR dikirim ke PT. Genetika Wisler et al., 1998a).
Science Indonesia untuk disekuensing. Elektroforegram
yang didapatkan dianalisis menggunakan program Deteksi dengan RT-PCR. Amplifikasi menggunakan
sequence scanner v 1.0 (Applied Biosystem, USA). primer spesifik TICV-CP F-Bam no ATG dan TICV-
Hasil perunutan nukleotida yang diperoleh kemudian CP R-Hind berhasil mendapatkan pita DNA dengan
dikonfirmasi ke GenBank dengan program Basic Local ukuran sekitar 792 pb (Gambar 2), hal ini sesuai dengan
Alignment Search Tool (BLAST) yang tersedia pada hasil penelitian Fitriasari (2010). Produk RT-PCR TICV
A B C
Gambar 1. Gejala penyakit klorosis pada tanaman tomat yang ditemukan di lapangan; (A) Interveinal yellowing;
(B) Terjadi perubahan warna pada bagian daun menjadi merah keunguan (bronzing) dan (C) daun
mengalami nekrotik
36 J. HPT Tropika Vol. 15 No. 1, 2015: 33 - 43
1 2 3 4
10000 pb
10000 bp
1000
1000pbbp
750750
pb bp ±792
+792 pb
pb
500
500 pb bp
250
250 pbbp
Gambar 2. Hasil amplifikasi sampel DNA CP-TICV dengan metode RT-PCR. Lajur 1: marker 1 kb (Fermentas,
US), Lajur 2: kontrol negatif (tanaman tomat sehat), Lajur 3: kontrol positif (TICV penelitian Fitriasari,
2010), Lajur 4: sampel tanaman tomat yang terinfeksi TICV dari lapangan yang menunjukkan gejala
interveinal yellowing
berhasil dirunut, dan hasil runutan menunjukkan kualitas Homologi TICV Indonesia_TWJ dengan TICV
yang baik dan tidak ada kesalahan dalam perunutan dari negara lain berkisar antara 99,4–100%. Menurut
berdasarkan analisis kesejajaran. Fauquet et al. (2005) jika suatu spesies virus mempunyai
persamaan runutan nukleotida pada bagian gen protein
Analisis Perunutan Nukleotida dan Filogenetik. selubung lebih dari 90% maka virus-virus tersebut
Menurut Barton (1998) analisis tingkat homologi runutan merupakan suatu spesies virus yang sama. Hal ini
nukleotida merupakan car a yang sahih untuk menunjukkan bahwa spesies TICV TWJ yang berasal
mengidentifikasi suatu spesies virus. Homologi urutan dari Cipanas, Jawa Barat merupakan spesies TICV yang
nukleotida virus penyebab klorosis pada tanaman tomat sama dengan TICV yang berasal dari negara Spanyol,
dapat dilihat pada Tabel 1. Yunani, USA, Italia, dan Perancis.
Tabel 1. Homologi runutan nukleotida virus penyebab klorosis pada tanaman tomat di Cipanas, Jawa Barat
(TICV Indonesia_TWJ) dengan TICV yang telah dilaporkan oleh beberapa negara lain
Homologi (%)
No Nama Isolat No Aksesi
1 2 3 4 5 6
1 TICV Indonesia_TWJ ID
2 TICV Spanyol_SP5131 FJ542305 100 ID
3 TICV Yunani_TI-Th173 HG380072 99,7 99,7 ID
4 TICV USA_CA4 FJ542306 99,7 99,7 100 ID
5 TICV Perancis_Fr EU625351 99,6 99,6 99,8 99,8 ID
6 TICV USA_OC FJ815441 99,4 99,4 99,7 99,7 99,6 ID
TICV Indonesia_TWJ (1) : Isolat TICV Cipanas, Jawa Barat, Indonesia
TICV Spanyol _SP1531 (2) : Isolat TICV Spanyol (Orilio & Navas-Castillo, 2009)
TICV Yunani_TI-Th173 (3) : Isolat TICV Yunani (Orfanidou et al., 2014)
TICV USA_CA4 (4) : Isolat Amerika Utara dan Eropa (Orilio & Navas-Castillo, 2009)
TICV Perancis_Fr (5) : Isolat Perancis (Jacquemond et al., 2009)
TICV USA_OC (6) : Isolat Orange County, California, Amerika Serikat (Wintermantel et al., 2009)
Kurniawati et al. Identifikasi Tomato Infectious Chlorosis Virus 37
Panjang gen protein selubung TICV adalah adalah runutan sebagian gen protein selubung TICV
sekitar 760 pb (Hartono et al., 2003). Panjang sebagian yang berada pada RNA 2 dari genom TICV (Orilio &
gen protein selubung TICV yang berhasil dirunut dan Navas-Castillo, 2009).
disejajarkan berkisar 792 pb (Gambar 3). Runutan Analisis pohon filogenetika menunjukkan bahwa
nukleotida sebagian gen protein selubung isolat TICV hubungan kekerabatan enam isolat TICV terbagi
Indonesia_TWJ yang berasal dari Cipanas, Jawa Barat menjadi 2 kelompok (Gambar 4). Kelompok I terdiri dari
setelah disejajarkan dengan isolat-isolat TICV dari isolat TICV asal Yunani, Amerika Utara dan Eropa
negara lain terletak antara nukleotida ke- 1 sampai 792 (USA_CA4), Perancis (Fr). Indonesia, Spanyol, dan
pada runutan nukleotida RNA2 genom TICV. Perbedaan Amerika Serikat Orange County (USA_OC). Hal ini
runutan nukleotida antara isolat TICV Indonesia_TWJ menunjukkan bahwa isolat TICV asal Indonesia masih
(Cipanas-Jawa Barat) dengan isolat dari negara lain berkerabat dekat dengan isolat asal Spanyol, Amerika
terjadi pada posisi nukleotida ke 29, 54, 212, 228, dan Serikat Orange County (USA_OC), Yunani, Perancis
525 (Gambar 3). Perunutan dan penyejajaran nukleotida (Fr), Amerika Utara dan Eropa (USA _CA4).
ini dilakukan untuk memastikan bahwa runutan tersebut
....|....| ..
785
TICV Ind CACCCATGCT AA
TICV Spany CACCCATGCT AA
TICV Yunan CACCCATGCT AA
TICV USA_C CACCCATGCT AA
TICV Peran CACCCATGCT AA
TICV USA_O CACCCATGCT AA
Clustal Co ********** **
Gambar 3. Runutan basa nukleotida gen protein selubung isolat TICV Indonesia_TWJ (Cipanas, Jawa Barat)
dengan isolat TICV dari negara lain, huruf yang berwarna merah menunjukkan runutan nukleotida
yang berbeda
62 TICV Yunani_TI-Th173
55 TICV USA_CA4
51 TICV Perancis_Fr
TICV Indonesia_TWJ
90 TICV Spanyol_SP5131
TICV USA_OC
ToCV
Gambar 4. Pohon filogenetika isolat-isolat TICV berdasarkan runutan nukleotida gen protein selubung menggunakan
program MEGA v 6.06 dengan pendekatan UPGMA
42 J. HPT Tropika Vol. 15 No. 1, 2015: 33 - 43
Orfanidou CG, Dimitriou C, Papayiannis LC, Maliogka Wintermantel WM. 2004. Emergence of green house
VI, & Katis NI. 2014. Epidemiology and genetic whitefly (Trialeurodes vaporariorum)
diversity of criniviruses associated with tomato transmitted criniviruses as threats to vegetable
yellows disease in Greece. Virus Res. 186: 120– and fruit production in North America. APS Net
129. [jurnal on-line]. http://www.apsnet.org/online/
feature/whitefly/whitefly.pdf. Diakses 24 Maret
Orílio AF & Navas-Castillo J. 2009. The complete
2009.
nucleotide sequence of the RNA2 of the
Crinivirus Tomato infectious chlorosis virus: Wintermantel WM, Hladky LL, Gulati-Sakhuja A, Li R,
isolates from North America and Europe are Liu HY, & Tzanetakis IE. 2009. The complete
essentially identical. Arch. Virol. 154(4): 683– nucleotide sequence and genome organization
687. of Tomato infectious chlorosis virus: a distinct
crinivirus most closely related to lettuce
Qiagen. 2001. RNeasy Mini Handbook. Ed-3. Qiagen
infectious yellow virus. Arch. Virol. 154(8):
Inc, Valencia.
1335–1342.
Reddy RVC, Colvin J, Muniyappa V, & Seal S. 2005.
Wintermantel WM & Wisler GC. 2006. Vector
Diversity and distribution of begomoviruses
specificity, host range, and genetic diversity of
infectiong tomato in India. Arch. Virol. 150(5):
Tomato chlorosis virus. Plant Dis. 90(6): 814–
845–867.
819.
Sa’adah L. 2013. Uji serologi diferensial dan simultan
Wisler GC, Duffus JE, Liu HY, & Li RH. 1998a. Ecology
Tomato chlorosis virus (ToCV) dan Tomato
and epidemiology of whitefly-transmitted
infectious chlorosis virus (TICV) pada tanaman
closteroviruses. Plant Dis. 82(3): 270–280.
tomat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wisler GC, Li RH, Liu HY, Lowry DS, & Duffus JE.
Segev L, Wintermantel WM, Polston JE, & Lapidot M.
1998b. Tomato chlorosis virus: a new whitefly-
2004. First Report Tomato chlorosis virus in
transmitted, phloem-limited, bipar tite
Israel. Plant Dis. 88(10): 1160.
closterovirus of tomato. Phytopathology 88(5):
Suastika G, Hartono S, Nishigawa H, & Natsuaki T. 402–409.
2010. Yellowing disease outbreaks in tomato in
Xue C, Zhou X, Liu Y, & Li D. 1998. Cloning, sequence,
Indonesia associated with infection of Tomato
analysis, and expression in E. coli of coat
chlorosis virus and Tomato infectious
proteingene and 3’ non-coding region of Tomato
chlorosis virus[abstract]. ISSAAS
mosaic virus. Zhongguo Bing Du Xue 13: 150–
International Congress 2010: Agricultural
155.
Adaptation in Response to Climate Change.
Denpasar (ID). November 14-18, 2010.
Tsai WS, Shih SL, Green SK, & Hanson P. 2004. First
report of the occurrence of Tomato infectious
chlorosis virus in Taiwan. Plant Dis. 88: 311.