3023 9291 1 PB
3023 9291 1 PB
3023 9291 1 PB
Persepsi Anak Usia 12 Tahun Terhadap Film Animasi Nussa Dan Rara Episode Libur Jangan
Lalai Di Desa Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten Pati
Abstract
This study aims to analyze the perception of children aged 12 years towards the animated film Nussa and Rara in the
holiday episode, don't be negligent. Film is an interesting medium that can deliver the message contained in the film.
The types of films that children like are animated films. One type of animated film that has a positive moral message is
the animation of Nussa and Rara. This research is a qualitative descriptive research conducted in Klecoregonang
Village, Winong District, Pati Regency. The informants in this study were children aged 12 years. Methods of collecting
data through observation, interviews, and documentation. The data analysis used includes data reduction, data
presentation, verification or conclusion. The researcher uses data analysis of the perception stages from Walgito. There
are three perceptual indicators, namely acceptance of stimuli, understanding, and assessment. The results showed that
in receiving the object the child could give a perception of the characters in the film. At the stage of understanding the
child is able to describe the characteristics contained in the character, the content of the film and the character. In the
assessment, the child gave a positive assessment of the animated film Nussa and Rara.
Santoso, 2019) didefinisikan sebagai media mengandung unsur ajaran Islam yang di
komunikasi yang bersifat audio visual untuk tampilkan di setiap bagian akhir film.
menyampaiakan suatu pesan kepada Nussa dan Rara adalah cerita animasi yang
sekelompok orang yang berkumpul di suatu menarik. Menceritakan kehidupan sehari-hari
tempat tertentu. Dalam perkembangannya, anak laki-laki bernama Nussa dan adik
baik karena kemajuan teknik-teknik yang perempuannya yang bernama Rara. Nussa dan
semakin canggih maupun tuntutan massa Rara tinggal bersama ibunya yang biasa
penonton, pembuat film semakin bervariasi. mereka panggil dengan sebutan Umma serta
Danesi (2010) menuliskan tiga jenis film Anta sebagai seekor kucing.
antara lain film fitur, dokumenter, dan
animasi. Jenis film yang disukai anak adalah METODE PENELITIAN
film animasi Penelitian yang digunakan
Kata animasi berasal dari bahasa latin menggunakan penelitian kualitatif. (Bogdan
yaitu “anima” yang mempunyai arti hidup, dan Taylor dalam Moleong 2017:4)
nyawa, jiwa dan semangat. Menurut Gunawan mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
(dalam Anggara, 2020) mendefinisikan prosedur penelitian yang menghasilkan data
animasi adalah film yang berasal dari deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
rangkaian gambar-gambar yang diolah dari orang-orang dan perilaku yang dapat
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah dapat diamati. Penelitian dilakukan di Desa
gambar bergerak dan bercerita. Menurut Klecoegonang, Kecamatan Winong,
Binanto dalam Mariana (2019) Kabupaten Pati. Sumber data dalam penelitian
mendefinisikan animasi adalah hasil dari ini merupakan hasil wawancara dan observasi
proses menampilkan objek-objek gambar pada anak usia 12 tahun di Desa
sehinggaa gambar yang ditampilkan akan Klecoregonang. Terdapat 6 informan dalam
tampak hidup. Tidak hanya hidup, animasi penelitian ini. Teknik pengumpulan data
juga memberikan karakter kepada objek- dalam penelitian ini yaitu observasi,
objek tersebut. wawancara, dan dokumentasi. Menurut
Film Animasi Nussa dan Rara Sugiyono (2015: 338) menyatakan analisis
Salah satu film animasi yang memiliki nilai data terdiri dari tiga alur kegiatan yakni:
pendidikan adalah Nussa dan Rara. Dalam reduksi data, penyajian data, penarikan
film ini memiliki tema islami dapat memberi kesimpulan/verifikasi.
edukasi dan pemahaman tentang Islam dan
juga nilai karakter yang lainnya. Dikutip dari HASIL DAN PEMBAHASAN
akun resmi Nussa Official, lahirnya animasi Keberadaan Media Massa bagi
ini dilatarbelakangi oleh kecemasan keluarga Masyarakat Desa Klecoregonang
akan tontonan anak yang jarang sekali Media massa memiliki beberapa jenis
menawarkan kebaikan, terutama yang sarat yakni media cetak ataupun elektronik. Media
akan nilai-nilai Islami. massa yang populer dalam masyarakat seperti
Animasi Nussa dan Rara tidak hanya lucu televisi. Masyarakat di Desa Klecoregonang
dan menggemaskan, tetapi juga sarat akan hampir seluruhnya memiliki televisi. Media
nilai moral dan pelajaran yang seharusnya televisi menjadi barang yang cukup penting
didapatkan anak-anak terutama nilai-nilai bagi masyarakat, hal itu dibuktikan dengan
Islami. Penggambaran karakter Nussa dan terdapat televisi disetiap rumah baik dai
Rara yang lucu dan menggemaskan, dikemas golongan atas hingga menengah kebawah.
dengan cara berpakaian yang baik dan sopan Media televisi telah menjadi sarana hiburan
serta mencerminkan nilai ajaran Islam. Tidak bagi masyarakat dimulai dari anak-anak
hanya itu, pengajaran dan pengetahuan akan hingga orang dewasa. Media televisi mampu
ajaran Islam pada film Nussa dan Rara dapat menjadi sarana hiburan untuk melepas penat
diperoleh di setiap episodenya, ditambah dari aktivitas sehari-hari.
dengan pesan-pesan berbentuk nasehat dan
Tak hanya media televisi saja yang terdapat pada film Nussa dan Rara yang telah
menjadi sarana hiburan masyarakat. Era ditonton anak. Dari peristiwa ini, dapat
digital seperti sekarang ini pula membuat menunjukkan bahwa media film ternyata
masyarakat memiliki handphone yang dapat dapat membantu orang tua dalam
membantu dalam kehidupan sehari-hari. Tak menyampaikan hal dan mendidik anaknya
hanya dimiliki oleh tingkatan usia dewasa, agar tingkah laku anak sesuai dengan nilai
namun pada anak-anak rasanya sudah tidak dan norma yang berlaku dalam masyarakat
asing dengan barang tersebut. Begitu pula setempat.
dengan anak-anak di Desa Klecoregonang, Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film
berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil animasi Nussa dan Rara episode libur
bahwa pada usia 12 tahun anak telah jangan lalai
difasilitasi handphone yang selain digunakan Anak-anak merupakan salah satu
untuk media komunikasi, media hiburan, dan kategori audiens pada masyarakat yang
dapat pula digunakan untuk membantu pada banyak menyukai tontonan film animasi.
dunia pendidikan. Dengan semakin Secara kognitif, anak usia 12 tahun juga
berkembangnya teknologi saat ini, mampu memberikan persepsi dari suatu
bermunculan berbagai platform Youtube yang informasi yang telah diakses. Persepsi
sudah tidak asing bagi generasi milenial didahului oleh proses pengindraan, menerima
karena kemudahan untuk mengaksesnya. stimulus melalui alat reseptor yaitu indra.
Jenis film yang disukai anak-anak adalah film Menurut Robbins (dalam Aslamiah dan
animasi. Seperti wawancara yang dilakukan Aruan, 2021) mendefinisikan persepsi
dengan Mifta sebagai berikut. merupakan stimulus yang diindera oleh
“Aku suka film kartun, karena gambar individu, diorganisasikan kemudian
dan suaranya lucu”. (Hasil wawancara diinterpretasikan sehingga individu menyadari
pra penelitian dengan Mifta). dan mengerti apa yang diindera.
Dari wawancara tersebut dapat diketahui Menurut Bimo Walgito (dalam Rudin
bahwa film animasi memiliki kelebihan dan Elfiandri, 2021) proses terjadinya
berupa gambar dan suara yang disukai oleh persepsi diawali dengan adanya objek yang
anak-anak dan juga film mampu menceritakan menimbulkan stimulus, kemudian stimulus
banyak hal dalam waktu singkat. Menonton tersebut mengenai alat indera individu.
film tidak hanya sebagai media hiburan Stimulus yang telah diterima akan diteruskan
semata, melainkan dapat digunakan sebagai oleh syaraf sensoris ke otak kemudian
media pembelajaran yang dapat memberikan terjadilah proses di otak sebagai proses
kebaikan. kesadaran sehingga individu menyadari apa
Selain sebagai sarana hiburan, film yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang
juga dapat digunakan sebagai media untuk diraba, proses ini merupakan proses terakhir
sosialisasi. Proses sosialisasi terhadap anak dari persepsi dan merupakan persepsi
dapat dilakukan melalui dukungan dari sebenarnya. Kemudian respon sebagai akibat
berbagai pihak atau yang dapat disebut dari persepsi dapat diambil oleh individu
sebagai agen sosialisasi. Agen sosialisasi dalam berbagai macam bentuk.
yakni orang-orang ataupun media yang dapat Fokus penelitian ini adalah pada
dapat mentransmisikan nilai-nilai atau norma- persepsi film maka narasumber
norma tertentu. Agen sosialisasi merupakan dipersyaratkan pernah atau menonton film
orang yang paling dekat dengan individu. animasi Nussa dan Rara episode libur jangan
Proses sosialisasi di lingkungan keluarga lalai terlebih dahulu sehingga anak dapat
dapat menggunakan bantuan media massa memberikan penilaian terhadap film yang
seperti film dalam menstransmisikan nilai- telah dilihatnya. Walgito (dalam Nuraini,
nilai. Seperti yang dilakukan salah satu orang 2021)) mengungkapkan indikator-indikator
tua informan yang dapat memberikan nasihat persepsi ada tiga yaitu penerimaan rangsang
kepada anak berdasarkan pembelajaran yang atau objek, pemahaman dan penilaian
Tahap pertama dalam proses persepsi beberapa persepsi anak menganai penokoham
yaitu adanya penerimaan stimulus dengan dapat disimpulkan bahwa penokohan Nussa
menggunakan indera. Hal ini anak melihat dan Rara pada episode libur jangan lalai yaitu
dan mendengar film animasi Nussa dan Rara sebagai anak yang tidak penurut, pemalas,
episode libur jangan lalai. Dari sudut pandang tidak patuh, tidak disiplin dan tidak
penglihatan semua anak mempersepsikan bertanggung jawab. Umma dipersepsikan oleh
sama mengenai nama tokoh yang terdapat anak sebagai ibu yang cerewet, baik, dan
pada episode ini yaitu Nussa, Rara, Umma, sabar. Tokoh Setan dipersepsikan sebagai
dan tokoh setan. tokoh yang jahat dan tidak baik. Berdasarkan
Tahapan yang kedua yaitu, dari persepsi tersebut, anak dapat
pemahaman setelah terjadi gambaran serta membedakan tokoh yang baik dan tidak baik.
kesan oleh otak, maka gambaran tersebut Proses tahapan terakhir yaitu
diproses sehingga terbentuk pemahaman. Penilaian. Penilaian terjadi setelah terbentuk
Proses terjadinya pemahaman tersebut pemahaman oleh individu. Pengertian atau
tergantung pada gambaran sebelumnya yang pemahaman yang baru diperoleh tersebut
telah dimiliki oleh individu. Berdasarkan isi dibandingkan dengan kriteria serta norma
cerita yang telah diungkapkan oleh anak dapat yang dimiliki individu. Dari proses
disimpulkan bahwa pada episode libur jangan pemahaman maka anak dapat menilai
lalai menceritakan tentang Nussa dan Rara mengenai film yang telah dilihat. Dari
yang lalai dalam melaksanakan ibadah karena penokohan yang telah dideskripsikan oleh
asyik menonton televisi dan mengerjakan anak, anak memberikan penilaian atas
tugasnya karena beralasan hari libur. karakter atau watak tokoh dalam cerita.
Selain isi cerita, penokohan juga Semua anak tidak menyukai Nussa dan Rara
menjadi salah satu unsur dalam film. Dengan karena lalai dan tidak penurut terhadap
memperhatikan tokoh yang bermain dengan ibunya. Anak-anak lebih menyukai terhadap
karakternya masing-masing dapat membawa umma yang sabar dan tetap menasehati Nussa
cerita dalam film. Seperti yang telah diketahui dan Rara.
pada episode ini terdapat empat tokoh dengan Film merupakan media massa yang
penggambaran fisik yang berbeda. didalamnya terdapat pesan. Pesan atau biasa
Penggambaran fisik yang berbeda sebagai ciri disebut sebagai amanat merupakan pesan
dari suatu tokoh sehingga penonton dapat yang ingin disampaikan penulis atau pembuat
membedakan masing-masing tokoh. Semua cerita baik secara langsung maupun tidak
anak berpendapat bahwa Nussa identik langsung. Pesan menjadi hal penting pada
dengan anak laki-laki dengan baju hijau dan bagian film, karena pesan itulah yang menjadi
memakai peci. Rara adalah adik perempuan alur atau jalan cerita dari sebuah film. Begitu
dari tokoh Nussa yang identik dengan gamis pula pada film animasi, setiap episode film
berwarna kuning. Umma seorang ibu dari animasi memiliki pesan yang berbeda-beda.
Nussa dan Rara yang memakai baju berwarna Begitu pula dengan pada film animasi Nussa
ungu. Sementara itu tokoh setan digambakan dan Rara episode libur jangan lalai terdapat
seperti bentuk bulat berwarna ungu dan pesan yang terkandung dalam film. Pesan
terbang. yang dapat diambil oleh anak-anak sebagai
Tidak hanya penggambaran fisik yang berikut.
berbeda namun karakter atau watak tokoh “Pesannya yaitu kita tidak boleh lupa
berbeda pula. Berdasarkan hasil wawancara beribadah dan mengerjakan PR”.
yang telah dilakukan, penokohan yang (Wawancara dengan Takul).
terdapat pada film animasi Nussa dan Rara Hesti berpendapat sebagai berikut.
episode libur jangan lalai meliputi: (a) baik; “Pesan dalam film ini yaitu jika disuruh
(b) tidak baik; (c) jahat; (d) cerewet; (d) tidak oang tua untuk mengerjakan sesuatu
penurut/patuh; (e) pemalas; (f) tidak maka harus dikerjakan.” (Wawancara
bertanggung jawab, (g) kurang disiplin. Dari dengan Hesti).