Problematika Dan Tantangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Tengah Pandemi Covid-19
Problematika Dan Tantangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Tengah Pandemi Covid-19
Problematika Dan Tantangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Tengah Pandemi Covid-19
2, 2020
ISSN | 2086-5546
Abstract: At this time all countries in the world are being hit by a major disaster
caused by the Covid- 19 virus. Covid-19 virus is apparently having an impact in
the world of education is no exception to the learning of Islamic religious
education. In an emergency such as this Islamic religious education learning still
has a very important role for students when facing the Covid-19 pandemic.
Because in essence the aim of learning Islamic religious education is to increase
the faith, understanding, appreciation and practice of students about Islam so
that they become Muslim people who believe and have the piety of Allah SWT
and have good character in their private lives, in society, nation and state. The
purpose of this study is to identify the problematics of Islamic religious
education learning in teaching and learning activities online (in networks)
during the Covid-19 pandemic. This research uses the field research method
(Field Research) and uses a descriptive qualitative approach. The data
collection techniques used in this study were interview and observation. While
the data analysis in this study uses qualitative data that is presented without
calculation of numbers. The respondents of this study were one of the
homeroom teachers and class.
Pendahuluan
Pada awal tahun 2020, seluruh dunia dikejutkan dengan wabah Corona
Virus Disease atau lebih dikenal dengan istilah (Covid-19) yang dikemudian hari
menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. Diduga Corona Virus Disease atau
Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei pada akhir tahun 2019.
Bencana non alam ini atau bencana virus ini bukan pertama kalinya dihadapi
negara-negara di dunia.
Penambahan dalam jumlah besar jumlah kasus COVID-19 berlangsung
cukup tinggi dan sangat cepat dan menyebar ke luar wilayah Wuhan dan ke
berbagai negara lain. Dalam kurun waktu sekitar 6 bulan, sudah menjangkiti
216 negara di dunia dengan virus ini. Menurut WHO, banyaknya yang
terkonfirmasi dan terpapar dengan hasil pemeriksaan positif pada tanggal 25
Juni telah mencapai 9.296.202, dengan kisaran angka kematian mencapai
479.433 orang (https://Covid19.who.int/)
199
200 http://riset-iaid.net/index.php/TF
METODE
Penulisan artikel ini menggunakan metode studi perbadingan
literature dan analisis konten. Kegiatan membandingkan literatur satu
dengan literatur lain dilakukan untuk mengungkap berbagai teori dan
informasi yang relevan dengan topik yang dikaji. Studi dengan
membandingkan literatur satu dengan literatur lain dilakukan dengan
menelusuri literatur primer secara daring, yaitu jurnal, laporan penelitian,
laporan kegiatan, buku, majalah, media berita, dan sumber literatur lainnya,
yang memiliki kriteria valid dan bereputasi baik. Jurnal, prosiding, dan buku
yang digunakan diprioritaskan berasal dari database Scopus
(https://www.scopus.com/home.uri), dan ERIC Institute of Education
(https://eric.ed.gov/). Literatur juga diperoleh dari Google Cendekia
(https://scholar.google.co.id/), khusus literatur berbahasa Indonesia,
literatur yang diterbitkan di Indonesia, dan literatur yang ditulis oleh author
dari Indonesia. Literatur lainnya ditelusur menggunakan mesin pencari
Google. Kata kunci yang digunakan untuk mencari berbabai tulisan
menggunakan bahasa Inggris, yaitu COVID-19, COVID and education, pandemic
and education, outbreak and learning, teaching in pandemic, outbreak and
education, dan learning technology and pandemic era. Kata kunci yang
digunakan untuk menelusur literature menggunakan bahasa Indonesia, yaitu
COVID-19 di Indonesia, Pendidikan dan COVID, pendidikan masa bencana,
pendidikan masa wabah, guru dan COVID, tantangan pendidikan masa depan,
dan pembelajaran daring dan COVID.
Tahapan dalam kegiatan membandingkan literatur satu dengan
literatur lain yang digunakan dalam menyusun artikel ini mengacu pada Zed
(2008) dan Khatibah (2011). Ada empat langkah yang harus dilakukan, yaitu
(1) mempersiapkan peralatan: dalam bentuk pensil/ballpoint, buku catatan,
dan komputer/laptop yang terhubung dengan jaringan internal; (2)
menyusun bibliografi; (3) mengatur waktu dan fokus pada kegiatan; dan (4)
membaca secara cermat, mencatat, dan menulis hasil.
Analisis data menggunakan paradigma analisis konten. Penyajian data
menggunakan metode presentasi informal. Dalam penyajian data, penulis
mengikutsertakan kutipan dari berbagai referensi yang digunakan, dalam
bentuk hasil analisis, menyebutkan sumber dan diilustrasikan berdasarkan
ringkasan atau esensi informasi (yang bisa saja akan berbentuk parafrase
berbeda namun tetap sama makna) untuk setiap topik yang dianalisis. Hal
tersebut dilakukan dengan konteks pemikiran kritis dan analisis informasi
secara mendalam.
202 http://riset-iaid.net/index.php/TF
terlebih dahulu untuk memakai alat atau bahan yang digunakan saat kegiatan
belajar mengajar secara daring. Sehingga karena adanya wabah Covid-19 ini,
guru harus mau belajar dan bersedia memberikan pelajaran secara online.
c. Kurangnya keefektifan belajar mengajar
Berdasarkan hasil penelitian berupa wawancara kepada bapak Zainul
Arifin didapatkan fakta bahawa tingkat hasil belajar siswa menurun, hal ini
dikarenakan kurangnya keefektifan dalam pembelajaran secara daring yang
tidak memungkan siswa untuk melakukan pembelajaran secara ferbal atau
secara langsung, sehingga siswa tidak bisa berinteraksi dan berduskusi secara
langsung dengan teman sekelasnya maupun dengan guru PAI.
2. Faktor Peserta Didik
Dalam proses kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam pada
masa pandemi Covid-19 tentu ada beberapa problem atau masalah yang
dialami oleh peserta didik. Problem atau masalah tersebut dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang, misalnya dilihat dari segi proses belajarnya atau
situasi belajarnya. problem tersebut antara lain:
a. Kurang Melakukan Budaya Literasi
Dari hasil wawancara kepada peserta didik, ternyata ada salah satu
peserta didik yang lupa akan tanggungjawabnya sebagai pribadi muslim.
Peserta didik mulai tidak tepat waktu dalam melaksanakan sholat wajib, tidak
melaksanakan sholat dhuha, hafalan dan mulai tidak membaca Al-Qur’an
seperti yang telah diterapkan disekolahan sebelum pembelajaran dimulai.
Seharusnya dalam kondisi seperti ini peserta didik tetap menjalankan
tugasnya dan tetap menaati aturan meski tidak dalam pengawasan guru.
Namun kenyataannya peserta didik hanya mau mengerjakan tugas dan
menaati aturan jika berada dalam pengawasan yang ketat dari guru. Sehingga
ketika peserta didik melakukan pembelajaran secara daring atau dirumah
masing-masing, peserta didik merasa lebih bebas dan leluasa untuk
melakukan semua hal dengan sesuka hatinya. Ajaran-ajaran agama yang telah
didapatkan disekolahan tidak diterapkan kembali ketika dirumah.
b. Tingkat pemahaman agama yang berbeda-beda
Dari hasil wawancara kepada peserta didik ternyata ada beberapa
tingkat pengetahuan peserta didik yang berbeda. Salah satu dari peserta didik
yang diwawancarai ada 2 kategori peserta didik yang sudah memiliki dasar
pengetahuan agama melalui pendidikan orang tuanya dirumah, dan ada juga
peserta didik yang sudah mendapatkan dasar pengetahuan dari jenjang
sekolah yang telah dilaluinya. Peserta didik yang telah memiliki ilmu
pengetahuan agama dengan peserta didik yang belum memiliki ilmu
pengetahuan agama, akan menjadi masalah dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam. Dengan demikian peserta didik yang berada dalam keluarga
beragama dan dalam pendidikan berikutnya mereka memperoleh pendidikan
agama yang baik, maka mereka akan menjadi orang yang taat beragama, dan
begitu sebaliknya jika dasar agama yang dimilikinya itu tidak dijaga dan dibina
206 http://riset-iaid.net/index.php/TF
dengan baik, maka peserta didik akan menjadi orang yang tidak beragama, dan
ilmu pendidikan agamanya juga akan hilang.
c. Kemauan siswa yang rendah untuk belajar
Beberapa pengaruh yang dialami oleh peserta didik pada saat kegiatan
pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 ini adalah peserta didik harus
belajar secara jarak jauh dengan fasilitas yang kurang memadai. Dengan
kurangnya fasilitas dalam pembelajaran akan membuat peserta didik menjadi
kurang minat dalam belajar agama. Peserta didik yang tidak bersungguh-
sungguh dalam mempelajari agama pasti tujuannya hanya ingin mencari nilai
saja, bukan untuk membekali dirinya dengan pengetahuan agama sebagai
sarana untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan peserta
didik yang bersungguh-sungguh dalam belajar agama pasti akan lebih
memperhatikan, mendalami dan menghayati setiap ajaran agama yang
didapatkannya, dan akan mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Keberagaman pengetahuan siswa yang berbeda-beda
Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua peserta didik mempunyai
kecerdasan yang sama, Izza Yusfiana menyatakan bahwai ia mengalami
kesulitan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama
Islam, karena guru yang terlalu banyak memberikan tugas, sehingga Izza
Yusfiana tidak bisa mengerjakan semua tugasnya dengan maksimal. Namun
bagi peserta didik yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi akan
lebih mudah menerima pelajaran agama dibandingkan peserta didik yang
memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah. Masalah ini juga akan
menyebabkan faktor munculnya problem pembelajaran pendidikan agama
Islam yang diberikan oleh pendidik. Dengan demikian seorang pendidik harus
tau tingkat kecerdasan setiap peserta didiknya, jangan sampai guru
memberikan tugas yang tidak sesuai dengan kemampuannya, sehingga
peserta didik tidak mampu untuk menyelesaikannya. Sehingga pada masa
pandemi saat ini guru dan siswa harus mau beradaptasi dan terus belajar
dalam berbagi platform pembelajaran secara online, supaya peserta didik
mampu mencapai hasil belajar secara maksimal sesuai dengan yang di
inginkannya.
e. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah tempat pendidikan nomer satu untuk seorang anak,
dilingkungan keluarga inilah anak akan mendapatkan banyak pendidikan
agama dan bimbingan tentang keagamaan, karena sebagian besar aktivitas
anak berada dilingkungan keluarga. Dengan demikian, jika keluarga peserta
didik tersebut tingkat keagamaannya baik dan selalu memberikan support
kepada anaknya maka secara otomatis perkembangan pendidikan agama anak
akan baik pula. Sebaliknya jika lingkungan keluarga kurang memberikan
support kepada anaknya maka perkembangan anak didik akan berbeda jauh
dengan hal di atas. Oleh karena itu, dengan adanya Covid-19 ini pemerintah
Tsamratul Fikri | Vol. 14, No. 2, 2020 207
KESIMPULAN
Problematika pembelajaran pendidikan agama Islam pada masa
pandemi Covid-19 sangat berpengaruh tehadap guru dan siswa. Karena dalam
keadaan seperti ini tanpa ada pelatihan atau persiapan terlebih dahulu guru
dan siswa dipaksa untuk mau tidak mau harus bisa melakukan kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan berbagai macam platform secara
online. Selain itu pembelajaran pada masa pandemic Covid- 19 ini juga
berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku anak ketika berada dirumah,
karena siswa merasa dirinya tidak berada dalam pantauan guru sehingga
mereka dapat bertingkah semaunya dan bebas melakukan semua hal tanpa
mereka sadari bahwa mereka juga mempunyai tanggungjawab meski
pembelajaran pendidikan agama Islam tidak dilakukan disekolahan. Siswa
mulai tidak melakukan tanggungjawabnya sebgai prbadi muslim, mereka
mulai enggan untuk menjalankan sholat wajib, sholat dhuha, dan membaca Al-
Qur’an. Padahal semua itu telah diajarkan oleh guru ketika berada
disekolahan, harapannya siswa tetap melakukan itu ketika berada dirumah,
namun ternyata ketika siswa berada dirumah siswa enggan untuk
melakukannya. Mereka menganggap bahwa belajar agama itu hanyalah
sebuah ritual saja, tujuan utapanya hanya ingin mencari nilai saja, sehingga
mereka tidak bersungguh-sungguh dalam belajar agama. Dengan demikian
perlu sekali bimbingan orang tua dirumah untuk menerapkan pembiasaan-
pembiasaan yang telah diajarkan disekolahan, agar siswa tetap melakukan
tanggungjawabnya meski tidak berada dalam pantauan guru.
Tsamratul Fikri | Vol. 14, No. 2, 2020 211
DAFTAR PUSTAKA