1137 4170 2 PB
1137 4170 2 PB
1137 4170 2 PB
DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf12209
Pengaruh Ronde Perawat dengan Nepil terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Bedah di Rumah Sakit A Tangerang
Nunik Yuli Astuti
Mahasiswa Program Studi Keperawatan, Program Magister Peminatan Kepemimpinan dan Manajemen, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus; [email protected]
Regina VT Novita (koresponden)
Dosen Prodi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus; [email protected]
Sudibyo Supardi
Badan Litbangkes Kemenkes RI; [email protected]
ABSTRACT
The nursing round is a strategy to improve the quality and quality of nursing services which is the implementation of
the Relationship Based Care. The research objective was to determine the systematic round of NEPIL nurses (Pain,
Elimination, Position, Infusion and Environment) on patient satisfaction. This study used a quasi experimental
research design pre and post design with control group. The sample size in this study were 124 patients who were
divided into intervention and control groups. This research was conducted in two private hospitals with the same type,
namely RS A Kota Tangerang which runs a nursing round with NEPIL every 2 hours which is the intervention group.
The control group at Hospital B assessed the patient's satisfaction with the nursing round who were already running
at the hospital. The results showed that there was a significant difference before and after the nursing rounds with
NEPIL which was done every 2 hours (p = 0.024). There was a significant effect on the nursing round with NEPIL,
especially the patient characteristics, namely the class of care to increase patient satisfaction statistically (p = 0.028).
The conclusion of this study is that patient satisfaction can be increased through nursing care using the nursing round
with NEPIL every 2 hours. This research is expected to be used as a pilot project for the implementation of the NEPIL
nursing round at the hospital to increase patient satisfaction.
Keywords: nursing rounds; NEPIL (pain, elimination, position, infusion and environment); patient satisfaction
ABSTRAK
Ronde perawat merupakan strategi untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang merupakan
pelaksanaan dari Relationship Based Care.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sistematika ronde perawat
NEPIL (Nyeri, Eliminasi, Posisi, Infus dan Lingkungan) terhadap kepuasan pasien. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian quasi experiment pre dan post design with control group. Jumlah total sampel pada penelitian ini
adalah 124 pasien yang dibagi dalam kelompok intervensi dan kontrol. Penelitian ini dilakukan di dua RS swasta
dengan tipe yang sama yaitu RS A Kota Tangerang menjalankan ronde perawat dengan NEPIL setiap 2 jam yang
merupakan kelompok intervensi. Kelompok kontrol di RS B dinilai kepuasan pasien dengan ronde perawat yang
sudah berjalan di Rumah Sakit tersebut. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan sebelum
dan sesudah ronde perawat dengan NEPIL yang dilakukan setiap 2 jam dilakukan (p=0,024). Terdapat pengaruh yang
signifikan ronde perawat dengan NEPIL khususnya karakteristik pasien yaitu kelas rawat terhadap peningkatan
kepuasan pasien secara statistik (p=0,028).Kesimpulan penelitian ini yaitu kepuasan pasien dapat ditingkatkan melalui
asuhan keperawatan menggunakan ronde perawat dengan NEPIL setiap 2 jam. Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan pilot project untuk pelaksanaan ronde perawat NEPIL di RS untuk meningkatkan kepuasan pasien
Kata kunci: ronde keperawatan; NEPIL (nyeri, eliminasi, posisi, infus dan lingkungan); kepuasan pasien
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan keperawatan adalah suatu indikator yang perlu dikendalikan untuk memastikan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan kepada konsumen (1). Proses kegiatan yang dilakukan melalui asuhan
keperawatan profesional mengacu pada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability, tangibles, assurance,
responsiveness, dan empathy) yang dilakukan oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien
dalam mempertahankan keadaan dari segi biopsikososio dan spiritual pasien.(2, 3) Mutu pelayanan tercermin dari
keterampilan perawat, sikap dalam menjalankan asuhan yang diberikan kepada pasien. Praktik keperawatan
meliputi interaksi perawat dan pasien juga komunikasi yang efektif dapat di lakukan perawat melalui ronde
perawat. Mutu keperawatan akan meningkat seiring dengan kepuasan pasien.
Peran perawat merupakan faktor terpenting dalam pelayanan rumah sakit. Mutu pelayanan di rumah
sakit, 80% pelayanan kesehatan diberikan oleh perawat. (4) Perawat berkualitas dan profesional memiliki dasar
kompetensi yaitu komunikasi sehingga pasien memiliki jaminan, keamanan, kenyamanan dan kepuasan
terhadap pelayanan keperawatan.(5) Kompetensi perawat dapat ditingkatkan melalui pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang dapat dilaksanakan secara bertingkat mengacu pada konsep novice to expert Patricia Benner
pada tahun 1984.(6) Pelayanan keperawatan tersebut menggambarkan pengalaman pasien dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan perawat. Kepuasan, kenyamanan dan komunikasi perawat telah menjadi issue pada saat
ini. Kemampuan komunikasi perawat memegang urutan kedua setelah kemudahan akses fisik maupun finansial.
Kenyamanan menjadi kunci utama alasan mengapa pasien bersedia memilih rumah sakit dan ketidaknyamanan
merupakan alasan klasik dimana mengajukan pulang atas permintaan sendiri.(7)
Theory of Comfort dari Kolcaba merupakan salah satu Middle Range Theory keperawatan yang
menekankan kesempurnaan praktik keperawatan melalui kenyamanan hidup. Rasa nyaman yang diciptakan
tidak hanya untuk pasien tetapi untuk keluarga. Teori ini dapat menjadi kerangka kerja bagi perawat untuk
memenuhi kebutuhan perawatan yang diperlukan oleh pasien. Ketika pasien nyaman terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan maka akan berdampak pada mutu dari asuhan keperawatan yang diberikan.(8)
Ronde perawat merupakan strategi untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang
merupakan pelaksanaan dari Relationship Based Care. Perawat dalam melakukan ronde melakukan hubungan
timbal balik dengan pasien secara terus menerus dan sistematis. Kehadiran perawat dapat membantu
mengantisipasi kebutuhan, memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi pasien. Ronde perawat yang
dilakukan secara rutin memerlukan komunikasi efektif yang tepat dan memastikan keselamatan pasien.(9)(10)
Prosedur pelaksanaannya terdiri dari dua atau lebih perawat mengunjungi pasien usecara teratur ntuk
mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan pasien.(11, 12)
Ronde keperawatan terdiri dari bebeberapa macam sistematika yang di pakai antara lain 4 Ps Pain
(Nyeri), Elimination (BAB/ BAK), Position (Posisi), Infussion (Infus), Possesion (Lingkungan pasien), 4Rs
Refresh (Menyegarkan), Relieve (Meringankan), Reposition (Mengatur posisi), Restroom (BAB/ BAK).
Sistematika ronde dengan NEPIL (Nyeri, Eliminasi, Posisi, Infus dan Lingkungan) yang dilakukan oleh perawat
dapat juga digunakan untuk edukasi pasien dan keluarga, yang terbukti dapat mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan pasien serta menurunkan resiko jatuh di rumah sakit. Semua sistematika yang digunakan
mempunyai kelebihan meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi penggunaan lonceng panggilan pasien,
menurunkan terjadinya pasien jatuh, menurunan terjadinya ulkus dan meningkatkan kepuasan staf. Kelemahan
dari sistematika ronde perawat 4Ps dan 4Rs pelaksanaan ronde perawat yang belum konsisten dilaksanakan oleh
perawat.(13)
Unit nurse leader rounding merupakan sistematika ronde yang digunakan untuk mencapai kinerja yang
baik melalui 4Rs (Refresh, Relieve, Reposition, Restroom) melalui edukasi pasien dan atau keluarga, terbukti
dapat mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien serta menurunkan resiko jatuh di rumah sakit. Hal ini
didukung bahwa intervensi ronde perawat terbukti dapat meningkatkan kepuasan pasien karena perawat
berespon cepat terhadap masalah yang dihadapi pasien (Patient centered care).(14) Penelitian lainnya terkait
pelaksanaan ronde perawat yang terstruktur setiap jam dengan menggunakan panduan 4Ps (Nyeri, eliminasi,
posisi, and barang milik) menunjukkan adanya peningkatan kualitas pelayanan seiring dengan berkurangnya
kejadian pasien jatuh.
Ronde perawat merupakan media bagi perawat untuk meningkatkan kepekaan dan cara berpikir kritis
terhadap pengaplikasian teori ke dalam praktik keperawatan. Pengetahuan dan sikap perawat sangat diperlukan
dalam pelaksanaan ronde keperawatan.(15) Observasi kenyamanan pasien saat ronde perawat berdasarkan teori
Comfort Kolcaba antara lain kebutuhan akan rasa nyaman fisik dengan penurunan mekanisme fisiologis yang
teranggu dan kebutuhan rasa nyaman lingkungan termasuk kerapihan, lingkungan yang sepi, perabotan yang
nyaman dan keamanan lingkungan.(6)Penelitian serupa yang telah dilakukan dengan melaksanakan ronde
perawat per 2 jam di unit stroke dengan responden 204 pasien secara berkala dan sistematik meningkatkan
kepuasan pasien hingga mencapai 89% dan menurunkan angka jatuh hingga mencapai 60%.(16) Ronde perawat
yang dilaksanakan juga dapat memberikan berbagai manfaat bagi perawat yaitu melatih komunikasi yang efektif
antar tenaga kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.(17) Berdasarkan hasil penelitian tersebut
maka nursing round disarankan untuk dijadikan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kepuasan pasien.
Metode pemberian asuhan keperawatan profesional disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Metode pemberian asuhan keperawatan terdiri dari enam metoda yang meliputi metoda fungsional, metoda
kasus, metoda tim, metoda modular, keperawatan primer dan manajemen kasus. Masing-masing metoda
pemberian asuhan keperawatan mempunyai keuntungan dan kerugiannya.(18)
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di Rumah Sakit A Tangerang adalah metode
pemberian asuhan keperawatan modular. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, metode ini
belum diimbangi dengan ronde perawat yang optimal. Ronde perawat yang sudah dilaksanakan per 4 jam setiap
shift tetapi tanpa adanya panduan dan hanya dilakukan untuk kelengkapan data saat handover. Berdasarkan hal
tersebut maka diteliti pengaruh ronde perawat dengan NEPIL ( Nyeri, Eliminasi, Posisi, Infus dan Lingkungan)
di rumah sakit A Kota Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk menilai pengaruh ronde perawat dengan NEPIL
terhadap kepuasan pasien di RS A Kota Tangerang
METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini penelitian kuantitatif dengan rancangan kuasi
eksperimen pre-test dan post-test design. Penelitian dilakukan kepada dua kelompok tanpa randominasi.
Perawat ruang rawat inap bedah RS A di kelompok intervensi (18 orang) diberikan pelatihan ronde perawat
dengan NEPIL. Populasi pasien pada penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa rawat inap bedah di Rumah
Sakit A dan Rumah Sakit B di kota Tangerang. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Jumlah
sampel di masing-masing kelompok yaitu 62 pasien sehingga total menjadi 124 pasien. Kriteria inklusi pasien
dalam penelitian ini yaitu (1) pasien usia dewasa dengan usia >21 tahun atau < 21 tahun tetapi sudah menikah
yang rawat inap bedah; (2) pasien yang sudah di rawat 1x24 jam; (3) pasien yang bersedia mengikuti penelitian
dan menandatangani informed consent. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2020. Penelitian
dilakukan setelah dinyatakan lulus kaji etik dari S;TIK Sint Carolus.Instrumen pengumpulan data terdiri dari
lembar kuesioner dan lembar observasi. Prosedur pengumpulan data dimulai dengan (1) penjelasan prosedur
penelitian; (2) penilaian ronde perawat dengan NEPIL yang di rasakan oleh pasien (kepuasan pasien ), observasi
pelaksanaan ronde perawat dengan NEPIL setiap 2 jam sebelum intervensi; (3) intervensi pelatihan ronde
perawat dengan NEPIL setiap 2 jam pada kelompok intervensi yaitu 2 CI & 18 perawat diruang perawatan
bedah; dan (4) Penilaian ronde perawat dilakukan dengan instrument lembar observasi NEPIL dan kuesioner
kepuasan pasien selama dua hari. Selanjutnya data dianalisi menggunakan program statistik dengan
menggunakan uji Chi Square dan uji Wilcoxon.
HASIL
Tabel 1 menunjukkan persentase karakteristik terbesar pasien pada kelompok intervensi dan kontrol
berumur kurang 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan lanjutan, bekerja, lama hari rawat 3 hari dan rawat
inap kelas 2.
Tabel 1. Karakteristik pasien penelitian di RS A dan RS B, Juli 2020
Kontrol Intervensi
Karakteristik
Jumlah % Jumlah %
Usia
<40 tahun 30 48,4 33 53,2
40-59 tahun 23 37,1 22 35,5
>60 tahun 9 14,5 7 11,3
Jenis kelamin
Laki-laki 35 56,5 40 69,5
Perempuan 27 43,5 22 30,5
Pendidikan
Dasar 22 30,5 16 25,8
Lanjutan 40 69,5 46 74,2
Pekerjaan
Bekerja 47 75,8 51 82,3
Tidak kerja 15 24,4 11 17,7
Lama kerja
3 hari 36 58,1 29 46,8
4 hari 16 25,8 16 25,8
5 hari 10 16,1 17 27,4
Kelas perawatan
Kelas 3 20 32,3 25 40,3
Kelas 2 41 66,1 32 51,6
Kelas 1 1 1,6 5 8,1
Tabel 2. Kepuasan pasien kelompok intervensi dan kontrol di RS Kota Tangerang, Juli 2020
Kontrol Intervensi
Variabel
Jumlah % Jumlah %
Tangibles
Tidak puas 13 21,0 7 11,3
Cukup puas 36 58,1 24 20,7
Puas 13 21,0 31 68,0
Empati
Tidak puas 11 17,7 4 6,5
Cukup puas 46 74,2 13 21,0
Puas 5 8,1 45 72,6
Reliability
Tidak puas 9 37,1 4 6,5
Cukup puas 23 14,5 21 10,9
Puas 30 48,4 37 84,7
Responsive
Tidak puas 8 12,9 1 1,6
Cukup puas 32 51,6 12 19,4
Puas 22 35,5 49 89,0
Assurance
Tidak puas 11 17,7 0 0
Cukup puas 45 72,6 11 17,7
Puas 6 9,7 51 82,3
Tabel 2 menunjukkan kepuasan pasien rawat inap sebelum mendapatkan ronde perawat dengan NEPIL
setiap 2 jam. Berdasarkan 5 dimensi kepuasan (tangibles, empathy, reability, responsiveness, assurance)
persentase terbesar pasien pada kelompok intervensi puas sedangkan pada kelompok kontrol cukup puas.
Tabel 3. Kepuasan pasien sebelum dan sesudah ronde perawat dengan NEPILpada kelompok
intervensi dan kontrol di RS A Kota Tangerang, Juli 2020
Kelompok Rerata sebelum Rerata sesudah Skor peningkatan % skor peningkatan p wilcoxon
Kontrol 32,84 31,45 -1,39 4,23 0,770
Intervensi 49,02 49,10 0,08 0,16 0,024*
Tabel 3 menunjukkan terdapat peningkatan skor kepuasan pasien pada kelompok intervensi sesudah ronde
perawat dengan NEPIL per 2 jam yaitu kenaikan 0.16%. Hasil uji Wilxcoxon terdapat perbedaan yang signifikan
kepuasan pasien sebelum dan sesudah ronde perawat dengan NEPIL di kelompok intervensi (p = 0,024 < 0.05).
Tabel 4. Pengaruh ronde perawat NEPIL dan karakteristik pasien terhadap peningkatan kepuasan pasien di RS
A Kota Tangerang, Juli 2020
Kepuasan meningkat Kepuasan tidak meningkat Total
Variabel p-value
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
NEPIL
Kontrol 22 35,5 40 64,5 62 100 0,290
Intervensi 26 41,9 36 58,1 62 100
Umur
<40 tahun 23 37,7 38 62,3 61 100 0,948
40-59 tahun 18 40,9 26 59,1 44 100
>60 tahun 7 36,8 12 63,2 19 100
Jenis kelamin
Laki-laki 27 38,6 43 61,4 70 100 0,559
Perempuan 21 38,9 33 61,1 54 100
Pendidikan
Tingkat dasar 13 32,5 27 67,5 40 100 0,218
Tingkat 35 41,7 49 58,3 84 100
lanjut
Pekerjaan
Bekerja 37 37,8 61 62,2 98 100 0,418
Tidak bekerja 11 42,3 15 57,7 26 100
Lama rawat
3 hari 25 38,5 40 61,5 65 100 0,871
4 hari 12 37,5 20 62,5 32 100
5 hari 11 40,7 16 59,3 27 100
Kelas rawat
Kelas 3 2 22,2 7 77,8 9 100 0,028*
Kelas 2 41 37,6 68 62,4 109 100
Kelas 1 5 83,3 1 16,7 6 100
Berdasarkan hasil uji Chi-Square hanya didapatkan ada pengaruh signifikan pengaruh ronde perawat NEPIL
dan karakteristik pasien yaitu kelas rawat terhadap peningkatan kepuasan pasien secara statistik (p-value < 0,05).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, pada pada dimensi Tangibles pasien puas karena pasien merasakan
perawat hadir penuh saat ronde NEPIL. Perawat memberikan asuhan dengan membantu mengatasi nyeri pasien,
berperilaku sopan, menanyakan posisi nyaman, melakukan insersi infus dan mendekatkan bel panggil. Pada
dimensi Realibility pasien puas saat dengan asuhan yang diberikan perawat karena perawat teliti dalam tindakan,
1kali penusukan dalam pemasangan infus dan perawat bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien. Dimensi
Assurance pasien puas dengan asuhan ronde NEPIL yang diberikan perawat karena saat pasien djelaskan saat
perawat menanyakan skala nyeri, perawat membantu mengatur posisi pasien secara cekatan dan saat pasien dan
keluarga menanyakan kondisi pasien, perawat mempunyai catatan dikomputer. Pada dimensi Responsivness
perawat datang setiap 2 jam, perawat tepat dalam mengubah posisi pasien dan perawat selalu menjaga privasi
saat melakukan tindakan dengan menutup tirai. Dimensi Empathy pasien puas karena perawat menanyakan
skala nyeri pasien saat ronde NEPIL setiap 2 jam, perawat selalu mengontrol lokasi penusukan infus ada tanda-
tanda phlebitis atau tidak, perawat sopan dan ramah.
Kepuasan pasien secara signifikan meningkat sesudah ronde perawat dengan NEPIL (p value=0,024).
Hal ini ditandai dengan adanya bunyi bel panggil pasien berkurang dalam 1 shift dan tidak ada kejadian pasien
jatuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang ronde perawat dapat meningkatkan kepuasan pasien
ditandai dengan mengurangi penggunaan lonceng panggilan pasien, mengurangi pasien jatuh, menurunkan
terjadinya ulkus dan meningkatkan kepuasan staf.(13) Hal ini diperkuat bahwa intervensi ronde perawat terbukti
dapat meningkatkan kepuasan pasien karena perawat berespon cepat terhadap masalah yang dihadapi pasien
(Patient centered care)(14) Kondisi ini sesuai dengan teori Kolcaba yang mendefinisikan kenyamanan dengan
cara yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu
keadaan kebutuhan dasar manusia yang sudah terpenuhi. Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual,
sosiokultural, lingkungan.(6)
Hasil penelitian yang selanjutnya ditemukan dalam penelitian ini yaitu bahwa ada pengaruh signifikan
ronde perawat NEPIL dan lama hari rawat pasien terhadap peningkatan kepuasan pasien (p=0,028). Semakin
154 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ----------------------------------- Volume 12 Nomor 2, April 2021
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778
lama pasien dirawat, kepuasan meningkat. Ini terjadi karena pada pasien yang dirawat lebih lama mampu
merasakan asuhan keperawatan yang diberikan dengan ronde NEPIL. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa kepuasan pasien dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
karakteristik pasien yang merupakan penentu prioritas indikator kualitas pelayanan kesehatan dan penentu
tingkat kepuasan pasien. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap terhadap
pelayanan keperawatan antara lain jenis kelamin dan lama perawatan dan yang tidak berpengaruh adalah usia
pasien.(19) Berdasarkan hal tersebut maka pemilihan dan penerapan ronde keperawatan yang tepat dapat menjadi
faktor peningkatan kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan yang diterima di ruang rawat inap.
KESIMPULAN
Karakteristik pasien dalam penelitian ini sebagian besar berusia kurang 40 tahun, berjenis kelamin laki-
laki, memiliki latara belakang tingkat pendidikan lanjut, status saat ini bekerja, lama hari rawat 3 hari dan
berada di ruang rawat inap kelas 2. Kepuasan pasien meningkat setelah diberikan ronde perawat NEPIL setiap 2
jam. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ronde perawat dengan metode NEPIL setiap 2
jam dapat direkomendaikan untuk diterapkan di unit rawat inap rumah sakit dengan menyesuaikan dengan
karakteristik lingkungan kerja dan SDM yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marquis B, Houston C. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori & Aplikasi. 4th ed. Jakarta:
EGC; 2010. 514 p.
2. Suarli S, Bahtiar. Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta: Erlangga; 2012.
3. Bauk I, Kadir AR, Saleh A. Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Kualitas Pelayanan : Persepsi Pasien
Pelayanan Rawat Inap Rsud Majene Tahun 2013. 2013;1–12.
4. Li Y, Jones CB. A literature review of nursing turnover costs. J Nurs Manag. 2013;21(3):405–18.
5. Wanjau K., Muiruri B., Ayodo E. Factors affecting provision of service quality in the public health sector:
A case of Kenyatta National Hospital. 2012;
6. Alligood M, Tomey A. Nursing Theorist and Their Work. 6th ed. St. Louis: Mosby-Year Book, Inc.; 2014.
7. Burke, Motacki. Nursing Delegation and Manangement of Patien Care. New Jersi: Mosby-Year Book,
Inc.; 2011.
8. Alligood MR. Nursing Theorists and Their Work. 9th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2018. 534 p.
9. Iriviranty A. Analisis Budaya Organisasi dan Budaya Keselamatan Pasien Sebagai Langkah
Pengembangan Keselamatan Pasien di RSIA Budi Kemuliaan Tahun 2014. J Adm Rumah sakit.
2014;1(3):196–206.
10. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Buku Instrumen Akreditasi SNARS. 2017.
11. Kozier BE, Berman, Synder. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. 7th ed.
Jakarta: EGC; 2012.
12. Hutchings M, Ward P, Bloodworth K. “Caring around the clock”: a new approach to intentional rounding.
Nursing Management. 2013;20(5).
13. Langley S. Effects of rounding on patient care. Nursing Standard. 2015;29(42).
14. Mitchell SH, Overman P, Forrest JL. Critical thinking in patient centered care. J Evid Based Dent Pract.
2014;14:235–9.
15. Negarandeh R, Bahabadi AH, Mamaghani, J.A. Impact of regular nursing rounds on patient satisfaction
with nursing care. Asian Nurs Res. 2014;8(4):282–5.
16. Saleh BS, Nusair H, Al Zubadi N, Al Shloul S, Saleh U. Retracted: The nursing rounds system: Effect of
patient’s call light use, bed sores, fall and satisfaction level. Int J Nurs Pract. 2011;17(3):299–303.
17. Rohita T, Yetti K. Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan Melalui Ronde dan Pendokumentasian.
Dunia Keperawatan. 2017;5(1):50.
18. Marquis BL, Houston C. Leadership Roles and Management Function In Nursing: Theory And
Application. 8th ed. Philladelphia: Wolter Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins; 2015.
19. Oroh ME. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan di ruang interna RSUD Noongan. Manado: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado; 2017.