2342-Article Text-11205-1-10-20221102
2342-Article Text-11205-1-10-20221102
2342-Article Text-11205-1-10-20221102
Abstract
The medical profession is practiced by people, which of course cannot be separated from error or
negligence. These actions can result in losses to patients who entrust medical treatments to doctors,
whether intentionally or unintentionally. This can be called misconduct. The positive law in
Indonesia regulates severe criminal sanctions for misconduct. The problem with this investigation is
how the law regulates liability for medical malpractice by harmonizing the regulations to combat
medical malpractice based on the regulations in force in Indonesia. The method used in this
research is normative-juridical to analyze the concepts of law and regulations related to what is
being researched. Negligence can be described as misconduct. However, if negligence causes
property damage or damage, or even costs the life of another person, it can be called gross
negligence. The liability of medical personnel, especially physicians, for misconduct can be carried
out through ethical, professional, civil, criminal and administrative liability. The harmonization of
the Criminal Code, the Health Code, the Medical Practices Code and the Hospital Law, when linked
to Decision No. 417/Pdt.G/2012/PN.Mdn, does not synchronize the rules and decisions and cannot
protect the victim Patient.
Abstrak
Profesi dokter dilaksanakan oleh manusia yang tentu tidak lepas dari tindakan kesalahan atau
kelalaian.Tindakan tersebut dapat mengakibatkan kerugian pasien yang mempercayakan pengobatan
kesehatan kepada dokter, yang dapat dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Adapun hal
tersebut dapat disebut malpraktek. Hukum Positif di Indonesia dengan tegas mengatur sanksi Pidana
terhadap perbuatan Malpraktek. Permasalahan pada penelitian ini merupakan bagaimana hukum
mengatur Pertanggungjawaban Malpraktek yang dilakukan oleh dokter melalui Harmonisasi
Regulasi Anti Malpraktek berdasarkan Regulasi yang berlaku di Indonesia. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah yuridis normative digunakan menganalisis konsep hukum dan peraturan
yang berkaitan dengan yang diteliti.. Kelalaian dapat disebut sebagai malpraktek. Akan tetapi jika
kelalaian menyebabkan kerugian materi, mencelakakan, bahkan merenggut nyawa, maka dapat
disebutkan kelalaian berat. Pertanggungjawaban Tenaga Medis khususnya Dokter akibat perbuatan
malpraktek dapat dilakukan Pertanggungjawaban secara Etis, Profesi, Pertanggungjawaban melalui
Hukum Perdata, Hukum Pidana dan Hukum Administrasi. Harmonisasi KUHP, UU Kesehatan, UU
Praktik Kedokteran dan UU Rumah Sakit jika dikaitkan dengan Putusan Nomor
417/Pdt.G/2012/PN.Mdn, maka hal tersebut tidak terjadi sinkronisasi terhadap aturan dan putusan
tersebut serta tidak dapat melindungi korban sebagai pasien.
58
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
59
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
60
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
61
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
62
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
63
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
16
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,
Alumni, Jakarta, 1981, hal 117-118.
64
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
65
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
berdasarkan pendapat Agus Irianto yaitu Jika dilihat dari 4 (empat) aturan yang
suatu pengobatan untuk mengobati ada diharmonisasi diatas yakni Kitab
penyakit atau luka yang dikerjakan tidak Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),
sesuai dengan pengetahuan dimiliki, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
kemudian dilakukan dengan tidak teliti Tentang Kesehatan, Undang Nomor 29
serta serta kesengajaan secara kriminal21 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
dan penyebutan malpraktek dalam Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009
kedokteran mengandung arti kegiatan Tentang Rumah Sakit dan digabungkan
yang dilakukan dokter dengan cara yang dengan Putusan Nomor
buruk.22 417/Pdt.G/2012/PN.Mdn, maka terlebih
Berdasarkan Stedman’s Medical dahulu dijelaskan duduk perkara sampai
Dictionary, malpraktik yaitu cara putusan yang diberikan Hakim dari
melakukan pengobatan suatu penyakit Putusan Nomor 417/Pdt.G/2012/PN.Mdn.
yang dilakukan dengan cara salah Putusan Nomor 417 / Pdt. G / 2012 /
sehingga perbuatannya dilakukan dengan PN.Mdn menjelaskan duduk perkara
cara asal-asalan maupun tidak peduli bahwa tanggal 14 Mei 2009, Mariani
dengan dasar kesengajaan kriminal.23 Sihombing sebagai Penggugat berobat
Sedangkan berdasarkan Coughin’s kepada dr. Paulus Damanik selaku turut
Dictionary of Law, malpraktik merupakan tergugat yang berpraktik di Kota
sikap tidak profesional dari seorang Pematang Siantar menyampaikan
dokter dalam menjalani suatu profesinya keluhannya kepada dokter tersebut.
seperti halnya profesi dokter, ahli hukum, Keluhan yang disampaikan bahwasanya
akuntan, dokter gigi maupun dokter Penggugat saat menstruasi/haid
hewan.24 mengeluarkan darah yang gumpal seperti
Seorang dokter dalam melakukan building dan lamanya haid 2 (dua) sampai
tugasnya terhadap pasien telah 3 (tiga) hari dan selanjutnya dilakukan
melaksanakan dengan mengikuti aturan USG yang menghasilkan temuan adanya
standar profesi, maka apabila seorang myomas uteri atau pembesaran otot-otot
dokter mengalami suatu perbuatan yang rahim yang harus dibuang melalui
dinamakan malpraktek seharusnya dokter tindakan operasi medis.
mempertanggungjawabakan terhadap Selanjutnya Penggugat menerima
perbuatan yang telah dilakukannya. saran dari dokter turut tergugat untuk
Pertanggungjawaban tersebut terdiri dari melakukan tindakan operasi, namun
Pertanggungjawaban etis, karena Hemoglobin Penggugat sangat
Pertanggunjawaban pidana, dan rendah tidak dilakukan upaya operasi
Pertanggungjwaban perdata. melainkan menaikkan Hb Penggugat
dengan cara transfusi darah. Selanjutnya
dokter turut tergugat merujuk Penggugat
ke Rumah Sakit Santa Elisabeth selaku
Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2009, hal
500. Tergugat II dan ditangani oleh dokter
21
Agus Irianto, Analisis Yuridis Hotma Partogi Pasaribu selaku Tergugat
Kebijakan Pertanggungjawaban Dokter Dalam I.
Malpraktik, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Kemudian tanggal 19 Mei 2009,
Maret, Surakarta, 2006, hal 16. Penggugat mendatangi Tergugat I dan II
22
Danny Wiradharma, Hukum
Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, hal yang kemudian dilakukan pemeriksaan
87. oleh Tergugat I untuk dilakukan Biopsi
23
J. Guwandi, Hukum Medic (Medical (pengambilan sebagian jaringan yag akan
Law), Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2004, hal 22. diperiksa) dan Penggugat dianjurkan
24
Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum untuk dirawat inap di Rumah Sakit Santa
Kedokteran, Grafikatama, Jakarta, 1991, hal 83.
66
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
67
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
68
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
69
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
70
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP
71