2342-Article Text-11205-1-10-20221102

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

JURNAL ILMU HUKUM PRIMA

Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244


http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN TERHADAP


PERTANGGUNGJAWABAN PERBUATAN MALAPRAKTEK
MELALUI HARMONISASI REGULASI ANTI MALPRAKTEK
Daniel Limbong
Fakultas Hukum Universitas Prima Indonesia
Jalan Sekip Simpang Sikambing, Medan, Sumatera Utara
email : [email protected]

Abstract
The medical profession is practiced by people, which of course cannot be separated from error or
negligence. These actions can result in losses to patients who entrust medical treatments to doctors,
whether intentionally or unintentionally. This can be called misconduct. The positive law in
Indonesia regulates severe criminal sanctions for misconduct. The problem with this investigation is
how the law regulates liability for medical malpractice by harmonizing the regulations to combat
medical malpractice based on the regulations in force in Indonesia. The method used in this
research is normative-juridical to analyze the concepts of law and regulations related to what is
being researched. Negligence can be described as misconduct. However, if negligence causes
property damage or damage, or even costs the life of another person, it can be called gross
negligence. The liability of medical personnel, especially physicians, for misconduct can be carried
out through ethical, professional, civil, criminal and administrative liability. The harmonization of
the Criminal Code, the Health Code, the Medical Practices Code and the Hospital Law, when linked
to Decision No. 417/Pdt.G/2012/PN.Mdn, does not synchronize the rules and decisions and cannot
protect the victim Patient.

Keywords: Malpractice, Doctor, Liability, Harmonization, Regulation

Abstrak
Profesi dokter dilaksanakan oleh manusia yang tentu tidak lepas dari tindakan kesalahan atau
kelalaian.Tindakan tersebut dapat mengakibatkan kerugian pasien yang mempercayakan pengobatan
kesehatan kepada dokter, yang dapat dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Adapun hal
tersebut dapat disebut malpraktek. Hukum Positif di Indonesia dengan tegas mengatur sanksi Pidana
terhadap perbuatan Malpraktek. Permasalahan pada penelitian ini merupakan bagaimana hukum
mengatur Pertanggungjawaban Malpraktek yang dilakukan oleh dokter melalui Harmonisasi
Regulasi Anti Malpraktek berdasarkan Regulasi yang berlaku di Indonesia. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah yuridis normative digunakan menganalisis konsep hukum dan peraturan
yang berkaitan dengan yang diteliti.. Kelalaian dapat disebut sebagai malpraktek. Akan tetapi jika
kelalaian menyebabkan kerugian materi, mencelakakan, bahkan merenggut nyawa, maka dapat
disebutkan kelalaian berat. Pertanggungjawaban Tenaga Medis khususnya Dokter akibat perbuatan
malpraktek dapat dilakukan Pertanggungjawaban secara Etis, Profesi, Pertanggungjawaban melalui
Hukum Perdata, Hukum Pidana dan Hukum Administrasi. Harmonisasi KUHP, UU Kesehatan, UU
Praktik Kedokteran dan UU Rumah Sakit jika dikaitkan dengan Putusan Nomor
417/Pdt.G/2012/PN.Mdn, maka hal tersebut tidak terjadi sinkronisasi terhadap aturan dan putusan
tersebut serta tidak dapat melindungi korban sebagai pasien.

Kata Kunci: Malpraktek, Dokter, Pertanggungjawaban. Harmonisasi, Regulasi

58
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

LATAR BELAKANG tersebut kemudian dapat disebut dengan


Manusia dan kesehatan adalah 2 (dua) malpraktek. Para tenaga kesehatan di
elemen kehidupan yang tidak dapat Indonesia mengenal istilah malpraktik
dipisahkan. Kesehatan merupakan sebenarnya hanyalah merupakan suatu
kebutuhan setiap manusia dalam bentuk Medical Malpractice.
menjalani kehidupannya adalah Malpraktek berasal dari kata
kebutuhan pokok. Berdasarkan Kamus "malpractice" dengan memiliki arti yaitu
Besar Bahasa Indonesia, Dokter adalah kesalahan dalam menjalankan suatu
lulusan pendidikan kedokteran yang profesi yang ditimbulkan akibat adanya
memiliki keahlian dalam suatu hal kewajiban yang dilakukan oleh dokter,
penyakit dan dapat mengobatinya.1 dengan demikian medical malpractice
Dokter saat melakukan pemeriksaan ataupun kesalahan dalam menjalankan
penunjang dengan melakukan tes profesi dokter yang tidak sesuai dengan
laboratorium. Pemeriksaan fisik ditambah prosedur profesi medik saat
dengan pemeriksaan berdasarkan tes menjalankannya.4 Dokter harus paham
laboratorium menjadi dasar dokter dalam akan adanya ketentuan hukum yang
mendiagnosis sakit pasien dengan berlaku dalam melaksanakan profesinya
keilmuan kedokteran yang dimilikinya serta memiliki persamaan dalam hak dan
sebagaimana termuat dalam Standar kewajiban untuk menjalankan profesinya
Prosedur Operasional Kedokteran.2 sebagai dokter.5
Pelayanan kesehatan pada dasarnya Malpraktik medik secara sederhana
memiliki tujuan untuk melakukan diartikan sebagai suatu kelalaian dokter
pencegahan dan pengobatan terhadap atau tenaga medis dalam mempergunakan
suatu penyakit dan didalamnya terdapat keterampilan dan pengetahuannya untuk
pelayanan medis yang dapat dilakukan mengobati pasien maupun orang cedera
melalui hubungan individual antara dokter berdasarkan ukuran dilingkungan sama.6
maupun pasien yang membutuhkan Dalam malpraktek medis memiliki
kesembuhan, akan tetapi dokter mau pelayanan berupa suatu tindakan yang
melakukan tindakan kesalahan yang dapat dilakukan dengan sengaja sehingga
mengakibatkan malprakterk kepada berimplikasi dapat terjadinya suatu
pasien.3 pelanggaran aturan peraturan perundang-
Profesi dokter dilaksanakan oleh undangan, sedangkan kelalaian lebih
manusia yang tentu saja tidak dapat lepas menitikberatkan kepada ketidaksengajaan,
dengan tindakan kesalahan atau kelalaian. acuh tak acuh, tidak teliti, tidak hati-hati
Tindakan tersebut dapat mengakibatkan serta tidak peduli sama sekali terhadap
kerugian kepada pasien yang kepentingan orang lain, akan tetapi akibat
mempercayakan pengobatan kesehatan yang ditimbulkan bukanlah merupakan
kepada profesi dokter. Tindakan
kesalahan atau kelalaian tersebut dapat
dilakukan dengan sengaja maupun tidak
sengaja. Adapun kesalahan atau kelalaian
4
Veronica Komalawati, Hukum dan Etika
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Dalam Praktik Dokter, Sinar Harapan, Jakarta,
https://kbbi.web.id/dokter, diakses pada tanggal 10 1989, hal. 87. (Untuk selanjutnya disebut dengan
Juli 2019 pada pukul. 09.00 wib. Veronica Komalawati I).
2 5
Djoti Atmodjo, “Standar Pelayanan Anny Isfandyarie, Tanggung Jawab
Kedokteran”, Tahun 2015 diakses tanggal 10 Juli Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku I, Prestasi
2019 pukul. 12.00 wib. Pustaka: Jakarta, 2006, hal. 3.
3 6
Danny Wiradharmairadharma, Penuntun M. Jusuf Hamanfiah, Etika Kedokteran
Kuliah Kedokteran dan Hukum Kesehatan, dan Hukum Kesehatan, Buku Kedokteran BGC,
Kedokteran EGC, Jakarta, 1999, hal.7 Surabaya, 1999, hal. 96.

59
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

suatu tujuannya.7 Pengaturan Hukum kunjung sembuh, justru semakin parah


kedokteran yang berlaku di Indonesia dan akibat dari tindakan tersebut, pihak
sampai saat ini belum merumuskan secara penggugat mengalami cacat seumur hidup
mandiri mengenai batasan-batasan yaitu memakai kateter ginjal dan sudah
tentang malpraktek maupun pengertian berulang kali melakukan pergantian
dari batasan malpraktek itu sendiri selang kateter ginjal serta sudah 25 (dua
sehingga dari sudut pandang banyak puluh lima) kali radiasi luar dan 2 (dua)
orang berbeda melihatnya.8 kali radiasi dalam yang telah
Salah satu peristiwa medical mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
malpractice atau malpraktek yang terjadi jumlahnya. Selanjutnya berdasarkan fakta
di Indonesia adalah peristiwa yang yang terungkap di persidangan terdapa
terdapat pada Putusan Pengadilan Negeri thal-hal yang terungkap sebagai fakta
Medan No. 417/Pdt.G/2012/PN.MDN. persidangan patut di duga merupakan
Penggugat pada putusan tersebut perbuatan Pidana atau dapat menjerat
menggugat profesi dokter dan pimpinan dokter sebagai tenaga Medis untuk
rumah sakit. Adapun dasar dari gugatan dimintai pertanggungjawabannya secara
ini adalah penggugat mengalami Pidana. Karena Regulasi yang mengatur
malpraktek akibat kesalahan ataupun Malpraktek itu sendiri tersebut terdapat
kelalaian dari tindakan yang dilakukan pada beberapa peraturan perundang-
oleh pihak tergugat. undanagan maka di pandang perlu untuk
Pihak tergugat berdasarkan putusan melakukan Harmonisasi Regulasi.
ini telah salah dan lalai dalam Penyelarasan aturan perundang-undangan
melaksankan tindakan medis yaitu seperti dapat dilihat baik secara vertikal maupun
tindakan Kuret (dikerok dinding rahim) horizontal. Dari penyelarasan /
tanpa memberitahukan maksud dan tujuan Harmonisasi peraturan perundang-
dari kuret tersebut, akan tetapi faktanya undangan ini kemudian ditelaah secara
yang terjadi adalah pengangkatan rahim vertikal supaya dapat dilihat bagaimana
bukan kuret yang semestinya dilakukan. hierarkisnya peraturan perundang-
Terhadap tindakan tersebut Penggugat undangan yang satu dengan yang lainnya.
menyampaikan kepada perawat bahwa Untuk dapat melakukan suatu analisis
Punggungnya merasa kesakitan yang amat berdasarkan Harmonisasi peraturan
sangat, Penggugat pun disuntik untuk perundang-undangan yang lebih
menghilangkan rasa sakit tersebut. Pada mendalam, maka harus memperhatikan
malam harinya datang beberapa dokter beberapa asas perundang-undangan. Akan
melihat kondisi Penggugat, kemudian tetapi disamping asas-asas perundangan,
memeriksa kantong keteter Penggugat, perlu memperhatikan urutan perundang-
ternyata tidak ada air kencing yang keluar undangan di Indonesia melalui Undang-
dan kemudian infus, tapi punggung Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
Penggugat semakin panas. Pembentukan Peraturan Perundang-
Pihak Tergugat telah mengambil Undangan, selanjutnya Harmonisasi perlu
berbagai tindakan tetapi setelah dirawat dilakukan untuk mengukur kemampuan
selama 25 (dua puluh lima) hari suatu regulasi yang ada guna mengatur
Penggugat merasa penyakitnya tidak suatu tindakan agar dapat memenuhi
tujuan atau dasar dibentuknya regulasi
7
Sutarno, Hukum Kesehatan Eutanasia tersebut.
dan Hukum Positif di Indonesia, Malang, Dari uraian diatas, maka perlu
SETARA Press, 2004, hal. 39. melakukan penelitian terhadap
8
Crisdiono M. Achdiat, Dinamika Etika “Perspektif Hukum Kesehatan
dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman, Terhadap Pertanggungjawaban
Buku Kedokteran, Jakarta, 2004, hal. 21.

60
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

Perbuatan Malapraktek Melalui Dari hal diatas, perlu adanya


Harmonisasi Regulasi Anti pengkajian secara khusus untuk
Malpraktek” memperoleh suatu rumusan pengertian,
batasan istilah malpraktek medik yang
METODE PENELITIAN ada di Indonesia sebagai hasil olah buah
Jenis penelitian yang digunakan pikiran bangsa Indonesia yang
adalah yuridis normatif dan empiris. berlandasakan pada budaya bangsa dan
Yuridis normatif digunakan untuk dapat diterima sebagai budaya hukum
menganalisis konsep hukum dan yang sesuai pada aturan yang berlaku
peraturan yang berkaitan erat dengan pada Sistem Kesehatan Nasional. Dari
pokok bahasa.9 Yuridis normative juga uraian diatas, maka dapat disimpulkan
menggunakan metode pendekatan bahwasanya permasalahan malpraktek
peraturan perundang-undangan (statute yang terjadi di Indonesia dapat dilakukan
approach). melalui 2 (dua) cara yakni litigasi maupun
Sumber data yang digunakan adalah non litigasi.
data sekunder yang meliputi Jurnal, buku- Dari 2 cara yang dapat ditempuh
buku, dokumen-dokumen resmi yang dalam permasalahan malpraktek diatas,
dikeluarkan oleh pemerintah.10 maka terlebih dahulu dilihat apakah
Teknik pengumpul data pada tesis ini semua malpraktek yang dilakukan para
adalah library research. library research dokter termasuk perbuatan yang
adalah pengumpulan data yang dilakukan melanggar hukum atau tidak. Jika
dengan melakukan penelaahan kepada perbuatan malpraktek tersebut melanggar
bahan pustaka atau data sekunder yang hukum termasuk melanggar hukum
meliputi bahan hukum primer, bahan pidana, maka syarat untuk menentukan
hukum sekunder maupun bahan hukum dokter melakukan malpraktek dapat
tersier Penelitian yang dilakukan dalam dilihat dari 3 (tiga) aspek yaitu :11
penulisan tesis ini termasuk kedalam tipe 1. Syarat dari sikap batin dokter
penelitian hukum normatif 2. Syarat dari perlakuan medis
3. Syarat dari akibat
HASIL Dikatakan syarat dari sikap batin
Penanganan Hukum Kesehatan tentang malpraktik kedokteran adalah
berawal pada Undang-undang Nomor 23 suatu syarat yang disengaja ataupun
Tahun 1992 Tentang Kesehatandan yang kelalaian yang dilakukan baik terhadap
kemudian sudah diperbaharui dengan perlakuan medis maupun terhadap
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 perbuatan. Syarat dari perlakuan medis
tentang Kesehatan, selanjutnya diatur yakni perlakuan yang mengandung sifat
KUHP dan KUHPerdata. Dari aturan melawan hukum yang dilakukan oleh
tersebut, istilah malpraktek yang selama berbagai sebab seperti halnya
ini dikenal dari istilah yang asing bagi menyimpang dari prosedur profesi,
budaya Indonesia sehingga istilah prosedur operasional, tidak memiliki STR
malpraktek tersebut hanya diketahui atau SIP, tidak sesuai dengan kebutuhan
maupun dikenal oleh kalangan kedokteran medis pasien dan lain-lain. Syarat dari
atau kalangan medis akibat merupakan syarat yang timbul
adanya kerugian bagi kesehatan, luka-
9
Marzuki Peter Mahmud, Penelitian luka pada tubuh atau nyawa pasien sesuai
Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, unsur tindak pidana tertentu.
2006, hal. 93.
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
11
Penelitian Hukum Normatif Suatu tinjaun singkat, Adami Chazawi, Malpraktik
Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1995, hal. 23. Kedokteran, Bayumedia, Malang, 2007, hal 21.

61
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

Kegiatan malpraktik yang dilakukan Kitab Undang-undang Hukum Perdata


para dokter dapat dikatakan tindak pidana menyebutkan “setiap perbuatan yang
karena di dalamnya terdapat sifat melakukan pelanggaran hukum dan
melawan hukum. Tindak pidana yang memberikan kerugian kepada orang lain,
dapat diterapkan pada kasus-kasus maka salah satunya wajib memberikan
malpraktik kedokteran sangat terbatas. ganti kerugian kepada orang yang
Dewasa ini malpraktik yang dilakukan dirugikan”.
dokter disebabkan kelalaian dan dicakup Pasal 1365 KUHPerdata adalah “pasal
berdasarkan 2 (dua) Pasal 359 keranjang sampah” yang lebih fokus
KUHPidana apabila terjadinya kematian kepada kerugian materiil, tidak mengatur
dan Pasal 360 KUHPidana apabila terjadi sama sekali unsur-unsur kerugian
luka-luka pasien. Kemudian malpraktik khususnya seperti kehilangan rahim,
yang dilakukan dokter dengan sengaja kehilangan ginjal dan lain-lain akibat
terbatas pada aborsi yang terletak pada malpraktek dan jumlah ganti rugi tidak
Pasal 347 dan Pasal 348 KUHPidana. bisa dihitung dari kerugian materiil
Meskipun secara teoritis Pasal 351 sampai berdasarkan nilai kwitansi pengobatan.14
Pasal 355 KUHPidana tentang Di Indonesia yang banyak menjadi
Penganiayaan dapat dipergunakan, akan korban malapraktek dari kalangan
tetapi belum pernah penuntut umum masyarakat bawah, tetapi tidak tertutup
mendakwakan penganiayaan pada dugaan kemungkinan masyarakat kalangan
kasus-kasus malapraktik kedokteran.12 menengah ke atas pun dapat terkena.
Dalam tindak pidana yang terjadi Masyarakat yang terkena malapraktek
selalu terdapat unsur sifat melawan berfikir mereka telah mengalami kerugian
hukum. Sebagaian kecil tindak pidana yang besar baik materiil maupun
sifat melawan hukum dicantumkan secara immateriil, kerugian karena tindakan
tegas dalam rumusan, tetapi sebagian malapraktek tersebut menjadikannya
besar unsur melawan hukum tidak harus mengeluarkan biaya pengobatan
dicantumkan, karena sifatnya tindak yang sangat besar dan proses yang
pidana sebagai larangan berbuat, maka berkepanjangan. Seringkali dari pihak
setiap tindak pidana selalu mengandung dokter dan/atau rumah sakit berani untuk
unsur sifat melawan hukum. Bagi tindak memberikan ganti kerugian berupa uang
pidana unsur-unsur tersebut terdapat yang sangat besar kepada korban. Mereka
secara tersirat pada unsur yang lain. Bisa berani, karena pihak dokter atau rumah
melekat di unsur perbuatan, objek sakit tidak mau reputasinya sebagai
perbuatan, akibat perbuatan (akibat yang dokter atau rumah sakit tersebut jatuh,
dilarang) atau unsur keadaan-keadaan yang akan menyebabkan karirnya akan
yang menyertainya.13 menurun, dikarenakan masyarakat akan
Dari penjelasan diatas, bahwasanya ragu untuk pergi berobat ke dokter dan
malpraktik yang dilakukan dokter bukan atau rumah sakit tersebut.
hanya dapat ditarik sebagai tindak pidana Sistem Hukum Indonesia dan Praktek
akibat kelalaian yang dibuatnya Pengadilan Indonesia lebih
melainkan para korban dapat melakukan menitikberatkan “Kerugian Materiil”
tuntutan ganti kerugian yang tunduk pada dengan cara menghitung dari jumlah
Pasal 1365 KUHPerdata. Pasal 1365
14
Caesario Indra Nugraha, Tinjauan
12
Ibid hal 22. Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Malpraktek
13
Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004
Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Tentang Praktek Kedokteran Di Indonesia, Skripsi
Pidana Indonesia, Alumni, Bandung, 2002, hal ; Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
23. Medan, 2011, hal 68.

62
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

kerugian financial untuk pengobatan Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


berdasarkan kwitansi, sedangkan kerugian Kedokteran yang berguna dan bertujuan
immateriil misalnya kerugian karena menyelesaikan persengketaan antara
kehilangan rahim sehingga tidak dapat dokter, pasien maupun Rumah Sakit.
mempunyai anak belum diakomodir, Untuk selanjutnya mengawasi praktek
walaupun kadang-kadang Pengadilan serta mengadili jika terjadi sengketa.15
Indonesia mengabulkan ganti rugi Sangat sulit bagi pasien untuk
immateriil dengan ganti rugi memenangkan gugatan perdata/pidana
penghukuman (pidana penjara). sebab si dokter (tergugat) telah lebih
Dengan adanya laporan polisi dahulu melengkapi dirinya dengan bukti
mengenai tindak pidana malapraktek keputusan hasil persidangan “Majelis
maka pihak kepolisian akan memulai Kehormatan Disiplin Kedokteran” yang
penyidikan atas adanya tindak pidana memenangkan pihak dokter karena
malapraktek yaitu memeriksa perkara merupakan produk teman sejawat. Yang
dengan melakukan penangkapan dan diperlukan di Indonesia adalah suatu
penahanan tersangka, sehingga Kepolisian Undang Undang tentang perlindungan
tidak dapat menghentikan penyidikan itu terhadap pasien dengan tujuan akan
secara diam-diam begitu saja, kasus melindungi pasien dari praktek
malapraktek yang marak saat ini kedokteran. Undang- undang Nomor 29
seringkali mengalami jalan buntu pada Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
saat proses penyidikan, dianggap masih justru diarahkan untuk membuat profesi
grey area, karena kurangnya kuatnya dokter menjadi berbeda di depan hukum.
bukti-bukti yang ada. Dengan beberapa fakta diatas,
Pada proses pidana bukanlah perkara akhirnya masyarakat umum, khususnya
gampang karena polisi harus kalangan orang berada memilih untuk
bersinggungan dengan istilah-istilah berobat ke luar negeri. Hal tersebut
medis atau kedokteran yang akhirnya tentunya tidak hanya merugikan
membutuhkan waktu yang cukup panjang masyarakat yang akan membuat kenaikan
dan melelahkan. Karena jika jalur pidana biaya pelayanan kesehatan kian
yang dipakai, hal tersebut akan ditentang meningkat tajam sehingga akhirnya dapat
oleh dokter.Dokter tidak mau disamakan merugikan sebagian besar masyarakat
sebagai pelaku pembunuhan. Bila proses sebab harus membayar mahalnya biaya
pidana harus benar-benar ada bukti yang pelayanan kesehatan serta asuransi
kuat. kesehatan.
Dalam kasus malapraktek kedokteran Malpraktek adalah tindakan medis
bukti-bukti yang ada selalu disanggah yang melanggar ketentuan yang ada.
oleh dokter, dan sanggahan tersebut juga Kelalaian bukan pelanggaran hukum
dikuatkan oleh saksi ahli yang merupakan maupun kejahatan, sehingga dari
bagian dari Ikatan Dokter Indonesia, atau kelalaian itu tidak menimbulkan kerugian
dengan kata lain sulit untuk pada orang lain dan orang tersebut
menghadirkan saksi ahli dalam menerimanya, maka kelalaian tersebut
penyelesaian kasus malapraktek itu tidak dapat dikatakan kelalaian, akan
sendiri. Dimana kasus tersebut tetapi kelalaian yang dapat menimbulkan
menyebabkan penyidikan terhenti. Pada kerugian baik secara materi maupun
akhirnya korban memilih melakukan sampai menimbulkan kecelakaan bahkan
secara Perdata dengan cara melakukan sampai kematian, maka klasifikasi
gugatan perbuatan melawan hukum. kelalaian dapat dikatakan sebagai
Pemerintah yang mengeluarkan
payung hukum melalui Undang- undang 15
Ibid, hal 70.

63
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

kelalaian yang serius bahkan dapat malapraktek, baik dari penerimaan


dikatakan tindakan kriminal. pengaduan sampai dengan pemberian
Dikatakan oleh J. Guwandi keputusan terhadap pengaduan yang
mengatakan malapraktek berbeda dengan berkaitan dengan disiplin dokter, baik itu
kelalaian. Karena kelalaian termasuk dokter umum maupun dokter spesialis dan
dalam arti malpraktek, akan tetapi dalam dokter gigi yang semuanya ditangani oleh
suatu tindakan malpraktek tidak ada unsur Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
lalai di dalamnya. Setiap kesalahan yang Indonesia. Namun hal tersebut sama
di diagnosis oleh dokter yang dapat sekali tidak menghilangkan hak setiap
mencelakakan pasiennya dapat dibawa ke orang atau khususnya hak pasien yang
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran dirugikan aikbat perbuatan tersebut untuk
dibawah naungan Ikatan Dokter Indonesia dapat melaporkan atas dugaan tindak
baik yang berlokasi di Pusat maupun di pidana baik kepada pihak yang
tingkat Cabang (daerah). berwenang maupun menggugat secara
KODEKI akan memberikan tindakan perdata ke pengadilan atas kerugian yang
apa yang harus dilakukan oleh seorang diterimanya.
Dokter dalam menjalankan profesinya. Selain beberapa hal diatas, kasus
Akan tetapi penerapan sanksi yang akan malpraktek kedokteran juga dapat
diberikam KODEKI bila terjadi terjadi dimintakan pendapat atau bantuan hukum
pelanggaran yang dilakukan oleh dokter kepada Lembaga Independent yang
tidak diatur secara pasti dalam aturannya. terdapat di daerah setempat, misalkan
Sanksi yang diberikan hanya sebatas Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan.
sanksi etika dan moral yang melekat LBH Kesehatan sebagai badan yang
dalam perbuatan yang dilanggar. independent dalam mengangani kasus
Beberapa upaya yang diambil oleh malapraktek ini tidak semata-mata hanya
pemerintah dalam menanggulangi berfokus kepada keadilan, namun
banyaknya kasus dugaan malpraktek keutamaan yang ingin diperoleh adalah
hanyalah upaya represif. Upaya represif kesehatan bagi pengadu atau pasien itu
adalah upaya yang dapat dilakukan oleh sendiri.
aparatur penegak hukum sesudah Dengan kata lain kesehatan pasien lah
terjadinya perbuatan kejahatan atau tindak yang diutamakan, setelah itu baru
pidana.16 menjalankan proses hukum baik litigasi
Tindakan represif dimulai dari atau non litigasi. Kepada pelaku kejahatan
penyidikan, penyidikan lanjutan, malpraktek dokter, sanksi yang diberikan
penuntutan dan seterusnya sampai berupa peringatan tertulis, pencabutan
dilaksanakannya pidana. Langkah tersebut surat tanda registrasi (STR) atau surat izin
lebih menitikberatkan penegakan hukum praktek (SIP) dan dapat di re-schooling
atau penindakan oleh para aparat penegak atau kewajiban untuk mengikuti
hukum di Indonesia. Penanganan kasus pendidikan atau pelatihan di institusi
malpraktek dokter dapat ditempuh melalui pendidikan kedokteran.
2 (dua) upaya hukum yakni upaya hukum Tindak pidana pada tindakan medis
pidana dan perdata. Berdasarkan Undang- atau dapat disampaikan bahwasanya
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang malpraktik merupakan kesalahan
Praktek Kedokteran, bahwasanya dalam pengambilan tindakan medis yang
Undang-undang ini dapat berupa dilakukan oleh tenaga medis, baik yang
penanggulangan terhadap kasus profesional maupun amatir, baik sengaja

16
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,
Alumni, Jakarta, 1981, hal 117-118.

64
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

maupun tidak disengaja.17Terdapat 4 kegagalan jika terjadi kelalaian dan


(empat) hal berkaitan dengan kejadian pelaksanaan tindakan medis tanpa
malpraktik tersebut, yaitu:18 persetujuan. Kegagalan medis dapat
a. Adanya kegagalan tenaga kesehatan dikatakan riwayat penyakit yang dialami
untuk melakukan sesuai standar pasien dan peristiwa yang tidak diketahui
Prosedural terhadap pasien. Standar sebelumnya (unforeseeable) atau
tersebut mengacu pada standar diketahui sebelumnya (foreseeable)
prosedur operasional yang namun tidak dapat dihindari bukanlah
ditetapkan oleh peraturan merupakan suatu tindak pidana,
perundang-undangan; sedangkan kegagalan medis yang
b. Kurangnya kemampuan atau diakibatkan oleh kesengajaan merupakan
keterampilan para tenaga medis suatu professional misconduct dan tindak
termasuk dokter dan tenaga medis pidana tindakan medis.
lainnya; Salah satu bentuk penegakan hukum
c. Adanya pengabaian terhadap atas tindak pidana malpraktek adalah
pasien; dengan harmonisasi 4 (empat) aturan
d. Terjadinya cedera yang ditimbulkan perundang-undangan yang dapat
akibat ketiga hal diatas. dikaitkan dengan tindak pidana kesehatan
khususnya dalam hal ini tindak pidana
Tidak semua ketidakberhasilan medis malpraktek aturan diantaranya adalah
dapat diakibatkan dari kelalaian atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana
kesalahan medis. Kegagalan medis dapat (KUHP), Undang-undang Nomor 36
ditimbulkan melalui 4 (empat) hal, Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang
sebagai berikut: Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
a. Riwayat dari suatu penyakit pasien Kedokteran, Undang-undang Nomor 44
sendiri, dan tidak berkaitan dengan Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
tindakan medis yang dilakukan
pihak tenaga medis. PEMBAHASAN
b. Akibat dari suatu peristiwa yang Di Indonesia, penggunaan istilah
tidak dapat dihindarkan, yakni malpraktek terdiri dari beberapa istilah
peristiwa yang tidak diketahui namun istilah yang benar menurut KBBI
sebelumnya (unforeseeable), atau adalah malpraktik. Sedangkan
peristiwa yang meskipun telah berdasarkan kamus kedokteran adalah
diketahui sebelumnya (foreseeable) malpraktek.19 Pada faktanya, penyebutan
tetapi tidak dapat terhindari karena malpraktik yakni kegiatan yang
tindakan yang dilakukan adalah memberikan dampak baik maupun yang
satu-satunya cara peristiwa tersebut jelek.
harus terlebih dahulu. Malpraktek adalah kegiatan yang
c. Akibat kelalaian medis. dilakukan dokter secara tidak sesuai
d. Akibat kesengajaan. dengan prosedur yang ada, tidak layak,
Dari keempat hal diatas, maka dapat dan dapat kegiatan dilakukan
diklasifikasikan sebagai suatu tindakan bertentangan dengan peraturan
pidana, tindakan medik merupakan perundang-undangan serta kode etik
dokter.20 Sedangkan malpraktek
17
Danny Wiradharma, Hukum
19
Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, hal Y.A Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai
65. Hukum Kedokteran, Bayumedia, Malang, 2007,
18
Safitri Hariyani, Sengketa Medik, hal 47.
20
Alternatif Penyelesaian Antara Dokter Dengan Fakultas Kedokteran Universitas
Pasien, Diadit Media, Jakarta,2005, hal 48. Indonesia, Kamus Kedokteran Indonesia,

65
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

berdasarkan pendapat Agus Irianto yaitu Jika dilihat dari 4 (empat) aturan yang
suatu pengobatan untuk mengobati ada diharmonisasi diatas yakni Kitab
penyakit atau luka yang dikerjakan tidak Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),
sesuai dengan pengetahuan dimiliki, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
kemudian dilakukan dengan tidak teliti Tentang Kesehatan, Undang Nomor 29
serta serta kesengajaan secara kriminal21 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
dan penyebutan malpraktek dalam Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009
kedokteran mengandung arti kegiatan Tentang Rumah Sakit dan digabungkan
yang dilakukan dokter dengan cara yang dengan Putusan Nomor
buruk.22 417/Pdt.G/2012/PN.Mdn, maka terlebih
Berdasarkan Stedman’s Medical dahulu dijelaskan duduk perkara sampai
Dictionary, malpraktik yaitu cara putusan yang diberikan Hakim dari
melakukan pengobatan suatu penyakit Putusan Nomor 417/Pdt.G/2012/PN.Mdn.
yang dilakukan dengan cara salah Putusan Nomor 417 / Pdt. G / 2012 /
sehingga perbuatannya dilakukan dengan PN.Mdn menjelaskan duduk perkara
cara asal-asalan maupun tidak peduli bahwa tanggal 14 Mei 2009, Mariani
dengan dasar kesengajaan kriminal.23 Sihombing sebagai Penggugat berobat
Sedangkan berdasarkan Coughin’s kepada dr. Paulus Damanik selaku turut
Dictionary of Law, malpraktik merupakan tergugat yang berpraktik di Kota
sikap tidak profesional dari seorang Pematang Siantar menyampaikan
dokter dalam menjalani suatu profesinya keluhannya kepada dokter tersebut.
seperti halnya profesi dokter, ahli hukum, Keluhan yang disampaikan bahwasanya
akuntan, dokter gigi maupun dokter Penggugat saat menstruasi/haid
hewan.24 mengeluarkan darah yang gumpal seperti
Seorang dokter dalam melakukan building dan lamanya haid 2 (dua) sampai
tugasnya terhadap pasien telah 3 (tiga) hari dan selanjutnya dilakukan
melaksanakan dengan mengikuti aturan USG yang menghasilkan temuan adanya
standar profesi, maka apabila seorang myomas uteri atau pembesaran otot-otot
dokter mengalami suatu perbuatan yang rahim yang harus dibuang melalui
dinamakan malpraktek seharusnya dokter tindakan operasi medis.
mempertanggungjawabakan terhadap Selanjutnya Penggugat menerima
perbuatan yang telah dilakukannya. saran dari dokter turut tergugat untuk
Pertanggungjawaban tersebut terdiri dari melakukan tindakan operasi, namun
Pertanggungjawaban etis, karena Hemoglobin Penggugat sangat
Pertanggunjawaban pidana, dan rendah tidak dilakukan upaya operasi
Pertanggungjwaban perdata. melainkan menaikkan Hb Penggugat
dengan cara transfusi darah. Selanjutnya
dokter turut tergugat merujuk Penggugat
ke Rumah Sakit Santa Elisabeth selaku
Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2009, hal
500. Tergugat II dan ditangani oleh dokter
21
Agus Irianto, Analisis Yuridis Hotma Partogi Pasaribu selaku Tergugat
Kebijakan Pertanggungjawaban Dokter Dalam I.
Malpraktik, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Kemudian tanggal 19 Mei 2009,
Maret, Surakarta, 2006, hal 16. Penggugat mendatangi Tergugat I dan II
22
Danny Wiradharma, Hukum
Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, hal yang kemudian dilakukan pemeriksaan
87. oleh Tergugat I untuk dilakukan Biopsi
23
J. Guwandi, Hukum Medic (Medical (pengambilan sebagian jaringan yag akan
Law), Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2004, hal 22. diperiksa) dan Penggugat dianjurkan
24
Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum untuk dirawat inap di Rumah Sakit Santa
Kedokteran, Grafikatama, Jakarta, 1991, hal 83.

66
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

Elisabeth. Tanggal 20 Mei 2009, Tergugat sehingga pindah ke Rumah Sakit


I menyampaikan bahwasanya supaya Columbia Asia Medan. Saat pemeriksaan
diupayakan tindakan berupa kuret di Rumah Sakit Columbia, dokter
(dikerok dinding rahim) tanpa J.S.Khoman, SpoG menemukan penyakit
memberitahu kepada pasien tersebut apa kanker dan dilakukan tindakan berupa
maksud dan tujuan dilakukan Kuret Kemoterapi, namun sering beser,
tersebut, akan tetapi yang seharusnya kemoterapi tidak dilakukan dan akhirnya
dilakukan adalah kuret yang ada malah Penggugat dipindahkan ke Rumah Sakit
pengangkatan rahim. PGI Cikini Jakarta tanggal 1 Juli 2009.
Pada tanggal 27 Mei 2009 pukul Penggugat selama di Rumah Sakit
08.00-12.30 WIB penggugat telah PGI Cikini Jakarta dilakukan pemeriksaan
dilakukan tindakan operasi oleh Tergugat ulang oleh dokter Eben Ezer Siahaan,
I di Rumah Sakit Tergugat II. Kemudian SpU. Pemeriksaan ulang dilakukan
pasca operasi, Penggugat sadar dan dikarenakan selama di Rumah Sakit Santa
menyampaikan bahwasanya punggungnya Elisabeth di Medan tidak ada rekaman
merasa kesakitan sehingga penggugat medik Penggugat. Setelah dilakukan
disuntik untuk menghilangkan rasa sakit. pemeriksaan ulang, Penggugat dilakukan
Selanjutnya perawat yang menjaga tindakan operasi yang melibatkan para
Penggugat memeriksa kantong keteter dokter spesialis di Rumah Sakit PGI
untuk melihat air kencing Penggugat Cikini Jakarta.
sudah keluar atau belum. Pertanggal 28 Dari hasil operasi yang dilakukan
Mei 2009, bahwasanya Penggugat tidak selama 2 (dua) jam, dokter memanggil
mengeluarkan air kencing yang berada di keluarga Penggugat untuk masuk ke
keteter. ruangan operasi dan menunjukkan
Dari kejadian tidak keluarnya air kepada keluarga Penggugat bahwasanya
kencing yang ada di kateter tersebut, adanya 2 (dua) robekan sebesar jempol
Tergugat I melakukan tindakan USG yang dari operasi sebelumnya yang pernah
menyatakan ada terjadinya penyumbatan dilakukan di Rumah Sakit Elisabeth,
sehingga diperlukan adanya tindakan namun hal tersebut tidak dapat diperbaiki
operasi untuk kedua kalinya yang sertamasih adanya kelenjar yang belum
berlangsung selama 3 (tiga) jam. Setelah bersih.
operasi tersebut, malam harinya Pada waktu operasi, dokter Eben Ezer
Penggugat mengeluarkan air kencing Siahaan, SpU dan dokter Chamin,
yang ditampung di kateter. Setelah SpOGK (Onk) menyampaikan
operasi,3hari kemudian Tergugat I bahwasanya mengenai kebocoran dapat
memberikan obat kepada Penggugat diperbaiki namun akan bertahan selama 1
setelah melakukan tindakan (satu) minggu sehingga Penggugat
peneropongan kepada alat kelamin melakukan tindakan yakni mengejar
Penggugat (Vagina) mengalami bocor tindakan radiasi agar tidak menyebar
halus. Setelah 3 minggu kateter dibuka, kemana-mana, solusinya yaitu diambil
namun urine keluar tanpasadar dan tidak tindakan pemasangan kateter dari ginjal.
dapat ditahan. Kemudian oleh dokter Dari kejadian yang dialami Penggugat
Bungaran sebagai ahli bedan Urologi diatas, Penggugat tidak terima tindakan
datang untuk melakukan pemeriksaan medis yang dilakukan Tergugat I yang
pada Penggugat yang diikuti pemasangan mengakibatkan cacat seumur hidup
kembali kateter. kemudian Penggugat mengadukan
Setelah kejadian tersebut, 25 hari Tergugat I kepada Majelis Kehormatan
kemudian, Penggugat merasa tidak ada Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
kesembuhan di Rumah Sakit tersebut

67
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

dengan nomor registrasi - bertentangan dengan asas kepatutan,


24/P/MKDKI/VII/2009. ketelitian dan kehati-hatian yang
Pertanggal 31 Maret 2011, terhadap seharusnya dimiliki seseorang dalam
pengaduan dengan nomor registrasi pergaulan dengan sesama warga
24/P/MKDKI/VII/2009, MKDKI masyarakat atau terhadap harta
mengambil keputusan bahwasanya benda orang lain.
Tergugat I ditemukan adanya pelanggaran Selanjutnya yang ada pada putusan
berupa pelanggaran disiplin profesi ini, berdasarkan Pasal 46 Undang-undang
kedokteran sebagaimana pada butir 6 Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Sakit menyatakan; Rumah Sakit dapat
Nomor 17/KKI/Kep/VIII/2006 tentang bertanggungjawab secara hukum terhadap
Pedoman Penegakkan Disiplin semua kerugian yang ditimbulkan atas
Kedokteran yang menyatakan “dalam kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
pelaksanaan pasien, tidak melakukan kesehatan di Rumah Sakit.
yang semestinya harus dilakukan atau Pada akhirnya Hakim memberikan
mengerjakan yang semestinya tidak putusan yakni :
dikerjakan sesuai dengan tanggung jawab 1. Mengabulkan gugatan Penggugat
profesionalnya, tanpa alasan pembenar untuk sebagian.
atau pemaaf, memberikan bahaya buat 2. Menyatakan Tergugat I dan II telah
pasien, dalam hal ini tidak melakukan melakukan Perbuatan Melawan
tindakan yang tepat terhadap keadaan Hukum
yang memerlukan intervensi” dan 3. Menyatakan sah dan mempunyai
terhadap Tergugat I diberikan pencabutan kekuatan hukum Keputusan
surat tanda registrasi selama 2 bulan. MKDKI 24/P/MKDKI/VII/2009.
Perbuatan yang dilakukan Tergugat I, 4. Menghukum Tergugat I dan II
tidak dapat dikatakan yakni perbuatan secara tanggung renteng membayar
culpa (lalai) dan opzet (sengaja) dalam ganti kerugian Immateriil kepada
kategori hukum pidana, sedangkan Penggugat sebesar Rp.
perbuatan Tergugat I dalam hukum 200.000.000,-
perdata opzet bij mogelikheid (kehilafan Dari Keputusan Pengadilan Nomor
akan kemungkinan) dan melawan hukum 417/Pdt.G/2012/PN.Mdn yang
tidak dapat disebut sebagai perbuatan menyatakan putusan tersebut merupakan
yang melanggar hukum. Namun putusan yang acuannya ke Hukum
pelanggaran yang dilakukan Tergugat I Perdata berupa ganti kerugian.
diartikan sebagai Pelanggaran yang Mengingat tindakan dokter tersebut
terbatas pada norma disiplin administratif. seharusnya dapat dikatakan sebagai
Dari kejadian yang dialami Penggugat Hukum Pidana, karena dalam tindakan
bahwasanya Hakim menimbang yang dilakukan dokter adalah suatu
berdasarkan perkembangan ilmu hukum kelalaian maupun kesengajaan yang
dan yurisprudensi, sehingga tidak hanya mengakibatkan cacat seumur hidup.
melanggar peraturan perundang-undangan Jika dari keempat undang-undang
melainkan ikut melanggar hukum tidak yakni Kitab Undang-undang Hukum
tertulis, sehingga terdapat 4 (empat) Pidana (KUHP), Undang-undang Nomor
kriteria perbuatan melawan hukum yaitu : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
- Bertentangan dengan kepentingan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004
pelaku; tentang Praktik Kedokteran dan
- melanggar hak subyektif orang lain; Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009
- melanggar kaidah tata susila; tentang Rumah Sakit dan dikaitkan
dengan putusan tersebut, maka dari

68
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

keempat undang-undang tersebut yang pertanggungjawaban pidana atas


sinkronisasi dan dapat melindungi kesalahan yang diperbua seorang dokter
pasien sebagai korban malpraktek yang telah dilakukan kepada pasiennya.
seorang dokter kaitannya yang paling Berbicara pertanggungjawaban pidana
kuat seharusnya terletak pada Kitab tidak lepas dari namanya kesalahan
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) suatu pelaku, maka mengenai kesalahan
Kaitannya dengan KUHPidana, dalam mempertanggungjawabkan telah
karena perbuatan yang dilakukan dokter dijelaskan di BAB III dalam tesis ini,
tersebut menimbulkan cacat seumur namun dalam hal
hidup bagi pasien atau korban. mempertanggungjawabkan terhadap
Sedangkan dari ketiga aturan lain, tidak perbuatan dokter yang telah malpraktek
ada satupun aturan perundang-undangan kepada pasiennya bukan suatu hal yang
yang dapat melindungi korban sebagai mudah dilakukan, selain harus
pasien berobat. Dari ketiga aturan membuktikan dugaan malpraktek atau
tersebut, sanksi maupun hukuman yang pun kesalahan medis berdasarkan
diberikan cukup ringan yakni 1 sampai 2 penentuan kesalahan dalam ajaran
tahun penjara, selebihnya hanya hukum pidana.
pencabutan ijin dokter tersebut tanpa ada Selain ajaran hukum pidana yang
tindakan untuk dihukum pidana penjara, dapat menentukan kesalahan medis yang
berbeda ceritanya pidana penjara yang dilakukan dokter, bisa merujuk kepada
berat diberikan dalam Undang-undang Peraturan Konsil Kedokteran Nomor 4
Kesehatan dapat diberikan dalam hal Tahun 2011 Tentang Disiplin
memperjualbelikan organ yang terletak Profesional Dokter serta SOP (hospital
pada Pasal 192 dan melakukan bylaws/corporate bylaws) yang terdapat
kesengajaan untuk berbuat bedah plastik dalam rumah sakit, dimana kesalahan
dengan tujuan agar dapat mengubah tersebut harus dibuktikan melalui audit
identitas seseorang. Pada Undang- sebagaimana diatur dalam Pasal 39 dan
undang Rumah Sakit hanya memberikan UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
ganti kerugian sesuai Pasal 46 dan Pada Rumah Sakit yang ayat (1) mengatur
Undang-undang Praktik Kedokteran bahwa “dalam penyelenggaraan Rumah
kembali lagi tidak ada yang dapat Sakit dilakukan Audit” serta ayat (2)
melindungi Pasien akibat perbuatan mengatur bahwa “audit sebagaimana
dokter yang dilakukan sesuai putusan dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengadilan, menginggat berdasarkan audit kinerja dan audit medis”.
Pasal 79 dalam Undang-undang Praktik Jika dalam audit medis terbukti
Kedokteran hanya memberikan dapat dokter melakukan kesalahan dalam
dipidana dengan kurungan paling lama penerapan disiplin ilmu kepada pasien
1 tahun dan denda paling banyak Rp. yang menyebabkan pasien terluka, cacat
50.000.000 dengan sengaja tidak maupun mengakibatkan kematian, maka
membuat rekam medis. hukum pidana selaku hukum publik
Dari putusan tersebut, hanya Kitab yang melindungi kepentingan
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) masyarakat tersebut secara hukum, dapat
yang dapat dikatakan sesuai dengan hak dimintakan pertanggungjawaban secara
korban sebagai pasien yang telah pidana, dikarenakan tindakan yang
mengalami malpraktek seorang dokter, dilakukan dokter tersebut telah
sedangkan ketiga peraturan perundang- memenuhi unsur kesalahan serta
undangan yang lain tidak menemukan melawan hukum dan tindakan yang
sinkronisasi dengan putusan tersebut.
Hal ini membutuhkan adanya suatu

69
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

dilakukan khususnya tindakan dokter serta tidak dapat melindungi korban


terhadap pasien.25 sebagai pasien. Mengingat dalam
putusan tersebut acuannya ke ranah
KESIMPULAN Hukum Perdata yang dominan hanya
1. Malpraktik adalah suatu tindakan tuntutan ganti rugi, sedangkan korban
medis yang melanggar standar sebagai Pasien mengalami cacat
operasional prosedur. Malpraktek seumur hidup akibat perbuatan
medis dapat terjadi akibat kelalaian malpraktek seorang dokter.
maupun kesengajaan yang dilakukan
para Tenaga Medis khususnya dalam SARAN
hal ini dokter. Kelalaian yang ada di 1. Melalui Penelitian ini diharapkan ke
malpraktek tidak selalu terdapat depan akan ada pengertian
malpraktek dan tidak selalu ada Malpraktik secara lugas yang dimuat
terdapat unsur kelalaian. Tetapi dalam suatu Regulasi guna
apabila kelalaian itu menimbulkan menghindari Multitafsir terhadap
adanya kerugian berupa kerugian pengertian Malaprakterk itu sendiri
materi, , mencelakakan, dan selanjutnya guna mengklasifikasikan
menimbulkan kematian, maka dapat Malapraktek sebagai suatu perbuatan
dikatakan sebagai kelalaian berat, yang dapat dimintakan
sehingga dari kelalaian maupun pertangungjawaban terutama
kesengajaan yang menimbulkan pertanggungjawaban Pidananya.
malpraktik dapat 2. Demi terwujudnya Keadilan bagi
dimintakanpertanggungjawaban Dokter maupun Pasien diharapkan
terhadap pelaku. terdapat aturan pasti bagaimana
2. Pertanggungjawaban seorang Tenaga Dokter dapat dimintai
Medis khususnya seorang Dokter Pertanggungjawaban kususnya
akibat perbuatan malpraktek yang Pertanggungjawaban Pidana karena
dilakukan dapat dilakukan melalui hal ini yang sangat sulit di terapkan
Pertanggungjawaban secara Etis, di Indonesia, hal ini sebagian besar di
Profesi, Pertanggungjawaban yang pengaruhi oleh Kehadiran Majelis
dapat dilakukan secara Hukum adalah Kehormatan Disiplin Kedokteran
pertanggungjawaban yang dilakukan Indonesia seolah-olah berhak untuk
melalui Hukum Perdata, Hukum menentukan sebuah perbuatan serta
Pidana dan Hukum Administrasi. sanksi yang membuat hal tersebut
Namun pada perbuatan Dokter yang dapat menghalangi tindakan lebih
mengakibatkan pasien sebagai korban lanjut oleh pihak yang berwenang.
mengalami cacat seumur hidup dapat 3. Asas Lex Specialis derogat lex
diminta pertanggungjawaban secara Generalis berarti hukum yang
hukum pidana. bersifatkhususmengesampingkan
3. Harmonisasi KUHPidana, Undang- hukum yang bersifat umum. Artinya
undang tentang Kesehatan, Undang- dalam aturan khusus seperti Undang-
undang tentang Praktik Kedokteran undang Kesehatan, Undang-undang
dan Undang-undang tentang Rumah Praktik Kedokteran dan Undang-
Sakit jika dikaitkan dengan Putusan undang Rumah Sakit yang
Nomor417/Pdt.G/2012/PN.Mdn, seharusnya dapat melindungi korban
maka hal ini tidak terjadi sinkronsiasi selaku Pasien dalam menjalani
terhadap aturan dan putusan tersebut perobatan yang sewaktu-waktu dapat
mengalami malpraktek oleh Tenaga
25 Medis yang menanganinya, akan
Hasrul Buamona, Loc.Cit.

70
JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Vol. 5 No. 1 April 2022 e-ISSN : 2614-2244
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/IHP

tetapi tidak dapat melindunginya, diaksespadatanggal 10 Juli


sehingga seharusnya dibuat 2019pukul. 12.00 wib.
Rekonstruksi aturan khusus yang Fakultas Kedokteran Universitas
lebih tegas dalam menangani Indonesia, Kamus Kedokteran
kejadian malpraktek yang dapat Indonesia, Universitas Indonesia
melindungi haknya korban sebagai Press, Jakarta, 2009
pasien agar para dokter dalam Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum
menjalani tugasnya dilakukan secara Kedokteran, Grafikatama, Jakarta,
hati-hati dan berdasarkan prosedur 1991
pelayanan yang berlaku. J. Guwandi, Hukum Medic (Medical
Law), Balai Penerbit FKUI,
REFERENSI Jakarta, 2004
Adami Chazawi, Malpraktik Kedokteran, Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat
Bayumedia, Malang, 2007 Melawan Hukum Materiel Dalam
Agus Irianto, Analisis Yuridis Kebijakan Hukum Pidana Indonesia,
Pertanggungjawaban Dokter Alumni, Bandung, 2002
Dalam Malpraktik, Fakultas M. Jusuf Hamanfiah, Etika Kedokteran
Hukum Universitas Sebelas Maret, dan Hukum Kesehatan, Buku
Surakarta, 2006 Kedokteran BGC, Surabaya, 1999
Anny Isfandyarie, Tanggung Jawab Peter Mahmud Marzuki,
Hukum dan Sanksi Bagi Dokter PenelitianHukum,
Buku I, Prestasi Pustaka: Jakarta, KencanaPrenada Media Group,
2006 Jakarta, 2006
Caesario Indra Nugraha, Tinjauan Hukum Safitri Hariyani, Sengketa Medik,
Pidana Terhadap Kejahatan Alternatif Penyelesaian Antara
Malpraktek Dalam Undang- Dokter Dengan Pasien, Diadit
undang Nomor 29 Tahun 2004 Media, Jakarta,2005
Tentang Praktek Kedokteran Di SoerjonoSoekantodan Sri
Indonesia, Skripsi; Fakultas Mamudji,PenelitianHukumNormat
Hukum Universitas Sumatera if Suatutinjaunsingkat, Raja
Utara, Medan, 2011. GrafindoPersada, Jakarta. 1995
Crisdiono M. Achdiat, Dinamika Etika Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,
dan Hukum Kedokteran Dalam Alumni, Jakarta, 1981
Tantangan Zaman, Buku
Kedokteran, Jakarta, 2004 Sutarno, Hukum Kesehatan Eutanasia
Danny Wiradharma, Hukum Kedokteran, dan Hukum Positif di Indonesia,
Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, Malang, SETARA Press, 2004
Veronica Komalawati,Hukum dan Etika
Danny Wiradharmairadharma, Penuntun Dalam Praktik Dokter, Sinar
Kuliah Kedokteran dan Hukum Harapan, Jakarta, 1989, hal. 87
Kesehatan, Kedokteran EGC, Y.A Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai
Jakarta, 1999, hal.7 Hukum Kedokteran, Bayumedia,
Djoti Atmodjo, “Standar Pelayanan Malang, 2007
Kedokteran”, 2015,

71

You might also like