Proposal Penelitian Kel 8

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

TUTURAN YANG BERDAMPAK HUKUM DITINJAU DARI

MEDIA SOSIAL TIKTOK (DENISE CHARIESTA)

PROPOSAL

TIM PENELITI OLEH:

(KELOMPOK 8)

ANGEL NATALIA FRISKILA MANIK (A1012221135)


RACEL GURNASIH (A1012221136)
ASTI OKTAVIANI (A1012221156)

PROGAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
ABSTRACT
This study aims to describe speeches that have legal implications in terms of
cultural elements and functions on Tik-Tok Indonesia's social media, namely by
examining one of the content creators, Denise Chariesta. Social media is a new
breakthrough in the field of communication technology that was created as a
simulation of a social environment where people can interact with interactions in
the real world. The community or millennial generation is considered capable of
sorting and criticizing the messages they consume on TikTok social media. This
study aims to analyze and find out how the community and the millennial
generation can find out what words can have a legal impact. With a qualitative
descriptive method. Qualitative methods are methods used to explore and
understand the meaning of individuals or groups so that they are related to social
or human problems so that they can be described with scientific concepts
(Moleong, 2014: 6). So, by using the approach method and the type of descriptive
research, this study aims to understand a problem experienced by most people in
responding to utterances that are considered unfavorable in social media. Data
collection is carried out by, namely (1) collecting data in the form of content on
the TikTok application, (2) sorting out the text contained in languages that have
legal implications according to the ordered data such as defamation, and SARA.
Keywords: TikTok, Cultural Context, Language Speech

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tuturan yang berdampak hukum


ditinjau dari elemen dan fungsi kultural di media sosial Tik-Tok Indonesia yaitu
dengan meneliti salah satu konten kreator, Denise Chariesta. Media sosial
merupakan terobosan baru dalam bidang teknologi komunikasi yang diciptakan
sebagai simulasi lingkungan sosial di mana orang-orang dapat berinteraksi
layaknya interaksi di dunia nyata. Masyarakat atau generasi milenial dinilai
mampu memilah dan mengkritis pesan yang mereka konsumsi di media sosial
TikTok. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mengetahui bagaimana
masyarakat dan generasi milenial dapat mengetahui apa saja tuturan kata yang
dapat berdampak hukum. Dengan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif
merupakan metode yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna
individu atau kelompok sehingga berkaitan dengan masalah sosial atau manusia
sehingga mampu dideskripsikan dengan konsep ilmiah (Moleong, 2014: 6). Maka
dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif,
penelitian ini bertujuan untuk memahami suatu masalah yang dialami kebanyakan
orang dalam menanggapi tuturan-tuturan yang dirasa kurang baik dalam media
sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan, yakni (1) mengumpulkan data berupa
konten-konten di aplikasi TikTok, (2) memilah teks yang terdapat bahasa yang
berdampak hukum sesuai dengan data yang dibutuhkan seperti pencemaran nama
baik, penghinaan dan SARA.
Kata kunci: TikTok, Konteks Kultural, Tuturan Bahasa
1. LATAR BELAKANG
Media sosial adalah media berbentuk daring yang fungsinya
memudahkan pengguna untuk berkomunikasi maupun melakukan interaksi
sosial. Banyak hal yang bisa dilakukan di media sosial tergantung media apa
yang digunakan. Hal ini tergantung pada masing-masing pengguna. Menurut
KBBI, media adalah sarana, dalam konteks pembahasan kali ini yang
dimaksud adalah media sebagai sarana komunikasi. Sedangkan sosial adalah
hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Dapat
disimpulkan bahwa media sosial adalah sarana komunikasi masyarakat.
Media sosial pada tahun 2021 di Indonesia yang mengalami
perkembangan pesat hingga menjadi budaya populer di adalah aplikasi Tik-
Tok. Aplikasi Tik-Tok bukan media sosial baru sebab beberapa tahun
sebelumnya di tahun 2018 sampai dengan 2019 Tik-Tok sudah mulai dikenal
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, pada saat itu Tik-Tok terlanjur menjadi
aplikasi digital berbasis video yang dianggap bersifat membodohkan
penggunanya. Aplikasi tersebut banyak digunakan generasi milenial dan
menjadikannya budaya populer di Indonesia. Aplikasi Tik-Tok juga dipakai
sebagai tempat yang bertujuan menghujat, mencemarkan nama baik orang,
dan menghina SARA.
Salah satu konten kreator yang terkenal di kalangan masyarakat dan
generasi milenial, Denise Chariesta. Menjadi sorotan publik karena sering
membuat ulah hingga sering terancam tindak pidana akibat konten kontennya
memiliki kasus meranah hukum. Tuturan yang dituliskan seorang publik figur
di media sosial terkadang menjadi sorotan masyarakat. Tidak jarang pula
tuturan tersebut dapat menimbulkan dampak positif bahkan bisa menjadi
dampak negatif. Dampak positif bisa terjadi bila yang ditulis juga tuturan
bermuatan positif, contoh tuturan motivasi, inspirasi, dan lainnya. Tentunya,
tuturan tersebut ditulis menggunakan bahasa yang santun dan dampak negatif
bila terjadi bila yang dituliskan merupakan tuturan umpatan, hinaan,
pencemaran, penistaan terhadap sesuatu hal yang ditulis menggunakan bahasa
yang tidak baik (kasar).
Generasi milenial dalam posisi ini berperan sebagai penerima pesan
terkait perseteruan artis di media sosial TikTok, yang juga berperan aktif
melakukan interpretasi dan kritisi terhadap pesan tersebut ke dalam aspek
kognitif, afektif dan behavioral mereka. Selain itu peneliti masih banyak
menemukan ujaran kebencian di media sosial yang akan mempengaruhi
generasi muda bangsa Indonesia untuk menggunakan bahasa gaul dan
prokem. Sehingga, mereka kadang kala tidak lagi memperhatikan lawan tutur
mereka. Baik itu berupa penistaan, penghinaan, menghasut, pencemaran
nama baik, dan sebagainya. Maka hal tersebutlah, penelitian ini perlu
dilaksanakan sehingga berpengaruh bagi pengguna media sosial. Agar
meminimalisirkan penggunaan ujaran kebencian tersebut dan dapat
memahami dampaknya oleh seluruh kalangan masyarakat maupun pengguna
media sosial.
Pada penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk, konteks, dan
makna tindak tutur yang berdampak hukum pada TikTok Denise Chariesta.
Maka dari itu, penulis menerapkan judul dalam penelitian ini, bersumber pada
persoalan atau masalah yang sepadan yakni “Tuturan Yang Berdampak
Hukum Ditinjau Dari Media Sosial Tiktok (Denise Chariesta)”

2. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut.
a. Apa saja tuturan berbahasa yang berdampak hukum pada TikTok Denise
Chariesta?
b. Bagaimana mengatasi agar masyarakat dapat berhati-hati lagi dalam
bertindak tutur?
c. Bagaimana penggunaan sosial media khususnya TikTok menjadi sarana
yang memberi dampak positif?
3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat di kemukakan tujuan
penelitian sebagai berikut.
a. Untuk menganalisis dan mengetahui tuturan bahasa yang dapat
berdampak hukum pada TikTok Denise Chariesta.
b. Untuk mengetahui cara mengatasi berkurangnya kasus tuturan berbahasa
dalam sosial media.
c. Untuk menganalisis dan mengetahui penggunaan media sosial dengan
baik dan benar.

4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan,


baik dari aspek teoritis dan aspek praktis:
a. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, penelitian ini memberikan ilmu pengetahuan, dan
menambah wawasan sehingga dapat menjadi acuan dasar bagi
penelitian selanjutnya.
2) Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat dijadikan untuk
meningkatkan wawasan tentang tuturan yang memiliki unsur bahasa
berdampak hukum, agar dapat mengurangi penggunaan ujaran
tersebut di media sosial.
3) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi tambahan
acuan atau referensi.

b. Manfaat teoritis
1) Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diharapkan agar menambah
wawasan dalam ilmu linguistik pada bidang pragmatik.
2) Penelitian ini akan ada manfaatnya yaitu sebagai bahan acuan
pendapat pada mengkaji dari pragmatik yang dikhususkan pada
makna konseptual dan kontekstual serta bentuk ujaran dampak
hukum.
5. KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apa saja bentuk ujaran
kebencian, konteks ujaran kebencian, makna ujaran kebencian. Tujuan dari
ujaran kebencian sendiri ialah merendahkan martabat orang lain, menghasut,
merugikan, serta memojokkan suatu individu ataupun masyarakat. Maka dari
itu, peneliti akan menguraikan hasil dari penelitian atau pembahasan tentang
Tuturan Yang Berdampak Hukum Ditinjau Dari Media Sosial TikTok
(Denise Chariesta). Data yang ditemukan dalam penelitian akan
dideskripsikan secara jelas dan terperinci mengenai permasalahan yang ada.
Bentuk Ujaran Kebencian sebagai berikut.

a. Bentuk Ujaran Kebencian “Menghina”


Bentuk ujaran kebencian yang pertama dalam TikTok Denise
Chariesta ialah ujaran kebencian menghina. Menghina ialah tindakan
yang menjatuhkan harga diri seseorang dan biasanya dilakukan dengan
cara mengungkapkan tuturan mengandung bahasa yang kasar dan berupa
makian yang bersifat menjatuhkan martabat orang tersebut.
• Komentar: “Jangan hujat guys maklum orang kebutuhan khusus.”
Data tersebut merupakan tuturan yang berupa bentuk ujaran
kebencian ditandai dengan kata “orang kebutuhan khusus” kata
tersebut dimaknai sebagai sesuatu yang menghina seseorang.
• Komentar: “Pasien rumah sakit jiwa.”
Data tersebut merupakan tuturan yang berupa bentuk ujaran
kebencian ditandai dengan bentuk frasa “Sakit jiwa”. Frasa tersebut
dimaknai sebagai sesuatu yang menghina seseorang. Sakit jiwa
memiliki arti sakit ingatan dan gila.
• Komentar: “Pertama kali di youtube ada monyet berbicara dengan
manusia.”
Data tersebut merupakan tuturan yang berupa bentuk ujaran
kebencian ditandai dengan kata “monyet” memiliki menghina
seorang Denise Chariesta karena makna dari monyet adalah kera.
Cara bertutur dalam tuturan di atas mencerminkan tindak tutur
ilokusi ekspresif menurut Searle (dalam Rusminto, 2009: 71), di mana
tuturan tersebut mengekspresikan maksud penutur.

b. Bentuk Ujaran Kebencian “Pencemaran Nama Baik”

Bentuk ujaran kebencian yang kedua dalam TikTok Denise


Chariesta ialah ujaran kebencian pencemaran nama baik. Tindakan ini
mengandung aspek ujaran kebencian yang bisa dikatakan secara
langsung atau tidak langsung serta menimbulkan permusuhan. Tuturan
dapat dikatakan mencemari nama baik seseorang jika terbukti salah atau
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Berikut contoh bentuk ujaran
kebencian berupa pencemaran nama baik:

• Komentar: “Dapurane denise didelok delok koyok LONTE!!!”


Data tersebut merupakan tuturan yang berupa bentuk ujaran
kebencian ditandai dengan kata “lonte”. Kata tersebut memiliki
makna perempuan jalang atau pelacur.

Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga mencerminkan tindak tutur


ilokusi ekspresif menurut Searle (dalam Rusminto, 20 09: 71), di mana
tuturan tersebut mengekspresikan maksud penutur.

c. Bentuk Ujaran Kebencian “Penistaan”


Bentuk ujaran kebencian yang ketiga dalam TikTok Denise Chariesta
ialah ujaran kebencian penistaan. Penistaan ini berbentuk sebuah tuduhan
yang sifatnya mencela aib seseorang bertujuan agar diketahui khalayak
umum. Aspeknya tersebut menyangkut soal agama, kepercayaan, gender,
dan kelainan seksual. Berikut contoh bentuk ujaran kebencian berupa
perbuatan penistaan:
• Komentar: “Gila lo.. Di agama lo pernah diajarin sopan santun ga
sih. Keknya agama lu sesat deh.”
Data tersebut merupakan tuturan yang berupa bentuk ujaran
kebencian ditandai dengan bentuk penggunaan kalimat yang menista
“Keknya agama lu sesat deh”. Kalimat tersebut mengandung ujaran
penistaan agama yang dialami Denise Chariesta.

Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga mencerminkan tindak tutur


ilokusi ekspresif menurut Searle (dalam Rusminto, 2009: 71), di mana
tuturan tersebut mengekspresikan maksud penutur.

d. Bentuk Ujaran Kebencian “Perbuatan Tidak Menyenangkan”


Bentuk ujaran kebencian yang keempat dalam TikTok Denise
Chariesta ialah ujaran kebencian perbuatan tidak menyenangkan.
Perbuatan ini adalah tuturan yang memuat hal berupa ancaman,
kekerasan dan pemaksaan. Secara tidak langsung, perbuatan tersebut
tentunya mengganggu kenyamanan dan keamanan orang lain atau
kelompok. Berikut contoh bentuk ujaran kebencian berupa perbuatan
tidak menyenangkan.
• Komentar: “Kak mau ngentot sama aku nggak”
Data tersebut merupakan tuturan yang berupa bentuk ujaran
kebencian ditandai dengan bentuk penggunaan kalimat perbuatan
tidak menyenangkan. Ngentot dalam kalimat diartikan melakukan
hubungan seksual. Kalimat tersebut mengandung bentuk ujaran
kebencian perbuatan tidak menyenangkan tentang Denise Chariesta.

Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga mencerminkan tindak tutur


ilokusi direktif menurut Searle (dalam Rusminto, 2009: 71), di mana
tuturan tersebut berharap lawan tutur melakukan sesuatu. Tuturan-
tuturan, menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, memerintah,
meminta, dan menantang.
e. Bentuk Ujaran Kebencian “Memprovokasi”
Bentuk ujaran kebencian yang kelima TikTok Denise Chariesta ialah
ujaran kebencian memprovokasi. Tujuan dari Tindakan tersebut yaitu
untuk menyampaikan informasi guna memanas-manasi orang lain atau
suatu kelompok. Tuturan berupa provokasi dapat memicu adanya
kesalahpahaman yang akan menyebabkan terjadinya pertikaian serta
permusuhan. Berikut contoh bentuk ujaran kebencian berupa
memprovokasi:
• Komentar: “Aah adu kekayaan masih kalah jauh juga lu sama nyai.
Sok bangga. Ho ho ho.”
Data tersebut memuat ujaran kebencian yang memiliki makna
memprovokasi. Penutur bermaksud memanas-manasi kekayaan
Denise Chariesta dengan artis yang lebih senior darinya yaitu Nikita
Mirzani. Hal ini termasuk ujaran kebencian karena memprovokasi
agar penggemar antara kedua belah pihak saling bertikai.

Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga mencerminkan tindak tutur


ilokusi ekspresif menurut Searle (dalam Rusminto, 2009: 71), dimana
tuturan tersebut mengekspresikan maksud penutur.

6. METEDOLOGI PENELITIAN

a. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Peneliti dibutuhkan sebagai master key karena teknik
penelitian kualitatif digunakan untuk mempelajari objek-objek alami dan
tak terukur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode kualitatif
merupakan metode yang digunakan untuk mengeksplorasi dan
memahami makna individu atau kelompok sehingga berkaitan dengan
masalah sosial atau manusia sehingga mampu dideskripsikan dengan
konsep ilmiah (Moleong, 2014: 6). Maka dengan menggunakan metode
pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif, penelitian ini
bertujuan untuk memahami suatu masalah yang dialami kebanyakan
orang dalam menanggapi tuturan-tuturan yang dirasa kurang baik dalam
media sosial, bahkan banyak orang salah 3menanggapi suatu komentar-
komentar yang berbunyi kasar seperti “anjing, bangsat, dan kata kasar
lainnya”.

b. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk Kualitatif. Penelitian Kualitatif
(modern/postmodern) adalah penelitian yang mengeksplorasi teori,
mengembangkan teori baru, dan memulai penelitian tanpa teori.

c. Data dan Sumber Data


Uraian tentang jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder, peneliti mengambil data tersebut dari akun TikTok
Denise Chariesta. Dan cara pengambilan data tersebut menggunakan
Studi dokumen (Dokumen sekunder) dokumen yang ditulis berdasarkan
oleh laporan atau cerita orang lain.

d. Teknik dan alat pengumpulan data


Penelitian yang dilakukan di akun TikTok Denise Chariesta, peneliti
menggunakan dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan
pengumpulan dokumen-dokumen dalam bentuk tulisan berupa perkataan
Denise Chariesta. Serta Dokumen dalam bentuk foto, audio, maupun
video dan sebagainya juga dijadikan sebagai sumber data. Untuk
selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menafsirkan, menguatkan, dan
menguji data yang diperoleh di lapangan.
e. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis
data deskriptif kualitatif yaitu suatu analisis data yang berpola
menggambarkan apa yang ada di lapangan dan mengupayakan
penggambaran data. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari
penggunaan metode analisis deskriptif yang peneliti gunakan yaitu
mengupayakan suatu penelitian dengan cara menggambarkan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dari suatu peristiwa serta
sifat-sifat tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhianti, Mimas dan Indayani. 2021. Tuturan yang berdampak hukum ditinjau
dari elemen dan fungsi konteks kultural di media sosial Tik-Tok Indonesia.
Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Vol 8. No 1.
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Ardiansyah, Yoga. 2021. Tindak Tutur Ilokusi Hate Speech (Ujaran Kebencian)
Netizen Dalam Kolom Komentar Media Sosial (Instagram Dan Tiktok)
Pada Akun Denise Chariesta. Jurnal Bahasa Dan Sastra Indonesia. Vol 13.
No 1. Universitas Islam Malang.

Gandi, Sonia dan Gafar Yoedtadi. 2021. Resepsi Milenial Pengguna TikTok
terhadap Citra Diri Artis (Studi Kasus pada Perseteruan antara Denise
Chariesta dan Uya Kuya di Media Sosial TikTok). Jurnal Ilmu Komunikasi.
Vol 1. No 1. Universitas Tarumanagara Jakarta.

You might also like