366 1395 1 PB
366 1395 1 PB
366 1395 1 PB
Abstract
Balikpapan Bay is the estuary of large rivers that have the potential to receive various threats of
environmental damage, including silting due to sedimentation. In addition, because of its location, the
condition of the river estuary is inseparable from the influence of the upland and has an impact on the
ecosystem in the coastal area and its surroundings. Likewise, the conversion of land for industrial and
service purposes is an indication of a decline in environmental quality and is a potential source of
sedimentation which will have an impact on the watershed that empties into Balikpapan Bay.
This study aims to (1) Knowing dominant factor affecting occurence the sediment estuary of
Balikpapan Bay (2) Knowing the sedimentation ekstent in the River Somber, Wain, Tengah, Berenga,
and Tempadung, (3) Knowing the quality of water and sediment bottom waters at the estuary of Somber,
Wain, Tengah, Berenga, and Tempadung (4) Assessing the impact of sedimentation in the estuary of
the river Somber, Wain, Tengah, Berenga, Tempadung against environmental indicators of the bottom
waters Balikpapan Bay. The research was conducted in the five (5) stations in the estuary which
Somber, Wain, Tengah, Berenga, and Tempadung, in the Balikpapan Bay. The method used with
analysis of parameters of oceanography (Direction and speed flow, tidal, bathymetry, salinity, pH, wind
and rainfall, water debit), Analysis of sediments (Texture sediments, benthos, redox potential) and
sediment suspension (TSS). The results represent that (1) Dominant factor affecting occurence the
sediment estuary of Balikpapan Bay is the current water by tidal fluctuation that cause the sediment
mixed and precipitated in the bottom waters (2) the highest sedimentation ekstent obtained in the
estuary Berenga and Tempadung, and impact on the growth of basic aquatic organisms; (3.a) The
highest level of turbidity in the estuary Berenga and Tempadung so that also influence the degradation
of water quality; (3.b) Sediment quality at each station observations indicate oxidized sediment
condition, eventhough the estuary Somber and Wain has a higher electron activity than estuary of
Tengah, Berenga, and Tempadung with the value of the redox potential (Eh) is at discontinuous zone.
Keywords: Sedimentation ekstent, Sediment teksture, and Redox potential.
.
Abstrak
Teluk Balikpapan merupakan muara dari sungai-sungai besar yang berpotensi menerima berbagai
ancaman kerusakan lingkungan diantaranya adalah pendangkalan oleh akibat sedimentasi. Selain
itu karena letaknya, maka kondisi muara sungai ini tidak terlepas dari pengaruh daerah atasnya
(upland) serta berdampak pada ekosistem yang berada pada wilayah pesisir dan sekitarnya.
Demikian pula dengan konversi lahan untuk kepentingan industri dan jasa tersebut menjadi
indikasi akan terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan merupakan sumber potensi
sedimentasi yang akan berdampak pada daerah aliran sungai yang bermuara di Teluk Balikpapan.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi
terbentuknya sedimen pada muara sungai di Teluk Balikpapan, (2) Mengetahui tingkat
1. Pendahuluan
Teluk Balikpapan merupakan muara dari sungai-sungai besar yang berpotensi menerima
berbagai ancaman kerusakan lingkungan diantaranya adalah pendangkalan oleh akibat sedimentasi
(1). Selain itu karena letaknya, maka kondisi muara sungai ini tidak terlepas dari pengaruh daerah
atasnya (upland) serta berdampak pada ekosistem yang berada pada wilayah pesisir dan sekitarnya
(2). Kawasan Teluk Balikpapan memiliki keistimewaan secara ekologis yang mempunyai
ekosistem mangrove dan terumbu karang yang diketahui esensial posisinya bagi ekosistem laut
secara keseluruhan (dari kawasan intertidal ke oseanik, dari kawasan pelagik ke bentik). Kawasan
ini juga menjadi hunian bagi dua satwa endemik yang sama-sama telah berstatus endangered
(terancam) yaitu satwa Pesut dan Bekantan (1). Hal ini praktis memerlukan penanganan serius
mengingat di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai
kawasan industri Kota Balikpapan. Selain berlangsung dalam skala besar, kegiatan industri juga
diketahui berlangsung dengan intensitas tinggi dengan melibatkan material atau bahan-bahan yang
memiliki tingkat resiko besar terhadap lingkungan. Demikian pula konversi lahan untuk
kepentingan industri dan jasa tersebut menjadi indikasi akan terjadinya penurunan kualitas
lingkungan dan merupakan sumber potensi sedimentasi yang akan berdampak pada Daerah Aliran
Sungai yang bermuara di Teluk Balikpapan. Daerah Aliran Sungai di Teluk Balikpapan secara
keseluruhan dapat mempermudah terjadinya erosi dan sedimentasi yang diindikasikan oleh
2. Metode
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai Desember 2015. Pengambilan sampel
dilakukan saat air pasang dan air surut pada tanggal 14 Juni 2015 di 5 (lima) stasiun yakni di muara
Sungai Somber, Wain, Tengah, Berenga, dan Tempadung.
Alat yang digunakan adalah Current meter, GPS, Water sampler, Refractometer, Grab
sampler, pH meter, Perahu motor, seperangkat komputer, dan alat tulis menulis. Adapun bahan
yang digunakan adalah data primer berupa sedimen dasar (substrat) dan sedimen tersuspensi,
sedangkan data sekunder berupa peta rupa bumi wilayah Teluk Balikpapan dari BIG (5), Peta revisi
RTRW 2012 – 2032 dari Bappeda Kota Balikpapan (6), Data pasang surut dari BIG (7) dan Kantor
ADPEL Kota Balikpapan (8), Data debit air dari DPU Kota Balikpapan (9), Data angin dan curah
hujan dari BMKG Kota Balikpapan (10), Data batimetri dan endapan sedimen Teluk Balikpapan
dari DPKP Kota Balikpapan (11).
Metode yang digunakan adalah menganalisis parameter fisika oseanografi (Arah dan
kecepatan arus, pasang surut, bathimetri, salinitas, pH, angin, curah hujan, dan debit air). Beberapa
parameter ini diukur langsung di lokasi penelitian, sedangkan parameter sedimen dasar (Tekstur
sedimen, bentos, redoks potensial), sedimen suspensi (TSS) dan kualitas air dianalisis di
Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Mulawarman. Tahapan penelitian
terdiri dari tahap persiapan, pengumpulan data, dan analisis data.
Pengukuran Salinitas
Hasil analisis disajikan dalam bentuk grafik dan peta distribusi salinitas air kemudian
dideskripsikan untuk memperoleh informasi salinitas muara sungai.
Pasang surut merupakan faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap distribusi sedimen
di lokasi penelitian. Berdasarkan data pasang surut Kota Balikpapan bulan Juni 2015 (BIG,
2015) (7) diperoleh pasang tertinggi adalah 4,05 meter dan surut terendah yaitu 1.78 meter,
dengan selisih antara pasang tertinggi dan surut terendah adalah 2.27 meter.
600
500
400
Muka Air (cm)
300
200
100
23-Oct 24-Oct 25-Oct 26-Oct 27-Oct 28-Oct 29-Oct 30-Oct 31-Oct 1-No v 2-No v 3-No v 4-No v 5-No v 6-No v
Waktu Pengamatan
(tanggal/jam)
Gerakan naik turunnya permukaan air laut sebesar 2.27 meter sangat berpengaruh dalam
membawa massa air bergerak turun naik membentuk arus yang mendistribusi sedimen sesuai
arah dan kecepatan arus ataupun tercampur dan terendapkan ke dasar perairan.
Nilai kecepatan arus tertinggi berada di muara Sungai Berenga dan terendah di muara
Sungai Somber. Arah arus pada saat pasang menggambarkan pola arus variatif dari arah
tenggara sampai barat daya yang mengarah masuk ke dalam teluk sampai ke daerah
aliran sungai (hulu sungai). Saat air menuju pasang diperoleh kecepatan arus 0,08
m/detik di Muara Sungai Somber dan cenderung semakin cepat menuju Muara Sungai
Berenga dengan kecepatan 0,34 m/detik. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pergerakan
2. Arus surut
Tabel 2. Data arah dan kecepatan arus pada saat surut
Posisi Lokasi Arah Arus Kec. Arus Arah Arus Kec. Arus
St. Permukaan permukaan kolom air Kolom Air
S E (o ) (m/detik) (o ) (m/detik)
1 1160 48’ 53.331” 10 13’ 2.056” 105 0,10 105 0,10
2 1160 48’ 44.067” 10 12’ 4.981” 170 0,06 172 0,08
3 1160 46’ 3,942” 10 7’ 42.264” 135 0,10 125 0,12
4 1160 44’ 36,843” 10 6’ 27.706” 180 0,12 160 0,16
5 1160 46’ 41,504” 10 8’ 37.749” 200 0,33 205 0,33
Sumber : Hasil survey, 2015
Saat air sedang bergerak surut, massa air dalam jumlah yang besar dengan cepat
bergerak keluar dari hulu sungai menuju muara sungai dan teluk. Nilai kecepatan
tertinggi di Muara Sungai Tempadung dengan nilai 0,33 m/detik, membentuk pola arus
berlawanan dengan arah pada saat pasang yakni menuju ke luar teluk (arah selatan
daya) dan terendah di Muara Sungai Wain dengan nilai 0,07 m/detik. Arah dan
kecepatan arus yang homogen terjadi pada Muara Sungai Somber, Sungai Tengah, dan
Sungai Berenga. Kecepatan arus pada saat surut dipengaruhi oleh pergerakan massa air
dari sungai menuju muara dengan arah menuju ke luar teluk dengan kecepatan berkisar
0,10 m/detik sampai 0,16 m/detik. Hal ini disebabkan oleh pengaruh arah arus yang
bergerak akibat surutnya air laut dan bergerak ke luar menuju hilir. Sedangkan di Muara
Sungai Tempadung kecepatan arus mengalami peningkatan dengan kecepatan 0,33
m/s. Kondisi ini disebabkan oleh besarnya debit air dari hulu sungai yaitu sebesar 0,591
m3/detik yang mengakibatkan terjadinya pertemuan arus yang berpotensi menimbulkan
turbulensi atau pengadukan air oleh aliran arus yang terjadi di sekitarnya. Hal ini sesuai
dengan perolehan data kekeruhan perairan (Nilai TSS tergolong tinggi) dengan nilai 94
3.1.3. Batimetri
Dari pengukuran kedalaman di setiap titik sampling diperoleh nilai-nilai pengukuran
kedalaman sebagai berikut (Tabel 3) :
Kedalaman
Posisi Lokasi Keterangan Lokasi
St. Perairan (m)
X Y
1 116 48’ 53.331”
0
1 13’ 2.056”
0
6 Muara Sungai Somber
2 1160 48’ 44.067” 10 12’ 4.981” 4,5 Muara Sungai Wain
3 1160 46’ 3,942” 10 7’ 42.264” 3 Muara Sungai Tengah
4 1160 44’ 36,843” 10 6’ 27.706” 2,5 Muara Sungai Berenga
5 1160 46’ 41,504” 10 8’ 37.749” 7 Muara Sungai Tempadung
Sumber : Hasil survey, 2015
Lokasi penelitian dikategorikan sebagai perairan laut dangkal berdasarkan peta batimetri
hingga 4 mil merupakan perairan laut dengan kedalaman <150 m dan tergolong ‘Glacial
Continental Shelf’ yang dicirikan dengan susunan utamanya campuran endapan yang
mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di dekat muara sungai endapan-endapan
pada umumnya tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan ini akan menjadi tipis dan
akhirnya hilang.
Penyebaran Partikel
Tekstur
No. Stasiun (%)
Liat Debu Pasir
1. Muara Sungai Somber 7,24 11,81 80,95 Loamy Sand (Pasir berlempung)
2. Muara Sungai Wain 5,79 3,76 90,45 Sand (Pasir)
3. Muara Sungai Tengah 6,28 5,24 88,48 Sand (Pasir)
4. Muara Sungai Berenga 5,93 6,15 87,92 Loamy Sand (Pasir berlempung)
5. Muara Sungai Tempadung 12,47 19,74 67,79 Sandy Loam (Lempung berparsir)
Sumber : Hasil analisis laboratorium, 2015 (14)
Secara umum jenis substrat yang ditemukan pada lokasi pengamatan adalah pasir. Hal
ini disebabkan karena kondisi geografis lokasi penelitan bersifat landai dan merupakan
daerah pantai yang terbuka sehingga endapan substrat pasir banyak ditemukan.
Umumnya sedimen yang berada di estuaria adalah sedimen halus (sedimen kohesif)
yang tersangkut dalam bentuk suspensi, sedangkan ukuran butir lebih besar akan
mengendap di daerah hulu sungai, sehingga yang berperan penting adalah
hidrodinamika dan sifat-sifat sedimen.
3. Redoks potensial (Eh)
Tabel 5. Redoks potensial sedimen di lokasi penelitian
Perolehan nlai redoks potensial di setiap stasiun berkisar antara 182,0 – 215,9 mV
(Tabel 14) . Redoks potensial di Muara Sungai Somber dan Muara Sungai Wain
menunjukkan nilai di atas +200, sehingga untuk kedua stasiun ini berada pada kategori
sedimen dengan kandungan oksigen yang mempunyai aktifitas elektron tinggi dalam
proses oksidasi di lingkungan dasar perairan. Nilai yang lebih besar menunjukkan
kondisi yang lebih teroksidasi. Sedangkan nilai redoks potensial di Muara Sungai
Tengah, Berenga, dan Tempadung menunujukkan nilai berada pada rentang nilai 0
sampai +200, yang berarti bahwa sedimen tersebut masih menunjukkan kondisi yang
teroksidasi dan berada pada mintakat diskontinyu (redox potential discontinuity).
Pada kondisi tertentu, nilai ini akan cenderung menurun oleh pengaruh terakumulasinya
zat-zat pencemar yang kemudian terendapkan pada substrat sedimen. Kondisi terburuk
menyebabkan oksigen pada lokasi tersebut dalam keadaan tereduksi dan bersifat
anaerob serta kemungkinan besar bersifat toksik.
5. Kesimpulan
1. Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Balikpapan, 2014. Laporan Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Balikpapan, Kalimantan Timur;
2. Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi. Kajian Erosi dan Sedimentasi pada DAS Teluk
Balikpapan. 2002. Program Proyek Pesisir Kaltim Balikpapan;
3. Badan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan Tahun 2013 – 2014
4. Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan, 2013. Laporan Akhir Masterplan Drainase Kota
Balikpapan, Kalimantan Timur
5. Badan Informasi Geospasial, 2015. Peta Rupa Bumi Wilayah Teluk Balikpapan, RBI
1814-64.
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan, 2015. Peta revisi RTRW 2012 –
2032.
7. Badan Informasi Geospasial, 2015. Data Pasang Surut Balikpapan, Time Zone : GMT,
Lat : -1.27 Long : 116.81, 2015
8. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Balikpapan, 2015.
9. Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan, 2015. Data debit air sungai Kota Balikpapan,
Kalimantan Timur
10. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2015, Data Angin dan Curah Hujan Kota
Balikpapan.
11. Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Balikpapan, 2014. Data batimetri dan endapan
sedimen Teluk Balikpapan.
12. Notodarmono, AR. YS., Sukarmadijaya, H., Miharja, DK., Notodarmojo, S. Pengaruh
Salinitas Terhadap Distribusi Kecepatan Pengendapan Partikel Koloid, (Studi kasus di
Estuari Banjir Kanal Timur, Semarang). 2008. Program Pascasarjana Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Bandung, Jurnal Teknik Lingkungan Volume 14 Nomor 2, Oktober
2008 (Hal. 70-81).
13. Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan, 2015. Balikpapan Dalam Angka 2014.
Balikpapan, Kalimantan Timur.
14. Laboratorium Kualitas Air Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Mulawarman, 2015.
15. Kementerian Lingkungan Hidup, 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk biota laut.