130-Article Text-810-1-10-20200922
130-Article Text-810-1-10-20200922
130-Article Text-810-1-10-20200922
Abstract
Implementation of Law No. 28 of 2009 on Local Taxes and Local Retribution mandates about
management of PBB-P2 submitted to the local Government at the latest after December 31, 2013.
However, in reality decentralized management of PBB-P2 by the local government in the early
stages does not create instant effectiveness and it can potential create new problems. As tariff
rise of PBB-P2 becoming uncontrollable, exacerbated by the quality of services, bad
infrastructure and management of human resources, the existing management of PBB-P2 in some
areas is not directly proportional to the arguments of the effectiveness of the theory of economic
and fiscal decentralization. UN-P2 tax revenue in 2014 to total local tax revenues of Koa Batu
region is 60%, although the acquisition of the first year is still not able to achieve the set target.
As for the effectiveness of the UN implementation-P2 by local government based on indicators of
accessibility classified manual, one-way, with a top-down setting mechanisms, associated with
indicators of suitability, those are not fully achieved mainly organizational capacity, human
resources, facilities and infrastructure. Similarly, the indicators of achievement are still not in
accordance with the set target acquisition based on the quality indicators, it unclearly explores
quality assurance management model of PBB-P2 by local government.
Keywords: Decentralization Economic; Fiscal Decentralization; land and building tax; Rural
and Urban Management Effectiveness
Abstrak
Implementasi UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengamanatkan
tentang pengelolaan PBB-P2 diserahkan kepada Pemerintah Daerah paling lambat setelah
Tanggal 31 Desember 2013. Akan tetapi pada kenyataannya desentralisasi pengelolaan PBB-P2
oleh daerah pada tahap awal belum menciptakan efektifitas yang instan dan dinilai berpotensii
menciptakan masalah baru. Seperti naiknya tarif PBB-P2 mejadi tidak terkontrol, diperburuk
dengan kualitas pelayanan, infrastruktur dan SDM pengelola di daerah yang rendah, sehingga
fenomena yang ada di beberapa daerah tidak berbanding lurus dengan dalil efektifitas teori
desentralisasi ekonomi dan fiskal. Perolehan pajak PBB-P2 2014 terhadap total penerimaan pajak
daerah Koa Batu adalah sebesar 60%, meski perolehan tahun pertama masih belum bisa mencapai
target yang ditetapkan. Efektifitas implementsi PBB-P2 oleh daerah berdasarkan indikator
aksestabilitas tergolong manual, satu arah, dengan mekanisme penetapan top-down, terkait
dengan indikator kesesuaian belum sepenuhnya tercapai terutama kapasitas organisasi, SDM,
sarana dan insfrastruktur. Sama halnya dengan indikator pencapaian masih belum sesuai dengan
target perolehan yang ditetapkan, terakhir berdasarkan dengan indikator Mutu, belum jelas
tereksplorasi model penjaminan mutu pengelolaan PBB-P2 oleh daerah.
Kata Kunci: Desentralisasi Ekonomi; Desentralisasi Fiskal; Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan; Perkotaan dan Efektifitas Pengelolaan
*Korespondensi:
Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jln. Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, 65144
Email: [email protected]
108
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
Pendahuluan
Dalam menjalankan roda kekuasaan dan pemerintahan yang efektif dan efisien,
suatu negara harus mempunyai basis material untuk mendukung semua program yang
akan dijalankan. Untuk itulah fungsi dan peran pajak diadakan dalam suatu negara. Jika
melihat rekaman sejarah yang ada, tidak ada satupun negara baik yang demokratis
mauapun otoriter sekalipun tidak menarik pajak dari rakyatnya. Oleh karena itu, negara
melakukan pengaturan yang ketat mulai dari perencanaan, penganggaran dan
pembelanjaan dalam bentuk regulasi yang mengikat mulai dari Undang-Undang sampai
dengan peraturan pelaksanaan di tingkat paling bawah.
Meskipun banyak sekali sumber-sumber pendapatan negara telah dikembangkan
guna peningkatan pemasukan kas negara, misalnya maksimalisasi potensi/sumber daya
alam yang berlimpah, penjualan surat berharga, sampai optimalisasi
perusahaanperusahaan negara (BUMN), namun demikian kontribusi pajak yang
dibayarkan oleh perorangan maupun swasta masih sangatlah penting dan memiliki
prosentase yang sangat besar dalam menyumbang pendapatan negara. Hal ini bisa dilihat
dari rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan RAPBN Tahun 2015
No Uraian Target (Triliun (%) Ket.
Rupiah)
I. Total Pendapatan Negara 1.762,3 100 1+2
V. Pembiayaan 257,6
Sumber: Kompas, Sabtu 16 Agustus 2014
109
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
Diamati dari potensi penerimaan pajak PBB-P2 sebesar 14,401 triliun (sebesar
0,87%) dibandinglkan dengan total Rencana Penerimaan Negara TA. 2014 sebesar
110
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
1.667.1 triliun rupiah mungkin terlihat kecil, meskipun demikian jika penerimaan tersebut
dialokasikan untuk daerah sepenuhnya tentu saja akan mempercepat proses pembangunan
di Kabupaten dan Kota berdasarkan kebutuhan yang sudah disusun oleh daerah setempat.
Namun pada kenyataan yang berlangsung di lapangan menyatakan terdapat
beberapa hal yang masih jauh dari realitas ideal seperti yang diamanatkan UU No. 28
Tahun 2009 diatas. Pelimpahan kewenangan dalam pengelolaan Pajak PBB-P2 yang
diserahkan kepada pemerintah Kabupaten/Kota masih dijumpai banyak kekurangan
dalam hal pelaksanaan praktisnya. Pelaksanaan pengumpulan/penarikan pajak PBB-P2
yang dimulai tanggal 1 Januari 2014 sampai sekarang yang sudah memasuki semester II
(dua) tahun 2014 mengalami banyak persoalan yang dirasakan, khususnya oleh
masyarakat (wajib pajak) yang membayar pajak yang masih terutang. Secara singkat
perbandingan pengelolaan Pajak PBB-P2 oleh Pusat dan Daerah bisa dirangkum dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Persoalan yang Muncul dalam Pengelolaan PBB-P2 di Kab/Kota
Pajak Dikelola Pusat Pajak Dikelola Daerah
Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan
Layanan pembayaran Tidak sesuai dengan Mengakomodir Layanan
PBB-P2 atas Obyek semangat semangat Pembayaran
Pajak di Seluruh desentralisasi desentralisasi Pajak Hanya untuk
Indonesia ekonomi ekonomi obyek Pajak Daerah
tertentu (sulit bagi
wajib pajak yang
memiliki obyek
pajak yang berada
di luar daerahnya)
Pembayaran Tidak Tidak sesuai dengan Melaksanakan Pembayaran
terikat hari kerja dan amanat UU No 28 amanat UU No. 28 terikat waktu dan
jam operasional Bank Tahun 2009 Tahun 2009 jam kerja
(Layanan online: opersional bank
ATM, SMS Banking, (tidak bisa online)
Internet banking dan
Teller seluruh Bank
BUMN secara
nasional dan Kantor
Pos)
111
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
Menghemat waktu Jika ada keberatan Jika ada Keberatan Harus antri dan
karena tidak perlu antri Wajib Pajak dari wajib pajak, membawa formulir
Memerlukan Rantai cukup diselesaikan serta uang tunai.
Birokrasi yang di Daerah saja Jika pembayaran
panjang sampai ke dilakukan melalui
Pusat transfer dari Bank
yang berbeda
diharuskan
validasi ke Bank
Daerah untuk
legalisir
SDM dan teknologi SDM dan teknologi
sudah tersedia dan sangat terbatas
tertata secara (tergantung pusat)
professional karena dan belum
sudah mengelola Pajak professional.
PBB-P2 sejak lama Minimnya pelatihan
bagi operator PBB-
P2 sehingga
memperlambat
proses pelunasan
PBB-P2 oleh
wajib Pajak
Penentuan target yang Penghitungan NJOP Penghitungan NJOP Penentuan target
tinggi menyebabkan dirasakan tidak yg menjadi dasar yang terlul rendah
optimalisasi objektif dan terbuka pungutan menyebabkan
pendapatan Negara karena dikejar target Pajak PBB-P2 petugas pemungut
menjadi terealisasi yang tinggi sehingga dirasakan oleh wajib pajak tidak agresif
menyebabkan pajak lebih dalam melakukan
banyak sekali meringankan karena pemungutan pajak
keberatan pada tidak berdasarkan
112
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
Tinjauan Pustaka
Efektivitas
Terdapat beberapa pengertian efektivitas, menurut Kasim efektivitas adalah upaya
yang dilakukan atau diusahakan untuk mencapai tujuan yang optimal dengan cara atau
strategi yang terbaik (Kasim, 1989). Sedangkan menurut Mardiasmo efektivitas secara
mendasar berhubungan erat dengan pencapaian tujuan tertentu yang berhasil guna.
Efektivitas merupakan hubungan yang erat antara keluaran dengan sasaran yang harus
dicapai. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional bisa disebut efektif apabila proses
113
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
seluruh kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely) yang
telah ditentukan (Mardiasmo, 2009: 132).
Pengertian lain dari efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan mengenai
terjadinya sebuah akibat yang dikehendaki secara sengaja. Pilihan kata “efektif” dalam
perilaku manusia menunjukkan suatu efek yang dikehendaki. Jika itu berkenaan dengan
hasil suatu pekerjaan, efektivitas bisa dikaitkan dengan telah tercapainya tujuan (mutu
dan jumlahnya) yang dikehendaki atau direncanakan (Azhar, 1993). Sedangkan
pengertian efektivitas jika dikaitkan dengan pengelolaan pelayanan publik menurut
Surjadi adalah pemanfaatan dan penggunaan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah yang telah ditentukan tertentu yang secara sadar sebelumnya guna menghasilkan
sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya (Surjadi, 2009).
Definisi lain disampaikan oleh Pasolong, pelayanan yang menghasilkan kepuasaan
masyarakat adalah merupakan hasil dari sebuah efektivitas kerja (Pasolong, 2007).
Menurut Dollery dan Wallis (dalam Yustika, 2008: 3) menambahkan bahwa ada dua
indikator penting dari keberhasilan kinerja pelayanan publik, yaitu efektivitas dan
efisiensi yang ditunjukkan pada gambar kerangka Penilaian Kerja sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka Penilaian Kinerja
Kinerja
Efisiensi Efektivitas
Manajemen
Sumber Daya Aksesibilitas Kesesuaian Pencapaian Mutu
114
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
daftar belanja rutin maupun investasi di daerah tersebut yang bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat (Litvack, 1999). Sedangkan menurut Murdiasmo
menjelaskan bahwa desentralisasi fiskal memiliki fungsi untuk mewujudkan pelaksanaan
desentralisasi politik dan administratif melalui pemberian kewenangan di bidang
keuangan (Mardiasmo, 2009).
Dalam tataran konseptual, desentralisasi fiskal bisa juga didefinisikan sebagai
proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah
guna mendukung fungsi atau tugas pemerintahan yang dilimpahkan (Khusaini, 2006).
Didalam prakteknya, konsep desentralisasi fiskal yang selama ini lebih dikenal dengan
money follow function memberikan kondisi tertentu, yaitu pemberian kewenangan dan
tugas kepada pemegang kekuasaan daerah (expenditure assignment) akan diikuti dengan
pembagian kepada daerah dalam hal kewenangan penerimaan pendanaan (revenue
assignment). Dengan kata lain, konsekuensi anggaran sangat diperlukan oleh pemerintah
daerah untuk melaksanakan kewenangan yang sudah dilimpahkan dari pemerintah pusat.
Kenyataan seperti ini berarti sangat membutuhkan kepastian hukum khususnya untuk
pemerintah daerah, dalam hal pembiayaan pembangunan dapat dibiayai dari sumber-
sumber penerimaan termasuk pajak dan retribusi di dalamnya (Yustika, 2008).
115
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak yang
bersifat kebendaan, yang berarti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek
pajak yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak
ikut menentukan besarnya pajak (Ditjen Pajak 2012).
116
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
Metode Penelitian
Pada penelitian kali ini metode yang digunakan adalah Metode Penelitian
Kualitatif, dengan tipe/jenis Penelitian Deskriptif untuk menelusuri permasalahan yang
akan diselidiki dengan cara menggambarkan efektivitas desentralisasi ekonomi
pengelolaan pajak bumi dan bangunan (PBB-P2) perdesaan dan perkotaan (p2) oleh
pemerintah daerah kota batu.
Teknik pengumpulan data primer digunakan dengan cara observasi secara
langsung, wawancara terstruktur para aktor yakni pemerintah selaku pembuat regulasi
dalam hal ini yang langsung bersinggungan dengan pengelolaan pajak bumi dan
bangunan (PBB-P2) perdesaan dan perkotaan (p2) yaitu: (a) Dispenda Pemerintah Kota
Batu, (b) Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kota Batu, para ahli
yang memiliki otoritas ilmiah dalam bidang pengelolaan pajak bumi dan bangunan dan
wajib pajak di Kota Batu. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan purposive
sampling. Adapun teknik pengumpulan data sekunder biasanya didapatkan dari, dokumen
resmi, jurnal, artikel, makalah, dokumen pribadi, buku, majalah dan data dari situs
internet yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian.
Lokasi Penelitian adalah Kota Batu dengan pertimbangan pertama, dikarenakan
eksistensi sebagai daerah otonom dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah
masih relatif baru jika dibanding dengan Kota Malang dan Kabupaten Malang dengan
117
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
demikian akan terdapat banyak fenomena atau gejala sosial yang dapat dieksplorasi.
Kedua, sebagai kota wisata objek PBB-P2 di kota Batu dinilai memiliki nilai ekonomis
yang laju kenaikannya relatif cepat. Sehingga fakta sosial terkait pengelolaan efektivitas
pelayanan di Kota Batu menjadi menarik untuk diteliti. Proses Analisa data kualitatif
dipergunakan dalam penelitian ini.
118
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
19%. Persentase ini cukup signifikan untuk menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang berasal dari PBB-P2 memberikan sumbangan dalam pembiayaan
pembangunan di Kota Batu. Sehingga, dari total 24 desa/kelurahan yang ada, pemerintah
Kota Batu mengoptimalkan perolehan PBB-P2 sesuai target melalui pengelolaan yang
melibatkan seluruh struktur pemerintahan dari Kecamatan sampai tingkat
Desa/Kelurahan bahkan RW dan RT.
Dari data yang ada diketahui potensi obyek pajak PBB-P2 di wilayah Kota Batu
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Perbandingan Persentase Potensi Tiap Jenis Pajak di Kota
Batu
119
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
120
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
Sumber: www.pajak.go.id
Sebagaimana telah ditunjukkan pada gambar 2 bahwa PBB-P2 saat ini sudah
merupakan sumber pendapatan asli daerah, sehingga tercapainya efektivitas pengelolaan
PBB-P2 oleh daerah disesuaikan dengan langkah-langkah sebagaimana telah ditetapkan
oleh pihak pemerintah pusat sebagai berikut:
1. Sarana dan prasarana,
2. Struktur organisasi dan tata kerja,
3. Sumber daya manusia,
4. Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan SOP,
5. Kerja sama dengan pihak terkait, antara lain, Kantor Pelayanan Pajak, perbankan,
Kantor Pertanahan, dan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah,
6. Pembukaan rekening penerimaan PBB-P2 pada bank yang sehat.
Oleh karena itu, hal mendasar utama guna memastikan pelaksanaan pengelolaan
PBB-P2 di daerah terlaksana dengan baik, maka Pemerintah Kota Batu telah menyiapkan
paket kebijakan sebagai dasar pengelolaan PBB-P2 sebagai berikut yaitu,
1. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 14 Tahun 2011 tetang Pajak Bumi dan Bangunan
2. Perdesaan dan Perkotaan, Peraturan Walikota Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Adapun terkait kelengkapan peraturan pelaksanaan pengelolaan PBB-P2 oleh
daerah, hingga penelitian ini diturunkan, jika merujuk pada gambar 3, SOP pengelolaan
PBB-P2 masih diterjemahkan sebagai kedua perangkat peraturan daerah yang telah
disebutkan sebelumnya, sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3. Matriks Persiapan Pemerintah Daerah Terkait Pengelolaan PBB-P2
Sumber: www.pajak.go.id
121
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
Terkait dengan kerjasama (lihat lajur 2 pada gambar 3), Pemerintah Kota Batu
dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah sebagai SKPD pelaksanaan PPB ini juga telah
menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga yaitu KPP Pratama Batu yang masih
berperan dalam membimbing pelaksanaan PBB-P2 oleh daerah, pihak perbankan dalam
hal ini adalah bank Jatim, Kantor Pertanahan dan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah
untuk verifikasi legalitas objek pajak.
Berikutnya tentang sarana prasarana, SDM dan Organisasi (lihat lajur 2 dan 4 pada
gambar 3) bahwa Formulir pembayaran Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) sebagaimana
mengikuti ketentuan yang telah ada, basis data PBB-P2 juga menggunakan data yang
diberikan oleh KPP Pratama Batu, hanya saja untuk gedung dan peralatan komputer
masih menjadi satu bagian dengan Dinas Pendapatan Kota Batu. Adapun untuk SDM
dan organisasi pada pelaksanaannya memang masih pada tataran menyesuaikan dengan
organisasi yang sudah ada, terkait masalah SDM masih terbilang sangat minim, untuk
pegawai tenaga lapang juga sangat terbatas begitu pula dengan SDM yang mengikuti
Pelatihan kedepan perlu untuk ditambahkan lagi. Terdapat beberapa perangkat teknologi
informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan PBB-P2 sebagaimana berikut:
Gambar 4. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Teknologi Informasi
Sumber: www.pajak.go.id
Berdasarkan gambar 4, pemerintah kota batu masih memiliki 1 orang yang
menguasai teknologi tersebut, itupun merupakan hasil dari pelatihan yang
diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Pajak. Hal ini menjadi sangat jauh dengan
kebutuhan riil yang seharusnya ada. Rencana penambahan SDM juga sudah
teragendakan, tetapi masih terkendala dengan kemampuan belanja pegawai daerah.
Lebih lanjut berdasarkan lajur 5 dan 6 (lihat gambar 3), terkait sosialisasi sudah masif
dilakukan, karena telah terlaksana sejak tahun anggaran 2014 baik diinternal pemerintah
daerah maupun beberapa instansi lain terkait. Adapun terkait sosialisasi kepada wajib
pajak ataupun masyarakat dengan memaksimalkan peran perangkat kecamatan,
kelurahan RW dan RT. Pengaggaran pada APBD PBB-P2 saat ini sudah pada tataran
membiayai APBD, karena seluruhnya telah dikelola oleh daerah. Berikutnya efektivitas
pelaksanaan PBB-P2 jika dianalisa dengan menggunakan indikator efektivitas Dollery
dan Wellis dalam Yustika 2008, maka akan terdapat beberapa ukuran sebagai berikut,
pertama aksestabiltas pengelolaan PBB-P2 baik selama dikelola oleh pemerintah pusat
ataupun daerah masih dominan bersifat manual dalam pemungutan, dalam penyampaian
SPT, pola satu arah, tidak interaktif, meskipun ketentuan besaran pajak yang menentukan
adalah pihak pemerintah, tetapi dalam hal ini akses masyarakat mengetahui pajak
terutang, mengetahui perubahan laju NJOP dan beberapa perkembangan lain terkait
122
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
dengan besaran PBB-P2 masih bersifat belum interaktif. Kedua, kesesuaian yaitu belum
sepenuhnya tercapai pada beberapa hal pendukung terlaksananya pengelolaan PBB-P2
secara baik, terutama ketidaksesuaian eksistensi organisasi dan SDM yang kurang
memadai baik dari segi kualitas serta kuantitas, begitu pula adanya ketidaksesuain
kebutuhan akan sarana perangkat pendukung teknologi untuk keberlangsungan PBB-P2
yang notabene dapat memaksimalkan potensi pajak, tidak hanya itu keberadaan
insfrastruktur yang mampu menjamin tercapainya target pencapaian PBB-P2 pun masih
belum memadai.
Ketiga yaitu indikator pencapaian masih belum sesuai dengan target perolehan
yang ditetapkan, hal ini merupakan dampak dari tidak terpenuhinya indikator
sebelumnya, sehingga laju efektivitas tidak tercapai, contoh, dikarenakan jumlah petugas
survey lapangan masih tergolong minim, sehingga tidak dapat melakukan intensifikasi
maupun ekstensifikasi potensi pajak, yang seharusnya terus bertambah seiring dengan
pertumbuhan penduduk serta industri pariwisata di kota Batu yang lekat dengan bumi dan
bangunan. Terakhir berdasarkan dengan indikator Mutu, belum jelas tereksplorasi model
penjaminan mutu pengelolaan PBB-P2 oleh daerah. Hingga penelitian ini diturunkan,
belum diperolehnya keterangan keberadaan SOP yang seharusnya merupakan dasar
teknis pencapaian efektifitas kinerja dan penjaminan mutu sebagai bentuk evaluasi
pelaksanaan pengelolaan.
123
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
Ketiga kendala pencapaian yang masih belum sesuai dengan target perolehan
dalam hal ini dikelola dengan cara membangun kerjasama dengan lembaga lain yang
memungkinkan proses pemungutan memudahkan masyarakat.Terakhir, hambatan pada
Mutu oleh pemerintah kota batu dikelola dengan mengikuti rangkaian evaluasi yang telah
ada selama ini baik evaluasi oleh inspektorat ataupun DPRD, sembari menyiapkan
perangkat pengendalian mutu.
Kesimpulan
Implementasi UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
mengamanatkan salah satunnya adalah tentang pengelolaan PBB-P2 dan BPHTB
Perdesaan dan Perkotaan diserahkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Kabupaten dan Kota seluruh Indonesia paling lambat setelah Tanggal 31 Desember 2013.
Alasan mendasar tersebut hadir dikarenakan, jika PBB-P2 masih dalam skema
pengelolaan pusat dengan operator pengumpulan pajak pemerintah daerah, dan kemudian
akan dikembalikan lagi kapada pemerintah daerah di seluruh Indonesia dengan prosentase
yang sama dianggap tidak efektif, maka pengelolaan PBB-P2 dengan skema diserahkan
kepada daerah dinilai sebagai langkah efektif dalam pengelolaan PBB-P2 dan penguatan
desentrasisai ekonomi dan fiskal.
Akan tetapi pada kenyataannya desentralisasi pengelolaan PBB-P2 oleh daerah
pada tahap awal belum menciptakan efektifitas yang instan dan dinilai berpotensii
menciptakan masalah baru. Seperti naiknya tarif PBB-P2 menjadi tidak terkontrol,
dengan tingkat disparitas yang tinggi antar daerah, disusul kemudian berujung pada
semakin memberatkan wajib pajak. Hal ini semakin diperburuk dengan kualitas
pelayanan, infrastruktur dan SDM pengelola di daerah yang rendah, sehingga fenomena
yang ada di beberapa daerah tidak berbanding lurus dengan capaian efektifitas ekonomi
dan fiskal.
Hasil penelitian ini adalah sumbangsih pajak daerah terhadap total pendapatan
daerah adalah sebesar 20%, kemudian perolehan pajak PBB-P2 terhadap total penerimaan
pajak daerah adalah sebesar 60%. Adapun perolehan tahun pertama masih belum bisa
mencapai target yang ditetapkan oleh APBD dan Dispenda. Meskipun demikian
perolehan PBB-P2 adalah potensi sumber pendapatan asli daerah yang sangat strategis.
Adapun efektifitas implementsi PBB-P2 oleh daerah berdasarkan indikator aksestabilitas
tergolong manual, satu arah, dengan mekanisme penetapan top-down, terkait dengan
indikator kesesuaian, belum sepenuhnya tercapai terutama kesesuaian organisasi dan
SDM, sarana dan insfrastruktur. Berikutnya dengan indikator pencapaian masih belum
sesuai dengan target perolehan yang ditetapkan, terakhir berdasarkan dengan indikator
Mutu, belum jelas tereksplorasi model penjaminan mutu pengelolaan PBB-P2 oleh
daerah.
Terdapat beberapa pengelolaan hambatan utama pelaksanaan PBB-P2 oleh daerah
yaitu, potensi strategis PBB-P2 ditengah maraknya industri wisata, dihadapkan dengan
rendahnya ketentuan prosentase tariff PBB-P2 yakni 0,1% yang merupakan batas bawah
dari yang ditetapkan pemerintah, hambatan ini diantisipasi dengan melakukan update
penggalian data potensi pajak yang diyakini sangat progressif pertahunnya. Hal ini
dilakukan guna menutupi celah ketidaktercapaian target dengan realisasi penerimaan
PBB-P2.
124
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
Saran
Berikut adalah beberapa saran yang telah diformulasikan berdasarkan dengan
temuan dilapangan pertama, Melakukan sosialisasi manfaat pajak kepada masyarakat dan
memberikan penjelasan bahwa perhitungan pajak PBB-P2 dengan melibatkan struktur
kecamatan, kelurahan, RW dan RT untuk ekplorasi, intensifikasi dan ekstensifikasi
potensi pajak bumi dan bangunan. Kedua, Menyiapkan komunikasi interaktif pada sarana
prasarana berupa web, dan SDM pengelola dibekali pelatihan secara berkelanjutan.
Ketiga, Meningkatkan target perolehan PBB-P2 supaya kedepan dapat diusulkan
penambahan SDM guna menambah kekuatan belanja pegawai oleh APBD. Keempat,
Membentuk SOP untuk menyiapkan peangkat penjaminan mutu oleh guna pewujudan
efektifitas pengelolaan PBB-P2 oleh daerah.
125
Jurnal Transformative, Vol. 2. Nomor 2, September 2016
Daftar Pustaka
Azhar, K. (1993). Pengukuran Efektivitas Dalam Organisasi. Pusat Antar Universitas
Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ditjen Pajak. (2012), Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2). Diakses 3
September 2014, dari http://www.pajak.go.id/content/seri-PBB-P2-ketentuan-
umum-pajak-bumi-dan-bangunan-PBB-P2
Ditjen Pajak. (2012). Pengalihan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
(PBB-P2) sebagai pajak daerah. Diakses 5 Agustus 2015, dari
http://www.pajak.go.id/content/pengalihan-PBB-P2-perdesaan-dan-perkotaan>
Hidayat, S. (2005). Too Much Too Soon ; Local States Elite’s Perspective on The Puzzle
Of Contemporary Indonesian Regional AutonomyPolicy. Jakarta: Rajawali Pers.
Kompas. (2014, 15 Agustus). Tanpa Reformasi, Negara Kian Tekor. PT. Kompas Media
Nusantara. Jakarta.
Kompas. (2014, 16 Agustus). APBN Raksasa, Stimulus Minim: Jokowi Akan Potong
Subsidi. PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Kompas. (2014, 20 Agustus). Institusi Layanan PBB-P2 Lemah: Pusat Kewalahan Latih
Petugas. PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta.
126
Hevi Kurnia Hardini, Efektivitas Desentralisasi Ekonomi Pengelolaan Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB-P2) Perdesaan dan Perkotaan (P2) oleh Pemerintah Daerah
Laili, A. (2014). PBB-P2 Sektor Keenam Sebagai Pajak Pusat. Diakses 3 September
2014, dari http://www.pajak.go.id/content/article/PBB-P2-sektor-keenam-sebagai-
pajak-pusat
Wijayan, E. (2012). Menyelami Arti Penting Pajak dan Kemandirian Bangsa. Diakses 3
September 2014, dari http://www.pajak.go.id/content/article/menyelami-arti-
penting-pajak-dan-kemandirian-bangsa
127