Data Pengamatan Dan Hasil Perhitungan HE Revvvvv-1
Data Pengamatan Dan Hasil Perhitungan HE Revvvvv-1
Data Pengamatan Dan Hasil Perhitungan HE Revvvvv-1
2. Hasil Perhitungan
a. Shell & Tube Heat Exchanger
Densitas destilat (ρcampuran) = 925,618 kg/m3
Kapasitas panas destilat (Cpcampuran) = 3025,14 J/kg.K
SHELL AND TUBE
Mh Mc
NO DTh (K) DTh ℃ Qh (W) DTc ℃ DTc K Qc (W)
(kg/s) (kg/s)
19.4444 27442650.3 0.52626 18.5022
1 27 27 8.4 8.4
4 3 7 1
16.6666 23467297.9 0.52626 19.6035
2 25.9 25.9 8.9 8.9
7 8 7 3
19.4444 27390175.4 0.52626 22.0264
3 26.1 26.1 10 10
4 1 7 4
19.4444 26760476.3 0.50433 16.0425
4 15.3 15.3 7.6 7.6
4 9 9 9
Vc vs ΔTLMTD
37
36
35
ΔTLMTD (c)
34
33
32
31
30
29
28
27
2.28 2.3 2.32 2.34 2.36 2.38 2.4 2.42
VC (m3/h)
Gambar 2. 1 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Log Mean Temperature
Difference (ΔTLMTD) pada Shell & Tube Heat Exchanger
Vc vs U
65000
64000
63000
U (W/m2.K)
62000
61000
60000
59000
58000
57000
2.28 2.3 2.32 2.34 2.36 2.38 2.4 2.42
VC (m3/h)
Gambar 2. 2 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Koefisien Perpindahan Panas (U)
pada Shell & Tube Heat Exchanger
Vc vs efisiensi
0.00009
0.00008
0.00007
0.00006
0.00005
ɳ (%)
0.00004
0.00003
0.00002
0.00001
0
2.28 2.3 2.32 2.34 2.36 2.38 2.4 2.42
VC (m3/h)
Gambar 2. 3 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Efisiensi Perpindahan Panas
(ɳ)pada Shell & Tube Heat Exchanger
Vc vs ΔTLMTD (K)
60
50
40
ΔTLMTD (c)
30
20
10
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
VC (L/h
Gambar 2. 4 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Log Mean Temperature
Difference (ΔTLMTD) pada Plate & Frame Heat Exchanger
Vc vs U
40000000
35000000
30000000
U (W/m2.K)
25000000
20000000
15000000
10000000
5000000
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
VC (L/h)
Gambar 2. 5 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Koefisien Perpindahan Panas (U)
pada Plate & Frame Heat Exchanger
Vc vs efisiensi
450
400
350
300
250
ɳ (%)
200
150
100
50
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
VC (L/h)
Gambar 2. 6 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Efisiensi Perpindahan Panas
(ɳ)pada Plate & Frame Heat Exchanger
3. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan menggunakan data Shell & Tube Heat Exchanger pada data
pertama.
Menghitung densitas destilat campuran (ρcampuran)
Diketahui :
XA = Konsentrasi alkohol destilat %
XB = Konsentrasi air %
ρA = Densitas alkohol pada 20°C
ρB = Densitas air pada 20°C
ρcampuran =X A ρ A + X B ρ A
XA = 0,67
XB = 1-0,67
= 0,33
ρB = 997,366 kg/m3
ρA = 789,4 kg/m3
*Interpolasi nilai ρA (densitas air) pada tabel appendix A.2-3
Interpolasi densitas
dan Cp air
Cp
Suhu ρ (kJ/kg.
(°C) (kg/m3) K)
4,
9 1
15, 9 8
6 8 7
20 X X
9 4,
9 1
26, 6, 8
7 4 3
15,6−20 4,187−x
=
15,6−26,7 4,187−4,183
−4,4 4,187−x
=
−11,1 0,004
4,187−x
0,39639=
0,004
kJ
x=4,185414414
kg . K
kJ kJ
Cpcampuran = 0,655 x 2,414 + 0,345 x 4,185414414
kg . K kg . K
kJ kJ
= 1,61738 + 1,381187
kg . K kg . K
kJ
= 2,988567
kg . K
J
= 2988,567
kg . K
L 1000 m3 kg 1h
M h=70 x x 858.0287 3 x
h 1 dm 3
m 3600 s
kg
M h=19.4444
s
(45−26,4)℃
∆ T LMTD =
ln
45
26,4( )
18,6 ℃
∆ T LMTD =
0,53329
∆ T LMTD =34,87728℃
Panas atau kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah karena
adanya temperatur atau suhu yang berbeda. Panas dapat bergerak dari temperatur
yang tinggi ke temperatur yang rendah. Bergeraknya panas dari temperatur yang
tinggi ke temperatur yang rendah disebut dengan perpindahan panas. Alat yang
digunakan untuk perpindahan panas adalah heat exchanger. Heat Exchanger
merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa
suatu jenis fluida. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan
sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).
Fungsi heat exchanger secara umum yang dipergunakan di industri lebih
diutamakan untuk menukarkan energi dua fluida yang berbeda temperaturnya.
Pertukaran energi dapat berlangsung melalui bidang atau permukaan perpindahan
kalor yang memisahkan kedua fluida atau secara kontak langsung (fluidanya
bercampur). Energi yang dipertukarkan akan menyebabkan perubahan temperatur
fluida (kalor sensibel) atau kadang dipergunakan untuk berubah fasa (kalor laten).
Jenis heat exchanger yag digunakan pada praktikum pilot plant adalah shell
and tube heat exchanger dan plate and frame heat exchanger. Shell and tube heat
exchanger di gunakan pada distilat, sedangkan plate and frame heat exchanger
digunakan pada bottom produk. Shell and tube heat exchanger memiliki sisi shell dan
sisi tube. Sisi tube biasa digunakan untuk cairan yang lebih mengotori dinding, atau
lebih korosif, atau untuk fluida dengan tekanan yang lebih tinggi. Pembersihan bagian
dalam tube lebih mudah dilakukan daripada membersihkan bagian luar. Ketika gas
atau uap digunakan sebagai cairan pertukaran panas, biasanya diletakkan di sisi shell.
Cairan dengan viskositas tinggi, di mana penurunan tekanan untuk mengalir melalui
tabung mungkin besar, juga diletakkan pada sisi shell. Plate and Frame Heat
Exchanger terdiri atas tumpukan/susunan pelat-pelat tipis yang mempunyai rongga
tertutup dirangkai pada rangka/frame seperti pada gambar di bawah. Bentuk dan
aliran fluidanya sangat mirip dengan Plate and Frame Filter Press. Pada bagian pojok
terdapat lubang – lubang yang disekat dengan gasket dari karet atau plastik untuk
lubang masukan dan pengeluaran fluida.
Prinsip kerja penukar panas shell dan tube menggunakan sistem tabung tempat
cairan mengalir. Satu set tabung berisi cairan yang akan didinginkan atau dipanaskan,
sedangkan set kedua berisi cairan yang akan menyerap panas atau mentransmisikan
panas. Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain
mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Prinsip
kerja plate heat exchanger yaitu produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu
larutan yang kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi
dengan adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya.
Dimana pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk dan
medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan dialiri oleh komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas melintas diantara
setiap plae genap sementara cairan dingin pada bagian puncak head dialirkan turun
diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium pemanas di dalam pelat
biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara berlawanan.
Praktikum yang dilakukan di Laboratorium Pilot Plant menggunakan 2 tipe
alat penukar panas, yaitu Shell and Tube Heat Exchanger tipe 1-1 dengan aliran
counter current (aliran air pendingin dan aliran panas berlawanan arah) dan Plate and
Frame Heat Exchanger yang dilakukan didalam proses distilasi. Langkah pertama
mengoperasikan Shell and Tube maupun plate and frame Heat Exchanger adalah
mengecek aliran air pendingin. Kemudian menunggu proses distilasi berjalan steady
dan destilat mengalir konstan. Setelah itu mencatat data laju alir fluida panas, suhu
masuk fluida panas dan suhu keluar fluida panas. Lalu mencatat data laju alir fluida
dingin, suhu masuk fluida dingin dan suhu keluar fluida dingin. Mencatat luas
penampang perpindahan panas (pada label Shell & Tube Heat Exchanger).
Menghitung luas penampang plate and frame heat exchanger dengan mengukur
panjang, lebar dan tinggi heat exchanger kemudian menghitung jumlah plate yang
ada. Mengulangi langkah pengecekan dan pencatatan suhu baik aliran masuk dan
keluar dari fluida panas dan dingin dengan selang waktu 10 menit. Pengambilan data
dilakukan selang 10 menit. Pada Shell and Tube Heat Exchanger aliran fluida
panasnya dari aliran destilat, sedangkan Plate and Frame Heat Exchanger dari aliran
bottom product. Pada plate and frame diambil dengan laju alir berbeda mulai dari 100
l/h hingga 500 l/h.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan Shell and Tube Heat Exchanger
dan plate and frame Heat exchanger didapatkan bahwa laju alir fluida dingin dapat
mempengaruhi Log Mean Temperature Difference (ΔTLMTD), koefisien
perpindahan panas overall (U) dan efisiensi perpindahan panas (ɳ). Ditinjau pada
grafik 2.1 dan grafik 2.4. Pada grafik 2.1 laju alir fluida dingin terhadap Log Mean
Temperature Difference (ΔTLMTD) terlihat bahwa grafik mengalami ketidaksesuaian
dengan literatur karena kondisinya yang fluktuatif atau berubah-ubah. Sedangkan
grafik 2.4 mengalami kondisi yang stabil. Artinya grafik tersebut menujukkan bahwa
sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur, nilai dari Log Mean Temperature
Difference (ΔTLMTD) pada Shell & Tube Heat Exchanger dan plate and frame heat
exchanger berbanding terbalik dengan laju alir fluida dingin. Sehingga dapat diartikan
bahwa semakin besar nilai dari Log Mean Temperature Difference (ΔTLMTD) maka
semakin banyak kalor yang dapat berpindah dari fluida panas ke fluida dingin, dan
sebaliknya semakin rendah laju alir fluida dingin, maka fluida dingin tersebut dapat
menyerap kalor dari fluida panas secara maksimal.
Pada grafik 2.2 dan 2.5, hasil perhitungan Shell and Tube Heat Exchanger
dan plate and frame Heat exchanger didapatkan grafik antara laju alir fluida dingin
terhadap koefisien perpindahan panas overall (U). Grafik 2.2 terlihat bahwa grafik
mengalami fluktuatif (berubah-ubah) dan tidak sesuai dengan literatur. Sedangkan
grafik 2.5 mengalami penurunan, sehingga dikatakan belum sesuai dengan literatur.
Dalam literatur, besar laju alir fluida berbanding lurus dengan koefisien perpindahan
panas, semakin besar laju alir fluida dingin maka koefisien perpindahan panas overall
(U) juga semakin besar. Suhu dan laju alir pada fluida panas maupun dingin akan
mempengaruhi besar kecilnya koefisien perpindahan panas overall (U). Dalam
meningkatkan laju perpindahan panas maka laju alir fluida harus ditingkatkan.
Sehingga, harga nilai dari koefisien perpindahan panas konveksi (h) akan naik seiring
dengan kenaikan koefisien perpindahan panas menyeluruh (Uc).
Pada grafik 2.3 dan 2.6, hasil perhitungan Shell and Tube Heat Exchanger
dan plate and frame Heat exchanger didapatkan grafik antara laju alir fluida dingin
terhadap efisiensi perpindahan panas (ɳ). Pada grafik 2.3 mengalami kondisi
fluktuatif, sehingga dikatakan tidak sesuai dengan literatur. Pada grafik 2.6
mengalami kenaikan akan tetapi kenaikan yang berubah-ubah, sehingga dikatakan
belum sesuai dengan literatur. Dalam literatur menunjukkan bahwa semakin besar laju
alir fluida dingin, maka semakin besar juga efisiensi perpindahan panasnya.
Berdasarkan literatur, untuk mendapatkan efisiensi perpindahan panas yang besar,
maka dibutuhkan laju alir fluida dingin yang rendah. Hal itu dikarenakan laju alir
fluida dingin yang rendah dapat menyerap kalor secara maksimal. Sehingga data hasil
pengamatan masih menunjukkan ketidaksesuaian terhadap literatur.
Caroline, Cindy, dan Rosid, Ibnu Abdul. 2022. Pengukuran Efisiensi Perpindahan Panas
Pada Heat Exchanger Shell and Tube Dengan Metode Log Mean Temperatur
Difference (LMTD). “Prosiding Seminas Nasional Teknologi Informasi dan
Kedirgantaraan, SENATIK 2021, Vol. VII.”