9172 25834 1 SM
9172 25834 1 SM
9172 25834 1 SM
| Nurcahya
Abstract
Al-Kafiyaji was a popular folk teacher of his time and he also mastered quite a number of scientific
branches and wrote many works especially in the field of history namely the book of Mukhtasar
al-MufId fi Ilmi al-Tarikh. The purpose of this study aims to determine the biography and thoughts
of al-Kafiyaji in the field of history based on the book of Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh.
The method used in this study is a qualitative method, namely by collecting data through literature
and documentation. The data analysis technique is done by the heuristic, criticism, interpretation
and historiography methods. Based on this study it was concluded that: first, Muhammad bin
Sulaiman bin Saad bin Mas'ud al-Rumi Muhyiddin Abu Abdillah al-Kafiyaji al-Barumi al-Hanafi
was born around 788H / 1386/7 AD in the Anatolian Caucasus region located in the Asian region
of Asia small and died in Egypt, and took the education world from the land of Sham to Egypt
and produced many many works especially in the field of history. Secondly, in the field of history
or Tarikh he has written the work entitled Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh. In this book, al-
Kafiyaji examines the principles of historiography, the basics and the problems of historiography
and the virtues of experts and sciences. He also investigated the date, from the definition based on
language, custom, and terminology, to the history of the Tarikh. This book discusses the goals
and conditions that must be possessed by someone who will write history.
121 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
Pendahuluan
Membahas sejarah pertumbuhan historiografi dalam dunia Islam, maka
kita juga akan sedikit berbicara mengenai tradisi historiografi pada bangsa Arab
yang berpedoman pada bintang dan kemunculan bulan dalam menerapkan waktu.
Sedengkan mengenai historiografi yang dilakukan oleh bangsa Arab pra-Islam
dalam merekam peristiwa-peristiwa sejarah melalui riwayat verbal yang
berbentuk syair-syair dan informasi-informasi (akhbar) dengan tradisi lisan
hingga pada masa khalifah Umar, dimana Umar menyetujui penyususnan sejarah
Islam dengan dimulai dari peristiwa hijrah Nabi ke Madinah 1. Kemudian seiring
dengan perkembangan dan menyebar luasnya Islam, maka muncul dikalangan
rasa keingintahuan dikalangan muslim terhadap sejarah kehidupan Nabi Saw dan
sangat dibutuhkannya penulisan dan penyalinan hadis-hadis nabi dan lainnya
guna mereformasi kondisi keagamaan mereka. Bersamaan dengan itu, maka
semakin bermunculan pula orang yang mengumpulkan informasi-informasi
mengenai sosok Nabi Saw serta sejarah umat-umat terdahulu dan kemudian
mencatatnya. Catatan-catatan ini berupa bentuk Sirah, al-Magazi, dan Akhbar .
Hal ini sekaligus menandai awal keterlibatan bangsa Arab dengan sejarah di masa
Islam2.
Ketiga penulisan sejarah ini (Sirah, Magazi dan Akhbar) konon bermula
dari cabang ilmu hadis sehingga dalam pengumpulan riwayat kesejarahan dan
kritik terhadapnya banyak dipengaruhi oleh metode dan gaya bahasa kalangan
muhaddisin. Bahkan disusun secara tematis dalam bentuk risalah atau buku
sebagaimana sistematika kitab-kitab hadis. Azra pun mengamini bahwa literatur
hadis memiliki andil yang cukup besar terhadap arus perkembangan historiografi
Islam baik dalam bentuk biografi (Sirah dan Asma’ al-Rijal), serangan militer
(Magazi), dan Akhbar.3 Sedangkan Syed Husein Nasr berpendapat bahwa
penulisan Arab Islam tumbuh dari dua arus yang berbeda. Pertama, berasal dari
arus lama, dimana kisah kisahnya terdiri dari folklore yang berasal dari sejarah
Arab kuno dan diriwayatkan dalam bentuk al-Ansab dan al-Ayyam, serta cerita
tentang penguasa penguasa Arab Selatan dalam riwayat penaklukan mereka.
Biasanya arus lama mengambil bentuk syair. Dimana kisah kisah itu tidak
didasarkan atas penanggalan atau kronologis kejadian, antara peristiwa yang satu
dengan peristiwa yang lainnya .Kedua, arus baru yang dimunculkan oleh Islam,
1
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam Dari Klasik Hingga Modern, Penerj. Budi
Sudrajat, M.A. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), 13.
2
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, 14.
3
Azyumardi Azra, Peranan Hadis dalam Perekmbangan Historiografi Awal (al-Hikmah, 1993),
36-43, dan lihat juga Badriyatim, Hidtoriografi Islam (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997), 41-
42 dan 55
122 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
yaitu arus biografi, dengan terdiri dari berita berita otentik dan mendalam, cabang
dari ilmu hadis, dan karena itu melalui kritik dan seleksi. 4
Kemudian dimulai pada abad ke-3 H mulai berkembang metode
pengumpulan informasi sejarah dengan mengunjungi (rihlah) berbagai negeri
Islam. Diantaranya al-Balazuri (w. 279 H), dimana ia dikatakan pernah
mengunjungi Aleeppo, Iraq, Antiokia dan berbagai kota lainnya untuk
mendapatkan informasi dari tangan pertama dengan menemui para tokoh
setempat atau orang-orang yang sudah dewasa yang menyaksikan peristiwan
bersangkutan,5 begitupun dengan sejarwan seperti al-Yaqubi, al-Mas’udi dan al-
Thabari. Bahkan, al-Mas’udi telah menyusun sebuah kitab sejarah atau georafi
yang berjudul Muruj al-Zahab wa Maadin al-Jauhar. Di dalam karyanya tersebut,
al-Mas’udi menulis “setiap daerah yang memiliki keajaiban-keajaiban yang
hanya diketahui oleh penduduk daerah itu, dan tidaklah sama orang yang menetap
di tanah airnya sendiri dan mencukupkan diri pada berita dari daerahnya
dibandingkan dengan orang yang menghabiskan umurnya untuk mengembara dan
melewatkan hari-harinya di tengah perjalanan untuk menggali setiap berita secara
rinci dari tambangnya, dan mengambil benda berharga dari tempatnya”.
Dikatakan oleh Saifuddin bahwa al-Mas’udi mampu memberikan data-data
tentang geografi dan sejarah lebih valid dan akurat.6
Kemudian, pada abad ke 9 H telah muncul corak tradisi penulisan sejarah
yang baru, dimana itu ditulis oleh Ibnu Khaldun dengan karyanya Muqaddimah.
dalam Muqadimmah dia banyak sekali mengemukakan metodologi penulisan
sejarah dan juga mengkritisi ulama-ulama yang menulis sejarah pada sebelumnya.
Menurtut catatan Ibnu Kholdun, dia mengatakan bahwa cerita cerita yang dibuat
oleh al-Masu’di masih ada sebagian cerita yang dinilai tak masuk akal atau
absurd. Misalnya cerita tentang patung burung jalak yang ada di kota Roma.
Diceritakan bahwa pada suatu hari tertentu dalam setahun, burung burung jalak
datang berkumpul di sekililing patung itu membawa zaitun. Dari sebuah zaitun
itulah orang-orang Roma membuat minyak. Cara pembuatan minyak seperti ini
dinilai tak masuk akal karena tidak sesuai dengan proses pembuatan minyak yang
alami. Contoh lainnya tentang kota tembaga, diceritakan bahwa kota ini dibangun
seluruhnya dengan tembaga di padang pasir Siljlmasah yang dikuasai oleh Musa
ibn Nushair dalam penyerbuannya ke Magrib. Dikatakan bahwa pintu pintuya
tertutup. Apabila ada seseorang yang hendak masuk dengan cara menaiki
temboknya, maka orang bersangkutan akan bertepuk tangan sehingga ia terlempar
4
Husein Nashr, Nasy'at al-Tadwin al-Tarikhi 'inda al-Arab (Kairo: Maktabat al-Nahdhad al-
Misriyah, t.t), 67-68
5
Badriyatim, Historiografi Islam, 96-97
6
Saifuddin, Arus Tradisi Tadwin Hadis dan Historiografi Islam (Yogjakarta: Pustaka Belajar,
2011), 393
123 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
ke bawah dan tak berhasil. Semua ini adalah absurd yang biasanyaa didongengkan
oleh tukang cerita.7
Di tahun-tahun berikutnya telah muncul penulisan sejarah yang
memaparkan prinsip-prinsip historiografi dalam persepektif para sejarawan serta
mengenai asal-usul ilmu sejarah dan manfaatnya bagi mereka yang memegang
kekuasaan. Tulisan sejarah tersebut dimuat dalam kitab al’ilan bi al-Tawabikh
liman Zamma al-Tarikh yang ditulis oleh al-Sakhowi. 8Namun, menurut
pandangan Yusri, sejatawan yang menyajikan tentang prinsip-prinsip
historiografi bukanlah imam al-Sakhowi, melainkan guru dari al-Sakhowi yaitu
imam al-Kafiyaji. Al-Kafiyaji adalah pelopor pertama dikalangan muslim yang
menyajikan tentang aturan metode sejarah atau sebuah pengantar dalam penulisan
sejarah. Al-Kafiyaji menuliskan materi tersebut dalam kitab Mukhtasar al-Mufid
fi Ilmi al-Tarikih.9 Akan tetapi, al-Kafiyaji cukup jarang diketahui bahkan Yusri
mengatkan bahwa al-Kafiyaji adalah “Sejarawan yang dilupakan Sejarah”10, oleh
karena itu, dengan alasan seperti itu penulis tertarik untuk mengangkat
pembahasan tentang al-Kafiyaji dan kitab sejarahnya Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi
al-Tarikh.
Kajian Pustaka
Kitab Mu’jam al-Muarrikhin al-Muslimin has al-Qur’an al-sani’ Asyr al-
Hijr karya Dr. Yusril Abdul Ghani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh Budi Sudrajat, M.A, dengan judul buku Hisoriografi Islam dari Klasik
hingga modern. Buku ini membahas mengenai historiografi yang ditulis oleh
sejarawan-sejarawan muslim sekaligus biografi mereka, dan salah satunya
membahas sosok al-Kafiyaji dan pembahasan ringkas tentang kitab Mukhtasar
al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh. Selain itu ada Franz Roesental yang menulis A History
of Muslim Historiography pun turut membahas kitab Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi
al-Tarikh karya al- Kafiyaji ini, akan tetapi Franz membahas al-Kafiyaji secara
ringkas dan menterjemahkan naskah kedalam bahasa Inggris. Sedangkan yang
akan di bahas oleh penulis disini yaitu mengenai biografi al-kafiyaji dan
pemikiran sejarah nya yang berdasarkan kepada kitab Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi
al-Tarikh. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian sejarah
yang terdiri dari kritik, heuristik, interpretasi dan historiografi.
Pembahasan
7
Abdul Rahman Ibnu Kholdun, Muqaddimah (Beirut: Darul fikr, t.t), 36-37
8
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, 82
9
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, 26
10
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, 129
124 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
11
Naskah Mukhtashar al Mufid fi Ilmi al Tarikh terdapat di Darul Kutub al Misriyah dan Maktabah
Aya Sofia Turky. Lihat Franz Roesenthal, A Historiography of Muslim, 245-246.
12
Saad dalam kitab Husnu al Muhadarah dan Bugyat al-Wuat, dan Said dalam kitab al-Dau al-
Lami’.
13
Al Kafiyah adalah kitab nahwu karya Jamaluddin Abi Umar Usman bin bin Amr al Ma’ruf Ibnu
al Hajib an Nahwi.
14
Al-Suyuti, Husnu al-Muhadarah fi Tarikhi Misr wa al-Qahirah jilid 1 (t,k: Dar al-
Hayau wa al-Kutub al-A’rabiyah, 1968), 549
15
Dalam kitab Hidayatu al-Arifin karya Ismail Basa al-Baghdadi mengatakan bahwa al-Kafiyaji
lahir dan meninggal di Mesir. Namun itu berbeda dengan pendpat al Suyuti dalam Bugyat dan
Husn, serta al-Sakhowi dalam al-Dau al-Lami’ nya mengatakan bahwa al Kafiyaji lahir di Kokjaki
(Kaukasus) Anatolia.
16
Al-Suyuti, Bugyat Al-Wuat Bugyat Al-Wua’t fi Thabaqat Lughawi wa al-Nuhat jilid 1 (t,k: Dar
al-Hayau wa al-Kutub al-A’rabiyah, 1964), 117
125 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
prihal berapa lama al-Kafiyaji diam di kota Syam. Setelah berkunjung ke Syam
dia melakukan ibadah haji ke kota Haramain, sehabis haji dia melanjutkan
perjalannya ke al-Quds atau Palestina dan kemudian masuk ke kota Kairo dan
tinggal disini selama lebih dari 30 tahun dengan diam di al-Barquqiyah17 selama
satu tahun dan diam dengan al-Muhib bin al-Asqar18 sebentar. Di Kairo dia
berjumpa dengan al-Bisathi, Ibn Hajar al-Asqalani, Hafiz al-Din al-Baraji,
Haidarah al-Syiraji19, Burhanuddin, al-Taftajani, al-Qazwaini, Abdul Wahid al-
Kuta’i, Ibn Firsah Ijjudin Abdu al-Latif al-Hanafi, Muhammad bin Hamjah bin
Muhammad bin Muhammad al-Rumi Syamsuddin bin al-Fanari dan dengan para
muhaqiq20 yang lainnya. 21
Ketika al-Kafiyaji masuk ke kota Kairo, pada waktu itu Kairo berada pada
masa Dinasti Mamluk Burji22 tepatnya pada masa kekuasaan al-Asyraf Saif al-
Din Barasbai23. Sultan al-Asyraf Barasbai sendiri berkuasa di Kairo Mesir antara
tahun 1422-143724 setelah masa Nasir al-Din Muhammad. Maka, bisa di
perkirakan bahwa al-Kafiyaji disaat masuk ke wilayah Kairo Mesir berkisar umur
35-50 tahunan. Kemudian al-Sakhowi sedikit menyinggung masalah ini,
17
Madrasah al-z|ahiriyah al-Burquqiyah, nama itu diambil dari raja pertama dinasti Mamluk Burji
yaitu Zahir Sayf al-Din al-Barquq, yang terletak di Cairo. Lihat al-Zahir Barquq Madrasa and
Mausoleum Egypt. (Egypt Travel Link. com) https://www.etltravel.com/al-zahir-barquq-
cairo/al-zahir-barquq-madrasa-mausoleum/ diakses pada 11/02/2019 13:58:56
18
Al-Suyuti, Husnu al-Muhadarah, 236
19
Al-Kafiyaji berguru kepada al-Syiraji dalam bidang keilmuan Ma’ani, Bayan, dan bahasa Arab.
Sebab pada masanya diakatakan bahwa al-Syiraji menguasai dan disebut sebagai ahli dalam ilmu
al-Ma’ani, al-Bayan dan bahasa Arab. Lihat al-Suyuti, Bugyat al-Wuat, 594
20
Pentahqiq atau orang yang melakukan tahqiq.
21
Al-Suyuti, Husnu al-Muhadarah, 236
22
Runtutan penguasa Mamluk terbagi ke dalam dua dinasti besar, yaitu: Bahri (1250-1390), dan
Burji (1382-1517). Pertama Dinasti Mamluk Bahri pada awalnya adalah pengawal pengawal yang
dibeli oleh khalifah Salih dari Dinasi Ayyubiyah, yang menempatkan budak budaknya di pulau
kecil Rawdah di Banjaran sungai Nil. Budak budak ini berasal dari Turki dan Mongol. Kebijakan
yang dibuat Ayyubiyah ini serupa dengan kebiasaan khalifah di Baghdad yang membuat budak
budak menjadi pengawal, dan budak budak yang tadinya pelayan kemudian menjadi pemimpin
pasukan, lalu menjadi sultan dikemudian harinya. Sedangkan Dinasti Mamluk Burji terdiri dari
atas budak budak yang diimpor kemudian. Mulanya mereka juga memiliki tugas seperti pengawal,
tetapi kelompok ini dibentuk oleh Qallawun, raja Mamluk Bahri (1279-1290). Lihat Philip K.
Hitti, History of Arabs. Penj. R. Cecep Lukman, Yasin, dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Pt.
Serambi Ilmu Semesta, 2012), 862.
23
Al-Asyraf Barsbay adalah sultan ke 9 dari dinasti Mamluk Burji. Sultan yang pertama yang
merebut kembali daerah Cyprus pada tahun 1426- 1427. lihat Philip K. Hitti, History of Arabs,
888.
24
Philip K. Hitti, History of Arabs, 888-889
126 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
dikatakan bahwa al-Kafiyaji datang ke Mesir berkisar tahun 830 H dan bisa di
tarik kesimpulan bahwa al-Kafiyaji masuk Mesir pada umur 42/43 tahun. 25
Di Kairo dia dikenal sebagai seorang pembelajar, pemberi fatwa dan penulis
yang cukup populer, dan itu dibenarkan oleh al-Sakhowi dengan bukti bahwa dia
memiliki banyak murid yang tersebar diantaranya Ibnu al-Asad al-Badr Abu al-
Sa’adah al-Bulqaini, al-Hisni, 26 Abdul Rahman bin Abi Bakr bin Muhammad bin
Sabik al-Din al-Khudari, Abdul Rahim bin Ahmad, Abu al-Fath al-Sayid Syarif
al-Abasi al-Qahiri, Ali bin Dawud al-Jauhari , Ali bin Muhammad I<sa abu al-
Hasan Nuruddin al Asymuni al-Syafi’i al-Nahwi, al-Nasiri bin al-Dahir, dan
Yahya bin Muhammad bin Ali al-Damisi al-Qahiri27 begitupun dengan fatwa
fatwanya. Sehingga banyak sekali orang yang mengambil thabaqat keilmuan
darinya termasuk imam al-Suyuthi dan al-Sakhowi, selain dalam hal keilmuan
banyak pula yang mengambil fatwa darinya tatkala terjadi perselisihan dikalangan
maz\ahib28 dan al-funun29, dan disebutkan bahwa salah satu orang yang
mengambil fatwa darinya yaitu al-Husni yang merupakan salah satu syeikh pada
waktu itu. 30
25
Al-Sakhowi, Al-Dau al-Lami’ li Ahli al-Qur’an al-Tasi’i jilid 7 (Beirut: Daur Rajil,
t,t), 260
26
Al-Sakhowi, Al-Dau al-Lami’, 260
27
Al-Sakhowi sedikit menyebutkan tentang sosok al-Damisi dalam kitabnya al-Dau al-Lami’ ,
yang mengatakan bahwa al-Damisi merupakan salah seorang murid kesayangan al-Kafiyaji dan
dia banyak mengambil ilmu dari al-Kafiyaji, namun tidak jelas tentang ilmu apa saja yang al-
Damisi ambil dari al-Kafiyaji. Al –Sakhowi hidup sejaman dengan dia dan mengatakan bahwa ad
Damisi merupakan salah satu teman dekatnya. Lihat al-Sakhowi, al-Dau al-Lami, 251-252. Al-
Damisi ini lah yang menulis ulang naskah Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh karya al-Kafiayji
dan naskahnya dijadikan oleh penulis sebagai rujukan utama dalam penulisan skripsi ini.
28
Bentuk Jamak Taksir dari kata Maz|hab yang berarti kepercayaan atau idielasime lihat Kamus
Al \Munawwir Arab-Indoneia Lengkap (Surabaya: Progresif, 19), 453.
29
Bentuk Jamak Taksir dari kata Fanun yang berarti macam, atau hal yang berkaitan dengan ilmu
seni. Lihat Kamus Munawwir, 1074.
30
Al-Sakhowi, Al-Dau al-Lami’, 260
31
Secara arti kamus berarti memaksakan atau secara istilahnya memiliki arti perbuatan dan
perkataan yang dilakukan dengan penuh kesulitan dan kurang terdapat kemaslahatan didalamnya.
127 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
bidang keilmuan fiqh, tafsir, dan ilmu Hadis dan sekaligus dia juga menulis karya
tentang bidang ilmu yang disebutkan diatas. 32 Al-Badr Hasan bin Ibrahim al-
Khalidi juga memuji tentang keluaasan wawasan dan kemuliaan dari al-Kafiyaji
seperti layaknya samudra. 33
Begitupun dengan al-Sakhowi selaku murid al-Kafiyaji dalam kitabnya dia
menyinggung bahwa al-Kafiyaji adalah sosok guru yang populer atau seorang
guru rakyat pada masanya dan merupakan seorang guru yang dianggap mumpuni
terhadap disiplin disiplin ilmu rasional dan non agama, diantaranya dia mampu
menguasai disiplin ilmu Usulliyin, al-Tafsir, al-Nahwu, al-Sarfu, al-Ma’ani, al-
Bayan, al-Manthiq, Astronomi, al-Hikmah, al-Jadal, al-Handasah, al-Maraya,
dan al-Manaz\ir.34 Sekiranya informasi tersebut benar, maka hal ini semakin
mengukuhkan dugaan orang orang yang memasukan nama al-Kafiyaji sebagai
salah seorang tokoh abad ke-9H /15M.
Al-Kafiyaji juga merupakan guru yang sangat dikagumi oleh muridnya
salah satunya adalah imam Jalaludin al-Suyuthi. Al-Suyuthi dia memuji bahwa
al-Kafiyaji adalah guru kita semua, seorang imam al-muhaqiq, tanda masa, dan
seorang guru non agamis yang pandai dalam ilmu rasional. Selain itu, al-Suyuthi
juga sangat mengagumi keilmuan nahwu-nya imam al-Kafiyaji hingga suatu
ketika di sebuah majlis dia pernah ditanya oleh al-Kafiyaji ”I’rab-lah kata zaidun
Qaimun” yang kemudian al-Suyuthi memaparkan eraban dari kata zaidun
Qaimun ini dengan tidak terlalu banyak dan dia bertanya tentang masalah kata
zaidun Qaimun tersebut. Al-Kafiyaji memaparkan bahwa sebenarnya dalam kata
zaidun Qaimun itu terdapat 113 pembahasan yang bisa di-erab dan setelah
mendengar paparan dari al-Kafiyaji tersebut, dan pada waktu majlis sudah selesai
imam al-Suyuthi tidak lekas langsung pergi meninggalkan majlis, tetapi dia diam
melakukan muz\akarah (mengulang ulang kembali) pelajaran yang sudah
dipelajari dan dia menuliskan kembali sampai dia mampu memahaminya.35
Dalam kitab Husnu al-Muhadarah al-Suyuthi mengatakan bahwa dia
banyak mengambil berbagai macam ilmu dari al-Kafiyaji seperti tafsir, al-usul,
ilmu bahasa arab, al-ma’ani dan ilmu yang lainnya. Bahkan al-Suyuti pun
mendapatkan sebuah ijazah keilmuan dari al Kafiyaji. Kurang lebih isi dari ijazah
itu adalah:
32
Muhammad Fujal, al-Kafiyaji Hayatuhu wa Mualafatuhu, (t,k: al-Bibliugrafiya, t,t), 393
33
Al-Sakhowi, Al-Dau al-Lami’, 262
34
Al-Sakhowi, Al-Dau al-Lami’, 261
35
Al-Suyuti, Husnu al-Muhadarah, 118
128 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
129 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
36
Yusril Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, 139
37
Muhammad Fujal, al-Kafiyaji, 394
38
Lihat juga di Ismail Basa al-Baghdadi, Hidayat al-Arifin (Istanbul: Wikalah al-Maarif, 1951),
208
39
Lihat juga di al-Sakhowi, al-Dau al-Lami’, 260
40
Lihat juga di al-Sakhowi, al-Dau al-Lami’, 260
41
Lihat juga di al-Sakhowi, al-Dau al-Lami’, 260
130 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
kitab al-Dau al-Lami’42, Hasiyah ala Syarhi al-Hidayah, kitab ini disebutkan
dalam kitab al-Dau al-Lami’43, Hasiyah Ala Syarh al-Mathul, kitab ini disebutkan
dalam kitab al-Dau al-Lami’44, Al-Mukhtasar fi Ilmi al-As|ar, terdapat di
perpustakaan al-Awqaf al-Amah Bagdad, dan kitab ini disebutkan dalam kitab
Bugyat al-Wuat45, Al-Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh, membahas tentang
ilmu al-Tarikh dan terdeapat di Darul Kutub al-Misriyah dan Aya Sofia al-
Andulia (Anatolia), dan masih ada beberapa lagi yang tidak disebutkan dalam
jurnal ini.
Dengan melihat karya-karya yang disebutkan diatas, menandakan bahwa al-
Kafiyaji sangat produktif serta aktif dalam dunia penulisan dan bahkan dia tidak
hanya menguasai dalam satu bidang keilmuan saja, tapi bermacam-macam
keilmuan. Diantara bidang keilmuan yang dikuasai oleh al-Kafiyaji yaitu bidang
sejarah, salah satu karya dia yang menjelaskan tentang pemikirannya dalam
bidang sejarah, dimana dia menulis sebuah kitab yang memaparkan tentang
prinsip-prinsip historiografi, pendefinisan kata Tarikh, metode penulisan sejarah
dan kriteria yang harus dimiliki oleh seorang sejarawan. Pemikiran-pemikiran
sejarah ini dimuat oleh al-Kafiyaji dalam tulisannya dengan judul kitab
Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh.
42
Lihat juga di al-Sakhowi, al-Dau al-Lami’., 260
43
Lihat juga di al-Sakhowi, al-Dau al-Lami’., 260
44
Lihat juga di al-Sakhowi, al-Dau al-Lami’., 260
45
Lihat juga di al-Suyuthi, Bugyat al-Wuat., 117
131 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
baru tidak ada salahnya diterapkan pula dalam ilmu sejarah sebagaimana yang
dilakukan al-Kafiyaji dalam kitab Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh-nya.
Salah seorang ulama terkemuka yang bernama Muhammad bin Ali al-Sabban,
yang kemudian dikenal dengan julukan “Abu Irfan al-Misri”, penyusun Syarh
‘ala Hasyiyah al-Asyumi dan Hasiyah ‘ala Syarh al-Sa’d al-Tiftazani,
menyebutkan Mabadi Asyrah itu dalam kumpulan syairnya, sebagai berikut:
ال َحدُّ َوال َم ْوض ُْوعُ ثُمَّ ال َّثم َر ْة شر ْة
َ َإ ِ َّن َمبَادِي ُك ِل َف ٍّن ع
46
Anam, M Isom Yusqi dan Faris Khoirul, Mabadi' Asyrah Islam Nusantara (Nu Online Suara
Nahdhatul Oelama, 2015, Agustus 1), www.nu.or.id/post/read/61229/mabadi-Isquasyrah-islam-
nusantara diakses pada 05 Februari 2019
132 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
47
Anam, M Isom Yusqi dan Faris Khoirul, Mabadi' Asyrah Islam Nusantara (Nu Online Suara
Nahdhatul Oelama, 2015, Agustus 1), www.nu.or.id/post/read/61229/mabadi-Isquasyrah-islam-
nusantara diakses pada 05 Februari 2019
48
Al-Kafiyaji, Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh (t,k: Aya Sofia, t,t), 1-2
49
Al-Kafiyaji, Mukhtasar al-Mufid, 3-4
133 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
Selanjutnya, naskah ini disalin pada waktu duha hari selasa tanggal 8 Rajab
867 H/ 1463 M,50 dengan terdapat 54 halaman yang disusun dari muqqadimah
atau pendahuluan naskah, serta isi naskah yang terdiri dari tiga bab pembahasan
yaitu Pertama membahas al-Had dalam ilmu Tarikh, kedua membahas dasar dan
permasalahan ilmu Tarikh, dan ketiga menjelaskan tentang kemulian ahli ilmu,
keutamaanya, dan hasil pelajaran dan renungan yang mengandung pengajaran
(dalam ilmu tarikh), dan di akhir naskah dituliskan sebuah pentup serta terdapat
nama sebuah penyalin naskah ini yaitu Muhammad bin Muhammad al-Damisi. 51
50
Al-Kafiyaji, Mukhtasar al-Mufid. 53-54
51
Al-Kafiyaji, Mukhtasar al-Mufid, 54
52
Salih Ahmad Ali, Ilmu Tarikh inda al-Muslimin (Beirut: al-Risalah, t.t), 321-322
134 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
53
Kamaluddin Izzuddin, Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi Tarikh (Beirut: Alam al-Kutub, 1990), 30
54
Ruslan Abdul Ghani Abdullah, HISTORIOGRAFI ISLAM, 138
55
Kamaluddin Izzuddin, Mukhtasar al-Mufid, 30-31
56
Ruslan Abdul Ghani Abdullah, HISTORIOGRAFI ISLAM, 137
57
Kamaluddin Izzuddin, Mukhtasar al-Mufid, 31
58
Franz Roesenthal, The Muslim of Historiography, 245-246
59
Kamaluddin Izzuddin, Mukhtasar al-Mufid, 32
135 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
seorang murid al-Kafiyaji, dan dia juga merupakan seorang sejarawan yang lahir
pada 819 H dan wafat pada tahun 900 H.60 Tempat yang kedua terletak di Aya
Sofia Istanbul Turky dengan no Naskah 3402 dan 3403. Kedua naskah itu ditulis
atau disalin oleh Yahya bin Muhammad al-Damisi yang juga merupakan seorang
murid al-Kafiyaji. Nasakah dengan no 3402 disalin pada hari kamis tanggal 23
Sya’ban sekitar 867 H.61 Begitupun yang disebutkan oleh Roesenthal dalam buku
the Muslim of Historiography-nya. 62
b. Colophon catatan penutup oleh penyalin naskah dan terletak di akhir teks tapi
tidak menjadi bagian teks itu sendiri. 64
c. Explicit adalah rangkaian kata penutup yang menjadi bagian dari teks dan
ditulis sendiri oleh pengarang.65
60
Salih Ahmad Ali, Ilmu Tarikh, 321-322
61
Salih Ahmad Ali, Ilmu Tarikh, 322-323
62
Franz Roesenthal, The Muslim of Historiography, 248
63
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, 135
64
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, 136
65
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, 136
136 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
d. Incipit: rangkaian kata pembuka dalam sebuah teks, tapi bukan judul atau
kalimat pendahuluan, melainkan betul betul baris pertama dari teks. 66
e. Marginalia: catatan, coretan atau komentar yang dibuat oleh pembaca naskah
dan terletak secara tidak beraturan di sisi luar matan teks. 67
f. Nomina sacra: rangkaian kata tertentu yang dianggap suci, biasanya kata yang
merujuk pada Tuhan atau Nabi. 68
66
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia., 137
67
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, 137
68
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, 138
137 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
g. Palimsest: sebuah naskah yang tulisan awalnya pernah dihapus dan kemudian
ditimpa dengan tulisan lain, tulisan lama terletak dibawah tulisan baru. 69
69
Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, 138
70
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 3
71
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 2
72
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 3-16
138 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
miqat, al-tauqit, al-mauqut dan al-waqt , hal itu bertujuan supaya sejarawan
paham akan perbedaan konsep waktu dari kata kata tersebut, mendefinisikan al-
jaman dengan membagi baginya secara lughawiyah atau kuliyah, memaparkan
pengambilan kata Tarikh, menjelaskan kenapa kata Tarikh disandarkan dengan
peristiwa hijrahnya nabi Muhammad Saw, menjelaskan bahwa sejarah umat
muslim dimulai dengan penanggalan hijriyah, menjelaskan mengenai al-tarikh
yang tekenal pada masa al-Kafiyaji yang banyak digunakan oleh para sejarawan,
menjelaskan isyarat dari objek sejarah yang harus ditulis oleh seorang sejarawan,
menjelaskan akan hukumnya mempelajari ilmu tarikh atau historiografi, dan
menjelaskan mengenai syarat syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarwan.
Selanjutnya pada bagian bab ke dua,73 al-Kafiyaji menjelaskan tentang
prinsip prinsip dasar dan permasalahan yang dibahas dalam historiografi.
Pertama, dia mengatakan bahwa seorang sejarawan memiliki 2 tujuan dasar, yaitu
أصال بالغرضdan تبعا بالغرض. Kemudian untuk mengetahui tujuan diatas, al-Kafiyaji
memberikan 5 gagasan yang mesti diketahui dan difahami oleh sejarawan, yaitu:
al-Hudur dan al-I’yan, al-ilmi dan al-Yakin, Ghalabat al-Dhzan, Ta’arud bila
tarjih dan keliama selain dari keempat itu. Adapun pada bab ketiga, al-Kafiyaji
membahas sejumlah point yang dikemukakan dalam bab 3 ini74, yaitu:
menjelaskan mengenai kemuliaan ahli ilmu dan ilmu, menjelaskan tentang kisah
al-Anqa, menceritakan tentang sumber kehidupan, menjelaskan akan pulangnya
ke negeri akhirat. Bagian ketiga yaitu penutup, terdapat kata kata dari sang
penyalin naskah yang mendoakan kepada sang penulis karya Mukhtasahar ini dan
mendoakan supaya kota Kairo aman dari dari bencana, gempa bumi, kerusakan
dan kemalangan. Terakhir di mencatat bahwa salian naskah Mukhtashar fi Ilmi
al-Tarikh ini telah selesai pada waktu Duha, hari Selasa, Rajab ke-8, tahun 867
atau 29 Maret 1463 yang bertempat di Kairo.75
139 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
76
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 3-4
77
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 4-5
78
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 8-11
79
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 4
140 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
80
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 11-12
141 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
Dikatakan pula oleh al-Kafiyaji bahwa terdapat 5 dasar gagasan yang mesti
didapatkan oleh seorang sejarawan dalam menuliskan sejarah 81yaitu: وجه الحضور
والعيانatau Gagasan yang hadir dan melihat dengan matanya sendiri, وجه العلم
واليقينatau Gagasan tentang pengetahuan tertentu, وجه غلبة الظنatau Gagasan
tentang probabilitas, وجه تعارض بالترجيحatau Gagasan yang kontradiksi tanpa
kemungkinan preferensi pada satu kasus atau yang lain, dan وجه غير الوحوه األربعة
atau Gagasan yang berbeda dari empat yang sebelumnya.
Seorang sejatawan yang ingin menulis tentang seseorang yang mewakili kasus
pada gagasa pertama, dia mesti menghabiskan perhatian terbesar pada
pekerjaanya dan melalukan dengan penuh sukacita terhadap kesempatan berharga
yang ditawarkan dan menghadapi perbedaan yang tinggi. Namun, ini tidak bisa
dikatakan berbeda, karena tugasnya menarik, bermanfaat, dan banyak pelajaran
bagi orang yang bijaksana 82. Selanjutnya, sejarwan yang ingin menulis tentang
seseorang yang mewakili gagasan kedua, mereka harus melakukan pekerjanya
dengan sangat baik, karena tugasnya menarik, merangsang, instruktif, dan dalam
segala hal bermanfaat. Sedangkan seorang sejarawan yang ingin menulis tentang
seseorag yang mewakili kasus gagasan ketiga harus meluruskan dan memiliki niat
yang kuat, karena tugasnya instruktif, juga menarik dan bermanfaat dari sudut
pandang agama.83 Kemudian, sejarawan dapat menulis tentang seseorang yang
mewakili gagasan keempat, mereka harus sambil menyerukan adanya pendapat
yang berbeda. Tidak ada pihak yang harus diambil dimanapun, kerena tidak ada
kepastian tentang pihak mana yang pantas dipilih.84 Adapun mengenai gagasan
yang kelima, sejarawan tidak boleh menulis tentang kasus dimana gagasan kelima
terlibat. Mereka harus diam dan tidak mengatakan sepatah katapun dari penolakan
atau konfirmasi. 85 Jika semua pengantar ini jelas, maka baru kita menetapkan
prinsip dasar dan fakta yang fundamental dalam historiografi.
3) Sejarawan menurut al-Kafiyaji
Untuk menjadi seorang sejarawan, al-Kafiyaji memberikan empat kriteria
kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang sejarawan, dan ke empat kriteria itu
serupa dengan syarat kriteria yang harus dimiliki oleh seorang perawi hadis. Hal
itu guna mengetahui kualitas seorang sejarawan, baik kualitas intelektual maupun
kepribadiannya. Sejarawan dituntut harus al-aql (cerdas), yang dhabit (akurat),
beragama islam dan adil. Tradisi ini sangat diandalkan khususnya dalam
mengetahui kualitas serta kredibilitas seorang perawi dan dapat dipercaya. Karena
itu, karya sejarwan akan lebih diinginkan dan lebih terpercaya. Hal itu supaya ada
81
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 19
82
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 19
83
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 20
84
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 20-21
85
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 21-22
142 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
peningkatan kewaspadaan terhadap cerita yang tanpa dasar dan sejarawan juga
akan dilindungi dari kesalahan dan menyesatkan pernyataannya. 86
Kesimpulan
Al-Kafiyaji memiliki nama lengkap Muhammad bin Sulaiman bin Sa’ad
bin Mas’ud al-Rumi Muhyiddin Abu Abdillah al-Kafiyaji al-Barumi al-Hanafi.
Nama al-Kafiyaji adalah nama laqob-nya sebgai seorang yang ahli terhadap
permasalahan al-Kafiyah. Al-Kafiyaji lahir di daerah Kaukasus Anatolia yang
terletak di wiliayah Asia Kecil, tepatnya pada masa kerajaan Utsmani sekitar
tahun 788 H atau 1386/87 M dan meninggal pada...Mengenai riwayat masa kanak
dan keluarganya, penulis belum menemukan kitab atau buku yang membahas
keduanya. Al-Kafiyaji dikenal akan kiprahnya dalam dunia pendidikan, dimana
dia sudah melakukan pengembaraan atau rihlah ke berbagai daerah dari mulai
negri Syam sampai negri Mesir dan meninggal disana. Selama pengembaraannya
dia banyak bertemu dengan berbagai guru atau muhaqiq diantaranya: al-Bisathi,
Ibnu Hajar al-Asqalani, Hafidz al-Din al-Baraji, Haidarah al-Syiraji,
Burhanuddin, al-Fanari dan para muhaqiq lainnya. Selain itu dia juga terkenal
sebagai seorang yang sangat dikagumi orang khususnya dalam dunia akademis.
Terlebih, pada masanya dia dikenal sebagai guru rakyat, dan juga menghasilkan
beberapa murid yang menjadi ulama ternama diantaranya al-Suyuti dan al-
Sakhowi. Selain mereka berdua, ada nama seperti al-Damisi, al-Jauhari, dan lain
lain. Al-kafiyaji cukup terkenal akan kemampuannya dalam menguasai berabagai
macam keilmuan, diantaranya: Usulliyin, al-Tafsir, al-Nahwu, al-Sarfu, al-
Ma’ani, al-Bayan, al Manthiq, Astronomi, al Hikmah, al-Jadal, al-Handasah,al-
Maraya, dan al-Manadzir. Hal itu terlihat pula dengan banyaknya karya yang
dihasilkan oleh al-Kafiyaji, yang menurut Muhammad Fujal terdapat 69 karya
yang ditulis oleh al-Kafiyaji, dan salah satunya adalah kitab Mukhtasar al-Mufid
fi Ilmi al-Tarikh.
Mengenai kitab Mukhtasar ini, terdapat banyak versi koleksi naskah
dengan penyalin dan tempat tersimpan yang berbeda. Diantaranya ada yang
disalin oleh al-Damisi dan ini tersimpan di Istanbul, ada yang disalin oleh al-
Jauhari dan itu tersimpad di Darul Kutub Mesir dan terakhir ada pula yang ditulis
oleh Sa’ad al-Dairi dengan tempat tidak disebutkan. Naskah ini berisikan 3 bagian
yaitu: Pendahuluan, Isi, dan Penutup. Dimana isi kitabnya terdapat 3 fasal yaitu;
mengenai mengenai prinsip historiografi, dasar dasar dan permasalahan
historiografi dan ketiga adalah keutamaan ahli ilmu dan Ilmu. Penulisan kitab ini
hampir sama dengan metode ilmu fikih dimana menggunakan konsep Mabadi
Asyrah, walaupun secara susunan tidak runtut sebagaimana yang disebutkan
dalam syair Ali al-Sabbani. Pemikiran sejarah dan historiografi al-Kafiyaji yaitu;
86
Al-Kafiyaji, Mukhtasar Al-Mufid, 16
143 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
dia mengupas dulu kata tarikh dari mulai definisi secara bahasa, adat dan
terminologi serta membandingkan apa dan sampai mana perbedeaan antar definisi
secara bahasa dan adat atau terminologi dan mengupas asal muasal kata tarikh
menjadi padanan bahasa Arab. Setelah itu al-Kafiyaji memberikan batasan
dengan apa yang disebut dengan sejarah. Selain terhadap tarikh, al-Kafiyaji juga
memaparkan apa itu ilmu tarikh atau historiografi. Serta objek apa saja yang mesti
dibahas dalam. Kemudian al-Kafiyaji juga menekankan kepada sejarawan bahwa
mereka memiliki dua tujuan yaitu Aslan ligard dan tab’an ligard . Dimana tujuan
tersebut mesti dilakukan oleh seorang sejarawan, untuk tujuan pertama sejarawan
dituntut mesti mengetahui terlebih dahulu 3 kelas manusi yaitu tinggi, menengah,
dan bawah, ketika mereka ingin menuliskan thabaqat. Baru setelah mereka beres
dalam tujuan pertama maka yang kedua yaitu mereka harus menetukan
berdasarkan analogi akal mereka dalam penetuan selanjutny. Untuk membantu
tujuan tersebut al-Kafiyaji memberikan 5 gagasan yang harus ditempuh oleh
sejarawan yaitu: wahju al-Hudur wa al-I’yan, wajhu al-ilmi wa al-yakin, wajhu
galabat al-dzhan, wajhu bila tarjih, wajhu goiru al-arba’ah. Selain itu, al-
Kafiyaji juga memberikan syarat yang harus dimiliki oleh seorang sejarawan
yaitu: ber-akal, dhzabit, al-Islam, dan adil.
144 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
Daftar Pustaka
Buku
Ghani, Abdullah Yusri Abdul, Historiografi Islam Dari Klasik Hingga Modern,
Penerj. Budi Sudrajat, M.A. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004)
Basa, al-Baghdadi Ismail, Hidayat al-A#’rifin (Istanbul: Wikalah al-Maarif,
1951)
Al-Kafiyaji, Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi al-Tarikh (t,k: Aya Sofia, t,t)
Ahmad, Ali Salih, Ilmu Tarikh inda al-Muslimin (Beirut: al-Risalah, t.t)
Al-Sakhowi, Al-Dau al-Lami’ li Ahli al-Qur’an al-Tasi’i jilid 7 (Beirut: Daur
Rajil, t,t)
Al-Suyuti, Husnu al-Muhadarah fi Tarikhi Misr wa al-Qahirah jilid 1 (t,k: Dar
al-Hayau wa al-Kutub al-A’rabiyah, 1968)
_________,Bugyat Al-Wua’t fi Thabaqat Lughawi wa al-Nuhat jilid 1 (t,k: Dar
al-Hayau wa al-Kutub al-A’rabiyah, 1964)
Azra, Azyumardi, Peranan Hadis dalam Perekmbangan Historiografi Awal (al-
Hikmah, 1993)
Badriyatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
Fathurahman, Oman, Filologi Indonesia (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015)
Fujal, Muhammad, al-Kafiyaji Hayatuhu wa Mualafatuhu, (t.k: al-Biblugrafiya,
t.t)
Gibb, Hmilton A.R., Studies on the Civilization of Islam. (Boston: Beacon Press,
1968)
Gotschalk, Louis, Mengerti Sejarah. Penj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI-
Press, 1986)
Hitti, Philip K., History of Arabs. Penj. R. Cecep Lukman, Yasin, dan Dedi Slamet
Riyadi (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2012)
Izzuddin, Kamaluddin, Mukhtasar al-Mufid fi Ilmi Tarikh (Beirut: Alam al-
Kutub, 1990)
Kholdun, Abdul Rahman Ibnu, Muqaddimah (Beirut: Darul fikr, t.t)
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1984)
Nashr, Husein, Nasy'at al-Tadwin al-Tarikhi 'inda al-Arab (Kairo: Maktabat al-
Nahdhad al-Misriyah, t.t)
Roesenthal, Franz, A Historiography of Muslim (Leiden: E.J. Brill, 1968)
Saifuddin, Arus Tradisi Tadwin Hadis dan Historiografi Islam (Yogjakarta:
Pustaka Belajar, 2011)
Sulasman. Metodologi Penelitian Sejarah. (Bandung: Pustaka Setia, 2014)
Wehr Hans, A Dictionary of Modern Written Arabic (New York: Ithaca, 1976)
145 | H i s t o r i a M a d a n i a
Pemikiran Muhammad Bin Sulaiman……. | Nurcahya
Artikel Website
Al-Zahir Barquq Madrasa and Mausoleum Egypt. (Egypt Travel Link. com)
https://www.etltravel.com/al-zahir-barquq-cairo/al-zahir-barquq-
madrasa-mausoleum/ diakses pada 11 Februari 2019
Anam, M Isom Yusqi dan Faris Khoirul, Mabadi' Asyrah Islam Nusantara (Nu
Online Suara Nahdhatul Oelama, 2015, Agustus 1),
www.nu.or.id/post/read/61229/mabadi-Isquasyrah-islam-nusantara
diakses pada 05 Februari 2019
146 | H i s t o r i a M a d a n i a