1108 2910 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kader Posyandu Lansia

Heru Supriyatno
Prodi Keperawatan STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Email : [email protected]

Abstract : Factors Affecting Performance Cadre Posyandu Elderly. Health efforts to do now is
improvement and stabilization efforts of the health of the elderly in primary health care, especially
Posyandu Elderly prioritizing aspects of promotion and prevention in addition to aspects of curative
and rehabilitative, pro-active, kind and courteous and provide convenience and support for the elderly
, This study aims to determine Knowing the factors that affect the performance of cadres Posyandu
Elderly in District Sukoharjo District Pringsewu 2016. Quantitative research, analytic design with
cross sectional approach. The study population was all cadres Posyandu in the district Sukoharjo
District Pringsewu as many as 70 cadres. The sample is calculated by using the technique so that the
total population sample of 70 volunteers. The data analysis of univariate, bivariate with chi square and
multivariate logistic regression test.The results showed that there was a significant association There
is a relationship of age (p = 0.025) knowledge (p = 0.010) attitude (p = 0.016) motivation (p = 0.027)
in exchange for (p = 0.020) Leadership (p = 0.008) with the performance of Posyandu elderly in the
district of Sukoharjo district Pringsewu years 2016.Faktor most dominant performance posyandu
cadres in the district of Sukoharjo district Pringsewu 2016 is leadership variable (p = 0,011 OR =
4.623). This study suggests To Perform dissemination to the public of the importance of the use of
posyandu and provide training to the cadres or monthly meetings.

Keywords : Factors, Performance Posyandu cadres

Abstrak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kader Posyandu Lansia Upaya kesehatan
yang dilakukan saat ini adalah peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan
kesehatan dasar, khususnya Posyandu Lansia yang mengutamakan aspek promotif dan preventif di
samping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara pro-aktif, baik dan sopan serta memberikan kemudahan
dan dukungan bagi lansia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja kader posyandu Lansia di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun
2016. Jenis penelitian kuantitatif, Desain analitik dengan pendekatan crossectional.Populasi penelitian
ini adalah seluruh kader posyandu lansia yang ada di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
yaitu sebanyak 70 kader. Sampel dihitung dengan menggunakan teknik total populasi sehingga sampel
sebanyak 70 kader. Analisa data univariat, bivariat dengan chi square dan multivariat dengan uji
regresi logistic berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan Ada
hubungan usia (p= 0,025) pengetahuan (p=0,010) sikap (p=0,016) motivasi (p=0,027) imbalan
(p=0,020) Kepemimpinan (p=0,008) dengan kinerja kader Posyandu lansia di Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu tahun 2016. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja kader
posyandu lansia dikecamatan sukoharjo kabupaten pringsewu tahun 2016 adalah variable
kepemimpinan (p=0,011 OR = 4,623). Penelitian ini menyarankan Kepada Melakukan sosialisasi
kepada masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan Posyandu dan memberikan pelatihan atau
pertemuan bulanan kepada kader.

Kata Kunci : Faktor-faktor, Kinerja Kader posyandu

PENDAHULUAN perikemanusiaan, pemberdayaan dan


kemandirian, adil dan merata, serta dapat
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu,
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi miskin (Kemenkes RI, 2010). Posyandu
tingginya terwujud. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) guna

91_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017


memberdayakan masyarakat dan memberikan. lansia masih belum mendapatkan perhatian yang
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh cukup dibandingkan dengan UKBM lain.
pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk Keberhasilan dan keberlangsungan Posyandu
mengawasi dan menekan penurunan angka kematian Lansia sangat bergantung dari peran kader
ibu dan bayi.Posyandu dapat dilaksanakan secara Posyandu dalam menjalankan tugas dan
efektif dan efisien serta menjangkau semua sasaran kewajibannya.Kader Posyandu memiliki posisi
(Kemenkes RI, 2011). Posyandu Lansia adalah suatu dan peran sebagai bagian yang memiliki fungsi
wadah pelayanan kesehatan yang bersumberdaya strategis. Berjalan tidaknya Posyandu bergantung
masyarakat UKBM) untuk melayani lansia yang dari kinerja kader.Kinerja merupakan perilaku
proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan atau tindakan nyata yang dapat dilihat dari
oleh masyarakat bersama lembaga Swadaya keterlibatan seorang kader dalam berbagai
Masyarakat (LSM) lintas sektor pemerintah dan non kegiatan Posyandu Lansia.
pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain. Menurut Kirom (2010) kinerja merupakan
Posyandu lansia juga memberikan pelayanan sosial, disebutkan sebagai prestasi atau capaian prestasi
agama, pendidikan, keterampilan, seni dan olah raga atas sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya.
yang dibutuhkan lansia dengan tujuan meningkatkan Kinerja juga disebutkan sebagai performance
kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan yang merupakan output atau hasil kerja yang
kesejahteraan, selain itu juga Posyandu Lansia dicapai oleh seseorang atau suatu institusi.
membantu memacu lansia agar dapat beraktivitas Kinerja merupakan bentuk penilaian tersendiri
dan mengembangkan potensi diri (Kemenkes RI, untuk mengukur tingkat keberhasilan yang
2014) dicapai seseorang dalam menjalankan program-
Fungsi utama Posyandu lansia adalah untuk progam kerjanya.Jadi kinerja disebutkan sebagai
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada suatu standar pekerjaan yang membandingkan
proses pelaksanaan pelayanan kesehatan kegiatan tindakan-tindakan khusus dengan sekumpulan
Posyandu lansia juga mengalami transisi karena kepercayaan, kebijaksanaan, aturan, kebiasaan
operasionalisasinya di lapangan tidaklah mudah serta hal-hal tidak berwujud lainnya, yang pada
untuk dilaksanakan, hal itu tergambar dari muaranya dapat disebut sebagai output atau hasil
persentase lansia yang mendapat pelayanan kerja seseorang atau suatu institusi. Kinerja kader
kesehatan. Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung diwujudkan dalam pelaksanaan tugasnya dalam
pada Tahun 2014 menunjukkan jumlah Lansia yang menjalankan Posyandu lansia untuk mengatur
mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak jalannya kegiatan Posyandu. Oleh karenanya
180.746 (2.25%) dari total sebanyak 802.619 lansia. kinerja kader merupakan perwujudan fungsinya
Data di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2013 sebagai mobilisator dan fasilitator pelayanan
menunjukkan jumlah Lansia yang mendapatkan kesehatan terpadu di masyarakat. Salah satu
pelayanan kesehatan sebanyak 12.917 (3,05%) dari indikator kinerja kader yang dapat diukur adalah
total sebanyak 423.710 lansia Pada Tahun 2014 keaktifan kader Posyandu Lansia. Data yang
terdata sebanyak 8.171 (1,94%) dari 421.497 lansia. diperoleh dari Puskesmas Sukoharjo yang terdiri
Data di Puskesmas Sukoharjo pada tahun 2013 dari 13 Desa diwilayah kerja Puskesmas
menunjukkan jumlah lansia yang mendapatkan Sukoharjo diketahui bahwa secara keseluruhan
pelayanan kesehatan sebanyak 5.241 (73,49%) dari jumlah kader Posyandu Lansia di kecamatan
total sebanyak 7.132 lansia. Pada Tahun 2014 Sukoharjo sebanyak 70 kader yang menjalankan
terdata sebanyak 4.421 (61,11%) dari 7.235lansia 14 Posyandu Lansia, yang aktif hanya 30 (42,8%)
(Dinkes Kab Pringsewu, 2014). kader, padahal mereka sudah mendapatkan
Data tersebut memang tidak menunjukkan penyuluhan dan pembinaan secara berkala dari
persentase pelayanan lansia di Posyandu Lansia, Puskesmas (Data Sekunder Puskesmas
namun demikian keberlangsungan dan kontinuitas Sukoharjo, 2014), hal tersebut mengindikasikan
pelayanan Posyandu Lansia dapat meningkatkan bahwa kinerja kader posyandu Lansia di
jumlah lansia yang bisa mendapatkan pelayanan Kecamatan Sukoharjo masih rendah, belum
kesehatan.Jumlah lansia yang mendapatkan mengetahui secara menyeluruh tentang hal-hal
pelayanan kesehatan di Kabupaten pringsewu yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
mengalami penurunan pada tahun 2014, oleh posyandu lansia. Secara konseptual dijelaskan
karenanya diperlukan upaya yang lebih keras lagi bahwa kinerja berkaitan erat dengan perilaku
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kerja dalam organisasi, oleh karenanya
lansia. Terlebih lagi operasionalisasi Posyandu perbedaan-perbedaan perilaku kerja berhubungan

92_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017


dengan lingkungan pekerjaan, keluarga, komunitas Imbalan
dan masyarakat. Analisis kinerja dipengaruhi oleh Cukup 38 54.3
variabel-varibel tertentu yaitu; variabel individu, Kurang 32 45.7
variabel psikologis dan variabel organisasi. Variabel Jumlah 70 100.0
individual kemampuan, keterampilan, keluarga, Kepemimpinan
umur dan jenis kelamin. Pada variabel psikologis Baik 46 65.7
diantaranya adalah persepsi, sikap, kepribadian,
Kurang baik 24 34.3
belajar dan motivasi.Adapun variabel organisasi
terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan Jumlah 70 100.0
atau kompensas, struktur dan desain pekerjaan
(Winardi, 2012). Diketahui bahwa dari 70 responden yang adadi
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
METODE tahun 2016, sebagian besar kader Posyandu
memiliki kinerja baik, 40 (57,1%), sementara 30
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.Desain (42,9%) memiliki kinerja kurang baik, berusia
penelitian menggunakan survey analitik dengan ≥26 tahun sebanyak 42 (60,0%),dan berusia <26
pendekatan crossecsional; Subjek penelitian ini tahun sebanyak 28 (40,0%), berpengetahuan
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja baik sebanyak 37 (52,9%) dan kader yang
kader Posyandu Lansia di Kecamatan Sukoharjo memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 33
Kabupaten Pringsewu Tahun 2016. Lokasi (47,1%), memiliki sikap positif sebanyak 45
penelitian dilakukan di kecamatan Sukoharjo (64,3%) dan kader yang memiliki sikap negatif
Kabupaten Pringsewu yang tersebar di 14 posyandu. sebanyak 25 (35,7%),memiliki motivasi baik
Objek penelitian dilakukan seluruh kader posyandu sebanyak 42 (60%) dan kader yang memiliki
lansia yang ada di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten motivasi tidak baik sebanyak 28 (40%),
Pringsewu dan waktu penelitian dilakukan di bulan menerima imbalan cukup sebanyak 38 (54,3%)
Februari 2016 dan sebanyak 32 (45,7%) menyatakan menerima
imbalan kurang, kepemimpinan baik sebanyak 46
HASIL (65,7%) dan sebanyak 24 (34,3%) menyatakan
kepemimpinan kurang baik.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi kinerja, usia,
pengetahuan, sikap, motivasi, Tabel 2. Hubungan Usia, Pengetahuan, Sikap,
imbalan, Kepemimpinan Motivasi, Imbalan, Kepemimpinan
Di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Kinerja n %
Pringsewu Tahun 2016
Baik 40 57.1
Kurang baik 30 42.9
Jumlah 70 100.0
Usia
≥26 tahun 42 60.0
< 26 tahun 28 40.0
Jumlah 70 100.0 Berdasarkan tabel diatas dari hasil analisis
Pengetahuan bivariat diketahuiada hubungan usia(pv=0,027),
pengetahuan(pv=0,010), sikap(pv=0,016),
Baik 37 52,9
motivasi(pv=0,027), imbalam (pv=0,020) dan
Kurang baik 33 47,1
kepemimpinan dengan kinerja kader Posyandu
Jumlah 70 100.0 lansia di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sikap Pringsewu tahun 2016(pv=0,008).
Positif 45 64.3
Negatif 25 35.7 Tabel 3. Model Akhir setelah Interaksi
Jumlah 70 100.0
Motivasi
Baik 42 60.0
Tidak baik 28 40.0
Jumlah 70 100.0

93_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017


Hasil akhir multivariat sebelum dilakukan uji pertengahan masa remaja dimana seseorang
interaksi dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) mulai menentukan jenis pekerjaan yang cocok
faktor yang berhubungan dengan kinerja kader untuknya berdasarkan kenyataan yang dihadapi
posyandu lansia yaitu pengetahuan, imbalandan pada saat itu. Oleh karenannya pilihan menjadi
kepemimpinan. Hasil ini juga menjelaskan bahwa kader pada usia tertentu menunjukkan
faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemahamannya tentang tugas dan tanggung
kinerja kader posyandu lansia diKecamatan jawab yang timbul dari pekerjaan yang dipilih.
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun 2016adalah Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis
variable kepemimpinan (p=0,011dan OR=4,623) berpendapat bahwa usia menunjukkan bagaimana
karena memiliki nilai pvalue paling kecil dan OR kader Posyandu dapat memutuskan menjadi
paling besar. kader Posyandu dengan matang sehingga
keputusan yang matang tersebut dapat
PEMBAHASAN menjadikan kader Posyandu dapat konsisten
menjalankan tugas-tugasnya.
1. Hubungan Usia dengan Kinerja kader
Posyandu Lansia 2. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja
kader Posyandu Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
42kader Posyandu yang berusia ≥26 tahun terdapat Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa
29(69,0%) kader Posyandu yang memiliki kinerja dari 37kader Posyandu lansia yang memiliki
baik, sedangkan 28 kader Posyandu yang berusia pengetahuan baik sebanyak 27 (73%) memiliki
<26 tahun sebanyak 11 (39,9%) kader memiliki kinerja baik. Adapun dari 33 kader Posyandu
kinerja baik. Hasil uji Chi squarediperoleh p value lansia yang memiliki pengetahuan kurang baik,
=0,027 yang menunjukkan ada hubungan usia terdapat sebanyak 13(39,4%) memiliki kinerja
dengan kinerja kader Posyandu lansia di Kecamatan baik. Hasil uji Chi squarediperoleh p
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun 2016. value =0,010 berarti ada hubungan pengetahuan
Sedangkan nilai OR sebesar 3,44 (1,44-9,38) yang dengan kinerjakader Posyandu lansia di
menunjukkan bahwa kader Posyandu yang berusia Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
>26 tahun mempunyai peluang memiliki kinerja tahun 2016. Hasil penelitian di atas sejalan
sebesar 3kali lebih baik dibandingkan dengan kader dengan Notoatmodjo (2010) yang menyatakan
Posyandu yang berusia <26 tahun. Hasil penelitian bahwa pengetahuan adalah proses dari tahu yang
tersebut sejalan dengan teori Gibson dalam dapat membentuk perilaku. Depkes RI, 2006)
Singadimeja (2007) menyatakan bahwa juga menjelaskan bahwa Pengetahuan penderita
perkembangan karir seseorang dimulai sejak mengenai penyakit TB paru sehingga dapat
pertengahan masa remaja dimana seseorang mulai membentuk perilaku tentang cara pengobatan,
menentukan jenis pekerjaan yang cocok untuknya dan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat
berdasarkan kenyataan yang dihadapi pada saat itu. berobat tidak adekuat, menjaga kondisi tubuh
Pada usia ≥26 tahun berarti berada pada tahap dengan makan makanan bergizi, cukup istirahat,
produktivitas yang tinggi dimana pada tahap ini hidup teratur, dan tidak mengkonsumsi alkohol
individu berada di jenjang dimana pekerjaan atau merokok, Menjaga kebersihan diri dengan
merupakan bagian dari kehidupan yang berjalan tidak membuang dahak sembarangan dan bila
dengan menyenangkan. batuk menutup mulut dengan saputangan.
Penelitian Sumiyati (2008) menemukan data Penelitian Setiyawan (2004) tentang hubungan
bahwa ada hubungan antara usia dengan pengetahuan kader dengan kinerja kader
produktivitas kerja petugas Puskesmas Kalibalangan posyandu Lansia di Desa Pucangan Kecamatan
Kotabumi Lampung Utara (pv=0,012). Hasil Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Hasil analisis
penelitian ini menunjukkan bahwa usia seseorang menunjukkan ada hubungan pengetahuan kader
berhubungan dengan kinerjakader karena usia dengan kinerja kader posyandu lansia
mewakili dirinya berperan sebagai kader Posyandu (pvalue=0,002). Beberapa penelitian sebelumnya
artinya usia dapat menunjukkan pilihan peran atau diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
pekerjaan yang stabil. Dalam teori tahapan Setyatama (2012) di Desa KangkungKecamatan
perkembangan karir yang dikemukakan oleh Gibson Mranggen Kabupaten Demak tentang Hubungan
dalam Singadimeja (2007) menyatakan bahwa Pengetahuan dan Motivasi Kader dengan Peran
perkembangan karir seseorang dimulai sejak Kader Posyandu Lansia, menunjukkan adanya

94_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017


hubungan yang signifikanantara pengetahuan dan adanya hubungan antara sikap positif dengan
motivasi kader dengan peran kader posyandu lansia. drop out kader Posyandu.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis
berpendapat bahwa kader yang mempunyai 4. Hubungan Motivasi dengan Kinerja kader
pengetahuan cukup tentang posyandu lansia akan Posyandu Lansia
tetap berperan baik dalam kegiatan posyandu lansia.
Jadi kinerja kader yang baik dalam pelaksanaan atau Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
kegiatan posyandu untuk melayani lansia 42kader Posyandu lansia yang memiliki motivasi
disebabkan oleh pengetahuannya yang baik tentang baik terdapat 29 (69%) kader Posyandu yang
pemahamannya mengenai posyandu lansia. memiliki kinerja baik. Sedangkan dari 28 kader
Posyandu lansia yang memiliki motivasi tidak
3. Hubungan Sikap dengan Kinerja kader baik, terdapat sebanyak 11 (39,3%) kader
Posyandu Lansia Posyandu yang memiliki kinerja baik. Hasil uji
Chi squarediperoleh p value =0,027 berarti ada
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa hubungan motivasi dengan kinerja kader
dari 45kader Posyandu lansia yang memiliki sikap Posyandu lansia di Kecamatan Sukoharjo
positif sebanyak 31 (68,9%) memiliki kinerja baik. Kabupaten Pringsewu tahun 2016. Motivasi
Adapun dari 25 kader Posyandu lansia yang merupakan dorongan dari dalam atau dari luar
memiliki sikap negatif, terdapat sebanyak 9(36%) untuk mencapai sesuatu (Notoatmodjo, 2007).
kader Posyandu yang memiliki kinerja baik.Hasil uji Motivasi ini sangat penting membentuk
Chi squarediperoleh p value =0,016 berarti ada karakter kerja dan perilaku yang dilaksanaakan
hubungan sikap dengan kinerjakader Posyandu atas motif-motif tertentu. Dalam hukum Maslow
lansia di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten tentang motiasi selalu dikaitkan dengan
Pringsewu tahun 2016. Hasil penelitian sesuai kebutuhan individu baik secara fisiologis maupun
dengan konsep dan teori Notoatmodjo (2003) psikologis yang pada intinya apa yang dilakukan
mendefinisikan bahwa sikap seseorang adalah dapat memenuhi kebutuhannya. Hal ini sejalan
predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk dengan teori (Ilyas, 1999) dan (Gibson 1988),
memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang menerangkan bahwa motivasi adalah
lingkungan, yang dapat memulai ataupun kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau
membimbing tingkah laku orang tersebut. melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan
Teori Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap untuk mencapai beberapa sasaran yang telah
merupakan perasaan terhadap sesuatu yang ditetapkan. Penelitian Bangsawan (2001)
diimplementasikan dalam bentuk dukungan positif menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi
(favourable) dan tidak mendukung/negatif dengan drop out kader Posyandu (p=0,005) dan
(unfavourable). Temuan-temuan tersebut sesuai diperoleh nilai OR (3,56) berdasarkan hasil
dengan pendapat Notoatmodjo, (2007), sikap penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa
merupakan reaksi tertutup seseorang terhadap motivasi dapat berkontribusi terhadap perilaku
stimulus atau objek. Sikap tersusun dari berbagai seseorang termasuk didalamnya perilaku kinerja.
tingkatan, yaitu menerima, merespon, menghargai Penulis berpendapat motivasi merupakan
dan bertanggungjawab. Adapun Green (2005) suatu hal yang berasal dari dalam individu yang
menjelaskan bahwa perubahan perilaku dapat terjadi menimbulkan dorongan atau semangat untuk
dari faktor predisposisi dimana salah satu faktor bekerja keras. Dengan demikian maka penulis
predisposisi tersebut adalah sikap seseorang. berpendapat bahwa apa yang seharusnya
Penelitian Sudarsono (2010) tentang dilakukan oleh seseorang manajer adalah
hubungan sikap kader dengan kinerja posyandu di memberikan inspirasi, ide, semangat, dorongan
wilayah kerja Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. dan bantuan kepada bawahannya agar berkarya
Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang seoptimal mungkin dengan yang diharapkan oleh
signifikan antara sikap kader dengan kinerja kader organisasi.
posyandu (pvalue=0,000). Oleh karena itu menurut
penulis, pada kader Posyandu yang mempunyai 5. Hubungan Imbalan dengan Kinerja kader
sikap positif telah terjadi tahapan proses menerima, Posyandu Lansia
merespon, menghargai dan bertanggungjawab yang
tercermin dalam perubahan perilaku dalam Hasil penelitian menggambarkan bahwa
melaksanakan tugasnya. Hal ini ditunjukkan dengan dari 38kader Posyandu lansia yang mendapatkan

95_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017


imbalan cukup sebanyak 27 (71,1%) yang memiliki 8(33,3%) kader Posyandu yang memiliki kinerja
kinerja baik. Sedangkan dari 32 kader Posyandu baik. Hasil uji Chi squarediperoleh p value
lansia yang mendapat imbalan kurang terdapat =0,008 berarti ada hubungan kepemimpinan
sebanyak 13(40,6%) kader Posyandu yang memiliki dengan kinerja kader Posyandu lansia di
kinerja baik. Hasil uji Chi squarediperoleh p value Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
=0,020 berarti ada hubungan imbalan dengan tahun 2016. Kepemimpinan erat kaitannya
kinerjakader Posyandu lansia di Kecamatan dengan hubungan antar manusia, kepemimpinan
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun 2016. didefinisikan sebagai proses mempengaruhi
Menurut Nitisemito (2001) imbalan orang lain untuk mendukung pencapaian tujuan
merupakan kompensasi yang diterimanya atas jasa organisasi yang relevan (Ivancevich dkk, 2007).
yang diberikan kepada organisasi. Masalah imbalan Sedangkan menurut Thoha (2012) gaya
dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus kepemimpinan adalah gaya norma perilaku yang
dihadapi oleh manajemen suatu organisasi. ditujukan seseorang atau yang digunakan
Menurut Robbin (2005) gaji, kompensasi atau seseorang pada saat tersebut mencoba
imbalan selain berfungsi memenuhi kebutuhan mempengaruhi perilaku orang lain. Adapun
pokok juga dimaksudkan untuk menjadi daya pendekatan yang digunakan tentang
dorong agar dapat bekerja dengan penuh semangat. kepemimpinan, yakni kita memusatkan pada apa
Tidak ada satu organisasi pun yang dapat yang dilakukan oleh pemimpin tersebut dalam hal
memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya ini gayanya. Dalam hal mempersoalkan gaya-
atau meningkatkan produktivitas, jika tidak gaya kepemimpinan, hendaknya jangan
memiliki sistem kompensasi yang realitis dan gaji beranggapan bahwa seorang individu dapat atau
bila digunakan dengan benar akan memotivasi harus mempeltahankan gaya yang konsisten
pegawai. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian didalam semua aktivitasnya. Hasil penelitian
Ruji (2003) yang menyimpulkan bahwa imbalan sesuai dengan penelitian Djestwana (2008) yang
(p=0,008) berpengaruh secara signifikan terhadap menyimpulkan bahwa kepemimpinan (p=0,008)
kinerja kader Posyandu, selanjutnya dijelaskan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja
bahwa kader yang kebutuhan imbalannya terpenuhi dan kinerja pegawai puskesmas.Pegawai perlu
baik lebih banyak yang memiliki kinerja baik diperhatikan aspek cakupan pelayanan meliputi
dibandingkan dengan kader yang kebutuhan ketaatan pegawai menyelesaikan pekerjaan tanpa
imbalannya tidak terpenuhi. memperhatikan jam kerja dan hari libur,
Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis kemampuan pegawai dalam menyelesaikan
berpendapat bahwa imbalan memang sangat perlu pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
diberikan kepada kader Posyandu, motif imbalan Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis
pada kader Posyandu memang beragam akan tetapi berpendapat bahwa kepemimpinan perlu
pemberian atau pembagiannya dapat diantisipasi memprioritaskan aspek perilaku pimpinan.
dalam kurun waktu yang berdekatan tidak harus Pimpinan memberikan arahan, kemampuan
dirapel. Misalnya yang tadinya diberikan setiap tiga untuk memecahkan masalah, kemampuan
bulan sekali dapat diberikan satu bulan sekali. berkoordinasi internal dan eksternal, menerima
Imbalan bagi kader hendaknya di tingkatkan pendapat bawahan, serta berdiskusi dan membuat
sesuai dengan kebutuhan yang semakin meningkat terobosan baru dalam melaksanakan tugas. Hasil
yang sumberdananya dapat dihimpun dengan penelitian juga diperoleh bahwa kepemimpinan
melakukan kerjasama dengan masyarakat atau yang dijalankan di lingkungan kader adalah
sumbangan atau sumber-sumberlain yang sah dan kepemimpinan demokratis hal tersebut
dapat disisihkan. dikarenakan pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan melibatkan seluruh
6. Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja kader.
kader Posyandu Lansia
7. Hasil Analisis Multivariat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46
kader Posyandu lansia yang memiliki Hasil akhir multivariat setelah uji interaksi
kepemimpinan baik sebanyak 32 (69,6%) kader dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) faktor
Posyandu yang memiliki kinerja baik. Sedangkan yang berhubungan dengan kinerja kader
dari 24 kader Posyandu lansia yang memiliki posyandu lansia yaitu pengetahuan, imbalandan
kepemimpinan kurang baik terdapat sebanyak kepemimpinan. Hasil ini juga menjelaskan bahwa

96_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017


faktor yang paling dominan berhubungan dengan masyarakat, sehingga disarankan kepada pihak-
kinerja kader posyandu lansia diKecamatan pihak yang terkait dalam pembangunan dan
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun 2016adalah peningkatan kesehatan khususnya program-
variabel kepemimpinan (p=0,011dan OR=4,623). promosi kesehatan Departemen Kesehatan yang
Dominasi variabel kepemimpinan dibandingkan menyangkut masyarakat di pedesaan terutama di
dengan variabel lainnya dikarenakan perolehan nilai Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu,
p yang paling kecil dan nilai OR paling besar agar memfokuskan diri terhadap faktor
sehingga dapat diinterpretasikan kepemimpinan kepemimpinan kader di perdesaan.
yang baik di Posyandu dapat meningkatkan kinerja
kader posyandu lansia di Kecamatan Sukoharjo DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Pringsewu tahun 2016. Gaya
kepemimpinan sebagai tingkah laku untuk Armydewi, NR, dkk 2011. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan Berhubungan dengan Kinerja Kader
kerja sama dalam mencapai suatu tujuan yang telah Posyandu Balita dalam Pelaksanaan
ditetapkan. Kepemimpinan bertujuan untuk Posyandu di Kecamatan Mranggen
mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok Kabupaten Demak Tahun 2011.Jurnal
untuk mencapai tujuan Penelitian http://jurnal.unimus.ac.id.
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat Ardani, Hasib. 2008. Posyandu Lanjut Usia
individu dan organisasi. Kepemimpinan yang baik (Lansia). Makalah Ilmiah Program Studi
dapat meningkatkan kinerja anggota seperti yang Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
diharapkan baik oleh anggota maupun organisasi Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.
yang bersangkutan. Faktor Kepemimpinan Dimas 2012 Definisi Pusat Indonesia, Definisi
memainkan peranan yang sangat penting dalam Kinerja. diperoleh dari
keseluruhan upaya untuk meningkatkan kinerja baik http:///definisimu.blogspot.com.
pada tingkat kelompok maupun pada tingkat Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012.
organisasi. Dikatakan demikian karena kinerja tidak Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun
hanya menyoroti pada sudut tenaga pelaksana yang 2012. Bandar Lampung
pada umumnya bersifat teknis akan tetapi juga Darmanto, Jendri, dkk. 2015. Hubungan Kinerja
kelompok kerja dan manajerial. Pada hakikatnya Posyandu Lansia dengan Motivasi Lansia
esensi kepemimpinan adalah kemampuan Mengunjungi Posyandu Lansia.Jom Vol 2
mempengaruhi tatalaku orang lain baik sebagai Nomor 1 Februari 2015.
bawahan, rekan kerja atau atasan, adanya pengikut Hasibuan, Malayu SP 2013. Manajemen
yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, Sumberdaya Manusia Edidi
bujukan atau sugesti atau dalam bentuk lainnya dan Revisi Bumi Aksara Jakarta
adanya tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin yang Hastono, SP, 2007, Analisis Data. Fakultas
baik harus memiliki empat macam kualitas yaitu Kesehatan Masyarakat Universitas
kejujuran, pandangan ke depan, mengilhami Indonesia, Jakarta
pengikutnya dan kompeten. Pemimpin yang tidak Ivancevich dkk, 2007 Perilaku Dan Manajemen
jujur dan tidak kompeten tidak akan dipercaya yang Organisasi ErlanggaJakarta
pada akhirnya tidak dapat dipercaya oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011,
pengikutnya. Pedoman Pengelolaan Posyandu.
Pemimpin yang memiliki pandangan ke depan Kementerian Kesehatan, Jakarta
adalah pemimpin yang memiliki visi dengan lebih KementrianKesehatanRepublik Indonesia, 2012,
baik. Dalam hal mempersoalkan gaya-gaya Buku Saku Posyandu; Ayo Ke Posyandu
kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan setiap Bulan.Pusat Promosi Kesehatan,
bahwa seorang individu dapat atau harus Jakarta
mempertahankan gaya yang konsisten didalam Kementerian Kesehatan RI, 2013, Topik Utama;
semua aktivitasnya. Pemimpin harus selalu memberi Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
tugas kepada kader dalam pelaksanaan kegiatan Indonesia. Bulletin Jendela dan Informasi
Posyandu yang dirasa oleh para kader sebagai suatu Kesehatan; Jakarta
perhatian yang dapat merupakan dorongan bagi Kementerian Kesehatan RI, 2014, Situasi dan
kader untuk selalu melakukan kegiatan Posyandu. Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan
Peranan kepimpinan di pedesaan terbukti masih Informasi; Jakarta
sangat penting dalam mempengaruhi partisipasi

97_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017


Kementerian Kesehatan RI, 2014, Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2013. Kementerian Notoatmodjo, S, 2010. Metode Penelitian
Kesehatan Indonesia; Jakarta Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2010, Rencana Notoatmodjo, S, 2012. Promosi Kesehatan
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun Dan Perilaku Kesehatan Rineka Cipta,
2010-2014. Kementerian Kesehatan Jakarta
Indonesia; Jakarta Nursalam 2012. Manajemen Keperawatan:
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Laporan Riset Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Fasilitas Kesehatan 2011; Puskesmas, Badan Profesional, Edisi 3. Jakarta, Salemba
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Medika
Jakarta Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2012
Kirom, Bahrul, 2010. Mengukur Kinerja Pelayanan Robbin, Stephen, 2007.Perilaku
dan Kepuasan Konsumen.Service and Organisasi Edisi Lengkap. Dialih-
Costumer Satisfaction.Penerbit Pustaka Reka bahasakan oleh Ahmad Fauzi. Penerbit
Cipta. Jakarta Indeks Jakarta

98_Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 6 No 2 Januari 2017

You might also like