Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Sebagai Dampak Dari Variabel Makro
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Sebagai Dampak Dari Variabel Makro
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Sebagai Dampak Dari Variabel Makro
ABSTRACT
The Composite Stock Price Index or The Composite Index (CI) is a reflection of the Indonesian
economy, when the JCI showed an increase it meant that the Indonesian economy was in a
conducive condition and vice versa. To be able to find out what can help the CI movement,
several factors need to be considered such as world gold prices, the rupiah exchange rate,
world oil prices and SBI interest rates. The purpose of this study was to determine the effect of
world gold prices, the rupiah exchange rate, world oil prices and SBI interest rates on the CI.
This research was carried out on the IDX by using a sample of 84 with the selection of samples
limited to the closing data each month during the observation period. Observations were
carried out for 7 years between 2011-2017 and data were analyzed by multiple linear
regression analysis techniques. world gold prices, world oil prices and SBI interest rates
partially have a significant negative effect on the CI, this means an increase in world gold price
rates, world oil prices and SBI interest rates can result in a decline in the value of the CI. The
rupiah exchange rate partially has a significant positive effect, which means that the increase in
the rupiah exchange rate can increase the CI value.
Keywords: Composite Index, world gold, rupiah exchange rate, world oil, SBI
PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak kebutuhan, keinginan, permintaan,
penawaran seseorang akan sesuatu. Saat sekarang ini banyak masyarakat yang ingin
mengumpulkan harta mereka untuk waktu kedepan dan memenuhi apa yang mereka inginkan
dan butuhkan. Banyak cara untuk mengumpulkan harta tersebut, salah satunya dengan
berinvestasi. Investasi yaitu dimana konsumsi tertunda dimasa sekarang yang akan masuk ke
aktiva produktif selama periode (Hartono, 2016).
Indeks Gabungan yakni nilai yang dipakai berupa pengukuran kinerja gabungan dari
total saham yang terdaftar di Bursa Efek. Indeks harga saham (IHS) yaitu dimana gambaran
harga saham mengalami pergerakan (Efni, 2013). IHS berfungsi untuk analisa bursa yang
dipakai untuk cermat dalam mengambil tindakan sewaktu melakukan transaksi saham. IHS
hanya berlaku untuk saham perorongan atau individual, teatapi indeks harga saham gabungan
(IHSG) merupakan gabungan semua saham yang terdaftar pada bursa efek Indonesia.
Perkembangan Harga Saham dapat dilihat pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham yang mengalami peningkatan bias mengindikasikan adanya
perbaikan kinerja perekonomian sedangkan indeks harga saham mengalami penurunan yang
disebabkan oleh kondisi perekonomian bagi Negara yang mengalami permasalahan.
Berdasarkan padangan tersebut maka diperlukan mengenai kajian yang berkaitan dengan
perubahan harga saham tersebut seperti tingkat suku bunga dan nilai tukar USD.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika indeks harga saham gabungan,
salah satunya faktor makro. Faktor makro diantaranya emas dunia, kurs rupiah, harga minyak
dunia, suku bunga serta faktor eksternal lainnya. Kondisi ekonomi makro tersebut akan
mempengaruhi kemampuan investor dalam mengerti dan memprediksi kondisi ekonomi makro
1
di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang
menguntungkan (Tandelilin, 2010).
Naik turunnya kurs berdampak pada kondisi ekonomi. Melemahnya kurs akan
berpengaruh negatif terhadap perekonomian dan pasar modal negara. Bagi suatu negara,
kondisi perekonomian yang baik diantaranya diwakili oleh nilai tukar (kurs) yang stabil dan
perdagangan saham yang bergairah. Nilai kurs menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
naik turunnya IHSG di pasar modal. Jika nilai kurs dolar tinggi, membuat investor lebih
menyukai investasi dalam bentuk USD.
Berfluktuasinya harga minyak mentah dunia menjadi penyebab atau faktor yang
mempengaruhi pasar modal suatu negara. Meningkatnya harga minyak dunia akan berdampak
pada lini ekspor maupun impor suatu negara secara tidak langsung. Pada saat minyak mentah
dunia meningkat para investor akan berinvestasi ke berbagai sektor minyak dan pertambangan
karena harga saham yang tinggi.
Suku bunga juga merupakan salah satu bagian faktor makro ekonomi yang berpengaruh
terhadap kondisi perekonomian suatu negara dan pasar modalnya. Jika suku bunga meningkat
akan menjadi peningkatan beban pada perusahaan yang nantinya akan terjadi penurunan harga
saham. Kenaikan ini juga berpotensial menjadikan dorongan untuk investor untuk mengalihkan
dananya ke pasar uang maupun tabungan maupun deposito. Maka investasi dilini bursa
mengalami penurunan dan selanjutnya dapat mempengaruhi IHSG di pasar modal. (Darwati
dan Santoso, 2014).
2
Keterkaitan Harga Minyak Dunia dan IHSG
Minyak merupakan komoditi yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia.
Fluktuasi harga minyak dunia dapat berpengaruh terhadap pasar modal. Jika harga minyak
dunia naik investor akan membeli saham perusahaan tambang sehingga IHSG meningkat,
tetapi akan berdampak pada perusahaan di luar sektor tambang yang akan mengalami kerugian.
Penurunan laba perusahaan dapat menurunkan minat investor terhadap saham perusahaan
sehingga IHSG mengalami penurunan. Dari hasil penelitian (Handiani, 2014)harga minyak
dunia berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan argumentasi diatas, hipotesis ketiga yang dapat dibangun adalah sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
Data diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti dari pihak kedua, ketiga dan
seterusnya. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh laporan dan data IHSG, harga emas
dunia, kurs rupiah, harga minyak dunia dan suku bunga SBI di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011 – 2017.
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang
ingin peneliti investigasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh laporan
dan data IHSG, harga emas dunia, kurs rupiah, harga minyak dunia dan suku bunga SBI,
berdasarkan data yang tersedia untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian. Sampel
adalah sub-kelompok atau bagian dari populasi (Sekaran, 2014). Sampel yang digunakan pada
penelitian ini yaitu data IHSG, harga emas dunia, kurs rupah, harga minyak dunia dan suku
bunga SBI yang dibatasi pada data penutupan tiap bulan selama periode pengamatan.
Pengamatan dilakukan selama 7 tahun yaitu antara tahun 2011-2017. Adapun data yang
digunakan berupa data bulanan, oleh sebab itu dalam penelitian ini jumlah observasi yang
digunakan sebanyak 84 observasi.
3
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel yang digunakan terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
N Variabel Definisi Indikator Skala
o
1 Dependen:
IHSG IHSG adalah indeks Closing price bulanan Rasio
harga IHSG selama periode
saham gabungan yang pengamatan antara
dikeluarkan oleh Bursa tahun
Efek Indonesia setiap 2011-2017 yang
hari diperoleh
(Kewal, 2012). Dari www.idx.co.id
2 Independen
:
a. Harga Harga emas dunia Closing price bulanan Rasio
Emas adalah harga emas dunia
Dunia harga spot yang selama
terbentuk periode pengamatan
dari akumulasi antara
penawaran tahun 2011-2017
dan permintaan di pasar yang
emas London (Raraga et diperoleh dari
al., 2013) www.gold.org
b. Kurs Kurs rupiah adalah nilai Closing price bulanan Rasio
Rupiah tukar rupiah terhadap kurs
dollar AS (Kewal, 2012) rupiah selama periode
pengamatan antara
tahun
2011-2017 yang
diperoleh
dari www.bi.go.id
c. Harga Harga minyak dunia Closing price bulanan Rasio
Minyak adalah harga minyak dunia
Dunia harga spot pasar minyak selama periode
dunia yang terbentuk pengamatan antara
dari tahun 2011-2017
akumulasi permintaan yang diperoleh
dan penawaran dari www.opec.org
(Handiani, 2014)
d. Suku Tingkat Suku Bunga Closing price bulanan Rasio
Bunga SBI SBI adalah pembayaran suku bunga SBI
bunga selama
tahunan dari suatu periode pengamatan
pinjaman, dalam bentuk antara
presentase dari pinjaman tahun 2011-2017
yang diperoleh dari yang
jumlah bunga yang diperoleh dari
diterima tiap tahun www.bi.go.id
dibagi dengan jumlah
pinjaman (Karl dan
Fair,2001: 635 dalam
4
(Krisna & Wirawati,
2013)
Dimana Y merupakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG); α merupakan Konstanta; β1, β2, ,
β3, dan β4 merupakan koefisien regresi dari variabel independen; X 1 merupakan harga emas
dunia; X2 merupakan kurs rupiah; X3 merupakan harga minyak dunia; X4 merupakan suku
bunga SBI; dan ε merupakan error term (faktor gangguan)
5
Hipotesis yang telah dirumuskan diuji menggunakan uji t (t-test). Uji t bertujuan untuk melihat
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujiannya
dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel atau nilai signifikansi
yang dibandingkan dengan alpha sebesar 0.05 (α = 5%). Jika nilai t-hitung lebih besar dari t-
tabel atau nilai signifikansi lebih kecil dari alpha artinya ada pengaruh secara parsial/individual
antara variabel independen terhadap variabel dependen (Hadya, Begawati, & Yusra, 2017;
Yusra, Hadya, & Fernandes, 2017)
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IHSG 3409.17 6355.65 4.73183 675.77688
EMAS 44282.19 5.475 4.56965 66846.93312
KURS 8532.00 14396.10 1.15434 1918.35521
MINYAK 37.23 109.89 76.3688 23.17744
SBI 0.06 0.08 0.0678 0.00751
Dari tabel diatas dapat dilihat variabel IHSG dengan jumlah data (N) sebanyak 84 bulan
memiliki nilai minimum sebesar 3409.17 rupiah dan nilai maksimum sebesar 6355.65 rupiah.
Nilai rata-rata (mean) IHSG sebesar 4.73183 rupiah dan standar deviasi sebesar 675.77688.
Untuk variabel harga emas dunia, dengan jumlah data (N) sebanyak 84 bulan memiliki nilai
minimum sebesar 44282.19 rupiah dan nilai maksimum sebesar 5.475 rupiah. Nilai rata-rata
(mean) harga emas dunia sebesar 4.56965 rupiah dan standar deviasi sebesar 66846.93312.
Nilai standar deviasi yang lebih besar dari nilai mean menunjukkan data harga emas dunia
mengelompok disekitar nilai rataratanya. Selanjutnya variabel kurs rupiah, dengan jumlah data
(N) sebanyak 84 bulan memiliki nilai minimum sebesar 8532 rupiah dan nilai maksimum
sebesar 14396.10 rupiah.
Nilai rata-rata (mean) kurs ruiah sebesar 1.15434 dan standar deviasi sebesar
1918.35521 rupiah. Kemudian variabel harga minyak dunia, dengan jumlah data (N) sebanyak
84 bulan memiliki nilai minimum sebesar 37.23 dollar dan nilai maksimum sebesar 109.89
dollar. Nilai rata-rata (mean) harga minyak dunia sebesar 76.3688 dollar dan standar deviasi
sebesar 23.17744.
Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai mean menunjukkan data harga minyak
dunia mengelompok disekitar nilai rataratanya Yang terakhir variabel suku bunga SBI, dengan
jumlah data (N) sebanyak 84 bulan memiliki nilai minimum sebesar 6% dan nilai maksimum
sebesar 8 %. Nilai rata-rata (mean) suku bunga SBI sebesar 6,78 % dan standar deviasi sebesar
0,751. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai mean menunjukkan data suku bunga SBI
mengelompok disekitar nilai rata-ratanya.
6
Uji Normalitas
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov Asymp. Sig.
Kesimpulan
Z (2-tailed)
0.535 0.937 Data normal
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan untuk uji normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov(K-S) one sample hasil uji normalitas diketahui nilai
signifikasi 0.937 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Emas 0.898 1.114 tidak ada multikolienaritas
Kurs 0.228 4.380 tidak ada multikolienaritas
Minyak 0.289 3.462 tidak ada multikolienaritas
SBI 0.661 1.512 tidak ada multikolienaritas
Tabel di atas menunjukkan nilai tolerance pada semua variabel independen lebih vesar
dari 0.1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolinearits.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5
Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Kesimpulan
Emas 0.410 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Kurs 0.058 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Minyak 0.629 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
SBI 0.418 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Pada tabel diatas dapat dilihat seluruh variabel telah memenuhi syarat uji
heteroskedastisitas sehingga data yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas, dimana nilai
signifikansi seluruh variabel lebih besar dari 0,05
7
Uji Autokorelasi
Tabel 6
Uji Autokorelasi
R Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R
Square R Square the Estimate Watson
1 .745a .556 .533 461.68584 .216
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 0,216. Dimana nilai
tersebut berada diantara -2 < 0,216 < +2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model regresi
tidak terdapat autokorelasi.
8
Hipotesis ketiga (H3) diduga harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap
IHSG. Pada tabel di atas t hitung harga minyak dunia sebesar 1.386 dan nilai signifikansi
sebesar 0.170. Dari hasil yang didapat yaitu t hitung sebesar 1.386 yang menjelaskan bahwa
harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap IHSG. Sementara nilai signifikansi sebesar
0.170 > 0,05 yang menjelaskan bahwa harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak.
Hipotesis keempat (H4) diduga suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Pada tabel di atas t hitung sebesar -0.803 dan nilai signifikansi sebesar 0.425. Dari hasil yang
didapat yaitu t hitung sebesar -0.803 yang menjelaskan bahwa suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap IHSG. Sementara nilai signifikansi sebesar 0.425 > 0,05 yang menjelaskan
bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Dengan demikian
hipotesis keempat (H4) ditolak.
PEMBAHASAN
Pengaruh harga emas dunia terhadap IHSG
Hipotesis pertama dalam penelitian ini ditolak yaitu harga emas dunia tidak
berpengaruh signifikan terhadap IHSG tahun 2011 - 2017.Hasil olah data yang dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa harga emas dunia berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap IHSG. Tidak signifikannya pengaruh harga minyak dunia terhadap IHSG,
dapat disimpulkan bahwa harga emas dunia bukan merupakan factor penentu naik atau
turunnya nilai IHSG.
Hal ini disebabkan karena pada tahun 2013 kondisi perekonomian di Indonesia tidak
stabil yang mengakibatkan kurs rupiah, harga emas dunia serta IHSG ikut menurun. Penurunan
ini disebabkan penarikan dana asing dari pasar saham secara besar-besaran. Selanjutnya adanya
kebijakan pengurangan stimulus fisikal berupa pembelian obligasi sebesar US$ 85 miliyar per
bulan untuk memulihkan perekonomian Amerika Serikat oleh ketua The Federal Reserve, Ben
Bernanke. Rencana tersebut menyebabkan jumlah Dollar AS berkurang di pasar sehingga mata
uang Dollar AS menguat. Akan tetapi menyebabkan emas kehilangan momentum dan
mengakibatkan banyak investor beralih dari emas ke Dollar AS. Penyebab kedua adalah
adanya penurunan permintaan emas dari India dan China yang merupakan negara terbesar
pengimpor emas. Kedua negara ini mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sehingga
membebani harga emas dunia. (Handiani, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prayitno (2012) dan
penelitian Handiani (2014), dimana pada hasil penelitiannya menyebutkan bahwa harga emas
dunia memiliki pengaruh positif signifikan terhadap variabel IHSG.
9
kurs rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Melemahnya nilai tukar rupiah
dapat berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi suau perusahaan. Hal ini terjadi
khususnya pada perusahaan yang menggunakan bahan baku impor maupun perusahaan yang
mengandalkan pinjaman modal asing untuk membiayai operasi. Kenaikan biaya produksi akan
mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Menurunnya tingkat keuntungan perusahaan akan
mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan sehingga pada akhirnya IHSG
mengalami penurunan (Handiani, 2014).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya, maka dapat di
simpulkan data IHSG, harga emas dunia, kurs rupah, harga minyak dunia dan suku bunga SBI
yang dibatasi pada data penutupan tiap bulan selama periode pengamatan. Pengamatan
dilakukan selama 7 tahun yaitu antara tahun 2011-2017 bahwa harga emas, harga minyak dan
sbi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Namun Kurs rupiah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap IHSG.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
dukungan dan dorongan dalam melakukan penelitian ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada Bursa Efek Indonesia yang telah menyediakan akses kedalam laporan keuangan
tahunan (annual report) perusahaan yang terdaftar di BEI. Sehingga memudahkan peneliti
untuk mengumpulkan data sesuai dengan data yang peneliti butuhkan.
10
Penghargaan dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi “Keuangan Perbankan dan Pembangunan”, terutama Program Studi Manajemen yang
telah memberikan support, mengizinkan dan memberikan tugas kepada penulis untuk
melakukan penelitian dan penulisan jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah Putra, D., Basuki, P., & Pancawati Martiningsih, S. (2017). Determinan Sinkronisasi
Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Dokumen
Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) Kota
Mataram Tahun 2015. Jurnal Akuntansi Dan Investasi. https://doi.org/10.18196/jai.18160
Efni, Y. (2013). Pengaruh Suku Bunga Deposito, Sbi, Kurs Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Perusahaan Real Estate Dan Property Di BEI. Jurnal Ekonomi.
Hadya, R., Begawati, N., & Yusra, I. (2017). Analisis Efektivitas Pengendalian Biaya,
Perputaran Modal Kerja, dan Rentabilitas Ekonomi Menggunakan Regresi Data Panel.
Jurnal Pundi, 01(03), 1–35.
Handiani, S. (2014). Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar Dolar
Amerika/Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Periode 2008-2013. E-
Journal Graduate Unpar Part A - Economics.
Hartono, J. (2016). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE- Yogyakarta. https://doi.org/
10.1111/j.1467-8624.2007.01134.x
Hismendi, Abubakar Hamzah, Said, M. (2013). Analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi dan
pertumbuhan gdp terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan di bursa efek
indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(2), 16–28.
Kewal, S. S. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, 8(1), 53–64.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21831/economia.v8i1.801
Krisna, A. A. G. A., & Wirawati, N. G. P. (2013). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku
Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 3(2), 421–435.
Nirmala, A., Hanani, N., & Muhaimin, A. (2016). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang. HABITAT.
https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2016.027.2.8
Raraga, F., Chabachib, M., & Muharam, H. (2013). Analisis Pengaruh Harga Minyak dan
Harga Emas terhadap Hubungan Timbal-balik Kurs dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) \r\n2000 -2013. Jurnal Bisnis Strategi.
Santoso, B., Sulistiowati, E., Fajarwati, T., & Pambudi, J. (2014). Studi Diet Total: Survei
Konsumsi Makanan Individu Provinsi Jawa Tengah 2014. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. https://doi.org/978-602-1099-31-5
Sari, D. I. (2017). Analisa Rasio Likuiditas Laporan Keuangan Pada Adira Dinamika Multi
Finance Tbk. Jurnal Moneter.
Sekaran, U. (2014). Research methods for business metedologi penelitian untuk bisnis. In 1.
https://doi.org/10.1353/pla.2008.0010
Tandelilin, E. (2010). Dasar-dasar Manajemen Investasi. Keuangan.
Yusra, I., Hadya, R., & Fernandes, J. (2017). Likuiditas , Financial Leverage , dan
Prediktabilitas Beta: Pendekatan Fowler and Rorke Sebagai Metode Koreksi Beta. Jurnal
Benefita, 2(1), 81–91.
11
12