Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Sebagai Dampak Dari Variabel Makro

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

SEBAGAI DAMPAK DARI VARIABEL MAKRO

Yessa Dermi Yulianti1) , Irdha Yusra2)


1,2)
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KBP
[email protected]
[email protected]

ABSTRACT

The Composite Stock Price Index or The Composite Index (CI) is a reflection of the Indonesian
economy, when the JCI showed an increase it meant that the Indonesian economy was in a
conducive condition and vice versa. To be able to find out what can help the CI movement,
several factors need to be considered such as world gold prices, the rupiah exchange rate,
world oil prices and SBI interest rates. The purpose of this study was to determine the effect of
world gold prices, the rupiah exchange rate, world oil prices and SBI interest rates on the CI.
This research was carried out on the IDX by using a sample of 84 with the selection of samples
limited to the closing data each month during the observation period. Observations were
carried out for 7 years between 2011-2017 and data were analyzed by multiple linear
regression analysis techniques. world gold prices, world oil prices and SBI interest rates
partially have a significant negative effect on the CI, this means an increase in world gold price
rates, world oil prices and SBI interest rates can result in a decline in the value of the CI. The
rupiah exchange rate partially has a significant positive effect, which means that the increase in
the rupiah exchange rate can increase the CI value.

Keywords: Composite Index, world gold, rupiah exchange rate, world oil, SBI

PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak kebutuhan, keinginan, permintaan,
penawaran seseorang akan sesuatu. Saat sekarang ini banyak masyarakat yang ingin
mengumpulkan harta mereka untuk waktu kedepan dan memenuhi apa yang mereka inginkan
dan butuhkan. Banyak cara untuk mengumpulkan harta tersebut, salah satunya dengan
berinvestasi. Investasi yaitu dimana konsumsi tertunda dimasa sekarang yang akan masuk ke
aktiva produktif selama periode (Hartono, 2016).
Indeks Gabungan yakni nilai yang dipakai berupa pengukuran kinerja gabungan dari
total saham yang terdaftar di Bursa Efek. Indeks harga saham (IHS) yaitu dimana gambaran
harga saham mengalami pergerakan (Efni, 2013). IHS berfungsi untuk analisa bursa yang
dipakai untuk cermat dalam mengambil tindakan sewaktu melakukan transaksi saham. IHS
hanya berlaku untuk saham perorongan atau individual, teatapi indeks harga saham gabungan
(IHSG) merupakan gabungan semua saham yang terdaftar pada bursa efek Indonesia.
Perkembangan Harga Saham dapat dilihat pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham yang mengalami peningkatan bias mengindikasikan adanya
perbaikan kinerja perekonomian sedangkan indeks harga saham mengalami penurunan yang
disebabkan oleh kondisi perekonomian bagi Negara yang mengalami permasalahan.
Berdasarkan padangan tersebut maka diperlukan mengenai kajian yang berkaitan dengan
perubahan harga saham tersebut seperti tingkat suku bunga dan nilai tukar USD.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika indeks harga saham gabungan,
salah satunya faktor makro. Faktor makro diantaranya emas dunia, kurs rupiah, harga minyak
dunia, suku bunga serta faktor eksternal lainnya. Kondisi ekonomi makro tersebut akan
mempengaruhi kemampuan investor dalam mengerti dan memprediksi kondisi ekonomi makro

1
di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang
menguntungkan (Tandelilin, 2010).
Naik turunnya kurs berdampak pada kondisi ekonomi. Melemahnya kurs akan
berpengaruh negatif terhadap perekonomian dan pasar modal negara. Bagi suatu negara,
kondisi perekonomian yang baik diantaranya diwakili oleh nilai tukar (kurs) yang stabil dan
perdagangan saham yang bergairah. Nilai kurs menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
naik turunnya IHSG di pasar modal. Jika nilai kurs dolar tinggi, membuat investor lebih
menyukai investasi dalam bentuk USD.
Berfluktuasinya harga minyak mentah dunia menjadi penyebab atau faktor yang
mempengaruhi pasar modal suatu negara. Meningkatnya harga minyak dunia akan berdampak
pada lini ekspor maupun impor suatu negara secara tidak langsung. Pada saat minyak mentah
dunia meningkat para investor akan berinvestasi ke berbagai sektor minyak dan pertambangan
karena harga saham yang tinggi.
Suku bunga juga merupakan salah satu bagian faktor makro ekonomi yang berpengaruh
terhadap kondisi perekonomian suatu negara dan pasar modalnya. Jika suku bunga meningkat
akan menjadi peningkatan beban pada perusahaan yang nantinya akan terjadi penurunan harga
saham. Kenaikan ini juga berpotensial menjadikan dorongan untuk investor untuk mengalihkan
dananya ke pasar uang maupun tabungan maupun deposito. Maka investasi dilini bursa
mengalami penurunan dan selanjutnya dapat mempengaruhi IHSG di pasar modal. (Darwati
dan Santoso, 2014).

Keterkaitan emas dunia dan IHSG


Menurut (Handiani, 2014) emas yakni jenis investasi yang diingini investor sebab
mempunyai tingkat risiko yang relatif rendah, berfungsi sebagai pelindung kekayaan dan tidak
terpengaruh oleh inflasi (zero inflation). Kenaikan harga emas dunia akan membuat investor
lebih tertarik untuk berinvestasi pada emas daripada saham. Keadaan ini akan membuat IHSG
turun karena investor akan menjual sahamnya dan beralih pada emas. Demikian sebaliknya,
jika harga emas dunia turun, maka banyak investor akan menjual emasnya dan beralih pada
saham sehingga IHSG mengalami peningkatan (Handiani, 2014).
Pada hasil penelitian (Anugrah Putra, Basuki, & Pancawati Martiningsih, 2017)
mengatakan bahwa harga emas dunia mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap
variabel IHSG. Oleh karena itu, jika terjadi harga emas naik maka akan menaikan IHSG dan
sebaliknya penurunan harga emas akan menyebabkan penurunan IHSG. Berdasarkan
argumentasi di atas, hipotesis pertama yang dapat dibangun adalah sebagai berikut :
H1 : Harga emas dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG
Keterkaitan Kurs Rupiah dan IHSG
Nilai tukar (kurs) yakni nilai mata uang suatu negara dibandingkan dengan nilai mata
uang negara lain (Nirmala, Hanani, & Muhaimin, 2016). Nilai tukar adalah salah satu faktor
yang cukup berpengaruh terhadap naik turunnya IHSG. Jika nilai tukar rupiah/dollar turun
(menguat), maka kondisi perekonomian negara membaik, sehingga pasar modal meningkat, hal
ini akan menaikkan IHSG. Demikian sebaliknya, jika nilai tukar IDR/USD naik (melemah),
maka kondisi perekonomian negara memburuk, sehingga pasar modal menurun, hal ini akan
menurunkan IHSG.
penelitian dari (Krisna & Wirawati, 2013) menyatakan bahwa variabel kurs rupiah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Hal ini juga didukung oleh penelitian
(Handiani, 2014) yang menemukan kurs rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG
Berdasarkan argumentasi di atas, hipotesis kedua yang dapat dibangun adalah sebagai berikut :
H2 : Kurs rupiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG

2
Keterkaitan Harga Minyak Dunia dan IHSG
Minyak merupakan komoditi yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia.
Fluktuasi harga minyak dunia dapat berpengaruh terhadap pasar modal. Jika harga minyak
dunia naik investor akan membeli saham perusahaan tambang sehingga IHSG meningkat,
tetapi akan berdampak pada perusahaan di luar sektor tambang yang akan mengalami kerugian.
Penurunan laba perusahaan dapat menurunkan minat investor terhadap saham perusahaan
sehingga IHSG mengalami penurunan. Dari hasil penelitian (Handiani, 2014)harga minyak
dunia berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan argumentasi diatas, hipotesis ketiga yang dapat dibangun adalah sebagai berikut :

H3 : Harga Minyak Dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG

Keterkaitan Suku Bunga SBI dan IHSG


SBI atau juga disebut Sertifikat Bank Indonesia yakni suatu instrumen pasar uang yang
dipakai pihak Bank Indonesia untuk likuiditas perekonomian. Kenaikan suku bunga SBI yang
agresif dapat memperkuat rupiah, tapi IHSG akan anjlok karena investor lebih memilih
menabung di bank. Jika suku bunga SBI meningkat otomatis harga saham akan mengalami
penurunan. Sebaliknya ketika suku bunga Menurun maka harga saham akan mengalami
peningkatan.
Hasil penelitian yang dilakukan (Santoso, Sulistiowati, Fajarwati, & Pambudi, 2014)
memperlihatkan bahwa variabel suku bunga memiliki nilai negatif signifikan terhadap
Composite Index, yang berarti suku bunga memiliki pengaruh terhadap Composite Index (Sari,
2017) hasil penelitian bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap
IHSG. Begitu juga dengan hasil penelitian (Hismendi, Hamzah, Said, 2013) mereka
menyimpulkan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh negative dan signifikan terhadap
indeks harga saham gabungan. Bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan (Handiani,
2014) dimana suku bunga SBI memiliki pengaruh positif dan juga signifikan dengan variabel
indeks harga saham gabungan.
Berdasarkan argumentasi diatas, hipotesis ketiga yang dapat dibangun adalah sebagai
berikut :
H4 : Suku SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG

METODE PENELITIAN
Data diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti dari pihak kedua, ketiga dan
seterusnya. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh laporan dan data IHSG, harga emas
dunia, kurs rupiah, harga minyak dunia dan suku bunga SBI di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011 – 2017.
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang
ingin peneliti investigasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh laporan
dan data IHSG, harga emas dunia, kurs rupiah, harga minyak dunia dan suku bunga SBI,
berdasarkan data yang tersedia untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian. Sampel
adalah sub-kelompok atau bagian dari populasi (Sekaran, 2014). Sampel yang digunakan pada
penelitian ini yaitu data IHSG, harga emas dunia, kurs rupah, harga minyak dunia dan suku
bunga SBI yang dibatasi pada data penutupan tiap bulan selama periode pengamatan.
Pengamatan dilakukan selama 7 tahun yaitu antara tahun 2011-2017. Adapun data yang
digunakan berupa data bulanan, oleh sebab itu dalam penelitian ini jumlah observasi yang
digunakan sebanyak 84 observasi.

3
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel yang digunakan terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
N Variabel Definisi Indikator Skala
o
1 Dependen:
IHSG IHSG adalah indeks Closing price bulanan Rasio
harga IHSG selama periode
saham gabungan yang pengamatan antara
dikeluarkan oleh Bursa tahun
Efek Indonesia setiap 2011-2017 yang
hari diperoleh
(Kewal, 2012). Dari www.idx.co.id
2 Independen
:
a. Harga Harga emas dunia Closing price bulanan Rasio
Emas adalah harga emas dunia
Dunia harga spot yang selama
terbentuk periode pengamatan
dari akumulasi antara
penawaran tahun 2011-2017
dan permintaan di pasar yang
emas London (Raraga et diperoleh dari
al., 2013) www.gold.org
b. Kurs Kurs rupiah adalah nilai Closing price bulanan Rasio
Rupiah tukar rupiah terhadap kurs
dollar AS (Kewal, 2012) rupiah selama periode
pengamatan antara
tahun
2011-2017 yang
diperoleh
dari www.bi.go.id
c. Harga Harga minyak dunia Closing price bulanan Rasio
Minyak adalah harga minyak dunia
Dunia harga spot pasar minyak selama periode
dunia yang terbentuk pengamatan antara
dari tahun 2011-2017
akumulasi permintaan yang diperoleh
dan penawaran dari www.opec.org
(Handiani, 2014)
d. Suku Tingkat Suku Bunga Closing price bulanan Rasio
Bunga SBI SBI adalah pembayaran suku bunga SBI
bunga selama
tahunan dari suatu periode pengamatan
pinjaman, dalam bentuk antara
presentase dari pinjaman tahun 2011-2017
yang diperoleh dari yang
jumlah bunga yang diperoleh dari
diterima tiap tahun www.bi.go.id
dibagi dengan jumlah
pinjaman (Karl dan
Fair,2001: 635 dalam

4
(Krisna & Wirawati,
2013)

Teknik Analisa Data


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif
dan analisis regresi dengan bantuan Program SPSS. Analisis statistik deskriptif untuk
memberikan deskripsi atau data yang diambil dari minimum, maksimum, rata-rata (rata-rata),
dan standar deviasi (standar deviasi) dari data yang telah diperoleh peneliti (Ghozali, 2013)
dalam (Ayu, dkk, 2015). Setelah melakukan uji statistik deskriptif kemudian dilanjutkan
dengan uji asumsi klasik, yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multikolonieritas, Uji
Heteroskedastisitas, dan Uji autokorelasi.
Dewi et al., (2014) mengatakan uji normalitas bertujuan untuk mengetahui dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual telah terdistribusi secara normal. Menurut Winarno
(2015) uji normalitas dapat dilihat dengan uji Jarque-Bera. Jarque-Bera adalah uji statistik
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan
kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila data bersifat normal. Uji JarqueBera
didistribusikan dengan Z2 dengan derajat bebas (degree of freedom) sebesar 2. Apabila nilai
probabilitas Jarque-Bera> 5% maka data terdistribusi secara normal dan sebaliknya apabila
nilai probabilitas Jarque-Bera < 5% maka data tidak terdistribusi secara normal.
Winarno (2015) mengatakan uji multikolinearits ini bertujuan menguji apakah dalam
model regresi ditemukan korelasi atau hubungan antara variabel bebas/independen. Apabila
tidak terjadi korelasi atau hubungan antar variabel bebas menunjukkan model regresi baik.
Suatu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model dapat dengan melihat
matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika nilai F hitung < F kritis pada alpha dan
kebebasan tertentu (kecil dari 80%) maka model bebas dari gejala multikolienaritas.
Dewi et al., (2014) mengatakan uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada semua pengamatan dalam model regresi.
Metode ini dilakukan meregresi nilai absolut residual terhadap variable bebas.
Heteroskedatisitas terjadi jika ada pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat. Uji ini dapat dilakukan dengan uji glejser, ada atau tidaknya terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi linear dengan melihat nilai probabilitas (t-statistic). Jika nilai probabilitas
(t-statistic) lebih besar dari tingkat alpha 0.05 maka data tersebut bebas dari gejala
heteroskedastisitas. Dan sebaliknya jika nilai probabilitas (t-statistic) lebih kecil dari tingkat
alpha 0.05 maka data tersebut terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Ghozali (2005) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problema autokorelasi.
Ghozali (2005) juga menyatakan bahwa autokorelasi muncul karena observasi yang muncul
secara berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda (Multiple
Linier Regression). Metode analisis berganda menggunakan 2 (dua) atau lebih variabel
independen. Persamaan model regresi dari penelitian ini adalah :

Y= α + β1x1 + β2x2 + β3x3+ β4x4 + ε

Dimana Y merupakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG); α merupakan Konstanta; β1, β2, ,
β3, dan β4 merupakan koefisien regresi dari variabel independen; X 1 merupakan harga emas
dunia; X2 merupakan kurs rupiah; X3 merupakan harga minyak dunia; X4 merupakan suku
bunga SBI; dan ε merupakan error term (faktor gangguan)

5
Hipotesis yang telah dirumuskan diuji menggunakan uji t (t-test). Uji t bertujuan untuk melihat
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujiannya
dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel atau nilai signifikansi
yang dibandingkan dengan alpha sebesar 0.05 (α = 5%). Jika nilai t-hitung lebih besar dari t-
tabel atau nilai signifikansi lebih kecil dari alpha artinya ada pengaruh secara parsial/individual
antara variabel independen terhadap variabel dependen (Hadya, Begawati, & Yusra, 2017;
Yusra, Hadya, & Fernandes, 2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif
Pengujian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum obyek penelitian.
Perhitungan statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, maksimum, rata-
rata, maupun standar deviasi masing-masing variabel. Statistik Deskriptif menggunakan nilai
median untuk menghindari adanya persebaran yang luas dalam observasi yang bisa mewakili
nilai variabel yang dianalisis. Statistik deskriptif ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IHSG 3409.17 6355.65 4.73183 675.77688
EMAS 44282.19 5.475 4.56965 66846.93312
KURS 8532.00 14396.10 1.15434 1918.35521
MINYAK 37.23 109.89 76.3688 23.17744
SBI 0.06 0.08 0.0678 0.00751

Dari tabel diatas dapat dilihat variabel IHSG dengan jumlah data (N) sebanyak 84 bulan
memiliki nilai minimum sebesar 3409.17 rupiah dan nilai maksimum sebesar 6355.65 rupiah.
Nilai rata-rata (mean) IHSG sebesar 4.73183 rupiah dan standar deviasi sebesar 675.77688.
Untuk variabel harga emas dunia, dengan jumlah data (N) sebanyak 84 bulan memiliki nilai
minimum sebesar 44282.19 rupiah dan nilai maksimum sebesar 5.475 rupiah. Nilai rata-rata
(mean) harga emas dunia sebesar 4.56965 rupiah dan standar deviasi sebesar 66846.93312.
Nilai standar deviasi yang lebih besar dari nilai mean menunjukkan data harga emas dunia
mengelompok disekitar nilai rataratanya. Selanjutnya variabel kurs rupiah, dengan jumlah data
(N) sebanyak 84 bulan memiliki nilai minimum sebesar 8532 rupiah dan nilai maksimum
sebesar 14396.10 rupiah.
Nilai rata-rata (mean) kurs ruiah sebesar 1.15434 dan standar deviasi sebesar
1918.35521 rupiah. Kemudian variabel harga minyak dunia, dengan jumlah data (N) sebanyak
84 bulan memiliki nilai minimum sebesar 37.23 dollar dan nilai maksimum sebesar 109.89
dollar. Nilai rata-rata (mean) harga minyak dunia sebesar 76.3688 dollar dan standar deviasi
sebesar 23.17744.
Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai mean menunjukkan data harga minyak
dunia mengelompok disekitar nilai rataratanya Yang terakhir variabel suku bunga SBI, dengan
jumlah data (N) sebanyak 84 bulan memiliki nilai minimum sebesar 6% dan nilai maksimum
sebesar 8 %. Nilai rata-rata (mean) suku bunga SBI sebesar 6,78 % dan standar deviasi sebesar
0,751. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai mean menunjukkan data suku bunga SBI
mengelompok disekitar nilai rata-ratanya.

6
Uji Normalitas

Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov Asymp. Sig.
Kesimpulan
Z (2-tailed)
0.535 0.937 Data normal

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan untuk uji normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov(K-S) one sample hasil uji normalitas diketahui nilai
signifikasi 0.937 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Emas 0.898 1.114 tidak ada multikolienaritas
Kurs 0.228 4.380 tidak ada multikolienaritas
Minyak 0.289 3.462 tidak ada multikolienaritas
SBI 0.661 1.512 tidak ada multikolienaritas

Tabel di atas menunjukkan nilai tolerance pada semua variabel independen lebih vesar
dari 0.1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolinearits.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 5
Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Kesimpulan
Emas 0.410 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Kurs 0.058 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Minyak 0.629 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
SBI 0.418 Tidak terjadi Heteroskedastisitas

Pada tabel diatas dapat dilihat seluruh variabel telah memenuhi syarat uji
heteroskedastisitas sehingga data yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas, dimana nilai
signifikansi seluruh variabel lebih besar dari 0,05

7
Uji Autokorelasi

Tabel 6
Uji Autokorelasi
R Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R
Square R Square the Estimate Watson
1 .745a .556 .533 461.68584 .216

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 0,216. Dimana nilai
tersebut berada diantara -2 < 0,216 < +2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model regresi
tidak terdapat autokorelasi.

HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS


Uji hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara nilai t yang dihasilkan dari perhitungan statistik dengan nilai t
tabel.Untuk mengetahui nilai t hitung dapat dilihat melalui tabel di bawah ini. Sedangkan untuk
melihat nilai t tabel dicari pada α = 0,05 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-5 atau 112-
4 = 98. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1,98.
Jika to t tabel atau – to< - t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Tetapi jika to < t tabel
atau – to - t tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis
Sumber: Hasil
Olahan Data Variabel T Sig Kesimpulan SPSS
Emas -0.248 0.805 Hipotesis Ditolak
Kurs 5.984 0.000 Hipotesis Diterima Hipotesis
pertama Minyak 1.386 0.170 Hipotesis Ditolak (H1) diduga
harga SBI -0.803 0.425 Hipotesis Ditolak emas dunia
berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG. Pada tabel di atas t hitung harga emas dunia
sebesar -0.248 dan nilai signifikansi 0.805. Dari hasil yang didapat yaitu t hitung sebesar -
0.248 yang menjelaskan bahwa harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Sementara nilai signifikansi sebesar 0.805 > 0.05 yang menjelaskan bahwa harga emas dunia
tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak.
Hipotesis kedua (H2) diduga kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Pada
tabel di atas t hitung kurs rupiah sebesar 5.984 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil
yang didapat yaitu t hitung sebesar 5.984 yang menjelaskan bahwa kurs rupiah berpengaruh
positif terhadap IHSG. Sementara nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang menjelaskan
bahwa kurs rupiah berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Dengan demikian hipotesis
kedua (H2) diterima.

8
Hipotesis ketiga (H3) diduga harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap
IHSG. Pada tabel di atas t hitung harga minyak dunia sebesar 1.386 dan nilai signifikansi
sebesar 0.170. Dari hasil yang didapat yaitu t hitung sebesar 1.386 yang menjelaskan bahwa
harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap IHSG. Sementara nilai signifikansi sebesar
0.170 > 0,05 yang menjelaskan bahwa harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak.
Hipotesis keempat (H4) diduga suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Pada tabel di atas t hitung sebesar -0.803 dan nilai signifikansi sebesar 0.425. Dari hasil yang
didapat yaitu t hitung sebesar -0.803 yang menjelaskan bahwa suku bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap IHSG. Sementara nilai signifikansi sebesar 0.425 > 0,05 yang menjelaskan
bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Dengan demikian
hipotesis keempat (H4) ditolak.

PEMBAHASAN
Pengaruh harga emas dunia terhadap IHSG
Hipotesis pertama dalam penelitian ini ditolak yaitu harga emas dunia tidak
berpengaruh signifikan terhadap IHSG tahun 2011 - 2017.Hasil olah data yang dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa harga emas dunia berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap IHSG. Tidak signifikannya pengaruh harga minyak dunia terhadap IHSG,
dapat disimpulkan bahwa harga emas dunia bukan merupakan factor penentu naik atau
turunnya nilai IHSG.
Hal ini disebabkan karena pada tahun 2013 kondisi perekonomian di Indonesia tidak
stabil yang mengakibatkan kurs rupiah, harga emas dunia serta IHSG ikut menurun. Penurunan
ini disebabkan penarikan dana asing dari pasar saham secara besar-besaran. Selanjutnya adanya
kebijakan pengurangan stimulus fisikal berupa pembelian obligasi sebesar US$ 85 miliyar per
bulan untuk memulihkan perekonomian Amerika Serikat oleh ketua The Federal Reserve, Ben
Bernanke. Rencana tersebut menyebabkan jumlah Dollar AS berkurang di pasar sehingga mata
uang Dollar AS menguat. Akan tetapi menyebabkan emas kehilangan momentum dan
mengakibatkan banyak investor beralih dari emas ke Dollar AS. Penyebab kedua adalah
adanya penurunan permintaan emas dari India dan China yang merupakan negara terbesar
pengimpor emas. Kedua negara ini mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sehingga
membebani harga emas dunia. (Handiani, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prayitno (2012) dan
penelitian Handiani (2014), dimana pada hasil penelitiannya menyebutkan bahwa harga emas
dunia memiliki pengaruh positif signifikan terhadap variabel IHSG.

Pengaruh Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap IHSG


Hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima yaitu kurs rupiah berpengaruh positif
signifikan terhadap IHSG. Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa kurs rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG Hal ini berarti kurs rupiah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Pengaruh positif ini menunjukkan bahwa
kurs rupiah dan IHSG berbanding lurus. Jika kurs rupiah turun (menguat) kondisi ekonomi
meningkat serta pasar modal juga meningkat sehingga mengakibatkan IHSG mengalami
peningkatan.
Begitu juga sebaliknya jika kurs rupiah naik (melemah) maka IHSG mengalami
penurunan. Hal ini didukung oleh pendekatan tradisional, yang menyataka hubungan antara
kurs rupiah dengan harga saham adalah positif, dimana nilai tukar mempengaruhi
kompetitifnya suatu perusahaan (Kewal, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Krisna dan Wirawati
(2013) dan penelitian Handiani (2014), dimana pada hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

9
kurs rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Melemahnya nilai tukar rupiah
dapat berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi suau perusahaan. Hal ini terjadi
khususnya pada perusahaan yang menggunakan bahan baku impor maupun perusahaan yang
mengandalkan pinjaman modal asing untuk membiayai operasi. Kenaikan biaya produksi akan
mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Menurunnya tingkat keuntungan perusahaan akan
mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan sehingga pada akhirnya IHSG
mengalami penurunan (Handiani, 2014).

Pengaruh Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG


Hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa harga minyak
dunia berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap IHSG. Hal ini berarti harga minyak
dunia berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap IHSG. Pengaruh positif ini
menunjukkan bahwa harga minyak dunia dan IHSG berbanding lurus. Jika harga minyak dunia
naik mengakibatkan IHSG mengalami peningkatan. Begitu juga sebaliknya jika harga minyak
dunia turun maka IHSG mengalami penurunan.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Handiani (2014), dimana
pada hasil penelitiannya menyebutkan bahwa harga minyak dunia memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap variabel IHSG. Harga minyak dunia yang berfluktuatif dapat
mempengaruhi pasar modal suatu negara. Bagi perusahaan sektor pertambangan di BEI,
kenaikan harga minyak dunia dapat memberikan keuntungan karena laba bersih perusahaan
akan meningkat. Hal ini akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan
tambang sehingga IHSG meningkat (Handiani, 2014).

Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap IHSG


Hipotesis keempat dalam penelitian ini ditolak yaitu menunjukkan bahwa suku bunga SBI
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap IHSG. Hasil Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Kewal (2012) dimana pada hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel IHSG. Variabel
suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap IHSG dapat disebabkan karena adanya krisis
global 2008-2014 yang masih berdampak, sehingga suku bunga SBI tidak berpengaruh
terhadap IHSG. Selain itu, perusahaan-perusahaan emiten yang memberikan dividen yang
cukup tinggi bagi pemegang sahamnya menjadi salah satu stimulus bagi investor untuk
berinvestasi pada saham dibandingkan dalam bentuk surat berharga di pasar uang (Kewal,
2012).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya, maka dapat di
simpulkan data IHSG, harga emas dunia, kurs rupah, harga minyak dunia dan suku bunga SBI
yang dibatasi pada data penutupan tiap bulan selama periode pengamatan. Pengamatan
dilakukan selama 7 tahun yaitu antara tahun 2011-2017 bahwa harga emas, harga minyak dan
sbi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Namun Kurs rupiah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap IHSG.

UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
dukungan dan dorongan dalam melakukan penelitian ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada Bursa Efek Indonesia yang telah menyediakan akses kedalam laporan keuangan
tahunan (annual report) perusahaan yang terdaftar di BEI. Sehingga memudahkan peneliti
untuk mengumpulkan data sesuai dengan data yang peneliti butuhkan.

10
Penghargaan dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi “Keuangan Perbankan dan Pembangunan”, terutama Program Studi Manajemen yang
telah memberikan support, mengizinkan dan memberikan tugas kepada penulis untuk
melakukan penelitian dan penulisan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah Putra, D., Basuki, P., & Pancawati Martiningsih, S. (2017). Determinan Sinkronisasi
Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Dokumen
Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) Kota
Mataram Tahun 2015. Jurnal Akuntansi Dan Investasi. https://doi.org/10.18196/jai.18160
Efni, Y. (2013). Pengaruh Suku Bunga Deposito, Sbi, Kurs Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Perusahaan Real Estate Dan Property Di BEI. Jurnal Ekonomi.
Hadya, R., Begawati, N., & Yusra, I. (2017). Analisis Efektivitas Pengendalian Biaya,
Perputaran Modal Kerja, dan Rentabilitas Ekonomi Menggunakan Regresi Data Panel.
Jurnal Pundi, 01(03), 1–35.
Handiani, S. (2014). Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar Dolar
Amerika/Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Periode 2008-2013. E-
Journal Graduate Unpar Part A - Economics.
Hartono, J. (2016). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE- Yogyakarta. https://doi.org/
10.1111/j.1467-8624.2007.01134.x
Hismendi, Abubakar Hamzah, Said, M. (2013). Analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi dan
pertumbuhan gdp terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan di bursa efek
indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(2), 16–28.
Kewal, S. S. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, 8(1), 53–64.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21831/economia.v8i1.801
Krisna, A. A. G. A., & Wirawati, N. G. P. (2013). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku
Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 3(2), 421–435.
Nirmala, A., Hanani, N., & Muhaimin, A. (2016). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang. HABITAT.
https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2016.027.2.8
Raraga, F., Chabachib, M., & Muharam, H. (2013). Analisis Pengaruh Harga Minyak dan
Harga Emas terhadap Hubungan Timbal-balik Kurs dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) \r\n2000 -2013. Jurnal Bisnis Strategi.
Santoso, B., Sulistiowati, E., Fajarwati, T., & Pambudi, J. (2014). Studi Diet Total: Survei
Konsumsi Makanan Individu Provinsi Jawa Tengah 2014. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. https://doi.org/978-602-1099-31-5
Sari, D. I. (2017). Analisa Rasio Likuiditas Laporan Keuangan Pada Adira Dinamika Multi
Finance Tbk. Jurnal Moneter.
Sekaran, U. (2014). Research methods for business metedologi penelitian untuk bisnis. In 1.
https://doi.org/10.1353/pla.2008.0010
Tandelilin, E. (2010). Dasar-dasar Manajemen Investasi. Keuangan.
Yusra, I., Hadya, R., & Fernandes, J. (2017). Likuiditas , Financial Leverage , dan
Prediktabilitas Beta: Pendekatan Fowler and Rorke Sebagai Metode Koreksi Beta. Jurnal
Benefita, 2(1), 81–91.

11
12

You might also like