Paper Majenang
Paper Majenang
Paper Majenang
Abstrak
Keberadaan tanah residual dipermukaan lahan dapat menimbulkan permasalahan geologi teknik di suatu
wilayah, terutama berkaitan dengan kekuatan dan daya dukung tanahnya. Daerah Kebumen dan
Majenang, sebagai studi kasus, merupakan daerah rentan gerakan tanah yang pada umumnya terjadi pada
lapisan tanah residual. Untuk mengatasi permasalahan geoteknik ini, maka perlu diketahui kondisi
geoteknik lapisan tanah residual berdasarkan tingkat pelapukanya. Makalah ini menyajikan hasil investigasi
geologi teknik untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan keteknikan lapisan tanah residual yang berada di
wilayah Kebumen dan Majenang. Investigasi geologi teknik meliputi pemetaan geologi teknik, identifikasi
tingkat pelapukan batuan, pengambilan conto tanah tak terganggu dan terganggu dengan menggunakan
alat bor tangan, pembuatan sumuran dan pengujian sifat fisik, dan identifikasi sifat mineralogi dan mekanik
di laboratorium. Pengujian conto tanah residual dan lapuk sempurna menghasilkan distribusi fraksi
lempung berkisar antara 14 – 42%, indeks plastis 23,18 – 65,94%, jenis tanah lanau organik dengan nilai
aktivitas 1,69 - 3,07 (tinggi–sangat tinggi). Sementara itu berdasarkan analisis data uji kuat geser, terjadi
penurunan kuat geser tanah seiring dengan peningkatan kadar air dan prosentase lempung terhadap
tingkat pelapukannya. Hasil XR-day menunjukkan jenis lempung jenis kaolinit sangat dominan,
menyebabkan tanah bersifat ekspansif dengan tingkat pengembangan tinggi.
Kata kunci: Pelapukan, tanah residual, kuat geser tanah, sifat fisik dan keteknikan.
PENDAHULUAN
Keberadaan tanah residual dipermukaan lahan dapat menimbulkan permasalahan geologi teknik, terutama
berkaitan dengan kekuatan dan daya dukung tanahnya. Tutupan tanah residual di Indonesia mencapai 53%
luas daratan, yang berasal dari berbagai jenis batuan induknya (Saroso, 2002). Dearman, & Irfan, (1978),
menyatakan bahwa keberadaan tanah residual di perbukitan menimbulkan permasalahan gerakan tanah.
Peristiwa ini biasanya terjadi pada musim penghujan dan berdampak merugikan. Tercatat sejak tahun 2000
hingga 2009, jumlah korban jiwa telah mencapai 1121 orang meninggal, 310 luka-luka, 77 hilang dan 1327
rumah rusak (Karnawati, 2009). Upaya disiminasi hasil-hasil riset untuk mengurangi dampak negatif ini telah
dilakukan dengan berbagai publikasi dan sosialisasi, baik mandiri ataupun terkoordinasi dengan instansi
terkait. Mengingat intensitas gerakan tanah terus meningkat, perlu dilakukan pemahaman karakteristik
tanah pada daerah rawan bencana tersebut.
Hirnawan (1999) menjelaskan bahwa tanah residu breksi volkanik Kuarter dan tuf lapili bertekstur
campuran antara lempung, lanau dan pasir halus. Jenis tanah ini termasuk lempung dengan tingkat
keplastisan tinggi (CH) dan dengan tingkat pengembangan yang tinggi sehingga mengakibatkan kekuatan
tanah menjadi berkurang. Sadisun (2001) dan Wibowo (2009), dalam penelitian mengenai tanah residual
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pelapukan (semakin tinggi derajat pelapukannya), kohesi tanah
cenderung mengecil, artinya perubahan kohesi tanah pelapukan menurun secara linear terhadap kenaikan
derajat pelapukannya. Demikian halnya dengan sudut geser dalam, akan mengalami penurunan secara
linier dengan semakin tinggi derajat pelapukannya. Wesley (2003) berkesimpulan dalam penelitian sifat
mekanik tanah residual,bahwa conto tanah yang memiliki nilai kuat geser lebih tinggi umumnya berbutir
halus. Sedangkan conto tanah terganggu menunjukkan nilai yang lebih rendah. Dalam studiuji triaxial
terhadap lapukan batuan sedimen, diperoleh nilai sudut geser dalam lebih rendah, berkisar antara 14o
sampai 29o, sedang tanah pelapukan breksi berkisar antara 31o sampai 40o. Tohari, (2005) melakukan
penelitian hubungan karakter curah hujan pemicu gerakan tanah, menyimpulkan bahwa air hujan yang
meresap kedalam tanah dapat menimbulkan peningkatan tekanan air-pori kritikal, dan menyebabkan
ganggungan kestabilan lereng terutama yang dibentuk tanah residual. Penelitian ini mempunyai aspek
METODOLOGI
Untuk memahami karakteristik tanah residual dilakukan pengujian lapangan dan laboratorium yang
berhubungan dengan sifat fisik, sifat mekanik dan uji kimia serta mineralogi tanah. Kegiatan penelitian
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Investigasi geologi teknik dengan uji sondir, pengambilan conto tanah tak terganggu dan terganggu
menggunakan alat bor tangan, pembuatan sumuran dan pengujian sifat fisik, mineralogi dan mekanik
di laboratorium.
(b) Uji laboratorium meliputi analisis kimia tanah dan XRD untuk mengetahui jenis mineral tanah residual,
terutama jenis mineral lempungnya. Uji sifat indeks tanah dilakukan guna mengetahui kadar air (w),
batas konsistensi (LL, PL, IP), ukuran butir, berat isi total (s) dan specific gravity (Gs). Sifat indeks ini
diperlukan untuk mengevaluasi sifat-sifat indeks tanah residual pada setiap perbedaan lapisan tanah.
Hasil uji kadar air dan berat jenis tanah digunakan pula untuk menentukan parameter porositas dan
derajat kejenuhan setiap contoh tanah. Uji sifat mekanik tanah menggunakan triaxial dan proctor
standard.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Tanah
Analisis sifat fisik tanah residual daerah penelitian ditunjukan pada Tabel 1. Sedangkan uji besar butir tanah
dari beberapa conto tanah ditunjukkan Gambar 1. Berdasarkan Indeks plastis dan kadar lempung, potensi
pengembangan tanah termasuk tinggi. Plot data pada grafik plastisitas (Gambar 2) menunjukkan bahwa
tanah dapat diklasifikasikan sebagai MH (In Organik Silt dengan plastisitas tinggi) dan OH (Organik Silt
dengan plastisitas tinggi). Sementara itu, analisis indeks Aktivitas (Skempton, 1953 dalam Hardiyatmo,
2006) menunjukkan bahwa tanah residu memiliki sifat ekspansif dengan potensi mengembang tinggi
dengan indikasi PI>35%, LS>10% dan A>1,25 (Tabel 2).
Gambar 1. Grafik Uji distribusi besar butir Gambar 2. Grafik Plastisitas tanah
Hasil uji kadar air optimum (w.Opt) diperoleh dari ploting hubungan kadar air (w) dengan kepadatan kering
tanah lempung yang sudah dipadatkan dengan menggunakan Standard-Proctor. Besarnya kadar air
optimum antara 30.09 – 40.02%, sebagaimana ditunjukan pada Gambar 3 dan Tabel 4.
WN-01 WN- 04
Gambar 3. Grafik uji pemadatan tanah dari conto tanah Daerah Majenang
Tabel 4. Hasil Kadar Air dan Berat Volume Tanah Kering Conto Dari Majenang
Kode Conto
Uji Proktor
SD-02 SD-05 WN-01 WN-04
Kadar air optimum (w Opt) , % 30.09 31 40.02 35
3
Berat volume kering maksimum (d), kg/cm 1.4 1.09 1.05 1.26
DISKUSI
Peristiwa gerakan tanah sering terjadi ketika musim penghujan, yang dapat mengakibatkan terjadinya
kenaikan kandungan air dalam tanah sehingga menyebabkan tanah menjadi jenuh dan kekuatan tanah
menjadi berkurang (Raharjo, 2005 dan Karnawati, 2010). Dari analisis sifat fisik dan keteknikan tanah di
daerah penelitian diperoleh kecenderungan bahwa kenaikan kadar air merupakan fungsi kedalaman lapisan
tanah tersebut berada. Pada kedalaman 0,20 – 0,50 m, kadar air dari 24,3 % menjadi 54,9% pada
kedalaman 0,50 – 1 m. Sedangkan berat jenis tanah (specific gravity) bervariasi pada kedalaman yang sama.
Hasil analisis besar butir tanah menunjukkan distribusi ukuran butiran relatif seragam. Indeks plastis tanah
dengan nilai rata-rata berada diatas 45% menunjukan tanah ini memiliki tingkat pengembangan tinggi -
sangat tinggi (Chen, 1975). Klasifikasi tanah tersebut berdasarkan USGS, termasuk tanah berbutir halus
(lempung dan lanau) jenis OH dan MH. Aktivitas tanah berkisar 1,33 – 2,22 termasuk dalam tanah aktif
(Skempton,1953 dalam Hardiyatmo, 2006). Dari hasil analisis kimia dan mineralogi, kandungan mineral
terdiri dari halloysite (60,20%), alphaquartz (20,48%), feldspar (12,91%) dan montmorillonite (6,41%)
dengan komposisi kimianya didominasi oleh SiO2 (57,57%) dan Al2O3 (22,08%).Pengujian kuat geser tanah
yang dilakukan pada conto dari Wanareja,mendapatkan nilai kohesi effetif (c’) antara 0,046 - 0,287 kg/cm2.
o o
Sementara itu sudut geser dalam efektif tanah (’) berkisar antara 15,60 - 24,12 .
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Daerah penelitian memiliki jenis tanah yang dapat diklasifikasikan sebagai lempung organik (OH dan
MH) dengan plastisitas sedang – tinggi.
2. Memiliki tanah bersifat ekspansif, nilai keaktifan tanah 1,33 – 2,22, kandungan mineralogi terdiri dari
halloysite (60,20%), alphaquartz (20,48%), feldspar (12,91%) dan montmorillonite (6,41%) dengan
komposisi kimianya didominasi oleh SiO2 (57,57%) dan Al2O3 (22,08%).
3. Tingkat mengembang dan menyusut tanah di daerah penelitian tinggi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan terlaksananya kegiatan penelitian ini, maka kami seluruh anggota tim mengucapkan terimakasih
kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI yang telah memberikan kesempatan melakukan
penelitian, kepada teknisi, analis, dan seluruh rekan-rekan yang telah membantu kegiatan lapangan,
laboratorium sehingga laporan penelitian dapat diselesaikan.
PUSTAKA
Chen, F. H., 1975, Foundation on Expansive Soil, Elsevier Science Publishing Company, NewYork.
Dearman, W.R. & Irfan, T.Y. 1978. Classification and index properties of weathered coarse-grained granites
from south-west England. Proceedings of the Third International Congress International
Association of Engineering Geology, 2, 119-130.
Hirnawan, F. 1999. Peningkatan Parameter Ketahanan Lempung Lapukan Breksi Volkanik Oleh Peran
Vegetasi, Teknologi Indonesia, Jilid XXII, No. 1 - 2, 1999
Hardiyatmo, HC., 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Karnawati, D., 2010, Peran Geologi Teknik Dan Lingkungan Dalam Pengurangan Risiko Bencana Gerakan
Tanah, Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Teknik Geologi. UGM, Yogyakarta.
Rahardjo. 2005. Residual and Volcanics Soils for University Parahyangan Presentation. Proceeding of
Parahyangan National Seminar. 2005, pp 11-18.
Sadisun, IA., 2001. Pengaruh pelapukan batulempung Formasi Subang terhadap beberapa sifat
keteknikannya guna menunjang efektivitas pemilihan desain perkuatan lereng, Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung.
Saroso. BS., 2002. Geology and Landslide in Indonesia. Proceeding of National Seminar Slope, Bandung, pp
1-13.
Tohari, A., dkk, 2005, Studi pengaruh curah hujan terhadap gerakantanah di Sumedang, Jawa Barat,
Lapaoran Penelitian Puslit Geoteknologi-LIPI, Bandung.