Analisis Kebijakan Full Day School Dalam Membentuk Karakter Siswa
Analisis Kebijakan Full Day School Dalam Membentuk Karakter Siswa
Analisis Kebijakan Full Day School Dalam Membentuk Karakter Siswa
ABSTRACT
Character is very important for students. One effort of qualified students’ character
building is by religion-based school and implement full day school system that continuously
character building can be reached. This study is aimed to know: (1) the implementation of
full day school in students’ character building, (2) constraints in implementing full day
schoolin students’ character building. The research method used in this study is a qualitative
method with a descriptive approach to the study of qualitative. Result of this study shows
that: (1) The implementation of full day school is conducted a day full in order to develop
the students’ character building process is conducted through cultural practice in school
such as routine activities, spontaneous activities and character building method. Students
character building also developed through extracurriculars. (2) Constraints in
implementing full day school in students’ character building is students’ awareness, the
less of support and appreciation from parents or students’ custody, and available
facilities.
ABSTRAK
Karakter sangat penting bagi siswa. Salah satu upaya untuk membentuk karakter
siswa yang berkualitas adalah melalui sekolah yang berbasis agama dan menerapkan
sistem full day school agar pembentukan karakter secara kontinu tersebut dapat mencapai
hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) implementasi full day school dalam
membentuk karakter siswa, (2) kendala implementasi full day school dalam membentuk
karakter siswa. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan: (1) Pelaksanaan full day school dilaksanakan melalui kegiatan
pembelajaran sehari penuh , pembentukan karakter siswa dilaksanakan melalui budaya
sekolah yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan dan menggunakan metode pembentukan
karakter. Pembentukan karakter siswa juga dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler. (2) kendala dalam penerapan full day school dalam pembentukan
karakter siswa yaitu kesadaran siswa, kurangnya dukungan dan apresiasi dari beberapa
orang tua atau wali murid, dan sarana prasarana yang belum terpenuhi.
1
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 2010, Jakarta: RajaGrafindo Persada, h.158.
2
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, h. 1-2.
3
Wiwik Sulistyaningsih, Full Day School Dan Optimalisasi Perkembangan Anak, 2008,
Yogyakarta: Paraigma Indonesia, h.59.
4
Jejen Musfah, Analisis Kebijakan Pendidikan, 2018, Jawa Timur: Kencana, h. 230-231.
memilikinya sehingga siswa dapat meneladani perilaku, sikap dan etika guru yang dpat diamati dan
dilihat siswa dalam kehidupan sehari-hari.5 Pelaksanaan full day school untuk pengembangan dan
inovasi sistem pembelajaran yaitu mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari 3
ranah yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Selain itu penerapan sistem full day school harus
memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh
komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Titik tekan full day school adalah
peserta didik selalu berprestasi belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni
diharapkan akan terjadi perubahan positif dari setiap individu peserta didik sebagai hasil dari
proses dan aktivitas dalam belajar.6
Melihat kondisi sekarang karakter anak bangsa saat ini sudah mulai memprihatinkan,
moral anak bangsa saat ini mulai melemah. Kami ambil contoh di dunia pendidikan misalnya
kebiasaan merokok, pergaulan bebas, tidak jujur dan peserta didik yang tidak sopan kepada
gurunya. Apa yang terjadi jika karakter anak bangsa terus seperti ini padahal tonggak generasi
penerus ada di tangan mereka. Maka dari itu, dengan adanya sistem Full day school dapat
membantu dalam pembentukan karakter anak bangsa karena seperti kami ketahui bersama masa
depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh generasi muda yang saat ini sedang tumbuh.
METODE
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, metode ini dipilih
karena bertujuan untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis
data dari hasil penelitian tersebut. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang memberikan gambaran tentang implementasi full day school sebagai
upaya pembentukan karakter siswa dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yaitu sumber
dari mana data itu diperoleh. Sumber data terbagi menjadi dua macam yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Instrumen yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Prosedur penelitian
meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengumpulan data (observasi, wawancara
dan dokumentasi), tahap analisis data dan tahap pelaporan. Sedangkan analisis data
menggunakan empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Cara yang dilakukan dalam memperoleh kebenaran penelitian ini yaitu
dengan menggunakan trianggulasi metode dan sumber. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
memahami bagaimana full day school dalam membentuk karakter siswa. Data yang diambil dalam
5
Bafirmah, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Penjasorkes, 2016, Jakarta:
Kencana, h.75-76.
6
Ahmad Mushlih dkk, Analisis Kebijakan PAUD, 2018, Jawa Tengah: Mangku Bumi, h.81.
penelitian ini berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian yang bersangkutan dengan kasus
yang diselidiki.
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terpadu, 2004, Bandung: Rosdakarya,
h. 154.
8
Sulaiman, „Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di
Madrasah Aliyahal-Falah Arungkeke Kabupatenjeneponto‟, Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
8.1 (2019), 848–70 <https://doi.org/10.35673/ajmpi.v8i1.422>.
pendalaman materi. Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal
pelajaran dan pendalaman.9
Sebuah riset mengatakan bahwa siswa akan memperoleh banyak keuntungan secara
akademik dan sosial dengan adanya full day school. Lamanya waktu belajar juga merupakan salah
satu dari dimensi pengalaman anak. Full day school selain bertujuan mengembangkan mutu
pendidikan yang paling utama adalah full day school bertujuan sebagai salah satu upaya
pembentukan akidah dan akhlak siswa dan menanamkan nilai-nilai positif.10 Full day school
merupakan suatu sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara penuh, dimana aktifitas anak
banyak dilakukan di sekolah daripada di rumah. Konsep dasar dari full day school adalah
integrated curiculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang
diharapkan dapat membentuk seorang anak (siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat
memadukan aspek ketrampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik.11
Melihat fenomena empirik yang terjadi di masyarakat, terutama terkait dengan pengaruh
negatif yang disebabkan lingkungan, maka dirasa perlu untuk melakukan pengontrolan waktu luang
anak. Secara utuh dapat dilihat bahwa pelaksanaan sistem full day school mengarah pada beberapa
tujuan, antara lain:
a. Orang tua tidak akan merasa khawatir anaknya terkena pengaruh negatif lingkungan, karena
anaknya akan seharian penuh berada di sekolah yang artinya sebagian waktunya dimanfaatkan
untuk belajar.
b. Untuk memberikan pengayaan dan pendalaman materi sekolah.
c. Memberikan pembiasaan-pembiasaan hidup yang baik.
d. Melakukan pembinaan mental dan spiritual anak
Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran full day school adalah untuk
mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam hal metode
belajar yang berorientasi pada kualitas pendidikan berlangsung selama sehari penuh dengan
menggunakan integrated activity yang menyenangkan dalam pembelajaran.12 Sekolah dengan
sistem full day school telah tercipta kondisi yang kondusif dengan menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai dan memenuhi indikator untuk sekolah dasar demi terciptanya suasana
mendukung terlaksananya pengembangan karakter siswa. Hal ini menjadi keunuikan tersendiri
dibandingkan sekolah lain, bahwa setiap sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki sekolah
9
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, 2009, Jogjakarta: Ar Ruzz Media, h. 9.
10
Schudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa, 2005,
Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Gunung Djati, h. 16.
11
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, 1993, Bandung: Rineka Cipta,
h.4.
12
Romli Moch, Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Full Day School, 2004, Disertasi UM
Malang, h.18.
menjadi sarana untuk dapat membentuk karakter siswa. Misalnya seperti tempat wudhu, toilet,
masjid, tempat infak, tempat sampah, mading, dan perpustakaan sekolah dapat digunakan sebagai
sarana belajar siswa dalam rangka membentuk
karakter siswa. 13
13
Magister Administrasi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana, and Universitas Muhammadiyah
Surakarta, „KARAKTER SISWA SD‟, 13.1 (2018), 24–33.
bahwa pengembangan budaya sekolah sebagai pembentukan karakter siswa melalui
pengembangan diri disarankan melalui empat hal yaitu 1) kegiatan rutin, 2) kegiatan spontan,
3) keteladanan dan 4) pengondisian.
Proses pembentukan karakter pada siswa pada pengembangan budaya sekolah
dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan dan
menggunakan metode pembentukan karakter. Pembentukan karakter melalui pelaksanaan
kegiatan rutin di sekolah dilaksanakan secara teratur, rutin dan dilakukan setiap hari. Adapun
kegiatan rutin yang dilaksanakan siswa seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran,
melaksanakan sholat dhuha, shola berjamaah, salam, salim, membaca Al-Quran, puasa sunah
senin kamis, asmaul husna, upacara bendera setiap hari senin, apel pagi yang dilaksanakan
pada hari selasa dan rabu dan piket kelas, mengatakan permisi ketika lewat, membersihkan
halaman sekolah setiap pagi, menyirami tanaman setiap pagi. Kegiatan pembentukaan karakter
siswa juga dilaksanakan pada kegiatan spontan yaitu mengumpulkan sumbangan untuk korban
bencana alam, amal untuk membantu saudara yang membutuhkan, dan mendoakan temannya
yang sakit dan mengunjungi teman yang sakit.
Dalam pembentukan karakter pada siswa harus menggunakan metode dalam
pelaksanaannya supaya proses pembentukan karakter pada siswa terlaksana dengan optimal.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan. Daryanto
menyatakan bahwa pendidikan karater menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus
menerus dipraktikkan dan dilakukan. Dalam implementasiannya guru menggunakan metode
keteladanan dan pembiasaan. Peneladanan yang dimaksud yaitu guru menjadi model utama
untuk melakukan kegiatan seperti sholat, membaca Al-Quran, menyapu, membersihkan toilet,
membersihkan halaman sekolah, menyirami tanaman, sehingga siswa juga mencontoh
kegiatan yang dilakukan oleh guru. Dengan melakukan pembiasaan maka siswa akan terbiasa
dengan kegiatan tersebut dan secara bertahap karakter pada siswa akan tertanam melalui
kegiatan yang dilakukan.
c. Kegiatan Ekstrakurikuler
Pembentukan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler sangat efektif, seperti di dalam
ekstrakurikuler pramuka hal-hal yang diajarkan adalah nilai-nilai karakter. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh Samani mengatakan “dalam kegiatan ektrakurikuler apa saja, tergantung
kekhasan jenis dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler tersebut, selalu ada nilai-nilai karakter yang
dikembangkan.” Pada ekstrakurikuler ini siswa memilih sendiri sesuai dengan bakatnya.
Sehingga pembentukan karakter siswa juga sangat efektif dilakukan pada kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya terbatas pada program untuk membantu
ketercapaian tujuan kurikuler saja, tetapi mencakup pemantapan dan pembentukan kepribadian
yang utuh termasuk pengembangan minat dan bakat peserta didik. Dengan demikian program
kegiatan ekstrakurikuler harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan
kurikuler, maupun pembentukan kepribadian yang menjadi inti kegiatan ekstrakurikuler.14
Dalam pelaksanaan program pembentukan karakter siswa terdiri dari beberapa program yaitu
(1) kerjasama seluruh guru dan tenaga kependidikan, (2) membangun komunikasi dan
kerjasama dengan orang tua siswa, (3) menjalin hubungan harmonis antara guru dan siswa, (4)
mengintegrasikan nilai karakter ke dalam mata pelajaran, (5) pelaksanaan Pengembangan diri,
dan (6) pelaksanaan budaya sekolah. 15
14
A Mustika Abidin, „EKSTRAKURIKULER MELALUI METODE PEMBIASAAN‟, 183–96.
15
Pendidikan, Magister Administrasi, Sekolah Pascasarjana, and Universitas Muhammadiyah
Surakarta, „KARAKTER SISWA SD‟, 13.1 (2018), 24–33.
untuk istirahat akan berkurang dan bisa berdampat pada sakit. Peran orang tua sangat penting
bagi tumbuhkembang anak, hal ini sejalan dengan pendapat Naim mengatakan bahwa sikap
penting yang seharusnya dikembangkan oleh orangtua adalah memberikan kesempatan yang
luas untuk anak berkembang dan berproses. Sehingga dukungan dan apresiasi orang tua
kepada anak sangatlah diperlukan guna untuk menumbuhkembangkan potensi dan karakter
anak menjadi yang lebih baik lagi.
c. Sarana dan Prasarana
Secara umum berbagai sarana (tempat ruangan) yang berada di sekolah berpotensi
untuk melaksanakan kegiatan siswa guna menunjang sistem pembelajaran dan kegiatan yang
mengarah ke pembentukan karakter siswa. Menurut Bahauddin mengatakan bahwa sarana dan
prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang sangat vital guna menunjang keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan pendidikan yang baik, sehingga
sekolah dapat dikatakan berhasil apabila pengelolaan sarana dan prasarananya juga terpenuhi
dengan baik.
Penelitian melakukan survei awal dengan menyebarkan kuesioner kepada 15 orang
siswa di sekolah full day dan helf day, dari hasil survei awal didapatkan bahwa:
Tabel 1. Hasil Survei Awal
Full day Half day
Menunda-nunda pekerjaan rumah 33% 80%
Cemas akan nilai yang buruk 53% 86%
Cemas ketika ditunjuk guru 20% 66%
Tidak mengerti pelajaran yang
26% 60%
disampaikan oleh guru
Dari hasil penyebaran kuesioner di sekolah full day didapatkan hasil bahwa terkadang siswa
merasa cemas akan nilai yang buruk. Hal ini seiring dengan aspek stres yang dinyatakan oleh
busari yakni aspek kognitif yang menyatakan siswa merasa khawatir terhadap beberapa hal yang
berhubungan dengannakademik. Selain itu, ditemukan juga bahwa siswa merasa gugupmsaat
ditunjuk guru, hal ini sesuai dengan aspek fisiologis. Kemudian dari hasil penyebaran kuesioner
didapatkan pula terdapat beberapa anak yang sulit untuk mengerti pelajaran yang telah disampaiakn
oleh guru, hal ini sesuai dengan aspek kognitif. Hasil penyebaran kuesione rjuga didapatkan bahwa
hanya beberapa siswa yang menunda-nunda pekerjaan rumah, hal ini sesuai dengan aspek
behavioral yang menyebutkan bahwa siswa menunda-nunda pekerjaan rumah.
Selain perbedaan yang terlihat dari hasil wawancara kepada guru dan penyebaran kuesioner,
terdapat pula perbedaan pada nila rata-rata. Perbedaan ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Rata-Rata Nilai Full Day
Kelas VII Kelas VIII Standar
Mata Pelajaran
Semester 2 Semester 2 Nilai
Matematika 84,21 85,53 80
Bahasa indonesia 85,30 86,75 80
Bahasa inggris 84,76 87,23 80
IPA 85,43 84,56 80
IPS 83,80 86,48 80
Kedua tabel di atas mempunyai kesamaan dari akreditas yaitu A dan standar nilai untuk
setiap mata pelajarannya yaitu dengan nilai 80. Berdasarkan tabel diatas, terlihat perbedaan
sekolah full day dan half day secara prestasi. Hasil yang ditemukan terdapat perbedaan nilai rata-
rata dikedua tabel tersebut. Pada sekolah full day menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada
sekolah half day. Dari fenomena yang didapatkan terdapat perbedaan nilai rapor antara sekolah full
day dan half day.
Upaya mengembangkan pendidikan karakter yang efektif dimulai dengan penekanan
institusi sekolah dalam mempromosikan pembangunan pendidikan karakter. Proses tersebut
mengedepankan pada unsur esensial, diantaranya penguatan misi sekolah sebagai identitas
kelembagaan yang mempromosikan pendidikan karakter. Sederhananya sekolah memiliki
pernyataan otentik berupa misi dan visi sebagai arah untuk menggarisbawahi pentingnya
pengembangan pendidikan karakter di sekolah.16 Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu
memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan
sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun. Oleh karena itu, berdasarkan kepercayaan masyarakat
tersebut, maka kinerja guru harus bagus. Salah satu tugas utama seorang guru di sekolah adalah
mengajar. Mengajar pada dasarnya tidak dapat dipandang sebagai usaha yang sederhana dan
mudah. Pengajaran yang berkualitas bila dipandang dari sudut sistem disusun oleh beberapa unsur
yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi demi kualitas yang telah direncanakan
16
Marleny Leasa and others, „KARAKTER SISWA SMKN13 KOTA MALANG‟, 6.1 (2017), 73–
82.
sebelumnya. Oleh karena itu, mengajar bagi seorang guru memerlukan tanggung jawab moral yang
berat dan menjadi suatu kewajiban guru dalam melaksanakan tugas profesinya. 17
17
„Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone. Wahyosumidjo,
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Ed I; Jakarta: Rajawali Pers. 2008), h. 81. 784‟, 1, 2019, 784–96.
sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya mengenai nilai-nilai karakter yang belum muncul pada
penelitian sebelumnya di sekolah yang menggunakan sistem full day school.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A Mustika, „EKSTRAKURIKULER MELALUI METODE PEMBIASAAN‟, 183–96
Leasa, Marleny, John Rafafy Batlolona, Universitas Pattimura, Pascasarjana Pendidikan Fisika, and
Universitas Negeri Malang, „KARAKTER SISWA SMKN13 KOTA MALANG‟, 6.1 (2017),
73–82
Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone. Wahyosumidjo,
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Ed I; Jakarta: Rajawali Pers. 2008), h. 81. 784‟, 1, 2019,
784–96
Pendidikan, Magister Administrasi, Sekolah Pascasarjana, and Universitas Muhammadiyah
Surakarta, „KARAKTER SISWA SD‟, 13.1 (2018), 24–33
Sulaiman, „Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di
Madrasah Aliyahal-Falah Arungkeke Kabupatenjeneponto‟, Adaara: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 8.1 (2019), 848–70 <https://doi.org/10.35673/ajmpi.v8i1.422>
Hasbullah. Otonomi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2010.
Ihsan, Fuad .Dasar-Dasar Kependidikan,. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Sulistyaningsih, Wiwik. Full Day School Dan Optimalisasi Perkembangan Anak. Yogyakarta:
Paraigma Indonesia. 2008.
Musfah, Jejen. Analisis Kebijakan Pendidikan. Jawa Timur: Kencana. 2018.
Bafirmah. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Penjasorkes. Jakarta: Kencana.
2006.
Mushlih, Ahmad dkk, Analisis Kebijakan PAUD,. Jawa Tengah: Mangku Bumi. 2018.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terpadu. Bandung: Rosdakarya. 2004.
Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media. 2009.
Schudin. Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa.
Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Gunung Djati. 2005.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Bandung: Rineka Cipta. 1993.
Moch, Romli. Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Full Day School. Disertasi UM Malang.
2004.