Analisis Kebijakan Full Day School Dalam Membentuk Karakter Siswa

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS KEBIJAKAN FULL DAY SCHOOL DALAM

MEMBENTUK KARAKTER SISWA

Andi Sarima1, Jusma2, Ramlah3


1
Jurusan Tarbiyah Prodi MPI Institut Agama Islam Negeri Bone, Sijelling
e-mail: [email protected]
2
Jurusan Tarbiyah Prodi MPI Institut Agama Islam Negeri Bone, Mabbiring
e-mail: [email protected]
3
Jurusan Tarbiyah Prodi MPI Institut Agama Islam Negeri Bone, Bakke
e-mail: [email protected]

ABSTRACT
Character is very important for students. One effort of qualified students’ character
building is by religion-based school and implement full day school system that continuously
character building can be reached. This study is aimed to know: (1) the implementation of
full day school in students’ character building, (2) constraints in implementing full day
schoolin students’ character building. The research method used in this study is a qualitative
method with a descriptive approach to the study of qualitative. Result of this study shows
that: (1) The implementation of full day school is conducted a day full in order to develop
the students’ character building process is conducted through cultural practice in school
such as routine activities, spontaneous activities and character building method. Students
character building also developed through extracurriculars. (2) Constraints in
implementing full day school in students’ character building is students’ awareness, the
less of support and appreciation from parents or students’ custody, and available
facilities.

Keywords: Policy Analysis, Full Day School, character

ABSTRAK
Karakter sangat penting bagi siswa. Salah satu upaya untuk membentuk karakter
siswa yang berkualitas adalah melalui sekolah yang berbasis agama dan menerapkan
sistem full day school agar pembentukan karakter secara kontinu tersebut dapat mencapai
hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) implementasi full day school dalam
membentuk karakter siswa, (2) kendala implementasi full day school dalam membentuk
karakter siswa. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan: (1) Pelaksanaan full day school dilaksanakan melalui kegiatan
pembelajaran sehari penuh , pembentukan karakter siswa dilaksanakan melalui budaya
sekolah yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan dan menggunakan metode pembentukan
karakter. Pembentukan karakter siswa juga dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler. (2) kendala dalam penerapan full day school dalam pembentukan
karakter siswa yaitu kesadaran siswa, kurangnya dukungan dan apresiasi dari beberapa
orang tua atau wali murid, dan sarana prasarana yang belum terpenuhi.

Kata Kunci: Analisis Kebijakan,Full Day School, Karakter


PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebagai proses transformasi budaya sejatinya menjadi wahana bagi
perubahan dan dinamika kebudayaan masyarakat dan bangsa. Pendidikan yang diberikan melalui
bimbingan, pengajaran dan latihan harus mampu memenuhi tuntunan pengembangan potensi
peserta didik secara maksimal, baik potensi intelektual, sosial, moral, maupun estetika sehingga
terbentuk kedewasaan atau kepribadiaan seutuhnya. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
keagamaan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang ajaran agama itu
sendiri sehingga dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1
Pendidikan diarikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan atau mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan
norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan
dalam hidup dan kehidupannya yang terjadi dalam suatu prosese pendidikan.2
Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang
diberlakukan dari pagi sampai sore ahri. Sekolah bertipe full day school ini berlangsung hampir
sehari penuh lamanya, yakni dari pukul 08.00 pagi hingga 15.00 sore. Dengan demikian sistem full
day school adalah komponene-komponen yang disusun dengan teratur dan baik untuk menunjang
proses pendewasaan manusia (peserta didik) melalui upaya pengajaran dan pelatihan dengan waktu
di sekolah yang lebih panjang atau lama dibandingkan dengan sekolah-sekolah pada umumnya.3
Sekolah seharian penuh dianggap model ideal untuk membina karakter siswa di sekolah
karena banyak orang tua yang tidak bisa mengawasi anak pada siang hingga sore hari. Kebijakan
sekolah seharian penuh tidak sekedar meminda hkan jam belajar tetapi momentum pengembangan
bakat dan minat siswa . seperti dijelaskan Mendikbud bahwa sekolah sampai sore tidak identik
dengan belajar di kelas, sekolah didorong kreatif melaksanakan kegiatan yang mengembangan
bakat dan minat siswa sehingga dapat membentuk karakter siswa. Sekolah harus menyediakan
pelatihan yang mampu menyempurnakan keterampilan siswa dalam bidang akademik, seni dan
olahraga.4
Guru dapat membentuk karakter siswa dengan dengan membuat kondisi yang nyaman dan
menyenangkan bagi siswa untuk belajar sehingga karakter dapat terbangun melalui kegiatan
pembelajaran. Ketika guru membentuk siswa agar berkarakter kuat, guru itu sendiri sudah

1
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 2010, Jakarta: RajaGrafindo Persada, h.158.
2
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, h. 1-2.
3
Wiwik Sulistyaningsih, Full Day School Dan Optimalisasi Perkembangan Anak, 2008,
Yogyakarta: Paraigma Indonesia, h.59.
4
Jejen Musfah, Analisis Kebijakan Pendidikan, 2018, Jawa Timur: Kencana, h. 230-231.
memilikinya sehingga siswa dapat meneladani perilaku, sikap dan etika guru yang dpat diamati dan
dilihat siswa dalam kehidupan sehari-hari.5 Pelaksanaan full day school untuk pengembangan dan
inovasi sistem pembelajaran yaitu mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari 3
ranah yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Selain itu penerapan sistem full day school harus
memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh
komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Titik tekan full day school adalah
peserta didik selalu berprestasi belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni
diharapkan akan terjadi perubahan positif dari setiap individu peserta didik sebagai hasil dari
proses dan aktivitas dalam belajar.6
Melihat kondisi sekarang karakter anak bangsa saat ini sudah mulai memprihatinkan,
moral anak bangsa saat ini mulai melemah. Kami ambil contoh di dunia pendidikan misalnya
kebiasaan merokok, pergaulan bebas, tidak jujur dan peserta didik yang tidak sopan kepada
gurunya. Apa yang terjadi jika karakter anak bangsa terus seperti ini padahal tonggak generasi
penerus ada di tangan mereka. Maka dari itu, dengan adanya sistem Full day school dapat
membantu dalam pembentukan karakter anak bangsa karena seperti kami ketahui bersama masa
depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh generasi muda yang saat ini sedang tumbuh.

METODE
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, metode ini dipilih
karena bertujuan untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis
data dari hasil penelitian tersebut. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang memberikan gambaran tentang implementasi full day school sebagai
upaya pembentukan karakter siswa dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yaitu sumber
dari mana data itu diperoleh. Sumber data terbagi menjadi dua macam yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Instrumen yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Prosedur penelitian
meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengumpulan data (observasi, wawancara
dan dokumentasi), tahap analisis data dan tahap pelaporan. Sedangkan analisis data
menggunakan empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Cara yang dilakukan dalam memperoleh kebenaran penelitian ini yaitu
dengan menggunakan trianggulasi metode dan sumber. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
memahami bagaimana full day school dalam membentuk karakter siswa. Data yang diambil dalam

5
Bafirmah, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Penjasorkes, 2016, Jakarta:
Kencana, h.75-76.
6
Ahmad Mushlih dkk, Analisis Kebijakan PAUD, 2018, Jawa Tengah: Mangku Bumi, h.81.
penelitian ini berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian yang bersangkutan dengan kasus
yang diselidiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Melalui pendidikan, manusia juga bisa belajar melalui pengalaman dan latihan untuk
mengembangkan dirinya menjadi makhluk yang semakin dewasa, baik secara kognitif,afektif,
maupun psikomotorik. Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah meletakkan landasan karakter
yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan, menumbuhkan dan menanamkan
kecerdasan emosi dan spriual yang mewarnai aktivitas kehidupannya, menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran, menumbuhkan kebiasaan dan
berpartisipasi aktif secara teratur untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas
belajar.7
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan selanjutnya terutama dalam kaitannya dengan
optimalisasi otonomi sekolah/madrasah, paling tidak ada dua aspek penting yang perlu
mendapatkan perhatian, yaitu kemampuan manajerial kepala madrasah dan kinerja profesional para
gurunya yang ditunjukkan melalui etos kerja yang tinggi. Dalam dunia pendidikan, maka kinerja
guru dapat dilihat dari berbagai tugas yang telah diamanahkan dalam Undang-undang. Pada
hakikatnya, kinerja guru bukan hanya sebatas melaksanakan kurikulum sebagai beban kerja, tetapi
justeru banyak tugas lain yang harus dilaksanakan dan itu terwujud dalam bentuk kinerja seorang
guru. Inilah hakikatnya tuntutan profesionalitas yang telah di sematkan kepada beban dan tanggung
jawab kepada mereka.8
Membangun karakter suatu bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan
secara berkesinambungan dan menyeluruh. Upaya untuk memaksimalkan kegiatan pembinaan
karakter adalah dengan kegiatan full day school.

1. Definisi Full Day School


Istilah full day school merupakan saduran dari bahasa inggris dimana Full artinya penuh,
day artinya hari dan school artinya sekolah. Jadi secara terminology full day school artinya
belajar sehari penuh. Jam belajar diberlakukan dari pagi sampai sore, mulai pukul 06.45 - 15.30
WIB, dengan durasi istrahat setiap dua jam sekali. Dengan demikian sekolah dapat mengatur
jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan

7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terpadu, 2004, Bandung: Rosdakarya,
h. 154.
8
Sulaiman, „Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di
Madrasah Aliyahal-Falah Arungkeke Kabupatenjeneponto‟, Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
8.1 (2019), 848–70 <https://doi.org/10.35673/ajmpi.v8i1.422>.
pendalaman materi. Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal
pelajaran dan pendalaman.9
Sebuah riset mengatakan bahwa siswa akan memperoleh banyak keuntungan secara
akademik dan sosial dengan adanya full day school. Lamanya waktu belajar juga merupakan salah
satu dari dimensi pengalaman anak. Full day school selain bertujuan mengembangkan mutu
pendidikan yang paling utama adalah full day school bertujuan sebagai salah satu upaya
pembentukan akidah dan akhlak siswa dan menanamkan nilai-nilai positif.10 Full day school
merupakan suatu sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara penuh, dimana aktifitas anak
banyak dilakukan di sekolah daripada di rumah. Konsep dasar dari full day school adalah
integrated curiculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang
diharapkan dapat membentuk seorang anak (siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat
memadukan aspek ketrampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik.11
Melihat fenomena empirik yang terjadi di masyarakat, terutama terkait dengan pengaruh
negatif yang disebabkan lingkungan, maka dirasa perlu untuk melakukan pengontrolan waktu luang
anak. Secara utuh dapat dilihat bahwa pelaksanaan sistem full day school mengarah pada beberapa
tujuan, antara lain:
a. Orang tua tidak akan merasa khawatir anaknya terkena pengaruh negatif lingkungan, karena
anaknya akan seharian penuh berada di sekolah yang artinya sebagian waktunya dimanfaatkan
untuk belajar.
b. Untuk memberikan pengayaan dan pendalaman materi sekolah.
c. Memberikan pembiasaan-pembiasaan hidup yang baik.
d. Melakukan pembinaan mental dan spiritual anak
Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran full day school adalah untuk
mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam hal metode
belajar yang berorientasi pada kualitas pendidikan berlangsung selama sehari penuh dengan
menggunakan integrated activity yang menyenangkan dalam pembelajaran.12 Sekolah dengan
sistem full day school telah tercipta kondisi yang kondusif dengan menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai dan memenuhi indikator untuk sekolah dasar demi terciptanya suasana
mendukung terlaksananya pengembangan karakter siswa. Hal ini menjadi keunuikan tersendiri
dibandingkan sekolah lain, bahwa setiap sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki sekolah

9
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, 2009, Jogjakarta: Ar Ruzz Media, h. 9.
10
Schudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa, 2005,
Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Gunung Djati, h. 16.
11
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, 1993, Bandung: Rineka Cipta,
h.4.
12
Romli Moch, Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Full Day School, 2004, Disertasi UM
Malang, h.18.
menjadi sarana untuk dapat membentuk karakter siswa. Misalnya seperti tempat wudhu, toilet,
masjid, tempat infak, tempat sampah, mading, dan perpustakaan sekolah dapat digunakan sebagai
sarana belajar siswa dalam rangka membentuk
karakter siswa. 13

2. Implementasi Full Day School Dalam Membentuk Karakter Siswa


Penerapan progam full day school sangat penting bagi pembentukan karakter siswa. Hal ini
dikarenakan lamanya waktu siswa di sekolah sehingga memudahkan guru untuk membimbing dan
menanamkan nilai-nilai yang positif didalam pelaksanaannya. Penerapan full day school melalui 3
kegiatan yaitu kegiatan pembelajara full day school, kegiatan melalui budaya sekolah dan kegiatan
ekstrakurikuler.
a. Kegiatan Pembelajaran Full Day School
Progam full day school dilaksanakan sehari penuh. Hal ini dikarenakan sistem full day
school merupakan ciri sekolah terpadu yang proses kegiatan pembelajaranya mengharuskan
sekolah merancang perencanaan pembelajaran dari pagi hingga sore. Sulistyaningsih
menyatakan bahwa sekolah bertipe full day ini berlangsung hampir sehari penuh lamanya,
yakni dari pukul 08.00 pagi hingga 15.00 sore. Sistem pengajaran dalam full day school yang
berlangsung selama sehari penuh, mengemas seluruh progam pembelajaran dan kegiatan siswa
di sekolah secara efektif, karena lamanya waktu disekolah menjadikan waktu belajar siswa
menajdi efektif. Baharuddin mengatakan bahwa belajar efektif bagi anak itu hanya 3-4 jam
dalam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam sehari (dalam suasana informal). Hal ini
bermaksud menggali potensi siswa secara total, yaitu dengan menitik beratkan pada situasi
dan kondisi ketika anak didik dapat mengikuti proses belajar, tapi juga bermain. Kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dengan sistem full day school tidak serta merta
dalam satu minggu terdapat pendidikan formal saja namun siswa diberikan waktu untuk
pengembangan diri. Sulistyaningsih mengatakan bahwa di SD full day selain diberikan
pendidikan juga diberikan pembinaan anak melalui pengembangan diri. Karena pada sistem
full day diberikan waktu tambahan untuk pengembangan diri, maka pada pendidikan formal
hanya ada lima hari efektif dan satu hari pengembangan diri agar siswa tidak merasa bosan
ketika proses pembelajaran di sekolah.
b. Kegiatan Melalui Budaya Sekolah
Pada full day school terdapat kegiatan pembentukan karakter melalui budaya sekolah.
Kegiatan ini sangat berpengaruh bagi pembentukan karakter siswa. Pembentukan karakter
siswa dilaksanakan melalui progam kegiatan rutin, kegiatan spontan dan metode pembentukan
karakter. Kegiatan pembentukan karakter ini sejalan dengan pendapat Samani menyatakan

13
Magister Administrasi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana, and Universitas Muhammadiyah
Surakarta, „KARAKTER SISWA SD‟, 13.1 (2018), 24–33.
bahwa pengembangan budaya sekolah sebagai pembentukan karakter siswa melalui
pengembangan diri disarankan melalui empat hal yaitu 1) kegiatan rutin, 2) kegiatan spontan,
3) keteladanan dan 4) pengondisian.
Proses pembentukan karakter pada siswa pada pengembangan budaya sekolah
dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan dan
menggunakan metode pembentukan karakter. Pembentukan karakter melalui pelaksanaan
kegiatan rutin di sekolah dilaksanakan secara teratur, rutin dan dilakukan setiap hari. Adapun
kegiatan rutin yang dilaksanakan siswa seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran,
melaksanakan sholat dhuha, shola berjamaah, salam, salim, membaca Al-Quran, puasa sunah
senin kamis, asmaul husna, upacara bendera setiap hari senin, apel pagi yang dilaksanakan
pada hari selasa dan rabu dan piket kelas, mengatakan permisi ketika lewat, membersihkan
halaman sekolah setiap pagi, menyirami tanaman setiap pagi. Kegiatan pembentukaan karakter
siswa juga dilaksanakan pada kegiatan spontan yaitu mengumpulkan sumbangan untuk korban
bencana alam, amal untuk membantu saudara yang membutuhkan, dan mendoakan temannya
yang sakit dan mengunjungi teman yang sakit.
Dalam pembentukan karakter pada siswa harus menggunakan metode dalam
pelaksanaannya supaya proses pembentukan karakter pada siswa terlaksana dengan optimal.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan. Daryanto
menyatakan bahwa pendidikan karater menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus
menerus dipraktikkan dan dilakukan. Dalam implementasiannya guru menggunakan metode
keteladanan dan pembiasaan. Peneladanan yang dimaksud yaitu guru menjadi model utama
untuk melakukan kegiatan seperti sholat, membaca Al-Quran, menyapu, membersihkan toilet,
membersihkan halaman sekolah, menyirami tanaman, sehingga siswa juga mencontoh
kegiatan yang dilakukan oleh guru. Dengan melakukan pembiasaan maka siswa akan terbiasa
dengan kegiatan tersebut dan secara bertahap karakter pada siswa akan tertanam melalui
kegiatan yang dilakukan.
c. Kegiatan Ekstrakurikuler
Pembentukan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler sangat efektif, seperti di dalam
ekstrakurikuler pramuka hal-hal yang diajarkan adalah nilai-nilai karakter. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh Samani mengatakan “dalam kegiatan ektrakurikuler apa saja, tergantung
kekhasan jenis dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler tersebut, selalu ada nilai-nilai karakter yang
dikembangkan.” Pada ekstrakurikuler ini siswa memilih sendiri sesuai dengan bakatnya.
Sehingga pembentukan karakter siswa juga sangat efektif dilakukan pada kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya terbatas pada program untuk membantu
ketercapaian tujuan kurikuler saja, tetapi mencakup pemantapan dan pembentukan kepribadian
yang utuh termasuk pengembangan minat dan bakat peserta didik. Dengan demikian program
kegiatan ekstrakurikuler harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan
kurikuler, maupun pembentukan kepribadian yang menjadi inti kegiatan ekstrakurikuler.14
Dalam pelaksanaan program pembentukan karakter siswa terdiri dari beberapa program yaitu
(1) kerjasama seluruh guru dan tenaga kependidikan, (2) membangun komunikasi dan
kerjasama dengan orang tua siswa, (3) menjalin hubungan harmonis antara guru dan siswa, (4)
mengintegrasikan nilai karakter ke dalam mata pelajaran, (5) pelaksanaan Pengembangan diri,
dan (6) pelaksanaan budaya sekolah. 15

3. Kendala Implementasi Full Day School Dalam Membentuk Karakter Siswa


Pada implmentasi full day school dalam pembentukan karakter siswa terdapat beberapa
kendala. Kendala itu muncul dari berbagai segi. Terdapat 3 faktor penghambat dalam implementasi
full day school dalam pembentukan karakter siswa yaitu sebagai berikut :
a. Kesadaran Siswa
Kesadaran siswa menjadi hal utama yang sangat penting dalam proses pembentukan
karakter bagi siswa tersebut dan kendala yang dihadapi dalam pembentukan karakter ini juga
berasal dari siswanya sendiri. Siswa yang terkadang tidak mematuhi peraturan sekolah dan
tidak mengikuti kegiatan sekolah menjadi kendala bagi sekolah dalam membentuk karakter
siswa di sekolah. Kesuma mengatakan bahwa “Menjadi yang lebih baik sering
mempersyaratkan sebuah tindakan nyata dimulai dari kemauan, kemauan membutuhkan
kemampuan untuk menolak godaan, teguh menghadapi tekanan dan kemauan adalah inti dari
keberanian moral.” Sehingga dapat dikatakan bahwa kesadaran diri dari seseorang ialah orang
tersebut harus mempunyai kemauan dan tekat yang kuat untuk melakukan sesuatu dimulai dari
diri sendiri.
b. Kesadaran Wali Murid
Orang tua sangat berperan penting dalam menunjang pembentukan karakter siswa.
Namun, pada kenyataannya pelaksanaan full day school untuk membentuk karakter siswa di
SD Muhammadiyah 4 Malang kurang mendapatkan dukungan dan apresiasi dari beberapa
orang tua atau wali murid. Kegiatan yang dilakukan di sekolah sebagian besar tidak dilakukan
di rumah. Hal ini dikarenakan padatnya kegiatan di sekolah full day sehingga orang tua
beranggapan jika anak terlalu banyak melakukan kegiatan atau progam sekolah maka waktu

14
A Mustika Abidin, „EKSTRAKURIKULER MELALUI METODE PEMBIASAAN‟, 183–96.
15
Pendidikan, Magister Administrasi, Sekolah Pascasarjana, and Universitas Muhammadiyah
Surakarta, „KARAKTER SISWA SD‟, 13.1 (2018), 24–33.
untuk istirahat akan berkurang dan bisa berdampat pada sakit. Peran orang tua sangat penting
bagi tumbuhkembang anak, hal ini sejalan dengan pendapat Naim mengatakan bahwa sikap
penting yang seharusnya dikembangkan oleh orangtua adalah memberikan kesempatan yang
luas untuk anak berkembang dan berproses. Sehingga dukungan dan apresiasi orang tua
kepada anak sangatlah diperlukan guna untuk menumbuhkembangkan potensi dan karakter
anak menjadi yang lebih baik lagi.
c. Sarana dan Prasarana
Secara umum berbagai sarana (tempat ruangan) yang berada di sekolah berpotensi
untuk melaksanakan kegiatan siswa guna menunjang sistem pembelajaran dan kegiatan yang
mengarah ke pembentukan karakter siswa. Menurut Bahauddin mengatakan bahwa sarana dan
prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang sangat vital guna menunjang keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan pendidikan yang baik, sehingga
sekolah dapat dikatakan berhasil apabila pengelolaan sarana dan prasarananya juga terpenuhi
dengan baik.
Penelitian melakukan survei awal dengan menyebarkan kuesioner kepada 15 orang
siswa di sekolah full day dan helf day, dari hasil survei awal didapatkan bahwa:
Tabel 1. Hasil Survei Awal
Full day Half day
Menunda-nunda pekerjaan rumah 33% 80%
Cemas akan nilai yang buruk 53% 86%
Cemas ketika ditunjuk guru 20% 66%
Tidak mengerti pelajaran yang
26% 60%
disampaikan oleh guru

Dari hasil penyebaran kuesioner di sekolah full day didapatkan hasil bahwa terkadang siswa
merasa cemas akan nilai yang buruk. Hal ini seiring dengan aspek stres yang dinyatakan oleh
busari yakni aspek kognitif yang menyatakan siswa merasa khawatir terhadap beberapa hal yang
berhubungan dengannakademik. Selain itu, ditemukan juga bahwa siswa merasa gugupmsaat
ditunjuk guru, hal ini sesuai dengan aspek fisiologis. Kemudian dari hasil penyebaran kuesioner
didapatkan pula terdapat beberapa anak yang sulit untuk mengerti pelajaran yang telah disampaiakn
oleh guru, hal ini sesuai dengan aspek kognitif. Hasil penyebaran kuesione rjuga didapatkan bahwa
hanya beberapa siswa yang menunda-nunda pekerjaan rumah, hal ini sesuai dengan aspek
behavioral yang menyebutkan bahwa siswa menunda-nunda pekerjaan rumah.
Selain perbedaan yang terlihat dari hasil wawancara kepada guru dan penyebaran kuesioner,
terdapat pula perbedaan pada nila rata-rata. Perbedaan ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Rata-Rata Nilai Full Day
Kelas VII Kelas VIII Standar
Mata Pelajaran
Semester 2 Semester 2 Nilai
Matematika 84,21 85,53 80
Bahasa indonesia 85,30 86,75 80
Bahasa inggris 84,76 87,23 80
IPA 85,43 84,56 80
IPS 83,80 86,48 80

Tabel 3. Rata-Rata Nilai Half Day


Kelas VII Kelas VIII Standar
Mata Pelajaran
Semester 2 Semester 2 Nilai
Matematika 82,21 84,23 80
Bahasa indonesia 84,89 85,12 80
Bahasa inggris 82,74 84,45 80
IPA 83,56 83,10 80
IPS 81,90 83,05 80

Kedua tabel di atas mempunyai kesamaan dari akreditas yaitu A dan standar nilai untuk
setiap mata pelajarannya yaitu dengan nilai 80. Berdasarkan tabel diatas, terlihat perbedaan
sekolah full day dan half day secara prestasi. Hasil yang ditemukan terdapat perbedaan nilai rata-
rata dikedua tabel tersebut. Pada sekolah full day menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada
sekolah half day. Dari fenomena yang didapatkan terdapat perbedaan nilai rapor antara sekolah full
day dan half day.
Upaya mengembangkan pendidikan karakter yang efektif dimulai dengan penekanan
institusi sekolah dalam mempromosikan pembangunan pendidikan karakter. Proses tersebut
mengedepankan pada unsur esensial, diantaranya penguatan misi sekolah sebagai identitas
kelembagaan yang mempromosikan pendidikan karakter. Sederhananya sekolah memiliki
pernyataan otentik berupa misi dan visi sebagai arah untuk menggarisbawahi pentingnya
pengembangan pendidikan karakter di sekolah.16 Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu
memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan
sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun. Oleh karena itu, berdasarkan kepercayaan masyarakat
tersebut, maka kinerja guru harus bagus. Salah satu tugas utama seorang guru di sekolah adalah
mengajar. Mengajar pada dasarnya tidak dapat dipandang sebagai usaha yang sederhana dan
mudah. Pengajaran yang berkualitas bila dipandang dari sudut sistem disusun oleh beberapa unsur
yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi demi kualitas yang telah direncanakan

16
Marleny Leasa and others, „KARAKTER SISWA SMKN13 KOTA MALANG‟, 6.1 (2017), 73–
82.
sebelumnya. Oleh karena itu, mengajar bagi seorang guru memerlukan tanggung jawab moral yang
berat dan menjadi suatu kewajiban guru dalam melaksanakan tugas profesinya. 17

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang analisis kebijakan full
day school dalam membentuk karakter siswa maka dapat disimpukan bahwa:
1. Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam hal metode belajar yang
berorientasi pada kualitas pendidikan berlangsung selama sehari penuh dengan menggunakan
integrated activity yang menyenangkan dalam pembelajaran. Pelaksanaan full day school
sebagai upaya pembentukan karakter siswa yaitu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
sehari penuh mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB yang menggunakan model
sekolah dengan pemadatan 5 hari efektif yakni Senin sampai Jum‟at, sedangkan untuk hari
Sabtu dikhususkan untuk kegiatan pengembangan diri yaitu ekstrakurikuler. Proses
pembentukan karakter pada siswa dilaksanakan melalui kegiatan budaya sekolah yaitu
kegiatan rutin, kegiatan spontan dan menggunakan metode pembentukan karakter. Proses
pembentukan karakter siswa juga dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan
tapak suci. Nilai karakter pada siswa yang paling menojol yaitu karakter religius, mandiri dan
peduli lingkungan, karakter disiplin, jujur dan bertanggung jawab.
2. Kendala implementasi full day school dalam membentuk karakter siswa ada tiga faktor yakni
kesadaran siswa, kurangnya dukungan dan apresiasi dari beberapa orang tua atau wali murid,
dan sarana prasarana dalam menunjang pembentukan karakter siswa belum terpenuhi secara
maksimal seperti masjid sebagai sarana ibadah.
Adapun saran yang diberikan peneliti yaitu pada sekolah yang menerapkan sistem full day
school, sebaiknya pihak sekolah mengupayakan optimalisasi pada semua aspek. Sekolah perlu
mempertimbangkan kesiapan atau ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai,
memperhatikan kenyamanan anak didik dalam melaksanakan pembelajaran dan kenyamanan orang
tua dan masyarakat sekitar dalam menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada sekolah untuk
memaksimalkan seluruh potensi anak didik serta mengaktifkan waktu belajarnya, guru harus selalu
menjadi contoh model karakter yang baik serta spiritual yang baik bagi anak didik. Siswa
hendaknya mengikuti kegiatan yang telah diprogamkan oleh sekolah dengan sungguh-sungguh dan
rajin serta berusaha untuk membantu kelancaran pembentukan karakter agar menjadi anak yang
memiliki akhlak yang baik dan memiliki pengetahuan yang luas. Penelitian ini dapat dijadikan

17
„Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone. Wahyosumidjo,
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Ed I; Jakarta: Rajawali Pers. 2008), h. 81. 784‟, 1, 2019, 784–96.
sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya mengenai nilai-nilai karakter yang belum muncul pada
penelitian sebelumnya di sekolah yang menggunakan sistem full day school.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A Mustika, „EKSTRAKURIKULER MELALUI METODE PEMBIASAAN‟, 183–96
Leasa, Marleny, John Rafafy Batlolona, Universitas Pattimura, Pascasarjana Pendidikan Fisika, and
Universitas Negeri Malang, „KARAKTER SISWA SMKN13 KOTA MALANG‟, 6.1 (2017),
73–82
Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone. Wahyosumidjo,
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Ed I; Jakarta: Rajawali Pers. 2008), h. 81. 784‟, 1, 2019,
784–96
Pendidikan, Magister Administrasi, Sekolah Pascasarjana, and Universitas Muhammadiyah
Surakarta, „KARAKTER SISWA SD‟, 13.1 (2018), 24–33
Sulaiman, „Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di
Madrasah Aliyahal-Falah Arungkeke Kabupatenjeneponto‟, Adaara: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 8.1 (2019), 848–70 <https://doi.org/10.35673/ajmpi.v8i1.422>
Hasbullah. Otonomi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2010.
Ihsan, Fuad .Dasar-Dasar Kependidikan,. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Sulistyaningsih, Wiwik. Full Day School Dan Optimalisasi Perkembangan Anak. Yogyakarta:
Paraigma Indonesia. 2008.
Musfah, Jejen. Analisis Kebijakan Pendidikan. Jawa Timur: Kencana. 2018.
Bafirmah. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Penjasorkes. Jakarta: Kencana.
2006.
Mushlih, Ahmad dkk, Analisis Kebijakan PAUD,. Jawa Tengah: Mangku Bumi. 2018.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terpadu. Bandung: Rosdakarya. 2004.
Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media. 2009.
Schudin. Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa.
Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Gunung Djati. 2005.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Bandung: Rineka Cipta. 1993.
Moch, Romli. Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Full Day School. Disertasi UM Malang.
2004.

You might also like