JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)
Oleh :
Diah Ayu Purwaningsih 1 dan Donny Irawan 2
ABSTRACT
ABSTRAK
Sumber air yang masuk ke Settling pond pada umumnya air permukaan
dan air tanah, pada daerah penelitian ini air yang masuk ke dalam SWP 06 berasal
dari paritan 1 dan 2 yang merupakan air dari pemompaan pada pit 8 dan air
limpasan, untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam jumlah debit
pemompaan air di pit 8. Air yang masuk kedalam paritan 1 merupakan air dari
hasil pemompaan pit 8 Barat dan dari air limpasan dengan luas Area DTH yang
merupakan Area Reklamasi pada pit 7 sebesar 7,9505 Ha dan pit 8 sebesar
2,3008 Ha. Air yang masuk kedalam paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan
dari pit 8 Timur dan air limpasan dengan luas area DTH yang merupakan
Perkebssunan Kelapa Sawit sebesar 25,55 Ha dan DTH Top Soil sebesar
3,8044 Ha. Pompa dan Pipa yang digunakan oleh PT. MPP yaitu KSB 150 dan
HDPE ukuran 6’,diameter 16 cm, dan tebal 1,4 cm. Volume total aktual Settling
Pond SWP 06 sebesar 63.523 m3, air yang masuk kedalam Settling pond SWP 06
yaitu dari paritan 1 sebesar 2,1743 m3/detik dan paritan 2 sebesar 2,895 m3/detik
sehingga debit total air limpasan yang masuk sebesar 5,0693 m3/detik dan saat di
kaji kembali volume total air yang masuk sebesar 29.152,44 m3 sehingga hanya
perlu di lakukan perawatan dengan cara pengerukan agar volume kolam bisa
menampung air yang akan masuk karena pada 3 Kompartement yang ada
mempunyai lebar 29 m yang bisa terjadinya pendangkalan pada tengah
kompartement karena PC 200 dengan Jangkauan Maksimal 42 ft = 12,8016 m di
kali 2 yaitu 25,6032 m, umur kolam 1a selama 6,7 hari dan kolam 1b,2b,2a
selama 11,5 hari dan untuk menambah umur kolam tersebut selama kegiatan
penambangan berlangsung settling pond SWP 06 harus di lakukan pengerukan
rutin. Faktor yang mempengaruhi dimensi yaitu jumlah air yang akan masuk
kedalam Settling Pond SWP 06.
A. PENDAHULUAN
Dalam industri pertambangan batubara, eksplorasi batubara dari lapisan
dalam tanah harus malalui proses pemisahan over burden. Over burden adalah
material penutup batubara, proses ini disebut over burden removal. Hasil akhir
dari penambangan batubara adalah clean coal, yaitu batubara yang digunakan
untuk bahan bakar. Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari
pembersihan (cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk
kemudian di angkut ke tempat penampungan (stockpile). Kondisi cuaca hujan
dengan volume yang tinggi merupakan kendala proses coal getting. Tambang
terbuka dengan menggunakan metode open pit. Metode penambangan ini akan
menyebab kan terbentuknya cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk
menjadi daerah tampungan air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan dan
air tanah. Oleh karena itu Sistem drainase (drainage system) di buat salah satunya
dengan membuat Settling Pond. Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk
kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang,
baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar
ke perairan umum. Melalui upaya penanganan air yang masuk ke dalam pit, maka
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 60
di harapkan permasalahan yang timbul akibat tidak terkontrolnya air yang masuk
ke pit dapat diminimalisir sehingga aktifitas penambangan dapat tetap di lakukan.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini agar tidak terjadi suatu perluasan masalah maka penulis
membatasi dengan mengkaji pada geometri Settling pond pada pit 8 penambangan
batubara agar volume Settling pond bisa menampung volume air yang akan di
alirkan masuk ke dalam Settling pond dengan data curah hujan selama 10 tahun .
3. Metodelogi Penelitian
Didalam melaksanakan Penelitian ini, penulis menggunakan studi pustaka
dengan data-data atau observasilapangan, sehingga dari kedianya didapat
pendekatan penyelesaian masalah, adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
1. Tahap kajian literatur
Tahap ini merupakan kegiatan awal sebelum dilakukannya penelitian. Pada
tahap ini dilakukan kajian-kajian pustaka atau literatur sebagai pendukung
kegiatan penelitian yang bersifat teoritis.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan di lakukan dengan cara peninjauan dan pengamatan
langsung kelapangan terhadap objek kajian yang di amati dalam hal ini
berkaitan dengan sedang geometri Settling pond.
3. Tahap pengambilan data
a) Data primer yaitu : Sumber-sumber air yang masuk ke dalam kolam ke
Settling pond dengan cara pengamatan langsung pada daerah penelitian,
Pengukuran geometri Settling pond dengan cara pengukuran langsung
yaitu (panjang, Lebar, dan Kedalaman) dengan menggunakan berupa alat
meteran, Dokumentasi Lapangan sesuai dengan kegiatan penelitian
dengan menggunakan kamera, dan Melihat secara langsung jenis lahan di
area penelitian.
b) Data sekunder
Tahap pengambilan data sekunder yaitu berupa pengambilan data yang
dilakukan tanpa perlu langsung ke lapangan, Data curah hujan harian 10
tahun pada daerah penelitian, Peta situasi tambang, danSpesifikasi pompa
dan alat perawatan Settling pond
4. Akuisi data
Merupakan pengelompokan dari data-data yang diambil untuk proses
selanjutnya.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 61
B. DASAR TEORI
1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan pada
proses analisis hidrologi. Siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam
siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara
proses hujan (presipitation), penguapan (evaporation), transpirasi, infiltrasi,
perkolasi, aliran limpasan (run off), dan aliran bawah tanah.
(SumberSoemarto, 1987)
Gambar 1. Siklus Hidrologi
2. Air Permukaan
Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah
hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan lautan
(Asdak,1995). Menurut Arsyad (1983) limpasan permukaan adalah air yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran
permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah,
dimana dalam hal ini tanah telah jenuh air (Kartasapoetra dkk.1988). sifat aliran
permukaan seperti jumlah atau volume, laju, kecepatan dan gejolak aliran
permukaan menentukan kemampuannya untuk menimbulkan erosi, dalam
penelitian ini yang diukur adalah besar aliran permukaan dalam satuan mm
(Haridjaja dkk.1991).
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 62
3. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.
Q = 0,00278 X C X I x A
Air pada paritan 1 bersumber dari air yang di pompakan melalui pompa di pit
8 barat dengan volume air 1705,4 m3 dan air limpasan dari DTH yang merupakan
area reklamasi 7 dan 8, sedangkan air pada paritan 2 bersumber dari air yang di
pompakan melalui pompa di pit 8 timur dengan volume air 5806,04 m3 dan air
limpasan dari DTH yang merupakan area top soil dan perkebunan kelapa sawit.
b. Air Tanah (akifer)
Pada penelitian ini untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam
jumlah debit pemompaan air di pit.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 65
9943000
9942500
9942000
9941500
9941000
492000
491500
492500
1 : 7691
PETA SITUASI TAMBANG
KAB. BERAU Tanjun gredeb
Teluk Sumbang
KAB. KUTAI
Tenggarong S amarinda
B alikpapan
KAB. PASIR
U Tanahg rogot
9942500
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 66
Faktor yang mempengaruhi besar debit air yang masuk kedalam Settling
Pond yaitu dari :
a. Koefisien daerah tangkapan hujan (C)
Pada Settling Pond SWP 06 memiliki 4 Koefisien di mana masing-masing
koefisien memiliki tata guna lahan yang berbeda sebagai berikut :
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 7 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Kebun Kelapa Sawit Pit 8memiliki tata guna lahan
untuk topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi hutan.
- Koefisien dari DTH Top Soil Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi tanpa tanaman.
b. Intensitas curah hujan (I)
Intensitas curah hujan berpengaruh besar berdasarkan umur tambang dan
durasi lama hujan semakin besar intensitas curah hujan semakin besar pula jumlah
air yang masuk. Pada daerah penelitian data curah hujan yang di gunakan 10
tahun dari tahun 2006-2015 dengan durasi lama hujan sebesar 2 jam.
c. Luas Area Penelitian (A)
Luas area akan berpengaruh besar pada jumlah air yang akan masuk kedalam
Settling pond karena semakin luas daerah tangkapan hujan semakin besar air
yang jatuh di area tersebut. Pada daerah penelitian terdapat 4 daerah tangkapan
hujan yang langsung masuk kedalam paritan yang mengarah pada Settling pond
yaitu area Reklamasi pit 7, Reklamasi pit 8, Kebun Kelapa Sawit pit 8,dan Top
Soil pit 8.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sumber air utama yang masuk ke dalam lokasi pit 8 adalah paritan 1
merupakan air dari hasil pemompaan pit 8 barat, air limpasan dari area
reklamasi, dan paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan dari pit 8 timur, air
limpasan dari perkebunan kelapa sawit, dan top soil.
2. Debit air yang masuk kedalam Settling Pond SWP 06 dari paritan 1 paritan 2
sebesar 2,9968 m3/detik.
3. Pada Geometri Settling Pond SWP 06 aktual yang ada volume total kolam
sebesar 63.532 m3 yang kemudian di kaji karena fungsi sebelumnya
merupakan settling pond untuk pit 7 kemudian di fungsikan untuk pit 8 agar
dapat mengetahui volume air yang akan masuk dari pit 8, setelah dilakukan
pengkajian ulang dengan perhitungan volume air yang di dapat sebesar
29.152,44 m3/detik yang merupakan air dari pit 8 dan paritan. jadi volume
aktual kolam pengendapan swp 06 masih dapat menampung air yang berasal
dari penambangan pit 8.
4. Faktor yang mempengaruhi dimensi Settling Pond SWP 06 yaitu dari air
permukaan dan air tanah. dimana air permukaan merupakan air limpasan
debit air limpasan itu sendiri di pengaruhi oleh koefisien, intensitas curah
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 68
hujan, dan luar area penelitian. sedangkan air tanah di abaikan karena sudah
termasuk pada perhitungan pemompaan pada area pit 8.
E. DAFTAR PUSTAKA
PerDaProv Kaltim No 2, 2011, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pfleider E. P., 1972. Surface Minning. The American Institude of Minning.
Metallurgical and Petroleum Inc., New York
Rudi Sayogya GB., 1993. Sistem Penirisan Tambang. Kursus Perencanaan
Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan FTM, ITB.
Sosrodarsono S. Dan Takeda K.,1993. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta
Soewarno, 1995. Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data
Jilid I, Gramedia. Jakarta.
Sugiharto, 2008, Dasar-DasarPengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta
Sundoyo, 2012, PerhitunganDimensi settling pond padaPenambangan Batubara,
Skripsi, UniversitasKutaiKartanegara.
Todd, D.K., 1959. Ground Water Hydrology,Jhon Wely and Sons. Inc. New York
dan London
Triatmodjo, Bambang, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Muchjidin, 2006, PengendalianMutudalamIndustri Batubara, Penerbit ITB,
Bandung.