Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tempering Terhadap Sifat Mekanis Baja Aisi 9254 Aplikasi Pegas Ulir/Spiral Daihatsu Zebra 1.3
Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tempering Terhadap Sifat Mekanis Baja Aisi 9254 Aplikasi Pegas Ulir/Spiral Daihatsu Zebra 1.3
Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tempering Terhadap Sifat Mekanis Baja Aisi 9254 Aplikasi Pegas Ulir/Spiral Daihatsu Zebra 1.3
Yanuar Arjianto
Institut Teknologi Nasional Malang. Malang, 65152
Telp : (0341)417636, Fax. (0341)417634
Email : [email protected]
Absrack
Currently, the need for fuel for energy in Indonesia is increasing every year in line with the
increase in population and industrial progress. Biomass gasification is a thermochemical process
technology that converts various types of solid biomass into syn-gas (CO, H2, CH4) by providing a
certain amount of heat energy. The target of this research is to obtain the characterization of the biomass
gasification process using an updraft type reactor. Utilization of biomass waste can still be used,
especially by making gas through the gasification process, coconut shell biomass, rice husks, mahogany
wood have the potential to produce energy. n this study, the biomass is used to produce gas fuel through a
gasification process using an updraft gasifier. The gasification process was carried out at combustion air
velocities of 10.2 m/s, 13.5 m/s and 14.0 m/s. These results were obtained at the average pan temperature,
coconut shell biomass at 10.2 m/s = 147.129 oC, 13.5 m/s = 123.514 oC, and 14.0 m/s = 128.571 oC. Rice
husk speed of 10.2 m/s = 99.729 oC, speed of 13.5 m/s = 74,829 oC, and speed of 14.0 m/s = 84.971 oC.
Mahogany wood with a speed of 10.2 m/s = 119.243 oC, a speed of 13.5 m/s = 86.529 oC, and a speed of
14.0 m/s = 65.186 oC. The results showed that the gasification process can produce combustible gas (CO,
CH4, H2) continuously for approximately 1 hour of operation. The increase in air velocity will increase
the temperature in the reactor, gas composition, gas air velocity, gasification efficiency and the flame
temperature of the combustion gases produced.
Keywords: coconut shell, rice husk, mahogany wood, speed variation variasi.
Abstrak
Saat ini kemajuan industry di Indonesia tiap tahunnya tercatat semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan industri. Material merupakan salah satu pendukung
berkembangnya industry di Indonesia dengan cara meneliti kekuatan bahan/baja dengan cara dilakukan
pemanasan pada baja sehingga mengetahui bahan terbaik untuk dipakai. Sasaran penelitian ini adalah
untuk mendapatkan kekuatan terbesar pada baja AISI 9254 setelah dilakukan hardening dan variasi
tempering. Proses hardening adalah proses perlakuan panas yang diterapkan untuk menghasilkan benda
kerja yang keras. Proses tempering adalah suatu teknik perlakuan panas untuk baja dilakukan untuk
mengeraskan dengan cara mengubah martensit yang getas menjadi bainit atau ferit Pada penelitian ini
variasi tempering dilakukan untuk mengetahui kekuatan tertinggi pada baja AISI 9254. Proses pengujian
untuk mengetahui kekuatan baja AISI 9254 yaitu uji kekerasan, uji impact, dan uji Tarik dengan
perlakuan panas hardening 830°C dan variasi tempering 510°C, 540°C, 570°C. Hasil pengujian kekerasan
didapat pada rata-rata specimen variasi tempering 510°C = 83,33 RHN, pada variasi tempering 540°C =
75 RHN, pada variasi tempering 570°C = 86 RHN. Hasil pengujian impact didapat pada rata-rata
specimen variasi tempering 510°C = 2,3697 Joule, pada variasi tempering 540°C = 1,4840 Joule, pada
variasi tempering 570°C = 3,5401 Joule. Hasil pengujian Tarik didapat pada rata-rata specimen variasi
tempering 510°C = 57,79 Kgf, pada variasi tempering 540°C = 50,43 Kgf, pada variasi tempering 570°C
= 59,89 Kgf. Hasil penelitian menunjukkan proses tempering menghasilkan penambahan kekuatan baja
adanya fasa struktur yang mempengaruhi perubahan dan adanya fasa yang tidak dapat bertransformasi
mempengaruhi kekuatan baja tersebut. Dari hasil variasi tempering 570°C yang memiliki kekuatan paling
baik.
Kata kunci : variasi tempering, baja AISI 9254.
1. PENDAHULUAN diperlukan desain dan perencanaan
Pada perkembangan industry otomotif yang tepat didalam proses
pada zaman sekarang lebih cenderung produksinya,sehingga dapat memenuhi
mengutamakan kenyamanan pada standart atau spesifikasi yang telah
penumpang dan keamanan berkendara saat ditetapkan.Salah satu faktor yang sangat
dijalanan. Untuk terwujudnya hal tersebut penting diperhatikan adalah material atau
sangat dibutuhkan suspensi yang sangat bahan yang akan dipakai didalam
baik untuk dipakai dalam kendaraan pembuatan pegas spiral (coil).AISI 9254
tersebut. Sistem suspensi berfungsi untuk memiliki tetangguhan yang cukup tinggi
meredam getaran dan meredam guncangan cocok dengan karakter spring
yang diterima kendaraan saat di jalan. spiral(coil).
Karena akibat permukaan jalan yang tidak
rata seperti jalan yang berlubang dan jalan Komposisi kimia baja AISI 9254
yang bergelombang. Oleh karena itu,
material pegas yang baik harus memiliki
kekuatan yang tinggi, dan ketangguhan B. Heat Treatment
yang tinggi dan keuletan yang relatif tinggi. Heat Treatment ( perlakuan panas )
Selain karena faktor beban yang berat, jalan adalah salah satu proses untuk mengubah
raya, cuaca juga adalah penyebab yang struktur logam dengan jalan memanaskan
mempengaruhi kinerja pegas. Maka untuk specimen pada elektrik terance ( tungku )
mengatasi masalah tersebut dilakukan pada temperature rekristalisasi selama
proses manufaktur yaitu perlakuan panas periode waktu tertentu kemudian
(Heat Treatment). Proses manufaktur dalam didinginkan pada media pendingin seperti
pembuatan pegas menggunakan proses udara, air, air garam, oli dan solar yang
perlakuan panas (heat treatment) tempering masing-masing mempunyai kerapatan
dengan menggunakan raw material baja pendinginan yang berbeda-beda.
pegas. Baja saat ini merupakan bahan yang
sangat sering dipakai dalam berbagai Tujuan Dan Proses Heat Treatment
macam kegiatan industri, baik dalam Perlunya perlakuan panas dilakukan
industri maupun sebagai komponen mesin, adalah untuk mengurangi perubahan
baja pegas adalah salah satu material bentuk pada saat dikerjakan atau setelah
komponen otomotif yang bahan dasarnya dikerjakan atau hasil suatu konstruksi,
adalah baja karbon. Dalam fungsinya pegas
merubah sifat-sifat bahan dan
menerima beban dinamis (berulang–ulang)
menghilangkan tegangan-tegangan sisa
yang cukup besar dan akan mengalami
kerusakan akibat lelah yang muncul setelah Material logam itu terdiri dari
komponen tersebut menjalankan fungsinya. struktur mikro berupa kristal-kristal
2. TINJAUAN PUSTAKA kecil yang disebut “butir” atau kristalit.
A. Baja AISI 9254 Sifat butir (yaitu ukuran butir dan
Baja AISI 9245 (Spring steel) Pegas komposisi) adalah salah satu faktor
merupakan salah satu suku cadang alat paling penting yang dapat menentukan
transportasi yang mempunyai peranan sifat mekanis logam secara keseluruhan.
sangat penting,Dalam hal ini agar dapat
perlakuan panas menyediakan cara yang
berperan dengan baik sebagai fungsinya
efisien untuk memanipulasi sifat dari
logam dengan mengendalikan laju untuk mengetahui kekuatan atau ketahanan
difusi, dan tingkat pendinginan dalam suatu (bahan) material. Sedangkan
struktur mikro tersebut. kekerasan itu sendiri (hardness) ialah salah
satu sifat mekanik dari suatu material selain
C. Hardening sifat fisik dan teknologik yang dimilikinya.
Proses pengerasan atau hardening Pada cara Rockwell(RHN) pengukuran
adalah suatu proses perlakuan panas langsung dilakukan oleh mesin, dan mesin
yang dilakukan untuk menghasilkan langsung menunjukan angka kekerasan dari
suatu benda kerja yang keras, proses ini bahan yang di uji. Cara ini lebih cepat dan
dilakukan pada temperatur tinggi yaitu lebih akurat. Pada cara rockwell yang
pada temperatur austenisasi yang normal , permukaan logam yang di uji di
digunakan untuk melarutkan sementit tekan oleh indentor dengan gaya tekan 10
dalam austenit yang kemudian di quench. kg, beban awal (minor load Po) sehinga
Pada tahap ini akan menghasilkan ujung indikator menembus permukan
terperangkapnya karbon yang akan sedalam h
menyebabkan bergesernya atom-atom
sehingga terbentuk struktur body center F. Uji Impact
tetragonal atau struktur yang tidak uji impak digunakan dalam menentukan
setimbang yang disebut martensit yang kecenderungan material untuk rapuh atau
bersifat keras dan getas. ulet berdasarkan sifat ketangguhannya.
D. Tempering Hasil uji impak juga tidak dapat membaca
tempering adalah proses pemanasan secara langsung kondisi perpatahan batang
kembali suatu logam yang telah dikeraskan uji, sebab tidak dapat mengukur komponen
melalui proses quenching pada suhu di gaya-gaya tegangan tiga dimensi yang
bawah suhu kritisnya selama waktu tertentu terjadi pada batang uji. Hasil yang
dan didinginkan secara perlahan-lahan. diperoleh dari pengujian impak ini, juga
Tujuan proses ini adalah untuk mengurangi tidak ada persetujuan secara umum
internal stress, mengubah susunan, mengenai interpretasi atau pemanfaatannya.
mengurangi kekerasan dan menaikkan Sejumlah uji impak batang uji bertakik
keuletan logam sehingga didapatkan dengan berbagai desain telah dilakukan
perpaduan yang tepat antara kekerasan dan dalam menentukan perpatahan rapuh pada
keuletan logam uji. logam.
Struktur martensit dihasilkan dari proses
G. Uji Tarik
quenching¸maka dari itu ada tegangan
Uji tarik merupakan salah satu
internal besar, diperoleh dari transformasi
pengujian yang dilakukan pada material
martensit, sehingga keuletan berkurang.
untuk mengetahui karakteristik dansifat
Tempering dapat meningkatkan keuletan
mekanik material terutama kekuatan dan
dan ketangguhan, yang sangat penting
ketahaanan terhadap beban Tarik. Uji tarik
untuk meningkatkan penyerapan energi
rekayasa banyak dilakukan untuk
impak dan struktur martensit temper
melengkapi informasirancangan dasar
menghasilkan kekuatan dinamik yang baik
kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pada baja.
pendukung bagispesifikasi bahan.
E. Uji Kekerasan Pada uji tarik, benda uji diberi beban
Hardness Tester Uji kekerasan atau gaya tariksesumbu yang bertambah secara
hardness test merupakan salah satu cara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan terhadap perpanjangan yang Temp/Men
0 10 20 30 40 50 60
dialami benda uji. it
30, 125, 194, 258, 206,
T1 76,6 77,1
8 6 7 3 6
3. RANCANGAN PENELITIAN
35, 113, 113, 166, 173, 129,
Diagram Alir Penelitian T2 58,9
4 7 4 7 1 6
28, 77,9 73,1
T3 50,4 65,7 70,6 80,5
2
28, 63,7 61,7
T4 49,8 68,7 68,2 65,2
6
33, 73,0 66,7 66,1
T5 33,6 48,5 67,6
6 5
28, 160, 178, 172, 119, 191, 180,
T6
2 0 3 6 0 7 1
Temperatur (oc)
225
lebih rendah dari pada kecepatan yang lain 10,2 m/s
150 13,5 m/s
yaitu 123,514 oC. Dalam penggunaan
75 14,0 m/s
biomassa tempurung kelapa dalam alat
0
gasifikasi perlu diperhatikan agar bahan T1 T2 T3 T4 T5 T6
yang digunakan harus benar-benar Thermokopel
dipadatkan, karena jika tidak padat api akan
hidup dan syngas akan habis terlebih
dahulu didalam reaktor.
2. Sekam Padi
Variasi
kecepatan
250
Temperatur (oc)
200
150 10,2 m/s
100 13,5 m/s
50 14,0 m/s
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Thermokopel Dapat disimpulkan bahwa biomassa
tempurung kelapa kecepatan 10,2 m/s pada
suhu panci memiliki suhu operasional
tinggi dari pada kecepatan yang lain yaitu
119,243 oC, dan kecepatan 14,0 m/s pada
suhu panci memiliki suhu operasional yang
lebih rendah dari pada kecepatan yang lain
yaitu 65,186 oC. Dalam penggunaan
biomassa tempurung kelapa dalam alat
gasifikasi perlu diperhatikan agar bahan
yang digunakan harus benar-benar
dipadatkan, karena jika tidak padat api akan
Dapat disimpulkan bahwa biomassa hidup dan syngas akan habis terlebih
tempurung kelapa kecepatan 10,2 m/s pada dahulu didalam reaktor.
suhu panci memiliki suhu operasional
KESIMPULAN
tinggi dari pada kecepatan yang lain yaitu
Berdasarkan hasil dari pengaruh
99,729 oC, dan kecepatan 13,5 m/s pada
suhu panci memiliki suhu operasional yang kecepatan udara terhadap temperatur
lebih rendah dari pada kecepatan yang lain pembakaran pada tungku gasifikasi
yaitu 74,829 oC. Dalam penggunaan biomassa tempurung kelapa, sekam padi
biomassa tempurung kelapa dalam alat dan kayu mahoni dengan updraft filter
gasifikasi perlu diperhatikan agar bahan
ventury dry scrubber single outlet system kelapa menghasilkan syngas dengan
dapat disimpulkan sebagai berikut : waktu kurang lebih 90 menit.
1. Biomassa tempurung kelapa kecepatan 4. Dapat disimpulkan dari biomassa
10,2 m/s pada T5 didapatkan suhu rata- tempurung kelapa, sekam padi, dan kayu
rata 55,593 oC, kecepatan 13,5 m/s pada mahoni tersebut yang memiliki hasil
T5 didapatkan suhu rata-rata 58,301 oC, lebih baik yaitu menggunakan biomassa
dan kecepatan 14,0 m/s pada T5 sekam padi, dikarenakan sekam padi
didapatkan suhu rata-rata 57,420 oC. memiliki kandungan air yang lebih kecil
Dari ketiga kecepatan tersebut yang dibandingkan biomassa lainnya. Dan
menghasilkan nyala api yang lebih stabil pada waktu penyalaan dialat gasifikasi
ada pada kecepatan 10,2 m/s, yang lebih cepat menyala terdapat pada
dikarenakan kecepatan udara yang biomassa sekam padi tersebut dan
dihasilkan masih terlalu rendah menghasilkan waktu yang lebih lama.
dibandingkan dari kecepatan lainnya.
Dan pada biomassa tempurung kelapa DAFTAR PUSTAKA
lebih sedikit menghasilkan syngas [1] Monir, M. U., Khatun, F., Aziz, A. A. &
dengan waktu kurang lebih 90 menit. N., . D.-V. V., 2020. Thermal treatment
2. Biomassa sekam padi kecepatan 10,2 of tar generated during co-gasification
m/s pada T5 didapatkan suhu rata-rata of coconut shell and charcoal. Journal
36,782 oC, kecepatan 13,5 m/s pada T5 of Cleaner Production, pp. 1-9.
didapatkan suhu rata-rata 41,481 oC, dan [2] Al-afifi, U. F., Piter, E. & Syam, E.,
kecepatan 14,0 m/s pada T5 didapatkan 2020. Perhitungan Potensi Energi Listrik
suhu rata-rata 40,663 oC. Dari ketiga Pada Sekam Padi Melalui Metode
kecepatan tersebut yang menghasilkan Gasifikasi. Jurnal Sain, Energi,
nyala api yang lebih stabil ada pada Teknologi & Industri, 4(2), pp. 48-56.
kecepatan 10,2 m/s, dikarenakan [3] B. & Sutrisno, F., 2019. Jurusan Teknik
kecepatan udara yang dihasilkan masih Mesin, Fakultas Teknologi Industri
terlalu rendah dibandingkan dari Institut Teknologi Medan. PENGARUH
kecepatan lainnya. Dan biomassa sekam LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP
padi ini lebih tahan lama menghasilkan KINERJA KOMPOR BIOMASSA
syngas dengan waktu kurang lebih MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR
sekitar 2 jam berat 5,4 Kg. LIMBAH KAYU MAHONI SEBAGAI
3. Biomassa kayu mahoni kecepatan 10,2 BAHAN BAKAR ALTERNATIF, 32(2),
m/s pada T5 didapatkan suhu rata-rata pp. 29-36.
43,857 oC, kecepatan 13,5 m/s pada T5 [4] Chukwuneke, J. L., Sinebe2, J. E.,
didapatkan suhu rata-rata 32,371 oC, dan Ugwuegbu, D. C. & Agulonu, C. C.,
kecepatan 14,0 m/s pada T5 didapatkan 2016. Production by Pyrolysis and
suhu rata-rata 32,686 oC. Dari ketiga Analysis of Bio-oil from mahogany
kecepatan tersebut yang menghasilkan wood (swietenia macrophylla). british
nyala api yang lebih stabil ada pada Journal of Applied Science &
kecepatan 10,2 m/s, dikarenakan Technology, pp. 2231-0843.
kecepatan udara yang dihasilkan masih [5] Demirbas, A., 2004. combustion
terlalu rendah dibandingkan dari characteristics of different biomass
kecepatan lainnya. Dan biomassa kayu fuels. progress in Energy and
mahoni hampir sama dengan tempurung Combustion Science, pp. 219-230.
[6] Fadli, D., S.E., S. M. & Irsyad, M., ENERGY. Jurnal Teknik Lingkungan,
2013. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. KAJI 16(2), pp. 103-114.
EKSPERIMENTAL SISTEM [13] Nurwidayati, A., Sulastri, P. A.,
PENYIMPANAN BIOGAS DENGAN Ardiyati, D. & Aktawan, A., 2019.
METODE PENGOMPRESIAN DAN Gasification of Mahogany Sawdust
PENDINGINA PADA TABUNG GAS Biomass (Swietenia Mahagoni) to produce
SEBAGAI BAHAN BAKAR gas fuel as anenergy source renewable. This
PENGGANTI GAS LPG, 1(4), pp. 42- is an open access article under the CC–BY-
48. SA license, pp. 2355-8776.
[7] H., 2013. Pengaruh Variasi Kecepatan [14] Pratiwi, I., 2020. RANCANG
Udara Terhadap Temperatur BANGUN ALAT GASIFIKASI
Pembakaran Pada Tungku Gasifikasi BIOMASSA (KAYU KARET)
Sekam Padi. Surakarta, Doctoral RANCANG BANGUN ALAT
dissertation. Surakarta, Doctoral GASIFIKASI BIOMASSA (KAYU
dissertation, Universitas KARET). Jurnal Teknik Patra
Muhammadiyah Surakarta. Akademika, 11(1), pp. 2621-9328.
[8] Hartanto, D. & Handayani, A., 2020. [15] Sadil, A., Subekti, P. & Elfiano, E.,
Neraca Energi Tanpa Reaksi Kimia: 2014. ANALISA PROKSIMAT DAN
Konsep dan Aplikasi Industri. NILAI KALOR PADA BRIKET
s.l.:Deepublish. BIOARANG LIMBAH AMPAS TEBU
[9] Huang, X. et al., 2020. Chemical DAN ARANG. Jurnal Aptek, 6(1), pp.
looping gasification of rice husk to 57-64.
produce hydrogen-rich syngas under [16] Sudarmanta, b., Murtadji, D. B. &
different oxygen carrier preparation Wulandari, D. F., 2009. Karakterisasi
methods. INTERNATIONAL JOURNAL Gasifikasi Biomassa Sekam Padi
OF HYDROGEN ENERGY, Volume 45, Menggunakan reaktor downdraft dengan
pp. 26865-26876. dua tingkat laluan udara.
[10] Kuleape, R. et al., 2014. Assessment of [17] Vidian, F., 2003. Jurusan Teknik
the energy recovery potentials of solid Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
wastegenerated in Akosombo, Ghana. Sriwijaya, Palembang. Gasifikasi
African Journal of Environmental Tempurung Kelapa MEnggunakan
Science and Technology, 8(5), pp. 297- Updraft Gasifier pada Beberapa Variasi
305. laju Aliran Udara Pembakaran, pp. 88-
[11] Najib, L. & Darsopuspito , S., 2012. 93.
Karakterisasi Proses Gasifikasi
Biomassa Tempurung Kelapa Sistem
Downdraft Kontinyu dengan Variasi
Perbandingan Udara-Bahan Bakar
(AFR) dan Ukuran Biomassa. JURNAL
TEKNIK ITS, 1(1), pp. 2301-9271.
[12] Novita, D. M. & Damanhuri, E., 2010.
PERHITUNGAN NILAI KALOR
BERDASARKAN KOMPOSISI DAN
KARAKTERISTIK SAMPAH
PERKOTAAN DI INDONESIA
DALAM KONSEP WASTE TO