Jurnal Agrisep
Jurnal Agrisep
Jurnal Agrisep
361-374
ABSTRACT
Temanggung Regency is the rice producer with the third highest productivity in
the province of Central Java. Bansari District, one of the sub-districts in Temanggung
Regency, has the potential to be developed as an agricultural area because most of its
people are farmer. The study of rice supply chain in Bansari sub-district Temanggung
regency is significance in order to design the efficiency of rice supply chain mechanism
in the interest of rice farmers’ welfare in Bansari district Temanggung. The purpose of
this research is to examine and review the patterns or mechanisms of rice supply chain
and to analyse the role undertaken by the supply chain actors in Bansari district. The
research method used a qualitative method. Data were collected through observation,
interviews, documentation and library studies. The observed units in this research were
the rice supply chain agents in Bansari subdistrict, namely rice farmers, rice milling
entrepreneurs, rice traders and buyers or consumers of rice. The pattern of the rice supply
chain actors in Bansari subdistrict, had only one supply chain flow, namely, the flow of
products. There were several actors involved in the rice supply chain including farmers,
active and passive traders, piners, milling, consumer households. The supply chain actors
had their respective role in distributing rice from farmers to household consumers
through the their relevant activities. There is no government intervention in supply chain
in Bansari district. Business partnerships were required to develop businesses in the field
of rice farming in Bansari district.
Keywords: Pattern and Mechanisms, Rice, Supply chain
ABSTRAK
Kabupaten Temanggung merupakan penghasil beras dengan produktivitas
tertinggi ketiga di Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Bansari merupakan salah satu
wilayah di Kabupaten Temanggung yang mempunyai potensi sebagai daerah pertanian
yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Adanya studi mengenai rantai pasok
beras di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung merupakan suatu hal penting
untuk merancang efisiensi mekanisme rantai pasok beras yang menguntungkan bagi
petani beras di Kecamatan Bansari Kabupaten temanggung. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mengkaji pola atau mekanisme rantai pasok beras serta
mendiskripsikan peranan yang dilakukan oleh pelaku rantai pasok di Kecamatan Bansari.
Metode penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan
tehnik pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi
pustaka. Unit amatan dalam penelitian ini adalah pelaku rantai pasok beras di
Kecamatan Bansari yaitu petani padi, pelaku atau pengusaha penggilingan padi,
pedagang beras dan pembeli atau konsumen beras. Pola mekanisme pelaku rantai pasok
beras yang ada di Kecamatan Bansari, hanya memiliki satu aliran rantai pasok yaitu
aliran produk. Terdapat beberapa pelaku yang terlibat dalam rantai pasok beras
diantaranya petani, pedagang aktif dan pedagang pasif, pengepul, penebas, penggilingan,
konsumen rumah tangga. Pelaku rantai pasok ini memiliki peran masing-masing dalam
mendistribusikan beras dari petani hingga konsumen rumah tangga melalui aktifitas
yang dilakukannya.Tidak ada campur tangan pemerintah dalam rantai pasok di
Kecamatan Bansari. Diperlukan kemitraan bisnis untuk mengembangkan usaha di
bidang usaha tani beras di Kecamatan Bansari.
Kata kunci: Beras, Pola dan Mekanisme, Rantai pasok
PENDAHULUAN
Dalam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia, beras merupakan salah
satu komoditas pertanian dan pangan yang memiliki nilai yang sangat penting
dari banyak segi. Salah satu nilai penting tersebut, beras merupakan sumber
pangan utama dan komoditas pertanian yang strategis. Beras memiliki nilai
penting sebagai sumber pangan utama dikarenakan beras merupakan sumber
pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, sekitar 90 % penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras (Kusumaningrum, et.al. 2010). Bahkan
konsumsi beras pada masyarakat Indonesia merupakan tertinggi di dunia
setelah China dan India (Yanuarti dan Afsari, 2016). Sedangkan nilai penting
beras sebagai komoditas pertanian yang strategis dikarenakan beras merupakan
komoditas yang menjadi andalan bagi ketahanan pangan (Suryana dan
Mardianto, 2001).
Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional, stabilitas
ketersediaan pasokan beras menjadi salah satu unsur penting yang harus
terpenuhi. Untuk menjaga stabilitas ketersediaan pasokan beras dan memenuhi
METODE PENELITIAN
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perorangan sebagai pelaku
dinamika rantai pasok beras di Kecamatan Bansari. Penetapan unit analisis ini
didasarkan pada aktivitas yang dilakukan pada rantai pasok beras di Kecamatan
Bansari Kabupaten Temanggung sebagai pelaku rantai pasok. Sedangkan unit
amatan dalam penelitian ini adalah pelaku rantai pasok beras di Kecamatan
bansari yaitu petani padi, pelaku atau pengusaha penggilingan padi, pedagang
beras dan pembeli atau konsumen beras.
Untuk memperoleh data kualitatif yang diinginkan maka dalam penelitian
ini dilakukan pengambilan data primer dan data sekunder seperti yang
dilakukan Sugiyono (2008) dengan tehnik pengumpulan data melalui metode
observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Data primer
dikumpulkan dari pelaku yang terlibat dalam rantai pasok yaitu petani,
penggilingan, pedagang dan pembeli beras. Data sekunder dikumpulkan dari
dokumentasi dan studi pustaka. Dokumentasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang
dianggap penting yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi
yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi pustaka yaitu studi
literatur tentang konsep rantai pasok, hasil penelitian terdahulu, dan data-data
terdokumentasi lainnya yang berkaitan dengan rantai pasok beras.
Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka analisis data
dalam penelitian ini dilakukan secara diskriptif kualitatif. Hasil pengumpulan
data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk content analisis dengan
penjelasan-penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat menjawab
rumusan masalah, menjelaskan dan terfokus pada representasi terhadap
fenomena yang hadir dalam penelitian.
Pada penelitian ini tehnik analisis data yang dilakukan adalah
1. Analisis pola atau mekanisme rantai pasok beras dilakukan dengan
tehnik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk
menganalisis model skema atau aliran rantai pasok beras. Analisis ini
dilakukan dengan menunjukkan pola aliran rantai pasok yang terdiri
dari aliran komoditas, aliran finansial dan aliran informasi.
2. Analisis peranan pelaku rantai pasok beras dilakukan dengan cara
analisis diskriptif kualitatif yaitu menguraikan peranan setiap unsur
dari rantai pasok beras serta aktivitas yang dilakukan pada setiap
unsur rantai pasok.
Rincian prosedur dan pengolahan data bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Prosedur dan Pengolahan Data Pola Rantai Pasok dan Peranan Pelaku
Rantai Pasok
Metode
Kebutuhan Jenis
pengumpulan Alat analisis Sumber data
data data
data
Mengetahui Pertanyaan untuk
Petani,
pola rantai mendapatkan data
penggilingan,
pasok beras di Primer Wawancara yang digunakan
pedagang dan
Kecamatan untuk membuat
pembeli
Bansari pola rantai pasok
Mengetahui
Pertanyaan untuk
peranan pelaku Petani,
mendapatkan data
rantai pasok penggilingan,
Primer Wawancara yang digunakan
beras di pedagang dan
untuk Analisis
Kecamatan pembeli
kualitatif
Bansari
yang dijual petani berupa gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG)
dan beras. Hasil panen tersebut dijual kepada pedagang aktif yaitu pedagang
yang mendatangi petani, serta pedagang pasif yaitu petani yang mendatangi
pedagang. Pedagang aktif dan pasif ini adalah pedagang yang menjual beras di
toko beras, pasar dan warung. Selain pedagang, petani juga menjual hasil panen
kepada pengepul, penebas dan penggilingan. Aliran rantai pasok pertama ini
bisa dilihat dari gambar 1.
Toko Beras,
Warung,
Pedagang Aktif
Pedagang Beras
Pasar
Konsumsi Pedagang Pasif
Petani
Dijual Penebas
Pengggilingan
Pengepul
Gambar 1.
Rantai Pasok Pertama (Petani)
Rantai pasok kedua adalah penggilingan. Rantai pasok ditingkat
penggilingan bisa dilihat pada gambar 2.
Jasa Penggilingan
Masyarakat/konsumen
Rumah Tangga
Penggilingan Pembelian
Petani
Penjualan Penggilingan
Pasar
Toko Beras/Warung
Gambar 2.
Rantai Pasok Kedua (Penggilingan)
Pedagang Pasar
Toko beras/Warung
Gambar 3.
Rantai Pasok Ketiga (Pedagang)
Peranan pelaku rantai pasok yang pertama yaitu petani. Petani melakukan
aktivitas memproduksi beras. Secara umum petani hanya sebagai produsen
gabah/beras, namun ada beberapa petani yang melakukan penjualan
gabah/beras, serta melakukan pembelian beras. Petani yang hanya
Peranan pengepul secara umum yaitu pihak yang membeli gabah atau
beras dari petani produsen. Pengepul menjalankan bisnisnya dengan cara
membeli langsung gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG) atau
padi dari petani setelah selesai memanen. Di Kecamatan Bansari, pengepul
menentukan harga beli sangat rendah kepada petani, harga tersebut ditentukan
oleh pengepul itu sendiri.
Peranan penebas secara umum hampir sama dengan pengepul. Penebas
membeli gabah kering panen (GKP) dari petani pada saat gabah masih ada di
pohon dan belum dipanen. Penebas menentukan harga beli kepada petani
dengan tafsiran panen dari penebas itu sendiri.
Peranan penggilingan yaitu memproduksi beras melalui proses
penggilingan gabah, serta melakukan penjualan. Penggilingan mendapatkan
gabah untuk digiling yaitu dari kegitan menanam sendiri tanaman padi dan
melakukan pembelian gabah dari petani kemudian digiling menjadi beras.
Penggilingan menjalankan usahanya untuk kebutuhan masyarakat sekitar yaitu
dengan tujuan membantu konsumen atau petani pada jasa penggilingan, serta
membantu konsumen dalam penyediaan beras. Karakteristik penggilingan padi
di Kecamatan Bansari terlihat pada tabel 4 dibawah ini
Tabel 4. Karakteristik Penggilingan Padi di Kecamatan Bansari
Uraian Keterangan
Usia pengusaha penggilingan 28 – 45 tahun
Kapasitas mesin 24 pk
Jumlah gabah giling 1 kwintal – 10 ton / hari
Upah penggilingan 500 / kg gabah kering giling
Harga beli gabah Rp 4.300 – Rp 7.000
Varietas Sembada, Ciherang, Mentik wangi,
Harga jual beras Rp 9.500 – Rp 12.000
Sistem penjualan beras selep Bertahap
Sistem pembayaran Tunai , transfer
Sumber : Data primer penelitian
raja lele, menthik wangi, ciherang, local, beras merah dn khantil. Konsumen
rumah tangga tersebut membeli beras secara tunai di warung atau pedagang di
desa, pasar dan pengepul. Konsumen membeli beras jika butuh dan stok beras
dirumah akan habis. Konsumen beras menghadapi kendala pada saat pembelian
beras yaitu kelangkaan varietas yang diinginkan, harganya tidak pasti,
beragamnya varietas menyebabkan konsumen bingung memilih. Tujuan
pembelian beras digunakan untuk dikonsumsi sendiri dan simpan sebagai stok
rumah tangga.
Tabel 6. Karakteristik Konsumen Beras di Kecamatan Bansari
Uraian Keterangan
Jumlah pembelian 10 - 50 kg / bulan
Harga Rp 8.000 – Rp 12.000
Sembada, raja lele, menthik wangi, ciherang,
Jenis beras
local, beras merah, kanthil
Tempat membeli Warung, pasar, pedagang desa, pengepul
System pembayaran Tunai
Tujuan pembelian Konsumsi dan disimpan
Sumber : Data primer penelitian
Simpulan
Perancangan desain pola rantai pasok merupakan satu kegiatan strategis
yang harus dilakukan pada supply chain management yang mencakup
keputusan tentang lokasi, jumlah, dan kapasitas fasilitas produksi dan distribusi
dalam suatu rantai pasok (Pujawan dan Mahendrawati. 2010). Dari pola
mekanisme pelaku rantai pasok beras yang ada di Kecamatan Bansari, hanya
memiliki satu aliran rantai pasok yaitu aliran produk. Pola atau mekanisme
rantai pasok tersebut menjelaskan mengenai pihak-pihak yang terlibat pada
rantai pasok Beras di Kecamatan Bansari. Aliran produk pada rantai pasok beras
terdiri dari aliran rantai pasok beras dan aliran rantai pasok gabah. Pada rantai
pasok beras di Kecamatan Bansari, pola rantai tersebut merupakan gambaran
dari stock and flow. Petani menjual hasil panennya kepada penebas, pengepul,
penggilingan, pedagang aktif, dan pedagang pasif. Petani menjual hasil panen
berupa gabah kepada penebas, pengepul, penggilingan, pedagang aktif dan
pedagang pasif, namun pada pedagang pasif petani juga menjual gabah yang
sudah diselep yaitu berupa beras.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Dinamika Rantai Pasok Beras di
Kecamatan Bansari, ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan atau masukan agar pola mekanisme dan peranan pelaku rantai
pasok di Kecamatan Bansari bisa lebih efektif dan efisien diantaranya adalah
perlu pengembangan pola rantai pasok selain rantai pasok produk. Perlu adanya
campur tangan pemerintah untuk mengontrol dan membantu dalam regulasi
rantai pasok beras di Kecamatan Bansari. Serta diperlukannya kemitraan bisnis
untuk mengembangkan usaha dalam kegiatan rantai pasok beras di Kecamatan
Bansari agar semua pelaku memperoleh keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariwibowo, A. 2013. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras di
Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Economics Development Analysis Journal,
2(2): 1-9.
Bantacut, T., dan Fadhil, R. 2018. Penerapan Logistic 4.0 dalam Manajemen
Rantai Pasok Beras Perum Bulog : Sebuah gagasan. Jurnal Pangan, 27(2):
141-154.
Ghozali, M.I. 2016. Rantai Pasok Beras pada Bulog Berbasis Neural Network.
Jurnal Simetris, 7(2): 743-752.
Hidayat, Y.R. 2016. Analisis Stakeholders Rantai Pasok Beras di Kabupaten
Indramayu. Jurnal Logika, 18(3): 54-60.
Kusumaningrum, R., Harianto., dan Sinaga, B.M. (2010). Dampak kebijakan
harga pasar pembelian pemerintah terhadap penawaran dan permintaan
beras di Indonesia. Jurnal Forum Pasca Sarjana, 33(4): 229 - 238.
Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah menurut Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah tahun 2018, diakses 8 Juli 2019 dikutip dari
https://jateng.bps.go.id/dynamictable/2016/12/19/44/luas-panen-
produksi-dan-produktivitas-padi-provinsi-jawa-tengah-menurut-
kabupaten-kota-2018.html
Mahbubi, A. 2013. Model Dinamis Supply Chain Beras Berkelanjutan dalam
Upaya Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal Manajemen dan Agiribisnis
10(2): 81-89.
Milled Rice Production by Country in 1000 MT, diakses 10 Agustus 2019, dikutip
dari https://www.indexmundi.com/agriculture/?commodity=
milledrice&graph=production
Muhandhis, I., dan Suryani, I. 2015. Pengembangan Model Rantai Pasok
Produksi Beras Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dengan
Menggunakan Sistem Dinamik. Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XXIII.
Muhdiar, A.S., dan Halimah. 2018. Analisis Margin Pemasaran Beras Kecamatan
Sibulue Kecamatan Bone. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4: 79-86.
Nahumury, M.A.I., dan Widiastuti, M.M.D. 2015. Kajian Rantai Pasok Beras di
Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke. Jurnal Agricola, 5(1): 32-46.
Pujawan, I.N., dan Mahendrawathi, E.R. (2010). Supply Chain Management. Edisi
Kedua. Guna Widya. Surabaya.
Rice consumption worldwide in 2018/2019, by country (in 1,000 metric tons)*,
diakses 2 Januari 2020 dikutip dari
https://www.statista.com/statistics/255971/top-countries-based-on-
rice-consumption-2012-2013/
Salsabilla,S.M., Wibowo, R., dan Agustina, T. 2014. Analisis Manajemen Rantai
Pasok (Supply Chain Management) Padi Pasca Panen di Pabrik Beras
Sukoreno Makmur Kecamatan Kalisat. Jurnal Berkala Ilmiah Pertanian,
10(10): 1-12.
Saragih, A.E., Tinaprilla, N., dan Rifin, A. 2017. Rantai Pasok Produk Beras di
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Jurnal Manajemen dan Agribisnis,
14(3): 218-229.
Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suoth, I., Sumarau, J., dan Karuntu, M. 2017. Analisis Desain Jaringan Supply
Chain komoditas beras di Desa Karondoran Kecamatan Langowan timur
Kabupaten Minahasa. Jurnal Ekonomi Manajemen Bisnia Akutansi, 2(2): 511-
519.
Suryana, A., dan Mardianto, S. 2001. Bunga Rampai Ekonomi Beras. Lembaga
pendidikan ekonomi dan masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Susilowati, S.H., dan Maulana, M. 2012. Luas Lahan Usaha Tani dan
Kesejahteraan petani “Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi Kebijakan
Reforma Agraria”. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 10(1): 17-30.
Trisilawaty, C., Marimin., dan Achsani, N.A. 2011. Analisis Optimasi Rantai
Pasok Beras dan Penggunaan Gudang di Perum Bulog Divre DKI Jakarta.
Jurnal Pangan, 20(2): 177-195.
Yanuarti, A.R., dan Afsari, M.D. 2016. Profil komoditas barang kebutuhan pokok dan
barang penting komoditas Beras. Kemendag. Jakarta.