Jurnal Agrisep

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

DOI: 10.31186/jagrisep.19.2.

361-374

DINAMIKA RANTAI PASOK BERAS DI KECAMATAN BANSARI


KABUPATEN TEMANGGUNG

The Dynamic of Rice Supply Chain in Bansari District Temanggung


1)
Aprillia Palupi , Sony Heru Priyanto2), Lasmono Tri Sunaryanto3)
1),2),3)Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian dan Bisnis. Universitas

Kristen Satya Wacana


Email: [email protected]

ABSTRACT
Temanggung Regency is the rice producer with the third highest productivity in
the province of Central Java. Bansari District, one of the sub-districts in Temanggung
Regency, has the potential to be developed as an agricultural area because most of its
people are farmer. The study of rice supply chain in Bansari sub-district Temanggung
regency is significance in order to design the efficiency of rice supply chain mechanism
in the interest of rice farmers’ welfare in Bansari district Temanggung. The purpose of
this research is to examine and review the patterns or mechanisms of rice supply chain
and to analyse the role undertaken by the supply chain actors in Bansari district. The
research method used a qualitative method. Data were collected through observation,
interviews, documentation and library studies. The observed units in this research were
the rice supply chain agents in Bansari subdistrict, namely rice farmers, rice milling
entrepreneurs, rice traders and buyers or consumers of rice. The pattern of the rice supply
chain actors in Bansari subdistrict, had only one supply chain flow, namely, the flow of
products. There were several actors involved in the rice supply chain including farmers,
active and passive traders, piners, milling, consumer households. The supply chain actors
had their respective role in distributing rice from farmers to household consumers
through the their relevant activities. There is no government intervention in supply chain
in Bansari district. Business partnerships were required to develop businesses in the field
of rice farming in Bansari district.
Keywords: Pattern and Mechanisms, Rice, Supply chain

AGRISEP Vol. 19 No. 2 September 2020 Hal: 361 – 374| 361


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

ABSTRAK
Kabupaten Temanggung merupakan penghasil beras dengan produktivitas
tertinggi ketiga di Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Bansari merupakan salah satu
wilayah di Kabupaten Temanggung yang mempunyai potensi sebagai daerah pertanian
yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Adanya studi mengenai rantai pasok
beras di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung merupakan suatu hal penting
untuk merancang efisiensi mekanisme rantai pasok beras yang menguntungkan bagi
petani beras di Kecamatan Bansari Kabupaten temanggung. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mengkaji pola atau mekanisme rantai pasok beras serta
mendiskripsikan peranan yang dilakukan oleh pelaku rantai pasok di Kecamatan Bansari.
Metode penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan
tehnik pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi
pustaka. Unit amatan dalam penelitian ini adalah pelaku rantai pasok beras di
Kecamatan Bansari yaitu petani padi, pelaku atau pengusaha penggilingan padi,
pedagang beras dan pembeli atau konsumen beras. Pola mekanisme pelaku rantai pasok
beras yang ada di Kecamatan Bansari, hanya memiliki satu aliran rantai pasok yaitu
aliran produk. Terdapat beberapa pelaku yang terlibat dalam rantai pasok beras
diantaranya petani, pedagang aktif dan pedagang pasif, pengepul, penebas, penggilingan,
konsumen rumah tangga. Pelaku rantai pasok ini memiliki peran masing-masing dalam
mendistribusikan beras dari petani hingga konsumen rumah tangga melalui aktifitas
yang dilakukannya.Tidak ada campur tangan pemerintah dalam rantai pasok di
Kecamatan Bansari. Diperlukan kemitraan bisnis untuk mengembangkan usaha di
bidang usaha tani beras di Kecamatan Bansari.
Kata kunci: Beras, Pola dan Mekanisme, Rantai pasok

PENDAHULUAN
Dalam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia, beras merupakan salah
satu komoditas pertanian dan pangan yang memiliki nilai yang sangat penting
dari banyak segi. Salah satu nilai penting tersebut, beras merupakan sumber
pangan utama dan komoditas pertanian yang strategis. Beras memiliki nilai
penting sebagai sumber pangan utama dikarenakan beras merupakan sumber
pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, sekitar 90 % penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras (Kusumaningrum, et.al. 2010). Bahkan
konsumsi beras pada masyarakat Indonesia merupakan tertinggi di dunia
setelah China dan India (Yanuarti dan Afsari, 2016). Sedangkan nilai penting
beras sebagai komoditas pertanian yang strategis dikarenakan beras merupakan
komoditas yang menjadi andalan bagi ketahanan pangan (Suryana dan
Mardianto, 2001).
Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional, stabilitas
ketersediaan pasokan beras menjadi salah satu unsur penting yang harus
terpenuhi. Untuk menjaga stabilitas ketersediaan pasokan beras dan memenuhi

362 | Aprillia Palupi, Sony Heru Priyanto; Dinamika Rantai ...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

kebutuhan pangan, pemerintah berupaya menyediakan beras bagi seluruh


masyarakat, memastikan pasokan beras harus selalu tersedia dalam jumlah yang
aman, dan mengatur harga gabah yang layak ditingkat petani. Upaya tersebut
dibuktikan pada tahun 2017 di tingkat internasional Indonesia merupakan salah
satu produsen beras terbesar di dunia (https://www.indexmundi.com).
Namun, tingginya produksi beras Indonesia ternyata diikuti pula dengan
tingginya konsumsi beras. Indonesia menempati urutan ke-3 tertinggi didunia
dalam konsumsi beras (https://www.statista.com). Hal ini berdampak pada
tingginya kebutuhan beras untuk dikonsumsi, sehingga menuntut penyediaan
beras yang lebih banyak.
Pada aktivitas produksi hingga konsumsi beras, banyak hal terjadi yang
selalu menarik perhatian untuk menjadi sebuah penelitian. Salah satu hal
menarik tersebut adalah mengenai dinamika rantai pasok beras. Pengertian
dinamika rantai pasok menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010) adalah
gerakan jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk
menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada
rantai pasok beras ini berarti ada aktivitas memproduksi beras dan
menghantarkan beras hingga ke konsumen akhir.
Dalam penelitiannya, Suoth, et.al. (2017) mengenai Analisis Desain
Jaringan Supply Chain komoditas beras di Desa Karondoran Kecamatan
Langowan timur Kabupaten Minahasa, hasil penelitian yang dilakukan
membuktikan petani sebaiknya membuat alternatif desain jaringan yang lebih
efektif dan efisien. Desain jaringan rantai pasok yang dilakukan, petani dapat
memfungsikan koperasi atau kelompok tani sebagai sarana untuk
mensejahterakan petani. Analisis desain jaringan rantai pasok lainnya dilakukan
dengan menghilangkan pedagang besar, sehingga petani dapat langsung
menjual beras ke konsumen atau pengecer tanpa melalui pedagang besar atau
pengepul.
Sebagai kabupaten dengan dengan produktivitas penghasil beras tertinggi
ketiga di Provinsi Jawa Tengah menurut data BPS tahun 2018, Temanggung
merupakan daerah penghasil beras (https://jateng.bps.go.id). Kecamatan
Bansari merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Temanggung yang
mempunyai potensi sebagai daerah pertanian yang sebagian besar
masyarakatnya adalah petani. Belum adanya studi mengenai rantai pasok beras
di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, kajian ini akan menarik dan
signifikan untuk dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mengkaji pola atau mekanisme rantai pasok beras di Kecamatan
Bansari Kabupaten Temanggung dan mendiskripsikan peranan yang dilakukan
oleh pelaku rantai pasok beras di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.

AGRISEP Vol. 19 No. 2 September 2020 Hal: 361 – 374| 363


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

METODE PENELITIAN
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perorangan sebagai pelaku
dinamika rantai pasok beras di Kecamatan Bansari. Penetapan unit analisis ini
didasarkan pada aktivitas yang dilakukan pada rantai pasok beras di Kecamatan
Bansari Kabupaten Temanggung sebagai pelaku rantai pasok. Sedangkan unit
amatan dalam penelitian ini adalah pelaku rantai pasok beras di Kecamatan
bansari yaitu petani padi, pelaku atau pengusaha penggilingan padi, pedagang
beras dan pembeli atau konsumen beras.
Untuk memperoleh data kualitatif yang diinginkan maka dalam penelitian
ini dilakukan pengambilan data primer dan data sekunder seperti yang
dilakukan Sugiyono (2008) dengan tehnik pengumpulan data melalui metode
observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Data primer
dikumpulkan dari pelaku yang terlibat dalam rantai pasok yaitu petani,
penggilingan, pedagang dan pembeli beras. Data sekunder dikumpulkan dari
dokumentasi dan studi pustaka. Dokumentasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang
dianggap penting yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi
yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi pustaka yaitu studi
literatur tentang konsep rantai pasok, hasil penelitian terdahulu, dan data-data
terdokumentasi lainnya yang berkaitan dengan rantai pasok beras.
Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka analisis data
dalam penelitian ini dilakukan secara diskriptif kualitatif. Hasil pengumpulan
data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk content analisis dengan
penjelasan-penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat menjawab
rumusan masalah, menjelaskan dan terfokus pada representasi terhadap
fenomena yang hadir dalam penelitian.
Pada penelitian ini tehnik analisis data yang dilakukan adalah
1. Analisis pola atau mekanisme rantai pasok beras dilakukan dengan
tehnik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk
menganalisis model skema atau aliran rantai pasok beras. Analisis ini
dilakukan dengan menunjukkan pola aliran rantai pasok yang terdiri
dari aliran komoditas, aliran finansial dan aliran informasi.
2. Analisis peranan pelaku rantai pasok beras dilakukan dengan cara
analisis diskriptif kualitatif yaitu menguraikan peranan setiap unsur
dari rantai pasok beras serta aktivitas yang dilakukan pada setiap
unsur rantai pasok.
Rincian prosedur dan pengolahan data bisa dilihat pada Tabel 1.

364 | Aprillia Palupi, Sony Heru Priyanto; Dinamika Rantai ...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

Tabel 1. Prosedur dan Pengolahan Data Pola Rantai Pasok dan Peranan Pelaku
Rantai Pasok
Metode
Kebutuhan Jenis
pengumpulan Alat analisis Sumber data
data data
data
Mengetahui Pertanyaan untuk
Petani,
pola rantai mendapatkan data
penggilingan,
pasok beras di Primer Wawancara yang digunakan
pedagang dan
Kecamatan untuk membuat
pembeli
Bansari pola rantai pasok
Mengetahui
Pertanyaan untuk
peranan pelaku Petani,
mendapatkan data
rantai pasok penggilingan,
Primer Wawancara yang digunakan
beras di pedagang dan
untuk Analisis
Kecamatan pembeli
kualitatif
Bansari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Mekanisme Rantai Pasok Beras Di Kecamatan Bansari


Kecamatan Bansari merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Temanggung. Sebagian besar masyarakatnya memiliki mata
pencaharian sebagai petani, pedagang, tukang bangunan dan karyawan
industri. Jagung dan Padi merupakan salah komoditas yang menjadi andalan
bagi masyarakat Kecamatan Bansari. Tanaman Padi di Kecamatan Bansari
memiliki luas panen 665 Ha dengan produksi 4.445 ton. Setiap tahun petani padi
di Kecamatan Bansari hanya melewati satu kali masa panen dengan waktu
tanam selama empat bulan. Model pola atau mekanisme aliran rantai pasok
beras di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung secara umum dimulai dari
petani, penggilingan, pedagang dan konsumen beras.
Hasil wawancara dengan petani, penggilingan, pedagang dan konsumen
mengenai seputar dinamika rantai pasok beras di Kecamatan Bansari dapat
dilihat pada pembahasan penelitian ini. Rantai pasok beras pertama di
Kecamatan Bansari dimulai dari petani. Petani Padi merupakan produsen yang
melakukan aktivitas budidaya Padi, mulai dari persiapan lahan hingga panen.
Berdasarkan pola rantai pasok beras, petani Padi di Kecamatan Bansari ada yang
tidak menjual hasil panennya dan ada yang menjual hasil panennya. Namun
sebagian besar petani Padi di Kecamatan Bansari menjual hasil panennya. Petani
yang tidak menjual hasil panennya menggunakan hasil panennya untuk
konsumsi sendiri. Sedangkan petani yang menjual hasil panennya, untuk
mendapatkan uang sebagai sumber penghasilan, mencukupi kebutuhan sehari-
hari, dan membeli benih untuk modal tanam musim berikutnya. Hasil panen

AGRISEP Vol. 19 No. 2 September 2020 Hal: 361 – 374| 365


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

yang dijual petani berupa gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG)
dan beras. Hasil panen tersebut dijual kepada pedagang aktif yaitu pedagang
yang mendatangi petani, serta pedagang pasif yaitu petani yang mendatangi
pedagang. Pedagang aktif dan pasif ini adalah pedagang yang menjual beras di
toko beras, pasar dan warung. Selain pedagang, petani juga menjual hasil panen
kepada pengepul, penebas dan penggilingan. Aliran rantai pasok pertama ini
bisa dilihat dari gambar 1.

Toko Beras,
Warung,
Pedagang Aktif
Pedagang Beras
Pasar
Konsumsi Pedagang Pasif
Petani
Dijual Penebas

Pengggilingan

Pengepul

Gambar 1.
Rantai Pasok Pertama (Petani)
Rantai pasok kedua adalah penggilingan. Rantai pasok ditingkat
penggilingan bisa dilihat pada gambar 2.

Jasa Penggilingan
Masyarakat/konsumen
Rumah Tangga

Penggilingan Pembelian
Petani

Penjualan Penggilingan

Pasar

Toko Beras/Warung

Gambar 2.
Rantai Pasok Kedua (Penggilingan)

366 | Aprillia Palupi, Sony Heru Priyanto; Dinamika Rantai ...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

Penggilingan merupakan kegiatan atau aktivitas menggiling padi


menjadi beras. Pada kegiatan rantai penggilingan di Kecamatan Bansari ada
yang hanya melakukan jasa penggilingan saja dan adapula yang melakukan
kegiatan pembelian dan penjualan. Pada penggilingan yang melakukan jasa
penggilingan saja, hanya mengambil upah jasa penggilingan. Sedangkan
penggilingan yang melakukan pembelian, pembelian tersebut adalah pembelian
gabah dari petani. Sedangkan aktivitas penjualan yang dilakukan pada
penggilingan adalah penjualan beras hasil gilingan. Beras hasil gilingan dijual
kepada masyarakat atau konsumen rumah tangga, penggilingan, pasar, toko
beras dan warung.
Rantai pasok ketiga adalah pedagang beras. Pedagang beras adalah
perorangan yang melakukan penjualan beras secara eceran ataupun grosir.
Pedagang beras eceran menjual beras dalam jumlah antara 5 – 20 kg/hari.
Sedangkan pedagang grosir menjual beras antara 3 – 5 kwintal/hari, namun
pada pedagang beras grosir juga menyatakan penjualan ditingkat grosir tidak
menentu dikarenakan tergantung stock pasokan dari petani. Pada saat musim
panen penjualan sedikit, pada musim tidak panen penjualan banyak.
Penjualan beras oleh pedagang dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Yang dimaksud penjualan secara langsung, pedagang melakukan
penjualan kepada konsumen dalam bentuk beras apa adanya tanpa melakukan
pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan penjualan tidak langsung pedagang
melakukan aktivitas lain yaitu pengolahan dengan cara penyortiran memilah
antara kualitas yang bagus dan jelek.
Pedagang beras menjual beras kepada konsumen yaitu konsumen rumah
tangga dan pedagang berikutnya. Penjualan kepada konsumen rumah tangga
dilakukan pedagang dengan menjual beras di warung atau toko milik sendiri.
Sedangkan penjualan kepada pedagang lainnya pedagang menjual beras
dengan menyetok kepasar. Rantai pasok ketiga dapat lihat pada Gambar 3.

Masyarakat/Konsumen Rumah Tangga

Pedagang Pasar

Toko beras/Warung

Gambar 3.
Rantai Pasok Ketiga (Pedagang)

Rantai pasok keempat adalah konsumen beras. Konsumen beras di


Kecamatan Bansari adalah rumah tangga yang mengkonsumsi beras sebagai
bahan pangan. Konsumen beras mendapatkan beras dari warung, pengepul dan

AGRISEP Vol. 19 No. 2 September 2020 Hal: 361 – 374| 367


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

pedagang desa. Konsumen memilih beras dengan kisaran harga Rp 8.000 – Rp


12.000. Alasan pemilihan harga beras dikisaran tersebut adalah harga murah dan
terjangkau, kualitas sedang atau lumayan, dan adanya subsidi dari pemerintah.
Panjang pendeknya mekanisme rantai pasok menentukan efektifitas dan
efisiensi dalam pemasaran komoditas beras. Dibandingkan dengan tempat lain
seperti di Indramayu yang memiliki mekanisme rantai pasok panjang dan rumit
dimulai dari petani, kelompok tani, koperasi, tengkulak, pengepul, Rice Milling
Unit (RMU), pasar beras daerah, pengecer dan BULOG. Mekanisme rantai pasok
panjang dan rumit menimbulkan tidak tertatanya perdagangan dan harga tinggi
di tingkat konsumen (Hidayat, Y.R. 2016). Berdasarkan mekanisme tersebut
rantai pasok beras yang ada di Kecamatan Bansari termasuk dalam mekanisme
sederhana dan pendek karena aliran produk pada rantai pasok beras dimulai
dari petani menjual hasil panennya kepada penebas, pengepul, penggilingan,
pedagang aktif, dan pedagang pasif. Dengan mekanisme yang pendek dan
sederhana meudahkan untuk menata perdagangan dan mengontrol harga
ditingkat konsumen.

Peranan pelaku rantai pasok beras di Kecamatan Bansari


Merujuk pada pola atau mekanisme rantai pasok beras di Kecamatan
Bansari, terdapat beberapa pelaku yang terlibat dalam rantai pasok beras
diantaranya petani, pedagang aktif dan pedagang pasif, pengepul, penebas,
penggilingan, konsumen rumah tangga. Pelaku rantai pasok ini memiliki peran
masing masing dalam mendistribusikan beras dari petani hingga konsumen
rumah tangga melalui aktifitas yang dilakukannya. Untuk melihat peranan yang
dilakukan setiap pelaku rantai pasok beras di Kecamatan Bansari dapat dilihat
dari tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Peranan Pelaku Rantai Pasok
Pelaku rantai pasok Peranan dalam rantai pasok
Petani Menghasilkan gabah/beras, menjual gabah/beras, membeli beras
Pengepul Membeli gabah / beras
Penebas Membeli gabah masih di pohon
Penggilingan Membeli gabah, menggiling gabah menjadi beras, menjual beras
Pedagang aktif Membeli beras, menjual beras
Pedagang pasif Membeli beras, menjual beras
Konsumen rumah tangga Membeli beras
Sumber : Data primer penelitian

Peranan pelaku rantai pasok yang pertama yaitu petani. Petani melakukan
aktivitas memproduksi beras. Secara umum petani hanya sebagai produsen
gabah/beras, namun ada beberapa petani yang melakukan penjualan
gabah/beras, serta melakukan pembelian beras. Petani yang hanya

368 | Aprillia Palupi, Sony Heru Priyanto; Dinamika Rantai ...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

memproduksi gabah, menggunakan kembali sebagian gabah untuk menanam


lagi, dan sisanya untuk konsumsi keluarga. Petani yang menjual gabah/beras
bertujuan mendapatkan penghasilan, memperoleh keuntungan yang lebih
besar, menukar beras menjadi uang, untuk menghitung untung rugi dari proses
produksi yang dilakukan. Karakteristik petani di Kecamatan Bansari terlihat
dari tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Karakteristik Petani Padi di Kecamatan Bansari
Uraian Keterangan
Usia 37 – 65 tahun
Kisaran luas lahan 250 – 1000 m 2
Pola tanam Larik, sebar, jajar legowo
Pupuk yang digunakan Urea, NPK, pupuk kandang
Sembada, ciliwung, batang gadis, IR68,
Varietas ditanam
Beras merah
Hasil panen 15 - 30 karung gabah
Gabah kering panen (GKP), Gabah kering
Bentuk penjualan
giling (GKG)
Waktu penjualan 1 minggu setelah panen
Sistem pembayaran Tunai (timbang bayar)
Intensitas panen 1 kali
Waktu tanam Awal musim hujan
Sumber : Data primer penelitian

Berdasarkan tabel di atas kisaran usia petani padi di Kecamatan Bansari


antara 37– 65 tahun. Dengan rata rata kepemilikan lahan sekitar 250 – 1000 m2.
Kepemilikan lahan dengan kisaran luas tersebut petani di Kecamatan Bansari
tersebut tergolong sempit (Susilowati dan Maulana, 2012), sehingga termasuk
dalam kategori tidak ekonomis untuk usaha tani padi (Ariwibowo, 2013). Pada
umumnya, petani padi di Kecamatan Bansari menanam padi hanya satu kali
dalam setahun serta menggunakan varietas Sembada meskipun ada pula yang
menanam varietas Ciliwung, Batang gadis, IR 68 dan Beras merah. Pola tanam
padi dilakukan dengan pola tanam larik, sebar dan jajar legowo. Pupuk yang
digunakan untuk tanaman padi, petani banyak memakai pupuk Urea, NPK dan
pupuk kandang. Hasil panen yang didapat pada satu kali musim tanam yaitu
berkisar 15 – 30 karung gabah. Sehingga mayoritas petani menjual beras dalam
bentuk gabah kering (GKG), dengan waktu penjualan 1 minggu setelah panen.
Sistem pembayaran yang diterima petani dari hasil penjualan diterima secara
tunai atau timbang bayar. Petani padi di Kecamatan Bansari menghadapi
masalah dalam penjualan beras yaitu harga yang rendah, harga tidak stabil,
banyaknya pesaing, pembeli tidak serius, hasil panen yang tidak sesuai harapan
yaitu gabah tidak bernas, serta cuaca pada saat pengeringan gabah tidak
mendukung, karena mendung ataupun turun hujan.

AGRISEP Vol. 19 No. 2 September 2020 Hal: 361 – 374| 369


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

Peranan pengepul secara umum yaitu pihak yang membeli gabah atau
beras dari petani produsen. Pengepul menjalankan bisnisnya dengan cara
membeli langsung gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG) atau
padi dari petani setelah selesai memanen. Di Kecamatan Bansari, pengepul
menentukan harga beli sangat rendah kepada petani, harga tersebut ditentukan
oleh pengepul itu sendiri.
Peranan penebas secara umum hampir sama dengan pengepul. Penebas
membeli gabah kering panen (GKP) dari petani pada saat gabah masih ada di
pohon dan belum dipanen. Penebas menentukan harga beli kepada petani
dengan tafsiran panen dari penebas itu sendiri.
Peranan penggilingan yaitu memproduksi beras melalui proses
penggilingan gabah, serta melakukan penjualan. Penggilingan mendapatkan
gabah untuk digiling yaitu dari kegitan menanam sendiri tanaman padi dan
melakukan pembelian gabah dari petani kemudian digiling menjadi beras.
Penggilingan menjalankan usahanya untuk kebutuhan masyarakat sekitar yaitu
dengan tujuan membantu konsumen atau petani pada jasa penggilingan, serta
membantu konsumen dalam penyediaan beras. Karakteristik penggilingan padi
di Kecamatan Bansari terlihat pada tabel 4 dibawah ini
Tabel 4. Karakteristik Penggilingan Padi di Kecamatan Bansari
Uraian Keterangan
Usia pengusaha penggilingan 28 – 45 tahun
Kapasitas mesin 24 pk
Jumlah gabah giling 1 kwintal – 10 ton / hari
Upah penggilingan 500 / kg gabah kering giling
Harga beli gabah Rp 4.300 – Rp 7.000
Varietas Sembada, Ciherang, Mentik wangi,
Harga jual beras Rp 9.500 – Rp 12.000
Sistem penjualan beras selep Bertahap
Sistem pembayaran Tunai , transfer
Sumber : Data primer penelitian

Pelaku penggilingan di Kecamatan Bansari memiliki usia 28 – 45 tahun,


usia tersebut lebih produktif dibandingkan rentang usia petani. Penggilingan
beras di Kecamatan Bansari rata-rata memiliki kapasitas mesin yang hampir
sama yaitu 24 pk, dengan jumlah yang digiling 1 kwintal – 10 ton gabah kering
giling per hari. Upah penggilingan dalam setiap 1 kg gabah kering giling sebear
Rp 500. Penggilingan membeli gabah dengan harga Rp 4.300 – Rp 7.000 dengan
varietas yang paling dominan adalah varietas sembada, Ciherang dan Mentik
Wangi. Gabah yang digiling pada akhirnya dijual dalam bentuk beras dengan
kisaran harga Rp 9.500 – Rp 12.000. Sistem penjualan beras dilakukan secara
bertahap. Penjualan bertahap tersebut dilakukan untuk mendapatkan

370 | Aprillia Palupi, Sony Heru Priyanto; Dinamika Rantai ...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

keuntungan dikarenakan harga beras yang tidak menentu. Sistem pembayaran


yang dilakukan dengan menggunakan uang tunai dan transfer.
Pedagang beras berperan membeli gabah kering panen (GKP) dan
menjual beras. Pedagang beras yang membeli gabah kering panen (GKP) dari
petani melakukan penjemuran dan penyelepan gabah kering giling (GKG) di
penggilingan, kemudian menjualnya menjadi beras. Namun kebanyakan
pedagang beras di Kecamatan Bansari merupakan pedagang yang menjual beras
secara langsung, hanya sedikit yang melakukan penyortiran untuk memisahkan
antara beras dengan kualitas jelek dan kualitas bagus. Karakteristik pedagang
beras di Kecamatan Bansari terlihat dari tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Karakteristik Pedagang Beras di Kecamatan Bansari
Uraian Keterangan
Kategori pedagang Eceran dan grosir
Jumlah penjualan 5 kg/hari – 5 kwintal/hari
Harga beras Rp 8.000 – Rp 12.000
Sembada, ciliwung, IR 68, rajalele, beras
Jenis beras yang dijual
kantil, beras ketan, beras merah
Bentuk penjualan Dijual langsung tanpa pengolahan
System pembayaran Tunai (timbang bayar), hutang, transfer
Tempat penjualan Warung, pasar
Waktu penjualan Setiap hari
Sumber : Data primer penelitian

Pedagang beras di Kecamatan bansari termasuk dalam kategori pedagang


eceran dan grosir. Pedagang beras melakukan penjualan berkisar 5 kg/hari – 5
kwintal/hari. Harga beras yang dijual berkisar Rp 8.000 – Rp 12.000. Harga beras
di pedagang grosir lebih murah dibanding harga beras di pedagang eceran.
Untuk jenis varietas beras yang dijual adalah varietas Sembada, ciliwung, IR 68,
rajalele, beras kantil, beras ketan, beras merah. Beras sembada merupakan beras
dengan harga paling murah. Beras yang dijual oleh pedagang hanya dilakukan
pengolahan sederhana tanpa perlakuan pengemasan, yaitu dengan penyortiran
memisahkan antara kualitas yang bagus dan yang jelek. Tempat penjualan beras
dilakukan di warung dan dipasar, dengan waktu penjualan setiap hari. Sistem
pembayaran dilakukan secara tunai (timbang bayar), transfer namun ada pula
yang di hutang.
Pembeli beras di Kecamatan bansari berperan sebagai konsumen akhir
yaitu konsumen rumah tangga. Karakteristik konsumen beras dapat dilihat dari
tabel 6. Konsumen rumah tangga membeli beras tergantung kebutuhan yaitu
antara 10 – 50 kg / bulan. Kisaran harga beras yang dibeli antara Rp. 8.000 – Rp
12.000. Alasan membeli beras dengan harga tersebut dikarenakan harganya
murah dan terjangkau, mendapat subsidi dari pemerintah, kualitas lumayan
bagus atau sedang. Varietas beras yang banyak dibeli adalah varietas sembada,

AGRISEP Vol. 19 No. 2 September 2020 Hal: 361 – 374| 371


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

raja lele, menthik wangi, ciherang, local, beras merah dn khantil. Konsumen
rumah tangga tersebut membeli beras secara tunai di warung atau pedagang di
desa, pasar dan pengepul. Konsumen membeli beras jika butuh dan stok beras
dirumah akan habis. Konsumen beras menghadapi kendala pada saat pembelian
beras yaitu kelangkaan varietas yang diinginkan, harganya tidak pasti,
beragamnya varietas menyebabkan konsumen bingung memilih. Tujuan
pembelian beras digunakan untuk dikonsumsi sendiri dan simpan sebagai stok
rumah tangga.
Tabel 6. Karakteristik Konsumen Beras di Kecamatan Bansari
Uraian Keterangan
Jumlah pembelian 10 - 50 kg / bulan
Harga Rp 8.000 – Rp 12.000
Sembada, raja lele, menthik wangi, ciherang,
Jenis beras
local, beras merah, kanthil
Tempat membeli Warung, pasar, pedagang desa, pengepul
System pembayaran Tunai
Tujuan pembelian Konsumsi dan disimpan
Sumber : Data primer penelitian

Secara umum terdapat banyak lembaga atau komponen pelaku pada


rantai pasok beras. Setiap lembaga atau komponen tersebut memiliki peran yang
berbeda-beda. Pada rantai pasok beras di Indramayu Rice Milling Unit (RMU)
memiliki peranan dan pengaruh besar terhadap pemasaran beras, dikarenakan
menghasilkan, membeli, menjual dan mendistribusikan. Sedangkan peranan
pelaku pada rantai pada rantai pasok beras di Kecamatan Bansari yang paling
berperan adalah petani karena petani menghasilkan, menjual, membeli,
konumsi dan mendistribusikan. Sedangkan peranan pelaku rantai pasok selain
petani hanya membeli, menjual dan mendistribusikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Perancangan desain pola rantai pasok merupakan satu kegiatan strategis
yang harus dilakukan pada supply chain management yang mencakup
keputusan tentang lokasi, jumlah, dan kapasitas fasilitas produksi dan distribusi
dalam suatu rantai pasok (Pujawan dan Mahendrawati. 2010). Dari pola
mekanisme pelaku rantai pasok beras yang ada di Kecamatan Bansari, hanya
memiliki satu aliran rantai pasok yaitu aliran produk. Pola atau mekanisme
rantai pasok tersebut menjelaskan mengenai pihak-pihak yang terlibat pada
rantai pasok Beras di Kecamatan Bansari. Aliran produk pada rantai pasok beras

372 | Aprillia Palupi, Sony Heru Priyanto; Dinamika Rantai ...


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

terdiri dari aliran rantai pasok beras dan aliran rantai pasok gabah. Pada rantai
pasok beras di Kecamatan Bansari, pola rantai tersebut merupakan gambaran
dari stock and flow. Petani menjual hasil panennya kepada penebas, pengepul,
penggilingan, pedagang aktif, dan pedagang pasif. Petani menjual hasil panen
berupa gabah kepada penebas, pengepul, penggilingan, pedagang aktif dan
pedagang pasif, namun pada pedagang pasif petani juga menjual gabah yang
sudah diselep yaitu berupa beras.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Dinamika Rantai Pasok Beras di
Kecamatan Bansari, ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan atau masukan agar pola mekanisme dan peranan pelaku rantai
pasok di Kecamatan Bansari bisa lebih efektif dan efisien diantaranya adalah
perlu pengembangan pola rantai pasok selain rantai pasok produk. Perlu adanya
campur tangan pemerintah untuk mengontrol dan membantu dalam regulasi
rantai pasok beras di Kecamatan Bansari. Serta diperlukannya kemitraan bisnis
untuk mengembangkan usaha dalam kegiatan rantai pasok beras di Kecamatan
Bansari agar semua pelaku memperoleh keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA
Ariwibowo, A. 2013. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras di
Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Economics Development Analysis Journal,
2(2): 1-9.
Bantacut, T., dan Fadhil, R. 2018. Penerapan Logistic 4.0 dalam Manajemen
Rantai Pasok Beras Perum Bulog : Sebuah gagasan. Jurnal Pangan, 27(2):
141-154.
Ghozali, M.I. 2016. Rantai Pasok Beras pada Bulog Berbasis Neural Network.
Jurnal Simetris, 7(2): 743-752.
Hidayat, Y.R. 2016. Analisis Stakeholders Rantai Pasok Beras di Kabupaten
Indramayu. Jurnal Logika, 18(3): 54-60.
Kusumaningrum, R., Harianto., dan Sinaga, B.M. (2010). Dampak kebijakan
harga pasar pembelian pemerintah terhadap penawaran dan permintaan
beras di Indonesia. Jurnal Forum Pasca Sarjana, 33(4): 229 - 238.
Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah menurut Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah tahun 2018, diakses 8 Juli 2019 dikutip dari
https://jateng.bps.go.id/dynamictable/2016/12/19/44/luas-panen-
produksi-dan-produktivitas-padi-provinsi-jawa-tengah-menurut-
kabupaten-kota-2018.html
Mahbubi, A. 2013. Model Dinamis Supply Chain Beras Berkelanjutan dalam
Upaya Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal Manajemen dan Agiribisnis

AGRISEP Vol. 19 No. 2 September 2020 Hal: 361 – 374| 373


ISSN: 1412-8837 e-ISSN : 2579-9959

10(2): 81-89.
Milled Rice Production by Country in 1000 MT, diakses 10 Agustus 2019, dikutip
dari https://www.indexmundi.com/agriculture/?commodity=
milledrice&graph=production
Muhandhis, I., dan Suryani, I. 2015. Pengembangan Model Rantai Pasok
Produksi Beras Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dengan
Menggunakan Sistem Dinamik. Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XXIII.
Muhdiar, A.S., dan Halimah. 2018. Analisis Margin Pemasaran Beras Kecamatan
Sibulue Kecamatan Bone. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4: 79-86.
Nahumury, M.A.I., dan Widiastuti, M.M.D. 2015. Kajian Rantai Pasok Beras di
Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke. Jurnal Agricola, 5(1): 32-46.
Pujawan, I.N., dan Mahendrawathi, E.R. (2010). Supply Chain Management. Edisi
Kedua. Guna Widya. Surabaya.
Rice consumption worldwide in 2018/2019, by country (in 1,000 metric tons)*,
diakses 2 Januari 2020 dikutip dari
https://www.statista.com/statistics/255971/top-countries-based-on-
rice-consumption-2012-2013/
Salsabilla,S.M., Wibowo, R., dan Agustina, T. 2014. Analisis Manajemen Rantai
Pasok (Supply Chain Management) Padi Pasca Panen di Pabrik Beras
Sukoreno Makmur Kecamatan Kalisat. Jurnal Berkala Ilmiah Pertanian,
10(10): 1-12.
Saragih, A.E., Tinaprilla, N., dan Rifin, A. 2017. Rantai Pasok Produk Beras di
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Jurnal Manajemen dan Agribisnis,
14(3): 218-229.
Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suoth, I., Sumarau, J., dan Karuntu, M. 2017. Analisis Desain Jaringan Supply
Chain komoditas beras di Desa Karondoran Kecamatan Langowan timur
Kabupaten Minahasa. Jurnal Ekonomi Manajemen Bisnia Akutansi, 2(2): 511-
519.
Suryana, A., dan Mardianto, S. 2001. Bunga Rampai Ekonomi Beras. Lembaga
pendidikan ekonomi dan masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Susilowati, S.H., dan Maulana, M. 2012. Luas Lahan Usaha Tani dan
Kesejahteraan petani “Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi Kebijakan
Reforma Agraria”. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 10(1): 17-30.
Trisilawaty, C., Marimin., dan Achsani, N.A. 2011. Analisis Optimasi Rantai
Pasok Beras dan Penggunaan Gudang di Perum Bulog Divre DKI Jakarta.
Jurnal Pangan, 20(2): 177-195.
Yanuarti, A.R., dan Afsari, M.D. 2016. Profil komoditas barang kebutuhan pokok dan
barang penting komoditas Beras. Kemendag. Jakarta.

374 | Aprillia Palupi, Sony Heru Priyanto; Dinamika Rantai ...

You might also like