Study of Traditional Decoration Structure of Minangkabau Traditional Carving On Istano Basa Pagaruyung
Study of Traditional Decoration Structure of Minangkabau Traditional Carving On Istano Basa Pagaruyung
Study of Traditional Decoration Structure of Minangkabau Traditional Carving On Istano Basa Pagaruyung
ABSTRACT
Preserving cultural heritage is a cultural fortress attempt against the negative external cultural
influences that are so rapidly coming as a result of the current global communications flows that are
engulfing the world. One form of material cultural heritage is the various "Minangkabau Traditional
Decorative Variety" in Rumah Gadang in West Sumatra whose motifs reflect the noble values of the
nation. One of the historical heritage buildings of Indonesia that uses Minangkabau traditional carving is
Baso Pagaruyung Palace in Batusangkar, West Sumatra. With the process of making expensive carvings
into one of the factors causing this culture has started many abandoned. So it needs to be made a study
that discusses the variety of ornamental Minangkabau carving into a written scientific work in order to be
known by the public to understand the meaning, structure and philosophy. Using descriptive qualitative
research method with interactive analysis, consist of three component of analysis that is data reduction,
data presentation and conclusion. The results of the study explain the structure of the compensation and
symbolic meaning of each pattern of carving motifs used in the five sections within the Baso Pagaruyung
Palace ie the roundabout, the door, the ventilation, the ceiling, and the palace foot. The symbolic
Minangkabau carving reflects the daily life of Minangkabau people poured in a Minangkabau pituah.
Pituah-pituah have two meanings of interpretation that is denotative and connotative, so that
symbolically carved made conveyed implicit and implicit messages for every person who saw it, and make
a means of educating and reprimand Minangkabau people.
ABSTRAK
Melestarikan warisan budaya merupakan upaya benteng budaya terhadap pengaruh budaya
negatif dari luar yang demikian cepat datangnya sebagai akibat arus komunikasi global yang sekarang
sedang melanda dunia ini. Salah satu bentuk warisan budaya material adalah bermacam “Ragam Hias
Ukiran Tradisional Minangkabau” dalam Rumah Gadang di Sumatera Barat yang motif ukiran tersebut
mencerminkan nilai luhur bangsa. Salah satu bangunan peninggalan sejarah Indonesia yang menggunakan
ukiran tradisional Minangkabau adalah Istana Baso Pagaruyung di Batusangkar, Sumatera Barat. Dengan
proses pembuatan ukiran yang mahal menjadi salah satu faktor menyebabkan kebudayaan ini sudah mulai
banyak ditinggalkan. Maka perlu dibuat sebuah penelitian yang membahas tentang ragam hias ukiran
Minangkabau menjadi sebuah karya ilmiah tertulis agar bisa diketahui oleh masyarakat untuk memahami
makna, struktur dan filosofinya. Menggunakan metode penilitian kualitatif deskriptif dengan analisis
interaktif, terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menjelaskan struktur kompenen dan makna simbolis dari setiap pola motif
ukiran yang dipakai di lima bagian dalam Istana Baso Pagaruyung yaitu singok (atap), pintu, ventilasi,
langit-langit, dan kak i istana. Simbolis ukiran Minangkabau mencerminkan kehidupan sehari-sehari
masyarakat Minangkabau yang dituangkan dalam sebuah pituah Minangkabau. Pituah-pituah tersebut
mempunyai dua makna tafsiran yaitu denotatif dan konotatif, sehingga secara simbolis ukiran yang dibuat
_________________________________
*email: [email protected]
menyampaikan pesan yang tersirat dan tidak tersirat bagi setiap orang yang melihatnya, serta menjadikan
sarana mendidik dan menegur masyarakat Minangkabau.
Analisis data akan disajikan dalam S3nya, tentang pola (tata paduan motif)
bentuk uraian atau penjelasan, skema ukiran tradisional pada rumah adat
pemikiran, tabel, gambar-gambar dan foto Minangkabau ditinjau dari sudut geometri
berdasarkan studi kasus hingga memperoleh adalah:
temuan-temuan umum terkait topik 1. Tatapaduan pilin ganda. Misalnya
penelitian. motif kaluak paku, lumuik hanyuik,
kijang lari dalam rangsang, aka
sagagang, tupai managun, dan aka
barayun.
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Tatapaduan lingkaran dan segi empat
terpadu. Misalnya motif pucuk
Struktur Ragam Hias Ukiran rabueng jo salimpat, siku-siku saluek,
Minangkabau Pada Istano Basa siku-siku baragi, siku-siku kalalawa
Pagaruyung bagayuik, harimau dalam parangkok,
Keistimewaan dari rumah adat dan saik galamaik.
Minangkabau tidak saja terletak pada 3. Tatapaduan setengah lingkaran susun
tolak belakang. Misalnya motif
bentuknya yang anggun dan tinggi, tetapi
kucieng tidue jo saik galamai, singo
juga pada berbagai ragam hias yang
mendongkak jo takuek, salimpat,
dipahatkan (diukir) pada dinding dan pisang sasikek, dan tirai ampek
bagian-bagian lain dari bangunan tersebut. angkek.
Pada rumah-rumah sederhana, ukiran 4. Tatapaduan deretan lingkaran.
ditempatkan pada pintu dan jendela rumah, Misalnya motif aka duo gagang,
sedangkan pada rumah-rumah adat ayam mancotok di lasueng, kudo
(gadang) yang besar, ukiran hampir mandongkak, dan gajah badorong.
menutupi seluruh tubuh bangunan. Dinding, 5. Tatapaduan gelombang berpilin.
tiang-tiang rumah, jendela, pintu, dihiasi Misalnya motif lapieh jarami, rajo
dengan ukiran yang terdiri dari berbagai tigo selo, si kambang manih, dan
motif. ramo-ramo si kumbang jati.
Setiap motif ragam hias yang 6. Tatapaduan lingkaran susun sirih.
dipahatkan pada rumah adat mengandung Misalnya motif jalo taserak, jarek
makna yang dalam, membawa pesan-pesan takambang, tangguek lamah, labah
yang disamarkan ke dalam motif-motif mangirok, jambueh cewek rang
yang indah. Sesuai dengan fungsi rumah ritala.
adat sebagai lambing kebesaran suku atau
keluarga, maka ukiran-ukiran yang Ragam Hias Ukiran di Singok (Atap)
dipahatkan pada rumah adat itu juga
dikerjakan dengan seksama dan cermat.
Ukiran tersebut penuh dengan simbol yang
menceritakan tingkah laku dan kejadian
alam semesta yang patut diteladani. Melalui
ukiran inilah para pendahulu memberikan
tuntunan tersamar kepada generasi
penerusnya.
Berdasarkan motif ragam hias yang Gambar 1. Singok (Atap) Pada Istano
ada pada rumah adat Minangkabau ini Basa Pagaruyung
pulalah, kemudian digali motif-motif ragam Sumber: Koleksi Pribadi
hias Minangkabau yang beraneka ragam
yang akan dibahas pada bagian selanjutnya
dari tulisan ini.
Adapun analisis khusus menurut
Profesor Ibenzani Usman dalam Disertasi
Ragam hias pada bagian pintu Ragam hias pada bagian pintu
Istana Basa Pagaruyung di dominasi oleh angin (ventilasi) Istana Basa Pagaruyung di
ukiran di bidang yang besar. Adapun nama dominasi oleh ukiran di bidang yang besar.
jenis motif ragam hias yang terdapat dalam Adapun nama jenis motif ragam hias yang
bagian pintu salah satunya adalah Saluak terdapat di bagian ventilasi adalah Labah
Laka. Mangirok (Lebah Mengirap).
Jarami (Anyaman Jerami). Melihat dari diwujudkan dalam suatu motif ukir seperti
polanya dapat dikatakan sama dengan pola Tupai Managun (Tupai Tertegun) ini.
aka duo gagang yang berganda. Hal ini Wujud visual (plastis) dari tupai itu
dapat diperhatikan pada bagan tertera tidak disalin secara tampak nyata,
diatas. melainkan dalam simbol (tanda) garis-garis
lengkung yang hendak menggambarkan
MAKNA SIMBOLIS RAGAM HIAS gerak-gerik tersebut. Pola atau tatapaduan
UKIRAN MINANGKABAU motif ini dapat dilihat pada bagian atas.
Makna Simbolis Ragam Hias Ukiran Makna Simbolis Ragam Hias Ukiran
Tupai Managun di Singok (Atap) Saluak Laka di Pintu
ukiran pada batu seperti menhir atau nisan Bodgan, Robert. Steven J, Taylor. 1993.
yang terdapat di beberapa daerah di Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
Kabupaten 50 Kota yang bermotif ular, Surabaya: Usaha Nasional
burung dengan makna simbolisnya. Boestami, Erman M, dkk. 1981. Rumah
Sedangkan pada seni ukir Minangkabau Gadang Minangkabau. Padang:
motif-motif realis ini sudah tidak ada lagi Proyek Pengembangan Permuseuman
karena pada umumnya masyarakat Sumatera Barat
Minangkabau memeluk agama Islam Diradjo, Ibrahim Dt. Sanggoeno. 2013.
dengan falsafah adatnya Adat Basandi Tambo Alam Minangkabau.
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Bukittinggi: Kristal Multimedia
Simbolis ukiran Minangkabau Hasan, Hasmurdi. 2004. Ragam Rumah
mencerminkan kehidupan sehari-sehari Adat Minangkabau Falsafah,
masyarakat Minangkabau yang dituangkan Pembangunan, dan Kegunaan.
dalam sebuah pituah Minangkabau dengan Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan
penuh makna dan syarat dalam sebuah Indonesia
ukiran Rumah Gadang ataupun Istana Baso H.B. Sutopo. 1999. Metode Penelitian
Pagaruyung. Pituah-pituah tersebut Kualitatif. Surakarta: UNS Press
mempunyai dua makna tafsiran yaitu M. Sayuti Dt. Rajo Penghulu. 2005. Tau
denotatif dan konotatif, sehingga secara Nan Jo Ampek (Pengetahuan Yang
simbolis ukiran yang dibuat menyampaikan Empat Menurut Ajaran Budaya Alam
pesan yang tersirat dan tidak tersirat bagi Minangkabau). Padang: Mega Sari
setiap orang yang melihatnya, serta Kerjasama Sako Batuah
menjadikan ragam hias ukiran Myers, Bernard Samuel. 1959. Encylopedia
Minangkabau menjadi sarana mendidik dan of World Art. Michigan: McGraw-
menegur masyarakat Minangkabau tetap Hill
dalam kaidah-kaidah adat Minangkabau. Navis, AA. 1984. Alam Takambang Jadi
Struktur dan komposisi ukiran Guru. Jakarta: Grafitipers
Minangkabau hampir mempunyai bentuk Panghoeloe, M. Rasjid Manggis Dt. Radjo.
yang sama yaitu adanya buah, daun, bunga, 1982. Minangkabau Sejarah Ringkas
tangkai, sepih, dan ornament tambahan lain. dan Adatnya. Jakarta: Penerbit
Dengan pola ukiran yang memiliki banyak Mutiara
pengulangan dan selalu bersilangan dengan Penghulu, M. Sayuti Dt. Rajo. 2005. Tau Jo
harapan bahwa siklus kehidupan manusia Nan Ampek (Pengetahuna yang
terkadang berada di atas, terkadang berada Empat Menurut Ajaran Adat dan
di bawah, dan simbol dari Islam yang Budaya Alam Minangkabau).
berzikir secara berulang-ulang. Padang: Penerbit Mega Sari
Rahman, Fajri. 2007. Permusuhan Dalam
DAFTAR PUSTAKA Persahabatan: Budaya Politik
Buku Masyarakat Minangkabau. Lembaga
Achmadi, Asmoro. 1995. Filsafat Umum. Kajian Sosial Budaya
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Rusmita, Hasni S dan Riza M. 1999. Ukiran
Amir M.S. 2011. Adat Minangkabau Pola Tradisional Minangkabau. Padang:
dan Tujuan Hidup Orang Minang. Bagian Proyek Pembinaan
Jakarta: Citra Harta Prima Permuseuman Sumatera Barat
Armaini, Fauzan dan Amri N. 2004. Sachari, Agus. 2002. Estetika Makna,
Keterampilan Tradisional Simbol dan Daya. Bandung: Penerbit
Minangkabau 2. Jakarta: Bumi ITB
Aksara Shadily, Hasan. 1980. Kamus Besar Bahasa
Azrial, Yulfian. 1995. Keterampilan Indonesia. Jakarta: Gramedia
Tradisional Minangkabau. Padang: Suryabrata, Sumadi. 1985. Metodologi
Angkasa Raya. Penelitian. Jakarta: CV Rajawal
Tukio M, Sugeng, 1987. Mengenal Ragam Martamin, Mardjani dan Amir B. 1978.
Hias Indonesia. Bandung: Penerbit Ukiran Rumah Adat Minangkabau
Angkasa dan Artinya. Padang: IKIP Padang
Zainuddin, Musyair MS. 2010. Pelestarian Martamin, Mardjani dan Amir B. 1976.
Eksistensi Dinamis Adat Ragam Ukiran Rumah Gadang
Minangkabau. Yogyakarta: Penerbit Minangkabau. Padang: IKIP Padang
Ombak Meker, Zodio. 2010. Perancangan Buku,
Ukiran Tradisional Minangkabau.
Laporan Penelitian Bandung: UNIKOM
Boestami. 1979. Arsitektur Tradisional Pramandani, Egar. 2010. Perancangan
Minangkabau Rumah Gadang. Buku Arsitektur Rumah Adat
Padang: Proyek Sasana Budaya Minangkabau (Istana Pagaruyung).
Jakarta Bandung: UNIKOM
Khairi, Asra Ilal. 2011. Komparasi Motif Usman, Ibenzani. 1985. Seni Ukir
Ukiran Rumah Gadang Bukik Tradisional Pada Rumah Adat
Surungan Kelarasan Koto Piliang Minangkabau: Teknik, Pola dan
Kota Padang Panjang Dengan Fungsinya. Disertasi tidak
Rumah Gadang Sicamin Biaro diterbitkan. Bandung: Institut
Kelarasan Koto Piliang Kabupaten Teknologi Bandung
Agam Sumatera Barat. Tesis tidak Usman, Ibenzani. 1980. Seni Ukir
diterbitkan. Bandung: Universitas Tradisional Minangkabau Dalam
Pendidikan Indonesia Konteks Adat Istiadat. Padang:
Universitas Andalas, IKIP Padang,
dan INS Kayu Tanam