Penginduksian Resistensi Tanaman Kacang

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Agrikultura Vol. 12 No.

2/Agustus 2001

PENGINDUKSIAN RESISTENSI TANAMAN KACANG TANAH


TERHADAP PENYAKIT KARAT (Puccinia arachidis Speg.) DENGAN PENGAPLIKASIAN
ASAM SALISILAT, ASAM ASETAT ETILENDIAMINTETRA,
KITIN ASAL KULIT UDANG, AIR PERASAN DAUN MELATI,
DAN DIKALIUMHIDROGENFOSFAT

Tarkus Suganda
Staf Peneliti CROPSAVER Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Jatinangor, Bandung 40600
E-mail : [email protected]

ABSTRACT

Suganda, T. 2001. Induction of resistance of peanuts against rust disease (Puccinia arachidis Speg.) by
the application of salicylic acid, ethylene diaminetetra acetic acid, shrimp shell chitin, jasmine leaf
crude extract, and dipotassium hydrogen phosphat. J. Agrik. 12: 83-88.

Rust, incited by P. arachidis is one of the most limiting diseases of peanut. To obtain systemic
induced resistance, plant can be induced by the application of external inducers. Salicylic acid, ethylene
diamine tetra acetic acid (EDTA), chitin of shrimp shell, jasmine leaf crude extract, and dipotassium
hydrogen phosphat (K2HPO4) had been tested as inducers in the Glasshouse of the Department of Plant
Entomology and Phytopathology, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran at Jatinangor (700 m
above the sea level) from December 2000 – April 2001. Peanut (var. Gajah) plants were sprayed with the
suspension of the inducers three times started at 19 dap with seven day interval between application.
Three days after the last application, plants were inoculated with the rust uredospores. Results indicated
that salicylic acid, EDTA, chitin of shrimp shell, jasmine leaf crude extract, and K2HPO4 induced SIR of
peanut against rust and reduced the rust AUDPC of 50.5%; 22%; 21.8%; 36.4%; dan 0.3% over the AUDPC
of control. Whereas, the AUDPC of asibensolar-S-methyl-mankozeb, as the check treatment, reduced the
rust of 75.5% over the AUDPC of control.

Key words : Rust, peanut, SIR, salicylic acid, EDTA, chitin, K2HPO4

ABSTRAK

Penyakit karat (P. arachidis) merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan produksi
kacang tanah. Untuk mendapatkan resistensi tanaman dapat dilakukan usaha menginduksi resistensi
sistemik terinduksi (RST) dengan pengaplikasian bahan penginduksi eksternal. Asam salisilat, EDTA,
kitin asal kulit udang, air perasan daun melati, dan K2HPO4 telah dicoba kemampuannya sebagai bahan
penginduksi RST tanaman kacang tanah terhadap penyakit karat. Pengujian dilakukan di rumah kaca
Jurusan IHPT Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran di Jatinangor (700 m dpl) dari bulan Desember
2000 – April 2001. Tanaman kacang tanah (var. Gajah) disemprot dengan suspensi bahan penginduksi
sebanyak tiga kali mulai dari tanaman berumur 19 hst dengan interval tujuh hari. Tiga hari setelah
aplikasi terakhir bahan penginduksi, tanaman kemudian diinokulasi dengan uredospora jamur karat.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa asam salisilat, EDTA, kitin asal kulit udang, air perasan daun
melati, dan K2HPO4 dapat menginduksi RST dan masing-masing menekan AUDPC sebesar 50,5%; 22%;
21,8%; 36,4%; dan 0,3% terhadap AUDPC kontrol. Sementara itu, AUDPC asibensolar-S-metil-mankozeb,
sebagai pembanding, menekan sebesar 75,5% terhadap AUDPC kontrol.

Kata kunci : Karat, kacang tanah, RST, asam salisilat, EDTA, kitin, K2HPO4

PENDAHULUAN angka kehilangan hasil ini akan lebih besar lagi jika
penyakit karat ini menyerang bersama-sama dengan
Penyakit karat yang disebabkan oleh jamur P. penyakit bercak daun oleh jamur Cercospora arachidicola
arachidis Speg. merupakan salah satu kendala dalam dan Cercosporidium personatum (McDonald &
penanaman kacang tanah (A. hypogaea L.) di seluruh Subrahmanyam, 1992). Sementara itu, menurut
dunia (McDonald & Subrahmanyam, 1992, Semangun, Baliadi (1996), di Indonesia, kerugian hasil kacang
1993). Di Texas, AS, penyakit karat dapat tanah akibat serangan penyakit karat berkisar antara 50-
menyebabkan kehilangan hasil antara 50-70% dan 60%. Jenis kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit

83
Tarkus Suganda : Penginduksian resistensi tanaman kacang tanah terhadap penyakit karat (P. arachidis) ………..

karat pada kacang tanah, menurut Ghuge et al. 1981 BAHAN DAN METODE
sebagaimana disitir McDonald & Subrahmanyam
(1992) adalah berupa 49% penurunan hasil, dan 19% Penelitian dilakukan dengan menggunakan
penurunan berat 100 biji. Sekalipun jamur P. arachidis metode eksperimen. Percobaan dilaksanakan di
merupakan parasit obligat dan belum diketahui Laboratorium Fitopatologi Jurusan Ilmu Hama-
tumbuhan inang lainnya selain kacang tanah, namun Penyakit Tumbuhan dan rumah kaca Fakultas
kenyataannya, di lapangan penyakit karat hampir selalu Pertanian Universitas Padjadjaran di Jatinangor (700 m
ditemukan pada penamaman kacang tanah oleh petani di atas permukaan laut). Percobaan dilaksanakan dari
Indonesia (Suganda, pengamatan pribadi). bulan Desember 2000 sampai dengan April 2001.
Penyakit karat sebenarnya dapat dikendalikan Tanaman kacang tanah yang digunakan adalah var.
secara efektif dengan penyemprotan fungisida, namun Gajah, yang merupakan varietas yang paling banyak
belum dianggapnya kacang tanah sebagai tanaman ditanam petani dan menurut pengamatan merupakan
utama oleh petani menyebabkan sangat jarang petani varietas yang banyak terserang penyakit karat di
melakukan pengendalian penyakit karat menggunakan lapangan. Percobaan terdiri dari 7 perlakuan dengan 4
fungisida. Sementara itu, cara pengendalian yang ulangan yang ditata berdasarkan rancangan acak
paling efektif dan murah, yaitu dengan penanaman kelompok (RAK).
varietas resisten, di Indonesia masih sangat terbatas Bahan penginduksi yang diuji coba dan latar
karena varietas resisten belum tersedia. belakang kepustakaan yang menjadi dasar pemilihannya
Salah satu metode pengendalian penyakit yang adalah :
sedang mendapat banyak perhatian adalah • K2HPO4 dengan konsentrasi 13,6 g/L akuades
penginduksian gen-gen pertahanan (defense genes) dan diaplikasikan sampai run off (Gottstein &
tanaman dengan pengaplikasian berbagai bahan Kuc, 1989)
penginduksi eksternal (Lyon, 2001). Di antara berbagai • EDTA (asam asetat etilendiamintetra) konsen-
bahan kimia yang telah dilaporkan dapat menginduksi trasi 1 g/L akuades diaplikasikan sampai run off
gen-gen pertahanan adalah K2HPO4 yang dilaporkan (Walters & Murray, 1992)
efektif terhadap penyakit antraknos oleh Colletortichum • Kitin asal kulit udang, konsentrasi 300 mg/10 ml
lagenarium pada tanaman mentimun (Gottstein & Kuc, HCl (Suganda, 2000)
1989; Irving & Kuc, 1990), pada tanaman jagung oleh
• Air perasan daun melati, konsentrasi larutan 100
jamur Puccinia sorghi, pada tanaman padi terhadap
g/100 ml akuades (Suganda, 2000)
penyakit blast oleh jamur Pyricularia oryzae (Manandhar
et al, 1998), dan terhadap penyakit mildew oleh • Asam salisilat, konsentrasi larutan 0,03 g/L
Sphaerotheca fuliginia (Reuveni et al., 1994, Reuveni et al., akuades diaplikasikan sampai run off (Speltzer &
2000); ethylene diamine tetra acetate (EDTA) pada Enyedi, 1999)
tanaman Vicia faba terhadap penyakit karat (Walters & • Asibensolar-S-metil-mankozeb (BionR), konsen-
Murray, 1992). trasi larutan 1,5 g/L akuades diaplikasikan sampai
Sementara itu kitin asal kulit udang dapat run off (Novartis, 2000) sebagai perlakuan
meningkatkan resistensi tanaman cabai merah terhadap pembanding.
penyakit antraknos oleh jamur Colletotrichum • Akuades steril sebagai perlakuan kontrol.
gloeosporioides (Suganda, 2000), terhadap jamur Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici (Benhamou, et al., 1994) dan Semua perlakuan diaplikasikan dengan cara
terhadap berbagai jenis patogen lainnya (Sinha, et al., penyemprotan secara merata sampai seluruh
1991). Mills & Wood, pada tahun 1984 melaporkan permukaan daun tanaman menjadi basah dan larutan
bahwa asam salisilat (aspirin) juga dapat meningkatkan run off. Karena tujuan penelitian ini ingin menguji
ketahanan tanaman mentimun terhadap jamur kemampuan bahan tersebut dalam menginduksi
Colletotrichum lagenarium penyebab penyakit antraknos ketahanan tanaman, maka pengaplikasian dilakukan
dan terhadap jamur Alternaria solani pada tanaman sedemikian rupa agar tidak terjadi kontak langsung
tomat (Speltzer & Enyedi, 1999). Asam jasmonat, yang antara bahan penginduksi dengan patogen.
banyak dikandung oleh daun melati (Jasminum Pengaplikasian bahan percobaan dilakukan sebanyak 3
grandifoliumi) juga dilaporkan dapat meningkatkan kali dengan interval antar aplikasi tujuh hari. Tiga hari
ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit setelah pengaplikasian bahan percobaan terakhir (40
(Thaler, 1999). Salah satu bahan penginduksi hari setelah tanam), tanaman diinokulasi dengan
ketahanan tanaman yang sudah dipasarkan secara suspensi uredospora P. arachidis kerapatan 105 spora/ml
komersial termasuk di Indonesia adalah asibensolar-S- akuades steril ke bagian permukaan atas daun tanaman
metil-mankozeb (Novartis, 2000). kacang tanah secara merata dengan menggunakan botol
Permasalahannya adalah bahwa semua bahan semprot (Dhingra & Sinclair, 1995). Suspensi
penginduksi eksternal tersebut belum ada satu pun uredospora sebelumnya diberi 4 tetes larutan 0,02%
yang telah diuji coba untuk menginduksi ketahanan Tween 80 sebagai bahan perekat-perata. Uredospora
sistemik tanaman kacang tanah terhadap penyakit karat. jamur P. arachidis diperoleh dengan cara mengerok
Artikel ini melaporkan hasil pengujian rumah kaca pustul dari daun kacang tanah yang terinfeksi.
tentang pengaruh bahan-bahan tersebut dalam Tanaman kacang tanah terinfeksi diperoleh dari
meningkatkan ketahanan tanaman kacang tanah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang merupakan
terhadap penyakit karat oleh jamur P. arachidis. daerah endemik jamur P. arachidis.
84
Jurnal Agrikultura Vol. 12 No. 2/Agustus 2001

Pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali Under Disease Progress Curve) menurut Louws, et al.,
untuk menghitung intensitas serangan, dengan (1996).
menggunakan rumus :
HASIL DAN PEMBAHASAN
I = [Σ (n x v) / N x V] x 100%
Penyakit yang terjadi pada tanaman
I = Intensitas serangan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan
n = jumlah daun tiap kategori serangan merupakan resultante dari proses interaksi yang terus-
v = nilai skor tiap kategori serangan menerus infeksi patogen dengan perlawanan tanaman
N = jumlah total daun (Agrios, 1997). Oleh karena itu, untuk melihat
V = nilai skor kategori serangan tertinggi perkembangannya, salah satu caranya adalah dengan
melihat grafik perkembangan penyakit dari waktu-ke-
Kategori serangan menggunakan modifikasi waktu, sedangkan untuk mengetahui apakah satu grafik
Horsfall-Barratt : perkembangan penyakit berbeda dari perkembangan
0 : tidak ada serangan penyakit lainnya, dapat dilakukan dengan menghitung
1 : 12 < x < 25% luas daun terserang luas area di bawah kurva perkembangan penyakit atau
2 : 12 < x < 25% luas daun terserang AUDPC (area under disease progress curve) (Louws, et al.,
3 : 25 < x < 50% luas daun terserang 1996). Semakin rendah nilai AUDPC maka semakin
4 : 50 < x < 75% luas daun terserang rendah pula perkembangan penyakit, atau dengan kata
5 : 75 < x < 100% luas daun terserang lain, kalau hal itu disebabkan oleh suatu perlakuan,
maka semakin efektiflah perlakuan tersebut.
Data hasil pengamatan dianalisis secara Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 1, dapat terlihat
statistik dengan uji LSD 5% menggunakan program bahwa penyakit karat berkembang dengan cepat setelah
komputer Statistix versi 4,0 (Analytical Software, hari ke-65 setelah tanam (atau 15 hari setelah
Tallahassee, FL). Untuk menghitung pengaruh penginokulasian jamur karat). Hal ini dapat dijelaskan
perlakuan bahan penginduksi dilakukan dengan cara bahwa jamur karat (P. arachidis) memang menyukai
mengkalkulasi Luas Area di Bawah Kurva daun yang telah dewasa karena dengan bertambahnya
Perkembangan Intensitas Serangan, AUDPC (Area umur daun, maka jumlah stomata yang menjadi tempat
masuknya miselium jamur karat juga semakin banyak.

50
45
Intensitas Serangan (%)

40
35
30
25
20
15
10
5
0
55 57 59 61 63 65 67 69 71 73
Pengamatan hari ke

K2HPO4 EDTA
Serbuk kitin Air Perasan Daun Melati
Asam salisilat BION
Kontrol

Gambar 1. Kurva perkembangan intensitas serangan penyakit karat pada kacang tanah yang sebelumnya
diberi perlakuan penyemprotan dengan berbagai bahan kimia.

85
Tarkus Suganda : Penginduksian resistensi tanaman kacang tanah terhadap penyakit karat (P. arachidis) ………..

Dari kurva pada Gambar 1 terlihat bahwa ketahanan sistemik tanaman kacang tanah terhadap
pada hari ke-73 setelah tanam, kecuali K2HPO4, semua penyakit karat. Menurut Thaler (1999) dan Staswick &
bahan kimia yang diujicoba mampu meningkatkan Lehman (1999), daun melati (J. grandifoliumi)
ketahanan tanaman kacang tanah terhadap penyakit mengandung asam jasmonat yang dilaporkan dapat
karat jika dibandingkan terhadap perlakuan kontrol. menginduksi ketahanan tanaman terhadap hama dan
Pada hari ke-73 setelah tanam, intensitas serangan penyakit. Walaupun kandungan asam jasmonat dari air
penyakit karat untuk masing-masing perlakuan adalah perasan daun melati belum diketahui, namun dari hasil
K2HPO4 (43,91%), EDTA (25,52%), kitin asal kulit percobaan ini, efek induksinya sudah nampak ketika
udang (28,67%), air perasan daun melati (23,82%), dicobakan terhadap tanaman kacang tanah.
asam salisilat (24,93%), asibensolar-S-metil-mankozeb Kitin merupakan bahan penginduksi
(11,68%), dan perlakuan kontrol adalah 32,39%. ketahanan tanaman yang sudah dilaporkan efektif pada
Intensitas serangan penyakit karat yang berbagai interaksi antara tanaman dengan patogen
dihasilkan oleh perlakuan penyemprotan K2HPO4 pada (Benhamou, et al. 1994; Sinha, et al., 1991). Sinha et al.
hari ke-73 setelah tanam merupakan yang tertinggi (1991) melaporkan bahwa kitin efektif terhadap
(43,91%). Nampaknya, pengaplikasian K2HPO4 tidak penyakit bercak coklat padi (Helminthosporium oryzae)
mampu meningkatkan ketahanan (tidak mampu dan blast padi (Pyricularia oryzae), bercak daun kacang
menginduksi ketahanan) tanaman kacang tanah tanah (Cercospora arachidicola), busuk batang kacang
terhadap penyakit karat. Hasil ini sangat kontras tanah (Sclerotium rolfsii), dan penyakit layu pada kacang
dengan hasil penelitian Irving & Kuc (1990) yang kapri (F. o. f.sp. ciceri). Benhamou, et al. (1994) dan
melaporkan bahwa pengaplikasian K2HPO4 mampu Sinha, et al., (1991) melaporkan bahwa mekanisme kitin
menginduksi ketahanan tanaman mentimun terhadap sebagai fungisida adalah dengan cara menginduksi
jamur antraknos (Colletotrichum lagenarium). Pada ketahanan sistemik dan bukan karena efek langsung
percobaan Irving & Kuc (1990), tanaman mentimun pada patogennya.
mensintesis enzim peroksidase dan kitinase yang cukup Dalam percobaan ini, kitin menampakkan
tinggi untuk melawan jamur C. lagenarium. hasil yang kurang begitu bagus mungkin disebabkan
Hasil percobaan ini juga mengkonfirmasi hasil karena kitin yang digunakan adalah kitin yang berasal
yang diperoleh oleh Walters & Murray (1992) bahwa dari kulit udang hasil ekstraksi sendiri, sehingga
EDTA mampu berperan menginduksi ketahanan kemurniannya masih kurang bagus. Kitin yang
sistemik tanaman V. faba terhadap penyakit karat. digunakan oleh Benhamou, et al. (1994) dan Sinha, et
Hasil percobaan ini juga menunjukkan bahwa air al., (1991) adalah kitosan, yaitu kitin murni yang
perasan daun melati memiliki kemampuan menginduksi diekstraksi secara industri dari kulit kerang-kerangan.

Tabel 1. Nilai AUDPC penyakit karat pada kacang tanah akibat pengaplikasian beberapa bahan kimia dan
persentase penghambatannya terhadap perlakuan kontrol.

Persen penghambatan
Perlakuan AUDPC 1 – (AUDPC perlakuan/AUDPC kontrol) x 100%
K2HPO4 352,02 a 0,3
EDTA 275,36 ab 22
Kitin asal kulit udang 276,22 ab 21,8
Air perasan daun melati 224,50 ab 36,4
Asam salisilat 174,78 b 50,5
Asibensolar-S-metil-mankozeb 86,50 c 75,5
Kontrol 348,16 a -
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada
taraf 5%.

Hasil yang ditunjukkan oleh asam salisilat (Keesman, et al.¸1994). Dalam percobaan ini, asam
dalam meningkatkan ketahanan tanaman kacang tanah salisilat merupakan bahan penginduksi eksternal yang
terhadap penyakit karat dalam penelitian ini juga sejalan paling baik dalam menginduksi RST tanaman kacang
dengan berbagai laporan (Malamy & Kliessig, 1992; tanah terhadap penyakit karat.
Hammerschmidt & Smith-Becker, 1999; Speltzer & Untuk melihat perbedaan antar perlakuan
Enyedi, 1999, Suganda, 2000). Asam salisilat penyemprotan bahan kimia yang dicoba untuk
merupakan senyawa fenolik yang disintesis tumbuhan menginduksi ketahanan tanaman kacang tanah
melalui pathway asam shikimik, sebagai respon terhadap terhadap penyakit karat, dilakukan analisis statistik
berbagai infeksi dan berperan sebagai sinyal reaksi terhadap nilai AUDPC (area under disease progress curve)
ketahanan tanaman (Hammerschmidt & Smith-Becker, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Dari tabel
1999). Asam salisilat merupakan bahan penginduksi tersebut dapat terlihat bahwa hanya pengaplikaksian
RST yang sangat baik pada berbagai tanaman asibensolar-S-metil-mankozeb yang memperlihatkan

86
Jurnal Agrikultura Vol. 12 No. 2/Agustus 2001

hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. UCAPAN TERIMA KASIH
Walaupun demikian, pengaplikasikan EDTA, kitin asal
kulit udang, air perasan daun melati, dan asam salisilat Ucapan terima kasih disampaikan kepada Sdr.
juga mampu menekan perkembangan penyakit, yaitu Rosa Nuraeni, SP. atas bantuannya dalam
masing-masing 22%; 21,8%, 36,4%; dan 50,5% jika melaksanakan penelitian ini.
dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Tabel 1).
Hasil penekanan penyakit terbaik (75,5%) DAFTAR PUSTAKA
diperlihatkan oleh perlakuan asibensolar-S-metil-
mankozeb, yaitu produk komersil yang dipasarkan Agrios, GN. 1997. Plant Pathology. 4th Ed.
dengan nama dagang BionR dari Novartis. Sekalipun Academic Press. San Diego, California. 635
Novartis (2000) mengklaim bahwa produk ini adalah pp.
plant activator atau bahan pengaktif tanaman, namun Baliadi, Y. 1996. Pengendalian Penyakit Utama
pada kenyataannya produk ini mengandung fungisida Kacang-kacangan. Balitkabi 8 : 174-189.
mankozeb sehingga dapat dimengerti kalau Benhamou, N, PJ Lafontaine, and M Nicole. 1994.
kemampuannya dalam menekan serangan penyakit Induction of systemic resistance to fusarium
karat merupakan yang paling baik dibandingkan dengan crown and root rot in tomato plants by seed
perlakuan lainnya. treatment with chitosan. Phytopathology
Hasil yang ditunjukkan oleh asam salisilat, 84:1432-1444.
EDTA, kitin asal kulit udang, dan air perasan daun Dhingra, OD and JB Sinclair. 1985. Basic Plant
melati dalam meningkatkan (menginduksi) ketahanan Pathology Methods. CRC Press, Boca Raton,
tanaman kacang tanah terhadap penyakit karat FL.
sebagaimana ditunjukkan dari hasil penelitian ini patut Gottstein, HD and JA Kuc. 1989. Induction of
menjadi bahan pertimbangan untuk dikaji, baik untuk systemic resistance to anthracnose in
digunakan oleh petani maupun untuk diteliti lebih cucumber by phosphates. Phytopathology
lanjut. Sekalipun keefektifannya masih dibawah 79:176-179.
asibensolar-S-metil-mankozeb, ke empat bahan Hammerschmidt, R and JA Smith-Becker. 1999. The
penginduksi tersebut di atas lebih memiliki keuntungan role of salicylic acid in disease resistance. Pp.
mengingat antara lain harganya murah, merupakan 37-54 in Induced Plant Defense Against
bahan alami dan mudah diperoleh. Berbeda dengan Pathogens and Herbivores Biochemistry,
asibensolar-S-metil yang mengandung mankozeb, yaitu Ecology, and Agriculture (AA Agrawal, T
fungisida sintetik, keempat bahan kimia di atas tidak Sadik, and E. Bent, Eds.). APS Press. St.
akan menimbulkan efek samping sebagaimana sering Paul, MN.
diperlihatkan oleh pengaplikasian senyawa sintetik. Irving, HR and JA Kuc. 1990. Local and systemic
Kelebihan lain dari keempat bahan ini adalah induction of peroxidase, chitinase and
pengaplikasiannya yang berupa immunisasi, yaitu resistance in cucumber plants by K2HPO4.
mengaktifkan pertahanan umum (general resistance) Physiol. Mol. Plant Pathol. 37:355-366.
tumbuhan, dan tidak terjadi kontak langsung antara Kessman, H, T Staub, C Hofmann, T Maetzke, J
bahan penginduksi dengan patogen, sehingga kecil Herzog, E Ward, S Uknes, and J Ryals. 1994.
sekali kemungkinan menyebabkan terjadinya resistensi Induction of systemic acquired disease
pada patogen. resistance in plants by chemicals. Annu. Rev.
Phytopathol. 32:439-459.
KESIMPULAN DAN SARAN Louws, S, KH Mary, SK John, and PS Cristin. 1996.
Impact of reduced fungicides and tillage on
Kesimpulan foliar blight fruit root and yield of processing
1. Resistensi tanaman kacang tanah terhadap tomatoes. Plant Dis. 80:1251-1256.
penyakit karat dapat diinduksi dengan Lyon, GD and CN Adrian. 1999. Implementation of
penyemprotan EDT, asam salisilat, air perasan elicitor mediated induced resistance in
daun melati, , dan kitin asal kulit udang. agriculture. Pp. 299-318 in Induced Plant
2. Pengaplikasikan EDTA, kitin asal kulit udang, air Defense Against Pathogens and Herbivores
perasan daun melati, dan asam salisilat menekan Biochemistry, Ecology, and Agriculture (AA
perkembangan penyakit, yaitu masing-masing Anugrag, T Sadik, E. Bent, Eds.). APS Press.
22%; 21,8%, 36,4%; dan 50,5% jika St. Paul, MN.
dibandingkan dengan perlakuan kontrol Lyon, GD. 2001. Compounds that stimulate plant
resistance to infection when applied
Saran exogenously.
Pengujian baru dilakukan di rumah kaca. http://www.scri.sari.ac.uk/TiPP/sar/sar0.ht
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian di lapangan m. Diakses Juli 2001.
untuk melihat pengaruh pengaplikasian bahan-bahan Malamy, J and DF Klessig. 1992. Salicylic acid and
tersebut terhadap penyakit-penyakit penting lainnya plant disease resistance. Plant J. 2(5): 643-
pada kacang tanah. 654.
Manandhar, HK, HJL Jorgensen, SB Mathur, V.
Smedegaard-Petersen. 1998. Resistance to
87
Tarkus Suganda : Penginduksian resistensi tanaman kacang tanah terhadap penyakit karat (P. arachidis) ………..

rice blast induced bt ferric chloride, Spletzer, ME and AJ Enyedi. 1989. Salicylic acid
dipotassium hydrogen phosphat and salicylic induces resistance to Alternaria solani in
acid. Crop Prot. 17:323-329. hydrophonically-grown tomato. Phytopa-
McDonald, D and P Subrahmanyam. 1992. Rust of thology 89:722-727.
groundnut. Pp. 272-284 in Plant Diseases of Staswick, PE and CC Lehman. 1999. Jasmonic acid-
International Importance. Vol. II : Diseases signaled responses in plants. Pp. 117-136 in
of Vegetables and Oil Seed Crops (HS Induced Plant Defense Against Pathogens
Chaube, J Kumar, AN Mukhopadhyay, and and Herbivores Biochemistry, Ecology, and
US Singh, Eds.). Prentice Hall, Englewood Agriculture (AA Agrawal, T Sadik, and E.
Cliffs, NJ. Bent, Eds.). APS Press. St. Paul, MN.
Novartis. 2000. Aktivator Tanaman BionR – M I/48 Subrahmanyam, P, J Reddy, RW Gibbons, and D
WP. PT Novartis Agro Indonesia. McDonald. 1985. Peanut rust : a major
Reuveni R, V Agapov, and M Reuveni. 1994. Foliar threat to peanut production in the semiarid
sprays of phosphates induces growth increase tropics. Plant Dis. 69:813-819.
and systemic resistance to Puccinia sorghi in Suganda, T. 2000. Penginduksian resistensi sistemik
maize. Plant Pathology 43, 245-50. buah cabai merah terhadap penyakit
Reuveni R, G Dor, M Raviv, M Reuveni, and S Tuzun. antraknos dengan pengaplikasian penginduksi
2000. Systemic resistance against Sphaerotheca biotik dan abiotik. J. Agrik. 11 : 72-78.
fuliginea in cucumber plants exposed to Thaler, JS. 1999. Jasmonic acid mediated interactions
phosphate in hydroponics system, and its between plants, herbivores, parasitoid, and
control by foliar spray of mono-potassium pathogen : a review of field experiments in
phosphate. Crop Protection 19, 355-361. tomato. Pp. 319-334 in Induced Plant
Semangun, H. 1993. Penyakit Penyakit Tanaman Defense Against Pathogens and Herbivores
Pangan di Indonesia. Gadjah Mada Biochemistry, Ecology, and Agriculture (AA
University Press. Yogyakarta. 850 hlm. Agrawal, T Sadik, and E. Bent, Eds.). APS
Sinha, AK, AK Chowdhury, and AR Das. 1991. Press. St. Paul, MN.
Chitosan induced resistance in crop plants Walters, DR and DC Murray. 1992. Induction of
against their fungal pathogens. Indian systemic resistance to rust in Vicia faba by
Phytopathol. 20:411-414. phosphate and EDTA : effects of calcium.
Plant Pathol. 41:444-448.

88

You might also like