Makalah Uap Tia
Makalah Uap Tia
Makalah Uap Tia
OLEH :
TAHUN 2019
ASUBAN KEPERAWATAN PADI TN. I DENGAN CNSYABL£
ANGINA PEC I'OIUS (UDP) MELALUI TERAPI RELAKSASI BENSON
UNTUK PENURUNAN SKALA NYERI DADA DI RUANG
ICUfICCU
RSUD Dr. ACBMAD MOCBTAR KOTA BUKtTTINGGI
TARUN 2019
Oleh:
Pembinbing II
NIJ :l’42010l107296019
PROGRAM OF NERS PROFESSIONAL EDUCATION
Tia Deswita
Sari
1814901623
Nursing Care at Mr. J With Unstable Angina Pectoris (UAP) Through Benson
Relaxation Therapy To Decrease Scale Of Chest Pain in the ICU / ICCU Room Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi General Hospital in 2019.
ABSTRACT
Identitas Mahasiswa
Tahun Pendidikan
2002 – 2008 SDN 24 Pulau Punjung
2008 – 2011 SMPN 2 Pulau Punjung
2011 – 2014 SMA N 1 Pulau Punjung
2014 – 2018 PSIK STIKes Perintis Padang
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang selalu
tercurah sehingga memberikan penulis kekuatan dan kemampuan yang luar biasa
dalam menjalani hidup ini. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada
junjungan umat sepanjang zaman Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
kepada peneliti dan menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul
2019”. Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan untuk menyelesaikan Pendidikan
Profesi Ners. Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu pada
Padang.
2. Ibu Ns. Mera Delima, M.Kep sebagai Ketua Prodi Pendidikan Profesi Ners
3. Bapak Ns. Muhammad Arif, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah banyak
yang bermanfaat bagi penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dan juga
masukan yang bermanfaat bagi penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dan
5. Dosen dan staff pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes
Perintis Padang yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama
dalam pendidikan.
6. Teristimewa untuk orang tua dan keluarga tercinta, yang telah dengan sangat
luar biasa memberikan dukungan baik secara moril maupun secara materil
serta doa, perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga sehingga membuat
peneliti lebih bersemangat dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
berharga dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini, dan kepada pihak-
kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Karya Ilmiah
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
DAFTAR SKEMA..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian...................................................................................................70
3.2 Diagnosa.....................................................................................................89
3.3 Intervensi....................................................................................................90
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................121
5.2 Saran...........................................................................................................124
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................xi
LAMPIRAN....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Hal
Hal
Hal
PENDAHULUAN
Sindrom koroner akut merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang
meliputi berbagai kondisi patologi yang menghambat aliran darah dalam arteri
arteri. Sindrom koroner akut (SKA) meliputi spektrum penyakit dari infark
miokard akut (IMA) sampai angina tak stabil (unstable angina) (Kumar,
2014).
digambarkan sebagai tekanan, rasa penuh, diremas, berat atau nyeri. Sindroma
unstable angina pectoris telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark
Ketepatan penatalaksanaa nyeri dada pada pasien dengan angian pectoris tidak
memiliki peran dalam pengelolaan nyeri dada pada pasien angina pectoris.
Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan
stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber
aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja.
seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot
dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman (Candra, 2013).
Teknik relaksasi menghasilkan respon fisiologi yang terintegrasi dan juga
benson (Trianto, 2014). Relaksasi Benson adalah salah satu cara untuk
dalam posisi nyaman dan rileks, memejamkan mata dan bernafas dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi ”hirup, dua, tiga”
sistem saraf simpatis, sedangkan pada waktu relaksasi yang bekerja adalah
kematian nomor satu secara global, yaitu sebagai penyebab 31% kematian.
Pada tahun 2015 sekitar 17.5 juta orang di dunia meninggal dunia karena
penyakit kardiovaskular ini, yang terdiri dari 42% kematian karena penyakit
jantung Koroner. Saat ini telah terjadi peningkatan insiden angina tidak stabil
di Amerika Serikat dan setiap tahunnya lebih dari satu juta orang dirawat di
rumah sakit karena angina tidak stabil. Selain itu, insiden angina tidak stabil di
luar rumah sakit memiliki angka yang sama besar dengan angka pasien yang
terhadap angina tidak stabil namun insidennya akan tetap tinggi dikarenakan
angka harapan hidup yang lebih baik dan meningkatnya kelangsungan hidup
Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 1,5 persen. Penyakit jantung koroner tertinggi pada kelompok umur
65-74 tahun yaitu, dan menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun.
atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%) (Riskesdas, 2018).
unstable angina pectoris (UAP) Januari 2018 – Juni 2019 sebanyak 102 orang.
Usia rata-rata presentasi angina tidak stabil adalah 62 tahun (berkisar antara
23-100 tahun). Rata-rata wanita yang mengalami angina tidak stabil adalah 5
tahun lebih tua daripada pria, dengan sekitar setengah dari wanita berumur
lebih tua dari 65 tahun. Hal tersebut hanya terjadi pada sekitar sepertiga dari
pria. Orang kulit hitam cenderung mengalami angina tidak stabil pada usia
mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak meningkat,
(Ganong, 2011).
Salah satu bagian dari Rumah Sakit yang memberikan pelayanan adalah ICU
(Intensive Care Unit). ICU merupakan ruang rawat dirumah sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati
Pasien yang telah ditetapkan sebagai pasien APTS harus dirawat di ICU/ICCU
atay evaluasi gas darah berkala untuk menetapkan apakah oksigenisasi kurang
(SpO2 <90%). Oleh sebab itu perawat di ruangan ICU/ICCU perlu memahami
dan mengetahui konsep teoritis dan keterampilan profesional dan juga harus
sebab itu perawat perlu memahami dan mengetahui konsep teoritis dan
2019.
ICU/ICCU.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
tentu, dapat terjadi pada waktu sedang melakukan kegiatan fisik atau
dalam keadaan istirahat. Perasaan tidak enak ini dapat berupa nyeri,
melainkan di leher, rahang bawah, bahu, atau ulu hati (Kabo dan
Karim, 2008). Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas
maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada
kiri. Basis yang terbentuk sirkular pada kerucut menghadap keatas dan
2001).
300-350 gr, berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr. Panjang
jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan
ruang atas dan ruang bawah. Ruang atas pada setiap sisi atrium
sama melalui suatu lubang yang dijaga oleh suatu katup yang
yang halus yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan parietal adalah
disebut aurikel, pada bagian posterior dan septal licin dan rata
(Smeltzer, 2002).
ke arkus aorta dan aorta desending. Cabang dari arkus aorta dan
2002).
aliran balik.
b. Katup Atrioventrikuler
kontraksi ventrikel.
c. Katup Semilunar
a. Sirkulasi Sistemik
b. Sirkulasi Pulmonal
c. Sirkulasi koroner
kanan dan arteri korone kiri. Kedua arteri ini keluar dari
mempunyai
otot yang halus untuk merubah diameter. Prinsip dari ketiga
(Smeltzer, 2002).
tersebut.
2.1.3 Etiologi
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang
ke miokard.
terjadinya ATS.
2.1.3.5 Pendarahan plak ateroma
adalah:
a. Merokok
tinggi
e. Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
atau amfetamin
terkait dengan angina dapat bervariasi dari orang ke orang, dan orang-
kali atau keluhan angina yang bertambah dari biasanya. Nyeri dada seperti
pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama. Timbul pada waktu
a. Nyeri dada
tanpa kata „nyeri‟, ‟rasa ketat‟, „rasa berat‟, ‟tekanan‟ dan „sakit‟
tengah, pada regio retrosternal. Lokasi dari nyeri dada ini terletah di
jantung sebelah kiri pusat dada, tetapi nyeri jantung tidak terbatas
pada area ini. Nyeri ini terutama terjadi di belakang tulang dada (di
tengah dada) dan di sekitar area di atas putting kiri, tetapi bisa
desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma (sekat
dada mau pecah dan biasanya pada keadaan yang sangat berat
disertai keringat dingin dan sesak nafas serta perasaan takut mati.
2008).
2.1.5 Patofisiologi
(ateriosklerosis koroner).
koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan
tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan
menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75%. Bila
penyempitan lebih dari 75% serta di picu dengan aktifitas berlebihan maka
suplai darak ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjasi adekuat dan sel-sel otot
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen juga
banyak oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika terjadi kekakuan dan
aerob. Dan proses ini tidak menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri
MK: Nyeri Akut Nyeri Iskemia Miocard MK: Perubahan Perfusi Jaringan
Asam Laktat ꜛ
Tes EKG memonitor aktivitas listrik jantung. Ketika temuan EKG tertentu
yang hadir, resiko angina tidak stabil maju dengan serangan jantung meningkat
memiliki rasa sakit dada dan sering menunjunkkan perubahab tertentu karika
rasa sakit berkembang. Gambaran EKG penderita ATS dapat berupa depresi
ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan
timbul di saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal
setelah keluhan angina hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut
sebagai IMA.
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi
tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang
paling sensitif untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu.
Hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk
jika perubahan penting EKG istirahat adalah tes darah jantung dan ada
warna perjalanan melalui arteri, X-ray gambat diambil untuk melihat seberapa
baik darah mengalir melalui arteri dan jika ada penyumbatan maka terjadi
2.1.7.4 Ekokardiografi
tidak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan untuk angina tidak stabil berfokus pada tiga tujuan: menstabilkan plak
apapun yang mungkin pecah dalam rangka untuk mencegah serangan jantung,
mengakami gejala-gejala angina tidak stabil dan yang tidak minum obat harus
menyerap aspirin stabil. Ketika angina terjadi pasien harus mencari bantuan
medis segera di rumah sakit. Setelah di rumah sakit, obat-obatan lainnya untuk
blok pembekuan proses tubuh dapat diberiakan termasuk heparin, clopidogrel
Obat angina, baik dan prosedur untuk mengurangin penyumbatan dalam arteri
koroner bisa meringankan gejala angina tidak stabil. Tergantung pada keadaan
pasien individu, obat sendiri atau obat dalam kombinasi dengan prosedur yang
obat yaitu :
a. Golongan nitrat
b. Ca- Antagonis
pembuluh darah
miokard
menurunkan afterload.
c. Beta Bloker
dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini
2001).
2.1.9 Komplikasi
darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan
kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah (Hudak & Gallo, 2010).
2.1.9.2 Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila menyebabkan
dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan perawatan agresif (Hudak &
Gallo, 2010).
2.1.9.5 Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada
permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan (Hudak & Gallo, 2010).
Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan parut
membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan tinggi dalam
ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol keluar. Darah dapat
merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat menjadi sumber emboli.
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati
kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh
serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau
ICU di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
dubia.
Adapun pasien yang layak dirawat di ICU antara lain (Kemenkes RI 2011):
2.2.2.1 Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care
intensive care
2.2.2.3 Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
fisiologis.
Barus 2014) :
shift
fisioterapi.
fisioterapi.
bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang
tahun
dan fisioterapi
pasien
dan penelitian.
Tingkat pelayanan ICU harus disesuaikan dengan kelas rumah sakit. Tingkat
pelayanan ini ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah,
ventilator sederhana
Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien dengan gangguan akut yang
adalah tempat perawatan yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi
peralatan dan tenaga (yang khusus).Indikasi pasien yang layak dirawat di ICU
adalah:
2.2.5.1 Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh Tim intensive
care
Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas sedangkan
kebutuhan pelayanan ICU yang lebih tinggi banyak, maka diperlukan mekanisme
melaksanakan kebijkana ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU.
Pasien yang termasuk dalam prioritas ini adalah pasien sakit kritis, tidak
lain, infus obat -obat vasoaktif / inotropic, obat anti aritmia, serta
mengancam jiwa.
dasar jantung –paru, gagal ginjal akut dan berat, dan pasien yang
telah mengalami pembedahan mayor. Pasien yang termasuk prioritas
senantiasa berubah.
terapi di ICU pada kriteria ini sangat kecil, sebagai contoh adalah
berat.
Pasien dalam prioritas ini bukan merupakan indikasi masuk ICU. Pasien
yang termasuk kriteria ini adalah pasien dengan keadaan yang “terlalu
intensif diteruskan, sebagai contoh : pasien dengan tiga taua lebih gagal
akut lainnya.
oleh kepala ICU dan atau tim yang merawat pasien, antara lain:
lanjut
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau oemantauan intensif
(keluar paksa)
2.2.8.1 Prioritas 1
2.2.8.2 Prioritas 2
2.3.1 Definisi
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman dan sangat individual yang tidak dapat
dirasakan atau dibagi dengan orang lain. Secara umum nyeri adalah suatu rasa
tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri menyangkut dua aspek yaitu
usia, lingkungan dan sistem pendukung, pengalaman masa lalu, kecemasan dan
Nyeri menurut International Association for study of pain (IASP) nyeri adalah
sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya.
terbatas, lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk perbaikan alamiah
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat.
Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang
berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. Fungsi nyeri akut ialah
memberi peringatan akan suatu cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri
atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang terjadi kerusakan.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau interminten yang menetap suatu
panjang waktu. Nyeri kronik berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik tidak
dapat mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk
Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari tiga sampai
limakata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak yang sama sepanjang
garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak
klien untuk memilih dan mendeskripsikan skala nyeri yang dirasakan (Potter &
Perry, 2006).
VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan skala nyeri terus
yang dirasakan. VAS sebagai pengukur keparahan tingkat nyeri yang lebih
sensitif karena klien dapat menentukan setiap titik dari rangkaian yang
tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata (Potter & Perry, 2006).
Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada
skala nyeri yang sangat berat dan tidak dapat dikontrol.Ujung kiri pada
VAS menunjukkan “tidak ada rasa nyeri”, sedangkan ujung kanan
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkaan
angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS
3) 4-6 : Rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha untuk menahan,
nyeri sedang.
4) 7-10: Rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan, meringis,
Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih, sampai wajah yang
sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang dirasakan sangat nyeri
perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai rasa
2.4.1 Definisi
Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan
dan juga mengganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai respon relaksasi
a. Relaksasi otot, relaksasi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri ketegangan dan
kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan, dimulai dari otot ibu jari
Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan oleh pasien dengan memejamkan mata dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan
dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi ”hirup, dua,
tiga” dan ekshalasi “hembuskan, dua, tiga (sambil mebgucapkan dengan nama
Tuhan). Perawat mengajarkan teknik ini, akan sangat membatu bila menghitung
dengan keras bersama pasien pada awalnya, pasien terampil dalam melakukan
tenang dalam posisi nyaman dan rileks, memejamkan mata dan bernafas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung
dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi ”hirup, dua, tiga” dan ekshalasi
menit. Kemudian bukalah mata secara perlahan, lakukan kegiatan ini minimal satu
kali sehari.
2.5.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
masalah dan kebutuhan untuk perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa terjadi pada pasien dengan angina tidak
leher, daerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang
dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih
dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih
berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas. Biasanya disertai
dan dizzines.
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat,
b. Tanda-tanda vital
1) Kepala
2) Leher
leher.
3) Thorak
dan perikarditis.
Paru-paru: suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi,
4) Abdomen
normal/menurun.
5) Ekstremitas
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (mis: nyeri
kebutuhan oksigen
kesehatan
tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori kebutuhan dasar manusia (Nanda
Nic-Noc, 2013).
2.5.4 Implementasi
2.5.5 Evaluasi
Menurut Marilynn E. Doengoes (2002), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan, proses yang kontinue yang penting untuk menjamin kualitas dan
ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respon pasien
klien.
Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan perawatan, respon
klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan mencegah masalah-masalah yang
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Nama : Tn. J
Umur : 53 Th
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
No. RM 308123
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Klien masuk ke RS pada tanggal 09 Januari 2019 melalui IGD RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi dengan keluhan nyeri dada sejak jam 21.00
terkontrol, nyeri yang dirasakan seperti tertindih benda berat, nyeri yang
dirasakan menjalar ke lengan bagian kiri, skala nyeri 6 dari rentang 1-10,
nyeri hilang timbul, nyeri saat beraktivitas, merasa sesak nafas, kepala
pusing, badan terasa lemas, batuk, dan klien mengeluh nyeri kaki mulai dari
lutut sampai ke tumit, klien tampak lemas, gelisah, batuk sesekali, klien
tampak meringis, klien mengusap daerah yang nyeri, posisi klien tampak
bertambah
Keluhan yang dirasakan yaitu sejak jam 21.00 WIB secara bertahap dan
Klien mengatakan bahwa klien ada riwayat jantung sudah 1 tahun yang
lalu dan tidak terkontrol dan klien juga memiliki riwayat hipertensi.
3.1.2.6 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi
Klien mengatakn jika klien merasakan nyeri dada hal yang pertama klien
lakukan yaitu beristirahat jika nyeri dada bertambah keluarga klien akan
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit jantung pada tahun 2017 dan pernah
dirawat dengan penyakit jantung dan tidak terkontrol, klien juga ada riwayat
hipertensi. Klien mengatakan tidak ada memiliki alergi makanan maupun obat.
Klien dulunya merupakan perokok aktif dan baru berhenti merokok 2 tahun ini.
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien.
Genogram
Keterangan :
:
: Laki-laki : Klien : Meninggal
3. Pola istirahat dan tidur Waktu tidur klien ± 8 jam Saat dirumah sakit klien
dan klien tidak ada kesulitan tidur ± 6 jam
tidur Klien mengatakan
kadang mengeluh nyeri
dada sehingga membuat
klien agak mengalami
kesulitan untuk tidur
Saat di rumah klien bekerja sebagai buruh, klien mengatakan jarang melakukan
dirumah saja. Sedangkan saat di rumah sakit aktivitas klien sepenuhnya di bantu
oleh perawatan ruangan dan keluarga karena klien tidak mampu melakukan
aktivitas sendiri.
Klien tampak tidak ada menggunakan alat bantu pendengaran, kesulitan yang dialami
klien saat ini yaitu sering pusing, nyeri dada sampai menjalar ke lengan bagian kiri. Hal
yang dipikirkan oleh klien saat ini adalah berharap klien segera sembuh, bisa pulang
dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Bahasa yang digunakan klien adalah bahasa
minang, klien tinggal di rumah klien sendiri. Pembuat keputusan dilakukan oleh klien
sendiri karena klien sebagai kepala rumah tangga. Tidak ada mengalami kesulitan
dalam keluarga klien. Klien mengatakan sumber kekuatan itu dari Allah SWT, dan
N : 101 x/i S : 36 0C
a. Kepala
Palpasi : Tidak ada teraba masaa dan pembengkakan pada kepala klien.
b. Mata
merah muda, tidak ada terdapat udema pada palpebra dan tidak ada
c. Hidung
Hidung tampak bersih, tidak ada pembengkakan pada hidung klien, tidak
Mukosa bibir tampak kering, tidak ada kesulitan dalam berbicara, klien
tidak ada menggunakan gigi palsu. Dan klien tidak ada kesulitan damalm
menelan.
e. Leher
f. Dada / Pernafasan
monitor.
bagian sinistra.
Auskultasi : Vesikuler
g. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, CRT < 3 detik, tidak ada
Perkusi : Batas jantung kanan atas: ICS II linea para sternalis dextra.
h. Abdomen
abdomen klien
Perkusi : Timpani
i. Genitalia
j. Ekstremitas
5555 5555
5555 5555
a. EKG
Data Subjektif
1. Klien mengatakan dulu pernah menderita penyakit jantung tetapi tidak terkontrol, nyeri
yang dirasakan seperti tertindih benda berat, nyeri yang dirasakan menjalar ke lengan
bagian kiri, skala nyeri 6 dari rentang 1-10, nyeri hilang timbul, nyeri saat beraktivitas.
9. Klien mengatakan ada riwayat jantung 1 tahun yang lalu dan tidak terkontrol
12. Klien mengatakan tidak ada BAB sejak masuk rumah sakit
Data Objektif
1. Tanda-tanda vital :
N : 101 x/i S : 36 0C
2. Hasil foto thorax AP terlihat adanya pembesaran jantung compensated DD/posisi. Efusi
pleura sinistra.
3. Gambaran EKG terdapat: SR, P wave: 0,06 , PR Interval 0,16, QRS Complex 0,08, T
4. Skala nyeri 6
5. Hasil Laboratorium
8. Klien meringis
In : 815,2
Out : 1230
B : - 414,8
D : 0,53 cc/kg BB
18. Terapy
3.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (iskemik dan penurunan
3.2.3 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas: nyeri saat
bernapas
3.2.4 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
kebutuhan oksigen
status kesehatan
PEMBAHASA
Asuhan keperawatan pada klien Tn. J dengan Unstable Angina Pectoris (UAP)
dilakukan sejak tanggal 09 Januari 2019 sampai 11 Januari 2019, klien masuk
Keluhan utama nyeri dada sejak jam 21.00 WIB dan menjalar ke lengan
didapatkan data subjektif klien mengatakan merasakan nyeri dada, nyeri yang
dirasakan seperti tertindih, skala nyeri 6 dari rentang 1-10, nyeri hilang timbul,
merasakan sesak nafas, klien mengatakan kepala pusing, klien badan terasa
lemas sedangkan data objektif : TD: 160/117 mmhg, RR: 26 x/i, SpO2: 99 %,
N: 101 x/i, S: 36 0C, hasil foto thorax AP terlihat adanya pembesaran jantung
gambaran EKG terdapat: SR, P wave: 0,06 , PR Interval 0,16, QRS Complex
0,08, T Inverted I, AVL, V1-V2. Pada pasien dengan unstable angina pectoris
sendiri merupakan suatu keadanan transisi dan reversible pada miokard yang
utama jantung dalam mekanis, biokimiawi, dan listrik sehingga jantung tidak
mampu memompa darah secara adekuat untuk dialirkan keotak dan organ lain
dengan agen cidera fisiologis (iskemik dan penurunan suplai oksigen ke otot
tertindih, skala nyeri 6 dari rentang 1-10, nyeri hilang timbul, nyeri yang
Sedangkan data objektif : klien tampak meringis, klien mengusap daerah yang
nyeri, klien tampak gelisah, posisi klien tampak tidak nyaman, raut wajah
klien tegang , TD: 160/117 mmHg, RR: 26 x/i, N: 101 x/i, S: 36 0C, SpO2: 99
%. Pada pasien dengan unstable angina pectoris karekteristis nyeri dada khas
bahkan ketika beristirahat, nyeri seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda
punggung atau interscapula. Menpunyai skala nyeri berat dan waktu lebih dari
20 menit (Sartono, dkk, 2019). Menurut Sunaryo & Lestari (2014) bahwa
keluhan yang khas pada angina pectoris tidak stabil adalah nyeri dada
retrosternal ( dibelakang sternum), seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,
panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya
kiri), bahu, leher, rahang bahkan sampai ke punggung dan epigastrium. Nyeri
Keluhan nyeri dada kiri sering mengawali serang jantung yang resiko lebih
Masalah keperawatan ketiga yang diambil yaitu pola nafas tidak efektif
pusing, klien badan terasa lemas, klien mengatakan batuk sedangkan data
objektif : TD: 160/117 mmHg, RR: 26 x/i, SpO2: 99 %, N: 101 x/i, S: 36 0C,
klien tampak gelisah, klien tampak menggunakan otot bantu nafas, klien
tampak lemas dan sesekali batuk, klien terpasang oksigen nasal kanul 4 L.
Pada pasien dengan unstable angina pectoris nyeri dada (chest pain) ini karena
rupture plak ateroskerosis dan terdapatnya trombus pada arteri koroner baik
al, 2013).
Masalah keperawatan keempat yang diambil yaitu perfusi perifer tidak efektif
data objektif: tanda-tanda vital : TD: 160/117 mmHg, RR: 26 x/i, SpO2: 99 %,
160, Lovenox 2 x 0,6, akral dingin, klien tambah berkeringat dingin, dan klien
Penimbunan plak pada artei koroner yang merupakan pembuluh darah yang
segingga terjadi penumpukan asam laktat pada metabolik otot yang akan
karena pada saat pengkajian didapatkan data subjektif: klien badan masih
terpasang kateter, klien terpasang oksigen 4 L, klien tampak masih lemas dan
sesekali batuk, posisi klien semifowler. Pada beberapa pasien dengan angina
dapat ditemukan gejala yang tidak tipikal sepertia rasa lelah yang tidak jelas,
nafas pendek dan rasa tidak nyaman di epigastrium atau maul dan muntah
vital : TD: 160/117 mmHg, RR: 26 x/i, SpO2: 99 %, N: 101 x/i, S: 36 0C,
klien gelisah, klien tampak cemas dan akral terasa dingin. Ketika pasien
dapat menyebabkan nyeri dada atau angina (Price & Wilson, 2006).
penyakit yang sama, klien mengatakan tidak teratur minum obat, klien baru
tanda vital : TD: 160/117 mmHg, RR: 26 x/i, SpO2: 99 %, N: 101 x/i, S: 36
0
C, klien gelisah, klien tampak cemas. Pentingnya bagian pasien penyakit
keluarga dalam setiap keputusan yang diambil dari penderita penyakit jantung
kondisi jantngnya secara rutin, sehingga pada saat muncul gejala seperti nyeri
dada, pasien PJK hanya beristirahat, menganggap bahwa nyeri akan segera
PENELITIAN TERKAIT
Chest pain pada angina ini karena rupturenya plak arterosklerosis dan
area jantung sehingga terjadi penurunan perfusi arteri koroner yang berakibat
terjadinya iskemik bahkan sampai kematian sel jantung atau infark apabila
terjadi blok atau trombus total. Dari fenomena tersebut pasien akan
mengalami nyeri dada (chest pain) yang menetap atau mungkin bisa hilang
berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang
dan muntah, sesak nafas, pusing dan berkeringat dingin. Bila nyeri yang
Pada kasus ini setelah dilakukan intervensi untuk mengurangi nyeri dada
menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dada setelah diberikan terapi non
sangat tepat untuk mengurangi nyeri pada kasus nyeri dada kiri. Relaksasi
Relaksasi Benson adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan
pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada obyekobyek
tertentu”. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan
mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan
keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks
bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan pada waktu relaksasi yang
menekan rasa tegang, cemas, insomnia, dan nyeri (Sunaryo & Lestari 2014).
skala nyeri pada pasien Acute Myocardial Infarc (P value = 0,000), sehingga
Myocardial Infarc. Hasil Penelitian ini sejalan dengan konsep dari Dr.
(Benson, 2000). Selain itu, Relaksasi Benson berfokus pada kata atau kalimat
tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme teratur dan disertai sikap
yang pasrah pada Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai keyakinan pasien memiliki
tergantung pada kerja sama yang baik antara perawat, pasien dan keluarga.
mengurangi rasa nyeri. Selamin itu tindakan lainnya pengaturan pola makan,
tingkat keberhasilan terapi, semakin baik peran yang dimainkan oleh keluarga
dalam pelaksanaan program medik pada pasien angina pectoris maka semakin
baik pula hasil yang akan dicapai. Peran keluarga terdiri dari peran sebagai
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
hari, yaitu pada tanggal 09 Januari 2019 sampai 11 Januari 2019 dengan
Untuk Penurunan Skala Nyeri Dada Di Ruang ICU/ICCU RSUD Dr. Achmad
(UAP).
a. Klien mengatakan saat ini klien merasakan nyeri dada, nyeri yang
badan terasa lemas, batuk, dan klien mengeluh nyeri kaki mulai
nyeri, posisi klien tampak tidak nyaman dan raut wajah klien
tampak tegang.
b. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus:
kontraktilitas
miokard)
aliran arteri.
Bukittinggi.
Kota Bukittinggi.
Skala Nyeri Dada Di Ruang ICU/ICCU RSUD Dr. Achmad Mochtar Kota
ICU/ICCU.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2010. Pedoman Pelayanan ICU Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2011. Pedoman Pelayanan ICU Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2012. Pedoman Pelayanan ICU Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Finamore, et al. 2002. Task Force On The Management Of Chest Pain. European
Heart Journal 23: 1153-1176.
Ganong. 2011. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Edisi I. Jakarta: Bidang
Pelatihan dan Pelatihan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta
Heni, Elly & Anna. 2010. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Pusat
kesehatan Jantung & Pembuuh Darah Nasional Harapan Kita. Edisi
Pertama. Jakarta : Bidang Pendidikan & Pelatihan
Kabo & Karim. 2008. Patofisiologi Buku I, Dasar – Dasar Keperawatan. Jakarta :
EGC
Krisanty Paula, S.Kep, Ns, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta : TIM
Mitchell M, M.D. 2013. Heart and Soul Healing, wwww. Dr. Herbert Benson’s
Relaxation Response (Jurnal).
Nelly & Barus . 2014. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TIM
Price, Sylvia Anderson & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis: Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Protter & Perry. 2006. Buku Ajar Keperawatan Fundamental. Buku Kedokteran.
EGC. Jakarta