1 PB
1 PB
1 PB
407
Abstract
This study aims to examine the role of a notary in the process of drafting a Deed of Establishment of a
Limited Liability Company (PT) and the authority of a public notary in providing legal counseling to the
applicant. This study uses a juridical-empirical method by exploring information obtained from interviews
and data from literature studies. The analytical method used is qualitative and then presented in the
form of descriptive scientific work. The results concluded that the notary's role was to confirm the will of
the founders, and to provide legal counsel in accordance with Law No. 40 of 2007 on Limited Liability
Companies to be formulated in the Deed of Establishment of the Limited Liability Company, the notary
also has the role as the attorney for founders to obtain the legal entity status from the Deed of
Establishment until its announcement of the Company in the Official Gazette of the Republic of
Indonesia. The responsibility of the public notary in the Deed of Establishment is only limited to the
formal truth conveyed by the parties but must still refer to the provisions stipulated in Law No. 2 of 2014
on the Position of Public Notary. In exercising its authority in providing legal counseling, notaries are
required to have broad insights and views in order to be able to direct the contents of the deed in
accordance with the provisions of the applicable legislations. The notary is expected to apply the
precautionary principle in making the Deed to minimize errors in the making.
Keywords: Deed of establishment of a limited liability company; notary; roles and obligations
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran notaris dalam proses pembuatan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas (PT) dan kewenangan notaris dalam memberikan penyuluhan hukum kepada
penghadap. Penelitian ini menggunakan metode yuridis-empiris dengan menggali informasi yang
didapatkan dari wawancara dan data daristudi kepustakaan. Metode analisis yang digunakan adalah
kualitatif untuk kemudian disajikan dalam bentuk karya ilmiah deskriptif. Hasilnya menyimpulkan bahwa
notaris berperan untuk mengkonstatir kehendak para pendiri, dan memberikan penyuluhan hukum
sesuai Undang-Undang No, 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas untuk kemudian
diformulasikan ke dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas tesebut, Notaris juga berperan sebagai
kuasa dari pendiri dalam hal untuk memperoleh status badan hukum dari Akta Pendirian sampai dengan
diumumkannya Perseroan tersebut di Berita Negara Republik Indonesia. Tanggung jawab Notaris
dalam Akta Pendirian hanya sebatas kebenaran formal yang disampaikan oleh para pihak namun harus
tetap mengacu pada ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris. Dalam menjalankan kewenangannya dalam pemberian penyuluhan hukum, notaris
diharuskan memiliki wawasan dan pandangan yang luas agar dapat mengarahkan isi akta yang sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Notaris diharapkan menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam pembuatan Akta untuk meminimalisir kesalahan dalam pembuatan Aktanya.
Kata-kata Kunci: Akta pendirian perseroan terbatas; notaris; peran dan tanggung
jawab
408 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422
Pendahuluan
1 Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007), Jala Permata
Aksara, Jakarta, 2016, hlm.1.
2 Ibid., hlm. 4-5.
3 Erman Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi, Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas Hukum
4 Devie Lambe, “Peran dan Tanggung Jawab Notaris dihubungkan dengan Kinerja Sistem Administrasi
Badan Hukum (SABH) dalam Pendirian PT”, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, hlm.1.
5 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta,
tidak memenuhi unsur pendirian perseroan yang sah seperti dalam ketentuan
Pasal 7 ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh 2 orang
atau lebih.
Menurut Buku Satu Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 26 yaitu,
perkawinan hanyalah dipandang sebagai hubungan perdata belaka, dan dalam
Pasal 119 yang secara eksplisit menerangkan bahwa kepemilikan harta suami dan
istri adalah satu, yang bunyinya sebagai berikut :7
“mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum berlakulah persatuan
bulat antara harta kekayaan suami dan istri, sekedar mengenai itu dengan
perjanjian kawin tidak diadakan ketentuan lain. Persatuan itu sepanjang
perkawinan tak boleh diadakan atau diubah dengan sesuatu persetujuan
antara suami dan istri.”
Rumusan Masalah
7 R. Subekti & R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cetakan ketigapuluh Sembilan, Pradnya
Notaris jika dalam pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas, Notaris tidak
memperhatikan kepentingan para pihak?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: pertama, menganalisis peran
Notaris dalam proses pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas serta
kewenangan Notaris dalam memberikan penyuluhan hukum kepada penghadap
dalam rangka pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas; dan kedua, mengkaji
lebih mendalam tentang tanggung jawab Notaris apabila dalam pembuatan akta
pendirian Perseroan Terbatas tidak memperhatikan kepentingan para pihak yang
terkait di dalamnya.
Metode Penelitian
Obyek penelitian dalam penulisan tesis ini adalah Pasal 15 dan Pasal 16 terkait
Kewenangan dan Kewajiban Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Sedangkan subjek penelitian yang akan diteliti
oleh penulis dalam tesis ini adalah para Notaris yang sudah berpraktik lebih dari 5
tahun yang juga sebagai akademisi. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara
dari para narasumber yaitu para Notaris yang sudah berpraktik selama lebih dari
5 tahun; dan yang juga berprofesi sebagai akademisi.
Penelitian ini dilakukan secara yuridis-empiris, disebut pula dengan
penelitian lapangan. Penelitian ini bertitik tolak dari data primer, yakni data yang
diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui
penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan (observasi),
wawancara, ataupun penyebaran kuesioner.8 Di mana penulis mendapatkan data
primer dengan melakukan wawancara kepada Notaris Kota Yogyakarta yang telah
berpraktik lebih dari 5 tahun dan juga sebagai akademisi, dan dipadukan dengan
data sekunder yang didapatkan melalui studi kepustakaan.
8 Joenaedi Efendi, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Prenadamedia Group, Depok, 2016, hlm. 148.
412 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422
Peran Notaris dalam Proses Pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas dan
Kewenangannya dalam Memberikan Penyuluhan Hukum
Notaris oleh undang-undang diberi kewenangan untuk menuangkan semua
perbuatan, perjanjian dan penetapan yang dikehendaki oleh pihak-pihak guna
mengkonstantirkannya ke dalam sebuah Akta Autentik dan agar Akta yang
dibuatnya itu memiliki kekuatan bukti yang lengkap dan memiliki keabsahan di
mana dalam hal ini Akta yang dimaksudkan adalah Akta Pendirian PT. Notaris
dituntut pula memenuhi semua ketentuan-ketentuan jabatan Notaris dan
peraturan-peraturan lainnya yang terkait dalam Akta Pendirian PT. Notaris dalam
hal ini adalah sebagai pengkaji apakah kehendak para pihak tersebut tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Notaris
dalam melaksanakan jabatanya juga harus berpijak kepada Undang-undang
Jabatan Notaris (untuk selanjutnya disebut UUJN). Hal tersebut dilakukan oleh
Notaris sebagai bentuk kewajiban untuk menyampaikan syarat-syarat autentisitas,
keabsahan dan sebab-sebab kebatalan suatu akta, juga sebagai sikap preventif
adanya cacat hukum Akta Notaris yang dapat mengakibatkan hilangnya
autentisitas dan batalnya Akta Notaris, yang dapat menimbulkan kerugian kepada
masyarakat, terutama pihak-pihak yang berkepentingan.10
9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 137.
10 Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta Cet.1, Mandar Maju, Bandung,
2011, hlm. 71
Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 413
Notaris juga berperan pula untuk melakukan pesan nama PT dan sebagai
kuasa dari pendiri dalam hal untuk memperoleh status badan hukum dari Akta
Pendirian PT tersebut sampai dengan diumumkannya Perseroan tersebut di Berita
Negara Republik Indonesia.11 Hal tersebut diperkuat dengan adanya dasar hukum
yaitu berdasarkan pada Pasal 2 ayat (1) PERMEN No. M. 01-HT 01-10/2007
Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Badan Hukum dan Persetujuan
Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Anggaran Dasar dan
Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan (untuk selanjutnya
disebut PERMEN No. M. 01-HT 01-10/2007), bahwa yang memiliki hak untuk
mengajukan permohonan pendiri memberi kuasa kepada Notaris sehingga yang
sah secara formil mengajukan permohonan adalah Notaris “dalam kualitas dan
kapasitas sebagai kuasa” dari pendiri. Pasal 2 ayat (1) Permen tersebut berbunyi
“pengajuan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan dilakukan oleh
Notaris sebagai kuasa dari pendiri”.12
Notaris dalam penyuluhan hukum kepada para pendiri PT untuk
memberikan gambaran bahwa PT merupakan badan usaha yang berbadan hukum
yang ada di Indonesia, lain halnya dengan badan usaha lainnya seperti CV maupun
Firma yang tidak berbadan hukum. Notaris menjelaskan juga mengenai
perbandingan antara perseroan yang berbadan hukum dan bukan berbadan
hukum terkait dengan tanggung jawabnya. Notaris menjelaskan bagaimana
pandangan pihak ketiga memandang PT yaitu yang bertanggung jawabnya adalah
modal bukan person, Notaris juga menjelaskan mengenai tentang peraturan-
peraturan lainnya terkait PT yang sudah diatur secara jelas dalam Undang-
undang.13
Dalam pemberian penyuluhan hukum terkait dengan maksud dan tujuan
yang hendak didirikan oleh para pendiri harus sesuai dengan klasifikasi bidang
usaha yang terdapat dalam suatu PT harus sesuai dengan Peraturan Kepala Badan
11 Wawancara dengan Notaris Mustofa, S.H, Pada Tanggal 1 November 2018, Pukul 15.00 (untuk
Pusat Statistik Nomor 19 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik Nomor 95 Tahun 2015 tentang Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (untuk selanjutnya disingkat KLBI) untuk kemudian dijabarkan
dalam Akta Pendirian PT oleh Notaris dan disesuai dengan kehendak pendiri,
kemudian dilakukan pesan nama bagi PT, cetak SK Pengesahan dari Direktorat
Jendral Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Setelah mendapatkan Surat Keputusan tersebut para pendiri
mendaftarkannya ke dalam sistem Online Single Submission (selanjutnya disingkat
OSS), karena OSS bukanlah kewajiban dari Notaris.14
Sesuai dengan Pasal 7 ayat (4) bahwa perseroan mendapat status badan
hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, dengan mengajukan
permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum
secara elektronik kepada Menteri paling lambat 60 hari terhitung sejak tanggal
Akta Pendirian ditandatangani dengan mengisi format isian yang diatur di dalam
Pasal 9 ayat (1) UUPT, sekurang-kurangnya harus memuat:15
a. “Nama dan tempat kedudukan Perseroan;
b. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. Alamat lengkap Perseroan.”
14 Wawancara dengan Notaris Ramdhan Dompas, S.H., M.Kn, Pada Tanggal 14 Desember 2018, pukul
15.45
15 Yahya Harahap, Op. Cit., hlm.175.
Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 415
angka acak yang dimaksudkan untuk mendapatkan izin usaha dan izin komersial
atau operasional yang juga berlaku sebagai Tanda Daftar Perusahaan dan setelah
pendiri melakukan pendaftaran melalui pengisian data secara lengkap dan
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).16
Setelah perseroan disahkan sebagai badan hukum, maka perseroan tersebut
harus memenuhi asas publisitas, yaitu dengan mendaftarkan perseroannya ke
dalam daftar perseroan yang diterbitkan dan diselenggarakan oleh Menteri di
mana hal tersebut juga telah diatur dalam UUPT, yang secara eksplisit berkaitan
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 dan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/MPP/Keo/1988
Tentang penyelenggaraan wajib daftar perusahaan. Dengan mensyaratkan setiap
korporasi wajib mendaftarkan korporasinya berdasarkan akta-akta yang telah
diotorisasi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang meliputi Akta
Pendirian sesuai dengan pengesahan menteri kehakiman.17
Dalam hal suami istri yang belum melakukan perjanjian pemisahan harta
hendak mendirikan sebuah PT, maka Notaris tidak berkenan untuk membuatkan
Akta tersebut karena dianggap tidak memenuhi syarat pendirian PT. oleh karena
itu Notaris dapat memberikan saran untuk melibatkan Pihak Ketiga untuk turut
serta dalam pendiriannya. Bila sudah melibatkan pihak ketiga Notaris berpendapat
pula suami istri tersebut berhak mengambil bagian saham yang sama dalam PT
tersebut, karena Notaris berpendapat bahwa yang disetorkan hanya sejumlah uang
sebagai modal dasar PT, dan istri dianggap cakap untuk melakukan perbuatan
hukum terkait dengan harta benda bergerak meskipun dalam harta suami istri itu
tidak dilakukan pemisahan harta.18
Menurut Penulis jika dalam hal suami istri yang tidak mengadakan perjanjian
perkawinan pemisahan harta tidak dapat mendirikan sebuah PT sehingga suami
16 Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, PP No. 24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
27-28.
18 Wawancara Narasumber II
416 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422
dan istri tetaplah terhitung subjek jika hendak melakukan suatu perbuatan hukum
baik perikatan maupun lainnya. Persatuan harta kekayaan suami istri baik harta
kekayaan yang bergerak dan yang tidak bergerak, baik yang saat ini maupun yang
akan datang hal tersebut dikarenakan menurut KUHPerdata Bagian Kesatu
tentang persatuan harta kekayaan menurut undang-undang Pasal 119 yang
menyebutkan bahwa :19
“mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum berlakulah persatuan
bulat antara harta kekayaan suami dan istri, sekedar mengenai itu dengan
perjanjian kawin tidak diadakan ketentuan lain. Persatuan itu sepanjang
perkawinan tak boleh diadakan atau diubah dengan sesuatu persetujuan
antara suami dan istri.”
e. Jumlah saham, jumlah kualifiasi saham apabila ada, berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham;
f. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Komisaris;
i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.”
pengadilan dan apabila terbukti bahwa akta tersebut tidak memenuhi syarat formil
pendirian sebuah PT, maka pengadilan dapat menyatakan Akta Autentik tersebut
sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian akta yang di bawah tangan.
Apabila kadar pembuktian terhadap Akta pendirian PT tersebut terdegradasi
menjadi akta di bawah tangan, maka sifat tanggung jawab terbatas sebuah PT
sebagai perseroan berbadan hukum berubah menjadi perseroan yang tidak
berbadan hukum. Hal tersebut mengakibatkan tanggung jawab yang terbatas
menjadi tanggung jawab tidak terbatas bagi para persero-nya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Narasumber III, apabila seorang
Notaris tetap membuatkan Akta Pendirian PT di mana di dalamnya pendiri
tersebut hanya suami istri tanpa adanya perjanjian pemisahan harta maka,
menurut Narasumber Notaris tidak dapat diberikan sanksi baik administratif,
perdata, maupun pidana. Karena yang diatur di dalam UUJN hanya sebatas
mengenai sanksi administratif berupa teguran ataupun pemberhentian dari MPD
hanya sebatas pada perbuatan yang melanggar larangan-larangan yang ada dalam
UUJN. Melainkan yang dapat terkena dampak atas Akta pendirian PT tersebut
hanya sebatas pada Aktanya saja, karena kedudukan Akta pendirian PT tersebut
menjadi tidak sah sehingga menyebabkan PT yang berbadan hukum tersebut
menjadi tidak berbadan hukum sehingga tanggung jawabnya menjadi tidak
terbatas.27
Berdasarkan Pasal 1869 KUHPerdata suatu akta Notaris dapat dikategorikan
menjadi akta di bawah tangan apabila akta tersebut dibuat oleh pejabat umum
yang tidak berwenang yang bersangkutan membuatnya atau tidak mampunya
pejabat umum yang bersangkutan dan adanya cacat dalam bentuk dalam akta
tersebut. Notaris yang membuat Akta pendirian PT yang di dalamnya hanya
terdapat suami dan istri tanpa adanya perjanjian perkawinan pemisahan harta,
menurut penulis telah mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf
a di mana Notaris tersebut “memihak” dalam hal adalah ini para pendiri PT, serta
tanpa memperhatikan akibat kerugian bagi pihak ketiga yang berkaitan secara
Penutup
Daftar Pustaka
Buku
Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.
Efendi, Joenaedi, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Prenadamedia
Group, Depok, 2016.
Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas cet.6, Sinar Grafika, Jakarta, 2016.
Harris, Freddy & Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, cet.1 Ghalia Indonesia,
Bogor, 2010.
Hartanto, J. Andy, Hukum Harta Kekayaan Perkawinan Menurut “Burgelijk Wetboek”
dan undang-Undang Perkawinan cet. 2, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2012.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005.
Nadapdap, Binoto, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang No.40
Tahun 2007), Permata Aksara, Jakarta, 2016.
Rajagukguk, Erman, Butir-Butir Hukum Ekonomi, Lembaga Studi Hukum dan
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2011.
Sembiring, Rosnidar, Hukum Keluarga Harta-harta benda dalam Perkawinan, PT.Raja
grafindo Persada, Jakarta, 2016.
Subekti, R. & R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata cetakan
ketigapuluh Sembilan, Pradnya Paramita, Jakarta, 2008.
Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta Cet.1,
Mandar Maju, Bandung, 2011.
422 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422