1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses...

407

Peran Notaris Dalam Proses Pembuatan Akta


Pendirian Perseroan Terbatas

Siti Fauziah Dian Novita Sari


Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Jln. Cik Di Tiro No. 1, Yogyakarta, 55223
[email protected]

Abstract
This study aims to examine the role of a notary in the process of drafting a Deed of Establishment of a
Limited Liability Company (PT) and the authority of a public notary in providing legal counseling to the
applicant. This study uses a juridical-empirical method by exploring information obtained from interviews
and data from literature studies. The analytical method used is qualitative and then presented in the
form of descriptive scientific work. The results concluded that the notary's role was to confirm the will of
the founders, and to provide legal counsel in accordance with Law No. 40 of 2007 on Limited Liability
Companies to be formulated in the Deed of Establishment of the Limited Liability Company, the notary
also has the role as the attorney for founders to obtain the legal entity status from the Deed of
Establishment until its announcement of the Company in the Official Gazette of the Republic of
Indonesia. The responsibility of the public notary in the Deed of Establishment is only limited to the
formal truth conveyed by the parties but must still refer to the provisions stipulated in Law No. 2 of 2014
on the Position of Public Notary. In exercising its authority in providing legal counseling, notaries are
required to have broad insights and views in order to be able to direct the contents of the deed in
accordance with the provisions of the applicable legislations. The notary is expected to apply the
precautionary principle in making the Deed to minimize errors in the making.
Keywords: Deed of establishment of a limited liability company; notary; roles and obligations

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran notaris dalam proses pembuatan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas (PT) dan kewenangan notaris dalam memberikan penyuluhan hukum kepada
penghadap. Penelitian ini menggunakan metode yuridis-empiris dengan menggali informasi yang
didapatkan dari wawancara dan data daristudi kepustakaan. Metode analisis yang digunakan adalah
kualitatif untuk kemudian disajikan dalam bentuk karya ilmiah deskriptif. Hasilnya menyimpulkan bahwa
notaris berperan untuk mengkonstatir kehendak para pendiri, dan memberikan penyuluhan hukum
sesuai Undang-Undang No, 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas untuk kemudian
diformulasikan ke dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas tesebut, Notaris juga berperan sebagai
kuasa dari pendiri dalam hal untuk memperoleh status badan hukum dari Akta Pendirian sampai dengan
diumumkannya Perseroan tersebut di Berita Negara Republik Indonesia. Tanggung jawab Notaris
dalam Akta Pendirian hanya sebatas kebenaran formal yang disampaikan oleh para pihak namun harus
tetap mengacu pada ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris. Dalam menjalankan kewenangannya dalam pemberian penyuluhan hukum, notaris
diharuskan memiliki wawasan dan pandangan yang luas agar dapat mengarahkan isi akta yang sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Notaris diharapkan menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam pembuatan Akta untuk meminimalisir kesalahan dalam pembuatan Aktanya.
Kata-kata Kunci: Akta pendirian perseroan terbatas; notaris; peran dan tanggung
jawab
408 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

Pendahuluan

Kehadiran Perseroan Terbatas sebagai suatu bentuk badan usaha dalam


kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan
bahwa kehadiran Perseroan Terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan
kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-
tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, tidak lagi dipisahkan
dari kehadiran Perseroan Terbatas baik dalam skala mikro, kecil, menengah,
maupun besar merupakan model yang paling banyak dan paling sering dilakukan
saat ini, karena adanya pembatasan tanggung jawab di dalamnya.1
Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan perjanjian, hal ini menunjukkan
sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang bersepakat mendirikan sebuah
badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas. Oleh karena dasar pendiriannya
menggunakan perjanjian maka pendirian Perseroan Terbatas tidak dapat
dilepaskan dari syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian menurut ketentuan
yang ada dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.2
Unsur utama dari badan hukum adalah apa yang disebut “separate patrimony”
yaitu memiliki harta sendiri yang terpisah dari pemegang saham sebagai pemilik.
Karakteristik yang kedua dari badan hukum, adalah tanggung jawab terbatas dari
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dan pengurus perusahaan. Prinsip
tersebut melindungi aset perusahaan dari kreditor pemegang saham, sebaliknya
tanggung jawab terbatas melindungi aset dari pemilik perusahaan yaitu pemegang
perusahaan dari klaim para kreditor yang bersangkutan. Tanggung jawab terbatas
artinya kreditor dalam melakukan klaim terbatas hanya kepada aset yang menjadi
milik pemegang saham dan pengurus Perseroan Terbatas. Pembatasan tanggung
jawab pemilik dan pengurus membedakan Perseroan Terbatas dari bentuk
organisasi perusahaan lainnya yang tidak berbadan hukum.3
Perseroan terbatas sebagai badan hukum didukung dengan adanya berbagai
macam peraturan perundang-undangan yang juga merupakan indikasi partisipasi

1 Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007), Jala Permata
Aksara, Jakarta, 2016, hlm.1.
2 Ibid., hlm. 4-5.
3 Erman Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi, Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 191.


Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 409

atau keterlibatan pemerintah dalam menunjang dunia perekonomian sebagai


fundamen tumbuh kembangnya suatu Negara.4 Bila kita melihat kembali
ketentuan peraturan mengenai Perseroan Terbatas termuat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD), definisi mengenai Perseroan Terbatas ini tidak
dijumpai dalam pasal-pasalnya, namun demikian, menurut Sutantya dan
Sumatoro dari Pasal 36, 40, 42, dan Pasal 45 KUHD dapat disimpulkan bahwa suatu
Perseroan Terbatas mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:5
1. Adanya kekayaan terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pesero
(pemegang saham) dengan tujuan untuk membentuk sejumlah dana sebagai
jaminan bagi semua perikatan perseroan;
2. Adanya pesero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas
pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua di
depan rapat umum pemegang saham (RUPS), merupakan kekuasaan
tertinggi dalam organisasi perseroan, yang berwenang mengangkat dan
memberhentikan direksi dan komisaris, berhak menetapkan garis-garis
besar kebijaksanaan menjalankan perusahaan dan menetapkan hal-hal yang
belum ditetapkan dalam anggaran dasar dan lain-lain;
3. Adanya pengurus (direksi), dan pengawas (komisaris) yang merupakan
satu kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan
tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan
anggaran dasar atau keputusan RUPS.

Ketentuan mengenai pendirian Perseroan Terbatas dalam Pasal 7 ayat (1)


UUPT harus didirikan oleh paling sedikit 2 orang, di mana suatu Perseroan
Terbatas berdiri dan/atau semata-mata karena perjanjian oleh dua orang atau lebih
dengan akta resmi atau akta notaris. Jika ditinjau dari segi hukum perjanjian,
pendirian Perseroan sebagai badan hukum, bersifat “kontraktual” (contractual, by
contract”) yakni berdirinya perseroan merupakan akibat yang lahir dari perjanjian.
Selain bersifat kontraktual, juga bersifat “konsensual” berupa adanya kesepakatan
untuk mengikat perjanjian mendirikan perseroan.6
Dalam pendirian Perseroan Terbatas tersebut jika didirikan oleh suami istri
tanpa melakukan perjanjian perkawinan (pemisahan harta) terlebih dahulu tetap

4 Devie Lambe, “Peran dan Tanggung Jawab Notaris dihubungkan dengan Kinerja Sistem Administrasi

Badan Hukum (SABH) dalam Pendirian PT”, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, hlm.1.
5 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta,

2002, hlm. 24.


6 M. Yahya harahap, Hukum Perseroan Terbatas cet.6, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 35.
410 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

tidak memenuhi unsur pendirian perseroan yang sah seperti dalam ketentuan
Pasal 7 ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh 2 orang
atau lebih.
Menurut Buku Satu Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 26 yaitu,
perkawinan hanyalah dipandang sebagai hubungan perdata belaka, dan dalam
Pasal 119 yang secara eksplisit menerangkan bahwa kepemilikan harta suami dan
istri adalah satu, yang bunyinya sebagai berikut :7
“mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum berlakulah persatuan
bulat antara harta kekayaan suami dan istri, sekedar mengenai itu dengan
perjanjian kawin tidak diadakan ketentuan lain. Persatuan itu sepanjang
perkawinan tak boleh diadakan atau diubah dengan sesuatu persetujuan
antara suami dan istri.”

Berarti apabila antara suami istri ada percampuran kekayaan, maka


sesungguhnya suami juga terikat dengan perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh
istrinya tersebut, atau sebaliknya. Dalam konsepsi hukum perkawinan yang
mengatur harta persatuan antara suami dan istri di dalam pasal tersebut, hanya
dapat dikesampingkan dengan mengadakan suatu perjanjian kawin, sebagaimana
diatur dalam Pasal 139 sampai dengan Pasal 167 KUHPerdata.
Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebagai pejabat umum,
Notaris selain mengkonstantir kehendak para pihak yang akan dituangkan dalam
bentuk Akta Pendirian Perseroan Terbatas juga memiliki kewenangan untuk
memberikan penyuluhan hukum terkait dengan pembuatan akta pendirian. Hal ini
telah ditegaskan di dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf e UUJN yang
menyatakan bahwa Notaris berwenang pula memberikan penyuluhan hukum
sehubungan dengan pembuatan akta.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini


adalah sebagai berikut: pertama, apa peran Notaris dalam proses pembuatan akta
pendirian Perseroan Terbatas yang menjadi kewenangannya dalam memberikan
penyuluhan hukum kepada para penghadap? Kedua, bagaimana tanggung jawab

7 R. Subekti & R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cetakan ketigapuluh Sembilan, Pradnya

Paramita, Jakarta, 2008, hlm. 29.


Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 411

Notaris jika dalam pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas, Notaris tidak
memperhatikan kepentingan para pihak?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: pertama, menganalisis peran
Notaris dalam proses pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas serta
kewenangan Notaris dalam memberikan penyuluhan hukum kepada penghadap
dalam rangka pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas; dan kedua, mengkaji
lebih mendalam tentang tanggung jawab Notaris apabila dalam pembuatan akta
pendirian Perseroan Terbatas tidak memperhatikan kepentingan para pihak yang
terkait di dalamnya.

Metode Penelitian

Obyek penelitian dalam penulisan tesis ini adalah Pasal 15 dan Pasal 16 terkait
Kewenangan dan Kewajiban Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Sedangkan subjek penelitian yang akan diteliti
oleh penulis dalam tesis ini adalah para Notaris yang sudah berpraktik lebih dari 5
tahun yang juga sebagai akademisi. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara
dari para narasumber yaitu para Notaris yang sudah berpraktik selama lebih dari
5 tahun; dan yang juga berprofesi sebagai akademisi.
Penelitian ini dilakukan secara yuridis-empiris, disebut pula dengan
penelitian lapangan. Penelitian ini bertitik tolak dari data primer, yakni data yang
diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui
penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan (observasi),
wawancara, ataupun penyebaran kuesioner.8 Di mana penulis mendapatkan data
primer dengan melakukan wawancara kepada Notaris Kota Yogyakarta yang telah
berpraktik lebih dari 5 tahun dan juga sebagai akademisi, dan dipadukan dengan
data sekunder yang didapatkan melalui studi kepustakaan.

8 Joenaedi Efendi, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Prenadamedia Group, Depok, 2016, hlm. 148.
412 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (Statute


Aprroach), dalam metode ini peneliti meneliti tentang aturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan berupa legislasi dan regulasi.9 Peraturan
perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris khususnya lebih
mengacu kepada Kewenangan dan Kewajiban Notaris yang terdapat dalam Pasal
15 dan Pasal 16. Serta Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Peran Notaris dalam Proses Pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas dan
Kewenangannya dalam Memberikan Penyuluhan Hukum
Notaris oleh undang-undang diberi kewenangan untuk menuangkan semua
perbuatan, perjanjian dan penetapan yang dikehendaki oleh pihak-pihak guna
mengkonstantirkannya ke dalam sebuah Akta Autentik dan agar Akta yang
dibuatnya itu memiliki kekuatan bukti yang lengkap dan memiliki keabsahan di
mana dalam hal ini Akta yang dimaksudkan adalah Akta Pendirian PT. Notaris
dituntut pula memenuhi semua ketentuan-ketentuan jabatan Notaris dan
peraturan-peraturan lainnya yang terkait dalam Akta Pendirian PT. Notaris dalam
hal ini adalah sebagai pengkaji apakah kehendak para pihak tersebut tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Notaris
dalam melaksanakan jabatanya juga harus berpijak kepada Undang-undang
Jabatan Notaris (untuk selanjutnya disebut UUJN). Hal tersebut dilakukan oleh
Notaris sebagai bentuk kewajiban untuk menyampaikan syarat-syarat autentisitas,
keabsahan dan sebab-sebab kebatalan suatu akta, juga sebagai sikap preventif
adanya cacat hukum Akta Notaris yang dapat mengakibatkan hilangnya
autentisitas dan batalnya Akta Notaris, yang dapat menimbulkan kerugian kepada
masyarakat, terutama pihak-pihak yang berkepentingan.10

9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 137.
10 Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta Cet.1, Mandar Maju, Bandung,
2011, hlm. 71
Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 413

Notaris juga berperan pula untuk melakukan pesan nama PT dan sebagai
kuasa dari pendiri dalam hal untuk memperoleh status badan hukum dari Akta
Pendirian PT tersebut sampai dengan diumumkannya Perseroan tersebut di Berita
Negara Republik Indonesia.11 Hal tersebut diperkuat dengan adanya dasar hukum
yaitu berdasarkan pada Pasal 2 ayat (1) PERMEN No. M. 01-HT 01-10/2007
Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Badan Hukum dan Persetujuan
Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Anggaran Dasar dan
Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan (untuk selanjutnya
disebut PERMEN No. M. 01-HT 01-10/2007), bahwa yang memiliki hak untuk
mengajukan permohonan pendiri memberi kuasa kepada Notaris sehingga yang
sah secara formil mengajukan permohonan adalah Notaris “dalam kualitas dan
kapasitas sebagai kuasa” dari pendiri. Pasal 2 ayat (1) Permen tersebut berbunyi
“pengajuan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan dilakukan oleh
Notaris sebagai kuasa dari pendiri”.12
Notaris dalam penyuluhan hukum kepada para pendiri PT untuk
memberikan gambaran bahwa PT merupakan badan usaha yang berbadan hukum
yang ada di Indonesia, lain halnya dengan badan usaha lainnya seperti CV maupun
Firma yang tidak berbadan hukum. Notaris menjelaskan juga mengenai
perbandingan antara perseroan yang berbadan hukum dan bukan berbadan
hukum terkait dengan tanggung jawabnya. Notaris menjelaskan bagaimana
pandangan pihak ketiga memandang PT yaitu yang bertanggung jawabnya adalah
modal bukan person, Notaris juga menjelaskan mengenai tentang peraturan-
peraturan lainnya terkait PT yang sudah diatur secara jelas dalam Undang-
undang.13
Dalam pemberian penyuluhan hukum terkait dengan maksud dan tujuan
yang hendak didirikan oleh para pendiri harus sesuai dengan klasifikasi bidang
usaha yang terdapat dalam suatu PT harus sesuai dengan Peraturan Kepala Badan

11 Wawancara dengan Notaris Mustofa, S.H, Pada Tanggal 1 November 2018, Pukul 15.00 (untuk

selanjutnya disebut Narasumber II)


12 Yahya Harahap., Op. Cit., hlm. 175.
13 Wawancara dengan Notaris Bimo Seno Sanjaya, S.H, Pada Tanggal 26 November 2018, pukul 13.20

(untuk selanjutnya disebut Narasumber III)


414 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

Pusat Statistik Nomor 19 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik Nomor 95 Tahun 2015 tentang Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (untuk selanjutnya disingkat KLBI) untuk kemudian dijabarkan
dalam Akta Pendirian PT oleh Notaris dan disesuai dengan kehendak pendiri,
kemudian dilakukan pesan nama bagi PT, cetak SK Pengesahan dari Direktorat
Jendral Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Setelah mendapatkan Surat Keputusan tersebut para pendiri
mendaftarkannya ke dalam sistem Online Single Submission (selanjutnya disingkat
OSS), karena OSS bukanlah kewajiban dari Notaris.14
Sesuai dengan Pasal 7 ayat (4) bahwa perseroan mendapat status badan
hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, dengan mengajukan
permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum
secara elektronik kepada Menteri paling lambat 60 hari terhitung sejak tanggal
Akta Pendirian ditandatangani dengan mengisi format isian yang diatur di dalam
Pasal 9 ayat (1) UUPT, sekurang-kurangnya harus memuat:15
a. “Nama dan tempat kedudukan Perseroan;
b. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. Alamat lengkap Perseroan.”

Payung hukum terkait OSS sendiri berupa Peraturan Pemerintah No. 24


Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
(untuk selanjutnya disebut PP No. 24/2018), dalam PP No. 24/2018 terdapat 20
sektor usaha antara lain sektor ketenagalistrikan, pertanian, keuangan, pariwisata,
pendidikan dan kebudayaan hingga pengoperasian dan usaha mikro kecil,
menengah serta ketenaganukliran. Pendaftaran dalam sistem OSS ini dilakukan
dengan memasukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor pengesahan
Akta Pendirian atau nomor pendaftaran PT untuk selanjutnya lembaga OSS
menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang berbentuk 13 (tigabelas) digit

14 Wawancara dengan Notaris Ramdhan Dompas, S.H., M.Kn, Pada Tanggal 14 Desember 2018, pukul
15.45
15 Yahya Harahap, Op. Cit., hlm.175.
Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 415

angka acak yang dimaksudkan untuk mendapatkan izin usaha dan izin komersial
atau operasional yang juga berlaku sebagai Tanda Daftar Perusahaan dan setelah
pendiri melakukan pendaftaran melalui pengisian data secara lengkap dan
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).16
Setelah perseroan disahkan sebagai badan hukum, maka perseroan tersebut
harus memenuhi asas publisitas, yaitu dengan mendaftarkan perseroannya ke
dalam daftar perseroan yang diterbitkan dan diselenggarakan oleh Menteri di
mana hal tersebut juga telah diatur dalam UUPT, yang secara eksplisit berkaitan
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 dan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/MPP/Keo/1988
Tentang penyelenggaraan wajib daftar perusahaan. Dengan mensyaratkan setiap
korporasi wajib mendaftarkan korporasinya berdasarkan akta-akta yang telah
diotorisasi oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang meliputi Akta
Pendirian sesuai dengan pengesahan menteri kehakiman.17
Dalam hal suami istri yang belum melakukan perjanjian pemisahan harta
hendak mendirikan sebuah PT, maka Notaris tidak berkenan untuk membuatkan
Akta tersebut karena dianggap tidak memenuhi syarat pendirian PT. oleh karena
itu Notaris dapat memberikan saran untuk melibatkan Pihak Ketiga untuk turut
serta dalam pendiriannya. Bila sudah melibatkan pihak ketiga Notaris berpendapat
pula suami istri tersebut berhak mengambil bagian saham yang sama dalam PT
tersebut, karena Notaris berpendapat bahwa yang disetorkan hanya sejumlah uang
sebagai modal dasar PT, dan istri dianggap cakap untuk melakukan perbuatan
hukum terkait dengan harta benda bergerak meskipun dalam harta suami istri itu
tidak dilakukan pemisahan harta.18
Menurut Penulis jika dalam hal suami istri yang tidak mengadakan perjanjian
perkawinan pemisahan harta tidak dapat mendirikan sebuah PT sehingga suami

16 Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, PP No. 24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik, http://setkab.go.id/inilah-pp-no-242018-tentang-pelayanan-perizinan-berusaha-


terintegrasi-secara-elektronik/, diakses pada tanggal 14 Desember 2018, pukul 10.33.
17 Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, cet.1, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm.

27-28.
18 Wawancara Narasumber II
416 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

dan istri tetaplah terhitung subjek jika hendak melakukan suatu perbuatan hukum
baik perikatan maupun lainnya. Persatuan harta kekayaan suami istri baik harta
kekayaan yang bergerak dan yang tidak bergerak, baik yang saat ini maupun yang
akan datang hal tersebut dikarenakan menurut KUHPerdata Bagian Kesatu
tentang persatuan harta kekayaan menurut undang-undang Pasal 119 yang
menyebutkan bahwa :19
“mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum berlakulah persatuan
bulat antara harta kekayaan suami dan istri, sekedar mengenai itu dengan
perjanjian kawin tidak diadakan ketentuan lain. Persatuan itu sepanjang
perkawinan tak boleh diadakan atau diubah dengan sesuatu persetujuan
antara suami dan istri.”

Dengan dilangsungkannya suatu perkawinan akibat hukum yang timbul


terhadap kedudukan istri dalam pengurusan harta perkawinan dan dalam
melakukan tindakan hukum baik terkait harta pribadinya maupun harta kekayaan
dalam perkawinan. Menurut Hukum Perdata barat atau dikenal dengan
KUHPerdata apabila seorang wanita yang terikat perkawinan dengan seorang pria,
maka istri tersebut menjadi tidak lagi mempunyai kecakapan dalam bertindak
(handelings onbekwaam).20 Menurut J. Satrio yang dikutip dari buku Rosnidar
Sembiring, Hukum harta perkawinan adalah peraturan yang mengatur akibat-
akibat perkawinan terhadap harta kekayaan suami-istri yang telah melangsungkan
perkawinan.21
Notaris diberikan wewenang untuk menuangkan segala perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang dikehendaki oleh pihak-pihak yang datang
kepadanya untuk mengkonstantirkannya dan dituangkan ke dalam sebuah Akta
Autentik, dengan tujuan agar akta tersebut memilik kekuatan bukti yang lengkap
dan memiliki keabsahan. Oleh karena itu Notaris wajib memenuhi segala
ketentuan jabatannya dan peraturan-peraturan lainnya. Notaris juga berperan
untuk mengkaji apakah suatu yang dikehendaki oleh penghadap untuk
dituangkan ke dalam Akta tersebut tidak bertentangan dengan peraturan

19 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


20 J. Andy Hartanto, Hukum Harta Kekayaan Perkawinan Menurut “Burgelijk Wetboek” dan undang-Undang
Perkawinan cet.2, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2012, hlm. 7.
21 Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga Harta-harta benda dalam Perkawinan, PT. Raja grafindo Persada,

Jakarta, 2016, hlm. 85.


Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 417

perundang-undangan yang berlaku. Notaris berkewajiban untuk mengetahui dan


memahami syarat-syarat autentisitas, keabsahan dan sebab-sebab kebatalan suatu
akta, hal tersebut sangatlah penting untuk menghindari secara preventif adanya
cacat hukum Akta Notaris yang dapat mengakibatkan batalnya Akta dan
menimbulkan kerugian kepada pihak-pihak yang berkepentingan.22
Pada dasarnya hukum dapat memberikan beban tanggung gugat atau
tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh Notaris, namun hal tersebut
tidak berarti segala kerugian terhadap pihak ketiga seluruhnya menjadi tanggung
gugat dan tanggung jawab Notaris. Hukum telah memberi batasan atau rambu
tanggung gugat dan tanggung jawab Notaris, sehingga tidak semua kerugian
pihak ketiga merupakan tanggung gugat dan tanggung jawab Notaris. Hal tersebut
yang dikenal dengan bentuk perlindungan hukum terhadap Notaris sebagai
pejabat umum yang bertugas memberikan pelayanan. Secara normatif, peran
Notaris hanyalah untuk mengkonstantir kehendak para pihak untuk kemudian
dituangkan dalam sebuah Akta Autentik, sehingga hak dan kewajiban hukum
yang dilahirkan dari perbuatan hukum yang disebut dalam Akta tersebut hanya
mengikat pihak-pihak dalam akta itu, apabila terjadi sengketa mengenai isi
perjanjian maka Notaris tidak terlibat dalam pelaksanaan kewajiban dan dalam
penuntutan suatu hak.23 Tanggung jawab Notaris yang berkaitan dengan
keautentikan Akta pendirian PT hanyalah sebatas dengan kebenaran formal dan
bukan materil, yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
khususnya UUPT, bahwa yang perlu diutarakan oleh para pendiri untuk
dituangkan ke dalam Akta pendirian berupa anggaran dasar yang telah diatur
dalam Pasal 15 UUPT, di antaranya:24
a. “Nama dan tempat kedudukan perseroan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Jangka waktu berdirinya perseroan;
d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor;

22 Sjaifurachman, Op. Cit., hlm. 121


23 Ibid., hlm. 192
24 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
418 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

e. Jumlah saham, jumlah kualifiasi saham apabila ada, berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham;
f. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Komisaris;
i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.”

Dalam menjalankan jabatannya apabila Notaris melakukan pelanggaran


berdasarkan ketentuan yang telah diatur dalam UUJN, maka Notaris harus
bertanggungjawab dengan cara dikenakan sanksi atau dijatuhi sanksi berupa
sanksi perdata, sanksi administrasi, sanksi pidana, kode etik jabatan Notaris atau
kombinasi sanksi. Dengan demikian Notaris harus bertanggungjawab terhadap
Akta yang telah dibuatnya.25
Dalam Pasal 84 UUJN ditentukan ada 2 jenis sanksi perdata, jika Notaris
melakukan tindakan pelanggaran terhadap pasal tertentu, di antaranya:
1. Akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah
tangan
2. Akta notaris menjadi batal demi hukum.
Pada prinsipnya Notaris tidak diperkenankan untuk membuat Akta
pendirian PT di mana para pendirinya hanya terdiri dari suami dan istri yang tidak
melakukan perjanjian perkawinan pemisahan harta karena antara harta suami dan
istri bersifat satu, oleh karena hal tersebut pembuatan aktanya tetap tidak
memenuhi syarat formil yang telah ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT di
mana “pendirian sebuah PT didirikan minimal 2 (dua) orang”.
Karena pada dasarnya Akta Notaris sendiri bersifat sebagai alat bukti yang
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dengan syarat bahwa
persyaratan materil (substantif) dan formil (prosedural) pembuatan aktanya
terpenuhi dan tidak adanya kesalahan prosedur.26 Apabila Akta pendirian PT yang
dibuat oleh Notaris tersebut tidak memenuhi syarat formil yang telah diatur dalam
Pasal 7 ayat (1) UUPT, oleh karenanya akta tersebut dapat diajukan kepada

25 M. Luthfan Hadi Darus, Op. Cit., hlm. 51.


26 Ibid., hlm. 109.
Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 419

pengadilan dan apabila terbukti bahwa akta tersebut tidak memenuhi syarat formil
pendirian sebuah PT, maka pengadilan dapat menyatakan Akta Autentik tersebut
sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian akta yang di bawah tangan.
Apabila kadar pembuktian terhadap Akta pendirian PT tersebut terdegradasi
menjadi akta di bawah tangan, maka sifat tanggung jawab terbatas sebuah PT
sebagai perseroan berbadan hukum berubah menjadi perseroan yang tidak
berbadan hukum. Hal tersebut mengakibatkan tanggung jawab yang terbatas
menjadi tanggung jawab tidak terbatas bagi para persero-nya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Narasumber III, apabila seorang
Notaris tetap membuatkan Akta Pendirian PT di mana di dalamnya pendiri
tersebut hanya suami istri tanpa adanya perjanjian pemisahan harta maka,
menurut Narasumber Notaris tidak dapat diberikan sanksi baik administratif,
perdata, maupun pidana. Karena yang diatur di dalam UUJN hanya sebatas
mengenai sanksi administratif berupa teguran ataupun pemberhentian dari MPD
hanya sebatas pada perbuatan yang melanggar larangan-larangan yang ada dalam
UUJN. Melainkan yang dapat terkena dampak atas Akta pendirian PT tersebut
hanya sebatas pada Aktanya saja, karena kedudukan Akta pendirian PT tersebut
menjadi tidak sah sehingga menyebabkan PT yang berbadan hukum tersebut
menjadi tidak berbadan hukum sehingga tanggung jawabnya menjadi tidak
terbatas.27
Berdasarkan Pasal 1869 KUHPerdata suatu akta Notaris dapat dikategorikan
menjadi akta di bawah tangan apabila akta tersebut dibuat oleh pejabat umum
yang tidak berwenang yang bersangkutan membuatnya atau tidak mampunya
pejabat umum yang bersangkutan dan adanya cacat dalam bentuk dalam akta
tersebut. Notaris yang membuat Akta pendirian PT yang di dalamnya hanya
terdapat suami dan istri tanpa adanya perjanjian perkawinan pemisahan harta,
menurut penulis telah mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf
a di mana Notaris tersebut “memihak” dalam hal adalah ini para pendiri PT, serta
tanpa memperhatikan akibat kerugian bagi pihak ketiga yang berkaitan secara

27 Wawancara dengan Narasuber III


420 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan PT tersebut yang dikemudian


hari akan timbul kerugian bagi segala pihak, hal tersebut mengakibatkan Akta
tersebut menjadi di bawah tangan dikarenakan cacatnya suatu Akta dan
mengakibatkan Akta Autentik tersebut terdegradasi menjadi Akta di bawah
tangan.

Tanggung Jawab Notaris dalam Hal Pembuatan Akta Pendirian Perseroan


Terbatas

Dengan demikian tanggung jawab yang dapat dibebankan dalam pembuatan


Akta pendirian PT yang di dalamnya suami istri yang belum mengadakan
perjanjian pemisahan harta sebelumnya hanyalah mengakibatkan hukum Akta
Notaris dalam hal ini Akta pendirian PT tersebut terdegradasi kekuatan
pembuktiannya menjadi Akta di bawah tangan, maka terhadap Akta Autentik
tersebut dianggap tidak pernah ada dan tidak pernah dibuat serta tidak dapat
dijadikan dasar suatu tuntutan dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi dan
bunga. Sehingga kedudukannya sebagai perseroan berbadan hukum berbuah
menjadi perseroan yang bukan berbadan hukum dan tanggung jawab yang
terbatas dalam PT turut pula berubah menjadi tanggung jawab tidak terbatas bagi
pendirinya.

Penutup

Dalam pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas (untuk selanjutnya


disebut PT) Notaris berperan meresmikan atau verleden Akta serta memberikan
penyuluhan hukum kepada para pendiri perseroan. Notaris juga berperan untuk
melakukan pesan nama PT dan sebagai kuasa dari pendiri dalam hal untuk
memperoleh status badan hukum dari Akta Pendirian PT tersebut sampai dengan
diumumkannya Perseroan tersebut di Berita Negara Republik Indonesia.
Notaris bertanggungjawab dalam memformulasikan Akta Pendirian PT
dengan mengacu pada kebenaran formal yang disampaikan oleh para pendiri
perseroan kepada Notaris, dan dalam memformulasikan Akta, Notaris harus
mengacu pada ketentuan kewajiban yang telah diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf
a Undang-Undang Jabatan Notaris untuk tidak memihak agar produk sebuah Akta
tersebut tidak terdegradasi.
Siti Fauziah DNS. Peran Notaris dalam Proses... 421

Oleh sebab itu, Notaris dalam menjalankan jabatan dan kewenangannya


berupa pemberian penyuluhan hukum kepada para penghadap diharuskan
mempunyai wawasan dan pandangan yang luas terkait dengan akta yang
dibuatnya. Karena selain mengkonstantir kehendak para pihak Notaris juga dapat
mengarahkan isi akta agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya diharapkan lebih
bersikap hati-hati dalam segala pembuatan Akta Autentik dalam hal ini pembuatan
Akta pendirian PT, Untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan kemudian hari
yang mengakibatkan kerugian kepada pihak terkait karena pada dasarnya Akta
Notaril sebagai alat bukti yang terkuat dan terpenuh serta bersifat preventif.

Daftar Pustaka

Buku
Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.
Efendi, Joenaedi, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Prenadamedia
Group, Depok, 2016.
Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas cet.6, Sinar Grafika, Jakarta, 2016.
Harris, Freddy & Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, cet.1 Ghalia Indonesia,
Bogor, 2010.
Hartanto, J. Andy, Hukum Harta Kekayaan Perkawinan Menurut “Burgelijk Wetboek”
dan undang-Undang Perkawinan cet. 2, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2012.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005.
Nadapdap, Binoto, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang No.40
Tahun 2007), Permata Aksara, Jakarta, 2016.
Rajagukguk, Erman, Butir-Butir Hukum Ekonomi, Lembaga Studi Hukum dan
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2011.
Sembiring, Rosnidar, Hukum Keluarga Harta-harta benda dalam Perkawinan, PT.Raja
grafindo Persada, Jakarta, 2016.
Subekti, R. & R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata cetakan
ketigapuluh Sembilan, Pradnya Paramita, Jakarta, 2008.
Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta Cet.1,
Mandar Maju, Bandung, 2011.
422 No. 2 VOL. 3 JULI 2018: 407 - 422

Syamsudin, M., Operasionalisasi Penulisan Hukum, PT. RajaGrafindo Persada,


Jakarta, 2007.
Tugas Akhir
Lambe, Devie, “Peran dan Tanggung Jawab Notaris dihubungkan dengan Kinerja
Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) dalam Pendirian PT”, Tesis,
Universitas Indonesia, Jakarta, 2011.
Internet
“Peraturan Pemerintah No. 24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik”, http://setkab.go.id/inilah-pp-no-242018-
tentang-pelayanan-perizinan-berusaha-terintegrasi-secara-elektronik/,
diakses tanggal 14 Desember 2018.

You might also like