129-Article Text-191-1-10-20210809

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol.

19, Edisi 1 (2020)

STUDI PERBAIKAN FORMULASI DYESTUFF PADA MIXING COLOR


SEBAGAI ALTERNATIF PERBAIKAN KERATAAN WARNA PADA
PEWARNAAN DASAR (DYEING) KULIT DOMBA GREEN CABRETTA

Helis Rianti1), Elis Nurbalia1), Prasetyo Hermawan1)


Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit Politeknik ATK Yogyakarta
[email protected], [email protected], [email protected]

Jl. Ring Road Selatan, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul.


www.atk.ac.id email : [email protected]

ABSTRACT
The aim of this study was to find a solution to the problem of the dyeing process of
Sheep Cabretta Glove skin that experiences uneven color. One of the causes of
uneven color is based on the use of different types of dyestuffs. In changing the
formulation of dyeing, the focus is on replacing similar dyestuffs with acid dyes or
metal complex dyes. The expected result is that the mixing of the two colors will
be more optimal and the color on the skin is evenly distributed. The factors that
influence the basic coloring process are pH, temperature, time, and IEP (Iso
Electric Point). The raw material used is quality I - IV / V TBL of sheep crust, with
shaving thickness of 0.5 - 0.55 mm, and the number of 5 sheets or 16.54 sqft with
a weight of 1200 gr. While the auxiliary materials used in the dyeing processed are
, Inoderme Green CJR (metal complex dyes), Coriacide Yellow 3JN (acid dyes),
Ammonia, Synectan LB. The stages of the processed carried out are wetting back,
retanning, fixation, dyeing, fatliquoring, shaving, and Top Fat. The method used
are of observation, interviews, direct work practice, and literature study. The dyeing
process method used for making sheep Cabretta glove articles is a through dyeing
method. The expected results are uniform color leather by mixing similar dyestuffs,
namely acid dyes or metal complex dyes and the skin obtained is green, according
to organoleptic views it is not in accordance with customer standards, So that a
literature study was carried out to change the dye formulation by using acid dyes,
namely Coriacide Yellow 3JN with Coriacide Green BS or Coriacide Dark Green
JT dyes and metal complex dyes namely Inoderme Green CJR with Inoderm
Yellow JS or Melioderm HF Yellow R dyes which are expected to increase the
uniform of color on the skin surface. .
Keywords: Uniform color, dyeing, dyestuff replacement, Cabretta glove leather

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pemecahan masalah pada proses
pewarnaan/ dyeing kulit sheep cabretta glove yang mengalami ketidak rataan
warna. Penyebab ketidak rataan warna salah satunya disebabkan pada
penggunaan jenis zat warna/ dyestuff yang tidak sama. Perubahan formulasi
merupakan salah satu alternatif penyelesaian masalah yang difokuskan dengan
menyamakan jenis dyestuff pada saat pencampuran dyestuff dengan dengan jenis
acid dyes atau metal complex dyes. Hasil yang diharapkan pencampuran terhadap
kedua warna menjadi lebih optimal dan warna pada kulit merata. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pewarnaan dasar yaitu pH, temperatur, waktu, dan
TIE (Titik Iso Elektrik). Bahan baku yang digunakan adalah kulit crust domba

29
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

kualitas I – IV / V TBL, dengan tebal shaving 0,5 – 0,55 mm, dan jumlah 5 lembar
atau 16,54 sqft dengan berat 1200 gr. Sedangkan bahan pembantu yang
digunakan dalam proses dyeing yaitu Inoderme Green CJR (metal complex dyes),
Coriacide Yellow 3JN (acid dyes), Amonia, dan Synectan LB. Tahapan proses
yang dilakukan ialah wetting back, retanning, fiksasi, dyeing, fatliquoring, shaving,
dan top fat. Metode yang digunakan yaitu metode observasi, interview, praktek
kerja langsung, studi pustaka. Metode proses dyeing yang digunakan untuk
pembuatan artikel sheep Cabretta glove adalah metode through dyeing. Hasil yang
diharapkan kulit rata dengan pencampuran dyestuff sejenis yaitu acid dyes atau
pun metal complex dyes dan kulit yang diperoleh berwarna hijau ditinjau secara
organoleptis tidak sesuai dengan standar customer, sehingga dilakukan studi
pustaka untuk merubah formulasi dyestuff dengan penggunaan acid dyes yaitu
Coriacide Yellow 3JN dengan dyestuff Coriacide Green BS atau Coriacide Dark
Green JT dan metal complex dyes yakni Inoderme Green CJR dengan dyestuff
Inoderm Yellow JS atau Melioderm HF Yellow R yang diharapkan dapat
meningkatkan kerataan warna pada permukaan kulit.
Kata kunci : Kerataan warna, Proses pewarnaan, pernggantian dyestuff, Kulit
cabreta glove

PENDAHULUAN
Kulit samak (leather) menjadi salah satu komoditas yang
menjanjikan dalam dunia industri, pada era modern seperti sekarang ini.
Barang-barang yang terbuat dari kulit menjadi sebuah kebanggaan
tersendiri apabila dapat memakai dan membelinya untuk kalangan tertentu,
karena dianggap memiliki nilai gengsi tersendiri. Sehingga permintaan akan
produk-produk yang terbuat dari kulit terus meningkat.
Keterampilan dan ilmu pengetahuan sumber daya manusia di bidang
pengolahan kulit yang memadai serta ditunjang dengan permesinan kulit,
bahan kimia, industri penyamakan kulit akan mampu menghasilkan produk
kulit yang berkualitas, sehingga memenuhi kebutuhan kulit secara
maksimal. Karena sumber daya manusia yang memadai, permesinan yang
baik dan chemicals itu saling berhubugan untuk menghasilkan kulit yang
bagus. Apabila salah satu dari tiga faktor itu ada yang tidak bagus atau
kurang memadai maka kulit yang dihasilkan pun kurang maksimal.
Proses penyamakan kulit terbagi dalam empat tahapan proses yang
meliputi beam house operation, penyamakan (tanning), penyamakan ulang
(pasca tanning), dan proses terakhir adalah finishing. Untuk mendapatkan
kulit yang berkualitas, dipengaruhi oleh keberhasilan setiap tahapan-
tahapan proses pengolahan kulitnya. Sarung tangan saat ini merupakan
trend tersendiri bagi sebagian olahragawan atau atlit. Penggunaan sarung
tangan terutama sarung tangan yang berasal dari kulit masih didominasi
oleh negara luar terutama negara yang memiliki empat musim. Penggunaan

30
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

sarung tangan dari cuaca dingin maupun cuaca panas tetapi juga
digunakan untuk kelengkapan fashion (Purnomo, 2017).
Proses pasca tanning adalah tahapan dimana terjadi proses
pembentukan karakteristik kulit yang akan dibuat. Salah satu proses yang
penting dalam proses pasca penyamakan (pasca tanning) adalah proses
pewarnaan (dyeing). Tujuan proses pewarnaan adalah memberikan warna
dasar pada kulit sesuai dengan standar yang ditetapkan, terutama yang
berhubungan dengan karakteristik uji fisik, organoleptik, kimia, termasuk
persyaratan yang berhubungan dengan penggunaan jenis dyestuff
sehingga memberikan tampilan atau nilai keindahan pada kulitnya agar
dapat menambah daya tarik konsumen dan menambah nilai jual kulit
jadinya (Hermawan dkk, 2014).
Tujuan
Untuk mengetahui efek penggantian jenis dyestuff terhadap
optimalisasi kerataan warna pada artikel green cabretta.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
pengetahuan terhadap kerataan warna pada permukaan kulit dengan
memperhatikan penggunaan jenis dyestuff yang sejenis sehingga dapat
menghasilkan warna yang merata secara optimal pada artikel green
cabretta.

METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
Bahan baku/Raw Material. Bahan baku yang digunakan untuk proses
dyeing kulit crust domba dengan kualitas I – IV / V TBL, tebal kulit shaving
0,5 – 0,55 mm, dan jumlah 5 lembar atau 16,54 sqft dengan berat 1200 gr.

Bahan kimia/Chemicals. Bahan kimia yang digunakan pada saat proses


pewarnaan (dyeing) yaitu Inoderme Green CJR (metal complex dyes),
Coriacide Yellow 3JN (acid dyes), Amonia, dan Synectan LB.

Jalannya Penelitian
Proses pasca tanning pada artikel cabretta terdiri dari rangkaian
proses yaitu wetting back, retanning, dyeing, fixing, fatliquoring, dan fixing.
Perlakuan perubahan formulasi dilakukan pada bagian proses dyeing yaitu
dengan mengganti jenis dyes sejenis diantaranya yang merupakan jenis
acid dyes dan metal complex dyes.

31
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

Penelitian yang dilakukan dapat dijabarkan seperti formulasi pada Tabel 1


berikut
Tabel 1 Penggunaan Dyestuff pada Proses Dyeing Artikel Green Cabretta

Dyestuff
Proses
Green Yellow

D1 Inoderme Green 3JN Coriacide Yellow CJR

Coriacide Green BS/


D2 Coriacide Yellow CJR
Coriacide Dark Green JT

Inoderm Yellow JS/ Melioderm


D3 Inoderme Green 3JN
HF Yellow R

Tabel 2 dibawah ini merupakan index color acid dyes dan metal complex
dyes yang merupakan karakteristik dari jenis dyestuff pada tabel 1.

Tabel 2 Index Color Dyestuff Acid dan Metal Complex

Metal Stability Fastnesst Solubility (g/l)


Dyestuff Penetrasi
Komponen to Acid to Acid 200C 600C

Coriacide Yellow CJR 3-4 Free 3 5 20 30

Inoderme Yellow JS 3-4 Cr 5 4 50 50

Melioderm HF Yellow R 4 Co 5 5 60 60

Inoderme Green 3JN 4-5 Cu 5 5 100 100

Coriacide Green BS 4-5 Free 5 5 70 70

Coriacide Dark Green JT 4 Free 5 5 75 75


(Sumber : Stahl Neo Global Core Range 2019 – Wet End)

Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penentuan kerataan warna kulit
green cabretta pada masing masing perlakuan perbedaan jenis dyestuff
yang digunakan adalah secara organoleptis pada pengamatan kerataan
warna pada permukaan kulit artikel green cabretta

HASIL DAN PEMBAHASAN


Menurut Covington (2009), Pewarnaan dasar merupakan tahapan
penting dalam penyamakan kulit yang merupakan sifat pertama kulit untuk

32
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

menjadi taksiran pelanggan, ketika warna terpenetrasi kedalam kulit,


pewarnaan dasar merupakan salah satu proses dalam penyamakan kulit
yang memberikan warna kulit agar memiliki nilai keindahan, karena proses
ini menentukan warna kulit jadi yang dinginkan.
Tujuan pewarnaan dasar adalah memberikan warna dasar pada kulit
sesuai dengan standar yang ditetapkan, terutama yang berhubungan
dengan karakteristik uji fisik, organoleptis, kimia, termasuk persyaratan
yang berhubungan dengan penggunaan jenis dyestuff (Hermawan dkk,
2014).
Berdasarkan pada formulasi bahwa proses pewarnaan dasar
bertujuan agar dyestuff atau warna terpenetrasi sempurna ke dalam kulit.
Metode pewarnaan yang digunakan itu ialah metode through dyeing.
Menurut Purnomo (2010), metode through dyeing adalah metode yang
bertujuan untuk menembuskan warna keseluruhan penampang kulit
dengan menggunakan sedikit air (short float), konsentrasi tinggi, dan
temperatur rendah. Dari formulasi proses dyeing menunjukan bahwa
penggunaan air sebanyak 30% yang berarti sedikit air (short float) dengan
temperatur rendah air 400C. Sehingga nantinya hasil kulit jadi akan
didapatkan dengan metode through dyeing tembus sampai ke bagian
penampang kulit. Dari hasil pengamatan proses pewarnaan dasar kulit
sheep cabretta glove berwarna hijau dan warna tembus hingga ke
penampang kulit.
Hasil yang optimal dalam proses dyeing beberapa hal yang perlu
diperhatikan ialah jenis dyestuff, angka penetrasi, ketahanan terhadap
asam terutama terhadap fomic acid, dan kelarutan. Syarat yang tertera
untuk mixing color salah satunya memiliki perbedaan / selisih nilai penetrasi
(1-5) tidak lebih dari 2 (Purnomo, 2016).
Proses dyeing yang dilakukan dengan menggunakan dyestuff
berwarna hijau dengan nama Inoderme Green 3JN (metal complex dyes)
dan warna kuning dengan nama Coriacide Yellow CJR (acid dyes).
Pewarnaan ini dilakukan pada kulit artikel sheep cabretta glove, yang
diharapkan memiliki kenaturalan kulit yang menjadikan kulit tersebut tidak
perlu melalui tahapan finish. Proses dyeing dilakukan dengan
menggunakan air sebanyak 30% dan dilakukan penambahan 0,1% EDTA
yang berfungsi untuk menurunkan kesadahan air, hal tersebut dikarekan
kesadahan air terbilang cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi proses
pewarnaan dan dyestuff yang digunakan.
Penggunaan Synektan LB dan Amonia digunakan sebagai
penetrating dan levelling agent. Bahan pembantu Amonia merupakan
bahan pembantu yang berbentuk cair, berwarna bening, bersifat basa

33
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

lemah, berbau menyengat, memiliki pH 6,5-7,0 termasuk bahan yang


mudah larut dalam air, alkohol dan eter. Penggunaan ammonia bertujuan
untuk membantu penetrasi dyestuff kedalam kulit sedangkan Synektan LB
berbentuk serbuk dan berwarna kekuningan, memiliki pH 6,5-7,0, dan
bermuatan anionik.
Menurut Covington (2009) Levelling agent yang dimasukkan
sebelum ditambahkannya dyestuff akan memiliki efek samping diantaranya
menurunkan intensitas warna hingga 1-3. Jika leveling agent ditambahkan
bersamaan dengan dyestuff hal tersebut tidak akan berpengaruh terhadap
intensitas warna, namun memberikan efek penurunan kerataan warna.
Penambahan auxiliaris berupa levelling agent untuk membantu meratakan
warna pada permukaan kulit. Mekanisme kerjanya berdampingan dengan
dyestuff yang bermuatan sama. leveling agent bekerja menyamaratakan
muatan pada kulit sehingga dyestuff dapat terdistribusi secara merata.
Levelling agent terlebih dahulu mengeblok muatan pada dyestuff sebelum
terjadinya ikatan antar dyestuff dengan serat. Sehingga dyestuff mengalami
persebaran terlebih dahulu secara merata sebelum terjadinya pengikatan
terhadap kulit. Penggunaan auxiliaries bermuatan anionik dengan dyestuff
bermuatan anionik akan bekerja sebagai levelling agent, dan terhadap
dyestuff bermuatan kationik akan berperan sebagai fixing agent (BASF,
2009).
Hasil maksimal didapatkan pada proses kulit sarung tangan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu penggunaan jenis cat dasar
(dyestuff). Cat dasar yang digunakan adalah yang memiliki nilai penetrasi
1-5, karena semakin tinggi nilai penetrasi dyestuff maka dyestuff akan lebih
cepat terpenetrasi ke dalam kulit. Macam macam jenis dyestuff dapat
digolongkan sebagai berikut (Purnomo, 2016) :
1. Acid dyes
2. Direct/ Cotton/ Substative dyes
3. Metal complex dyes
4. Reaktive dyes

Jhon (1997), Penggunaan cat dasar tergantung dari permintaan jenis


ketahanan warna kulit dan tujuan artikel kulit yang akan diproduksi, karena
setiap jenis cat dasar memiliki karakter yang berbeda beda satu dengan
yang lainnya. Untuk menghasilkan ketahanan warna yang sesuai dengan
sifat dan keunggulannya. Penggunaan cat dasar yang digunakan untuk
proses dyeing pada mixing color kulit sheep cabretta glove ialah Inoderme
Green 3JN berbentuk serbuk berwarna hijau, memiliki angka penetrasi 4-5,
ketahanan terhadap asam 5, ketahanan terhadap formic acid 5, tembaga
(Cu) metal component dan solubility to 200C dan 600C ialah 100.

34
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

Sedangkan pada dyestuff Coriacide Yellow CJR berbentuk serbuk


berwarna kuning, memiliki angka penetrasi 3-4, ketahanan terhadap asam
3, ketahanan terhadap formic acid 5, free metal component dan solubility to
200C sebesar 20 g/l dan 600C sebesar 30 g/l (End S. N., 2020).
Pengujian (trial) yang dilakukan dengan melarutkan Coriacide Yellow
CJR dan Inoderme Green 3JN secara bersamaan menggunakan air dengan
suhu 400C. pencampuran yang dilakukan dengan metode tersebut terhadap
kedua dyestuff membuat kelarutan antara dyestuff hijau dan kuning tidak
larut secara sempurna. Hal tersebut dikarenakan kedua dyestuff memiliki
angka solubility terhadap suhu tertentu yang bebeda. Dyestuff Coriacide
Yellow CJR memiliki angka solubility yang lebih rendah dibandingkan
dengan dyestuff Inoderme Green 3JN, sehingga kedua dyestuff tersebut
tidak dapat dilakukan pelarutan secara bersamaan. Kelarutan yang tidak
optimal akan menyulitkan penetrasi dan homogenitas yang sempurna, serta
menyebabkan warna belang dipermukaan kulit. Selain itu ditemukan bahwa
dyestuff berwarna hijau Inoderme Green 3JN merupakan jenis metal
complex dan dyestuff berwarna kuning Coriacide Yellow CJR merupakan
jenis acid dyes. Sehingga perubahan formulasi pada dyeing sangat
dianjurkan untuk meningkatkan keratawaan warna pada kulit.
Penerapan penggunaan jenis acid dyes dapat dilakukan dengan
melakukan penggantian warna hijau dyestuff Inoderme Green 3JN dengan
dyestuff Coriacide Green BS atau Coriacide Dark Green JT. Penggunaan
acid dyes ini juga dapat meminimalisis terjadinya reaksi terhadap
penggunaan Trilon B pada tahapan proses. Trilon B merupakan senyawa
EDTA (etilenadiaminatetraasetat), penggunaan pada EDTA bertujuan
untuk mengurangi tingginya kesadahan air yang ada pada tahapan proses
sebelum dyeing. Penambahan EDTA juga dapat meminimalisir terjadinya
kesalahan pada proses pewarnaan (dyeing) apa bila air yang digunakan
memiliki kesadahan yang tinggi. Sehingga penggunaan acid dyes ini
menjadi pilihan untuk meningkatkan kerataan warna akibat penggunaan
dyes yang tidak sejenis.
Walaupun index color yang tertera pada jenis acid dyes ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan jenis metal complex, namun acid dyes
tetap memikiki kelebihan diantaranya (Purnomo, 2016) :
a. Ketahanan terhadap air sadah tinggi (tidak mengendap).
b. Tidak menimbulkan efek bronzing walau penggunaannya berlebihan,
kecuali bila digunakan dengan disemprotkan.
c. Mempunyai ketahanan gosok, cahaya, keringat yang relatif baik dengan
nilai 3-5.
d. Mempunyai penetrasi yang baik terhadap kulit.

35
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

Pencampuran (mixing) dyestuff Coriacide Yellow CJR dan dyestuff


Coriacide Green BS atau Coriacide Dark Green JT dilakukan pelarutan
dengan menggunakan air pada dengan suhu antara 20 oC - 60oC secara
terpisah. Hal ini dikarenakan angka solubility yang dimiliki oleh acid dyestuff
ini berbeda cukup jauh antara keduanya. Coriacide Yellow CJR pada suhu
20oC memiliki angka solubility 20 g/l dan pada 60oC memiliki angka 30 g/l,
sedangkan pada Coriacide Green BS pada suhu 20oC-60oC memiliki angka
solubility 70 g/l dan Coriacide Dark Green JT pada suhu 20oC-60oC memiliki
angka solubility 75 g/l. Sehingga pelarutan tidak akan sempurna jika
dilakukan secara bersamaan.
Menurut Purnomo (2016), cat metal kompleks adalah dyes yang
mengandung komponen metal didalam struktur kimianya. Fungsi metal
sebagai koordinatif dari dua atau lebih molekul dyes. Jenis metal yang
sering digunakan adalah krom (Cr), besi (Fe), kobalt (Co), Tembaga (Cu).
Ada beberapa kelebihan pewarna ini dibandingkan dengan jenis dyes yang
lain, diantaranya adalah :
1. Sangat stabil terhadap perubahan pH walaupun pada pH 3, dimana
biasanya merupakan titik krusial bagi dyes terutama jenis direct
2. Warna sangat rata
3. Warna lebih tajam dibandingkan pewarna direk tetapi lebih rendah
dibandingkan dengan cat asam
4. Ketahanan terhadap cahaya, fatliquor, syntan sangat baik
Pengembangan pewarna untuk kulit dengan sifat ketahanan yang
khusus yang mudah dikombinasi dan mempunyai sifat penetrasi yang
bagus sebagian besar tersedia dalam bentuk serbuk. Ada dua tipe metal
complex dyes yang sering digunakan yaitu :
1. Cat metal complex 1:1
Ini berarti dalam komponen cat metal kompleks terdapat kandungan
satu mol chrome dan satu mol dyes tipe ini bersifat larut air.
2. Cat metal complex 1:2
Ini berarti dalam komponen cat metal kompleks terdapat kandungan
satu mol chrome dan dua mol. Dyes tipe ini bersifat larut terhadap
pelarut organik, sehingga umumnya digunakan sebagai liquid dyestuff
(LD)
Penggunaan metal komplek lebih dianjurkan, hal ini dikarenakan kulit
artikel sheep cabretta glove diutamakan untuk tidak dilakukannya finishing
guna mempertahankan ke naturalan dari kulit tersebut. Penggunaan metal
complex dyes dapat menghasilkan efek ketahanan cahaya yang sangat
bagus dan ketahanan cuci serta mempunyai daya penetrasi yang bagus.
Sebagian besar digunakan untuk aplikasi pewarnaan garment dan sarung

36
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

tangan untuk warna pastel (warna muda). Untuk menghasilkan proses


pewarnaan yang sempurna, dapat dilakukan dengan menggunakan suhu
yang tidak terlalu tinggi dan pH <5. Selanjutnya kombinasi dengan golongan
pewarna yang lain atau bahan kompleks seharusnya dapat dihindarkan
karena demetalisasi pada cat kompleks mungkin terjadi, serta
menghasilkan perubahan pada warna atau kehilangan ketahanan (Jhon,
1997).
Pemilihan metal complex dyestuff yang diberikan untuk mixing color
memiliki dua pilihan yaitu Inoderm Yellow JS dan Melioderm HF Yellow R.
Kedua dyestuff memiliki jenis yang sama dengan dyestuff berwarna hijau
yang digunakan yaitu Inoderme Green 3JN, namun keduanya masih
memiliki spek color index yang lebih rendah dibandingkan dengan dyes
berwarna hijau. Dyestuff kuning yang merupakan produk keluaran
produsen Stahl. Dari berbagai jenis acid dyes maupun metal complex
hampir keseluruhan dyes dengan warna kuning memiliki nilai color index
yang cukup rendah dibandingkan dengan warna dyestuff yang lainnya.
Sehingga penambahan levelling agent sangat dianjurkan untuk lebih
memaksimalkan kerataan warna pada kulit.
Penggunaan yang dianjurkan sebagai pengganti warna dari dyestuff
Coriacid Yellow CJR yang merupakan jenis acid dyes ialah dyestuff dengan
jenis metal complex yang memiliki jenis yang sama dengan dyes Inoderme
Green 3JN, dyes tersebut yakni Inoderm Yellow JS dan Melioderm HF
Yellow R. Dari hasil data color index diatas, dyes yang memiliki range nilai
yang mendekati dengan dyes Inoderme Green 3JN ialah dyes Melioderm
HF Yellow R. Namun ditemukan permasalahan yang akan muncul jika
penggunaan metal complex dyes ini dicampurkan dengan penambahan
EDTA pada proses pra-dyeing. Senyawa EDTA (etilenadiaminatetraasetat)
yang ditambahkan sebagai penurunan tingkat kesadahan air, dapat
berpengaruh terhadap unsur metal yang terdapat pada metal complex dyes.
EDTA yang ditambahkan dapat mengabsorbsi senyawa mineral atau metal
yang terkandung dalam metal complex dyes, setelah itu unsur metal akan
berikatan dengan EDTA dan kemudian mengalami pengendapan.
Hilangnya unsur metal pada dyes dapat mengakibatkan menurunnya
tingkat fastness dyes tersebut, hal ini terjadi karena unsur metal pada dyes
berperan sebagai koordinatif dari dua atau lebih molekul dyes (Purnomo,
2016).

KESIMPULAN
1. Penggunaan dyestuff sejenis dapat meningkatkan kerataan warna pada
saat proses mixing color.

37
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 19, Edisi 1 (2020)

2. Penggunaan dyestuff jenis metal complex dapat mengalami demetalisasi


apa bila dilakukan pencampuran dengan jenis dyestuff lainnya yaitu acid
dyes.
3. Penggunaan metal complex dyes memiliki kelemahan jika
penggunaannya disertakan dengan EDTA, sedangkan untuk jenis acid
dyes tidak berpengaruh terhadap penggunaan EDTA.
4. Memperhatikan index color pada masing masing dyestuff dapat
membantu perlakuan dyestuff pada saat akan dilakukan proses dyeing

DAFTAR PUSTAKA
BASF. (2007). Pocket Book For Leather Technology. Fourth Edition.
Covington, T. (2009). Tanning Chemistry The Science of Leather. UK: The
University of Northampton.
End, S. N. (2020, April 17). “Metal Free Dyestuff For Carefree Colored
Leather with Coriacide”. Retrieved from stahl.com:
https://www.stahl.com/leather/wet-end/dyes/coriacide
End, S. N. (2020, April 17). Melioderm and Inoderme Metal Complex Dyes
Keep Leather Looking Beautiful for Longer. Retrieved from
stahl.com: https://www.stahl.com/leather/wet-end/dyes/inoderme-
melioderm
Gerhard, J. (1997). Possible Defect in Leather Production. New York:
Repbelishing Company Huntington.
Hermawan, P., Abdullah, S. S., & Purnomo, E. (2014). Teknologi
Pengolahan Kulit. Yogyakarta: Akademi Teknologi Kulit.
Purnomo, E. (2010). Teknologi Pasca Tanning. Yogyakarta: Akademi
Teknologi Kulit.
Purnomo, E. (2016). Colour and Leather. Yogyakarta: Politeknik ATK
Yogyakarta.
Purnomo, E. (2017). Teknik Penyamakan Kulit Sarung Tangan. Yogyakarta:
Politeknik ATK Yogyakarta.
Purnomo, E. (2017). Teknologi Pasca Tanning. Yogyakarta: Politeknik ATK
Yogyakarta.

38

You might also like