Pelatihan Singkat Tentang Pengetahuan Dan Keterampilan Dalam Deteksi Dini Perkembangan Anak Balita

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PELATIHAN SINGKAT TENTANG PENGETAHUAN DAN

KETERAMPILAN DALAM DETEKSI DINI


PERKEMBANGAN ANAK BALITA
Husni, Asmawati

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Keperawatan,


Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Bengkulu
[email protected]

Abstract: The incidence of child development deviation in Indonesia reached 13% -18%.
About 16% of children under five years got neurodevelopmental and brain disorders from
mild to severe. This study aimed to determine the effect of brief training by using Pre-
Screening Questionnaire Development (KPSP) to improve the knowledge and skills of
parents in detection of child development. This study was quasi experimental with pre-
post test only. The population in this study were the parents / guardians of children at
kinder garten of Baitul Izzah and Al Hasanah Bengkulu City. Samples were parents who
have never participated in training and at least high school education. Number of samples
56 (28 intervention and 28 control) taken with concecutive sampling techniques. Data
collection were using questionnaire for knowledge and checklist for skills. Statistical test
independent t-test at the α 5% (one tail). The results showed the average age was 33
years, the average income was 2.3 million per month, more mothers working and have
higher education. There were the difference in knowledge after being given brief training
of 27.5 (p value = 0.000) and the difference in ability between the intervention and
control groups (p value = 0.000). Effectiveness of brief training to increase the knowledge
of 35%. factor affecting the mother's knowledge was the age (p 0.001; OR: 2.12). We
concluded that parents are expected to apply the child development detection according to
ability at home and it is needed training for other parents.
Keywords: Training, Knowledge, Development, Child

Abstrak: Angka kejadian deviasi perkembangan anak di Indonesia mencapai 13%-18%.


Sekitar 16 % anak dibawah usia lima tahun mengalami gangguan perkembangan saraf
dan otak mulai ringan hingga berat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
pelatihan singkat penggunaan Kuisioner Pra Screening Perkembangan (KPSP) terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam deteksi perkembangan anak.
Jenis penelitian quasi eksperimen dengan pre post test only. Populasi dalam penelitian ini
adalah orang tua /wali murid anak PAUD Baitul Izzah dan PAUD Al Hasanah Kota
Bengkulu. Sampel adalah orang tua balita yang belum pernah mengikuti pelatihan dan
pendidikan minimal SLTA. Jumlah sampel 56 orang (28 intervensi dan 28 kontrol)
diambil dengan teknik concecutive sampling. Pengumpulan data pengetahuan dengan
kuisioner dan data keterampilan menggunakan checklist. Uji statistik independent t-test
pada α 5% (one tail). Hasil penelitian menunjukkan usia rata-rata orang tua adalah 33
tahun, penghasilan rata-rata 2,3 juta perbulan, lebih banyak ibu bekerja, berpendidikan
tinggi. Ada perbedaan pengetahuan setelah diberikan pelatihan singkat sebesar 27.5 (p
value =0.000) dan perbedaan kemampuan antara kelompok intervensi dan control (p
value=0.000). Efektifitas pelatihan singkat terhadap peningkatan pengetahuan sebesar 35
%. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu adalah usia (p 0.001 ; OR : 2,12). Orang

071
072 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 1, April 2017, hlm. 001-101

tua diharapkan menerapkan deteksi perkembangan anak sesuai kemampuan di rumah dan
perlu dilakukan pelatihan bagi orang tua lainnya.
Kata Kunci: pelatihan, pengetahuan, perkembangan, anak

Perkembangan merupakan sebuah pelayanan kesehatan dasar berupa KPSP


peningkatan skill dan kemampuan anak yang bertujuan untuk mengetahui
untuk berfungsi (perubahan secara perkembangan seorang anak apakah sesuai
kualitatif) (Pilittery, 2012) yang dengan usianya ataukah ditemukan
merupakan salah satu determinan kecurigaan penyimpangan yang yang dapat
kesehatan yang penting dalam rentang dilakukan tenaga kesehatan, kader, guru
kehidupan tertentu. (Anderson, et al, PAUD serta orang tua. KPSP dapat
2010). Angka kejadian deviasi mengidentifikasi berbagai aspek
perkembangan pada anak di negara perkembangan, diantaranya gerakan kasar,
Amerika Serikat berkisar 12-16%, sosialisasi dan kemandirian, bicara dan
Thailand 24%, dan Argentina 22% bahasa serta motorik halus (Depkes RI,
sedangkan di Indonesia berkisar antara 2009).
13%-18% (Hidayat, 2010). Menurut Ariani Penekanan pada orangtua (parent
(2009), di Indonesia didapatkan sekitar concern) akan pentingnya perkembangan
16% anak dibawah usia lima tahun anak merupakan modal utama dalam
mengalami gangguan perkembangan saraf melakukan deteksi dini gangguan
dan otak mulai ringan hingga berat, dan perkembangan. Orang tua dapat
setiap 2 dari 1000 bayi mengalami dikenalkan tahap pertumbuhan dan
gangguan perkembangan motorik serta 1 perkembangan dari bayi baru lahir hingga
dari 100 anak mempunyai kecerdasan remaja yang dilalui melalui perencanaan
kurang dan keterlambatan bicara. asuhan keperawatan (Pilitteri, 2010).
Pembinaan perkembangan secara Penelitian yang dilakukan oleh Kadi,
komprehensif dan berkualitas Garna & Fadlyana (2008) menunjukkan
diselenggarakan melalui kegiatan bahwa metode KPSP merupakan salah satu
stimulasi, deteksi dan intervensi dini alat skrining yang dapat dilakukan untuk
penyimpangan tumbuh kembang balita menilai perkembangan anak. Penelitian
pada masa krisis tersebut. Test untuk terhadap 85 anak usia 12-14 bulan di
penilaian/skrining perkembangan pada Puskesmas Garuda Bandung dan Rumah
seorang anak yang sudah terbukti Sakit Hasan Sadikin didapatkan 15 anak
menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas (17,6%) mengalami gangguan
baik adalah menggunakan Denver II dan perkembangan. Didukung penelitian
Kuisioner PreSkrining Perkembangan Ariani dkk (2009) pada 60 anak anak usia
(KPSP). Perbedaannya adalah DDST II 1-3 tahun didapatkan 26% mengalami
sampai saat ini hanya dapat digunakan perkembangan kurang baik menggunakan
pada profesi kesehatan (Depkes RI 2009). KPSP. Penelitian tentang deteksi dini
Departemen Kesehatan RI justru perkembangan anak balita menggunakan
mengharapkan pada tahun 2010, sebanyak KPSP di Kota Bengkulu belum peneliti
80% anak balita sudah dilakukan temukan dari berbagai sumber.
penilaian/skrining perkembangan agar Berdasarkan data hasil survei awal di
dapat dilakukan intervensi dini terhadap beberapa sekolah taman kanak-kanak (TK)
anak yang dicurigai mengalami gangguan yang ada kota Bengkulu didapatkan bahwa
perkembangan (Depkes,2009). Deteksi banyak orang tua belum memiliki
dini tumbuh kembang yang bertujuan pengetahuan dan keterampilan tentang
untuk identifikasi dini perkembangan anak deteksi perkembangan anak serta belum
usia 3 bulan sampai 6 tahun di tingkat pernah ada program pemberian informasi
Husni, dkk, Pelatihan Singkat Tentang Pengetahuan … 073

melalui pelatihan tentang deteksi gangguan


Tabel 1. Gambaran karakteristik dan kesetaraan
perkembangan anak. responden (n=63)

BAHAN DAN CARA KERJA Variabel Kelompok p


value
Penelitian ini merupakan quasi Non Intervensi
eksperimental, dengan pre dan post test Intervensi (n =34)
(n = 29)
only. Penelitian ini untuk mengukur rerata Umur, mean (SD) 33(4,5) 33 (4,7)
pengetahuan dan keterampilan orang tua Median 32 33
tentang deteksi dini perkembangan anak Min-maks 31-35 31-35 0,758
CI 95 % 31,6 – 35,2 31,4 – 34,7
melalui pemberian intervensi pelatihan
singkat metode KPSP pada kelompok Penghasilan
intervensi dan pemberian modul pada mean (SD) 2,3 (1,2) 2,3 (0,72)
kelompok non intervensi. Populasi dalam Median 2,0 2,0 0,868
Min-maks 1-7 1-7
penelitian ini adalah orang tua/wali murid CI 95 % 1,9 – 2,8 2,0 – 2,5
anak balita di PAUD wilayah Kota
Pekerjaan ∑ (%)
Bengkulu. Kriteria sampel ibu yang belum Bekerja 17 (51,5) 18 (60) 0,122
pernah mengikuti pelatihan tumbuh Tidak bekerja 12 (40) 16 (48,5)
kembang, bersedia mengikuti kegiatan Pendidikan ∑ (%)
pelatihan, pendidikan minimal SMP, anak SMA 5 (23,8) 16 (76,2) 0,08
sekolah di PAUD Kota Bengkulu. PT 26 (59,1) 18 (40,9)
Penelitian dilaksnakan dari bulan
Nopember-Desember 2014. Data
pengetahuan diukur melalui pre and post Efektifitas Intervensi Pelatihan Singkat
test. Keterampilan tentang deteksi tumbuh terhadap Pengetahuan dan
kembang melalui format KPSP. Analisis Keterampilan Orang Tua dalam Deteksi
dilakukan dengan uji T dan multivariate Perkembangan Anak Balita
menggunakan regresi liner ganda. Pengetahuan dan keterampilan
responden tentang deteksi perkembangan
HASIL anak dinilai setelah kegiatan pelatihan
selesai pada hari kedua pelatihan untuk
Karakteristik Responden kelompok intervensi. Kelompok non
Responden dalam penelitian ini intervensi pengetahuan dan keterampilan
berjumlah 63 orang, karakteristik dinilai setelah 2-3 hari membaca modul
responden dapat digambarkan dalam tabel pelatihan.
1. Tabel 2. menjelaskan bahwa terdapat
Tabel 1. menunjukkan bahwa umur, perbedaan pengetahuan responden setelah
pendidikan pekerjaan dan penghasilan diberikan intervensi sebesar 17,5 point.
keluarga berdistribusi normal (p value > α Intervensi pelatihan efektif dalam
= 0,05). meningkatkan pengetahuan sebesar 35
%.
074 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 1, April 2017, hlm. 001-101

Tabel 2. Perbedaan Pengetahuan Dan Keterampilan Dalam Deteksi Perkembangan Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Intervensi Di Kota Bengkulu Tahun 2014 (N = 63)

Pengetahuan dan Keterampilan Deteksi Perkembangan

Variabel Sebelum Sesudah Selisih (B- Perubahan Perubahan Efektifitas


intevensi (A) intervensi (B) A) mean dalam kelompok antarkelompok (%)
mean (SD) mean (SD) (SD) (p value) (p value)
Pengetahuan
Non intervensi 64,8 (10,9) 69,6 (11,0) 4,8 (7,9) 0,001* 0,000* 35,03 %
Intervensi 61,4 (19,0) 78,9 (18,7) 27,5 (1,4)
Keterampilan
Non intervensi 44,1(32,4) 0.000*
Intervensi 88,7(12,2)

Analisis Multivariat orang tua dalam deteksi perkembangan


balita dianalisis secara multivariat untuk
Pengaruh Intervensi dan Karakteristik mengidentifikasi adanya perubahan
Responden terhadap Peningkatan pengetahuan dan keterampilan orang tua
Pengetahuan dan Keterampilan dalam setelah diberikan pelatihan singkat.
Deteksi Perkembangan Anak Balita
Analisis regresi linear ganda dapat
dijelaskan pada tabel 3.
Karakteristik yang berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan

Tabel 3. Karakteristik Responden yang Berkontribusi terhadap Pengetahuan Orang Tua dalam Deteksi
Perkembangan Anak Balita

Karakteristik B SE B P r R²
Intervensi dan control 12.131 2.944 0.379 0.000 0.749 0,562
Usia -0.237 0.318 -0.068 0.459
Pendidikan 1.870 3.382 0.055 0.582
Penghasilan 1.355 1.505 0.081 0.372
Pengetahuan pra intervensi 0.666 0.097 0.646 0.000

Tabel 3 menunjukkan bahwa orang tua dalam deteksi perkembangan


karakteristik responden memliliki anak balita sebesar 58 % (R² = 0,581).
hubungan (r = 0,749) dengan pengetahuan Variabel yang tidak memiliki pengaruh
orang tua tentang deteksi perkembangan adalah pengetahuan post intervensi,
anak balita sebesar 56,2 % (R² = 0,562). pekerjaan, pendidikan dan penghasilan
Variabel yang tidak memiliki pengaruh responden. sehingga variable tersebut
adalah variable tingkat usia, pendidikan harus dikeluarkan dari pemodelan multi
dan penghasilan responden. variate. Hasil pemodel akhir yang dapat di
Dari analisis tabel 5 meunjukkan lihat pada tabel 6.
bahwa karakteristik responden memliliki
hubungan (r = 0,763) dengan keterampilan

Tabel 6. Karakteristik Responden yang Paling Berkontribusi terhadap Keterampilan Orangtua dalam Deteksi
Perkembangan Anak Balita

Karakteristik B SE B p r R²
Constant 114.836 20.434 0.000* 0. 748 0.559
Intervensi dan control 43.856 5.490 0.674 0.000*
Usia ibu -2.122 0.601 -0.298 0.001*
Husni, dkk, Pelatihan Singkat Tentang Pengetahuan … 075

Tabel 6 menunjukkan skor Efektifitas Intervensi Pelatihan Singkat


keterampilan orang tua dalam deteksi terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
perkembangan anak sebelum diberi Keterampilan dalam Deteksi
pelatihan singkat dapat menjelaskan variasi Perkembangan Anak Balita
keterampilan orang tua tentang deteksi
perkembangan balita sebesar 55,9 %. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
Persamaan regresi yang diperoleh adalah : terjadi peningkatan skor pengetahuan
Keterampilan deteksi perkembangan tentang deteksi tumbuh kembang balita
balita = 114.836 + 43.856 pelatihan – pada kelompok intervensi maupun
2.122 usia kelompok non intervensi. Peningkatan skor
Pemodelan menjelaskan kelompok pengetahuan lebih banyak terjadi pada
yang diberikan pelatihan singkat tentang kelompok intervensi dengan rerata
deteksi perkembangan menggunakan peningkatan sebesar 27,5. Efektifitas
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan pelatihan singkat dapatmeningkatkan
(KPSP) lebih tinggi skor keterampilan pengetahuan dan keterampilan orang tua
deteksi perkembangan balita sebesar 43, sebesar 35%. Untuk lebih jelas dapat
856 point setelah dikontrol dilihat pada gambar 1.

100

50 kelompok non intervensi


kelompok intervensi
0
skor pengetahuan pra intervensi skor pengetahuan post intervensi

Gambar 1. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Orang Tua Setelah Dilakukan Intervensi

PEMBAHASAN sangat berpengaruh terhadap keterampilan


seseorang.
Perbedaan Pengetahuan dan
Keterampilan Responden tentang Moekijat, (1993) menyatakan bahwa
Deteksi Perkembangan Anak “pelatihan adalah suatu bagian pendidikan
Menggunakan KPSP yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan
Sesuai dengan pernyataan
keterampilan diluar sistem pendidikan
Notoatmodjo (2005) bahwa Pengetahuan
yang berlaku, dalam waktu yang relatif
atau kognitif merupakan dominan yang
singkat dan dengan metode yang lebih
sangat penting untuk terbentuknya
mengutamakan praktek daripada teori”.
tindakan seseorang dan untuk merubah
Hasil penelitian juga sejalan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku adalah
hasil penelitian bidan di kabupaten
dengan pendidikan dan latihan. Depkes
Kuningan, Cirebon menunjukan bahwa
(2008) menyatakan bahwa tujuan pelatihan
sebagian besar bidan (83.3%) yang
merupakan upaya peningkatan sumber
mendapatkan pelatihan APN mempunyai
daya manusia termasuk sumber daya
keterampilan yang tinggi dalam mengisi
manusia tenaga kesehatan, kader
partograph (Zarri 2003). Pelatihan dengan
posyandu, agar pengetahuan dan
metode BBM lebih meningkatkan
keterampilannya meningkat. Sejalan
pengetahuan dan keterampilan kader gizi
dengan Azwar (1983) menyatakan bahwa
dalam kegiatan posyandu dibandingkan
sejauh mana pengetahuan yang diperoleh,
metode konvensional (Sukiarko, 2007).
076 Jurnal Media Kesehatan, Volume 10 Nomor 1, April 2017, hlm. 001-101

Pengaruh Karakteristik terhadap Efektifitas Pelatihan terhadap


Pengetahuan dan Keterampilan Peningkatan Pengetahuan dan
Responden tentang Deteksi Keterampilan Responden tentang
Perkembangan Anak Menggunakan Deteksi Perkembangan Anak
KPSP Menggunakan KPSP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian didapatkan bahwa
karakteristik responden memliliki terjadi peningkatan pengetahuan tentang
hubungan dengan pengetahuan dan deteksi tumbuh kembang balita pada
keterampilan orang tua tentang deteksi kelompok intervensi maupun kelompok
perkembangan anak balita. Hasil uji regresi non intervensi. Peningkatan skor
didapatkan bahwa kelompok yang pengetahuan lebih banyak terjadi pada
diberikan pelatihan singkat tentang deteksi kelompok intervensi dengan rerata
perkembangan menggunakan Kuisioner peningkatan sebesar 27,5. Efektifitas
Praskrining Perkembagan (KPSP) lebih pelatihan singkat dapat meningkatkan
tinggi skor pengetahuan tentang deteksi pengetahuan dan keterampilan orang tua
perkembangan balita sebesar 11,724 point sebesar 35%.
setelah dikontrol variable pengetahuan Hasil penelitian di atas sejalan dengan
awal yang dimiliki dan keterampilan pendapat Notoatmodjo (2005), pelatihan
tentang deteksi perkembangan balita memiliki tujuan penting untuk
sebesar 43,856 point setelah dikontrol usia. meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sebagai kriteria keberhasilan
Depkes (1993) menentukan komponen
program kesehatan secara keseluruhan.
yang dapat berpengaruh terhadap
Depkes (2008) menyatakan bahwa tujuan
keberhasilan pelatihan antara lain :
pelatihan merupakan upaya peningkatan
kurikulum, pengajar/pelatih,
sumberdaya manusia termasuk
penyelenggara, sarana yang digunakan,
sumberdaya manusia tenaga kesehatan,
metode serta karakteristik peserta pelatihan
kader posyandu, agar pengetahuan dan
seperti umur, pekerjaan, pendidikan, dan
keterampilannya meningkat.
pengalaman. Faktor-faktor yang dapat
Senada dengan hasil penelitian
mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah
Suharmini dkk tentang pelatihan
pendidikan, umur, pengalaman, status
karakteristik dan deteksi tumbuh kembang
sosial, ekonomi, budaya dan kondisi
anak usia dini bagi kader posyandu plus
kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Semakin
didapatkan hasil bahwa para kader yang
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
mengikuti pelatihan menyatakan
semakin tinggi pula tingkat
bertambahnya pemahaman mengenai
pengetahuannya, semakin bertambah umur
karakteristik tumbuh kembang anak dan
seseorang maka pengetahuannya akan
keterampilan mendeteksi secara dini
semakin bertambah, pengalaman seseorang
disfungsi tumbuh kembang anak.
akan menambah wacana dan meningkatkan
(Kadi.2008).
pengetahuannya, semakin tingi status
Hasil penelitian juga sejalan dengan
sosial, ekonomi, budaya dan kondisi
hasil penelitian Aulianingtias dan
kesehatan seseorang maka semakin tinggi
Kurniawan tentang penelitian pelatihan
pula tingkat pengetahuannya.
keterampilan pengasuhan dapat
meningkatkan pemahaman orang tua
tentang anak ditemukan ada perubahan
pemahaman orangtua mengenai cara
mengasuh anak. Perubahan pemahaman ini
diikuti pula dengan perubahan perilaku
orangtua mengasuh anak. Namun, hanya
Husni, dkk, Pelatihan Singkat Tentang Pengetahuan … 077

empat dari tujuh responden yang mengakui setelah dilakukan intervensi. Faktor yang
adanya perubahan ini. mempengaruhi pengetahuan responden
adalah pengetahuan yang dimiliki
KESIMPULAN sebelumnya. Pelatihan singkat efektif
Ada peningkatan rata-rata meningkatkan pengetahuan dan
Pengetahuan dan keterampilan orang tua keterampilan orang Tua sebesar 35%.

DAFTAR RUJUKAN
Anderson, L.W & David R.K. 2010. Kerangka IDAI. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta . FKUI
Landasan untuk Pembelajaran, Kadi, Garna & Fadlyana, 2008. Kesetaraan Hasil
Pengajaran, dan Asesmen Yogyakarta : Skrining Risiko Penyimpangan
Pustaka Pelajar. Perkembangan Menurut Cara KPSP dan
Ariani, dkk. 2012. Usia Anak dan Pendidikan Ibu Denver II pada Anak Usia 12-14 Bulan
sebagai Faktor Risiko Gangguan dengan Berat Lahir Rendah, Sari Pediatri,
Perkembangan Anak. Jurnal Kedokteran vol 10 no. 1
Brawijaya, Vol. 27, No. 2. Notoatmodjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku
Aulianingtias dan Kurniawan. Pelatihan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
keterampilan pengasuhan dapat Pilitteri. 2012. Maternal and Child Health Nursing,
meningkatkan pemahaman orang tua edisi 6. Philadelpia: Lippincot William
tentang anak. (www.naskah-publikasi Wilkins.
diakses 28 September 2014) Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. EGC.
Depkes, RI. 2009. Pedoman Pelatihan stimulasi, Jakarta.
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Suharmini, dkk. 2009. Pelatihan Karakteristik dan
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Kesehatan dasar. bagi Kader Posyandu Plus. Jurnal Inovasi
Dhamayanti. Meita. 2006. Kuisioner Praskrining dan Aplikasi Teknologi, vol 13, no.1.
Perkembangan (KPSP) Anak. Jurnal Sari Sukesi, dkk. 2014. Manajemen Penatalaksanaan
Pediatri, vol 8, no.1: 9-15. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak di
Hidayat. 2010. Optimalisasi Penggunaan KPSP Posyandu Kelurahan Manyaran.
pada Keluarga sebagai Upaya website.diakses 28 September 2014
Pencegahan Gangguan Perkembangan Sukiarko, 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode
Anak. www.kpsp.klg diakses 1 Oktober BBM (Belajar Berdasarkan Masalah). Tesis.
2014. Tidak Dipublikasikan.

You might also like