Keracunan Parasetamol Pada Kucing Dan Anjing: Gejala Klinis Dan Terapi
Keracunan Parasetamol Pada Kucing Dan Anjing: Gejala Klinis Dan Terapi
Keracunan Parasetamol Pada Kucing Dan Anjing: Gejala Klinis Dan Terapi
55 – 62 Vol. 10 No. 1
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
Keracunan Parasetamol pada Kucing dan Anjing: Gejala Klinis dan Terapi
Abstract
55
Yanuartono et al. Keracunan Parasetamol pada Kucing dan Anjing
56
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), Maret 2020, hal. 55 – 62 Vol. 10 No. 1
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
isoform dari enzim glucuronyl transferase yang parasetamol. Gejala akut dapat berupa kongesti
berperan dalam mediasi konjugasi. Lebih membrana mukosa, cyanosis, tachypnea,
khusus lagi, kucing relatif tidak memiliki dyspnea, tachycardia, edema pada muka atau
acetaminophen glucuronyl transferase afinitas kaki, muntah, pruritus dan depresi (Allen, 2003;
tinggi yang spesifik dan berperan dalam MacNaughton, 2003; Pothiappan et al., 2014;
mengkonjugasikan asetaminofen dengan asam Rajesh et al., 2017). Jika keracunan awal tidak
glukuronat (Allen, 2003; Court, 2013). tertangani maka terjadi gejala lanjut yang
Defisiensi enzim glucuronyl transferase terjadi 24-72 jam setelah menelan parasetamol.
tersebut menyebabkan metabolism parasetamol Gejala lanjut biasanya terkait erat dengan
lebih menggunakan jalur sitokrom P450 (Allen, nekrosis hepar, anemia hemolitika,
2003; Khan, 2014) sehingga mengakibatkan methemoglobulinemia, methemoglobulinuria,
akumulasi NAPQI (Jerzsele, 2012). Lebih disfungsi adrenal, gangguan SSP, tremor,
lanjut, NAPQI yang tidak dapat didetoksifikasi kejang, koma dan mati (Schlesinger, 1995;
akan membentuk protein yang bersifat toksik Aronson dan Drobatz, 1996; Perry, 1998; Skold
dan berperan sebagai radikal bebas sehingga et al., 2011). Diagnosis keracunan parasetamol
menyebabkan kerusakan hemoglobin, eritrosit, pada anjing dan kucing didasarkan atas
sel ginjal dan sel hepar pada kucing (Jaeschke anamnesa, riwayat pengobatan, gejala klinis
et al., 2002; Court, 2013; Wang et al., 2017). dan hasil pemeriksaan laboratoris yang
ditemukan. Ketelitian dalam anamnesa sangat
menentukan ketepatan diagnosa karena kasus
Dampak kejadian keracunan parasetamol keracunan parasetamol pada anjing dan kucing
jauh lebih berat pada kucing jika dibandingkan banyak terjadi disebabkan ketidak tahuan
dengan anjing. Laporan kasus menunjukkan pemilik dalam memberikan obat. Gejala klinis
bahwa sama sekali tidak ada dosis yang aman disertai dengan pengobatan pada kasus
untuk kucing (Richardson, 2000). Menurut keracunan parasetamol anjing dan kucing
Aronson dan Drobatz (1996) dosis toksik disajikan pada Tabel 1.
adalah 50 -100 mg/kg BB, tetapi dosis rendah Tabel 1. menunjukkan bahwa kejadian
10 mg/kg BB dapat menunjukan gejala gejala keracunan pada anjing dan kucing kebanyakan
klinis bahkan sampai kematian. Menurut karena menelan parasetamol dalam jumlah
Savides et al. (1984), gejala keracunan pada yang berlebihan (500 mg) dan tampaknya kasus
kucing muncul pada dosis 60 mg/kgBB tersebut muncul karena pemilik berinisiatif
sedangkan pada anjing biasanya muncul jika untuk memberikan pengobatan sendiri tanpa
menelan parasetamol lebih dari 200 mg/kgBB konsultasi dokter hewan. Hal tersebut
(Villar dan Buck, 1998). Judge (2018) dalam menunjukkan bahwa anamnesa sangatlah
tulisannya menyatakan bahwa dosis toksik penting pada kasus keracunan parasetamol pada
parasetamol pada kucing adalah 10 mg/kg BB, anjing dan kucing. Seperti dinyatakan oleh
sedangkan anjing 75-100 mg/kgBB. Melihat Finco et al. (1975) bahwa saat parasetamol
dosis toksik seperti yang tertera diatas maka mudah diperoleh dan dijual bebas tanpa resep
kejadian keracunan parasetamol menjadi hal maka frekuensi kejadian keracunan menjadi
yang dapat dimaklumi karena ketidak tahuan lebih sering. Gejala klinis yang muncul sangat
pemilik sehingga memberikan parasetamol bervariasi seperti depresi, lethargi, dehidrasi
yang digunakan untuk pengobatan manusia, ringan, membrana mukosa sianotik, edema
terutama dalam bentuk tablet yang biasanya pada muka, tremor, hipersalivasi, takikardia,
mengandung 500 mg. anoreksia, muntah, dehidrasi dan koma. Gejala
seperti muntah, diare, hipersalivasi, dehidrasi,
lethargi, depresi merupakan gejala yang sangat
umum dan tidak menciri sehingga diagnosa
yang tepat harus berdasarkan anamnesa yang
Gejala klinis sangatlah bervariasi dan dapat cermat, pemeriksaan klinis maupun laboratoris.
bersifat akut maupun lanjut. Gejala akut Diagnosa banding perlu dijadikan dasar
biasanya terjadi 4-12 jam setelah menelan pertimbangan supaya penentuan diagnosa bisa
57
Yanuartono et al. Keracunan Parasetamol pada Kucing dan Anjing
lebih akurat. Beberapa contoh diagnosa pada anjing (Gwaltney-Brant et al., 2000),
banding dengan gejala klinis yang mirip adalah keracunan spinosad pada kucing (Jenkins et al.,
keracunan avermectin pada anjing (Merol dan 2019), keracunan coklat pada anjing
Eubig, 2012), keracunan suplemen yang (Stidworthy et al., 1997), keracunan permethrin
mengandung asam amino 5-hydroxytryptophan pada anjing (Klainbart et al., 2014)
Tabel 1. Gejala klinis dan terapi kasus keracunan parasetamol anjing dan kucing.
Pemeriksaan
Hewan Anamnesa Gejala klinis Terapi Pustaka
laboratoris
Anjing Menelan 4- Depresi, Hemolisis darah, Apomorphine (0,375 Mariani dan
Miniature 6 kaplet pembengkakan wajah ditemukan Heinz mg/kg), suspensi Fulton, 2001
Pinscher parasetamol dan vulva, lethargi, bodies, PCV activated charcoal-
500 mg pulsus 180/menit, meningkat (60%). kaolin (10 ml/ kg PO),
frekuensi nafas N-acetylcysteine (160
40/menit. Membrana mg/kg IV), ascorbic
mukosa keruh, acid/vitamin C (20
mg/kg IV), cimetidine
(5 mg/kg IV), fluid
terapi 2,5% dekstrosa
12 ml/kg/jam
Kucing Menelan Temperatur tubuh Tidak dilakukan Activated charcoal 3 Pothiappan et
jantan parasetamol meningkat (39,1ºC), g/oral, N-acetyl al., 2014
300 mg pulsus 85/menit, cysteine (140
frekuensi nafas mg/kg/IV), Ringer
24/menit. Membrana laktat 10 ml/kg,
mukosa mata dan
mulut kongesti serta
kering, edema pada
wajah
Anjing Menelan Depresi , lethargi, Methemoglobinemia, Larutan 8,4% sodium MacNaughton,
Dalmatian parasetamol dehidrasi ringan, hemoglobinuria, bikarbonat (50 mg/kg 2003
500 mg , membrana tidak ditemukan BB, PO), asam
dengan mukosa sianotik, Heinz body, kadar askorbat (30 mg/kg
jumlah edema pada muka, glukosa darah BB, SC), larutan 20%
tidak tremor, hipersalivasi, meningkat (9,09 N-acetylcysteine (140
diketahui takikardia, mmol/L), fosfor mg/kg BB, IV) , infus
temperature tubuh rendah (0,29 0,9% NaCl (2,4
normal (37,9°C) mmol/L, mL/kg BB/jam, IV)
hipoproteinemia,
alanine
aminotransferase
(ALT) dan alkaline
phosphatase (ALP)
normal
Kucing Menelan 2 Anoreksia, muntah, Tidak dilakukan Ringer laktat (25 ml, Rajesh et al.,
betina tablet enteritis hemoragika, pemeriksaan IV),injeksi 2017
umur 3 parasetamol kebengkakan kepala, laboratoris acetylcysteine (150
bulan 500 mg urin kemerahan, mg/KgBB),
dengan dehidrasi dan koma metronidazole (20
interval mg/KgBB),
waktu 12 Amoksisilin (20
jam mg/KgBB) dan
deksametason ( 0,5
mg/KgBB)
58
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), Maret 2020, hal. 55 – 62 Vol. 10 No. 1
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
kejadian keracunan penyebab lain harus tetap Meskipun demikian pemberian activated
dicermati. Salgado et al. (2011) menyatakan charcoal perlu memperhatikan selisih waktu
bahwa keracunan Allium sp anjing atau kucing dengan pemberian N-acetylcysteine.
juga menunjukkan adanya methemoglobinemia Pemberian dengan selisih waktu tersebut perlu
dan Heinz bodies pada pemeriksaan laboratoris. dilakukan dikarena N-acetylcysteine dapat
Diagnosa banding lain adanya diabsorbsi juga oleh activated charcoal.
methemoglobinemia dan Heinz bodies adalah Menurut Rajesh et al. (2017) dan Judge (2018)
keracunan Brassica sp. pada anjing (Hendricks pemberian antibiotika seperti amoksisilin,
dan Gates, 2019), serta penggunaan anastesi metronidazol dan golongan beta laktam pada
lokal seperti lidocaine, benzocaine, tetracaine, kasus keracunan parasetamol ditujukan pada
dan dibucaine (Holtzworth, 1987). Hasil kondisi nekrosis hepar. Pemberian
pemeriksaan laboratoris yang lain seperti kadar apomorphine ditujukan untuk menginduksi
glukosa darah, fosfor, protein, ALT, ALP dan muntah sehingga diharapkan parasetamol yang
PCV dapat digunakan sebagai pendukung masih berada dalam lambung dapat
diagnosa meskipun tampaknya tidak dapat dikeluarkan. Apomorphin tidak dianjurkan
sepenuhnya mendukung penentuan diagnosa untuk kucing karena dapat menstimulasi SSP
keracunan parasetamol (Bates, 2016). secara berlebihan dan depresi pernafasan
Meskipun demikian, menurut Oros et al. (Scherkl et al., 1990; Mariani dan Fulton 2001;
(2007), keracunan parasetamol pada anjing dan Lee, 2013). Mariani dan Fulton (2001)
kucing menunjukkan terjadinya peningkatan memberikan cimetidine dalam kasus anjing
total bilirubin, ALT dan ALP, hiperglikemia keracunan parasetamol. Menurut Osweiler
dan hipoproteinemia. Terapi yang diberikan (1997), cimetidine mampu menghambat sistem
dapat berupa larutan N-acetylcysteine, oksidasi sitokrom p-450 dalam hepar sehingga
activated charcoal, apomorphine, antibiotika, diharapkan mampu menurunkan tingkat
cimetidine, infus (Ringer laktat, 0,9% NaCl) metabolisme parasetamol, meskipun
dan larutan 8,4% sodium bicarbonate . kemampuan tersebut masih menjadi
Pemberian larutan 20% N-acetylcysteine perdebatan. Ilkiw dan Ratcliffe (1987)
sebagai antidota ditujukan untuk memperbaiki menambahkan bahwa kemampuan cimetidine
kondisi hepar pada keracunan parasetamol. N- belum dievaluasi untuk kasus keracunan
acetylcysteine berperan dalam inaktivasi parasetamol pada anjing maupun kucing.
metabolit parasetamol sehingga menjadi tidak Namun demikian hasil penelitian Sehitoglu et
aktif dan juga berfungsi sebagai prekursor al. (2017) dengan menggunakan hewan coba
glutathione (Nash and Oehme, 1984; tikus Sprague Dawley jantan menunjukkan
Plumb,1999). Menurut Donova (1998) N- kemampuan cimetidine melindungi hepar dari
acetylcysteine berperan juga dalam kerusakan akibat keracunan parasetamol.
menurunkan tingkat kerusakan hepar dan Pemberian larutan infus seperti Ringer
methemoglobinemia melalui konjugasi dengan laktat atau 0,9% NaCl sebagai terapi suportif
metabolit reaktif parasetamol dan ditujukan untuk memperbaiki perfusi jaringan
mengembalikan glutathione ke level normal. dan status hidrasi tubuh, sedangkan larutan
Antidota lain yang dapat digunakan adalah 8,4% sodium bicarbonate diberikan jika ada
ascorbic acid (vitamin C). Menurut Hjelle dan indikasi terjadinya asidosis metabolik (Oros et
Grauer (1986) dan Steenbergen (2003), vitamin al., 2007). Dengan demikian cairan infus
C dapat menurunkan kadar methemoglobin dan diberikan jika hanya terjadi gangguan perfusi
meningkatkan haemoglobin, meskipun reaksi jaringan atau dehidrasi. Dengan demikian
tersebut berjalan secara lambat sehingga pengobatan keracunan parasetamol pada anjing
dianjurkan pemberiannya dikombinasikan dan kucing terutama ditujukan untuk mengganti
dengan antidota yang lain. Activated charcoal glutathione, konversi methemoglobin kembali
berperan sebagai absorben parasetamol dan ke bentuk hemoglobin dan mencegah atau
dianjurkan diberikan ulang karena adanya mengobati nekrosis hepar. Oleh karena itu
resirkulasi enterohepatik parasetamol terapi simptomatis dan suportif lebih banyak
(Richardson, 2000; Wilson dan Humm, 2013). berperan pada keracunan parasetamol.
59
Yanuartono et al. Keracunan Parasetamol pada Kucing dan Anjing
60
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), Maret 2020, hal. 55 – 62 Vol. 10 No. 1
e-ISSN: 2620-9403 p-ISSN: 620-939X
Ibrahim T, Agnihotri S and Agnihotri AK. Lee JA. 2013. Emergency Management and
2002. Paracetamol Toxicity- An Overview. Treatment of the Poisoned Small Animal
Emergency Med. 3(6): 1-3. Patient. Vet Clin Small Anim. 43 (2013):
Ilkiw JE and Ratcliffe RC. 1987. Paracetamol 757–771.
toxicity in a cat. Aust Vet J. 64(8): 245– MacNaughton SM. 2003. Acetaminophen
247. toxicosis in a Dalmatian. Can Vet J. 44(2):
Jaeschke H, Gores GJ, Cederbaum AI, Hinson 142–144.
JA, Pessayre D and Lemasters JJ. 2002. Mariani CL and Fulton Jr RB. 2001. Atypical
Mechanisms of Hepatotoxicity. Toxicol. Reaction to Acetaminophen Intoxication in
Sci. 65(2): 166–176. a Dog. Journal Of Veterinary Emergency
Jahr JS and Lee VK. 2010. Intravenous And Critical Care. 11(2): 123-126.
acetaminophen. Anesthesiol Clin. 28(4): McConkey SE, Grant DM and Cribb AE. 2009.
619–645. The role of para-aminophenol in
Jenkins EL, De Souza NJ, Beatty JA and Barrs acetaminophen-induced
VRD. 2019. Suspected adverse drug methemoglobinemia in dogs and cats. J Vet
interaction between spinosad and Pharmacol Ther. 32(6): 585-595.
milbemycin oxime in a cat. Journal of Merol VM and Eubig PA. 2012. Toxicology of
Feline Medicine and Surgery Open avermectins and milbemycins (macrocylic
Reports. 5(1):1-5. lactones) and the role of P-glycoprotein in
Jerzsele A. 2012. Comparative veterinary dogs and cats. Vet Clin North Am Small
pharmacokinetics.http://cdn.intechopen.com Anim Pract.42(2): 313–333.
/pdfs-wm/35674.pdf. Mitchelle JR, Jollow DJ, Potter WZ, Davis DC,
Jóźwiak-Bebenista M and Nowak JZ. 2014. Gillette JR and Brodie BB. 1973.
Paracetamol, mechanism of action, Acetaminophen-induced hepatic necrosis-I
applications and safety concern. Acta Pol. Role of drug metabolism. J Pharmacol Exp
Pharm. 71(1): 11-23. Ther. 187(1): 185-194.
Judge PR. 2018. Protocol for Management of Nash SL and Oehme FW. 1984. A review of
Paracetamol/Acetaminophen Toxicity in acetaminophen's effect on methemoglobin,
Dogs and Cats. https://veteducation.com.au › glutathione, and some related enzymes. Vet
wp-content › uploads › 2018/05 › Paracetam. Hum Toxicol. 26(2): 123-132.
Kalsi SS, Wood DM, Waring WS and Dargan Osweiler G. 1997. Household Drugs. The
PI. 2011. Does cytochrome P450 liver Handbook of Small Animal Practice, 3rd
isoenzyme induction increase the risk of Edition, Churchill Livingstone, New York:
liver toxicity after paracetamol overdose? pp 1279-1283;
Open Access Emerg Med. 3: 69–76. Oros NA, Farcal RL, Marculescu A, Cernea M
Kelly WR. 1984. Examination of abdomen in and Bale GA. 2007. Clinical, paraclinical
small animals. Vet. Clin. Diagnosis. 3 Ed. and therapeutic evaluations of
pp.26-46. acetaminophen toxicosis in dogs. Bulletin
Khan A, Kathryn Flavin K and Tsang J. 2014. of University of Agricultural Sciences and
Weight a minute - iatrogenic paracetamol Veterinary Medicine Cluj-Napoca. 62(1-
toxicity is preventable by utilisation of 2): 514–520.
well-designed drug charts. BMJ Qual Perry H. 1998. Acetaminophen. Clinical
Improv Rep. 3(1): 1-3. Management of Poisoning and Overdoses.
Klainbart S, Merbl Y, Kelmer E, Cuneah O, Clinical Management of Poisoning and
Edery N and Shimshoni JA. 2014. Tremor- Drug Overdose. 3rd ed. W.B. Saunders
Salivation Syndrome in Canine following Company, Philadelphia. pp.88-198.
Pyrethroid/Permethrin Intoxication. Plumb DC. 1999. Veterinary Drug Handbook,
Pharmaceutica Analytica Acta. 5(9): 1-3. 3rd ed. Ames, Iowa State University Press.
Larsen FS and Wendon J. 2014. Understanding Pothiappan P, Muthuramalingam T,
paracetamolinduced liver failure. Intensive Sureshkumar R, Selvakumar G,
Care Med. 40(6): 888–890. Thangapandiyan M and Rao GD. 2014.
61
Yanuartono et al. Keracunan Parasetamol pada Kucing dan Anjing
62