Perintah Membaca Dalam Al-Qur'an Perspektif Pendidikan (Surah Al-Alaq)
Perintah Membaca Dalam Al-Qur'an Perspektif Pendidikan (Surah Al-Alaq)
Perintah Membaca Dalam Al-Qur'an Perspektif Pendidikan (Surah Al-Alaq)
E-mail: [email protected]
Jurusan Syariah, STAIN Sorong
Email: [email protected]
Abstract
Reading is a commandment from Allah. commanded through turunya al-Qur'an Surah al-Alaq
verse 1 which was revealed through the intermediary angel Gabriel to the Prophet Muhammad.
Which will be preached to all the human Ummah specifically to the Ummah who always follows
the teachings of Islam. Therefore, we must read the Koran, both reading directly (written) and
reading with signs of Allah's power. (implied). Which has a variety of discussions ranging from
reading the Koran, mentadabburi, practice and practice so as to create a generation of Qur'ani. In
this paper using library research with the method of using library data collection techniques
(Library Research) that uses various kinds of existing literature such as books, books of hadith,
books of interpretation and the Qur'an that will help in using methods, deductive, inductive and
comparative. And it was concluded that the command to read in the Koran so that it can be seen
that reading is not just a job, not a mere hobby but as a very important command that will underlie
all our activities in this world, let alone a prosecutor of knowledge, reading also is a foundation to
go to the path that is blessed by Allah.
Keywords: Reading, al-Qur'an and Education.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan sangat berperan dalam menata dan mengembangkan potensi manusia, dimana
tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah
untuk kehidupan, karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan suatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan. Pendidikan menurut undang-undang RI No.20 Th 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dan peraturan pelaksanaanya sebagai berikut. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara, (RI, 2003).
Dapat kita pahami bahwa mengembangkan potensi peserta didik adalah salah satu usaha
yang terencana dalam proses pendidikan, Selanjutnya Abdul Halim Mahmud mengemukakan
pendapatnya tentang pendidikan bahwa Pendidikan adalah sebuah sistem sosial yang menentukan
pengaruh efektivitas keluarga, sekolah dan pengembangan yang dilihat dari segi jasmani, akal dan
moral sehingga mampu menjalani hidup secara bersama sama dalam satu lingkungan tempat
hidupnya, (Ali Abdul Halim Mahmud, 1995). Ibnu Rusd mengemukakan pendapat aL-Ghazali
tentang pendidikan adalah Pendidikan yaitu proses memanusiakan manusia sejak masa
kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam
bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang
tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah Swt. sehingga menjadi manusia
sempurna.(Rusd, 1998).
Anak didik sebagai suatu generasi pelanjut yang akan membangun bangsa perlu mendapat
perhatian serius mengenai pendidikannya, khususnya pendidikan agama. Dalam bidang
pendidikan agama, Islam telah menganjurkan pendidikan secara merata tanpa ada pengecualian.
Hal ini dapat dilihat pada wahyu yang pertama diturunkan yang mengandung perintah membaca
kepada Rasulullah Saw., yaitu dalam QS. Al ‘Alaq (96): 1-5 “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”, (RI, 1989a). Pada ayat tersebut di atas
sudah jelas bahwa perintah membaca atau belajar itu adalah kewajiban utama dan sarana terbaik
untuk mencerdaskan umat dan membina kepribadian. Membaca dan menulis adalah kunci ilmu
pengetahuan apalagi jika ilmu itu disertai dengan amal.
Al-Qur’an sebagai sumber utama pendidikan Islam yang keberadaannya telah banyak
mempengaruhi sistem pendidikan Rasulullah Saw., dan para sahabat. Selain itu, al-Qur’an juga
mengandung konsep pendidikan yang unik dan menakjubkan sehingga mampu menciptakan
individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah serta mengimani hari akhir, (An-
Nahlawi, 1995). Tafsir al Misbah yang di kemukakan oleh M. Quraish Shihab mengatakan bahwa
makna Iqra’ bukan hanya pada membaca secara kontekstual (membaca mushaf al-Qur’an) akan
tetapi mencakup dalam membaca tanda-tanda kekuasaan Allah, agar manusia dapat mengetahui
dan kagum bahwa Allah yang Maha pencipta yang mencipta langit dan bumi beserta seluruh
isinya, yang sangat bermanfaaat bagi kehidupan manusia. Al-Qur’an bukanlah buku sains, buku
mistik atau buku cerita, tetapi sebuah kitab suci yang berisi pokok-pokok ajaran Islam. Membaca
al-Qur’an tidaklah semudah membaca buku, tetapi perlu ilmu khusus untuk dapat membacanya,
seperti Mahrijul huruf dan ilmu Tajwid Demikian pula dalam hal mengajarkannya kepada anak
didik diperlukan suatu metode yang khusus pula serta pembiasaan dalam membaca al-Qur’an.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang adalah Pendekatan tafsir yaitu pendekatan untuk menafsirkan ayat ayat al-
Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung didalam ayat ayat yang ditafsirkan
dalam menerangkan maknanya, (Al-Farmawi, 1997). Dan metode pendekatan Ulumul Qur’an dan
pendekatan pendidikan agama Islam. Sehingga penelitian ini tertuju pada penelitian yang berbasis
pendidikan. Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan Library Research (riset
kepustakaan), yakni pengumpulan data dengan menelaah sejumlah kepustakaan guna
mendapatkan gambaran yang jelas yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas, dengan
mengkaji berbagai literatur, buku-buku, majalah dan lain-lain. Data atau informasi yang
dikumpulkan ini, adalah yang bersifat kualitatif, menganalisa data atau informasi dalam bentuk
rumusan-rumusan kesimpulan dengan berdasarkan metode-metode yang menganalisa data atau
informasi dalam bentuk rumusan-rumusan kesimpulan yang berdasarkan metode-metode analisa
serta berpikir secara ilmiah yang logis dan akurat.
seperti dituangkan dalam karya para ahli Biografi nabi, sejarah al-Qur’an maupun sejarah Islam,
diketahui dengan cukup pasti adanya situasi atau konteks tertentu diwahyukannya suatu firman.
Asbab an-Nuzul adalah rangkaian dua kata dari bahasa Arab. Asbaab secara harfiyah
berasal dari lafaz السببyang jamaknya adalah سبابyang berarti suatu hal yang selalu bersambung
atau ada hubungannya dengan yang lain. Al-nuzul النزولadalah jamak dari kata nazala نزلyang
berarti sesuatu yang turun dari hal yang lebih tinggi kepada hal yang lebih rendah. Secara
etimologi berarti sebab, alasan, illat, perantaraan, wasilah, pendorong, tali kehidupan,
persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan.
ب النُّزَ ْو ُل ؟
ِ َْف َسب ُ ع ْنهُ َما ت َ ْع ِري َ ُعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أ َ ْو الس َُّؤا ُل الَّ ِذ ي يَ ْسَأَل
َ ُصلَّى الله َ ولِ س َّ ب النُّ ُزو ُل ه َُو ال َحا ِدثَةُ الَّ ِتي تَقَ ُع فِي زَ َم ِن
ُ الر ُ ََسب
ال
ِ ُّؤ
َ س ال ن ع
ِ َ ً ا ْب
ي ج م وَ أ
ِ ُ ْ َ َا ه ْ
ن ع ً ا ِث
د ح َ
َ ُ ت م ُآن ر
ْ ُ قال ُ
ل ز ْ
ن يَ ف مَّ
ِ َ َ َ َ َ لسو ه
ِ ي
ْ َ لع ُ ه الل ى َّ ل ص
َ ُ
ل و
ْ س
ُ الر
َّ . ا م :
َ َ ِ ُو
ه ول زُ ُّ نال ب ب
َ ََ س ْ
ن َ أ : ر ص
ََ َ تخْ م
َ ََر
خ آ ُ ت َ ْع ِر
ْف ي
.ال
ٍ س َؤ َ
ُ ث أ ْو ْ َ
ٍ َصدَ ِد ِه ق َرآنُ ِمن َحد َ ِن ََّز َل ب
Apa definisi sabab nuzul ? Sabab nuzul menyala "Alasan untuk wahyu" adalah sebuah
peristiwa yang terjadi pada masa Rasul atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah dan
kemudian sebagian Alquran diturunkan mengenai kejadian tersebut atau sebagai tanggapannya.
untuk pertanyaan. Definisi lain yang lebih ringkas adalah bahwa sabab nuzul adalah sebuah
peristiwa atau pertanyaan yang melingkupi sebagian Alquran”, (Al-Musil, 1995). Beberapa
pendapat tentang nuzul Qur’an yang dimuat dalam buku ulumul Qur’an karya Muhammad amin
Suma diantaranya manna’ al-Qaththan dan Subhi as-Shalih. Yang pertama mendefinisikan, sebab
nuzul ialah suatu yang dengan keadaan sesuai itu al-Qur’an diturunkan pada waktu sesuatu itu
terjadi seperti suatu peristiwa atau pertanyaan. Batasan lebih lengkap dirumuskan oleh Shubhi as-
Shalih. Menurutnya; sebab Nuzul ialah sesuatu yang kerena sesuatu itu menyebabkan satu atau
beberapa ayat al-Qur’an diturunkan (dalam rangka) mengcover, menjawab atau menjelaskan
hukumnya disaat suatu itu terjadi.
Memang demikianlah ayat ayat al-Qur’an, ada yang diturunkan tanpa didahului oleh
sebab dan ada yang diturunkan sesudah diketahui sesuatu sebab. Adapun tentang asbab an nuzul
surat al-’Alaq ayat 1-5 dalam beberapa buku tafsir al-Qur’an tidak ditemukan atau dijelaskan.
Adapun yang disebutkan asbab al-nuzulnya dalam beberapa tafsir al-Qur’an yaitu asbab al-
nuzulnya surat al-’Alaq ayat 16-19.
Beberapa kali bulan ramadhan berlalu yang sudah dilewati oleh Muhammad Saw. di goa
Hira. Sedikit demi sedikit jiwanya bertambah matang, menjelang usia empat puluh tahun, tatkala
bulan Ramadhan telah tiba pula, nabi Muhammad lagi-lagi pergi kepuncak gunung Hira. Akan
tetapi sekali ini suasananya berbeda dari pada hari-hari lainnya, di Goa Hira nabi Muhammad
Saw. Ia berkhalwat dan menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah, (Pamungkas, 1999). Di
dalam kitab Shohih Bukhari dikhabarkan bahwa asbabun nuzul surah al-Alaq ayat 1-5, didalam
hadis nomor 3 jilid 1 yang diriwayatka oleh Aisyah ia berkata bahwa permulaan wahyu yang
diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi
yang dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbulah pada diri beliau
keinginan untuk meninggalkan keramaian. Untuk itu beliau pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat.
Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah sang istri beliau menyediakan beberapa perbekalan
untuk beliau selama di Gua Hira.
Pada suatu ketika, datanglah malaikat jibril kepada beliau, “Maka Malaikat (Jibril), ia
berkata, “Bacalah.” Rasulullah Saw. menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Malaikat (Jibril)
tersebut memegangku dan mendekapku hingga aku merasa kepayahan, kemudian ia
melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah.” Rasulullah saw menjawab, “Aku tidak dapat membaca.”
Malaikat (Jibri) kembali memegangku dan mendekapku untuk yang kedua kalinya hingga aku
merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah.” Rasulullah a menjawab,
“Aku tidak dapat membaca.” Malaikat (Jibril) kembali memegangku dan mendekapku untuk yang
ketiga kalinya hingga aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, ”Bacalah
dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah”.
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa betawa sulitnya al-Qur’an itu diturunkan apabila
diturunkan secara sekaligus dan akan sangat berat jika diturunkan kepada orang biasa, akan tetapi
Allah Swt. menurunkan wahyunya kepada nabi Muhammad Saw. Manusia yang paling mulia dan
suci dimuka bumi ini. Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat jibril pun
menghilang. Tinggal lah beliau seorang diri dengan perasaan takut, (Chalil, 2001).
ع ْن َها فَقَا َل زَ ِملُو ِني زَ ِملُو ِني َ ُي اللَّه َ ِ ِ ت ُخ َو ْي ِل ٍد َر ِ علَى َخ ِدي َجةَ ِب ْن َ ف فُ َؤادُهُ فَدَ َخ َل ُ صلَّى اللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْر ُج َ سو ُل اللَّ ِه ُ فَ َر َج َع بِ َها َر
َ َّ َّ
َت خَدِ ي َجة ك َََّّل َوالل ِه َما ي ُْخ ِزيكَ اللهُ أبَدًا ِإنَّك ُ ْ َعلَى نَ ْفسِي فَقَال ْ
َ ُع فَقَا َل ِلخَدِ ي َجةَ َوأ ْخبَ َرهَا ال َخبَ َر لَقَ ْد خَشِ يت َ ُ الر ْو َّ ُع ْنه َ َب َ فَزَ َّملُوهُ َحتَّى ذَه
َت ِب ِه َو َرقَةَ بْن ْ َ ت ِب ِه َخ ِدي َجةُ َحتَّى أَت ْ َطلَق َ ق فَا ْن ِ ب ْال َحِ علَى ن ََوا ِئ َ ُْف َوت ُ ِعين َ ضي َّ ُوم َوتَ ْق ِر ي ال َ ب ْال َم ْعد ُ ِالر ِح َم َوتَحْ ِم ُل ْال َك َّل َوت َ ْكس َّ َص ُل ِ لَت
ِ اْ ْن ِج
يل ْ
ِ ب ِم ْن ْ
ُ ُي فَيَكت ْ
َّ َِاَ ال ِعب َْران َ ب ال ِكت ْ ْ
ُ ُ ص َر فِي ال َجا ِه ِليَّ ِة َو َكانَ يَكت ْ ً
َّ َع ِم َخدِي َجة َو َكانَ ْام َرأ قَ ْد تَن َ َ َع ْب ِد العُ َّزى ابْن ْ َ س ِد ب ِْن َ
َ ن َْوفَ ِل ب ِْن أ
َع ِم ا ْس َم ْع ِم ْن اب ِْن أ َ ِخيكَ فَقَا َل لَهُ َو َرقَةُ يَا ابْن َ َت لَهُ خَدِ ي َجةُ يَا ابْن ْ َي فَقَالَ م ِ ع
َ ْ
د َ ق ا يرً ب
ِ َ
ك ا ً
خ ي
ْ ش
َ َان َ
ك وَ ب
َ ُ تكْ َ ي نْ َ أ ُ ه َّ الل ء َ َاش ا َ ِب ْال ِعب َْرا ِنيَّ ِة
م
َ َّ
وس الذِ ي نَز َل اللهُ َعلى ُمو َسى يَا َّ َّ َّ َ ُ َ َ َ َ
ُ صلى اللهُ َعل ْي ِه َو َسل َم َخبَ َر َما َرأى فقا َل لهُ َو َرقة َهذا النا ُم َ َّ َ َّ َّ َ سو ُل الل ِه َّ ُ أ َ ِخي َماذَا ت ََرى فَأخبَ َرهُ َر
ْ َ َ
ُُّّ َِ َر ُجل ق ْ
ِ ي ُه ْم قَا َل نَعَ ْم لَ ْم يََأ َّ سل َم أ َو ُم ْخ ِر ِج َ َّ َ صلى اللهُ َعلَ ْي ِه َوَّ َّ َّ
َ سو ُل الل ِه ُ عا لَ ْيتَنِي أ َ ُكونُ َحيًّا إِذ ي ُْخ ِرجُكَ قَ ْو ُمكَ فَقَا َل َر ْ ً َلَ ْيتَنِي ِفي َها َجذ
ي َوفَت ََر ْال َوحْ ُي َ ِ ُف و ُ ت ْ
ن َ أ ُ ة َ ق ر
َ َو َْبش ْ
ن ي مَ ل م ُ
َ ْ َّ ً َ ُ ً ْ ث ار زَّ ؤ م ار َص ن َك ر
ُْ ص نْ َ أ َك م و
ُ َْ ِ ِ ي ي ن كْ ْر دُ ي ْ
ن ِ َ َ ُ ِ ِ ِب ِمثْ ِل َما ِج ْئتَ ِب
إ و ِ ي د و ع َّلَّ إ ه
Beliau langsung segera pulang menemui istrinya, yakni Khadijah. Beliau terlihat gugup
sambil berkata, Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku Setelah hilang rasa takut dan
dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menjelaskan kejadian yang Rasulullah saw alami.
Setelah mendengar kisah yang dialami beliau, Khadijah berkata kepada Rasululluah saw, Demi
Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau adalah orang yang suka
menghubungkan kasih sayang dan memikul yang berat.
Khadijah segera mengajak Rasulullah untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman
Khadijah. Dia adalah salah satu seorang pendeta nasrani yang sangat paham dengan kitab injil.
Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw untuk menjelaskan kejadian yang
sudah dialaminya tadi malam.
Setelah Rasulullah saw, selesai menjelaskan pengalamannya tadi malam, Waraqah
berkata, inilah sebuah utusan, sebagaimana Allah swt pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga
aku masih dikarunia hidup sampai saatnya engkau di usir dari kaum mu. Rasulullah saw pun
bertanya, Apakah mereka akan mengusir aku? Waraqah menjawab, Benar! belum pernah ada
seorang nabi yang diberikan sebuah wahyu seperti engkau, yang tidak di musuhi orang. Apabila
aku masih mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau sekuat-kuatnya.
Dari kisah ini mengisyaratkan bahwa perintah membaca itu sangatlah penting karena
menjadi utama dan pertama untuk menambah ilmu pengetahuan karena setelah ayat ini turun
kepada nabi Muhammad Saw. Maka Rasulullah memulai menyebarkan syariat agama Islam secara
sembunyi sembunyi, dari pintu-kepintu dari rumah-kerumah maka banyaklah pengikut Rasulullah
Saw. Dari kalangan anak muda, dalam mengajarkan ilmu harus terlebih dahulu memiliki Ilmu.
Ayat ketiga adalah penegasan perintah membaca terhadap ayat pertama, dengan
penegasan ini berarti dapat kita maknai bahwa sangat pentinglah perintah membaca itu karena
dapan menjadikan kita seorang yang panda, pintar dan bijak. Dan Allah menyebutkan bahwa
Allah Maha Mulia. Jika yang maha mulialah yang memerintahkan kita untuk membaca pasti Allah
akan memberikan kemuliaan kepada orang-orang yang menjalankan perintahnya.
Objek Bacaan
Membaca ayat-ayat al-Qur’an (Jibril), ia berkata, “Bacalah.” Rasulullah Saw. menjawab,
“Aku tidak dapat membaca.” Malaikat (Jibril) tersebut memegangku dan mendekapku hingga aku
merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah.” Rasulullah saw
menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Malaikat (Jibri) kembali memegangku dan mendekapku
untuk yang kedua kalinya hingga aku merasa kepayahan, kemudian ia melepaskanku. Lalu
berkata, “Bacalah.” Rasulullah a menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Malaikat (Jibril)
kembali memegangku dan mendekapku untuk yang ketiga kalinya hingga aku merasa kepayahan,
kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, ”Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang
Perintah Membaca dalam Al-Qur’an: Prespektif Pendidikan(Surah Al-Alaq) (Dirwan)
38 ISSN: 2088-690X
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang
Maha Pemurah”.
Hadits ini datangnya dari aisya r.a. yang mengandung arti dalam Rasulullah diserukan
untuk membaca secara konteks atau membaca teks yang dibawa oleh malaikat Jibril yaitu al-
Qur’an yang sampai sekarang kita masih dapat membacanya bahkan sangat dianjurkan untuk
membaca, menghapal dan mengamalkannya. Berikut adalah Lafadz Surah al-alaq ayat 1 “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (RI, 1989a). Maknanya “bacalah dengan
nama tuhanmu” yaitu mengingat namanya. Memerintahkan memulai membaca dengan nama
Allah Swt.
Membaca Tersirat
Iqra’ (kata perintah) berarti bacalah! berasal dari kata qara’a yang mengandung pengertian
membaca, mempelajari, menela’ah, meneliti dan mengumpulkan, (Asrori, 2012). Kata iqra’
terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti memghimpun. Apabila anda merangkai
huruf atau kata kemudian anda mengucapkan rangkai tersaebut, anda telah menghimpunnya, yakni
membacanya. Dengan demikian, realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks
tertulis sebagai objek bacaan, tdak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.
Ayat ini mengandung perintah untuk membaca, menulis dan menuntut ilmu, sebab
ketiganya merupakan syiar agama Islam. Maknanya, bacalah al-Qur’an hai Muhammad dimulai
dengan nama tuhanmu yang menciptakan segala mahluk dan seluruh alam semesta. Tema utama
surah ini adalah perlunya membaca apa yang tertulis dan apa yang terhampar di alam raya ini, dan
bahwa Allah Swt. adalah sumber ilmu yang menganugrahkannya kepada manusia secara langsung
maupun tidak langsung. Jika ini mengharuskan manusia untuk bersyukur dan mengabdi kepada
Allah Swt., karena kalau tidak, maka yang menggabungkan terancam siksanya. Muhammad
Abduh memahami perintah membaca disini bukan sebagai beban tugas yang harus dilaksanakan
sehingga membutuhkan objek, tetapi ia adalah amr takwini yang mewujudkan kemampuan
membaca secara actual pada diri pribadi nabi Muhammad Saw. Pendapat ini dihadang oleh
kenyataan bahwa setelah turunnya perintah ini pun nabi Muhammad Saw. Masih tetap di namai
al-Qur’an sebagai seorang Ummy (tidak pandai membaca dan menulis), disis lain jawaban nabi
kepada jibril ketika itu tidak mendukung pemahaman tersebut. Dalam penafsiran lain mengatakan
bahwa: “Bacalah wahai Muhammad dengan mengingat Tuhanmu yang menciptakan kemudian
menjelaskanlah yang menciptakan”.
Makna ayat, ”Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan,” adalah
bacalah dengan memohon pertolongan dengan menyebut nama Allah Swt. yang menciptakan
segala sesuatu. Ini adalah surat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah Saw. pada masa
awal kenabian, ketika beliau belum mengetahui apa itu Al-Kitab dan apa itu iman. Huruf ( )بba’
pada kata ( )با سمbismi ada yang memahaminya sebagai fungsi penyertaan atau mulabasah
sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu.
Sementara ulama memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah
menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu pekerjaan dengan
nama sesuatu yang mereka agungkan. Kata ( )خلقkhalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain
menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur,
memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan
sehingga objeknya pun sebagaimana iqra’ bersifat umum dengan demikian, allah adalah pencipta
semua makhluk.
Orientasi Membaca
Kata تربيةberasal dari kata َ رyang artinya tuhan, atau dalam istilah pendidikan
disebutkan Tarbiyah, Dalam Mu’jam al-Lughah al-Arabiyah al-Mu'ashirah (A Dictionary of
Modern Written Arabic), karangan Hans Wehr, kata al-tarbiyah diartikan sebagai: education
(pendidikan), upbringing (pcngembangan), teaching (pengajaran), instruction (perintah),
Ta’lim
Kata al-la’lim atau asal katanya, yaitu ‘allam, yu ’allimu, ta ’liman, dijumpai dalam riwayat
sebagai berikut.“Pengetahuan adalah kehidupan islam dan pilar iman, dan barangsiapa yang
mengajarkan ilmu Allah akan menyempurnakan pahala baginya, dan barangsiapa yang
mengajarkan ilmu dan ia mengamalkan ilmu yang diajarkannya itu, maka Allah akan mengajarkan
kepadanya sesuatu yang ia belum ketahui.” Di dalam riwayat tersebut kata ta'lim dihubungkan
dengan mengajarkan ilmu kepada seseorang, dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut akan
mendapatkan pahala dari Tuhan. Selanjutnya jika ia bukan hanya mengajarkan ilmu tersebut,
melainkan mengamalkannya, maka ia selain mendapatkan pahala, juga akan memperoleh
pengetahuan dari Allah tentang sesuatu yang belum diketahuinya yang bentuknya dapat berupa
ilmu laduni sebagaimana riwayat di atas, atau dapat berupa tambahan ilmu yang dihasilkan dari
praktik mengamalkan ilmu tersebut. Kata al-ta'lim yang jamaknya ta ’alim, dapat berarti
information (pemberitahuan tentang sesuatu), advice (nasihat), instruction (perintah), direction
Hubungan Sosial
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
َ ) ِا ْنinsan atau manusia terambil dari akar kata ( س
Kata ( َسان َ )ا ُ ْنuns atau senang, jinak, dan harmonis
atau dari kata ( )نِسِ يnisi yang berarti lupa. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata ( ) ن َْوس
naus yakni gerak atau dinamika. Kata insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman
sifatnya.
َ ِألَنَّهُ ذَه،ٍق؛ َو ْال ُم َرا ْد بِ ِه ِم ْن َعلَقَة
َب ِإلَى ْال َج ْم ِع ٍ َ ِم ْن َعل:َ َوقَال، ِمنَ الد َِّم:يَ ْع ِني
Yakni dari darah, dan suatu pendapat mengatakan dari segumpal darah, yang dimaksud dari
segumpal darah kerena menunjukkan dari sesuatu yang jamak. Kata (علَق َ ) ‘alaq dalam kamus
bahasa arab berarti segumpal darah dalam arti cacing yang terdapat didalam air bila diminum oleh
binatang maka ia tersangkut ke kerongkongannya tetapi ada yang memahaminya dalam arti
sesuatu yang tergantung didinding rahim. Karena para pakar embriologi menyatakan bahwa
setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan induk telur ia berproses dan membelah menjadi
dua, kemudian empat, kemudian delapan, demikian seterusnya sambil bergerak menuju kekantong
kehamilan dan melekat berdempet serta masuk kedinding rahim.
Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang indah dan merupakan mahluk yang
paling mulia ini dari segumpal darah atau sel sperma dan sel telur, menurut ilmu kedokteran
modern menegaskan, bahwa sperma asal penciptaan manusia, mengandung banyak sel-sel tidak
kelihatan dengan mata dan hanya kelihatan dengan mickroscop. Sel sperma itu memiliki kepala
dan ekor, betama Maha Suci Allah Pencipta terbaik. Manusia diciptakan bergelantungan dirahim
manusia yang merupakansalah satu proses amat penting menuju kelahirannya, maupun dalam arti
bahwa manusia adalah makhluk social yang tidak bias hidup sendiri tetapi mempunyai
ketergantungan kepada selainnya, seperti alam, manusia, lebih-lebih kepada Allah Swt. Dalam
ayat ini manusia yang diajarkan memiliki asal muasa dari segumpal daral darah yang
menggantung pada suatu tempat yang yaitu rahim memiliki arti bahwa manusia itu harus
mempelajari dan memiliki ilmu sosial, karena manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup
tanpa bantuan orang lain, apalagi tampa Allah Swt. Yang sering disebut hablum minallah wa
hablum minannas. Yaitu hubunga sengan Allah dan hubungan dengan sesame manusia.
Fasilitas Membaca
Begiti pentingnya membaca maka perlu fasilitas-fasilitas mmembaca yang sangat memadai
dengan berbagai program yang harus ada dalam sebuah sekolah atau kampus, seperti al-Qur’an
yang menjadi pokok utama bacaan ummat Islam, buku-buku pelajaran baik itu nuku-buku yang
berkaitan dengan agama maupun buku-buku yang berkaitan dengan umum, perpustakaan sehingga
para pembaca betah dalam membaca karena dalam kondisi damai, tenang tampa gangguan dari
manapun dan program membaca,
Hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah radiallahu anha (Ummul Mukminin), ia berkata;
“Maka datanglah Malaikat (Jibril), ia berkata, “Bacalah.” Rasulullah Saw. menjawab, “Aku tidak
dapat membaca.” Sampai ketiga kali rasulullah dipeluk oleh malaikat dan akhirnya rasulullah bisa
membaca surah al-Alaq, Rasulullah Dalam waktu pertama saja, yaitu “bacalah”, telah terbuka
kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi SAW disuruh membaca
wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta.
Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah,
lalu bersabda dikatakan dalam tafsir ibnu katsir:
"قَ ْد َخ ِشيْتُ َعلَ َّي:َ فََأ َ ْخبَ ُرهَا ال َخبَ َر َوقَال: َما ِلي،ُ يَا َخ ِد ْي َجة:َ فَقَال.ُالر ْوع َ فَزَ ِملُ ْوهُ َحتَّى ذَه. ""زَ ِملُو ِني زَ ِملُو ِني
َّ َُب َع ْنه
Selimutilah aku, selimutilah aku! Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu
setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi Saw.
menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda, "Sesungguhnya aku merasa
takut terhadap (keselamatan) diriku." Khadijah berkata, "Tidak demikian, bergembiralah engkau,
maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau
adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang
kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah."
Berdasarkan kisah diatas, maka ayat yang pertama diterima nabi Saw. Ayat ini
mengandung perintah untuk membaca, menulis dan menuntut ilmu, sebab ketiganya merupakan
syiar agama islam. Maknanya, bacalah al-Qur’an hai Muhammad dimulai dengan nama tuhannmu
yang menciptakan segala makhluk dan seluruh alam semesta. Begitu pula dengan hungan ayat
selanjutnya yang mngatakan Allah mengajarkan tulisan menulis dengan pena kepada manusia.
Allah mengajarkan kepada manusia apa yang belum mereka ketahui, yaitu ilmu dan ma’rifat.
Seakan akan Allah Swt. berkata wahai, Muhammad mulailah membaca al-Qur’an dengan
menyebut nama tuhanmu atau memohon pertolongannya, pencipta segala sesuatu. Penciptaan
adalah nikmat yang pertama yang menciptakan manusia dari al aqah (dara beku) yang harus kita
syukuri atas nikmat ini, (Sunarto, 2010). Ayat pertama bagaikan menyatakan: bacalah wahyu-
wahyu ilahi yang sebentar lagi banyak engkau terima, dan bacalah juga alam dan masyarakatmu.
Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan pengetahuan. Bacalah semua itutetapi
dengan syarat hal tersebut harus engkau lakuakan dengan atau demi nama tuhan yang selalu
memelihara dan membimbingmu dan yang menciptakan semua makhluk kapan dan dimanapun.
Sesuai dengan tafsir diatas maka penulis menyimpulkan bahwa makna yang terkandung dalam
surah al-Alaq ayat 1 adalah berisi perintah untuk membaca dan belajar, menuntut ilmu. Perintah
yang dimaksud dalam ayat ini bersifat umum, tidak tertuju pada ilmu tertentu saja. Dengan
demikian, kewajiban untuk menuntut ilmu meliputi ilmu yang menyangkut ayat-ayat yang tersirat
dan tersurat.
Fasislitas Menulis
Al-qalam adalah nikmat dari Allah Swt. ُع ِظ ْي َمة
َ نِ ْع َمةُ ِمنَ الل ِه: القَلَ ْمKata ( )القلمal-qalam terambil dari
kata kerja ( )قلمqalama yang berarti pemotong ujung sesuatu. Kata qalam berarti hasil dari
penggunaan alat-alat tersebut yakni tulisan. Makna tersebut dikuatkan oleh firman Allah dalam al-
quran ayat 1 yakni firmannya: Nun demi qalam dan apa yang mereka tulis. Dari segi masa
turunnya kedua kata qalam tersebut berkaitan erat bahkan bersambung walaupun urutan
penulisannya dalam mushaf tidak demikian. Allah Swt. berfirman. “Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”, (RI,
1989b). Allah mengajarkan tulis menulis dengan pena kepada manusia. Allah mengajarkan kepada
manusia apa yang belum mereka ketahui, yaitu ilmu dan makrifat. Allah mengangkat mereka dari
kegelapan kebodohan menuju cahaya ilmu, sebagaimana Allah mengajarkan dengan perantaraan
menulis dengan pena , demikian juga Allah mengajarkan kamu tanpa perantara, meskipun kamu
tidak bisa baca tulis.
Pada ayat diatas dinamai ihtibak maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan,
yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang bergandengan, karena keterangan yang
dimaksud sudah disebut pada kalimat yang lain. Pada ayat 4, kata manusia tidak disebut karena
telah disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat 4
telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian, kedua ayat diatas bearti
“Dia (Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui manusia
sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.
Kedua ayat tersebut menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT. Dalam
mengajarkan manusia. Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang
kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan istilah
‘ilm Ladunniy. Sedangkan dalam ayat ini menjelaskan sebagian dampak kemurahannya dengan
menyatakan bahwa dia yang mengajar dengan pena yakni melalui sarana yang diusahakan oleh
manusia dan dia juga mengajarkan manusia secara langsung tanpa keterlibatan usahanya.
Dalam ayat ini manakala Allah telah mengajarkan kita membaca maka tidak lupa menulis
juga adalah pelajaran yang paling mendasar yang harus kita juga pelajari karena dengan demikian
ilmu pengatahuan yang telah kita baca baik itu yang tersirat maupun yang tersurat, maka kita
dapat membukukan ilmu pengetahuan tersebut. Begitulah yang dilakukan oleh ilmuan terdahulu
dan sampai sekarang kita masih bias membaca karya-karya dari hasil membacanya atau belajar.
Sehingga menambah khasanah keilmuan kita yang masih awam dalam memahami agama.
Manusia adalah mahluk yang diciptaka oleh Allah swt. akan tetapi manusia di ciptakan ibarat
kertas putih yang kosong artinya tidak tahu apa-apa dan akan di isi dengan pena sehingga
kehidupannya dapat menjadi kehidupan yang sesuai dengan petunjuk Allah Swt, dalam al-Qur’an
agar bisa selamat didunia dan selamat pula di akhirat.
Tujuan Pendidikan
Kandungan surah yang lalu (Alam Nasyrah). Berbicara tentang aneka nikmat yang telah
dianugrahkan Allah awt. Kepada Nabi Muhammad Saw. Kandungan surah tersebut mengingatkan
beliau tentang kebersamaan Allah Swt. Yang tujuannya adalah agar beliau tidak ragu atau berkecil
hati dalam menyampaikan risalah sesuai dengan apa yang diperhatikan-Nya pada akhir surah adh-
Dhuha. Di sini, beliau diperintahkan untuk membaca guna lebih memantapkan lagi hati beliau.
Demikianlah hubungan surah al-Alaq ayat 1 dengan surah sebelumnya jika ditinjau dari segi
menyusunan mushhaf, karena surah ini adalah sebagian besar ulama berpendapat bahwa surah
inilah yang pertama kali turun jadi tidak mungkin surah ini mempunya surah sebelumnya.
Selanjutnya hubungan ayat pertama dengan ayat ketiga mengulangi perintah membaca
sambil memerkenalkan Allah sebagai Zat yang Akram, yakni maha baik dan maha pemurah, yang
kemurahannya tidak dapat dilukiskan karena melampaui batas harapan. Memerintahkan membaca
dengan meningkatkan motivasinya, yakni dengan nama Allah, kini ayat di atas memerintahkan
membaca dengan menyampaikan janji Allah atas manfaat bacaan iti. Allah berfirman: bacalah
berulang ulang dan tuhan memelihara dan mendidikmu maha pemurah sehingga akan
melimpahkan aneka karunia. Perintah membaca yang kedua ini dimaksudkan agar beliau lebih
banyak membaca, menelaah, memerhatikan alam raya, serta membaca kitab yang tertulis dan
tidak tertulis dalam rangka mempersiapkan diri terjun ke masyarakat. Perintah membaca pada ayat
pertama dan ayat ketiga meskipun sama-sama adalah sebuah perintah akan tetapi memiliki
perbedaan, yakni yang pertama menjelaskan syarat membaca yang harus dipenuhi oleh pembaca
yaitu membaca dengan nama Allah Swt. baik membaca al-Qur’an maupun membaca alam sekitar.
Sedangkan ayat ketiga perintah yang menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan.
Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bias hidup tampa kerja sama orang lain.
Pengulangan perintah membaca yang disetai penyifatan Allah Swt. dengan Maha Pemurah
mengisyaratkan bahwa kendati objek bacaan sama, namun kemurahannya mengantar pembaca
menemukan rahasia dan wawasan baru yangbelu ditemukan dalam pembacaan sebelumnya.
Bacalah alam dengan nama Allah Swt. niscaya anda akan menemukan rahasia-rahasia baru.
Sumber ilmu pengetahuan apapun disiplinnya adalah Allah. Dia mengajar manusia dengan
Ilmunya dan ada dua cara memperoleh pengetahuan. yaitu pertama, denagan upaya manusia
itusendir menggunakan potensi-potensinya, kedua, Allah yang langsung memberikan ilmunya
kepada orang yang dipilih.
Demikianlah berbagai hikmah yang dapat dipetik dari surah al-Alaq ayat 1-5 sebagai
surah pertama yang turun mengandu sebuah printah dan perintah itu terulang dua kali dalam surah
yang sama, tentu menjadi pertanyaan yang besar dalam benak, kena demikian bias terjadi apa
hikmah dibalik ini semua, kalimat perintah itu adalah iqra’ yang artinya bacalah !. Membaca
adalah perintah Allah yang pertama kali dirunkan Allah adalah kalimat perintah Membaca ini
menandakan membaca adalah perintahyang sangat dasar yang harus dimiliki oleh semua orang
baik, pemimpin, ulama, dokter, polisi, pegawai, guru, petani, pelajar dan seluruh manusia apapun
profesinya harus minimal pintar dalam membaca. Begitupulah dalam membaca al-Qur’an, tidak
ada kata alasan tidak pandai membaca dengan alasan membaca al-Qur’an tidak sejalan dengan
profesnya, akan tetapi setia muslim dan muslimat harus dimiliki keterampilan membaca al-
Qur’an karena membaca al-Qur’an dengan baik dan benar hukumnya adalah fardu ‘ain yaitu wajib
setiap individu. Oleh karna itu, dengan membaca kita bias senantiasa selalu membaca al-Qur’an
yang akan mendekatkan kita kepada Allah yang sang maha pencipta, pula dapat menambah
khasanah keilmuan kita apabila kita mempelajari makna dalam al-Quran karena al-Qur’an adalah
medoman dan petunjuk bagi semua manusia.
Menyalurkan Ilmu dengan Tulisan
علَى َ سلَّ َم َوه َُو قَائِ َم َ صلَّى اللهُ َعلَ ْي ِه َو َ علَى النَّبِي َ نَزَ َل بِ َها ِجب ِْر ْي ُل. َظ ِم ال ُمف َِس ِريْن َ آن؛ فِي قَ ْو ِل ُم ْع ِ س ْو َرة ُ أ َ َّو ُل َما نَزَ َل ِمنَ ْالقُ ْر ُ َه ِذ ِه ال
فَا ِت َح ِة:َ َو ِق ْيل. قَالَهُ َجا ٍب ْر ب ِْن َع ْب ِدالل ِه؛ َوقَ ْد تَقَد ََّم، ِإ ْن أ َ َّو َل َما نَزَ َل يَا أَيُّ َها ْال ُمد َِّث ُر:َ َو ِق ْيل.س ْو َر ِة
ُ ال ه
ِ ذِ ه
َ َن م ٍِ
ِ َ َ ْ ا يآ س َم خ ُ ه م َ
َ ِ َ ،ِح َر ِاء
ل ع ف
س َرةِ ال َه َمدَا ِني َ َ أ َ َّو ُل َما نَزَ لَ؛ قَالهُ أب ُْو َم ْي
َ َ ِ ْال ِكت َا
Surah ini adalah apa yang turun dari al-Qur’an, di dalam perkataan yang muliah oleh para
mufassir, telah turun dengannya Jibril kepada Nabi Saw. Dan dia berdiri dalam kesendirian,
mengajarkan lima ayat dari surah ini. Dan dalam pendapat lain, ayat yang pertama turun yaitu
surah al-Mudatsir يَا أَيُّ َها ْال ُمدَّثِ ُر, jabir berkata Ibn Abdillah, sesuatu yang dahulu, dan berkata,
pembukakitab inilah yang pertama diturunkan (al-Fatihah) berkata abu maysarah al-Hamidani,
dan berkata ali ibn abi tholib Ra. Al-Alaq adalah apa yang pertama diturunkan dari al-Qur’an.
Para ulama sepakat bahwa ayat ini turun di Mekah sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah. Para
ulama juga sepakat, bahwa wahyu al-Qur’an yang pertama turun adalah lima ayat pertama surat
al-Alaq. Inilah yang menjadi dasar, dari konteks uraian ayat-ayatnya, maka tidak mustahil bahwa
keseluruhan ayat-ayat surat ini turun sekaligus.
Surah al-Alaq adalah surah ke 96 dari 114 surah yang ada didalam al-Qur’an pada juz 30
dengan jumlah ayat 19 dan termasuk pada ayat-ayat sajadah. Surah ini disepakati turun di Mekkah
sebelum Nabi Saw. Hijrah. Hampir semua ulama sepakat bahwa wahyu al-Qur’an pertama yang
diterima Nabi Muhammad Saw. Adalah lima ayat surah ini, (Sihab, 2012). Namanya yang popular
pada masa sahabat Nabi Saw. Adalah “Surah iqra’ Bismi Rabbika”. Namanya yang tercantum
dalam sekian banyak Mushhaf adalah “surah al-‘alaq”. Ada juga yang menamainya “Surah Iqra’”.
Lima ayat surat al-Alaq turun pada tanggal 17 RamadhanNama yang populer pada masa sahabat
Nabi saw adalah surat Iqra’Bismi Rabbika. Namanya yang tercantum dalam sekian banyak
mushaf adalah surat al-Alaq, namun juga ada yang menamainya dengan surat iqra’. Allah Swt.
Telah merangcang sedemikian rupa unruk menjaga keaslian dan kesucian al-Qur’an yaitu dengan
berbagai cara mulai dari banyak penghapal ar-Qur’an sampai kepada penulisan al-Qur’an yang
sekarang menjadi sumber ilmu pengetahuan. Surah ini diawali dengan menjelaskan karunia Allah
kepada Nabi dengan menurunkan al-Quran kepadanya sebagai mukjizat abadi. Ini mengingat akan
awal nikmat ketika beliau beribada di goa Hira’, (Asy-Sabuni, 2011). Surat Al-’Alaq merupakan
surat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Di dalam surat ini banyak
terdapat mutiara ilmu yang menakjubkan bagi orang-orang yang mendalami isi kandungannya. Di
antara faidah yang terdapat dalam surat ini adalah tentang pentingnya membaca, proses penciptaan
manusia, dan banyak lagi yang lainnya.
Menurut Ibnu Katsir bahwa surat al-‘Alaq ayat 1-5 merupakan surat yang berbicara
tentang permulaan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, awal dari nikmat yang
diberikan kepada hamba-Nya dan sebagai tanbih (peringatan) tentang proses awal penciptaan
manusia dari ‘alaqah, (Al-Dimisqi, n.d.). Ayat ini juga menjelaskan kemuliaan Allah Swt. yang
telah mengajarkan manusia sesuatu hal (pengetahuan) yang belum diketahui, sehingga hamba
dimuliakan Allah dengan ilmu yang merupakan qudrat-Nya. Sementara itu, menurut Ali al-
Shabuni bahwa surat al-‘Alaq disebut juga dengan surat Iqra, ayat ini turun di Mekah dengan
memuat 3 hal:
a. Menjelaskan awal turunnya wahyu kepada nabi Muhammad saw;
b. Menjelaskan kekuasaan Allah tentang penciptaan manusia;
c. Menjelaskan tentang kisah celakanya Abu Jahal sebab mencegah (melarang) Nabi Muhammad
Saw. melaksanakan shalat, (Asy-Sabuni, 2011).
Al-Quran adalah firwan Allah Swt. yang mempunyai banyak makna dan faedah
didalamnya yang bisa langsung di cerna oleh manusia, akan tetapi ada juga yang tidak bisa di
cerna langsung oleh manusia, dengan ini ada yang di namakan penafsiran oleh ulama-ulama yang
memiliki banyak ilmu dalam memahami al-Qur’an sehingga dapat di tafsirkan dan dipahami,
begitu pula dengan penjelasan hubungan surah yang satu dengan surah sebelumnya atau
sesudahnya pasti memiliki arti sendiriya. Para ulama kita memiliki ilmu yang dibukukan dalam
bentuk kita yang menjadi peradaban ilmu yang sampai sekarang berkembang di dunia modrn.
Menciptakan Generasi Qur’ani. Setelah tahu tentang apa saja yang kita pelajari dalam membaca
al-Qur’an maka langkah selanjutnya bagamana menjadi generasi al-Qur’an agar apa yang kita
pelajari diawala tidak sia-sia denganperbuatan yang tidak bermanfaat, Didalam al-Qur’an Allah
Swt. Berfirman. “Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami
berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, Dan rasa belas kasihan yang mendalam
dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa, Dan seorang yang
berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.
Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia
dibangkitkan hidup kembali. Maksudnya: pelajarilah Taurat itu, amalkan isinya, dan sampaikan
kepada umatmu. Maksudnya, kenabian. atau pemahaman Taurat dan pendalaman agama”, (RI,
1989a).
Dalam ayat ini dijelaskan karakter generasi al-Qur’an yang dimasud adalah diibaratkan
dalam al-Qur’an yang mengisahkan nabi Yahya As. Mendapat rahmat, keberkahan, keberhasilan
dan keselamatan hidup didunia dan diakhirat. Rahasianya adalah karena nabi Yahya As. Memiliki
tujuh karakter utama dan mulia sebagaimana disebutkan dalam ayat ini: selalu berinteraksi dengan
kitab Allah Swt. mendapatkan ilmu Hikmah, berkasihsayang dengan manusia, menjaga diri dari
dosa dan maksiat, bertakwa kepada Allah Swt. berbakti pada orang tua, bersikap tawadhu dan
tidak sombong. Karakter ini yang harus menjadi cita-cita orang tua, sekolah dan kampus yang
Islami yang tertanam pada anak sebagai generasi muslim, (Bahri, n.d.). Ayat ini mengidintikasi
keberhasilan pendidikan rumah tangga yang dilakoni oleh nabi Zakriya dan istrinya selaku orang
tua Yahya As. Sehingga sejak kelahirannya, kehidupannya, kematian, hingga kebangkitannya di
hari akhir, Yahya As. Mendapat rahmat dan keselamatan dari Allah Swt. diantara faktor utama
keberhasilan pendidikan nabi Zakariya As. Adalah, (Bahri, n.d.).
Cita-cita melahirkan anak yang hebat dan berjiwa pemimpin. Allah Swt. berfirman dalam
al-Qur’an “Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah
Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris yang paling Baik”, (RI, 1989b).
Ibnu katsir dalam tafsirnya mengenai ayat ini menjelaskan bahwa Zakariya memohon kepada
Allah Swt. agar menanugrahi untuknya seorang anak yang kelak menjadi pemimpin dan dapat
menggatikan posisinya member pengajaran tauhid kepada manusia. Diawal surah Maryam ia
berdoa. “Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, Yang akan
mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang
yang diridhai”, (RI, 1989a).
mengajarkan etika dan adab), sebagai murabbi (yang menuntun dan membimbing tahap demi
tahap), sebgai mudarris (guru yang sabar member pengajaran dengan berbagai metode), dan
mu’allim (memperhatikan kurikulum pendidikan yang prioritas untuk dikuasai). Sehingga Yahya
meskipun diusianya yang sangat belia 7 tahun, sudah bias memahami hukum-hukum Allah dan
bias merealisasikan hukum-hukum tersebut dalam kehidupannya. Jadi target pendidikan untuk
anak usia dini adalah cinta, dekat dengan al-Qur’an dan bias membacanya. Allah berfirman, “Dan
rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang
yang bertakwa”, (RI, 1989b). Sejatinya anak-anak muslim itu memasuki usia yang ketujuh tahun
sudah tidak ada lagi yang buta huruf al-Qur’an. Dan pada tahap itu mereka sdah harus diajarkan
memahami ayat-ayat al-Qur’an dan mulai diperkenalkan serta diajarkan prinsip hak dan batil,
prinsip halal dan haram.
Demikianlah cara yang mendidik anak agar menjadi generasi Qur’ani yang Allah
informasikan melalui wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah melalui perantaraan malaikat
jibril, yang menjadi pelajaran besar bagi kehidupan kita jika mau mengamalkannya, baik itu bagi
orang tua, guru dan dosen agar menghasilkan generasi Qur’ani. Menciptakan generasi Qur’ani
yaitu menciptakan generasi yang sesuai tuntutan al-Qur’an dan hadis Nabi, karena akan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan sejarah peradaban manusia dibumi ini, Qenerasi Qur’ani
berarti yang pertam harus dilakukan yaitu membaca al-Qur’an sesuai dengan tuntutan Ilmu mahraj
Huruf dan Ilmu tajwid, menghapal al-Qur’an yaitu hafidz, Membaca al-Qur’an secara meluas
meliputi sosial, budaya, politik, ilmu pengetahuan, alam semesta dan lainnya, kemudian
mengajarkan kepada orang lain dan mengamalkan isi al-Qur’an. Generasi Qur’ani yang terlahir
didunia ini apabila bisa dipertahankan akan melahirkan generasi Qur’ani selanjutnya yang harus
diberikan berbagai fasilitas yang dapat menunjang perkembangan kemanpuan membaca,
menghapal, mengajarkan dan mengamalkan, agar bisa bertahan dan populasinya bertambah
banyak dan akan menjadikan kampus di negri kita menjadi negara yang Qur’ani yang senagtiasa
beriman dan bertaqwa kepada Allah.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian MTs. Muhammadiyah 1 Salawati Kabupaten Sorong selama
satu kali kegiatan pencak silat, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pengaruh nilai-nilai
pencak silat terhadap kepribadian siswa tidak signifikan. Hal itu di sebebkan oleh perolehan tabel
data pada uji regresi linier sederhana, dapat dilihat nilai signifikansi pada variabel nilai-nilai
pencak silat adalah 0,32. Angka tersebut lebih besar dari 0,05. Meskipun kurangnya pengaruh
nilai-nilai pencak silat terhadap kepribadian, hal tersebut perlu terus ditingkatkan karena tentunya
akan berdampak lebih baik untuk hal lain yang berhubungan dengan peningkatan jenjang hidup
mereka kemasa yang akan datang, menjalani kahidupan dengan nilai-nilai keislaman serta dapat
menjadi panutan atau contoh bagi orang lain yang berjiwa pendekar yang mempunyai tujuan
berdakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Dimisqi, A. F. al-H. ibn K. (n.d.). Tafsir al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: Dar al Fikr.
Al-Farmawi, A. al-H. (1997). al-Bidaya Fil Ala Tafsir al-Maudhu’i. Mesir: Maktabah Al-
Jumhuriyah.
Al-Musil, A. bin I. bin K. (1995). Syarah Kitab Muqoddimah Usul Tafsir, Juz I. Maktabah
Syamilah.
Ali Abdul Halim Mahmud. (1995). at- Tarbiyah ar-Ruhiyah,. Jakarta: Gema Insani Press.
An-Nahlawi, A. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema
Insani Press.
Asrori. (2012). Tafsir al-Asrar: Bahan Kultum Pengajian. Yogyakarta: Daarut Tajdiid.
Asy-Sabuni. (2011). Syafwatut Tafasir, terj. Yasin. Jakarta: Pustaka Al-kautsar.
Bahri, S. (n.d.). Nutrisi Akal Dan Jiwa. Yogyakarta: Writing Revolution.
Chalil, M. (2001). Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Gema Insani Pers.
Pamungkas, I. (1999). Riwayat Nabi Muhammad. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
RI, D. A. (1989a). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra.
RI, D. A. (1989b). Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama RI.
RI, D. A. (2003). Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-undang
Sisdiknas (III). Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag.
Rusd, A. I. (1998). Pemikiran al- Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sihab, M. Q. (2012). Al-Lubab. Jakarta: Pustaka Al-kautsar.
Sunarto, A. (2010). Tafsir Juz ‘Amma. Surabaya: Karya Agung.