Afiks-Afiks Pembentuk Verba Denominal Dalam Bahasa Jawa Nanik Herawati Rustono Soepomo Poedjosoedarmo
Afiks-Afiks Pembentuk Verba Denominal Dalam Bahasa Jawa Nanik Herawati Rustono Soepomo Poedjosoedarmo
Afiks-Afiks Pembentuk Verba Denominal Dalam Bahasa Jawa Nanik Herawati Rustono Soepomo Poedjosoedarmo
ABSTRACT
Research purposes are (1) to identify affixes in Javanese language which form denominal verbs
and to explain the functions and meanings of javanese verbal derivation, and (2) to explain
productivity of derivative affixes in forming denominal verbs in Javanese languange. The
theoritical basis used in the research covers (1) morphology, (2) verbs, (3) affixes, (4)
derivational morphology, (5) inflectional morphology (6) kinds of Javanese derivations, and (7)
productivity of affixes in Javanese verbs. This research is qualitative one with linguistic
structure as research method. This research data is in the form of sentences in which there are
verb affixation that occupy the function as predikat in the sentences. Agih method is used in
data analysis. The study of denominal verb in the Javanese language with the process of
affixation can be in the forms of: (1) affixes that form denominal verbs, (2) infixes that form
denominal verbs, (3) suffixes that form denominal verb, and (4) combined affixed that form
denominal verbs. Productivity of affixes in forming Javanese denominal verbs can be: (1) prefix
with high productivity in forming Javanese denominal verbs, (2) infixes with fair productivity
in forming Javanese denominal verbs, (3) suffixes with high productivity in forming Javanese
denominal verbs, and (4) combined affixes with high productivity in forming Javanese
denominal verbs.
Key words: derivation, affixes, verbs.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi afiks-afiks Bahasa Jawa yang membentuk
verba denominal serta menjelaskan fungsi dan makna derivasi dalam menurunkan verba bahasa
Jawa,dan (2) memaparkan produktivitas afiks derives dalam menurunkan verba denominal
dalam bahasa Jawa. Landasan teoretis yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi (1)
morfologi, (2) verba, (3) afiksasi, (4) morfologi derivasional, (5) morfologi infleksional, 6)
jenis-jenis derivasi bahasa jawa, dan (7) produktivitas afiksasi pada verba bahasa Jawa. Jenis
penelitian kualitatif dengan metode penelitian linguistic struktural. Objek penelitian verba
derivasional dengan proses afiksasi. Data penelitian ini berupa kalimat yang di dalamnya
terdapat verba afiksasi yang menduduki fungsi sebagai predikat dalam kalimat.Metode analisis
data menggunakan metode agih.Hasil kajian verba denominal, dalam bahasa Jawa dengan
proses afiksasi berupa : (1) Prefiks pembentuk verba denominal, (2) Infiks pembentuk verba
denominal, (3) Sufiks pembentuk verba denominal, (4) Konfiks pembentuk verba denominal.
Produktifitas afiks-afiks dalam pembentukan verba denominal bahasa Jawa : (1) Prefiks sangat
produktif dalam pembentukan verba denominal bahasa Jawa, (2) Infiks cukup produktif dalam
pembentukan verba denominal bahasa Jawa, (3) Sufiks sangat produktif dalam pembentukan
verba denominal bahasa Jawa, (4) Konfiks sangat produktif dalam pembentukan verba
denominal bahasa Jawa
\ derivasi, afiksasi, verba
526
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infleksi dan derivasi merupakan persoalan klasik di dalam tata bahasa tradisional dan
selalu dibedakan di dalam pemerian morfologi bahasa Indo-Eropa (Subroto:53). Meskipun
keduanya merupakan proses morfologi yang berbeda, keduanya saling berkaitan erat
antara satu dengan yang lain dan pemerian tentang keduanya saling melengkapi.
Menurut Subroto (1985) proses derivasional ada dua macam, yakni derivasi
transposisional dan derivasi taktransposisional. Derivasi transposisional adalah derivasi
yang mengakibatkan terjadinya perubahan kelas kata, sedangkan derivasi
taktransposisional adalah derivasi yang tidak mengubah kelas katanya.
Ada banyak pakar bahasa yang membicarakan derivasi dan infleksi antara lain:
Uhlenbeck (1953, 1971), Lyons (1968), Matthews (1974), Subroto (1985), Bauer (1988),
Katamba (1993), Verhaar (1999). Artikel Uhlenbeck (1983) berfokus pada masalah
morfologi verba. Lyons (1968) membicarakan masalah morfologi derivasi dan morfologi
infleksi, begitu juga Matthews(1974) memilah morfologi menjadi dua yakni morfologi
inflkesional dan morfologi derivasional. Subroto (1985) dalam disertasinya yang berjudul
Transposisi dari Adjektiva menjadi Verba dan Sebaliknya. Bauer (1983) juga memilah
morfologi menjadi dua bentuk infleksi dan word formation (membicarakan tentang afiksasi
derivasional dan pemajemukan).
Penelitian ini hanya difokuskan pada afiks-afiks pembentuk verba denominal dalam
bahasa Jawa. Verba denominal maksudnya kata kerja yang berasal dari bentuk dasar kata
benda.
B. Perumusan Masalah
Proses derivasi dalam bahasa Jawa dibedakan menjadi dua yakni derivasi
transposisional dan derivasi taktransposisional. Verba denominal, merupakan proses
derivasi yang transposisional. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut.
1. Afiks-afiks apa saja yang membentuk verba denominal dalam bahasa Jawa?
2. Bagaimanakah produktivitas afiks-afiks dalam menurunkan verba denominal bahasa
Jawa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan afiks-afiks Bahasa Jawa yang membentuk verba denominal serta
menjelaskan fungsi dan makna derivasi dalam menurunkan verba bahasa Jawa
2. Memaparkan produktivitas afiks derivasi dalam menurunkan verba denominal.
2. Morfologi
Menurut Kridalaksana (1982:111) morfologi merupakan bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya : Kajian morfologi disini mencakup
satuan-satuan terkecil yaitu morfem dan satuan terbesar yaitu kata. Morfologi
mempelajari seluk beluk pembentukan kata disertai dengan perubahan fungsi dari
makna.
527
Sulchair (1987:50) mengatakan proses morfologi ada tiga macam, yaitu afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan. Perubahan kata dengan afiksasi seperti pada kata
kathok ‘celana’ (N) kathokan ‘memakai celana’ (V), paku ‘paku’ (N) maku
‘memaku’ (V).
3. Verba
Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa mengenal dua macam bentuk verba, yaitu (1)
verba asal dan (2) verba turunan. Verba asal dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam
konteks sintaksis, seperti adus, turu, lunga, mati. Verba turunan verba yang
menggunakan afiks, dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu; a. Verba yang dasarnya
adalah dasar bebas misalnya singkir ‘singkir’, memerlukan afiks agar dapat berfungsi
sebagai verba sehingga menjadi nyingkir ‘menepi’; b. Verba yang dasarnya adalah dasar
bebas misalnya lunga ‘pergi’ yang dapat berdiri sendiri sekaligus dapat pula memiliki
afiks misalnya nglungani ‘pergi diam-diam’; c. Verba yang dasarnya adalah dasar
terikat misalnya temu ‘temu’ yang memerlukan afiks sehingga menjadi nemu.
4. Afiksasi
Salah satu proses morfologis yang ada pada bahasa Jawa ialah proses afiksasi.
a. Prefiks (Ater-ater) : Prefiks atau ater-ater merupakan imbuhan yang ditempatkan di
awal kata. Prefiks bahasa Jawa berupa ater-ater anuswara {m-, n-, ng-, dan ny-}
ater-ater {a-}, {ma N-}, {ka-}, {ke-}, {di-}, {sa-}, {mi-}, {pa-}, {mer-}, pa+anuswara
{pam-, pan-, pany, pang-}, {pri-}, {pra-}, {tar-}, {kuma-}, {kami-}, {kapi-}
(Wedhawati, 2006).
b. Infiks (seselan) : Infiks atau seselan adalah imbuhan yang dilekatkan ditengah kata
atau diawal kata, berupa : {-um-}, {-in}, {-el-}, {-er}. Penggunaan infiks seperti :
tinali, ginandheng
528
METODE PENELITIAN
529
Fungsi Infiks {-in}: pembentuk verba pasif. Contoh kata kerja pasif transposisi dari
kata benda : inguleg, tinali.
Makna Infiks {-in-}
a. D + {-in-} ‘dikenai tindakan seperti yang dilakukan pada bentuk dasarnya’
(3) Sambele inguleg nganti lembut. inguleg ‘diuleg’
(4) Bukune Dewi tinali pita. tinali ‘ditali
Perubahan kelas kata dari nomina menjadi verba di atas dapat diketahui
dengan tes keanggotaan kategorial dan juga dapat dilakukan pengecekan dengan
teknik oposisi dua-dua, sebagai berikut.
No. Verba Denominal Bentuk Dasar Proses Afiksasi
1. inguleg (V) uleg (N) {-in-} + D
2. tinali (V) tali (N) {-in-} + D
530
PRODUKTIVITAS AFIKS-AFIKS PEMBENTUK VERBA DENOMINAL DALAM
MENURUNKAN BAHASA JAWA
SIMPULAN
Penelitian ini hanya membahas tentang afiks-afiks pembentuk verba denominal dalam
bahasa Jawa.
1. Prefiks Pembentuk Verba Denominal.
Prefiks {N-} + D, Fungsi : membentuk verba aktif, adapun maknanya sebagai berikut:
‘melakukan perbuatan atau aktifitas sesuai dengan apa yang dinyatakan pada bentuk dasar.
2. Infiks Pembentuk Verba Denominal
Infiks {-in} termasuk verba pasif, dipergunakan jika pelaku tindakan orang ketiga, baik
tunggal maupun jamak.
3. Sufiks Pembentuk Verba Denominal
Sufik {-a} bisa bersambung dengan kata yang berakhir vokal maupun konsonan. Beberapa
bentuk Verba denominal dengan proses sufiks {-a} misalkan udana, grimisa, mendunga.
Fungsi verba {-a} Pembentuk verba imperatif, pengandaian, dan pegharapan. Makna verba
{-a} sebagai ‘perintah untuk bertindak pada orang kedua’.
4. Konfiks Pembentuk Verba Denominal
Konfiks {N- -i} apabila melekat pada bentuk dasar nomina akan menjadi kata kerja atau
verba denominal , seperti kata paku, gunting, samak bila mendapat imbuhan konfiks [N- -i]
menjadi makoni, ngguntingi, nyamaki. Fungsi: Verba denomina bentuk [N- -i] termasuk
verba aktif transitif dengan bentuk dasar yang berwujud morfem pangkal. Makna: memberi
seperti apa yang dinyatakan pada bentuk dasarnya; memakaikan seperti apa yang dinyatakan
pada bentuk dasarnya.
531
DAFTAR PUSTAKA
532