Laporan Observasi-Makul Pak Fauzi
Laporan Observasi-Makul Pak Fauzi
Laporan Observasi-Makul Pak Fauzi
IAIFA KEDIRI
OLEH:
IMAM MUTAQIN
NIM. 20181600010013
Abstrak
Studying or reading Kitab Kuning, such as the hadith books or the Qur'anic commentaries is
not an easy job. Need perseverance and other sciences such as Arabic, Nahwu, Shorrof, and
so on are needed. Thus, if studied traditionally it will take quite a long time, even according
to some circles it takes between 5 and 15 years to be able to read and understand it well. On
this basis, the Sidogiri Islamic boarding school makes a Kitab Kuning learning method,
which is easily understood and easily memorized by the santri with the hope that the students
who live in Sidogiri in a short time can read and understand Kitab Kuning well. In 2018 the
boarding school of asrama IAIFA succeeded in making yellow book learning method. This
method is called sorogan. Initially this method was tested on 50 new santri. In a very short
period of time around three months there were 65 students who could read and understand
Kitab Kuning by using sorogan method. The results of this study indicate that: a) Yellow
book learning planning using sorogan method is: (1) Formulating yellow book learning goals.
(2) Determine the subject matter. (3) determine Kitab Kuning learning strategy. (4) Hold a
placement test. (5) determine the allocation of school hours. b) Kitab Kuning learning process
using the sorogan method consists of several stages: (1) preliminary stage. (2) core stage and
(3) cover. c) Evaluation of yellow book learning using sorogan method using oral tests and
written tests while the implementation of the tests is carried out in the learning process and
outside the learning process.
Pendahuluan
Kitab kuning merupakan bagian penting dari pondok pesantren. Kitab kuning telah menjadi
bahan ajar pondok pesantren sejak lama sehingga kitab kuning memiliki kedudukan dan
peran yang sangat penting di pesantren.
Kitab kuning di pesantren ditempatkan pada posisi khusus karena keberadaannya sebagai
bagian utama dan juga sebagai pembeda antara pesantren dengan lembaga pendidikan Islam
lainnya. Teks-teks dari buku-buku ini sangat pendek, beberapa berjilid. Pengelompokan kitab
kuning ini dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu buku tingkat dasar, buku tingkat
menengah dan buku tingkat atas.
Kitab kuning sangat penting untuk dipelajari dan diajarkan sebagai tuntunan dan tuntunan
dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam memahami, menafsirkan dan menerapkan bagian-
bagian hukum yang ada di dalam kitab-kitab yang dipelajari. Selain itu, mempelajari kitab
kuning merupakan upaya pemenuhan kebutuhan manusia dengan memberikan ilmu untuk
kemajuan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
mendidik calon sarjana. Hal ini dapat dicapai dengan pembelajaran yang efektif dan
berkelanjutan.
Metode sorogan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab
kuning dimana terdapat asumsi-asumsi yang perlu dijawab. Pertama, latar belakang
mahasiswa relatif awam. Kedua, alokasi waktu terbatas, sedangkan jumlah siswa relatif
banyak. Pada dasarnya kedua asumsi ini saling berkaitan. Bila latar belakang santri itu awam,
pada dasarnya menuntut pandangan yang memakan waktu relatif lebih lama. Karena
keharusan kyai atau ustadz untuk mengenali potensi kognitif masing-masing santri, yang
selanjutnya menuntut penanganan yang berbeda.
Dengan latar belakang tersebut, penulis ingin mengkaji secara mendalam “Implementasi
Pembelajaran Kitab Kuning Terhadap Mahasiswa Iaifa Kediri”. Sehingga nantinya peneliti
dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran kitab kuning yang ada di lembaga
pendidikan.
Kajian teori
1. Definisi Kitab Kuning
a. Pengertian Kitab Kuning
Di antara banyak hal menarik tentang pesantren dan yang tidak ditemukan di lembaga
lain adalah mata pelajaran standar yang ditekstualkan dalam kitab-kitab salaf (klasik)
yang sekarang populer diperkenalkan sebagai kitab kuning . Awalnya masyarakat
pesantren tidak mengerti mengapa kitab-kitab yang mereka pelajari disebut kitab
kuning, namun seiring dengan semakin banyaknya masyarakat muslim yang ingin
menambah ilmu agamanya, jumlah santri di pondok pesantren bertambah pesat dan
wawasan mereka tentang agama semakin bertambah. Ilmu-ilmu juga mengalami
kemunduran, dan berdasarkan riwayat-riwayat masa lalu, maka pada akhirnya mereka
mengetahui bahwa kitab kuning adalah kitab-kitab salaf yang mereka pelajari. Istilah
kitab kuning awalnya diperkenalkan oleh orang luar pesantren, sekitar dua dekade lalu
dengan nada yang merendahkan. Dalam pandangan mereka, kitab kuning dianggap
sebagai kitab dengan tingkat keilmuan yang rendah, ketinggalan zaman dan menjadi
salah satu penyebab stagnasi pemikiran masyarakat. Istilah ini awalnya sangat
menyakitkan tetapi kemudian nama Kitab kuning diterima secara luas sebagai salah
satu istilah teknis dalam kajian pesantren. Di kalangan pesantren sendiri, selain istilah
kitab kuning, istilah kitab klasik (al-kutub al-qadimah) juga beredar untuk menyebut
kitab yang sama. Bahkan karena tidak dilengkapi dengan pakaian (syakil), kitab kuning
di kalangan pesantren juga sering disebut botak. Dan karena rentang waktu sejarah
yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab
kuning sebagai kitab kuno.
2. Karakteristik Kitab Kuning
Kitab kuning memiliki ciri khas tersendiri yang jarang ditemukan pada kitab-kitab lain dan
inilah yang membedakannya dengan kitab-kitab lainnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
a) Banyak struktur kalimat dimulai dengan kata kerja
b) Gunakan banyak kata ganti (hampir)
c) Struktur kata yang digunakan dalam bahasa tersebut mengenal Isytiqaq atau perubahan
yang terjadi pada kata itu sendiri
d) Buku kuning yang juga disebut buku botak umumnya tidak ditulis
e) Ukurannya besar, hurufnya kecil dan tidak mengenal titik atau koma
f) Struktur kalimat dalam bahasa tersebut mengenal i'rab atau perubahan bentuk akhir
kata
g) Penyajiannya sederhana secara sistematis, perpindahan dari sub topik ke sub topik lain
tidak menggunakan paragraf baru, melainkan dengan artikel atau kode.
h) Umumnya disajikan dalam dua komponen matan dan syarah, matan terletak di luar
garis persegi panjang yang mengelilingi syarah.
i) Penjilidan buku kuning biasanya dengan sistem kandang, dimana halaman-halamannya
dapat dipisahkan sehingga dapat memudahkan pembaca untuk mereviewnya dengan
santai tanpa harus membawa seluruh badan buku yang terkadang mencapai ratusan
halaman.
3. Metode Pembelajaran Kitab Kuning
a. Definisi Metode
metode adalah cara yang terorganisir dan dipikirkan dengan baik untuk mencapai
tujuan. Metode juga dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep secara sistematis.
sistematis. Sedangkan belajar adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Sehingga dapat
dipahami bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan materi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.
b. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Kitab Kuning Menurut Zamakhsyari Dhofier dan
Nurcholish Madjid, metode pembelajaran Kitab Kuning di pondok pesantren meliputi
metode Wetonan, dan metode Sorogan. Sementara itu, Husein Muhammad
menambahkan, selain metode di atas, metode yang diterapkan dalam pembelajaran
kitab kuning adalah metode diskusi dan metode hafalan musyawarah (munazharah),
dan metode hafalan.
1) Metode Wetonan.
Metode wetonan adalah metode pengajaran kitab kuning, dimana seorang guru,
kiai, atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi kitab, sedangkan santri, santri,
atau santri mendengarkan, memberi makna, dan menerima. Senada dengan apa
yang dikatakan Endang Turmudi, dalam metode ini kiai hanya membaca satu
bagian bab dalam sebuah kitab, menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan
memberikan penjelasan yang diperlukan.
2) Metode Sorogan
Metode Sorogan adalah siswa bergiliran menghadap kiai satu per satu dengan kitab
tertentu. Kiai membacakan beberapa baris dari kitab tersebut beserta artinya,
kemudian santri mengulangi bacaan kiai tersebut. Husein Muhammad
menambahkan bahwa siswa membaca sementara guru mendengarkan sambil
memberikan catatan, komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Namun, dalam
metode ini, dialog antara siswa dan guru belum atau tidak terjadi.
3) Metode Diskusi
Metode diskusi atau munazharah adalah sekelompok santri tertentu yang
membahas masalah, baik yang diberikan oleh kiai maupun masalah yang
sebenarnya terjadi di masyarakat. Diskusi ini dipimpin oleh seorang santri dengan
observasi dari pengasuh/kiai yang mengoreksi hasil diskusi. Metode diskusi
bertujuan untuk merangsang pemikiran dan berbagai jenis pandangan agar siswa
atau siswa aktif dalam belajar.
4) Metode Menghafal
Metode hafalan merupakan metode yang unggul dan sekaligus menjadi ciri khas
yang melekat pada sebuah pesantren dari dulu hingga sekarang. Metode hafalan
tetap dipertahankan selama masih terkait dan diperlukan untuk argumentasi dan
aturan yang naqly. Dan cara ini biasanya diberikan kepada anak-anak yang berada
di usia SD atau SMP. Di sisi lain, pada usia di atas, metode ini harus dikurangi
sedikit demi sedikit dan digunakan untuk formula dan aturan.
5) Metode Amtsilati
Metode Amtsilati merupakan kombinasi dari metode hafalan, rumus cepat, dan
menggunakan banyak contoh dari ayat-ayat Al-Qur'an. Dengan metode ini siswa
akan bersemangat dalam mempelajari kitab kuning, karena metode ini sangat
mudah dicerna sesuai dengan kemampuan siswa. dalam metode Amtsilati ini
dibagi menjadi 5 juz. Dari pemula hingga mahir, semuanya dijelaskan sesuai
levelnya.
METODE PENELITIAN
1) Observasi
Observasi adalah mengamati peristiwa, gerakan atau proses. merupakan metode pertama
yang digunakan dalam melakukan penelitian ilmiah. Wawancara Wawancara adalah
percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
2) Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dengan
mencari data berupa catatan, transkrip, buku, dokumen yang berkaitan dengan fokus
penelitian yang akan dijadikan sebagai bahan data sekunder tentang materi pelaksanaan
IAIFA Asrama . Setelah data terkumpul, dilakukan pemilahan sesuai dengan
permasalahan yang diangkat dalam pengumpulan data. Setelah itu dilakukan pengolahan
dengan proses editing yaitu dengan cara meneliti kembali data yang diperoleh apakah data
tersebut sudah cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk proses selanjutnya. Dalam
penelitian ini yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah
deskriptif (nonstatistik), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan
data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori-
kategori untuk memperoleh kesimpulan. Siapa yang mengetahui keadaan sesuatu tentang
apa dan bagaimana, berapa banyak, sampai sejauh mana, dan sebagainya.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Perencanaan Kajian Buku Kuning Melalui sorogan
Perencanaan adalah proses menentukan dan memanfaatkan sumber daya secara terpadu
yang diharapkan dapat mendukung kegiatan dan upaya yang akan dilakukan secara
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Atas dasar itu, perencanaan dalam
pembelajaran menjadi sangat penting, terutama dalam pembelajaran kitab kuning.
Sebelum melakukan pembelajaran kitab kuning dengan menggunakan sorogan, terlebih
dahulu seluruh santri pondok pesantren Sidogiri membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran agar pembelajaran kitab kuning dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Sedangkan perencanaan pembelajaran kitab kuning menggunakan sorogan akan
dijelaskan sebagai berikut:
2. Merumuskan Tujuan Studi Kitab Kuning
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh
siswa setelah mengikuti pembelajaran, dengan kata lain tujuan adalah tujuan yang ingin
dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tujuan memiliki tingkatan dari yang umum
sampai yang khusus. Semua tujuan ini saling berhubungan satu sama lain dan tujuan di
atas mereka. Jika tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak
tercapai. Hal ini karena tujuan selanjutnya merupakan turunan dari tujuan sebelumnya.
Sedangkan tujuan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sidogiri adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh guru dari setiap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Maka dengan adanya tujuan pembelajaran, ketika guru mengajar di kelas, mereka harus
memiliki target dalam proses pembelajaran sehingga guru akan menggunakan waktu
kelas dengan sebaik-baiknya untuk mencapai target tersebut.
3. Menentukan Materi Pelajaran
4. Materi pelajaran adalah suatu bentuk bahan atau seperangkat substansi pembelajaran
untuk membantu guru/instruktur dalam kegiatan belajar mengajar yang disusun
secara sistematis agar memenuhi standar kompetensi yang ditentukan. Dari uraian di
atas dapat dipahami bahwa materi pelajaran merupakan unsur pembelajaran yang
penting dan harus menjadi perhatian guru. Materi pelajaran merupakan media untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang “dikonsumsi” oleh siswa. Oleh karena itu,
penentuan materi pelajaran harus didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Begitu
juga dalam pembelajaran kitab kuning diperlukan bahan-bahan yang dapat
memudahkan siswa membaca kitab kuning sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
5. Sebuah. Menentukan Metode Pembelajaran Kitab Kuning.
Metode sangat penting bagi siswa. Metode pendidikan hampir seluruhnya
bergantung pada kepentingan siswa, guru hanya berperan sebagai motivator,
stimulator, fasilitator, atau hanya sebagai instruktur. Oleh karena itu pemilihan
metode dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran kitab kuning
menjadi sangat penting karena dengan metode santri menjadi mudah untuk
memahami dan menghafal kaidah bahasa arab sehingga siswa dapat membaca dan
memahami kitab kuning dalam waktu yang sangat singkat dan siswa -Santripun
masih memiliki kesempatan untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Metode yang
asrama IAIFA dalam pembelajaran kitab kuning tidak hanya menggunakan metode
klasikal seperti sorogan dan bandongan tetapi juga menggunakan metode
pembelajaran yang mampu membuat santri aktif, kreatif, dan menyenangkan
sehingga pada akhir pembelajaran proses siswa dapat menguasai materi pelajaran
dengan baik.
6. Menentukan Alokasi Jam Pelajaran
Alokaasi waktu pembelajaran kitab kuning yang ada di Asrama IAIFA itu satu
minggu full akan tetapi dalam satu hari kurang lebih 2 sampai 3 jam dalam
pembelajaran kitab kuning.
7. Menentukan Media Pembelajaran
Media adalah sarana penyebaran pesan atau informasi pembelajaran yang ingin
disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan. Penggunaan
media pengajaran dapat membantu mencapai keberhasilan belajar. Hasil banyak
penelitian telah membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam
proses belajar mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi belajar
siswa. Keterbatasan media yang digunakan di dalam kelas diduga menjadi salah satu
penyebab lemahnya kualitas belajar siswa.
Dengan demikian penggunaan media dalam pengajaran di kelas merupakan kebutuhan
yang tidak bisa diabaikan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat proses pembelajaran
yang dialami siswa difokuskan pada berbagai kegiatan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan untuk bekal kehidupan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar
yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan
mengerahkan seluruh sumber belajar dan metode pembelajaran yang efektif dan
efisien. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan penunjang yang efektif dalam
membantu terjadinya proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat mengikuti proses pembelajaran di asrama
IAIFA, media yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat minim, bahkan bisa
dikatakan sangat klasik karena media yang digunakan hanya ada papan tulis dan buku
pelajaran saja, bahkan jadi, tidak berpengaruh pada siswa karena kualitas membaca
dan menulis. Pemahaman kitab kuning setiap tahunnya terus mengalami peningkatan
yang sangat signifikan.
KESIMPULAN
Kesimpulan Dalam merencanakan pembelajaran kitab kuning dengan metode
sorogan, ada beberapa tahap awal untuk merumuskan tujuan pembelajaran kitab
kuning. Tujuan pembelajaran kitab kuning ada dua tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dibuat oleh pengurus asrama IAIFA sedangkan tujuan khusus dibuat
oleh guru sesuai dengan tujuan materi yang ingin dicapai pada proses pembelajaran
kedua untuk menentukan materi yang akan diajarkan. Materi yang diajarkan diambil
dari kitab Jurmiyah Imriti dan Alfiyah yang dikumpulkan dalam empat jilid. ketiga
menentukan metode pembelajaran. Metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran kitab kuning adalah metode yang dapat membuat siswa aktif, kreatif,
dan menyenangkan. Keempat, mengadakan tes, tes bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa sehingga nantinya ditentukan dalam volume berapa dia harus
belajar. Kelima, membuat jadwal kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran kitab
kuning dilaksanakan secara penuh dalam satu minggu sekali. Media yang digunakan
selama proses pembelajaran adalah papan tulis, buku teks dan spidol.
lampiran
DOKUMENTASI