Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Kabupaten Minahasa Tenggara
Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Kabupaten Minahasa Tenggara
Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Kabupaten Minahasa Tenggara
ABSTRACT
Chili is a strategic commodity with important economic value in Indonesia. The Ministry of Agriculture
included chili in a special program as of 2015 to increase production. Chili as a commodity has a high
impact on Indonesia’s economy, party because fluctuations in its price can influence inflation. Data from
the Central Statistics Agency indicate that chili supplies decrease during the rainy season while demand
increases in the months of Ramadhan, Christmas, and New Year, and in these times chili prices
increase and cause inflation. To support national demand, there needs to be an increase in chili
productivity. Chili plots sometimes cannot be planted year-round due to the high use of artificial
chemical fertilizer with excessive dosage, thus decreasing the quality of land and quality and volume of
chili crop yield. For that reason, there needs to be a study that identifies cultivation techniques for chili in
the regency of Southeast Minahasa. Study results show that cultivation methods in Molompar village,
Southeast Minahasa, still depends on farmers’ experiences. Field instructors have not been optimally
guiding the local farmers.
Keywords: chili farmers, cultivation methods, production
ABSTRAK
Cabai merupakan komoditas strategis yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Kementerian
Pertanian memasukkan cabai dalam Program Upaya Khusus (Upsus) sejak 2015, untuk bisa
meningkatkan produksi cabai. Komoditas cabe berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia,
antara lain karena fluktuasi harganya mempengaruhi inflasi. Dari data Badan Pusat Statistik, kondisi
saat pasokan cabai turun seperti di musim hujan atau permintaan naik di bulan Ramadhan dan hari
raya Natal dan tahun baru. Harga cabai naik sehingga memicu inflasi. Untuk menopang kebutuhan
nasional, perlu peningkatan produktivitas cabai. Lahan penanaman cabai kadang-kadang tidak dapat
dipertahankan untuk tanam cabe sepanjang tahun dikarenakan pemakaian pupuk anorganik (kimia)
yang cukup tinggi dan pestisida dengan dosis tidak sesuai rekomendasi sehingga menurunkan kualitas
lahan dan kualitas serta produksi cabai. Untuk itu perlu dilakukan penelitian Identifikasi Teknik
Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan Kabupaten Minahasa Tenggara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Teknik budidaya cabai di desa Molompar kab. Mitra masih menerapkan pengalaman
petani. Petugas PPL belum maksimal mendampingi petani.
Key words: petani cabai, teknik budidaya, produksi
Petani cabai di Desa Molompar Kabupaten yaitu pada waktu tanam, pada umur 1 bulan, dan
Minahasa Utara menanam cabai mengikuti teknik dua bulan setelah tanam. Selain kesuburan tanah,
budidaya tanaman sesuai yang diuraikan pada hama dan penyakit merupakan factor yang sangat
Tabel 1. Benih yang digunakan umumnya benih mempengaruhi hasil cabai. Gangguan penyakit
local kecuali ada pembagian dari Dinas Pertanian yang menyerang mulai dari tanaman disemai
setempat. Untuk mencapai hasil yang maksimal, sampai tanaman menghasilkan, gangguan penyakit
pemanfaatan benih hibrida dengan teknik bercocok pada tanaman cabai sangat banyak jenisnya dan
tanam yang benar akan meningkatkan produksi yang paling sering ditemui adalah penyakit keriting,
cabai. busuk buah dan antraknosa. Penyakit penyakit
Pemberian pupuk menggunakan pupuk tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak
majemuk phonska tanpa atau kadang-kadang menentu dan dapat menyebabkan kerugian yang
menggunakan tambahan pupuk kandang ayam cukup besar (Duriad & Muhram, 2003). Penyakit
apabila tersedia. Pupuk kandang sebagai pupuk antraknosa merupakan penyakit yang sangat
organic sangat penting untuk memperbaiki atau mempengaruhi pertumbuhan dan hasil cabai.
meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi Penyebab penyakit antraknosa adalah jamur
tanah. Selanjutnya Winarso (2005) colletotrichum capsici. Biasanya penyakit ini
menjelaskanpemberian pupuk kandang akan menyerang daun, namun dapat pula menyerang
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan buah (Warsino & Dhana, 2010). Gejala yang dapat
kapasitas menahan air dan meningkatkan dilihat pada tanaman yang terserang penyakit ini
kehidupan biologi tanah dan menurut Wigati adalah munculnya bercak bercak putih pada daun
dkk.,(2006) memperbaiki stabilitas agregat tanah ataupun pada buah yang semakin membesar.
dan meningkatkan kandungan humus tanah suatu Pengairan sangat mempengaruhi
kondisi yang dikehendaki oleh tanaman. pertumbuhan dan hasil cabai. Penyiraman harus
Menurut Santika (2002), pemberian pupuk dilakukan secara kontinyu terutama pada fase
yang berimbang, yaitu 150-200 kg/ha Urea + 450- vegetatif, frekuensi penyiraman 1-2 kali sehari
500 kg/ha ZA, 100-150 kg SP-36, 100-150 KCl,dan terutama pada musim kemarau, pada fase
20-30 ton pupuk kandang tiap hektar cukup pertumbuhan generatif (pembungaan dan
memadai untuk mendapatkan hasil dan mutu cabai pembuahan), pengairan dikurangi secara bertahap,
yang tinggi. Pupuk kandang dan pupuk SP-36 jumlah maupun frekuensinya. Penyiraman
diberikan sekaligus sebelum tanam, sedangkan sebaiknya dilakukan pada pagi hari (Elvina, 2013).
pupuk Urea +ZA dan pupuk KCl diberikan tiga kali,
Polii, M. G. M,dkk : Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai……….…….. 76
Tabel 1. Teknik Budidaya Cabai Yang di Terapkan Petani di Desa Molompar Kecamatan
Tombatu.
3. Pemupukan - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk phonska dengan dosis
sesuai kebutuhan tanaman dengan melihat kondisi tanaman, atau 1 gelas
agua phonska/10 liter air.
- Pemberian pupuk di tabur disekitar tanaman kemudian ditutup dengan
tanah.
- Pupuk organic menggunakan pupuk kandang ayam apabila ada.
4, Pemeliharaan - Penyiangan gulma dilakukan sesuai dengan keadaan gulma yang ada,
umumnya gulma rumput-rumputan.
Pengendalian hama dan penyakit:
- Hama yang menyerang umumnya berupa kutu putih dan penyakit yaitu
daun keriting dan buah hitam.
- Pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida reagen, marshall
dan TAFF.
5. Panen - Panen dilakukan pada umur kurang lebih 6 bulan setelah tanam dengan
produksi awal kurang lebih 0,5 kg perpohon. Panen cabai selama 15
bulan produksi yang diperoleh bisa mencapai 120 kg.
Sumber: hasil wawancara Juli 2019.
Tingkat pendidikan petani sampel bervariasi dari dalam menerima informasi baru dan memiliki
SD sampai SLTA. Tingkat pendidikan berkorelasi wawasan yang lebih luas sehingga dapat
positif dengan respon dalam menerima ilmu membantu dalam meningkatkan produksi cabai
pengetahun dan teknologi. Menurut Kadarisman melalui penerapan teknik budidaya cabai yang
(2012), motivasi kerja seseorang di dalam diterima dari dinas pertanian terkait atau dari
melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh petugas penyuluh lapangan (PPL) setempat.
beberapa faktor, yaitu faktor internal faktor Peran penyuluh lapangan sangat penting untuk
eksternal. Faktor internal yaitu tingkat mendampingi petani dalam menerapkan teknik
pendidikandan kepuasan kerja(Indraningsih, 2011). budidaya cabai sehingga hasil cabai yang
Tingkat pendidikan yang cukup tinggi lebih mudah
Eugenia Volume 25 No. 3 Oktober 2019 77
diharapkan petani dapat tercapai dan harga cabai Cahyono, B. 2007. Cabai Rawit, Teknik Budi Daya
di pasaran dapat dijangkau konsumen. & Analisis UsahaTani
https://books.google.co.id › books. Diakses 8
KESIMPULAN DAN SARAN Juli 2019.