Hold Relax Dan Passive Stretching Efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

Hold Relax dan Passive Stretching Efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan


Fungsional Pada Pasien Post-Gips Fracture Tibial Plateau Dextra

Nizatul Mumtazah1), Faizah Abdullah Djawas 2)


Program Studi Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia
Kota Depok, Jawa Barat, Indonesia
Telepon : (021) 29027481
Email: [email protected]

ABSTRACT

Background: Tibial plateau fracture is one type of fracture that usually occur in legs. Tibial Plateau
fracture usually occur because of high energy trauma that produced by the force of varus and valgus and
also because of axial loading or because of the pedestrian that crashed by the car with high energy which
can also called as fracture bumber. The purpose of this case study is to examine the effectiveness of hold
relax and passive stretching in tibial plateau fracture. Method: case study, providing physiotherapy
interventions for a 44yearold woman with a diagnosis of a tibial plateau post-cast fracture.Hold-relax
stretching is a technique in which shortened antagonistic muscle groups are isometrically contracted
against the optimal resistance given by the physiotherapist.Passive stretching is a method for extending the
contractile or non-contractile components of the musculotendinoeus unit where force is exerted externally
and given manually.Hold relax and passive stretching are given for 2 weeks with 5 evaluations. ROM
assessment was measured by a goniometer and spasm by palpation.Result: There is an increase in
LGSknee flexion 90ᴼ to 110ᴼ and decrease in spasm which associated with an improvement LEFS score
from 17 to 44,indicates that there is an increase in the functional ability of lower
extremity.Conclusion:This study shows that the method of therapeutic exercise with hold relax and passive
stretching can improve functional ability in tibial plateau fracture which is measured using LEFS
parameters.

Keywords: Fracture tibial plateau, hold relax, passive stretching, LEFS

ABSTRAK
Latar Belakang: Fraktur pada tibial plateau merupakan salah satu jenis fraktur pada kaki yang sering
terjadi. Fraktur Tibial Plateu biasanya terjadi karena trauma dengan energi tinggi, biasanya dihasilkan oleh
kekuatan varus atau valgus ditambah dengan pembebanan aksial atau juga pejalan kaki yang ditabrak
mobil dengan energi tinggi atau bisa disebut dengan fracture bumper. Tujuan dari studi kasus ini adalah
untuk mengetahui efektivitas dari dua intervensi yaitu hold relax dan passive stretching pada kasus
fracture tibial plateau. Metode: Studi kasus tunggal, dengan memberikan intervensi fisioterapi pada
seorang wanita 44 tahun dengan diagnosa post-gipsfracture tibial plateau. Hold-relax stretching
merupakan suatu tehnik dimana group otot antagonis yang memendek dikontraksikan secara isometrik
dengan melawan tahanan optimal yang diberikan fisioterapis. Passive stretching adalah metode untuk
memperpanjang komponen kontraktil atau nonkontraktil dari unit musculotendinoeus dimana gaya yang
diberikan dari luar dan diberikan secara manual. Hold relax dan passive stretching diberikan selama 2
minggu dengan 4 kali evaluasi. Penilaian ROM diukur dengan goniometer dan spasme dengan palpasi.
Hasil: Terdapat peningkatan LGS lutut gerak fleksi 90ᴼ menjadi 110ᴼ serta penurunan spasme dikaitkan
dengan skor LEFS dari nilai 17 menjadi 44, yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan
fungsional lower extremity pasien. Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa metode terapi latihan
dengan hold relax dan passive stretching dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada fracture tibial
plateau yang diukur menggunakan parameter LEFS.

Kata Kunci: Fracture tibial plateau, hold relax, passive stretching, LEFS

16
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

1. PENDAHULUAN berupa hold-relax dan passive streching.


Hold-relax adalah suatu teknik dimana group
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas
tulang, baik yang bersifat total maupun otot antagonis yang memendek
sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. dikontraksikan secara isometrik dengan
Terjadinya suatu fraktur lengkap atau tidak melawan tahanan optimal yang diberikan
lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut, fisioterapis.8 Passive Stretching adalah
tenaga, keadaan tulang serta jaringan lunak metode untuk memperpanjang komponen
di sekitar tulang.1 Fraktur Tibial Plateu kontraktil atau nonkontraktil dari unit
biasanya terjadi karena trauma dengan energi
tinggi, biasanya dihasilkan oleh kekuatan musculotendinoeus dimana gaya yang
varus atau valgus ditambah dengan diberikan dari luar dan diberikan secara
pembebanan aksial.2 manual.9
World Health of Organisation (WHO)
mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6
juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta 2. TINJAUAN PUSTAKA
orang menderita patah tulang atau fraktur
2.1 Fracture Tibial Plateau
akibat kecelakaan lalu lintas.3Menurut data
kepolisian RI tahun 2018 sejak bulan April Fraktur pada tibial plateau kebanyakan
hingga Juni 2018 tercatat telah terjadi 26.755 terjadi pada orang dewasa.Fraktur Tibial
kasus kecelakaan lalu lintas di seluruh Plateu biasanya terjadi karena trauma dengan
Indonesia.4 Menurut Depkes RI 2011, dari energi tinggi, biasanya dihasilkan oleh
sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, kekuatan varus atau valgus ditambah dengan
dan dengan jenis fraktur yang paling banyak pembebanan aksial. Pemuatan aksial yang
terjadi yaitu fraktur pada bagian ektremitas
lebih besar mengarah pada peningkatan yang
atas sebesar 32,7% dan ekstremitas bawah
sebesar 46,2%.5 memunkinkan melibatkan bikondilar. Terjadi
Penanganan medis untuk fraktur itu terutama setelah kecelakaan kendaraan
sendiri terbagi menjadi dua yaitu secara bermotor, jatuh dari ketinggian atau pejalan
operatif dan non-operatif. Penanganan kaki ditabrak mobil, sehingga dikenal juga
dengan metode operatif meliputi operasi dengan istilah fracture bumper.2
open reduction external fixation (OREF) dan Fraktur tibial plateau terjadi pada 1%
open reduction internal fixation (ORIF). kasus dari semua fraktur dan 8% kasus terjadi
Fraktur dengan penanganan non-operatif pada pasien lanjut usia. Dengan 72% kejadian
yaitu dilakukan tanpa pembedahan dengan pada pasien berusia lebih dari 55 tahun.
cara memakai cast atau gips.6Imobilisasi Fraktur yang terjadi pada pasien usia lanjut
anggota tubuh yang terluka telah dilakukan merupakan hasil dari trauma dengan energi
selama ribuan tahun. Sebelum bahan casting rendah. Fraktur pada medial plateau terjadi
kontemporermenjadi banyak digunakan, pada 23% kasus fraktur plateau sedangkan
orang menggunakan berbagai bahan untuk fraktur lateral plateau terjadi pada 70% kasus,
membentuk gips yang kaku. Selama dan kombinasi antara keduanya terjadi pada
berabad-abad imobilisasi telah berevolusi 31% kasus. Pada wanita lebih banyak terjadi
dari menggunakan pelat kayu sederhana dan fraktur medial atau bicondylar (31%) dan
kain plester paris, serat dan gips faktur kompresi posterior (61%). Sedangkan
lunak.7Dengan penanganan tersebut akan pada pasien yang lebih muda paling banyak
mengakibatkan berbagai masalah seperti terjadi di kondilus lateral.2
gangguan gerak dan fungsi, adanya oedema, Fracture tibial plateau diklasifikasikan
dan nyeri yang hebat. berdasarkan sistem Klasifikasi Schatzker,
Pada kondisi pasien dengan kasus Post- yaitu: a. Schatzker I : adalah fraktur split atau
Gips Fracture Tibial Plateau Dextra wedge dari aspek lateral plateau biasanya
fisioterapi dapat memanfaatkan terapi latihan adalah hasil dari valgus dan paksaan axial, b.
Schatzker II adalah fraktur lateral wedge atau

17
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

fraktur split yang dihubungkan dengan merupakan teknik yang dilakukan oleh terapis
tekanan, c. Schatzker III adalah fraktur secara manual mengontrol lokasi stabilisasi
kompresi murni dari plateau lateral, sebagai serta arah, kecepatan, intensitas dan lamanya
hasil dari tekanan axial, d. Schatzker IV adalah durasi peregangan.9
fraktur yang melibatkan plateau medial
sebagai hasil dari antara varus atau kompresi
2.3 Pemeriksaan dan Pengukuran
split, e. Schatzker V adalah tipe fraktur yang
melibatkan elemen split pada kedua kondilus Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)
medial dan lateral dan mungkin melibatkan dilakukan dengan goniometer pada titik
kompresi articular medial atau lateral, f. fulkrum regio yang akan digerakan. dilakukan
Schatzker VI adalah fraktur yang kompleks, oleh sendi pada salah satu dari 3 bidang tubuh
bikondilar dimana komponen-komponen (frontal, sagital, transversal). Dimana
condylar terpisah dari diafisis, fragmen fraktur menggunakan sistem dengan posisi awal
impaksi dan depresi adalah cirinya.10 semua gerakan dianggap 0° dan kemudian
BeradasarkanInternational Classification bergerak hingga 180°.12
of Functioning, Disability and Health (ICF), Spasme adalah pemeriksaan dilakukan
diagnosis fisioterapi pada kasus post-gips untuk mengetahui ada tidaknya ketegangan,
fracture tibial plateau adalah Impairment; berkaitan dengan intervensi yang akan
keterbatasan ROM, kelemahan otot, spasme dilakukan.
otot, adanya nyeri gerak dan nyeri tekan, The Lower Extremity Functional Scale
oedema pada daerah sekitar fraktur. (LEFS) adalahsebuah parameter yang dapat
Functional Limitation berupa pasien tidak digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan
mampu melakukan aktifitas fungsional seperti gangguan muskuloskeletal atau gangguan
kesulitan dalam toileting jongkok, naik turun ekstremitas bawah.13Parameter ini berisi 21
tangga, melompat, dan Participation pertanyaan tentang kemampuan seseorang
Restriction berupa masalah yang dialami untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Skala
seseorang dalam situasi aktivitas sosial seperti penilaian 0-80. Nilai maksimum yang
tidak dapat bekerja kembali, tidak dapat mungkin didapat adalah 80 poin menunjukkan
mengikuti acara kumpul bersama teman- fungsi yang sangat tinggi. Skor minim-um
temannya. adalah 0 poin yang menunjukkan fungsi yang
sangat rendah, semua 20 pertanyaan dinilai
2.2 Metode dan Teknik Intervensi
dengan skor maksimum 4 untuk setiap
Hold-relax stretching merupakan suatu pertanyaan. (0= Tidak mampu, 1= Sangat
teknik dimana group otot antagonis yang kesulitan, 2=Cukup kesulitan, 3= Kesulitan
memendek dikontraksikan secara isometrik ringan, 4= Tidak ada kesulitan), kolom pada
dengan melawan tahanan optimal yang skala dijumlahkan untuk mendapatkan skor
diberikan fisioterapis. Kemudian diikuti akhir, pasien diberikan 20 pertanyaan di atas
dengan rileksasi, otot agonis dikontraksikan kertas dan diinstruksikan untuk menunjukkan
secara isotonik untuk mengulur otot antagonis tingkat kesulitan saat ini setiap aktivitas.
yang mengalamispasme atau memendek.
Pemberian intervensi ini bertujuan sebagai 3. Metode Penelitian
rileksasi dan penguluran otot, meningkatkan 3.1 Rancangan Penelitian
lingkup gerak sendi, dan mengurangi nyeri.9,11 Merupakan studi kasus tunggal dengan
Passive Stretching adalah metode untuk desain penelitian pre dan post test yaitu
memperpanjang komponen kontraktil atau membandingkan antara skor sebelum dan
nonkontraktil dari unit musculotendinoeus sesudah intervensi hold relax dan passive
dimana gaya yang diberikan dari luar dan stretching exercise.
diberikan secara manualPada teknik ini

18
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

3.2 Subjek 3.4 Penatalaksanaan Intervensi


Seorang wanita usia 44 tahun dengan Pemberian terapi latihan dengan metodehold
diagnosis medis post-gips fracture tibial relax dan passive stetching. Dosis latihan
plateau dextra, memiliki keluhan utama tidak untuk Hold Relax dengan frekuensi 2x
bias menekuk lutut kanannya. Riwayat seminggu, dengan hold 8 detik, rest 30 detik
penyakit yaitu, padatanggal 6 Oktober 2019 dan dilakukan 10x repetisi.14,15 Untuk Passive
pasien mengalami kecelakaan saat sedang Stretching diberikan dosis dengan frekuensi 2x
memasukkan barang dibagasi mobilnya, tiba- seminggu, durasi 30 menit dan dilakukan 10x
tiba ada mobil dari belakang yang repetisi atau toleransi pasien.16
menghantam dirinya dan mengakibatkan
pasien terhimpit 2 mobil kurang lebih selama
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 menit. Pasien lalu di bawa ke RSUP
Fatmawati untuk penangnan darurat dan 4.1 Hasil
menjalani rawat inap. Pada esok harinya
tanggal 7 Oktober 2019, dokter mengatakan Hasil dari 5 kali evaluasi pemberian
bahwa terdapat fraktur di daerah bawah lutut selama 2 minggu pada subjek penelitian
sebelah kanan pasien. Kemudian, pada tanggal didapatkan hasil berupa :
15 Oktober 2019 dilakukan pemasangan gips
pasien mulai melakukan latihan berjalan
dengan menggunakan tongkat dengan kaki
Skor ROM
sebelah kanannya belum menapak lantai. 150 110
90 100
80 90100 90105 100
ROM

100 65
Setelah satu bulan, pada tanggal 15 November
50
2019 pasien melepas gips. Namun, setelah
0
beberapa minggu melepas gips pasien tidak
dapat menekuk lutut kanannya, lalu pasien
dirujuk oleh dokter ortopedi ke fisioterapi.
Pasien melakukan fisioterapi pertama pada AROM flexi knee dextra
tanggal 21 Desember 2019.
PROM flexi knee dextra
Subjek memilik kesadaran composmentis,
pasien kooperatif, dan cara datang pasien Gambar Grafik 1 Evaluasi ROM
menggunakan crutches. Setelah dilakukan
Berdasarkan dari grafik diatas
pemeriksaan umum, vital sign pasien berkesan
didapatkan hasil yang berupa peningkatan
baik, tapi IMT pasien terkesan gemuk.
ROM pada lutut kanan yang diukur dengan
Kesulitan aktivitas yang dirasakan pasien
menggunakan goniometer, dan didapatkan
saat ini adalah toileting jongkok, naik turun
hasil untuk AROM flexi knee dextra dari 65°
tangga, dan melompat. Pada pemeriksaan
pada evaluasi 1 menjadi 100° pada evaluasi
ditemukan adanya keterbatasan ROM flexi
ke 5, sedangkan untuk PROM flexi knee
knee dextra, spasme otot dan diukur dengan
dextra dari 90° pada evaluasi 1 menjadi 110 °
parameter LEFS.
pada evaluasi ke 5.

3.3 Tempat dan Waktu


Penelitian dilakukan di poli fisioterapi RSUP
Fatmawati dan penelitian dulakukan mulai 14
Februari sampai 27 Februari 2020.

19
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

besar skor yang diperoleh oleh pasien


maka kondisi pasien semakin membaik.
Spasme Eva Eval Eva Eva Eva
Otot luas uasi luas luas luas
i1 2 i3 i4 i5
4.2 Pembahasan
(14- (17- (20- (25- (27-
02- 02- 02- 02- 02- 1. Hold Relax Terhadap Peningkatan
202 2020 202 202 202 Lingkup Gerak Sendi dan Spasme
0) ) 0) 0) 0) Pemberian holdrelax stretching
Spasme Ada Ada Ada Ber Ber bertujuan untuk meningkatkan ROM,
Hamstr kura kura mengurangi nyeri, dan spasme, hal ini
ing ng ng didukung oleh studi yang
Spasme Ada Ada Ada Ber Ber
dikemukakan oleh Jason Wicke et al
Quadri kura kura
ceps ng ng bahwa hold relax efektif dalam
Spasme Ada Ada Ada Bek Ber berbagai kondisi, seperti dalam
Gastro uran kura meningkatkan panjang otot yang
cnemiu g ng disebabkan karena pemendekan,
s meningkatkan vasodilatasi darah, dan
Tabel 2 Evaluasi Spasme meningkatkan lingkup gerak
17
Berdasarkan dari tabel diatas, terdapat sendi. Dan karena adanya penurunan
penurunan pada spasme otot. Yang terlihat ketegangan otot berkaitan dengan
pada evaluasi 1 terdapat spasme di peningkatan panjang otot. Sehingga
m.hamstring, m.quadriceps, m.gastroc dan dengan demikian dapat dikatakan
spasme berkurang pada evaluasi ke 5. bahwa hold relax juga dapat
mengurangi spasme dan nyeri akibat
ketegangan pada otot.8
Teknik hold relax itu sendiri
merujuk pada aktifitas golgi tendon dan
LEFS Skor muscle spindel. Muscle spindel
50 44 46 bertanggung jawab menerima dan
40 33 memberikan informasi perubahan
30 23
17 panjang dan kecepatan perubahan yang
20
10 terjadi di otot atau yang biasa yang
0 disebut sebagai stretch receptor. Golgi
tendon berperan dalam mekanisme
proteksi melalui autogenic inhibition,
golgi tendon ini akan merileksasi otot
LEFS setelah 6 detik. Kontraksi isometrik
yang dilakukan pada otot yang
Grafik 3 Evaluasi LEFS
mengalami ketegangan berlebih akan
memfasilitasi terjadinya autogenic
inhibition, suatu refleks untuk relaksasi
Pada grafik diatas menjelaskan hasil
yang muncul pada otot saatgolgi
yang didapat pada evaluasi LEFS dengan
tendonnya terstimulasi.11,18
skor 17, evaluasi 2 LEFS dengan skor 23,
Intervensi hold relax dilakukan 2 kali
evaluasi 3 LEFS dengan skor 33, evaluasi
seminggu dengan waktu kontraksi 8
4 dengan skor 44 hingga menjadi nilai 46
detik dan repetisi 10 kali. Intervensi ini
pada evaluasi ke 5. Dalam hal ini semakin
diberikan berdasarkan studi yang
dilakukan Hashim ahmed, et al

20
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

membuktikan bahwa hold relax Hal ini dikarenakan passive


selama tujuh detik kontraksi isometrik stretching adalah metode untuk
dan kemudian rileks selama lima detik memperpanjang komponen kontraktil
efektif dalam meningkatkan atau non kontraktil dari unit
fleksibilitas otot hamstring.19Hal ini musculotendinoeus dengan gaya yang
juga didukung oleh penelitian yang diberikan dari luar dan diberikan secara
dilakukan Cho Sun Ik et al, dengan manual.9 Untuk mencapai otot passive
merekomendasikan hold relax dengan stretching adalah dijalarkan melalui
kontraksi isometrik untuk agonis jaringan ikat (perimysium dan
selama tujuh hingga delapan detik, lalu endomisium) keserat otot. Jaringan
rileks selama dua hingga lima detik, lunak dielongasi tepat melewati titik
dan kontraksi untuk agonis tujuh tahanan jaringan kemudian
hingga delapan detik dan kemudian dipertahankan dalam posisi memanjang
ulangi empat hingga enam kali yang dengan gaya regangan terus- menerus
terbukti efektif untuk meningkatkan selama beberapa waktu untuk
lingkup gerak sendi.14 Sharman et al mengarah ke peningkatan panjang
mengemukakan bahwa agar sarkomer alat kontraktil harus
mendapatkan hasil yang efektif latihan dihubungkan dengan nonkontraktil.
hold relax harus dilakukan 1-2 kali per Untuk menjelaskan apakah otot
minggu untuk dapat meningkatkan meregang, akhirnya mengarah ke serat
lingkup gerak sendi.15Rowland et al otot yang lebih panjang dengan lebih
menambahkan kontraksi selama 10 banyak sarkomer seri
detik efektif untuk meningkatkan (myofibrillogenesis), pengindraan
fleksibilitas otot.20 sinyal, transduksi sinyal dan transkip
2. Passive Stretching Terhadap gen selanjutnya harus terjadi, sehingga
Peningkatan ROM terjadi sarcomere yang dimana secara
Penulis menggunakan teknik tidak langsung otot akan memanjang
passive stretching yang dilakukan 2 (distraction osteogenesis).22
kali seminggu dengan waktu kontraksi Hal ini sejalan dengan hasil
30 detik dan 8 kali repetisi. Intervensi evaluasi yang didapat dalam penelitian
ini ini diberikan berdasarkan studi yang pada pasien dalam studi kasus ini.
dilakukan McHugh et al passive
stretching memegang mebentang
selama 20 hingga 30 detik adalah 3. LEFS Terhadap Kemampuan
standar yang baik karena sebagian Functional Lower Exremity
besar relaksasi stres dalam passive Bukti langsung penerapan hold relax
stretching terjadi dalam 20 detik dan passive stretching belum ditemui
pertama. Pasien bisa merasakan ini hingga saat ini, namun secara tidak
mengurangi ketegangan otot ketika langsung pemberian kedua intervensi
mereka tahan regangan statis.16Borms tersebut berpengaruh pada kemampuan
et al membandingkan efek peregangan fungsional, melaluipeningkatanLGS.
dari 10, 20 dan 30 detik dengan Dimana kemampuan fungsional pasien
peregangan statis, yang berlangsung saat berjongkok, toileting serta naik
selama 10 minggu dan terdiri dari dua turun tangga, melompat diperlukannya
sesi seminggu, dan membuktiktan ROM yang normal dan semakin baik.
bahwa passive stretching dapat
meningkatkan ROM.21

21
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

5. KESIMPULAN Function by. 2012;31(March):105–13.


12. Reese NB. Joint Range of Motion and
Metode terapi latihan hold relax dan Muscle Length Testing- E-Book. Elsevier
passive stretching dinilai efektif dalam Health Sciences; 2016.
meningkatkan kemampuan fungsional
13. Mehta SP, Fulton A, Quach C, Thistle M
pada pasien fraktur tibial plateau yang
TCE. Measurement properties of the lower
dinilai menggunakan parameter LEFS. extremity functional scale: a systematic
review. :1–39.
REFERENSI
14. Cho S, Lee D, Hong J, Yu J, Kim J. Effect
1. Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan of Hold and Relax Technique on Knee
Muskuloskeletal. 2011. p411-55 p. Joint Position Awareness in Normal
Adults. 2015;8(August):1–5.
2. Rozell JC, Vemulapalli KC, Gary JL,
Donegan DJ. Tibial Plateau Fractures in 15. Sharman MJ, Cresswell AG, Riek S.
Elderly Patients. 2016;7(3):126–34. Facilitation Stretching Mechanisms and
Clinical Implications. 2006;36(11):929–
3. Enst M, Anab R, Tez D, Dan LU, Yılmaz 39.
S, Baran Z, et al. World Health Statics.
Vol. 16, Acta Universitatis Agriculturae et 16. Knudson D. The Biomechanics of
Silviculturae Mendelianae Brunensis. Stretching. 1999;3–12.
2015. 24–25 p.
17. Wicke Jason. A c s - p n f s s r m f.
4. Chief of Traffic Corps Indonesian 2014;168–72.
National Police. Traffic Corps in Number
18. Victoria GD, Carmen E, Alexandru S,
2013. 2014;1–41.
Florin C, Daniel D. The PNF (
5. Riskesdas K. Hasil Utama Riset Kesehata Proprioceptive Neuromuscular
Dasar (RISKESDAS). J Phys A Math Facilitation) Stretching Technique.
Theor. 2018;44(8):1–200. 2013;XIII(2):623–8.
6. Apley AG. Apley’s System of 19. Hashim A, Amir I et al. Effect of modified
Orthopaedics and Fractures. 9th editio. hold-relax stretching and static stretching
2010; 2010. on hamstring muscle flexibility. 2015;11–
4.
7. Limb I. Plaster of Paris – Short History of
Casting and Injured Limb. 20. Rowlands A V, Marginson VF, Lee J.
2017;44(0):291–6. Chronic Flexibility Gains : Effect of
Isometric Contraction. Res Q Exerc Sport.
8. Phil P. Clinical Commentary Current 2013;(July):37–41.
Concepts In Muscle Stretching For
Exercise And Rehabilitation. Int J Sport 21. Roberts JM, Wilson K. Evect of Stretching
Phys Ther. 2012;7(1):109–19. Duration on Active and Passive Range of
Motion in The Lower Extremity.
9. Carolyn Kisner dan Lynn Allen Colby. 1999;259–63.
Therapeutic Exercise. Foundation.
Phialpia: F.A. Davis Company; 2007. 22. Deyne PG De. Application of Passive
Stretch and Its Implications for Muscle
10. Exhibit E. Schatzker Classifica- tion of Fibers. 2018;81(2):819–27.
Tibial Plateau Fractures : Use of CT and
MR Imaging Improves Assessment 1. Nama Penulis
2009;585–98.
1. Nizatul Mumtazah, memperoleh Ahli Madya
11. Hindle KB, Whitcomb TJ, Briggs WO, Fisioterapi pada tahun 2020 dari D-III di
Hong J. Proprioceptive Neuromuscular Program Pendidikan Vokasi Universitas
Facilitation ( PNF ): Its Mechanisms and Indonesia.
Effects on Range of Motion and Muscular

22
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020

2. Faizah Abdullah, memperoleh gelar Ahli mendapatkan gelar Megister Ilmu


Madya Fisioterapi pada tahun 2010 dari Biomedik, Fakultas Kedokteran
D-III Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat ini bekerja
Universitas Indonesia. Kemudian pada sebagai Dosen Tetap Program Studi
tahun 2012 memperoleh gelar Sarjana Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi
Sain Terapan Fisioterapi dan Sarjana Universitas Indonesia
Fisioterapi dari Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul. Tahun 2017,

23

You might also like