Hold Relax Dan Passive Stretching Efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan
Hold Relax Dan Passive Stretching Efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan
Hold Relax Dan Passive Stretching Efektif Dalam Meningkatkan Kemampuan
ABSTRACT
Background: Tibial plateau fracture is one type of fracture that usually occur in legs. Tibial Plateau
fracture usually occur because of high energy trauma that produced by the force of varus and valgus and
also because of axial loading or because of the pedestrian that crashed by the car with high energy which
can also called as fracture bumber. The purpose of this case study is to examine the effectiveness of hold
relax and passive stretching in tibial plateau fracture. Method: case study, providing physiotherapy
interventions for a 44yearold woman with a diagnosis of a tibial plateau post-cast fracture.Hold-relax
stretching is a technique in which shortened antagonistic muscle groups are isometrically contracted
against the optimal resistance given by the physiotherapist.Passive stretching is a method for extending the
contractile or non-contractile components of the musculotendinoeus unit where force is exerted externally
and given manually.Hold relax and passive stretching are given for 2 weeks with 5 evaluations. ROM
assessment was measured by a goniometer and spasm by palpation.Result: There is an increase in
LGSknee flexion 90ᴼ to 110ᴼ and decrease in spasm which associated with an improvement LEFS score
from 17 to 44,indicates that there is an increase in the functional ability of lower
extremity.Conclusion:This study shows that the method of therapeutic exercise with hold relax and passive
stretching can improve functional ability in tibial plateau fracture which is measured using LEFS
parameters.
ABSTRAK
Latar Belakang: Fraktur pada tibial plateau merupakan salah satu jenis fraktur pada kaki yang sering
terjadi. Fraktur Tibial Plateu biasanya terjadi karena trauma dengan energi tinggi, biasanya dihasilkan oleh
kekuatan varus atau valgus ditambah dengan pembebanan aksial atau juga pejalan kaki yang ditabrak
mobil dengan energi tinggi atau bisa disebut dengan fracture bumper. Tujuan dari studi kasus ini adalah
untuk mengetahui efektivitas dari dua intervensi yaitu hold relax dan passive stretching pada kasus
fracture tibial plateau. Metode: Studi kasus tunggal, dengan memberikan intervensi fisioterapi pada
seorang wanita 44 tahun dengan diagnosa post-gipsfracture tibial plateau. Hold-relax stretching
merupakan suatu tehnik dimana group otot antagonis yang memendek dikontraksikan secara isometrik
dengan melawan tahanan optimal yang diberikan fisioterapis. Passive stretching adalah metode untuk
memperpanjang komponen kontraktil atau nonkontraktil dari unit musculotendinoeus dimana gaya yang
diberikan dari luar dan diberikan secara manual. Hold relax dan passive stretching diberikan selama 2
minggu dengan 4 kali evaluasi. Penilaian ROM diukur dengan goniometer dan spasme dengan palpasi.
Hasil: Terdapat peningkatan LGS lutut gerak fleksi 90ᴼ menjadi 110ᴼ serta penurunan spasme dikaitkan
dengan skor LEFS dari nilai 17 menjadi 44, yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan
fungsional lower extremity pasien. Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa metode terapi latihan
dengan hold relax dan passive stretching dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada fracture tibial
plateau yang diukur menggunakan parameter LEFS.
Kata Kunci: Fracture tibial plateau, hold relax, passive stretching, LEFS
16
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020
17
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020
fraktur split yang dihubungkan dengan merupakan teknik yang dilakukan oleh terapis
tekanan, c. Schatzker III adalah fraktur secara manual mengontrol lokasi stabilisasi
kompresi murni dari plateau lateral, sebagai serta arah, kecepatan, intensitas dan lamanya
hasil dari tekanan axial, d. Schatzker IV adalah durasi peregangan.9
fraktur yang melibatkan plateau medial
sebagai hasil dari antara varus atau kompresi
2.3 Pemeriksaan dan Pengukuran
split, e. Schatzker V adalah tipe fraktur yang
melibatkan elemen split pada kedua kondilus Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)
medial dan lateral dan mungkin melibatkan dilakukan dengan goniometer pada titik
kompresi articular medial atau lateral, f. fulkrum regio yang akan digerakan. dilakukan
Schatzker VI adalah fraktur yang kompleks, oleh sendi pada salah satu dari 3 bidang tubuh
bikondilar dimana komponen-komponen (frontal, sagital, transversal). Dimana
condylar terpisah dari diafisis, fragmen fraktur menggunakan sistem dengan posisi awal
impaksi dan depresi adalah cirinya.10 semua gerakan dianggap 0° dan kemudian
BeradasarkanInternational Classification bergerak hingga 180°.12
of Functioning, Disability and Health (ICF), Spasme adalah pemeriksaan dilakukan
diagnosis fisioterapi pada kasus post-gips untuk mengetahui ada tidaknya ketegangan,
fracture tibial plateau adalah Impairment; berkaitan dengan intervensi yang akan
keterbatasan ROM, kelemahan otot, spasme dilakukan.
otot, adanya nyeri gerak dan nyeri tekan, The Lower Extremity Functional Scale
oedema pada daerah sekitar fraktur. (LEFS) adalahsebuah parameter yang dapat
Functional Limitation berupa pasien tidak digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan
mampu melakukan aktifitas fungsional seperti gangguan muskuloskeletal atau gangguan
kesulitan dalam toileting jongkok, naik turun ekstremitas bawah.13Parameter ini berisi 21
tangga, melompat, dan Participation pertanyaan tentang kemampuan seseorang
Restriction berupa masalah yang dialami untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Skala
seseorang dalam situasi aktivitas sosial seperti penilaian 0-80. Nilai maksimum yang
tidak dapat bekerja kembali, tidak dapat mungkin didapat adalah 80 poin menunjukkan
mengikuti acara kumpul bersama teman- fungsi yang sangat tinggi. Skor minim-um
temannya. adalah 0 poin yang menunjukkan fungsi yang
sangat rendah, semua 20 pertanyaan dinilai
2.2 Metode dan Teknik Intervensi
dengan skor maksimum 4 untuk setiap
Hold-relax stretching merupakan suatu pertanyaan. (0= Tidak mampu, 1= Sangat
teknik dimana group otot antagonis yang kesulitan, 2=Cukup kesulitan, 3= Kesulitan
memendek dikontraksikan secara isometrik ringan, 4= Tidak ada kesulitan), kolom pada
dengan melawan tahanan optimal yang skala dijumlahkan untuk mendapatkan skor
diberikan fisioterapis. Kemudian diikuti akhir, pasien diberikan 20 pertanyaan di atas
dengan rileksasi, otot agonis dikontraksikan kertas dan diinstruksikan untuk menunjukkan
secara isotonik untuk mengulur otot antagonis tingkat kesulitan saat ini setiap aktivitas.
yang mengalamispasme atau memendek.
Pemberian intervensi ini bertujuan sebagai 3. Metode Penelitian
rileksasi dan penguluran otot, meningkatkan 3.1 Rancangan Penelitian
lingkup gerak sendi, dan mengurangi nyeri.9,11 Merupakan studi kasus tunggal dengan
Passive Stretching adalah metode untuk desain penelitian pre dan post test yaitu
memperpanjang komponen kontraktil atau membandingkan antara skor sebelum dan
nonkontraktil dari unit musculotendinoeus sesudah intervensi hold relax dan passive
dimana gaya yang diberikan dari luar dan stretching exercise.
diberikan secara manualPada teknik ini
18
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020
100 65
Setelah satu bulan, pada tanggal 15 November
50
2019 pasien melepas gips. Namun, setelah
0
beberapa minggu melepas gips pasien tidak
dapat menekuk lutut kanannya, lalu pasien
dirujuk oleh dokter ortopedi ke fisioterapi.
Pasien melakukan fisioterapi pertama pada AROM flexi knee dextra
tanggal 21 Desember 2019.
PROM flexi knee dextra
Subjek memilik kesadaran composmentis,
pasien kooperatif, dan cara datang pasien Gambar Grafik 1 Evaluasi ROM
menggunakan crutches. Setelah dilakukan
Berdasarkan dari grafik diatas
pemeriksaan umum, vital sign pasien berkesan
didapatkan hasil yang berupa peningkatan
baik, tapi IMT pasien terkesan gemuk.
ROM pada lutut kanan yang diukur dengan
Kesulitan aktivitas yang dirasakan pasien
menggunakan goniometer, dan didapatkan
saat ini adalah toileting jongkok, naik turun
hasil untuk AROM flexi knee dextra dari 65°
tangga, dan melompat. Pada pemeriksaan
pada evaluasi 1 menjadi 100° pada evaluasi
ditemukan adanya keterbatasan ROM flexi
ke 5, sedangkan untuk PROM flexi knee
knee dextra, spasme otot dan diukur dengan
dextra dari 90° pada evaluasi 1 menjadi 110 °
parameter LEFS.
pada evaluasi ke 5.
19
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020
20
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020
21
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020
22
Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 02 Agustus 2020
23