Geoarkeologi Cekungan Soa Flores Nusa Tenggara Tim
Geoarkeologi Cekungan Soa Flores Nusa Tenggara Tim
Geoarkeologi Cekungan Soa Flores Nusa Tenggara Tim
M. Fadhlan S. Intan
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jalan Raya Condet Pejaten No. 4, Jakarta 12510
[email protected]
Abstract
Soa Basin, which belongs to Ngada Regency and Nagekeo Regency, is located on Flores
Island, with many cultural stays, among others, from the Paleolithic period, which has not
been too concerned by environmental researchers, especially geoarkeology. This is the
issue that covers general geological conditions. The purpose of this research is to mapping
the surface geology in general as an effort to present geological information related to
archeological site. The aim is to know the geomorphological, stratigraphic aspects of the
archaeological sites. The research method is done through literature review, survey, field
data analysis and interpretation. Environmental observations provide information on the
landscape of the study area consisting of terrestrial morphology units, and weak wavy
morphology units. The river is centripetal flow pattern, with the old river, mature-old river,
periodic/permanent river, and episodik /intermittent river. Constituent rocks are volcanic
breccias, tuffs, conglomerates, and alluvial deposits. The geological structure is a fracture
of the normal fault type. Exploration in the Soa Basin has listed 12 paleolithic sites. From
the classification of petrology, litik tools made of jasper, chert, andesite, and basalt rocks.
Rock as a raw material litik, found in Soa Basin and surrounding areas, both in the form of
outcrops and boulder.
Abstrak. Cekungan Soa yang ter masuk wilayah Kabupaten Ngada dan Kabupaten
Nagekeo terletak di Pulau Flores, banyak menyimpan tinggalan budaya yang antara lain
berasal dari masa Paleolitik, yang selama ini belum terlalu diperhatikan oleh peneliti
lingkungan, khususnya geoarkeologi. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang
mencakup kondisi geologi secara umum. Adapun maksud penelitian ini adalah melakukan
pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya menyajikan informasi
geologi terkait dengan situs arkeologi. Tujuannya adalah untuk mengetahui aspek-aspek
geomorfologi, stratigrafi di situs-situs arkeologi. Metode penelitian dilakukan melalui kajian
pustaka, survei, analisis data lapangan dan interpretasi. Pengamatan lingkungan
memberikan informasi tentang bentang alam daerah penelitian yang terdiri dari satuan
morfologi dataran, dan satuan morfologi bergelombang lemah. Sungainya berpola aliran
centripetal, berstadia Sungai Dewasa-Tua, sungai tua, Sungai Periodik/Permanen, dan
Sungai Episodik/Intermittent. Batuan penyusun adalah breksi vulkanik, tufa, konglomerat,
dan endapan aluvial. Struktur geologi berupa patahan dari jenis patahan normal. Eksplorasi
di Cekungan Soa telah mendata 12 situs paleolitik. Dari klasifikasi petrologi, alat-alat litik
terbuat dari batuan jasper, chert, andesit, dan basal. Batuan sebagai bahan baku alat litik,
banyak ditemukan di Cekungan Soa dan sekitarnya, baik dalam bentuk singkapan maupun
boulder.
Kata kunci: Geologi; Plistosen; Paleolitik; Situs Ter buka; Bahan Alat Litik
32
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
sesudahnya dilaksanakan peneliti Indonesia, berbagai situs di Flores. Selain Soa, dia juga
dengan atau tanpa kerjasama dengan pihak melakukan ekskavasi di berbagai situs di
asing. Para peneliti tahap pertama inilah wilayah Manggarai dan Ngada. Hasil-hasil
yang meletakkan dasar-dasar pengetahuan penelitian Verhoeven telah meletakkan dasar
tentang prasejarah Flores dan melandasi -dasar pemahaman tentang prasejarah Flores
penelitian-penelitian sesudahnya hingga dan memberi inspirasi bagi penelitian-
sekarang. Tercatat W.J.A. Willems - penelitian sesudahnya. Pastor inilah yang
prehistorian yang memimpin Lembaga pertama kali memberikan pandangan tentang
Purbakala (Oudheidkundige Dienst) pada keberadaan Homo erectus di pulau ini,
Jaman Kolonial yang banyak meneliti situs- berdasarkan penemuan artefak-artefak litik
situs prasejarah di Jawa Timur, Sulawesi, kasar yang mencirikan paleolitik di
Timor dan Sumba. Pada tahun 1938 dia Cekungan Soa. Hasil-hasil penelitian
menelusuri wilayah sepanjang Maumere- beberapa puluh tahun kemudian (khususnya
Ruteng dan melakukan ekskavasi di Soa, dalam dasawarsa terakhir) semakin
Bajawa, dan Ruteng, dan melaporkan bahwa memperkuat pandangan tersebut melalui
dia tidak menemukan artefak pada situs- penemuan-penemuan baru di beberapa situs
situs yang digali, kecuali serpihan-serpihan di wilayah cekungan ini (Jatmiko, 2008;
yang padat. Oleh karena kesehatannya Jatmiko 2015:19-37).
kurang baik, maka niat untuk melanjutkan Menurut Jatmiko (2008); Jatmiko
penelitian di pulau ini dihentikan. Hasil (2015:19-37), penelitian di Pulau Flores di
penelitian W.J.A. Willems dilanjutkan oleh mulai sejak tahun 1930-an, yaitu tahap
Theodor Verhoeven, seorang pastor yang pertama berlangsung di sekitar 1930-1970,
bertugas di Seminari Mataloko, dekat kota dilaksanakan oleh para peneliti asing,
Bajawa. Verhoeven melakukan penjelajahan sementara tahap kedua berlangsung
yang intensif dan melakukan ekskavasi di sesudahnya dilaksanakan peneliti Indonesia,
33
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
dengan atau tanpa kerjasama dengan pihak memperkuat pandangan tersebut melalui
asing. Para peneliti tahap pertama inilah penemuan-penemuan baru di beberapa situs
yang meletakkan dasar-dasar pengetahuan di wilayah cekungan ini (Jatmiko, 2008;
tentang prasejarah Flores dan melandasi Jatmiko 2015:19-37).
penelitian-penelitian sesudahnya hingga Batasan masalah dalam penelitian ini,
sekarang. Tercatat W.J.A. Willems - mengkaji lingkup Cekungan Soa. Rumusan
prehistorian yang memimpin Lembaga masalah dalam penelitian ini adalah: a)
Purbakala (Oudheidkundige Dienst) pada bagaimana kondisi bentang alam daerah
Jaman Kolonial yang banyak meneliti situs- telitian (satuan geomorfik, pola dan stadia
situs prasejarah di Jawa Timur, Sulawesi, sungai); b) bagaimana stratigrafi daerah
Timor dan Sumba. Pada tahun 1938 dia telitian (kontak antar satuan batuan) dan; c)
menelusuri wilayah sepanjang Maumere- bagaimana permasalahan struktur geologi
Ruteng dan melakukan ekskavasi di Soa, daerah telitian (struktur geologi apa saja
Bajawa, dan Ruteng, dan melaporkan bahwa yang mengontrol daerah telitian). Maksud
dia tidak menemukan artefak pada situs- dari penelitian ini adalah untuk melakukan
situs yang digali, kecuali serpihan-serpihan pemetaan geologi permukaan secara umum
yang padat. Oleh karena kesehatannya sebagai salah satu upaya untuk menyajikan
kurang baik, maka niat untuk melanjutkan informasi geologi yang ada, serta melakukan
penelitian di pulau ini dihentikan. Hasil suatu analisa berdasar atas data pada daerah
penelitian W.J.A. Willems dilanjutkan oleh telitian, kemudian dibuat suatu laporan
Theodor Verhoeven, seorang pastor yang penelitian untuk melengkapi penelitian di
bertugas di Seminari Mataloko, dekat kota Cekungan Soa. Tujuan penelitian yaitu
Bajawa. Verhoeven melakukan penjelajahan untuk mengetahui kondisi geologi yang
yang intensif dan melakukan ekskavasi di meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi,
berbagai situs di Flores. Selain Soa, dia juga struktur geologi, dalam konteks sumber
melakukan ekskavasi di berbagai situs di bahan alat-alat litik.
wilayah Manggarai dan Ngada. Hasil-hasil Penelitian di Kabupaten Ngada dan
penelitian Verhoeven telah meletakkan dasar Kabupaten Nagekeo dilaksanakan di
-dasar pemahaman tentang prasejarah Flores Cekungan Soa (Soa Basin), pada 12 belas
dan memberi inspirasi bagi penelitian- situs arkeologi, yaitu: 1) Situs Kobatuwa; 2)
penelitian sesudahnya. Pastor inilah yang Situs Matamenge; 3) Situs Lembah Menge;
pertama kali memberikan pandangan tentang 4) Situs Wolosege; 5) Situs Boa Lesa; 6)
keberadaan Homo erectus di pulau ini, Situs Olabula; 7) Situs Kampung Lama
berdasarkan penemuan artefak-artefak litik Olabula; 8) Situs Tangitalo; 9) Situs
kasar yang mencirikan paleolitik di Ngamapa; 10) Situs Kopowatu; 11) Situs
Cekungan Soa. Hasil-hasil penelitian Dozo Dhalu dan; 12) Situs Sagala. Situs-
beberapa puluh tahun kemudian (khususnya situs tersebut tercantum dalam Peta
dalam dasawarsa terakhir) semakin Topografi Lembar Ruteng Indonesia (SC 51
34
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
-1) Series T503- Edition 1-AMS (1943), produk nama batuan; b) Geomorfologi,
berskala 1:250.000. Wilayah penelitian penentuan bentuk bentang alam akan
dibatasi pada garis-garis lintang, yaitu 121° mempergunakan Sistem Desaunettes
04'30" - 121°10'00" bujur timur dan 8° 1977 (Desaunettes 1977; dan Todd 1980). ,
41'00" - 8°43'00" lintang selatan, dengan yang didasarkan atas besarnya kemiringan
luas jelajah ± 44 km2 (11 x 4 km). lereng dan beda tinggi relief suatu tempat.
Hasilnya adalah pembagian wilayah
2. Metode berdasarkan ketinggian dalam bentuk
Metode penelitian yang digunakan dalam prosentase lereng. Pengamatan sungai
penelitian ini, dilakukan dengan beberapa dilakukan untuk melihat pola pengeringan
tahap, yaitu kajian pustaka, survei, dan (drainage basin), misalnya klasifikasi
analisis. Kajian Pustaka, dilakukan dengan berdasarkan atas kuantitas air, pola dan
mempelajari lokasi penelitian dari peneliti stadia sungai dan: c) Struktur Geologi:
terdahulu, buku, jurnal, maupun dari Pengamatan struktur geologi di lapangan
internet.Survei, dilakukan dengan akan dilanjutkan melalui analisis jenis
mengamati keadaan geomorfologinya yang struktur, misalnya patahan (fault) apakah
mencakup bentuk bentang alam, dan bentuk jenis patahan normal (normal fault), patahan
sungai. Kemudian lithologi yang mencakup naik (thrust fault), patahan geser (strike
jenis batuan, batas penyebaran batuan, dan fault) dan sebagainya. Lipatan (fold) apakah
urut-urutan pengendapan. Selanjutnya sinklin ataukah antiklin. Kekar (joint)
struktur geologi yang terdapat di wilayah apakah kekar tiang (columnar joint) atau
penelitian, misalnya patahan (fault), lipatan kekar lembar (sheet joint). Data-data dari
(fold) dan kekar (joint) melalui pengukuran kajian pustaka dengan hasil lapangan dan
jurus (strike) dan kemiringan (dip). Selama laboratorium dikompilasikan dengan hasil
survei akan dilakukan pengambilan sampel penelitian penulis, dan langkah terakhir
batuan yang akan digunakan dalam analisa dilakukan interpretasi peta geologi dan peta
laboratoris topografi
Analisis, hasil pengamatan lapangan akan
di analisis lebih lanjut di laboratorium 3. Hasil Dan Pembahasan
maupun dalam bentuk pembuatan peta 3.1 Geologi Cekungan Soa
(misalnya peta geologi, peta geomorfologi). Bangunan Masjid Jamik, Surau Tanjung
Langkah analisis akan disesuaikan dengan dan rumah Tumenggung Arifin merupakan
kebutuhan dan urutan kerja geologi, yaitu a) bangunan dengan gaya arsitektur Indies3.
Lithologi, sampel batuan di analisis, melalui Secara umum bangunan-bangunan tersebut
petrologi, unsur batuan yang di analisis merupakan bangunan yang ditinggikan.
adalah jenis batuan, warna, kandungan Surau Tanjung dan rumah tinggal Pulau
mineral, tekstur, struktur, fragmen, matriks, Flores merupakan salah satu pulau besar dari
semen. Hasil analisis akan memberikan deretan Kepulauan Sunda Kecil, dengan luas
35
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
sekitar 1,9 juta Ha. Sepertiga luas daerahnya dengan ditemukannya fosil polen jenis
berupa padang rumput yang kering dan Fagaceae yang hanya terdapat pada hutan-
dimanfaatkan sebagai tempat pengembalaan/ hutan basah. Telah terjadi pula perubahan
peternakan. Sekitar 1,5 juta jiwa mendiami vegetasi dari hutan basah ke vegetasi savana
pulau ini, dengan penghasilan sebagian yang saat ini didominasi oleh hamparan
besar dari pertanian. Vegetasi purba di padang rumput (Vita, 2013:63-74).
wilayah ini telah diteliti oleh Vita (2013:63- Pengamatan lingkungan geologi pada
47) melalui analisis polen. Dari fosil benang penelitian ini mencakup aspek bentuk
sari, ditemukan tumbuhan Poacea, tumbuhan bentang alam, batuan penyusun, dan struktur
Euphorbiaceae, dan tumbuhan Fagaceae. geologi, yang erat kaitannya dengan
Dari hasil analisis polen Vita (2013:63-47) keberadaan situs-situs Cekungan Soa.
menyatakan bahwa tampaknya wilayah ini
di masa lampau berkemungkinan suatu 3.1.1. Geomorfologi
dataran luas yang banyak ditumbuhi oleh Morfologi atau bentuk bentang alam
beranekaragam jenis tumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
dapat dilihat dari hasil analisa polen yang lithologi, struktur geologi, stadia daerah, dan
telah dilakukan di wilayah ini antara lain tingkat perkembangan erosi (Thornbury,
berasal dari jenis tumbuhan Poaceae, 1969). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
Pteridaceae, Fagaceae, Cyperaceae dan secara umum bentang alam (morfologi) situs
Euphorbiaceae (Vita, 2013:63-74). Terbukti -situs di Cekungan Soa pada pengamatan
pada survei vegetasi tidak ditemukan lagi lapangan, memperlihatkan kondisi dataran
jenis tumbuhan Fagaceae (Vita, 2013:63- bergelombang dan perbukitan. Kondisi
74). Dari jenis fosil polen yang didapatkan bentang alam seperti ini, apabila di
dapat diketahui bahwa telah terjadi klasifikasikan dengan mempergunakan
perubahan vegetasi sejak dulu yang terbukti Sistem Desaunettes, 1977 (Todd, 1980),
36
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
yang berdasarkan atas besarnya prosentase utara wilayah penelitian. Sebagian besar
kemiringan lereng dan beda tinggi relief daerah ini ditumbuhi oleh pohon besar,
suatu tempat, maka Cekungan Soa terbagi semak belukar, dan di beberapa tempat
atas dua satuan morfologi (Gambar 3) yaitu: berpotensi sebagai lahan pertanian.
Satuan morfologi dataran Pola pengeringan permukaan (surface
Satuan morfologi bergelombang lemah drainage pattern) di lokasi penelitian
Ketinggian situs-situs di Cekungan Soa dan menunjukkan bahwa sungai-sungainya
sekitarnya secara umum adalah 250 - 400 berarah aliran ke arah sungai besar dan
meter dpl. mengikuti bentuk bentang alam lokasi
Satuan Morfologi Dataran, dicir ikan penelitian (Gambar 4). Sungai induk yang
dengan bentuk permukaan yang sangat mengalir di wilayah penelitian dan
landai dan datar, dengan prosentase sekitarnya adalah Sungai Ae Sisa yang
kemiringan lereng antara 0 - 2%. Satuan mengalir dari arah barat daya ke timur laut
morfologi ini menempati 40% dari wilayah dan bermuara di Laut Flores. Sungai-sungai
penelitian. Satuan morfologi ini terletak di lainnya di wilayah penelitian adalah Lowo
bagian tengah ke arah timur wilayah Aebha, Lowo Lele, Lowo Watulado,
peneitian. Satuan morfologi dataran, pada Watulado, Lowo Mebhada, Wae Wutu,
umumnya ditempati oleh penduduk sebagai Kokosebalu, Lo Dobo, Wae Wutu, Lo
wilayah pemukiman, dan pertanian. Nagebaga, Wae Meze, Kobatawa, Menge,
Satuan Morfologi Bergelombang Soa Bizu, dan Dozo Dhalu. . Umumnya
Lemah, dicir ikan dengan bentuk bukit sungai-sungai ini mengalir serta menyatu
yang landai, relief halus, lembah yang dengan Sungai Ae Sisa. Keseluruhan sungai
melebar dan menyerupai huruf "U", bentuk di wilayah penelitian, memberikan
bukit yang agak membulat dengan kenampakan pola pengeringan Centripetal
prosentase kemiringan lereng antara 2 - 8%. (Lobeck, 1939; Thornbury, 1964). Sungai-
Satuan morfologi ini menempati 40% dari sungai tersebut termasuk pada kelompok
wilayah penelitian. Satuan morfologi ini sungai yang berstadia Sungai Dewasa-Tua
terletak di sebelah barat, timur, selatan dan (old-mature river stadium) dan Sungai Tua
37
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
38
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
wilayah ini adalah berupa sesar, lipatan, dan Muraoka, dkk., 2002:109-138).
kelurusan. Sesar yang dimaksud adalah sesar Struktur geologi yang melewati situs-
normal dan sesar geser. Sesar normal yang situs di Cekungan Soa dan sekitarnya adalah
terdapat pada batuan Miosen Tengah dan Patahan dari jenis sesar normal (normal
Miosen-Pliosen berarah baratlaut-tenggara fault). Berdasarkan kenampakan fisiografis
dan timurlaut-baratdaya. kemungkinan yang ditunjang dengan data-data lapangan
penyesaran ini terjadi pada Kala Pliosen. berupa arah jurus (strike) dan kemiringan
Sesar geser yang terdapat pada Miosen (dip) perlapisan batuan, zona hancuran dan
Tengah dan Miosen-Pliosen berarah milonitisasi, cermin sesar (Slickenside),
baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. belokan sungai 90°, dan lain-lain. Oleh hal
Kemungkinan penyesaran ini berlangsung tersebut, maka patahan yang melewati situs-
pada Pliosen juga. Perlipatan terjadi pada situs di Cekungan Soa dan sekitarnya adalah
Formasi Nangapada dengan kemiringan 20º- patahan/sesar normal (normal fault) (Billing,
50º, di beberapa tempat kemiringan lapisan 1972).
10º-15º, Formasi Laka dan Formasi Sesar normal yang ditemukan di
Waihekang berhubungan menjemari dan Cekungan Soa (Gambar 6), merupakan sesar
telah terlipat kuat dengan kemiringan 10º- -sesar lokal yang berarah timur laut – barat
30º, berarah timurlaut-baratdaya, dan daya (melewati Situs Kobatuwa, sebelah
baratlaut-tenggara. Sisipan tuf, dan tuf selatan Kokasebalu dan Matamenge),
batupasir Formasi Kiro terlipat dengan berarah barat laut – tenggara (melewati Situs
kemiringan 10º-25º. Dengan demikian Olabula, Situs Kampung Lama Olabula,
perlipatan terjadi pada Pliosen Akhir atau Situs Dozo Dhalu, Situs Sagala), berarah
Plistosen Awal. Kelurusan yang terdapat utara barat laut – selatan menenggara
pada batuan Miosen Tengah sampai yang (melewati Situs Ngamapa, dan Situs
termuda, yakni batuan gunungapi Holosen Kopowatu).
berarah barat laut - tenggara dan barat daya -
timur laut (Koesoemadinata, dkk., 1994; 3.2. Situs Paleolitik Cekungan Soa
39
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
Penelitian di Cekungan Soa meliputi dua kemiringan lahan yang relatif tinggi,
kabupaten yaitu, Kabupaten Ngada, dan sedangkan Kabupaten Nagekeo pada
Kabupaten Nagekeo (Gambar 7). Pada umumnya berbukit-bukit dengan dataran
Budaya tertua (paleolitik) kehidupan dan tersebar secara sporadis pada luasan sempit
pemanfaatan lahan terpusat dibentang alam dan memanjang, serta di sekitar pantai diapit
terbuka, yaitu di sekitar dan sepanjang aliran oleh dataran tinggi atau sistem perbukitan.
sungai (Simanjuntak, 2004 :3-11), atau Situs di Cekungan Soa merupakan situs
yang dikenal dengan istilah Situs Terbuka terbuka (opensite) yang bentang alamnya
(open-site). Pernyataan ini, sesuai dengan relatif datar dan berjenjang dengan
morfologi wilayah penelitian yang kemiringan (dip) antara 4°-7°. Proses erosi
berbentuk cekungan dan lembah yang di di situs-situs tersebut, tidak membuat
aliri sungai-sungai yang semuanya bermuara tinggalan arkeologi hilang, karena bentang
di Sungai Ae Sisa dengan arah aliran dari situs yang datar dan berjenjang
arah barat daya ke timur laut dan bermuara mengakibatkan tinggalan arkeologi itu
di Laut Flores. Kondisi topografi Kabupaten terdeposit dengan baik dengan jangka waktu
Ngada pada umumnya berbukit dan tingkat yang lama (Gambar 8 dan 9).
Gambar 8. Sebaran situs di Cekungan Soa (titik putih) (Sumber: Penulis; Data topografi
berdasarkan Jarvis et al. 2008)
40
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
Situs Matamenge sudah diteliti secara 08°41´36,3" Lintang Selatan dan 121°
intensif oleh P3G Bandung bekerjasama 05´47,3" Bujur Timur dengan ketinggian
dengan University of New England 325 meter di atas permukaan laut. Situs
(Australia) sejak akhir tahun 1990-an Lembah Menge terletak pada Satuan
sampai dengan 2006. Dari hasil penelitian Morfologi Bergelombang Lemah dengan
(melalui ekskavasi) tersebut telah ditemukan kemiringan lereng 2%-8%, serta tersusun
berbagai jenis fosil fauna dari Stegodon oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 2007).
florensis, Varanus komodoensis, Di situs ini ditemukan artefak litik, dan
Hooijeremis nusatenggara, Crocodilus sp fragmen fosil tulang vertebrata, khusus
dan fosil-fosil moluska air tawar. Selain itu, temuan artefak litik didominasi oleh serpih-
dalam penelitian tersebut juga ditemukan bilah, yaitu batu inti, serpih dengan retus,
lebih dari 200 buah alat litik yang umumnya serpih, kapak penetak, dan radial core (?)
terdiri dari serpih-bilah dan batu inti (Azis (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko 2008). Situs
dkk, 2005:1–8). Hasil pentarikhan radio Lembah Menge pernah diteliti oleh
metrik dengan metode jejak belah (Fission Verhoeven pada sekitar tahun 1960-an. Dari
track dating) yang mengandung fosil informasi hasil penelitian tersebut telah
Stegodon florensis dan artefak litik di situs ditemukan beberapa fosil tulang Stegodon
ini menunjukkan umur 800.000 – 880.000 jenis besar dan artefak batu yang
tahun lalu (Morwood dkk, 1999:273-286). diperkirakan berumur 750.000 tahun lalu
Pada tahun 2016 di Situs Matamenge (Verhoeven, 1968:393-403).
ditemukan fosil gigi manusia kerdil, dan dua d. Situs Wolosege
tahun kemudian dipublikasikan di Majalah Situs Wolosege, merupakan situs terbuka
Nature. Manusia purba dari Mata Menge (open site), termasuk wilayah Desa
lebih memiliki karakteristik genus Homo, Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten
dengan usia sekitar 700.000 tahun yang lalu Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
berdasarkan penentuan umur (dating) Situs Wolosege terletak pada koordinat 08°
Metode Argon-Argon dan didukung dengan 41´26,1" Lintang Selatan dan 121°05’59,6”
metode Fission Track, dan metode Uranium Bujur Timur dengan ketinggian 337 meter di
dan Thorium. Manusia purba dari Situs atas permukaan laut. Situs Wolosege terletak
Matamenge dianggap sebagai nenek moyang pada Satuan Morfologi Bergelombang
hobbit atau manusia Liang Bua (Homo Lemah dengan kemiringan lereng 2%-8%,
floresiensis) (Kurniawan, dkk., 2016). serta tersusun oleh batuan breksi vulkanik
c. Situs Lembah Menge (Intan, 2007).
Situs Lembah Menge, merupakan situs Di situs ini tidak ditemukan artefak litik
terbuka (open site), termasuk wilayah Desa maupun fragmen fosil-fosil tulang vertebrata
Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko 2008). Situs
Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wolosege digali secara intensif oleh P3G
Situs Lembahmenge terletak pada koordinat bekerjasama dengan University of New
42
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
43
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
44
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
gigi vertebrata (umumnya dari jenis namun menemukan fragmen fosil tulang dan
Stegodon) (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko gigi vertebrata (umumnya dari jenis
2008). Stegodon) (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko
f. Situs Dozo Dhalu 2008).
Situs Dozo Dhalu, merupakan situs
terbuka (open site), termasuk wilayah 3.2 Klasifikasi Petrologi Alat Litik
Lingkungan Wolowawu, Kelurahan Olakile, Hasil industri pendukung budaya
Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, paleolitik Cekungan Soa, adalah alat-alat
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Situs Dozo litik. Alat-alat litik yang ditemukan tersebut,
Dhalu terletak pada koordinat 8°42’01,5” berdasarkan klasifikasi petrologi, ternyata
Lintang Selatan dan 121°09’13,3” Bujur mereka memilih batuan-batuan yang
Timur dengan ketinggian 287 meter di atas mempunyai sifat-sifat khusus antara lain,
permukaan laut. Situs Dozo Dhalu terletak struktur batuan yang kompak (massive),
pada Satuan Morfologi Dataran dengan sifat mudah terbelah (breakability) yang
kemiringan lereng 0%-2%, serta tersusun baik, tidak mempunyai pecahan (fracture),
oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 2007). mempunyai kekerasan (hardness) yang
Di situs ini ditemukan artefak litik, dan tinggi, kesamaan mineral (homogenity), dan
fragmen fosil tulang dan gigi vertebrata beberapa sifat fisik lain yang mendukung
(umumnya dari jenis Stegodon), khusus (Intan, 1999).
temuan artefak litik didominasi oleh serpih- Klasifikasi petrologi dilakukan terhadap
bilah, yaitu batu inti, serpih dengan retus, semua alat-alat litik yang ditemukan selama
serpih, serut samping, serut ujung dan bilah penelitian, yang tujuannya adalah untuk
berpunggung (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko mengetahui jenis batuan secara megaskopis.
2008). Hasil klasifikasi tersebut, maka batuan yang
g. Situs Sagala terpilih sebagai alat litik di Cekungan Soa
Situs Sagala, merupakan situs terbuka adalah jasper, chert, tufa kersikan, andesit,
(open site), termasuk wilayah Lingkungan dan basal, sebagai berikut:
Wolowawu, Kelurahan Olakile, Kecamatan a. Jasper, berdasarkan klasifikasi petrologi,
Boawae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa termasuk batuan sedimen kimia (Huang,
Tenggara Timur. Situs Sagala terletak pada 1962).
koordinat 8°42’41,7” Lintang Selatan dan b. Chert, berdasarkan klasifikasi petrologi,
121°09’21,8” Bujur Timur dengan termasuk batuan sedimen kimia (Huang,
ketinggian 287 meter di atas permukaan 1962).
laut. Situs Sagala terletak pada Satuan c. Tufa kersikan, berdasarkan klasifikasi
Morfologi Dataran dengan kemiringan petrologi, kersikan termasuk batuan
lereng 0%-2%, serta tersusun oleh batuan metamorf dari jenis metamorfisme sentuh
breksi vulkanik (Intan, 2007). Di situs ini (thermal atau kontak) (Huang, 1962).
tidak ditemukan adannya artefak litik, d. Basal, berdasarkan klasifikasi petrologi,
45
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
termasuk batuan beku basa - batuan beku sedangkan di Kabupaten Ngada lebih
lelehan (vulcanic rocks) (Huang, 1962). sedikit. Hal ini terlihat bahwa dari 12 lokasi
e. Andesit, berdasarkan klasifikasi pengamatan, maka Kabupaten Nagekeo
petrologi, termasuk batuan beku ditemukan 7 situs paleolitik, dan Kabupaten
intermediate - batuan beku lelehan Ngada ditemukan 5 situs paleolitik, Dengan
(vulcanic rocks) (Huang, 1962). temuan alat litik yang bervariasi yaitu serpih
dengan retus, serpih, serut samping, batu inti
4. Penutup (cores), chopper (?), serpih besar, kapak
Flores merupakan salah satu pulau yang perimbas (chopper), proto kapak genggam,
terbesar di antara rangkaian gugusan bilah, serut cekung, serut berpunggung,
kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda) di kapak penetak (chopping-tool), dan radial
kepulauan nusantara, di samping Sumbawa core (?), tatal dengan jejak retus, batuan
dan Timor. Memanjang arah timur-barat kuarsa, serut samping, serut berpunggung
sekitar 360 km dengan bagian terlebar utara- tinggi tipe tapal kuda (horse-hoff), serut
selatan sekitar 60 km. Berdasarkan pada ujung dan bilah berpunggung. Batuan yang
penelitian tersebut, maka Cekungan Soa dimanfaatkan sebagai alat-alat litik adalah
terbagi atas dua satuan morfologi yaitu, jasper, chert, tufa kersikan, andesit, dan
satuan morfologi dataran (0%-2%) dan basal. Batuan-batuan tersebut banyak
satuan morfologi bergelombang lemah (2%- ditemukan di Cekungan Soa dan sekitarnya,
8%), serta ketinggian secara umum adalah baik dalam bentuk singkapan maupun
250 - 400 meter dpl. Sungai induk adalah boulder.
Sungai Ae Sisa dan anak-anak sungainya.
Berpola aliran Centripetal, dengan stadia Ucapan Terima Kasih
Sungai Dewasa-Tua (old-mature river Terima kasih kepada Bapak Drs. Jatmiko,
stadium) dan Sungai Tua (old stadium), M.Hum (Ketua Tim Penelitian Cekungan
serta Sungai Periodik/Permanen dan Sungai Soa) yang telah memberikan izin untuk
Episodik/Intermittent. Satuan batuan yang mempublikasikan tulisan ini.
menyusun situs-situs di Cekungan Soa,
adalah breksi vulkanik, tufa, konglomerat, Daftar Pustaka
dan endapan aluvial. Struktur geologi yang BPS, 2017. Nagekeo dalam Angka 2015.
melewati situs-situs di Cekungan Soa dan Mbay: Badan Pusat Statistik Kab.
sekitarnya adalah Patahan dari jenis sesar Nagekeo.
normal (normal fault). BPS, 2017. Nagekeo dalam Angka 2015.
Penelitian di Cekungan Soa, telah Mbay: Badan Pusat Statistik Kab.
berhasil mendata sejumlah situs yang Nagekeo.
mengandung sumberdaya paleolitik. Sebaran Billing, M.P., 1972 Structural Geology.
tinggalan budaya paleolitik tersebut, lebih Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliggs,
banyak ditemukan di Kabupaten Nagekeo, New Jersey.
46
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
47
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
48