Produksi Biolistrik Menggunakan Microbial Fuel Cell (MFC) Lactobacillus

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2020.37.2.

1147
Vol 37, No 2 Mei 2020 : 112-117

Produksi Biolistrik menggunakan Microbial Fuel Cell (MFC) Lactobacillus


bulgaricus dengan Substrat Limbah Tempe dan Tahu
1 1 1
Indah Sulistiyawati , Nur Laila Rahayu , Fitria Septiana Purwitaningrum
1
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto
Email: [email protected]

Abstract
The use of electricity in Indonesia with energy sources from fossils still dominates compared to other energy sources.
Of the total power plant capacity in the country today, coal-fired steam power plants (PLTU) still dominate, namely
24,883 MW or 48% of the total domestic generating capacity of 52,231 MW. Fossil as a non-renewable fuel is
produced continuously and will certainly run out. Development of renewable alternative energy is needed and the
amount is not limited to being a renewable energy source. An alternative renewable energy source that has been
developed to produce alternative electrical energy, one of which is a microbial fuel cell (MFC). This study aims to
utilize Lactobacillus bulgaricus bacteria to metabolize waste water tofu and tempeh as a substrate in the MFC
system to produce electrical energy. Research using tofu waste substrate has been carried out, but the use of tempe
waste substrate has never been done, and the use of a mixture of waste substrate is not yet known. Microbial Fuel
Cell (MFC) using L. bulgaricus in tofu waste produced a potential voltage with the highest yield of 282 mV and the
number of bacterial cells reached 12.4 x 106 CFU / mL at the 5th hour incubation, whereas the mixture of tempeh
and tofu waste produces a bioelectric potential of 274 mV at the 3rd hour incubation
Keyword: Microbial Fuel Cell, Lactobacillus bulgaricus, Tempe and tofu waste

Abstrak
Penggunaan listrik di Indonesia dengan sumber energi dari fossil masih mendominasi dibandingkan sumber enargi
lainnya. Dari total kapasitas pembangkit listrik di Tanah Air saat ini, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang
berbahan batu bara masih mendominasi, yaitu 24.883 MW atau 48% dari total kapasitas pembangkit di dalam negeri
52.231 MW. Fossil sebagai bahan bakar tidak terbarukan diproduksi secara terus menerus dipastikan akan habis.
Diperlukan pengembangan energi alternatif yang bersifat terbaharui dan jumlahnya tidak terbatas untuk menjadi
sumber energi terbarukan. Sumber energi alternatif terbarukan yang banyak dikembangkan untuk memproduksi
energi listrik alternatif salah satunya adalah microbial fuel cell (MFC). Penelitian ini bertujuan memanfaatkan bakteri
Lactobacillus bulgaricus dalam mematabolisme limbah cair tempe dan tahu sebagai substrat dalam sistem MFC
untuk meghasilkan energi listrik. Penelitian menggunakan substrat limbah tahu sudah pernah dilakukan, akan tetapi
penggunaan substrat limbah tempe belum pernah dilakukan, serta penggunaan substrat campuran limbah keduanya
belum diketahui potensinya. Microbial Fuel Cell (MFC) menggunakan L. bulgaricus pada limbah tahu menghasilkan
potensial voltase biolistrik dengan hasil tertinggi sebesar 282 mV dan jumlah sel bakteri mencapai 12,4 x 106
CFU/mL pada inkubasi jam ke-5, sedangkan pada limbah campuran tempe dan tahu menghasilkan potensial listrik
sebesar 274 mV pada inkubasi jam ke-3.
Kata kunci: Microbial Fuel Cell, Lactobacillus bulgaricus, Limbah tempe dan tahu

Pendahuluan menimbulkan polusi gas rumah kaca akibat


pembakaran bahan bakar fossil. Peningkatan
Penggunaan listrik di Indonesia dengan berbagai gas rumah kaca tersebut diperkirakan
sumber energi dari fossil masih mendominasi menjadi penyebab utama dari perubahan iklim
dibandingkan sumber enargi lainnya. Dari total dunia ini. Perubahan iklim tersebut diamati
kapasitas pembangkit listrik di Tanah Air saat ini, dengan fakta adanya peningkatan suhu bumi.
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang Peningkatan suhu tersebut menimbulkan
berbahan batu bara masih mendominasi, yaitu peningkatan permukaan air laut. Keadaan
24.883 MW atau 48% dari total kapasitas tersebut juga disertai dengan banyaknya kejadian
pembangkit di dalam negeri 52.231 MW. Posisi banjir dan kekerigan di wilayah bumi ini (Sleutels
kedua ditempati pembangkit listrik tenaga gas dan et al., 2010).
uap (PLTGU) yang berbahan bakar gas sebesar Masalah tersebut diatas perlu dicarikan
11.262 MW atau 22%. Pembangkit listrik tenaga solusi dengan inovasi tepat guna dengan
diesel (PLTD) yang berbahan bakar solar sebesar mencari potensi energi terbarukan untuk masa
5.771 MW atau 11%. Pembangkit listrik tenaga depan energi listrik Indonesia. Fuel cell
gas (PLTG) dan pembangkit listrik tenaga mesin merupakan salah satu alternatif yang dapat
dan gas (PLTMG) sebesar 3.944 MW atau 8% digunakan untuk mengatasi peningkatan
(Data BPS dan Kementerian ESDM (2017) dalam kebutuhan energi. Sistem ini bersifat ramah
http://industri.bisnis.com (2018)). lingkungan, karena tidak menimbulkan
Bahan bakar fossil yang digunakan secara pencemaran lingkungan, bahkan dapat digunakan
terus menerus dapat menimbulkan ancaman untuk mengatasi pencemaran lingkungan dengan
serius yaitu akan semakin menipisnya cadangan memanfaatkan limbah. Proses yang terjadi di
minyak bumi, ketidakstabilan harga, dan

112
Produksi Biolistrik menggunakan Microbial Fuel Cell … Sulistiyawati, dkk.

dalam fuel cell merupakan k ebalikan dari (Ismawati et al., 2015). Jenis limbah organik
elektrolisis, yaitu hidrogen dan oksigen lainnya yang dapat digunakan sebagai sustrat
direaksikan dalam sel untuk memproduksi air dan MFC adalah limbah kentang dan pupuk (Patrick et
arus listrik (Sitorus, 2010). Unit dasar dari fuel cell al., 2011)
yaitu terdiri dari dua eletroda yaitu anoda dan Sistem MFC dapat digunakan untuk
katoda, bahan bakar, dan elektrolit. Anoda mengurangi pencemaran oleh limbah tahu (Sari et
merupakan tempat terjadinya reaksi oksidasi, al., 2016). Penelitian menggunakan bakteri
sedangkan untuk katoda merupakan tempat Lactobacillus bulgaricus yang merupakan bakteri
terjadinya reaksi reduksi. penghasil asam laktat dan dapat dimanfaatkan
Teknologi baru yang sudah banyak untuk microbial fuel cell, dengan kondisi ekologis
dikembangkan untuk memproduksi energi listrik tumbuh pada pH optimal antara 5,5 – 6,2 dan
0
alternatif salah satunya adalah microbial fuel cell suhu optimum 30-40 C (Peter et al., 1986).
(MFC) sebagai dasar aplikasi teknologi Lactobacillus bulgaricus dengan substrat glukosa
bioelectrochemical system. Microbial fuel cell dapat digunakan sebagai nafion Protein
merupakan salah satu sumber energi alternatif Exchange Membrane (PEM) (Arbianti et al.,
yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan 2013). Penelitian Inayati (2014) menggunakan
materi organik (substrat) sebagai sumber energi bakteri Lactobacillus bulgaricus dengan substrat
bakteri dalam melakukan aktivitas glukosa dan limbah tahu dapat menghasilkan
metabolismenya untuk menghasilkan listrik potensial listrik yang berbeda yaitu pada limbah
(Bruce, 2008; Singh et al., 2010). MFC adalah tahu sebesar 25,5 mV, dan glukosa 24,3 mV.
bioreaktor yang mengubah energi kimia dari Penelitian MFC dengan substrat whey tahu telah
senyawa organik menjadi energi listrik melalui dilakukan oleh Sinaga et al., (2014)
reaksi katalitik mikroorganisme dalam kondisi menggunakan bakteri Sacharomyces cerevisiae.
anaerob (Logan, 2007). Bakteri digunakan dalam Substrat yang sering digunakan pada penelitian
sistem MFC untuk menghasilkan energi listrik dan yaitu memiliki kandungan monosakarida dan
menguraikan materi organik dari substratnya (Du disakarida, kemampuan bakteri Lactobacillus
et al., 2007). Pada sistem MFC terdiri dari anoda, bulgaricus dalam memecah senyawa organik
katoda, dan larutan elektrolit. Mikroba akan tersebut pada limbah tahu berpotensi
melakukan metabolism pada kompartemen anoda menghasilkan energi listrik.
dalam keadaan anaerob mengurai susbtrat Penelitian ini bertujuan memanfaatkan
menjadi proton, elektron (e) dan karbondioksida bakteri Lactobacillus bulgaricus dalam
CO2 (Putra et al., 2014). mematabolisme limbah air tahu dan tempe
Air limbah industri pembuatan tahu dan sebagai substrat dalam sistem MFC untuk
tempe merupakan salah satu air limbah yang meghasilkan energi listrik.
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.
Limbah cair tahu dan tempe mempunyai Metode
karakteristik yang mengandung bahan organik
Materi yang digunakan dalam penelitian ini
tinggi dan kadar polutan lainnya yang cukup
meliputi alat dan bahan adalah sebagai berikut :
tinggi, jika langsung dibuang ke badan perairan
alat yang dipakai pada penelitian ini meliputi;
akan mampu menurunkan kualitas air bersih
wadah plastik (toples), obeng, cutter, multimeter
lingkungan. Penggunaan air limbah dalam sistem
digital DT 920 A.2 DV, pH meter, oven, gelas
MFC mempunyai keuntungan tersendiri yaitu
ukur, cawan petri, ose, kabel, jepit buaya,
polutan dalam limbah cair dapat menjadi sumber
inkubator, autoklaf, labu erlenmeyer, pipet ukur,
karbon untuk menghasilkan energi listrik (Li et al.,
mikro pipet, shaker, pipet 100 ml, penangas air,
2011). Penerapan MFC tidak hanya membantu
botol semprot, solder, lem tembak, selang/pipa,
proses pengolahan air limbah tetapi juga
kapas/kasa, karet gelang, kabel.
menghasilkan energi listrik yang simultan
Bahan-bahan yang digunakan pada
(Timotius, 2017).
penelitian ini yaitu : alkohol, spirtus, limbah cair
Pabrik tahu dan tempe memerlukan suatu
pabrik industri tempe, limbah cair pabrik industri
pengolahan limbah yang bertujuan untuk
tahu, kultur Lactobacillus bulgaricus yang
mengurangi resiko penurunan kualitas air pada
diperoleh dari kultur Laboratorium Mikrobiologi
badan perairan. Limbah cair tahu dan tempe
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman,
merupakan air limbah yang berasal dari buangan
aquades, NaCl 1M, Media MRSA (De Man,
sisa proses penggumpalan tahu dan pencucian
Rogosa, and Sharpe Agar), Media MRSB (De
kedelai, sehingga masih mengandung sisa-sisa
Man, Rogosa, and Sharpe Broth),
protein, lemak, maupun karbohidrat, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai substrat dalam
Cara Kerja Tahapan Penelitian
metode MFC (Sinaga et al., 2014). Whey tahu
(produk samping pabrik tahu) telah diteliti dapat Penelitian di lakukan di Laboratorium
digunakan sebagai bahan MFC karena masih Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal
terdapat nutrisi yang dapat digunakan sebagai Soedirman Purwokerto, dimulai bulan Maret – Juli
sumber makanan untuk metabolisme mikroba

113
Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2020.37.2.1147
Vol 37, No 2 Mei 2020 : 112-117

2018. Adapun cara kerja tahapan penelitian substrat limbah tempe dan tahu menghasilkan
sebagai berikut : bahwa perlakuan tersebut dapat menghasilkan
a. Preparasi elektroda voltase listrik yang berbeda bila dibandingkan
Elektroda tembaga dengan ukuran 2 x 10 dengan tanpa perlakuan. MFC yang digunakan
cm direndam dalam NaCl 1M selama 24 menggunakan sistem dual chamber, dengan
Jam, kemudian direndam dalam aquades pemisahan dua ruang yaitu anoda dan katoda,
hingga saat digunakan. dimana anoda limbah tempe dan tahu atau
campurannya serta untuk katodanya
b. Preparasi bioreaktor
menggunakan larutan garam fisiologis.
Bioreaktor dibuat dari bahan plastik (wadah
toples) dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm
Hasil pengukuran tegangan voltase listrik
dengan penutup. Bagian ujung-ujung lapisan
tutup bioreaktor dilubangi menggunakan Pada tahapan ini eksperimen dilakukan
solder. Salah satu bagian penutup tabung pada media; tanpa dan dengan perlakuan
dilubangi dengan ukuran 1 x 1 cm untuk pemberian bakteri Lactobacillus bulgaricus pada
tempat katoda. limbah pabrik tahu, tempe dan campuran (limbah
tahu ditambahkan tempe). Pengukuran voltase
c. Preparasi kultur Lactobacillus bulgaricus
tegangan (mV) telah dilakukan setiap 1 jam sekali
Kultur murni bakteri L bulgaricus
selama 8 jam berturut-turut pada media dengan
ditumbuhkan pada medium MRSB 100 ml
perlakuan P1 (limbah tahu tanpa perlakuan); P2
(De Man, Rogosa, and Sharpe Broth) pada
(limbah tempe tanpa perlakuan); P3 (limbah
labu erlenmeyer steril, dan diinkubasi selama
0 campuran tahu dan tempe); P4 (limbah tahu
24 jam dalam suhu 37 C. Inokulum kultur
ditambahkan Lactobacillus bulgaricus); P5
Lactobacillus bulgaricus diujicobakan pada
(limbah tempe ditambahkan Lactobacillus
media limbah tahu dan tempe sebagai
bulgaricus); P6 (limbah campuran tahu dan tempe
preparasi awal masa inkubasi selama 24
ditambahkan Lactobacillus bulgaricus). Hasil
jam.
pengukuran voltase (mV) di sajikan pada
d. Preparasi substrat Gambar 1.
Substrat diperoleh dari limbah cair indsutri Berdasarkan hasil penelitian pengukuran
pabrik tempe dan tahu sebanyak 5 liter, lalu voltase (mV) yang disajikan pada Gambar 1
ditampung dalam derigen. Sebelum diatas, diketahui bahwa voltase tertinggi yaitu
digunakan limbah tersebut diinkubasi dengan pada perlakuan media limbah tahu dengan
didiamkan selama 2 x 24 jam. panambahan inokulum Lactobacillus bulgaricus
dengan nilai voltase 282 mV pada pengukuran
e. Eksperimen Microbial Fuel Cell
jam ke- 5. Pengukuran voltase terendah yaitu
Setelah preparasi substrat dan kultur
pada perlakuan limbah tempe tanpa bakteri
Lactobacillus bulgaricus selesai dilakukan,
Lactobacillus bulgaricus (P2) sebesar 67 mV
inokulum Lactobacillus bulgaricus
pada pengamatan jam ke -3. Pengukuran beda
diinokulasikan pada substrat. Substrat dan potensial pada perlakuan campuran limbah tahu
inokulum yang ada di dalam bioreaktor dan tempe ditambah Lactobacillus bulgaricus
diinkubasi terlebih dahulu selama 12 jam (P6), menunjukkan hasil pengamatan yang stabil
sebelum dilakukan pengamatan. Eksperimen
dari jam ke- 1 sebesar 232 mV sampai dengan
dilakukan dengan cara mengamati tegangan
jam ke- 8 sebesar 242 mV. Berdasarkan uji
(mV) dan penghitungan jumlah sel bakteri ANOVA nilai voltase, pada perlakuan dengan
Lactobacillus bulgaricus setiap 1 jam sekali pemberian inokulum Lactobacillus bulgaricus
selama 7 jam perlakuan. Alat multimeter
memberikan hasil dengan nilai Karena f > fcrit
digital DT 920 A.2 DV disambungkan ke
(349,888986 > 3,06029177) maka hasilnya
sistem MFC dengan penjepit buaya pada
signifikan atau (*). Adanya perlakuan tersebut
setiap variasi perlakuan. Selanjutnya
dapat meningkatkan jumlah voltase dibandingkan
dilakukan pengukuran tegangan voltase tanpa perlakuan.
(mV). Pada perlakuan media limbah panambahan
Pengukuran suhu dan pH dilakukan setiap 1 inokulum Lactobacillus bulgaricus dibandingkan
jam, selama 7 jam masa inkubasi.
dengan tanpa penambahan inokulum
f. Analisis Data memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
Data nilai voltase dari penelitian ini dianalisis potensial voltase yang dihasilkan. Adanya
dengan metode statistik uji ANOVA dengan pemberian inokulum Lactobacillus bulgaricus
tingkat kepercayaan 95%. memberikan hasil potensial voltase yang
mengalami peningkatan. Inokulum bakteri
Hasil dan Pembahasan Lactobacillus bulgaricus dinilai dapat
Hasil penelitian produksi biolistrik memanfaatkan limbah tahu dan tempe sebagai
menggunakan microbial fuell cell (MFC) dengan substrat pertumbuhan dan menghasilkan
perlakuan bakteri Lactobacillus bulgaricus pada potensial energi biolistrik.

114
Produksi Biolistrik menggunakan Microbial Fuel Cell … Sulistiyawati, dkk.

300
listrik. Fase pertumbuhan optimal bakteri dilihat
280 juga pada optimalisasi potensial voltase yang
260 dihasilkan pada jam ke -3 dan ke-4, sebagai
240
220 P1
berikut; pada P4 di jam ke-4 menghasilkan
Voltase (mV)

200 potensial voltase sebesar 263 mV, pada


180 P2
160 perlakuan P5 di jam ke – 3 sebesar 253 mV, dan
140 P3 P6 di jam ke-4 sebesar 251 mV. Adapun potensial
120
100 P4 voltase akan mengalami penurunan pada jam ke -
80 8, dengan menurunnya jumlah pertumbuhan sel
60 P5
40 bakteri, berturut-turut yang disajikan pada gambar
20 P6 2.
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Berdasarkan gambar 2 pertumbuhan sel
bakteri mengalami masa stasioner dan kematian
Waktu inkubasi (jam)
pada masa inkubasi jam ke – 7 sampai jam ke -8.
Pada perlakuan P4 pertumbuhan mengalami
Gambar 1. Histogram pengukuran voltase (mV)
penurunan setelah memasuki jam ke -8 sebesar
pengukuran voltase (mV) pada 6
3,69 x 10 CFU/mL; perlakuan P5 penurunan
sistem MFC (Microbial Fuell Cell) 6
sebesar 3,0 x 10 CFU/mL; serta pada P6
dual chamber dengan dan tanpa 6
sebesar 3,6 x 10 CFU/mL. Pada perlakuan P4
perlakuan penambahan Lactobacillus
dengan masa inkubasi jam ke-5 menunjukkan
bulgaricus (P1, P2, P3, P4, P5, P6).
jumlah sel bakteri yang terbesar jumlahnya
6
mencapai 12,4 x 10 CFU/mL, dan diiringi dengan
Pertumbuhan inokulum bakteri Lactobacillus potensial voltase yang dihasilkan sebesar 282
bulgaricus mV, tertinggi diantara perlakuan yang lainnya.
Peningkatan potensial voltase yang Peningkatan jumlah sel bakteri yg maksimum
dihasilkan dengan perlakuan tersebut juga menunjukkan adanya proses degradasi substrat
sebanding dengan pertumbuhan inokulum bakteri yang semakin cepat dan maksimal sehingga
Lactobacillus bulgaricus pada media tersebut. ketersedian nutrien akan cepat habis, hal ini
Berikut tabel yg menyajikan data rata-rata jumlah diperlihatkan pada jam ke- 6 ada penurunan
6
(CFU/mL) dengan masa inkubasi 8 jam dengan jumlah bakteri mencapai 6,24 x 10 CFU/mL.
media susbtrat pertumbuhan limbah tahu (P4); Pada grafik adanya fase kematian ditandai
limbah tempe (P5); dan campuran kedua limbah dengan penurunan jumlah sel bakteri , yang
tersebut (P6). diakibatkan oleh terjadinya penumpukan
konsentrasi substrat produk metabolisme yang
Tabel 2. Pertumbuhan jumlah sel bakteri dapat bersifat toksik, serta penurunan jumlah
Lactobacillus bulgaricus (CFU/mL) nutrien sehingga mengakibatkan adanya
selama masa inkubasi 8 jam, pada kompetisi nutrien (Prayogo et al., 2017).
perlakuan P4,P5,dan P6.
14
Jam Perlakuan
Logaritmik jumlah sel

12
bakteri (CFU/mL)

ke- P4 P5 P6
1 4,88 x 10
6
7,55 x 10
6
4,8 x 10
6 10
6 6 6
2 6,34 x 10 8,8 x 10 6,3 x 10 8
6 6 6 P4
3 6,48 x 10 10,2 x 10 6,4 x 10 6
6 6 6
4 8,72 x 10 6,3 x 10 8,7 x 10 P5
6 6 6 4
5 12,4 x 10 5,9 x 10 7,2 x 10
6 6,24 x 10
6
4,7 x 10
6
6,2 x 10
6 2 P6
6 6 6
7 6,20 x 10 3,7 x 10 4,14 x 10 0
6 6 6
8 3,69 x 10 3,0 x 10 3,6 x 10 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu inkubasi (jam)
Berdasarkan data penelitian yg disajikan
pada tabel 2, menujukkan bahwa pertumbuhan Gambar 2. Histogram pertumbuhan sel bakteri
bakteri Lactobacillus bulgaricus mengalami Lactobacillus bulgaricus pada tiap
peningkatan pertumbuhan dimulai pada jam ke – perlakuan selama inkubasi 8 jam,
3 dan ke – 4, yang ditunjukkan pada perlakuan P4 pada media substrat dengan
6
sebesar 8,72 x 10 CFU/mL, dan P5 sebesar 10,2 penambahan bakteri Lactobacillus
6
x 10 CFU/mL pada jam ke-3 dan P6 sebesar 8,7 bulgaricus (P4, P5, dan P6).
6
x 10 CFU/mL pada jam ke-4. Peningkatan jumlah
sel bakteri juga menunjukkan optimalisasi Pertumbuhan jumlah sel bakteri
kemampuan bakteri Lactobacillus bulgaricus Lactobacillus bulgaricus pada media substrat
dalam mendegradasi substrat limbah tahu dan limbah tahu dan tempe dipengaruhi juga oleh
tempe untuk diubah menjadi potensial energi faktor lingkungan yaitu pH dan suhu. Bakteri

115
Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal DOI: 10.20884/1.mib.2020.37.2.1147
Vol 37, No 2 Mei 2020 : 112-117

Lactobacillus bulgaricus memiliki pH pertumbuhan Microbial Fuel Cell (MFC) menggunakan


optimal yaitu 5,5-6,2 dan biasanya hidup pada Lactobacillus bulgaricus pada limbah tahu
0
kisaran suhu optimum 30-40 C (Peter et al., menghasilkan potensial voltase biolistrik dengan
1986), Pada penelitian ini selama masa inkubasi hasil tertinggi sebesar 282 mV dan jumlah sel
6
8 jam pH substrat berkisar antara 5-6. Faktor bakteri mencapai 12,4 x 10 CFU/mL pada
suhu juga mempengaruhi pertumbuhan saat inkubasi jam ke-5.
inkubasi penelitian ini suhu bakteri Lactobacillus
0
bulgaricus bekisar antara 30 C, dan suhu Ucapan Terima Kasih
tersebut merupakan suhu optimal untuk
pertumbuhan bakteri Lactobacillus bulgaricus Rasa terimakasih dan penghargaan yang
(Peter et al., 1986). setinggi-tinginya kami sampaikan LPPM
Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto; yang
telah mendanai peneletian iniLaboratorium
Simpulan
Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Penambahan perlakuan bakteri Soedirman; Industri Rumah Tangga Tempe Desa
Lactobacillus bulgaricus pada MFC dengan Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten
media limbah tahu dan tempe maupun campuran Banyumas; Indutri Rumah Tangga Tahu Desa
mampu memberikan hasil optimal dalam Bojongsari Kecamatan Bojongsari Kabupaten
menghasilkan voltase listrik dibandingkan tanpa Banyumas.
perlakuan, meskipun tidak memberikan hasil yang
berbeda nyata.

Daftar Referensi Patrick, D., Cusick, K.R., Call, D.F., Salembo,


P.A., Regan, J.M., & Logan, B.E., 2011.
Arbianti, R., Utami, T., Hermansyah, H.,
Novitasari, D., Kristin, E., & Trisnawati, Anode Microbial Communities Produced
I., 2013. Performance Optimization of by Changing From Microbial Fuel Cell to
Microbial Fuel Cell Using Lactobacillus Microbial Elecrtrolysis Cell Operation
bulgaricus. Makara Journal pf Using Two Different Wastewater,
Technology, 17(1), pp. 32-38. Biosource Technology,102(1), pp:388-
Bruce, E. L., 2008. Microbial Fuel Cells. John
394.
Wiley & Sons.
Data BPS & Kementerian ESDM. 2017 dalam Peter, Sneath, H.A., Mair, N.S., Elisabeth, M.,
http://industri.bisnis.com. 2018 (diakses Sharpe, & Holt, J.G.,. 1986. Bergey’s
tanggal 15 Mei 2019). Manual of Systematic Bacteriology. 2
Du., Zhuwei., Li, H., & Gu, T., 2007. A State of William & Wilkins.
the Art Review on Microbial Fuel Cell : a Putra,A., Nuryanto, R., & Suyati, L., 2014.
Promising Technology for Wastewater Lactose Bioelectricity on A Microbial
Treatment and Bioenergy.
Fuel Cell System Parallel Circuit using
Biotechnology Advances, 25, pp. 464-
482. Lactobacillus bulgaricus. Jurnal Sains
Inayati, N.S., Aminin, A.L.N., & Suyati, L., 2015. dan Matematika, 22(4), pp. 107-111.
The Biolelectricity of Tofu Whey in Prayogo, F.A., Suprihadi, A., & Raharjo, 2017.
Microbial Fuel Cell System with Microbial Fuel Cell (MFC) Menggunakan
Lactobacillus bulgaricus. Jurnal Sains Bakteri Bacillus subtilis dengan Substrat
dan Matematika, 23(1), pp. 32-38. Limbah Septic Tank Serta Pengaruhnya
Ismawati, Aminin, A.L.N., & Suyati, L., 2015. Terhadap Kualitas Limbah. Jurnal
Whey Tahu sebagai Penghasil Biologi, 6(2), pp.17-25.
Bioelektrisitas pada sistem Micobial Sari, D., Suyati, L., & Setiyo, D., 2016. Pengaruh
Fuel Cell dengan Lactobacillus Buffer Kaliaum Fosfat dan Natrium
plantarum. Jurnal Sains dan Fosfat terhadap Produksi Listrik dalam
Matematika, 23(2), pp. 43-49. Sistem Microbial Fuell Cell (MFC)
Li, B., Scheible, K., & Curtis, M., 2011. Electricity dengan Lactobacillus bulgaricus pada
Generation From Anaerobic Wastewater Whey Tahu. Jurnal Kimia Sains dan
Traetment In Microbial Fuel Cells. Water Aplikasi,19(3), pp. 107-110.
Environment Research Foundation. Sinaga, D.H., Suyati, L., & Aminin, L.N., 2014.
New York State Energi Research And Studi Pendahuluan Pemanfaatan Whey
Development Authority. Tahu sebagai Substrat dan Efek Luas
Logan, B.E., 2007. Microbial Fuel Cells. Wiley-
Permukaan Elektroda dalam Sistem
Interscience. ISBN 978-0-470-23948.

116
Produksi Biolistrik menggunakan Microbial Fuel Cell … Sulistiyawati, dkk.

Microbial Fuel Cell. Jurnal Sains dan Berbasis Mikroba. Jurnal ELKHA
Matematika, 22(2), pp. 30-35. Universitas Tanjungpura, 2(1), pp 1-5.
Singh,D., Pratap, D., Baranwal,Y., Kumar,B., and Sleutels, & Tom, H.JA., 2010. Microbial
Elestrolysis. Kinetics and Cell Design
Chaudhary, 2010. Microbial fuell cell:
(Disertation). Netherlands: Wageningen
agreen technology for power generation. University.
Annals of Biological Research, 1(3), pp. Timotius, K.H., 2017. Simultaneous Wastewater
128-138. Treatment and Electricity Production
Sitorus, B, 2010. Diversifikasi Sumber Energi Using Microbial Fuel Cells (MFC). Jurnal
Terbarukan melalui Penggunaan Air Teknis dan Ilmu Komputer, 06 (22), pp.
Buangan dalam Sel Elektrokimia 113-124.

117

You might also like