Materi Presentasi PQC Marine 20170723

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 127

PQC MARINE - SHIPPING

Kursus Arus Minyak Korporat

Juli 2017
Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

1
Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

2
Struktur Organisasi Marine Terkini Sesuai Dengan Perkembangan
Organisasi Perusahaan - 2016
Senior Vice President
Shipping

Vice President -
Marine 437

Manager, Manager Marine,


Port Management & Manager, Marine
Regulation 20 Marine Services 79 (di region) 338

Ast. Manager
Ast. Manager Ast. Manager Marine Operation
Ast. Manager
Port Regulation & Marine Business Ship Agency
Compliance Support
Ast. Manager
Senior Expert
Plan & Control Facility
Port Technical
Sr. Supervisor
Head of
Ast. Manager Port Maritime Com. Under Water Services
Port Performance & & AAIC Sr. Supervisor
Improvement Marine Administration

Ast. Manager
Marine Guard Head of Head of Dockyard
Marine Terminal
Mooring Master Safety Incpector
Ast. Manager
Budget & Business
-
Administration
Marine TBBM /
Marine Unit (di Lokasi)
Safety Incpector

Source : - SK Direktur Utama No.Kpts-007/C00000/2013-S0 tentang Struktur Organisasi Direktorat Pemasaran & Niaga Level Manager Ke Atas
- SK Direktur SDM No.Kpts-003/K00000/2013-S0 tentang Struktur Organisasi Pemasaran & Niaga Level Ast. Manager / L4 Ke Bawah
3
4

Lingkup Kerja Marine : Pelabuhan KKKS, Pelabuhan RU dan M&T (TBBM)


> 100 Pelabuhan yang dilakukan pengelolaan oleh Fungsi Marine

Markt. ports
RU ports

SAB

LSE
KRR
MEL PKB TAR
TAH
DUM TOB
SBG BWN
BTM TOL
GUS TUB
SPK SRD TNT
BTG
PSB PNK MOU GOR
BPP PAR LAB SOR MAN
TLK PKU SLP LWK BIA
KTP PLP
TMB PLB APA SAN
SMP PSO JAY
TJP KTB BAG FAK
PAL KOL SER
PAB PLP NAM TTW BUL
JMB KDR KNA
BNJ PRE NAB
PMA KLK, RAH MAS
BKL PLJ MKS TUA DOB
JKT DGL BAU
PJG BAL
TGR SBY CAM
> 30,000 TU BAL LAR KAL
TTM BMA REO MAM
pergerakan kapal CLC TWI
setiap tahunnya AMP MER
BNO LAR
END ATT
WGP KUP

SOURCE: Team analysis


5

Diantara > 100 Pelabuhan yang Dikelola Marine Pertamina terdapat ± 20


Pelabuhan yang Disinggahi Kapal Impor
Teluk Kabung Panjang Tg Gerem Tuban Makassar
Belawan Teluk Semangka Cilacap Tg Wangi Baubau
Tg Uban Balongan Semarang Kalbut Wayame
Plaju Tg Priok Surabaya Balikpapan Kotabaru
SAB

LSE
KRR
MEL PKB TAR
TAH
DUM TOB
SBG BWN
BTM TOL
GUS TUB
SPK SRD TNT
BTG
PSB PNK MOU GOR
BPP PAR LAB SOR MAN
TLK PKU SLP LWK BIA
KTP PLP
TMB PLB APA SAN
SMP PSO JAY
TJP KTB BAG FAK
PAL KOL SER
PAB PLP NAM TTW BUL
JMB KDR KNA
BNJ PRE NAB
PMA KLK, RAH MAS
BKL PLJ MKS TUA DOB
JKT DGL BAU
PJG BAL
TGR SBY CAM
TU BAL LAR KAL
TTM BMA REO MAM
Domestik only CLC TWI Keypoint supply chain
MER
Domestik & Impor BNO
AMP
END
LAR
ATT
sangat bergantung kinerja
WGP KUP 20 Terminal Besar ini

SOURCE: Team analysis


Sebaran Ruang Kerja Marine termasuk pada Pelabuhan RU maupun
Pelabuhan Marketing (TBBM) DISCUSSION
Marine Region VI,
Marine Region I, Wilayah Kalimantan.
Wilayah Sumbagut. Pusat Region : Balikpapan
Pusat Region : Dumai Mengelola 1 Port RU & 09
Mengelola 2 Port RU & 14 Marine Region VII,
Port M&T Pusat Region : Makasar
Port M&T
Mengelola > 15 Port M&T

Singapore Marine Region VIII


Dumai
Pusat Region : Jayapura
Balikpapan Mengelola 1 Port RU & >
Kasim
15 Port M&T
Plaju

Balongan
Marine Region II,
Wilayah Sumbagsel.
Pusat Region : Plaju Cilacap
Mengelola 1 Port RU & 09 Marine Region V,
Port M&T Wilayah Jatim Balinus.
Marine Region IV, Pusat Region : Surabaya
Marine Region III, Wilayah Jawa Bagian Tengah. Mengelola 17 Port M&T
Wilayah Jawa Bagian Barat. Pusat Region : Cilacap
Pusat Region : Balongan Mengelola 1 Port RU & 01
Mengelola 1 Port RU & 05 Port M&T
Port M&T

SOURCE: Team analysis


6
Peran Port Management & Regulation (PMR) dalam Budget Controlling dan
Memastikan Regulasi Kemaritiman Dijalankan dengan Baik di Pertamina
DISCUSSION
Controlling terkait Melaksanakan Terminal
Regulasi & Perijinan (Ijin Assessment untuk mengetahui
Operasional, Ijin tingkat kemampuan dan
Pembangunan dan Ijin pengembangan kapasitas dermaga
Lokasi) ke Dirjen Pertamina
Perhubungan Laut

Pembuatan dan
Updating Port
PORT Information
MANAGEMENT
& REGULATION
Melaksanakan
controlling dalam
Pengawasan
implementasi
Anggaran
ISPS Code
Marine secara
Pelabuhan yang
Umum
sudah comply

Pengawasan
Selaku Expert dalam
Integrated Port Time
pengembangan dermaga
(IPT) di seluruh Marine
baru
Region

SOURCE: Team analysis


7
Peran Marine Services dalam Memberikan Pelayanan Prima untuk Meraih
Revenue bagi Perkapalan DISCUSSION

Mengendalikan bisnis Dockyard


: docking repair kapal milik dan kapal
bukan milik Pertamina sesuai standard Mengendalikan bisnis Mooring
industri Maritim. Lokasi Dock : PBPS, Master : pemanduan kapal,
Bagus Kuning, Balikpapan & Sorong melaksanakan pengawasan kegiatan
cargo handling dan safety diatas
kapal di terminal khusus Pertamina
sesuai standar OCIMF
Mengendalikan bisnis
Underwater Services :
Pengelolaan Kegiatan Salvage
dan Pekerjaan Bawah Air (PBA) MARINE
untuk mendapatkan revenue SERVICES
Perusahaan

Mengendalikan bisnis
komunikasi radio maritim
: kegiatan layanan komunikasi Pelayanan kegiatan
maritim, keselamatan jiwa dan keagenan untuk kapal milik,
harta benda dilaut sesuai charter PERTAMINA dan kapal
konvensi Internasional (SOLAS, pihak III di wilayah kerja Tersus
Marpol, ISM Code, ISPS Code) PERTAMINA, KPS , Offshore dan
melalui Stasiun Pantai TUKS termasuk pelabuhan di luar
Pertamina , Jakarta Radio/PKX2 negeri atas penunjukan keagenan
dari prinsipal luar / dalam negeri

SOURCE: Team analysis


8
Peran Marine Region dalam Daily Activity sangatah Padat & Komplex,
Berada pada Garda Terdepan dalam Menjaga Ketahanan Operasional
Perkapalan DISCUSSION

Berperan Utama dalam Menjaga comply fasilitas


Lepas / Sandar kapal di pelabuhan dengan
Dermaga (First Line, In memperahankan SoCPF
Position, Allfast) sesuai ISPS Code

Menjaga
keamanan dan
kelancaran
SPM Berada pada
baris terdepan
dalam
PKKTMP
Melakukan sesuai SK 14
Perawatan tahun 2011
UWS

Melaksanakan
Mengoperasikan
Pemanduan (Baik Pelindo,
STS pada beberapa
Mooring Master, maupu
lokasi yang dianggap
Pandu Mandiri) sesuai PM
krusial a/l : STS
53 tahun 2011 tentang
Kalbut, Teluk
Pemanduan
Semangka, Kotabaru
SOURCE: Team analysis
9
Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

10
Who We Are an What Role that we Play in PERTAMINA’s Business ??

• Marine Plays a Vital Role in PERTAMINA’s Supply Chain Configuration

Fungsi Marine – Shipping


bertindak selaku Pengelola
Pelabuhan (Port Operator) milik
PT. Pertamina (Persero) yang
jumlahnya mencapai 123
Pelabuhan /TUKS (Terminal
Untuk Kepentingan Sendiri) yang
meliputi operasional kegiatan 214
Dermaga, 19 SPM, 14 STS, dan
12 CBM dan Sarana Pendukung
Lainnya. Pengelolaan ini
ditujukan untuk memastikan
kelancaran Supply Chain
Bisnis Pertamina sebagai
Perusahaan Energi Nasional

> 200 JETTIES 19 SPM 14 STS TRANSFER 12 CBM

Source: Team Analysis 11


Terminal / Fasilitas Tambat mempunyai Beberapa Jenis Spesifik…
Jetty
▪ Sebagian besar Dermaga di Pertamina adalah Jetty
▪ Kelebihan adalah akses yang mudah dalam
pengoperasian
▪ Kelemahan adanya pendangkalan sehingga perlu
dilaksanakan pengerukan (dredging)
▪ Contoh : Jakarta (PMB I – IV), Balikapapan, Dumai dll

Single Point Mooring (SPM)


▪ Tidak adanya potensi
Conventional Buoy Mooring pendangkalan
(CBM) ▪ Jarak ke darat ±5-6 mil
▪ Tidak adanya potensi Jenis ▪ Perlunya towing tugboat
pendangkalan ▪ Ukuran kapal VLCC bisa masuk
▪ Jarak ke darat ±300 – 400 Terminal ▪ Contoh : Cilacap, Tuban
meter
▪ Ukuran kapal terbesar
umumnya 6,500 dwt (Small 2)
▪ Contoh : Ampenan

Island Berth Ship To Ship (STS)


▪ Dermaga di tengah laut ▪ Adanya Mother Ship
▪ Adanya meja kerja untuk dan Shuttle Ship
meletakkan sarfas ▪ Mempergunakan
dermaga PRF untuk sandar
▪ Contoh : Cilacap, ▪ Contoh : Kalbut,
Camplong Teluk Semangka

Source: dikutip dari berbagai sumber 12


Bagaimana untuk Mendapatkan Supply Chain yang handal,,,

Ketepatan pengelolaan
3 aspek penting

VESSEL TERMINAL SCHEDULLING


• Kehandalan kapal yang • Ketepatan Operasi • Ketepatan Schedulling
beroperasi Terminal • Master Program
– Round Trip Days - Sarfas Terminal yang bulanan
– Speed memadai • Adanya faktor external
– Bunker Consumption - Jumlah fasilitas tambat yang berpengaruh :
– Pumping Rate - Kualitas fasilitas tambat pasang surut, bad
Performance (fender, breasting weather dll
– Simultan loading / disch dolphin dll)
– Efective Loading Factor - Tenaga Pandu
– Vessel Sertification - Sarana dan prasarana
pemanduan

Source: Team analysis 13


,,,dalam Mendistribusikan BBM, Pertamina mendapatkan “Penugasan” dari
Pemerintah dalam hal PSO (Public Service Obligation)

98.2% BBM HSD (Solar) subsidi


didistribusikan oleh Pertamina ke
seluruh Indonesia, harus on target /
tepat 100%

Source: Surat Penugasan SKK Migas, Team analysis 14


Ketepatan Perencanaan dihitung dari 6 aspek (Rencana dan Implementasi)

C Tanggal Muat

B Pelabuhan Muat D Pelabuhan Bongkar

“Succes is the sum


of small efforts,
A Vessel Name repeated day-in &
day out” E Tanggal Bongkar

F Volume Muatan

Meskipun telah disusun


rencana, namun faktor external Master Program Bulanan untuk
tetap tidak dapat dihindarkan merencanakan distribusi BBM

Source: Team analysis 15


Sejak dilaksanakan Pembubaran Petral di Juli 2015, Pengadaan Cargo
Impor dilaksanakan oleh Fungsi ISC
Perbedaan CFR dan FOB Trend Pengadaan Impor FOB untuk Produk

Jumlah call / bulan FOB produk


50

40

30

20

10

0
Jul - Des 15 Mar ’16 avg
Aug ’15
- Terdapat ± 17 kapal charter out
- Jumlah call Impor FOB mencapai 40-50 call /
bulan dengan loading port Malaysia &
Singapura
- Perbandingan FOB dan CFR untuk PRODUK
saat ini mencapai 90 – 10
- Upaya bersama untuk menurunkan cost / liter
Produk Impor

Source: Team Analysis 16


NEWS DAN PUBLIKASI

Source: dikutipi dari berbagai sumber


Ketentuan & Regulasi di Bidang Kemaritiman Merujuk pada Ketentuan
Nasional

- UU No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

A
UUD 1945
; IMO

UU No 22 th 2001
B
UU No 17 th 2008 - UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
UU 17 thn 2006

PP Rep Indonesia
C
PP 20/2010
PP 15/2016

D Peraturan Menteri / PM
PM Perhubungan 53/2011,
06/2013, 93/2013, 57/2015

E SK Internal Pertamina

F TKO lokasi, TKIP, TKPA / User Manual /


penggunaan alat

Source: UU 22 tahun 2001, UU 17 tahun 2008,Team analysis 18


Marine – Shipping memiliki 3 (tiga) Peran Penting dalam Industri Migas di
PT. Pertamina (Persero) DISCUSSION

Peran Vital Marine

1 2 3
Marine selaku Pengelola Marine selaku Agent Marine selaku PQC
Terminal Kapal / Ship Agent  Marine sebagai perpanjangan
 Marine bertanggung jawab  Marine bertanggungjawab tangan Shipping di Region &
terhadap perijinan TUKS / Tersus melayani kapal selama di Lokasi
Pelabuhan
 Marine bertanggung jawab  Marine sebagai Bunker Control
terhadap pelaksanaan PKKTMP  Marine bertanggung jawab dalam Kapal Milik & Charter
(Penanggulangan Kebakaran hal pembayaran PNBP sesuai PP
Kapal dan/atau Tumpahan Minyak 15/2016  Marine sebagai Cargo Control
di Perairan) sesuai SK 014/2011 Kapal Milik & Charter
 Marine bertanggungjawab dalam
 Marine bertanggung jawab dalam pelaksanaan PPKB (Permohonan  Marine sebagai Performance
hal compliance ISPS Code Pelayanan Kapal & Barang) / 1A Control Kapal Milik & Charter
kepada PT. Pelabuhan Pertamina
 Marine bertanggung jawab dalam Indoenesia dan BUP
hal pelaksanaan pelimpahan
pemanduan  Pelayanan Crew selama di
Pelabuhan : sijil on/off, SK
Perwira, transportasi dll

Source: Team Analysis 19


Marine Pertamina selaku Agent & PQC, bertugas Melayani Kapal &
Mengawasi Performance Kapal di Pelabuhan DISCUSSION

Status Kapal

1 2 3
Kapal Milik / Own Fleet Kapal Charter Kapal Pihak Ketiga /
 Pertamina saat ini memiliki  Pertamina saat ini Keagenan
68 Kapal Milik menyewa ± 170 kapal  Terdapat kargo Impor
 Ukuran terbesar adalah LR charter untuk menunjang dengan CFR basis
(110,000 dwt) untuk crude kebutuhan supply dan  Kapal Transportir / Industri
dan VLGC untuk gas distribusi BBM dengan sebagai mitra kerja
carrier mempertimbangkan Pertamina
 Anggaran Port Charges keterbatasan kapal milik  Kapal Spot Charter
untuk kapal milik menjadi  Berukuran dari paling kecil dikarenakan case tertentu,
beban Pertamina sendiri SPOB dan Bulk Lighter misalkan kerusakan kapal
 Bunker merupakan beban (1,500 dwt) sampai dengan milik
Pertamina VLCC  Beban Port Charges &
 Beban Port Charges & Bunker kapal keagenan
Bunker kapal charter adalah Owner Kapal
adalah Pencharter /
Pertamina

Source: Team Analysis 20


Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

21
22

Istilah dan Pengertian Pelabuhan & Dermaga DISCUSSION

Pelabuhan… Dermaga…

 Pelabuhan: tempat yang terdiri dari daratan  Dermaga : suatu daerah di tepi laut / muara
dan perairan disekitarnya dengan batasan yang didesian menerima kapal-kapal untuk
tertentu sebagai tempat yang dipergunakan
kapal berlabuh dan atau tempat bertambatnya kegiatan bongkar muat barang. Umumnya
kapal laut serta kendaraan lainnya untuk merupakan ujung kegiatan (akhir) pengapalan
menaikkan dan menurunkan penumpang, produk dimana strukturnya terpadu
bongkar / muat barang dan hewan serta
merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan Dermaga merupakan
ekonomi.
bagian dari pelabuhan
 Pelabuhan Umum: pelabuhan yang
diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum,
 Pelabuhan Khusus: adalah pelabuhan yang
penggunaannya khusus untuk kegiatan sektor
perindustrian, pertambangan atau pertanian
yang pembangunan dan pengoperasiannya
dilakukan oleh instansi yang bersangkutan
untuk bongkar muat bahan baku dan hasil
produksinya yang tidak dapat ditampung oleh
pelabuhan yang dibuka untuk umum

Source: Team analysis


Perbedaan Terminal Umum, TUKS dan TERSUS

DISCUSSION

DLKR : Daerah Lingkungan Kerja 40% Terminal yang dikelola


DLKP : Daerah Lingkungan Pertamina adalah Tersus, 59%
Kepentingan TUKS, 1 Terminal Umum yaitu
Kabil Batam

DLKP
TERSUS
( OFF SHORE )

Tersus : Terminal Khusus


TUKS : Terminal Untuk
TERSUS DLKR Kepentingan Sendiri

TUKS

DLKP
TERSUS

DLKR

TERSUS TUKS

PELABUHAN UMUM
TUKS Non Komersial
( KANPEL / UPP ) TUKS
PELABUHAN UMUM Komersial ( PT. PELINDO)
saat ini pengelolaannya di Syahbandar

Source: UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran


Selaku Pengelola Terminal Marine Melaksanakan Penyesuaian Ijin TUKS
Contoh : Penyesuaian Perijinan TUKS di Teluk Kabung

Source: Ijin Penyesuaian TUKS Teluk Kabung 2015 24


25

Definisi DLKR, DLKP, TERSUS dan TUKS Menurut UU No 17 tahun 2008


Definisi
• Wilayah perairan dan daratan pada
DLKR (Daerah pelabuhan atau terminal khusus yang
Lingkungan dipergunakan secara langsung untuk Peran Pelabuhan
Kerja) kegiatan pelabuhan
1. Simpul dalam jaringan
transportasi (interface)
2. Pintu gerbang kegiatan
▪ Perairan di sekeliling daerah lingkungan perekonomian (gateway)
DLKP (Daerah kerja perairan pelabuhan yang 3. Alih moda transportasi
Lingkungan dipergunakan untuk menjamin (link)
Kepentingan) keselamatan pelayaran
4. Penunjang kegiatan
industri dan
perdangangan (industry
entity)
TUKS (Terminal ▪ Terminal yang terletak di dalam DLKR dan
5. Tempat distribusi,
Untuk DLKP pelabuhan yang merupakan bagian konsolidasi & produksi
dari pelabuhan terdekat untuk melayani
Kepentingan
kepentingan sendiri (pasal 1 ayat 22)
Sendiri)

▪ Terminal yang terletak di luar DLKR dan


TERSUS DLKP pelabuhan yang merupakan bagian
(Terminal dari pelabuhan terdekat untuk melayani
Khusus) kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya (pasal 1 ayat 21)

Source: UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran


Dasar Hukum Pengelolaan TUKS / Tersus diatur dalam PM Perhubungan
No. 53/2011 dan No. 73/2014 tentang Tersus dan TUKS
DISCUSSION

Source: PM Perhubungan 53/2011 dan PM Perhubungan 73/2014 26


Pengelolaan Terminal Khusus diperuntukkan hanya pada kegiatan pokok
usahanya (PM Perhubungan 53/2011)
- Terminal khusus sebelum
mendapatkan ijin dari Menteri
Perhubungan tidak
diperkenankan untuk
kepentingan umum (bongkar
muat petikemas dll)
- Perlu adanya kerjasama
pengelola Tersus dengan UPP
(Unit Penyelengga Pelabuhan)
- Pengadaan & Pemeliharaan
SBNP menjadi tanggungjawab
Pengelola Tersus

TUKS dan Tersus Pertamina


hanya untuk melayani
kepentingan sendiri

Source: PM Perhubungan 53/2011, Team Analysis 27


Kewajiban Pengelola Terminal Khusus

DISCUSSION

Memelihara SBNP, alur pelayaran, kolam pelabuhan fasilitas lain yang diperlukan
untuk kelancaran lalu lintas kapal dan barang :
- Pengadaan & Perawatan Menara Suar, Buoy
- Pembayaran Penggunaan Perairan sesuai PP 15/2016
- Perawatan SPM dan Dermaga dan fasilitas bantu lainnya
- Melaksanakan Pengerukan di Alur Pelayaran

Source: PM Perhubungan 53/2011, Team Analysis 28


Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Penanggulangan Kebakaran Kapal & Tumpahan Minyak di Perairan (PKKTMP)
• ISPS Code

• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)

• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

29
MT. Exxon Valdez

Korban 250,000
burung, 2,800 singa
MT. Exxon Valdes laut, 247 elang
menabrak gunung es di
Alaska 24 Maret 1989

Kerugian sebesar Rp 20
T, hanya diganti pihak
asuransi Rp 4.8 T
sebesar 120,000 ton
minyak tumpah di
laut coverage
pencemaran
2,100 km garis
pantai

30
Ketentuan Penanggulangan Pencemaran di Perairan & Pelabuhan diatur
Pemerintah dalam PM Perhubungan No 58 tahun 2013

Source: PM Perhubungan 58 tahun 2013 31


Diturunkan Pertamina dalam SK Direktur Pemasaran & Niaga No 014 tahun
2011, VP Marine bertindak sebagai KETUA Komite PKKTMP…
DISCUSSION

Tugas dan Tanggung Jawab


Koordinator Terminal :

 Bertanggung Jawab atas pembinaan


kompetensi personil Tim Operasi
Penanggulangan Kebakaran Kapal
dan/atau Tumpahan Minyak di Perairan
TERSUS/TUKS Migas Pertamina
 Bertanggung jawab atas penyiapan
prosedur, peralatan dan Tim Operasi
Penanggulangan Kebakaran Kapal
dan/atau Tumpahan Minyak di Perairan
TERSUS/TUKS Migas Pertamina.
 Memantau pelaksanaan program
latihan Penanggulangan Kebakaran
Kapal dan/atau Tumpahan Minyak
(Marine Fire Fighting & Oil Spill
Recovery Exercise) di Perairan
TERSUS/TUKS Migas Pertamina.
 Melakukan koordinasi dengan
instansi terkait dalam rangka
penyelenggaraan latihan dan tindakan
PKKTMP (Marine Fire Fighting & Oil
Spill Recovery Exercise) di Perairan
TERSUS/TUKS Migas Pertamina.

Source: SK Pertamina PKKTMP No 14/2011 32


33

Marine Berada pada Garda Terdepan dalam Upaya Penanggulangan


Kebakaran Kapal dan Tumpahan Minyak di Perairan
World Class DISCUSSION
Oil Spill Response

On Scene Commander
Related to Oil Spill Response
PKKTMP… (OSR), Marine mempunyai
tanggung jawab dalam
Definisi : Pejabat Pertamina pemenuhan peralatan
setempat yang bertanggung penanggulangan tumpahan
Tindakan secara cepat, tepat jawab dan bertugas memimpin minyak di perairan, antara lain :
dan terkoordinasi untuk di lapangan operasi - Oil Boom
menanggulangi kebakaran Penanggulangan Kebakaran - Oil Skimmer
kapal dan tumpahan minyak di Kapal dan/atau Tumpahan - Oil Containment Bag
perairan Terminal Minyak Tier-1 di Perairan - Oil Dispersant Pump
Khusus/Terminal Untuk Teminal Khusus/Terminal Untuk - Oil Spill Dispersant
Kepentingan Sendiri Migas di Kepentingan Sendiri Migas - Oil Sorbent
semua wilayah operasi setempat. - Rubber Boat
Pertamina serta menanggulangi - Pangkalan LLP
dampak lingkungan akibat Sebagai OSC adalah Manager
tumpahan minyak di perairan Marine Region atau Head Of
untuk meminimalisasi kerugian Marine
masyarakat dan kerusakan
lingkungan perairan

SOURCE: Team analysis


34

Peralatan dan Bahan, diatur dalam PM Perhubungan No. 58 tahun 2013


Persyaratan
Setiap pelabuhan dan unit kegiatan lain harus
memiliki alat pelokalisir (oil boom), paling
Oil Boom sedikit 1 1/2 (satu setengah) kali panjang kapal
terbesar yang berlabuh di pelabuhan dan atau
unit kegiatan lain Oil Boom

Setiap pelabuhan dan unit kegiatan lain


harus mempunyai alat penghisap (skimmer),
Oil Skimmer dengan kapasitas dan jenis sesuai dengan
potensi pencemaran minyak dan atau bahan
lain berdasarkan hasil penilaian

Setiap pelabuhan dan unit kcgiatan lain harus


mempunyai bahan penyerap (sorbent), yang
paling sedikit mampu menyerap 10% (sepuluh
Oil Sorbent persen) dari jumlah maksimum potensi
pencemaran minyak danl atau bahan lain yang
dapat terjadi danl atau berdasarkan hasil
penilaian
Setiap pelabuhan dan unit kegiatan lain
harus mempunyai bahan pengurai
Oil Dispersant (dispersant), paling sedikit mampu mengurai
Oil Dispersant
10% (sepuluh persen) dari jumlah maksimum Oil Dispersant Pump
potensi pencemaran minyak dan atau bahan Chemical
lain berdasarkan hasil penilaian
Source: PM 58 tahun 2013
Pertamina telah memiliki Standard Peralatan dalam Penanggulangan
Tumpahan Minyak di Perairan,. DISCUSSION

Standar Peralatan Oil Spill Dilakukan latihan deployment peralatan LLP


berdasar SK 014 tahun 2011 maksimal 6 bulan sekali

Source: Team analysis 35


Tujuannya adalah Menjamin Kesiagaan Marine dalam Penanggulangan…

Waduuuhh …!!
Ada tumpahan minyak ,
peralatan kita tidak lengkap !!!!
Apa yang harus kita lakukan ?!

Source: Team analysis 36


Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Penanggulangan Kebakaran Kapal & Tumpahan Minyak di Perairan (PKKTMP)
• ISPS Code

• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)

• To Support & Develop Marine Business

37
ISPS Code
 International Ships and
Port Facility Security Code

 Koda Internasional
“Keamanan Kapal dan
Fasilitas Pelabuhan”

 Interaksi Antara Kapal


dan Pelabuhan
serangan
teroris

Oil Tanker SS Limburg Prancis


di Yaman 06.10.2002 Kapal Perang USA

WTC USA – 11.09.2002 BALI - 12.10.2002


USS Cole (2000)
in Aden
HISTORY ISPS CODE

Safety Of Life At Sea (SOLAS) 1974


Pemberlakuan ISPS Code
SoCPF (Statement of Complliance of a Port
Untuk Kapal dan Pelabuhan Facility)

 Kapal-kapal yang melakukan pelayaran


internasional :
- Kapal Penumpang termasuk kapal
Penumpang berkecapatan tinggi.
- Kapal Barang termasuk kapal Barang
berkecepatantinggi ukuran 500 GT
atau lebih (termasuk oil tanker).
- Unit Pengeboran Minyak Lepas
Pantai berpindah pindah (Mobile
Offshore Drilling Unit).

 Pelabuhan/Fasilitas Pelabuhan yang


melayani kapal pelayaran
internasional & kapal comply ISPS
Code

Catatan :
Tidak berlaku terhadap : Kapal perang dan
kapal bantuannya, Kapal yang dioperasikan
pemerintah negara penanda tangan

41
Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

42
SIUPAL Induk dan Perubahan Domisili Perusahaan

SOURCE: SIUPAL Pertamina, Team Analysis


43
Ketentuan Layanan Keagenan Kapal mengacu pada PM Perhubungan No.
93/2013 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut

Source: PM Perhubungan 93/2013 44


Apa yang Menjadi Tugas dan Tanggung Jawab Keagenan Kapal…
DISCUSSION

• Melaksanakan kegiatan pelaksanaan Clearance in/out, Crew Handling (Charter, Milik) dan kapal
keagenan meliputi on/off Awak Kapal, Sign on/off, passport/buku pelaut, penyijilan.
• Melaksanakan kegiatan keimigrasian seperti pengurusan izin kerja orang asing (Dahsuskim) exit permit
dengan Imigrasi dll.
• Melaksanakan kegiatan pengurusan kepentingan Awak Kapal (pengobatan, akomodasi, transport dan
pasasi).
• Melaksanakan pelaporan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP), Inward/Outward Manifest
kegiatan bongkar / muat Cargo Kapal dari / ke luar negeri dengan Bea & Cukai.
• Melaksanakan koordinasi dengan petugas Pemerintah (Imigrasi, Karantina, Polisi, KPLP, Syahbandar)
untuk kepentingan clearance Awak kapal apabila terjadi kecelakaan kerja / meninggal untuk dievakuasi
ketempat lain.
• Melaksanakan Koordinasi dengan pihak terkait untuk kepentingan pelayanan pemanduan.
• Melaksanakan pengurusan Administrasi in / out cleareance, sandar / lepas kapal, permohonan
Pandu/Tunda dan pemeriksaan kapal oleh instansi Pelabuhan (Imigrasi, Kesehatan Pelabuhan,
Syahbandar, Bea Cukai).
• Melaksanakan program scheduling kapal cluster.
• Melakukan pengecekan nominasi cargo dan kesiapan dermaga sesuai rencana kedatangan kapal.
• Melaksanakan Koordinasi dengan Pihak terkait mengenai Estimate Time Arrival (ETA) / Estimate Time
Departure (ETD) kapal.
• Mengatur dan memonitor schedule sandar lepas kapal di Pelabuhan dan mengatur seluruh kegiatan di
Tugas Utama Marine Region
Ship Operation Keagenan.
• Melaksanakan Penyusunan Daily Tanker Position. adalah : Shipping Agency & Port
• Melaksanakan Koordinasi dengan General Agent terkait Reporting Progress Operation
Tanker Movement

SOURCE: UTP UPJ Ship Agency, Team analysis


45
Kapal Berlayar / Keluar Pelabuhan harus Memiliki Surat Persetujuan
Berlayar / SPB / SIB

SPB (Port Clearance) adalah Dokumen


Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar
kepada setiap kapal yang akan berlayar
meninggalkan pelabuham setelah kapal
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal
dan kewajiban lainnya

Source: Team analysis 46


Untuk Mendapatkan SPB dari KSOP/KUPP, Kapal harus Mendapatkan
Clearance dari 3 Departement terkait.. DISCUSSION

2 Immigration (I)
1 Custom (C)
▪ Unsur Departemen Hukum &
▪ Unsur Departemen Keuangan, HAM, bertanggung jawab atas
bertanggung jawab atas
legalitas orang yang
pemeriksaan legalitas barang
diperkenankan masuk ke
dan ketentuan barang yang
wilayah RI atau bepergian
dikenakan bea dan cukai
keluar negeri
▪ Untuk kapal dari Luar Negeri / ▪ Untuk kapal domestik tidak ada
membawa muatan impor
Crew Asing maka tidak ada
▪ Kapal domestik tidak ada proses proses di Imigrasi
di Custom

3 Quarantine (Q) - Kesehatan 4 Port Authority (P) –


▪ Unsur Departemen Kesehatan, KSOP / KUPP
bertanggung jawab atas penyakit ▪ Unsur Departemen Perhubungan
yang dibawa orang, hewan atau bertanggung jawab
tumbuhan yang akan masuk / keluar menyelenggarakan keselamatan
dari daerah pelabuhan bandar, kapal, ABK dan penumpang
▪ Untuk memastikan kapal tidak ▪ Pemeriksaan kelaiklautan kapal
membawa endemik penyakit ▪ Pengecekan dokumen kapal (± 40
▪ Bendera kuning di kapal dokumen)
menandakan kapal belum bebas ▪ Pengecekan secara langsung
penyakit kondisi kapal, over draft
▪ Untuk kapal domestik tetap ada ▪ Penerbitan SPB berlaku 24 jam
Quarantine Clearance
Source: Team Analysis 47
Selain Port Clearance, Pihak Operator Kapal harus Membayarkan Port
Charges…
Jasa Labuh : Biaya yang diperhitungkan atas kapal yang
melakukan kunjungan atau menggunakan perairan pelabuhan di
dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan untuk melakukan kegiatan tertentu

Jasa Tambat : Biaya yang diperhitungkan atas kapal yang


mempergunakan dermaga atau sarana tambat lainnya.

Jasa Pandu : Biaya yang diperhitungkan atas kapal yang


memakai Pandu untuk sandar, lepas, shifting ataupun didalam
pelayaran singkat.

Jasa Tunda : Kapal dengan panjang 70 meter atau lebih yang


berolah gerak di perairan wajib pandu wajib menggunakan
jasa penundaan yang berpedoman pada ketentuan
keselamatan pelayaran.

SBNP / Uang Rambu : diberlakukan untuk setiap kapal yang


memasuki pelabuhan di Indonesia atas penggunaan SBNP

PUP-9 : Uang Pengawasan Barang Berbahaya diberlakukan


untuk kapal yang melakukan pemindahan muatan Berbahaya

SOURCE: Team analysis


48
Mekanisme Pembayaran Port Charges kepada Instansi Terkait

PP 06/2009 PP 11/2015 dan PP 15/2016

Jasa Labuh Jasa Pandu


PT. Pelabuhan Jasa Tambat Jasa Tunda
Indonesia (I, II, Note :
Jasa Pandu
III dan IV) Jasa Tunda • Pembayaran ke PT.
Pelabuhan Indonesia
melalui mekanisme
penagihan antar fungsi
keuangan

• Telah dilaksanakan
improvement dengan
Uang Rambu Jasa Labuh pembayaran di muka
PUP-7 Jasa Tambat advance payment setiap
KSOP / KUPP Triwulan
(Syahbandar) Uang Rambu
PUP-7

SOURCE: Team analysis


49
Komitmen Pertamina dalam pembayaran PNBP

Perubahan Kebijakan Pemerintah Impact kepada Pertamina

1. Kenaikan anggaran untuk Port Charge Rp 70


M menjadi Rp 150 M / tahun
2. Kenaikan anggaran sewa perairan Rp 3 M
menjadi Rp 30 M / tahun
3. Pembayaran PNBP sebelum kapal berangkat
atau denda 2%

PP 06/2009 PP 11/2015
Solusi :

Jenis Tarif PP 06/2009 PP 11/2015

Biaya Labuh Rp 40 / GT / Rp 76-90 / GT


15 hari / 15 hari* 5608 3400 7839 3788
RINANTO BUDI
SATRIO
Biaya Tambat Rp 30 / GT / Rp 40-90 / GT
Etmal / Etmal*

Sewa Perairan Rp 250 / m2 Rp 2500 / m2 Penggunaan Cash Card untuk 45 pelabuhan


besar
…. dll …. dll …. dll

Source: Team analysis 50


Sample Kode Billing Penerapan Simphoni di KSOP Kelas I Ambon

Note :

• 95 % KSOP / KUPP telah menerapkan


SIMPONI / e-PBNP,

Dukungan terhadap kebijakan • Pembayaran dilaksanakan sebelum kapal


Pemerintah guna Perbaikan berangkat sebagai persyaratan clearance
Layanan
• Simlala di Direktorat Lalu Lintas Laut

SOURCE: Simponi KSOP Kelas I Ambon, Team analysis


51
Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

52
Tugas dan Kegiatan Utama PQC
Sebagai Perpanjangan Tangan Shipping di Region / Lokasi

• Pengawasan bunker kapal di Pelabuhan.


• Pengisian / supply bunker Kapal di Pelabuhan
BUNKER • Memberikan usulan pelayanan kebutuhan bunker kapal
CONTROL

• Melaksanakan monitoring kuantitas cargo.


• Membuat usulan klaim terkait kuantitas cargo.
CARGO • Membuat laporan performance kapal terkait kuantitas cargo.
CONTROL • Bersama fungsi terkait menyelesaikan discrepancy dan penyimpangan.

• Pengawasan & Pengendalian Performance Kapal.


• Membuat dokumen klaim kepada fungsi BOC.
PERFORMANCE • Analisa dan evaluasi indikasi ketidaksesuaian Realisasi vs Charter Party.
CONTROL

This paper is limited for the internal purpose only


Pengawasan & Pengendalian Performance Kapal oleh Shipping

Input oleh PQC Process oleh


Marine Output
Shipping Pusat

Bunker Control Operational lancar

Transportir bunker Saving bunker

Bunker Loss,
Offspec, etc Reduce losses

Claims (SPOB,
SSOB, On-Off hire, Claimable
Del-Redel, R2 Loss,
etc). Crew blacklist tidak
naik kapal
Tank Table
No Accident
Kasus-kasus kapal
PSA 100%
Vessel Performance
-Scope kerja sangat luas meliputi yang core Invetigasi &
Monitoring PSA peyelesaian kasus di
maupun non core.
- Memastikan compliance kapal namun lapangan dan di
Crew Blacklist peradilan
operasional kapal tidak boleh terganggu.
Hal lainnya (Audit, No Fraud
Pelumas, Sanksi)

This paper is limited for the internal purpose only


Tugas PQC pada saat Awal Kapal Sandar
DISCUSSION

Implementation Level
5 Langkah yang dilakukan PQC pada saat kapal sandar s/d awal proses load/disch
1. Melakukan ship
cargo tank 2. Kalkulasi kargo
sounding/ullaging sebagai filter
dan cek dry atas kesalahan 3. Memastikan
perhitungan Slop, Bunker
dalam kondisi 4. Menandatangani
baik dari kapal
sama dengan agreement
maupun LM 5.Memastikan
pelaporan kapal pemuatan /
pembongkaran pembongkara
n pada saat
awal berjalan
Apabila tdp aman
kondisi swell, tdp
trash maka berhak
Makin banyak
meminta
pihak menghitung
mengulang/mena
diasumsikan Terutama untuk produk
mbah jumlah
tingkat kesalahan MFO, MDO & HSD Sebagai basic klaim
pengukuran
makin kecil slow pumping

Press sesuai yang


diperjanjikan, tdk tdp
tumpahan minyak
▪ Apabila terjadi dispute antara pihak kapal dengan LM di darat maka PQC berfungsi
sebagai penengah bersama dengan surveyor
▪ PQC juga melakukan cek ke dalam tangki kapal (slop, bunker, wbt, after peak,
forepeak), cek coverdam serta menandatangani berita acara pemeriksaan kapal
apabila terdapat selisih muat/bongkar yang melebihi toleransi antara kapal dengan
darat
Source: Team analysis 55
Tugas PQC setelah Kapal selesai Loading/Disch
DISCUSSION

Implementation Level
5 Langkah yang dilakukan PQC pada saat kapal complete load/disch sebelum cast off
1. Melakukan ship
cargo tank 2. Kalkulasi kargo
sounding/ullaging sebagai filter
dan cek dry atas kesalahan 3. Memastikan
perhitungan Slop, Bunker
dalam kondisi 4. Memastikan
baik dari kapal
sama dengan bahwa klaim slow
maupun LM 5.Melakukan cek
pelaporan kapal pumping (bila ada)
dinaikkan oleh LM all vessel tank
apabila R1/R3
melebihi batas
Apabila tdp toleransi dan
kondisi swell, tdp membuat
trash maka berhak berita acara
Makin banyak
meminta
pihak menghitung
mengulang/mena
diasumsikan Terutama untuk produk
mbah jumlah
tingkat kesalahan MFO, MDO & HSD Sebagai basic klaim
pengukuran
makin kecil slow pumping

Darat juga
melakukan recek
▪ Apabila terjadi dispute antara pihak kapal dengan LM di darat maka PQC berfungsi tangki darat
sebagai penengah bersama dengan surveyor
▪ PQC juga berfungsi sebagai sumber informasi perubahan pemesanan pandu apabila
tdp dispute jumlah kargo

Source: Team analysis 56


Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

• Performance Control

• Cargo & Bunker Control

• Modus Tindakan Fraud

57
CHARTER PARTY
Contract for the use or hire of a vessel

TIME CHARTER PARTY


Perjanjian Sewa menyewa kapal berdasarkan waktu

VOYAGE CHARTER PARTY


Perjanjian Sewa menyewa kapal berbasis perjalanan
(single dan/atau multi perjalanan)

BAREBOAT CHARTER PARTY


Perjanjian Sewa menyewa kapal kosong tanpa awak

CONTRACT OF AFFREIGHTMENT
Perjanjian pengankutan berdasarkan uang tambang
(Rp/liter)
Klaim adalah: “Upaya-upaya
Klaim-Klaim Atas Kapal penyelamatan atas kerugian atau
potensi kerugian akibat terjadinya
penyimpangan atau pelanggaran
atau kekurangan kinerja dalam
pelaksanaan kontrak berdasarkan
pertimbangan yang logis.”

Charter Time Klaim Kekurangan Kinerja (diatur

Out Charter dalam charter party):


1.
2.
Off Hire
Transportation Loss
3. Slow Pumping & Over
- Klaim Demurrage Bunker
4. Slow Speed & Over Bunker
5. Cargo Off Spec.
6. Bunker Off Hire
7. Bunker offset Delivery &

Voyage Redelivery

*Klaim Lainnya:
Charter 1.Kerusakan asset  ganti kerugian
2.Tumpahan Minyak  polluter pay
- Klaim Demurrage principle (strict liability)
PROSES SERAH TERIMA MINYAK DI PERTAMINA
DAN GAMBARAN LOSSES YANG TERJADI

DITOLERANSI MAX. DITOLERANSI MAX.


0.3 % 0.3 %
DITOLERANSI MAX.
R1 0.09 %  0.07 % R3
LOADING LOSS DISCHARGING LOSS
R2
TRANSPORTATION
LOSS PENERIMA
PENGIRIM

BILL OF SFAL SFBD ACTUAL


LADING RECEIPT
(B/L) (A/R)

R4
SUPPLY (B/L - A/R
LOSS )
DITOLERANSI MAX.
R4 = ------------
0.3 % B/L
TRANSPORT LOSS

• Transport loss yang tidak dapat dihindari diperkenankan maksimum 0.09% atau
sesuai Charter Party.

• Pemilik tidak boleh memanfaatkan toleransi transport loss yang diperkenankan. Jika
losses melebihi toleransi dapat diklaim dan langsung dipotong dari harga sewa.

• Perhitungan Klaim :
SFAL – SFBD x 100%
BL
Yang perlu menjadi perhatian:
• Klaim R4 akan dikenakan apabila terbukti ada kecurangan yang dilakukan oleh
Pihak Kapal (berdasarkan Pertamina Time 10.3)
• Kondisi Swell
TRANSPORT LOSS

Dokumen pendukung:
• Ship figure after loading
(SFAL)
• Ship figure before
discharge (SFBD)
• Bill of lading (B/L)
• Letter of protest
• certificate of quantity
discharge (CQD)
Toleransi Transport Loss
TKO PENGAJUAN KLAIM ATAS SUSUT MINYAK MENTAH & PRODUCT
PUMPING PERFORMANCE

Kemampuan Pemompaan (C/P.Pertamina Time Klausul No. 1h & 9.3 dan Part III No. 4)

Ketika kapal menyatakan dirinya “siap” untuk melaksanakan pemompaan (dibuatnya Notice Of
Readiness) maka, sejak saat itu kapal harus sanggup menjalankan pemompaan untuk
membongkar muatan sesuai dengan yang dijaminkan dalam Charter Party/Fixture Note
Ada 5 hal yang dipantau dalam pemompaan yaitu : Pemompaan Grade by grade, Simultan, Flow
Rate dan Back Pressure serta Khusus Muatan yang banyak mengandung Gas (Gasses).

a. Grade by grade
Grade by grade ialah pemompaan yang dilakukan per-Grade Muatan dari sejumlah grade muatan
yang dibongkar.Pedoman perhitungan Flow Rate-nya ialah jumlah masing-masing muatan yang di
bongkar dibagi dengan jumlah waktu pelaksanaan pembongkarannya.

b. Simultan
Kapal harus dapat dengan aman melaksanakan pemuatan dan pembongkaran minimum 2 (dua)
grade muatan secara simultan tanpa terjadi pencampuran; Pedoman perhitungan Flow Rate ialah
Jumlah muatan terbanyak dari grade yang disimultan dibagi dengan jumlah waktu lamanya
pembongkaran
Kemampuan Pemompaan (C/P.Pertamina Time Klausul No. 1h
dan Part III No. 4)
c. Flow Rate
Flow Rate ialah Jumlah Muatan dalam Kilo Liter/Meter Kubik yang dibongkar dari Tanki Muat Kapal
ke Tanki Darat melalui pipa selama 1 (satu) jam. Pedoman perhitungannya ialah Jumlah Muatan
yang dibongkar di bagi dengan jumlah waktu pembongkaran.

d. Back Pressure
Back Pressure ialah Besarnya tekanan balik yang diterima pada sistim pemompaan kapal yang
diukur pada Manifold Kapal. Hal ini terjadi karena adanya Tekanan Balik dari muatan yang di
pompakan ke tanki darat. Besar kecilnya tekanan yang diterima Manifold Kapal tergantung pada :
• Tinggi rendahnya lokasi Tanki Timbun
• Banyak sedikitnya jumlah Non Return Valve yang terpasang
• Panjang pendeknya Pipa penerimaan dari Jetty sampai ke Tanki Timbun Darat
• Besar kecilnya diameter pipa penerimaan dan keadaan sepanjang jalur pipa.
(Korelasi Flow Rate dan Back Pressure terlampir pada Attachment No.1)

e. Muatan Khusus yang banyak mengandung Gas (Gasses)


Adapun yang dimaksud disini ialah Madura Crude Oil, dimana muatan ini banyak mengandung gas
sehingga kapal akan sulit melakukan pemompaan. Sampai dengan saat ini masih belum ditemukan
pada Charter Party/FN/KPI adanya formula Flow Rate dan Back Pressure yang tepat untuk kapal-
kapal yang membawa dan membongkar MCO.

Catatan : Jika salah satu dari Flow Rate atau Back Pressure telah tercapai maka kapal telah melaksanakan pemompaan
sesuai dengan yang dijaminkan, dengan demikian kapal tidak dapat dikenakan klaim Slow Pumping.
Dokumen yang diperlukan untuk memantau kinerja pemompaan
1. Letter of Protes
Protes yang dibuat dikarenakan kapal tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam Charter
Party.

2. Discharging Agreement
• Discharge Agreement ialah dokumen yang harus dibuat sebelum pemompaan dimulai, yang
menjelaskan diantaranya kemampuan kapasitas pemompaan oleh kapal berdasarkan kemampuan
teknis kapal sebagaimana terdapat dalam Charter Party yang meliputi kemampuan rate
pembongkaran dan kemampuan tekanan balik di manifold kapal (back pressure), kemampuan
terminal dalam menerima yang meliputi kemampuan rate penerimaan dan kemampuan tekanan
(pressure) di pipa darat, cara pelaksanaan pembongkaran, ketersediaan jumlah dan ukuran line/pipa
yang digunakan, Cargo Oil Pump yang dipakai, COW dll.
• Apabila dalam discharging agreement, kapal mencantumkan kemampuan teknis yang tidak sesuai
dengan Charter Party, terminal representative harus membuat Letter of Protest.
• Dalam hal fasilitas darat tidak mampu menerima kapasitas pompa dan/atau tekanan balik pompa
kapal sebagaimana dituangkan dalam Part III Charter Party, maka Letter of Protest tidak dibuat oleh
pihak darat/ terminal representative.
• Permintaan penurunan tekanan/rate atas permintaan darat/kapal harus dibuat secara tertulis dan
ditandatangani pihak kapal dan darat.
Page 68

Dokumen yang diperlukan untuk memantau kinerja pemompaan

• Waktu Stripping “Toleransi lama stripping yang diberikan mengacu kepada notulen hasil rapat di
Bandung tgl 4 Juli 2012 dengan ketentuan sbb “
Untuk kontrak sebelum Pertamina Time (1 Agustus 2014) :
Toleransi lama stripping yang diberikan mengacu kepada notulen hasil rapat di Bandung tgl 4 Juli
2012 dengan ketentuan sbb :
Tipe small II ke bawah,1 Jam
Tipe General Purpose ke atas, 2 Jam
Untuk kontrak setelah Pertamina Time (1 Agustus 2014) :
Tidak ada toleransi stripping dikarenakan telah termasuk dalam jaminan teknis kapal charter
pada Part III Pertamina Time yaitu Minimum Discharging Rate.
3. Pumping Log.
 Pumping Log ialah Catatan “Tekanan pemompaan” yang dipantau dari “Manifold” kapal.
Pencatatan dilakukan berdasarkan hasil “pengamatan bersama” antara pihak kapal dan darat.
 Jika pihak kapal melakukan pencatatan pada dokumen milik kapal (bukan milik Pertamina selaku
penyewa) maka penandatanganan oleh Loading Master hanya bersifat “menerima dokumennya
tetapi tidak mengakui isi/data/catatan pada dokumen tsb – tanda tangan diberi keterangan :
Received only but not for prejudice”. Sedangan pada dokumen milik Pertamina tidak boleh diberi
keterangan tsb karena berdasarkan hasil pengamatan bersama atau sesuai kenyataan. Jika
terjadi “stop pembongkaran” harus ditulis dan diberi keterangan bahwa stop disch tsb
dikarenakan oleh “pihak Darat atau kapal”
4. Tanker Time Sheet.
Tanker Time Sheet ialah catatan-catatan aktivitas kapal (Disch.Activity) selama berada di pelabuhan
berikut Muatan yang ada diatas kapal, kondisi Bunker dan Fresh Water dll.
Dokumen yang diperlukan untuk memantau kinerja pemompaan

5. Compartement Log Sheet SFBD.


Compartement Log Sheet Ship Figure Before Discharge ialah jumlah muatan yang ada didalam tanki-tanki
muatan kapal sebelum dilakukan pembongkaran.

6. Dry Certificate (jika muatan dibongkar habis)


 Dry Certificate ialah dokumen yang menyatakan bahwa kondisi tanki-tanki muatan telah kering setelah
muatan yang ada didalamnya dibongkar semua.
 Jika setelah Completed Disch masih ada Muatan, maka muatan tersebut dibuatkan SFAD selanjutkan
dibuatkan Cargo Manifest dan BL. Tetapi jika berupa Sludge maka tidak harus dibuatkan SFAD, Cargo
Manifest dan BL, cukup diberi keterangan “Un-Pumpable Sludge” dan diremarks pada Dry Certificate

7. Compartement Log Sheet SFAD ( jika muatan tidak dibongkar habis ).


 Compartement Log Sheet Ship Figure After Discharge ialah jumlah muatan yang masih tersisa didalam
tanki-tanki muatan kapal setelah dilakukan pembongkaran.
 Jika selama pembongkaran terjadi stop pemompaan yang dikarenakan oleh kapal (misalnya pompa
rusak/black out/pipa pecah/tumpah ke Deck dll, tidak perlu dibuatkan Off Hire Certificate kecuali
melewati batas waktu wajar atau kapal di Shifting-kan. Dalam hal ini sebelum kapal di shiftingkan harus
dilakukan pengukuran dan perhitungan Muatan dan Bunker setelah stop pembongkaran. Jika tidak
diterbitkan Certificate Off Hire ketika terjadi stop pemompaan maka lamanya waktu stop pemompaan
diperhitungkan sebagai “Slow Pumping”. Sedangkan jika dibuat Certificate Off Hire maka dibuatkan
perhitungan Klaim Off Hire dan Klaim Bunker Of Hire.
Contoh Pengisian Disch Agreement & Pumping Log
DISCH AGREEMENT & PUMPING LOG YANG MENIMBULKAN
DISPUTE
KLAIM PERFORMANCE KAPAL

ALUR
MarineINFORMASI
Region DALAMBOC
OPERASI PERKAPALAN
CCR Keuangan
Pengiriman Perhitungan klaim Verifikasi Pembayaran/pem
dokumen indikasi bunker Offset perhitungan otongan uang
klaim dengan C/P sewa kapal.
1 Komunikasi Cargo Planner-
 Pemeriksaan Cargo  Melakukan  Verifikasi perhitungan
Tanker Programmer
dan Bunker saat Agen
perhitungan Agen
klaim klaim dan
Bongkar/muat Slowspeed mengkonfirmasi
 Pengawasan Bunker Overbunker (SSOB), dengan Owner kapal
2 Komunikasi Tanker
dan Cargo on site Slow pumping Over jika terdapat Programmer – Kapal
bunker3(SPOB) dan R2 sanggahan.
4
 Mengirimkan Losses
dokumen ke Pusat  Mengeluarkan memo
(BOC & CCR)  Mengirimkan Memo perintah 3 Komunikasi Tanker
permintaan bayar/penagihan keProgrammer-Agen/Pelabuhan
pembayaran fungsi keuangan
1 /Penagihan bunker 2
Cargo OffsetTanker
ke fungsi CCR 4 Komunikasi Kapal –
Kapal Agen/Pelabuhan
Planner Programmer
74

Fokus pada Pengendalian IPT sebagai KPI

Definisi IPT dan lay time

Integrated Port Time

Lay time mulai dari ATA +


6 jam atau berth pada jetty

Lay time1

Sea Hose Sea


time Berth disconnect time

ATA ATA + Commence Complete Un- ATD


NOR 6 hours loading loading berth Full
away

Sumber: Analisis tim


Standar Process Breakdown in Port Surabaya
Processes in Port Surabaya - TBBM Surabaya Group (Hours) DISCHARGING
1_1 Advanced Booking of Sea Pilot -8.0 Owned By Marine Ops

1_2 Vessel Arrival Owned By Terminal Ops


1.0
Owned By Laboratory Ops
1_3 Steaming In 2.0
-- Waiting at Anchorage Area 0
Standard IPT :
1_4 Berthing 1.5 - GP = 41 jam
1_5 Port Clearance - MR = 50 jam
2.0
- SM1 = 37 jam
3_1 Lab Test (Ship COT Sampling) 4.0 - SM2 = 39 jam
2_1 Sounding & Cargo Calculation 2.0
2_2 Hose Connection 1.0
2_3 Discharging Rate Negotiation 0.5
2_4 Prepare The Line 0.5
Volume cargo yang dimuat-
2_5 Discharging of Cargo (+ Stripping) * 27.5
dibongkar (in KL) / Flow rate
agreement + Stripping time
1_6 Booking Pilot for Leaving 1.0
2_6 Tank Inspection / Sounding ROB 1.0
2_7 Hose Disconnection 1.0
1_7 Cargo & Ship Document 3.0
1_8 Prepare for Leaving 1.0
1_9 Unberthing, Steaming Out, Full Away 2.5
Integrated Port Time
* Setiap call mempunyai standard waktu loading/discharge berbeda bergantung pada Nominasi kargo yang dimuat/dibongkar, Kemampuan
kapal (charter party), Kemampuan darat (jetty limitation)
Vessel Information Flow Analysis (VIFA) dalam Menentukan Tanggung
Jawab di Setiap Fungsi
Material flow
TANKER
OPERATIONS Information flow
MARINE
MANAGE
MARINE
OPERATIONS

9. Out Port REFINERY


PLANNING &
Clearance
ECONOMIC
VIFA saat ini membentuk
S: All Fastened basis dari peningkatan
REFINERY
E: All Papers/
Documents on TERMINAL
keadaan dengan
Board LOADING
MASTER
BALIKPAPAN menunjukkan poin
MANAGER
ketidakefisienan dan
8. Booking of
Sea / Harbor 16. Lab test membantu dalam
Pilot LABORA
TORY
prioritasikan area untuk
S: All Fastened S: Manifold
E: Sea & is closed mengoptimalkan waktu
Harbour Pilot E: Lab kapal di Pelabuhan
on Board result
confirmed

7. Lab test 13. Lab test 15. Sounding

S: All S: 1 hour after S: Manifold is


fastened pumping starts closed
E: Lab E: Lab result E: Bill of lading
result confirmed
confirmed

2. Booking of 3. STiming In 4. Booking of 6. Loading 10. Connec - 12. Loading 14. Disconn-
1. Outer Buoy 5. Berthing 11. Power 17. Notifica - 18. Un-berthing
Sea Pilot Harbor Pilot Negotiation ting of Hose of Cargo ection of
Permission tion of Pilot
Hose
S: N O R S: Booking of S: Sea Pilot S: Booking of S: Harbor S: All Fastened S: Discharge S: Req pwr S: Permission S: Manifold S: Out S: Sea &
Tendered Sea Pilot On Board Harbor Pilot Pilot on board agreement permission Received is closed clearance Harbor Pilot
doc. done on board
E: Booking of E: Sea Pilot E: Inner E: Pilot on E: All E: Req.Power E: E: Manifold is E: Hose
E: Discharge E: Pilot Off
Sea Pilot on Board Anchorage Board Fastened Permiission Permission Closed disconnected E: Pilot on
agreement Board
received board

Outer Buoy Inner Anchorage Berthing Pre Loading Loading Post Loading Un-berthing Tot. Lead time:
0.5 1 1 1 1.5 4 0.5 6-36 4 1 1 1 ~55-85h
~0 ~24 ~8 ~0.5 Waiting time: ~32.5

Source: Team analysis 76


Kerugian
Loss perKeterlambatan
hour of
Vessel’s Type Kapal per delay
vessel’s Jam

448 USD

376 USD

144 USD

77
Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

• Performance Control

• Cargo & Bunker Control

• Modus Tindakan Fraud

78
KARAKTERISTIK UMUM OIL TANKER

SUPERSTRUCTURE A

PORTSIDE

STARBOARD SIDE

MIDSHIP SECTION A-A

79
GENERAL ARRANGEMENT

80
CAPACITY PLAN

81
CAPACITY PLAN

82
RUANG LINGKUP DAN PROSEDUR KERJA PENGUKURAN
MINYAK SAAT PEMUATAN DAN PEMBONGKARAN

LANGKAH KE - 1

Melaporkan diri kepada pihak kapal,


serta melakukan diskusi rencana
muat/bongkar antara pihak terminal
dan pihak kapal (loading / discharging
agreement : tangki nominasi, flow rate,
tekanan pompa, pakai metering
system / manual, urutan pemuatan ke
tangki kapal penerima

83
LANGKAH KE - 2

Melakukan pemeriksaan legalitas (ijin penggunaan alat ukur) dan


yakinkan validitas dan berfungsinya alat ukur kapal (UTI, dip tape,
table kapal yang disahkan Shipping Opera pasta minyak / pasta
air, bottom sampler untuk free water dsb) yang akan digunakan.

84
PERALATAN PENGUKURAN DAN
TABEL PERHITUNGAN
1. Sounding Tape Stailess Steel ASTM D.1085 dengan
berat Bandul + 596 gram / MMC
2. Density 15ºC ASTM D-1298 (0.700 sd 0.950)
3. Temperatur dalam ºC ASTM D-1086 ( -10ºC sd
100ºC)
4. Temperatur sample ºC ASTM D-1086 ( -10ºC sd
100ºC)
5. Hydrojar (Gelas Duga) ukuran 1,000 ml ASTM D-422
6. Oil Can Sampling lengkap dengan penutup ASTM D-
270
7. Sludge Stick/ Water Stick berbahan Kuningan
8. COT (Cargo Oil Tank) Table
9. Tabel ASTM-D1250 No. 52, 53, 54 dan 57
85
ALAT UKUR CARGO TANKER
Sounding Tape Stailess Steel ASTM D.1085 dengan berat Bandul + 596 gram / MMC

Pita Ukur LURUS dan Tidak


KERITING.
Satuan Ukuran Dapat Terlihat
dengan JELAS

Berat Bandul + 596 gram,


bahan KUNINGAN panjang
165 mm.
Bentuk “Runcing” untuk
INAGE
Bentuk “Rata” untuk ULLAGE

SOUNDING TAPE STAINLESS STELL MMC


(ASTM-D.1085) : (ASTM-D1085) :
1. Digunakan untuk mengukur Ullage (jika ujung bandul 1. Digunakan untuk mengukur Ullage, Temperatur dalam
Rata) dan Innage/Deeping (jika ujung bandul dan Free Water pada bagian dasar Cargo Oil Tank.
Runcing). Untuk pengambilan Tress Water sebaiknya digunakan
2. Antara bandul dan tape hanya ada 1 ring joint Water Stick/Sounding Tape
connection. 3. Terpasang Bonding Cable pada body.
3. Terpasang Bonding Cable pada body. 4. Bersertifikat dan rutin dikalibrasi.
4. Panjang Bandul 165 mm. 5. Dikapal minimal harus ada 2 buah & lengkap dgn
5. Berbahan Kuningan sehingga berat/ tidak melayang Bateray

86
SOUNDING/ DIP TAPE
1. PENAMBAHAN RING PADA BANDUL / MODIFIKASI
2. PENGGUNAAN SOUNDING TAPE DENGAN PITA KERITING

1 2 52 CM
2 CM

50 CM

50 CM 48 CM 50 CM

2 CM
20 CM
20 CM 20 CM 20 CM
TEMPERATUR DALAM
(ASTM-D.1086) :

1.Digunakan untuk mengukur


temperatur didalam tanki muatan
2.Skala Temp : -10ºC sd 100ºC atau
0ºC sd 100ºC
3.Angka Skala tercetak pada Body
Temperatur
4.Bagian bawah terdapat Mangkuk
5.Temperatur terikat kuat dengan /
berada di dalam Casingnya
Mangkuk berguna untuk
mempertahan suhu Cargo sampai di
luar COT.
88
TEMPERATUR LUAR
Temperatur Luar/
Sample (ºC) didalam
(ASTM-D.1086) :
Casing

1.Digunakan untuk mengukur


temperatur Cargo yang diletakkan
didalam Hydro Jar/Gelas Duga
bersamaan dengan Density ºC
2.Skala Temp. : -10ºC sd 100ºC atau
0ºC sd 100ºC
3.Angka Skala tercetak pada Body
Temperatur bukan pada Casingnya

Casing
Temp. Luar/
Temp. Luar/
Sample (ºC)
Sample (ºC)

89
DENSITY 15ºC
OIL SAMPLING CAN
(ASTM-D1298) : (ASTM-D270) :
1. Digunakan untuk mengukur 1. Digunakan untuk
Density Cargo yang diletakkan mengambil sample
didalam Hydro Jar/ Gelas Duga Cargo didalam COT.
bersamaan dengan Temperatur 2. Umumnya berbahan
Luar Kuningan /Tembaga
2. Skala : 0.650 sd 0.950 (non spark) yang
dilengkapi Penutup
Oil Sampling
(bahan Gabus) dan
Can
dibagian bawahnya
terdapat Pemberat

BOTTOM OIL SAMPLER


(ASTM-D270) :
Density 15ºC 1. Digunakan untuk mengambil
& Temp. ºC sample Cargo didasar COT
dalam 1 termasuk Free Water.
(satu) Tabung 2. Berbahan Non Spark, dibagian
bawah ter- dapat Chuck sbg alat
Data Spek untuk mengambil sample Hydro Jar
Density Denstity dan Cargo/Free Water. (Gelas Duga)
15ºC Nomor Seri Vol. 1.000 ml

HYDRO JAR
/GELAS DUGA
(ASTM-D422) :
Digunakan sebagai tempat mengukur Density
dan Temperatur luar.

90
LANGKAH KE – 3

Melakukan pengukuran draft, trim / list dan


heel pada kapal bersama pihak kapal dan
loading master sebelum dan setelah kapal
muat / bongkar.

STARBOARD SIDE PORTSIDE


STARBOARD SIDE
PORTSIDE

HEEL BY PORTSIDE HEEL BY STARBOARD SIDE

91
LANGKAH KE – 4

Lakukan pemeriksaan kapal sebelum pemuatan pada tangki COT dan


tanki slops (nyatakan dalam ROB/OBQ Report) serta melakukan
pemeriksaan keutuhan segel dan dokumen penyegelan dari Terminal
sebelumnya, apabila ada kerusakan segel dan atau apabila diperlukan
pembukaan segel (dari terminal sebelumnya) agar dibuatkan berita acara
yang menyatakan momor dan kondisi keutuhan segelnya.

DATA SLOP TANK STARBOARD MT. MAIDEN ENERGY


Voyage No. :11- 12/ME/VIII/2014

BEFORE DISCH AFTER DISCH BEFORE LOAD AFTER LOAD BEFORE DISCH AFTER DISCH DEPT WAYAME
ITEM
BAU-BAU BAU - BAU BALIKPAPAN BALIKPAPAN Wayame Wayame WAYAME
Tanggal Pemeriksaan 16/08/2014 18/08/2014 28/08/2014 29/08/2014 05 Sep2014 10 Sep 2014 13-Sep-14
Ullaging (mm) 4700 4715 13284 12966 9098 8403 NIL
Interface (mm) 6970 7040 13619 13621 13072 12997 NIL
Total Volume (Liter obs.) 627,474 599,888 109,346 124,978 336,274 376,947 NIL
Volume Air (Liter obs.) 488,791 458,274 93,311 93,217 119,725 123,438 NIL
Volume Minyak (Liter obs.) 138,683 141,614 16,035 31,761 216,549 253,509 NIL
Hasil Pemeriksaan Lab. N/A N/A N/A N/A N/A ON SPEC (HSD) Desopling to TBBM Wayame

92
LANGKAH KE – 5

Sebelum kapal muat/bongkar memeriksa kerangan


seachest, drain valve, dan kerangan yang berhubungan
dengan tangki non nominasi dalam keadaan tertutup
dan disegel.

93
LANGKAH KE – 6

Melakukan pemeriksaan dan pengukuran seluruh tangki kapal ,


Bunker, Ballast dan tangki lainnya yang bukan diperuntukan untuk
kargo dan dibuat berita acara pengukuran/Statement of Fact

94
PENGERTIAN

 Kalibrasi Tanki adalah proses akurat menentukan kapasitas atau parsial


kapasitas tangki dan mengekspresikan kapasitas ini sebagai volume untuk
kenaikan linier yang diberikan atau ketinggian cairan .
 Tabel Kalibrasi Tanki adalah buku yang dibuat oleh galangan kapal atau kelas
atau badan metrologi atau lembaga/perusahaan yang berkompeten yang berisi
hasil kalibrasi tanki.
 Tabel Kalibrasi Tanki ada 2 macam, yaitu Tabel Tanki Bagian Mesin dan Tabel
Tanki Bagian Dek.
 Tabel Tanki bagian Mesin (FOT): Tabel Tanki bagian Dek (COT):
 Tanki Ballast / Double Bottom -Tanki Cargo
 Tanki Bunker -Tanki Slop
 Tanki Lube Oil
 Tanki Air Tawar
 Tanki Cofferdam.
 Tanki Sludge dan Dirty Oil

Page 95
VALIDASI TABEL TANKI DI PERTAMINA

 Semua kapal-kapal yang beroperasi di Pertamina, mulai dari tipe tongkang


hingga VLCC wajib memiliki tabel kalibrasi tanki.
 Validasi Tabel menjadi penting untuk menghindari pemakaian Tabel ganda di
kapal.
 Sebelum tahun 2009, fungsi yang bertugas memvalidasi tabel kalibrasi adalah
fungsi Operasi Tanker. Tabel yang sudah selesai divalidasi, diajukan persetujuan
dengan ditandatangani oleh GM Operasi Perkapalan.
 Sejalan dengan perubahan organisasi dengan dibentuknya fungsi baru, maka
tugas menvalidasi tabel beralih dari fungsi Operasi Tanker kepada fungsi Bunker
& Operation Compliance.
 Pada tahun 2014 ini telah dibuat TKO baru No. B-005/F30240/2014-S9 Revisi Ke
0 perihal Aproval COT dan FOT Tabel yang sedang ajukan aprroval dari fungsi
SMR.

Page 96
20 Prinsip Validasi Tank Table 2014
A. Original Table
1. Jelas dan Bukan Fotokopi
2. Memiliki sertifikat pembuat tabel
a. Tertera nomor registrasi pembuatan
b. Tertera tanggal pembuatan atau waktu survey terakhir
3. Memiliki ukuran dimensi kapal dimaksud.
4. Memiliki nama kapal dimaksud pada tiap halaman.
5. Memiliki nomor halaman yang berurutan benar.
6. Memiliki nomor IMO register kapal dimaksud pada tiap halaman.
7. Memiliki “Instruction For Use Table” dana alat ukur yang digunakan
8. Memiliki “Continuous Synopsis Record (CSR)” pada kapal yang berubah nama dan register pelabuhan
dikeluarkan oleh Administrasi Pelabuhan negara terdaftar.
B. Tinggi Ukur Tanki Muatan
9. Menyatakan denah gambar posisi ullage point atau posisi dipping point – sebagai titik ukur volume tanki
muatan.
10. Menyatakan tinggi ukur terendah dengan kapasitas volume tanki minimal atau mendekati angka nol
sebagai reference point.
11. Menyatakan tinggi ukur tertinggi dengan kapasitas volume tanki maksimal sebagai reference point.
12. Menyatakan koreksi dan “view of zero point”
13. Menyatakan koreksi TRIM dan koreksi LIST dalam satuan volume atau dalam satuan tinggi ukur.
C. Volume Tanki Muatan
14. Menyatakan pengukuran volume secara:
a. Dipping atau innage (zero point dihitung pada bangku soundingan).
b. Ullaging atau outage (zero point dihitung pada mulut tanki atau alat ukur).
15. Menyatakan jumlah tanki cargo.
16. Menyatakan jumlah volume tiap tanki cargo dan jumlah volume total keseluruhan.
17. Menyatakan pertumbuhan volume yang setara pada kenaikan tiap centimeter, kecuali pada perubahan
bentuk tanki yang ekstrim.
18. Menyatakan volume pipa muatan include atau tidak.
19. Menyatakan ukuran dan jumlah volume slop tank.
Page 97
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No.1 Jelas


Judul Buku

Nomor Laporan / Sertifikat

Nama Kapal

Nama Client / Shipowner /


Shipbroker

Nama Instansi Berwenang / Pembuat Tabel

Page 98
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 2 Sertifikat

Judul Sertifikat

Nomor Laporan / Sertifikat

Masa Berlaku Tabel Tanki

Tanda Tangan Pejabat Instansi


Berwenang / Pembuat Tabel

Page 99
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 3. Dimensi Kapal

Nama Kapal

LOA, Breadth, Depth, IMO


Number, DWT

Page 100
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 7.
Petunjuk Penggunaan

Rumus Perhitungan Trim / Heel


serta definisi setiap variabel

Rumus Perhitungan Interpolasi


/ Ekstrapolasi serta definisi
setiap variabel

Page 101
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 8 Continuous Synopsis Record (CSR)


 Kapal-kapal yang
berubah namanya tetap
dapat menggunakan
Tabel Tanki atas nama
kapal sebelumnya
dengan melampirkan
dokumen “Continuous
Synopsis Record
(CSR)” yang
dikeluarkan oleh Ditjen
Perhubungan Laut –
Kemenhub.

 Jika ship owner tidak


dapat menunjukkan
dokumen CSR, maka
harus dilakukan
kalibrasi ulang tanki-
tankinya.
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No.9 Letak Lubang Ukur

 Setiap tanki diukur letak lubang ukurnya, baik tanki


cargo, tanki slop, tanki ballast, tanki bunker, tanki lube oil,
tanki fresh water, tanki sludge, dirty tank.
 Diukur jarak dari lubang ukur ke pelat depan dan jakar
dari lubang ukur ke pelat kanan/kiri.
 Untuk penyederhanaan penulisan, dapat pula jakar
lubang ukur ke pelat tersebutkan dituliskan simbolnya
kemudian dibuatkan tabel.
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 9 Ketinggian Pipa Sounding


Prinsip No. 12 View of Zero Point

Untuk Tabel Tanki Sounding


 Ketinggian dari dasar tanki ke
upper deck dan ujung pipa ukur
 Ketinggian sounding referens
dari dasar tanki ke upper deck
 Zero point di bagian dasar tanki

Untuk Tabel Tanki Ullage


 Ketinggian dari dasar tanki ke
upper deck dan ujung pipa ukur
tempat dipasangnya MMC.
 Ketinggian ullage referens dari
dasar tanki ke ujung pipa ukur
tempat dipasangnya MMC.
 Zero point di ujung pipa ukur
tempat dipasangnya MMC.
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 10 Tinggi Ukur Terendah (Zero Point)

 Untuk tabel tanki sounding, pada zero point, nilai level minyak nol atau mendekati nol.
Untuk tabel tanki ullage, pada ullage maksimum, nilai level minyak nol atau mendekati
nol. Jika tidak menunjukkan nol, kemungkinan dikarenakan ada plat yang ditempel di
dasar tanki yang letaknya tepat di bawah pipa ukur.
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 11 Tinggi Ukur Tertinggi (Maximum Point)


 Untuk tabel tanki sounding,
pada titik tertinggi, nilai level
minyak maksimum. Untuk tabel
tanki ullage, pada ullage nol
atau minimum, nilai level
minyak maksimum.

 Untuk kapal-kapal yang berubah sistem pengukuran muatan di tanki-tankinya dari


sounding menjadi ullage, maka harus dilakukan kalibrasi untuk mendapatkan angka
koreksi ketinggian referens.
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 13 Koreksi Trim dan Koreksi List


Prinsip No. 14 Menyatakan Pengukuran Deeping atau Ullage
 Buku Tabel Tanki harus menyatakan dengan jelas metode pengukuran deeping atau
ullage.
 Setiap Tabel Tanki harus dilengkapi dengan koreksi Trim dan List.
 Untuk kapa-kapal tanpa koreksi trim, maka harus dilakukan kalibrasi ulang tanki-
tankinya.
 Untuk kapal-kapal tanpa koreksi list, maka dalam operasi bongkar muat agar tidak
miring ke kanan/kiri.
Validasi Tabel Tanki Menurut 20 Prinsip

Prinsip No. 15, 16, 18, 19, 20.


Tabel Kapasitas Tanki

Kapasitas setiap tanki-tanki:

Untuk Tabel Tanki COT


Tanki Cargo
Tanki Slop

Untuk Tabel Tanki FOT


Tanki Ballast / Double Bottom
Tanki Bunker
Tanki Lube Oil
Tanki Air Tawar
Tanki Cofferdam.
Tanki Sludge dan Dirty Oil
Tanda Tangan Pemeriksa dari Instansi
Pengukur
Kapasitas setiap tanki dan
Total Kapasitas setiap kelompok Tanki
Mengapa Kalibrasi Ulang Tanki

• Ekspansi atau kontraksi kerang tangki karena tekanan hidrostatis


cair atau perubahan suhu operasi.
• Perubahan densitas produk – ini akan mempengaruhi karakteristik
ekspansi tangki
• Setiap modifikasi tangki atau pelat – yaitu, membalikkan pipa baru,
perbaikan lantai, perbaikan dinding, dll.
• Perubahan ketebalan plat tangki (deformasi).
• Kalibrasi Ulang Tanki setiap 5 tahun.
LANGKAH KE – 7

Melakukan penyegelan dan pemeriksaan seluruh kerangan dan lubang


yang berpotensi mengeluarkan minyak/muatan dari kapal seperti
manifold (port dan starboard), kerangan COT (Crude Oil Tank), kerangan
Slop, kerangan stripping, man hole dll.

Membuat berita acara pemeriksaan dan penyegelan tersebut diatas


(sealing report) yang ditandatangani oleh pihak kapal dan surveyor dan
terminal (loading master), berita acara tersebut merupakan bagian dari
kargo dokumen yang disampaikan kepada terminal bongkar .

LANGKAH KE – 8

Melakukan monitoring pemompaan dan flow rate setiap jam serta


melakukan tindakan-tindakan lainnya yang bersifat preventif untuk
memperkecil terjadinya kerugian akibat losses maupun free water yang
timbul dan segera melaporkan pada kesempatan pertama

110
PRESSURE GAUGE
ditambahkan dokumen slop Corrective Action

cert. & disch. agreement

Manifold MT. Gloria Santosa yang tidak


dilengkapi Pressure Gauge

111
PSA ( PERTAMINA SAFETY APPROVAL ) + VESSEL TRACKING

112
Presentation Agenda

Activity

• Overview Proses Bisnis Marine


• Peran Besar Marine dalam Bisnis Migas PT. Pertamina (Persero)

• Marine selaku Port Operator (Pengelola Terminal)


• Marine selaku Shipping Agency (Keagenan Kapal)
• Marine selaku PQC (Performance Quantity Control)

• Performance Control

• Cargo & Bunker Control

• Modus Tindakan Fraud

113
DRAIN PIPE BYPASS PIPA PEMBONGKARAN DI KAMAR POMPA

ENGINE PUMP CARGO


ROOM ROOM TANK

BALLAST TANK

114
PIPA CARGO DAN PIPA BUNKER

PORT SIDE

CARGO LINE BUNKER LINE

STARBOARD SIDE

115
MODIFIKASI PIPA & PENYALAHGUNAAN WBT

116
MODUS MAGIC PIPE
ULLAGE

PIPA
BUNTU

DECK

117
MODUS MAGIC PIPE
PIPA COCOKAN TINGGI LUBANG
UKUR TERHADAP CATATAN
GANJAL PADA COT TABLE, APABILA
BERBEDA MAKA ADA INDIKASI
PIPA GANJAL

DECK

INNAGE

118
CREW LIST & SOSIALISASI CREW
YANG MENJADI PERHATIAN
PERTAMINA

119
Terima kasih…

120
Backup

121
SECURITY LEVEL 1
( Tingkat Keamanan Siaga 1 )
Kondisi Normal
- Tindakan pencegahan keamanan
minimum. - Dilaksanakan terus
menerus.
Antara lain :
 Area terbatas / terlarang harus dibatasi dengan pagar /
penghalang.
 Pengecekan identitas, surat tugas semua orang yang masuk
Pelabuhan.
 Membatasi akses bagi mereka yang tidak bekerja / bukan
pekerja di Pelabuhan.
 Pemeriksaan semua sarana angkut yang digunakan masuk ke
Pelabuhan.
 Pemeriksaan barang bawaan pribadi dan muatan angkutan.
 Identifikasi segala titik akses yang tidak digunakan untuk
umum yang harus selamanya tertutup dan terkunci.
SECURITY LEVEL 2
( Tingkat Keamanan Siaga 2 )
Indikasi Ada Ancaman
- Tindakan tambahan keamanan dari tingkatan keamanan
minimum.
- Dilaksanakan pada waktu tertentu sebagai resiko meningkatnya
suatu lain
Antara insiden
: keamanan.
 Penambahan petugas untuk menjaga titik-titik akses.
 Pembatasan banyaknya akses menuju Pelabuhan dan
identifikasi akses yang harus tertutup dengan pegamanan
secukupnya.
 Melengkapi peralatan penghalang / rintangan bagi pergerakkan
melalui titik-titik akses yang ada, misalkan dengan penghalang
berupa portal.
 Peningkatan pemeriksanaan terhadap semua orang, barang
bawaan, sarana angkut dan muatan.
 Menolak akses pengunjung / orang yang tidak mampu
menunjukan alasan masuk ke Pelabuhan.
 Penggunaan kapal patroli keamanan di perairan Pelabuhan dan
mobil patroli keamanan di darat.
SECURITY LEVEL 3
( Tingkat Keamanan Siaga 3 )

Ancaman segera / telah terjadi


- Tindakan pencegahan keamanan bersifat spesifik lebih
lanjut.
- Dilaksanakan dalam kurun waktu terbatas ketika insiden
keamanan segera atau telah terjadi, walaupun tidak
memungkinkan untuk mengindentifikasi
Tindakan keamanan target yang spesifik.
oleh Fasilitas
Pelabuhan bekerja
sama dengan pihak
yang bertanggung
jawab (berwenang), dan
kapal yang berada di
pelabuhan
SECURITY LEVEL 3
( Tingkat Keamanan Siaga 3 )

Semua Fasilitas Pelabuhan harus mematuhi


instruksi yang dikeluarkan oleh pihak yang
merespon insiden keamanan atau
ancaman keamanan
Antara lain :
 Pelarangan masuk orang, sarana angkutan ke semua atau
sebagian wilayah Pelabuhan.
 Akses hanya untuk petugas yang bertanggung jawab
merespon insiden keamanan atau ancaman daripadanya.
 Peningkatan pengamanan patroli (darat, perairan).
 Peningkatan pemeriksaan terhadap semua orang, barang
bawaan, sarana angkut dan muatan.
 Penghentian semua atau sebagian kegiatan Pelabuhan.
 Evakuasi / pengungsian seluruh atau sebagian dari Fasilitas
Pelabuhan.
126

DRILLS
Dilaksanakan pada lingkup peserta yang terbatas biasanya
dalam satu organisasi dengan tujuan menguji peralatan,
prosedur dan untuk lebih mengetahui/memantau
kemampuan peserta dalam menjalankan tugas rutin

EXERCISE
Pada umumnya melibatkan dua atau lebih institusi, hal-hal
yang dilaksanakan dalam exercise meliputi pengecekan
sekaligus menguji tentang :
- Command and control
- Comunications
- Coordinations
- Resource availability and alocation
- Response

You might also like