Indonesian Treasury Review Indonesian Treasury Review
Indonesian Treasury Review Indonesian Treasury Review
Indonesian Treasury Review Indonesian Treasury Review
INDONESIAN
TTREASURY
INDONESIAN
REASURY
REVIEW:
EVIEW
JURNAL
PPERBENDAHARAAN,
JURNAL
ERBENDAHARAAN,
K
KEUANGAN
NEGARA
EGARA
DDAN
AN
KKEBIJAKAN
EBIJAKAN
PPUBLIK
UBLIK
Volume
1
Nomor
1,
2016
DAFTAR
ISI
EFEKTIVITAS
JALUR-‐JALUR
TRANSMISI
KEBIJAKAN
MONETER
DI
INDONESIA
DENGAN
SASARAN
TUNGGAL
INFLASI
Hlm.
Halaman
Sampul
i
Mohamad
Mohamad
Yusuf
Y usuf
Kata
Pengantar
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
iii
Sekretariat
Sekretariat
DDirektorat Jenderal
irektorat
Jenderal
Perbendaharaan
Perbendaharaan
Alamat
Alamat
KKorespondensi:
orespondensi:
Kata
Pengantar
Dewan
R [email protected]
medaksi
[email protected]
v
Halaman
Editorial
vii
INFORMASI
ARTIKEL
ABSTRAK
Daftar
Isi
ix
The
purpose
of
this
study
is
to
examine
the
effectiveness
of
four
monetary
Diterima
Pertama
policy
transmission
channels,
Efektivitas
Jalur-‐Jalur
Transmisi
Kebijakan
Moneter
di
Indonesia
i.e.
direct
monetary,
interest
rate,
credit,
and
1-‐10
19
Mei
2016
exchange
rate,
on
inflation
rate
in
Indonesia
as
the
single
target,
and
to
dengan
Sasaran
Tunggal
Inflasi
determine
the
most
suitable
variables
for
operational
target
on
the
most
Mohamad
Yusuf
Dinyatakan
Diterima
effective
channel.
The
quantitative
research
method
applied
in
this
study
15
Juli
2016
Return
dan
Trading
Volume
Activity
Abnormal
used
Saham-‐Saham
Vector
Auto
Regression
(VAR)
model
to
analyze
the
effectiveness
of
11-‐21
LQ45
pada
Peristiwa
Pengumuman
Kebijakan
monetary
policy
transmission
channels
in
Indonesia
in
the
period
from
the
Quantitative
KATA
KUNCI:
Easing
oleh
Bank
Sentral
Amerika
Serikat
first
quarter
of
2000
to
the
third
quater
of
2013.
The
data
were
taken
from
Monetary
Policy,
Macroeconomic
Policy,
Indonesia
Finance
Statistics
(SEKI),
Bank
Indonesia
Annual
Reports,
IMF
Muhammad
Falih
Ariyanto
Inflation
Targeting
Framework
(ITF),
Finance
Statistics,
and
Publication
of
the
Central
Bureau
Statistics.
The
Interest
Rate,
Pengaruh
Exchange
Rate,
Desentralisasi
Vector
Fiskal
results
show
Auto
Pertumbuhan
Terhadap
that
the
interest
Ekonomi
rate
channel
is
the
most
effective
method
23-‐38
Regression
Daerah
d(i
VAR)
Model.
2008
–
2012
Indonesia,
compared
with
the
other
channels.
The
analysis
done
through
testing
Abdillah
Khamdana
impulse
response
and
variance
decomposition
tests
indicates
the
reliability
of
KLASIFIKASI
JEL:
interest
rate
channel
in
reaching
the
inflation
target.
The
interest
rate
of
the
Analisis
C5,
E4,
E5,
E6,
Pengaruh
O1
Pengeluaran
Pemerintah
interbank
m Terhadap
oney
market
is
the
most
suitable
indicator
for
39-‐50
operational
target
Pertumbuhan
Ekonomi
dan
Indeks
Pembangunan
of
the
interest
Manusia
rate
di
channel.
Test
results
using
path
impluse
response
method
Indonesia
indicates
that
shocks
of
RPUAB
get
a
strong
and
fast
response.
Ginanjar
Aji
Nugroho
Tujuan
Penelitian
ini
untuk
mengetahui
di
antara
keempat
jalur
transmisi
Perbandingan
Pengujian
Capital
Asset
Pricing
Model
dan
51-‐66
kebijakan
Arbitrage
Pricing
Theory:
Analisis
Pengaruh
Faktor
moneter,
yaitu
jalur
moneter
langsung,
jalur
suku
bunga,
jalur
Fundamental
kredit,
dan
jalur
nilai
tukar
yang
lebih
efektif
dalam
implementasi
Keuangan
dan
Faktor
Makro
Ekonomi
Terhadap
Return
Saham
kebijakan
moneter
dengan
sasaran
tunggal
inflasi
di
Indonesia
dan
di
Bursa
Efek
Indonesia
mengetahui
variabel
yang
paling
cocok
digunakan
sebagai
sasaran
Puji
Hartoyo
operasional
pada
jalur
yang
paling
efektif.
Metode
penelitian
yang
digunakan
Analisis
Faktor
Penyebab
Penumpukan
Pencairan
adalah
Dana
penelitian
APBN
kuantitatif
dengan
menggunakan
67-‐83
analisis
pada
Akhir
Tahun
Anggaran
Vector
Autoregression
(VAR).
Penelitian
ini
merupakan
studi
kasus
untuk
Indonesia
periode
tahun
2000
triwulan
I
sampai
dengan
tahun
2013
Fandi
Zaenudinsyah
triwulan
III.
Data
bersumber
dari
Statistik
Ekonomi
dan
Keuangan
Indeks
Indonesia
(SEKI),
Laporan
Tahunan
Bank
Indonesia,
IMF
85.1
Finance
–
85.3
Statistics,
dan
publikasi
Badan
Pusat
Statistik.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Lampiran
jalur
suku
bunga
merupakan
jalur
yang
paling
efektif
85.5
dibanding
–
85.12
dengan
Analisis
yang
dilakukan
melalui
uji
impulse
response
jalur-‐jalur
lainnya.
dan
uji
variance
decomposition
menggambarkan
keandalan
penggunaan
jalur
suku
bunga
dalam
mencapai
sasaran
akhir
inflasi,
terlihat
dari
respon
yang
diberikan
oleh
inflasi
dan
varians
dari
variabel-‐variabel
yang
terlibat
dalam
jalur
ini.
Pengujian
pada
jalur
suku
bunga
menunjukkan
bahwa
shock
RPUAB
mendapatkan
respon
yang
kuat
dan
juga
cepat
dari
inflasi
sehingga
cocok
digunakan
sebagai
sasaran
operasional
dalam
mencapai
sasaran
akhir
inflasi.
Halaman 1
ix
EFEKTIVITAS
Efektifitas Jalur-jalurJALUR-‐JALUR
TRANSMISI
Transmisi Kebijakan Moneter KEBIJAKAN
MONETER
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.1-‐10
DI
di INDONESIA
Indonesia Dengan D ENGAN
Sasaran SASARAN
Tunggal Inflasi TUNGGAL
INFLASI
P a g e
|
2
Muhammad
Halaman 2 usuf
Yusuf
YMuhammad Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1, 2016 Hal 1-10
1. PENDAHULUAN
mekanisme
tersebut
dapat
dilalui
dengan
berbagai
jalur
atau
saluran.
Undang-‐undang
(UU)
Bank
Indonesia
No.
23
tahun
1999
sebagaimana
telah
diamandemen
dengan
Transmisi
kebijakan
moneter
menuju
sasaran
UU
No.
3
tahun
2004
pada
pasal
7
menyatakan
akhir
berlangsung
dengan
selang
waktu
yang
lama
bahwa
tujuan
Bank
Indonesia
(BI)
adalah
mencapai
dan
bervariasi.
Hal
ini
terkait
dengan
pola
hubungan
dan
memelihara
kestabilan
nilai
Rupiah
yang
antara
berbagai
variabel
ekonomi
dan
keuangan
yang
merupakan
single
objective
Bank
Indonesia.
Pada
UU
selalu
berubah
sejalan
dengan
perkembangan
tersebut
Bank
Indonesia
diberikan
kewenangan
ekonomi
di
negara
bersangkutan.
Efektivitas
jalur-‐
penuh
dalam
melaksanakan
kebijakan
moneter
untuk
jalur
transmisi
kebijakan
moneter
menjadi
sangat
mengendalikan
nilai
Rupiah.
Kebijakan
moneter
penting,
karena
hal
tersebut
digunakan
untuk
dengan
tujuan
stabilisasi
nilai
Rupiah
mulai
mengetahui
saluran
transmisi
mana
yang
paling
diterapkan
di
Indonesia
sejak
tahun
2000,
namun
dominan
dalam
ekonomi
untuk
dipergunakan
secara
formal
diterapkan
mulai
Juli
tahun
2005.
sebagai
dasar
dalam
perumusan
strategi
kebijakan
Tujuan
tunggal
kebijakan
moneter
BI
tersebut
moneter.
Juga
untuk
mengetahui
seberapa
kuat
dan
terangkum
dalam
kerangka
kerja
penargetan
inflasi
lamanya
tenggat
waktu
masing-‐masing
saluran
(Inflation
Targeting
Framework).
transmisi
tersebut
bekerja.
Hal
ini
penting
untuk
menentukan
variabel
ekonomi
dan
keuangan
mana
Penargetan
inflasi
adalah
sebuah
kerangka
kerja
yang
paling
kuat
dijadikan
leading
indicators
kebijakan
moneter
dengan
ciri
adanya
pernyataan
terhadap
pergerakan
inflasi
serta
variabel
mana
resmi
dari
bank
sentral
bahwa
tujuan
akhir
kebijakan
sebagai
indikator
untuk
penentuan
sasaran
moneter
adalah
mencapai
dan
menjaga
tingkat
inflasi
operasional
kebijakan
moneter
(Warjiyo,
2004).
yang
rendah,
dan
mengumumkan
target
inflasi
tersebut
kepada
publik
(Warjiyo
dan
Solikin,
2003).1
Hubungan
antara
instrumen
pengendalian
Inflation
Targeting
Framework
(ITF)
diyakini
dapat
moneter
dengan
sasaran
akhir
kebijakan
moneter
membantu
bank
sentral
untuk
mencapai
dan
bersifat
tidak
langsung
dan
kompleks
serta
memelihara
kestabilan
harga
dengan
menentukan
membutuhkan
waktu
yang
relatif
panjang.
Oleh
sasaran
kebijakan
moneter
secara
eksplisit
karena
itu,
para
ahli
dan
praktisi
di
bidang
moneter
berdasarkan
proyeksi
dan
target
inflasi
tertentu.
menambahkan
indikator
yang
disebut
dengan
sasaran
operasional.
Sasaran
tersebut
merupakan
Tabel
1.
Negara-‐negara
yang
telah
Menerapkan
ITF
indikator
guna
menilai
kinerja
keberhasilan
kebijakan
moneter
dan
dapat
digunakan
untuk
Negara
Tahun
Negara
Tahun
mengarahkan
tercapainya
sasaran
akhir.
Penelitian
Selandia
Baru
1990
Swedia
1993
ini
akan
menganalasis
empat
jalur
transmisi
Kanada
1991
Spanyol
1995
kebijakan
moneter,
yaitu
jalur
moneter
langsung,
Israel
1991
Thailand
1997
jalur
suku
bunga,
jalur
kredit,
dan
jalur
nilai
tukar
Inggris
1992
Korea
1998
untuk
mengetahui
jalur
mana
yang
paling
efektif
dalam
implementasi
kebijakan
moneter
dengan
Australia
1993
Filipina
2002
sasaran
tunggal
inflasi
di
Indonesia.
Dari
jalur
yang
Finlandia
1993
Indonesia
2005
paling
efektif
tersebut
juga
akan
dicari
variabel
yang
Sumber:
Cavoli
(2010),
Hakim
(2001).
paling
cocok
digunakan
sebagai
sasaran
operasional.
Dalam
kerangka
inflation
targeting,
perumusan
2. KERANGKA
TEORI
DAN
PENGEMBANG-‐
dan
pelaksanaan
kebijakan
moneter
oleh
bank
sentral
bersifat
forward-‐looking,
yang
artinya
bahwa
AN
HIPOTESIS
kebijakan
moneter
yang
ditempuh
pada
saat
ini
sebagai
langkah
antisipatif
dalam
mencapai
target
2.1. Inflasi
inflasi
di
masa
yang
akan
datang.
Kebijakan
moneter
Pengertian
umum
inflasi
adalah
proses
kenaikan
yang
berorientasi
pada
masa
depan
disebabkan
oleh
harga
barang-‐barang
secara
umum
yang
berlangsung
adanya
selang
waktu
(time
lag)
dari
pengaruh
terus
menerus,
bukan
hanya
satu
macam
barang
dan
perkembangan
suatu
variabel
ekonomi
terhadap
bukan
dalam
waktu
sesaat.
Inflasi
menggambarkan
variabel
ekonomi
lainnya.
Dengan
adanya
efek
tunda
kenaikan
tingkat
harga
rata-‐rata
yang
tidak
(lag)
dalam
kebijakan
moneter,
mendorong
perlunya
diimbangi
dengan
kenaikan
yang
proporsional
dari
memahami
mekanisme
transmisi
kebijakan
moneter
barang
dan
jasa
yang
dikonsumsi.
Secara
garis
besar
terhadap
kegiatan
ekonomi
riil,
yang
mana
ada
tiga
teori
mengenai
inflasi
yaitu
teori
kuantitas,
teori
Keynes,
dan
teori
strukturalis
(Boediono,
1982).2
Teori
kuantitas
lebih
menyoroti
peranan
1
P.
Warjiyo
dan
Solikin,
Kebijakan
Moneter
di
Indonesia,
Seri
Kebanksentralan
No.
6,
PPSK,
2
Boediono,
Ekonomi
Makro.
Seri
Sinopsis
(Jakarta:
Bank
Indonesia,
2003). Pengantar
Ilmu
Ekonomi
No.
2.
Edisi
Ketiga,
EFEKTIVITAS
JALUR-‐JALUR
TRANSMISI
KEBIJAKAN
MONETER
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.1-‐10
Efektifitas Jalur-jalurD
DI
INDONESIA
Transmisi Kebijakan
ENGAN
Moneter
SASARAN
TUNGGAL
INFLASI
P 2016
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1, a g Hal |
3
e
1-10
di Indonesia Dengan Sasaran Tunggal Inflasi
Muhammad
Yusuf
Muhammad Yusuf Halaman 3
dalam
proses
terjadinya
inflasi
yang
disebabkan
dua
mempengaruhi
sasaran
akhir
kebijakan
moneter
faktor,
yaitu
jumlah
uang
beredar
dan
ekspektasi
yaitu
pendapatan
nasional
dan
inflasi.4
Mekanisme
atau
harapan
masyarakat
mengenai
kenaikan
harga.
transmisi
kebijakan
moneter
terjadi
melalui
interaksi
Menurut
teori
Keynes,
inflasi
terjadi
karena
antara
Bank
Sentral,
perbankan
dan
sektor
keuangan,
masyarakat
ingin
hidup
di
luar
batas
kemampuan
serta
sektor
riil.
ekonominya.
Hal
ini
terjadi
karena
masyarakat
2.5. Penelitian
Tedahulu
mengetahui
keinginannya
dan
menjadikan
keinginan
tersebut
dalam
bentuk
permintaan
yang
efektif
Terdapat
penelitian-‐penelitian
sebelumnya
yang
terhadap
barang.
Teori
strukturalis
juga
disebut
dapat
digunakan
sebagai
referensi
dalam
penelitian
dengan
teori
inflasi
jangka
panjang,
karena
ini.
Wulandari
(2012)
meneliti
apakah
jalur
kredit
menyoroti
sebab-‐sebab
munculnya
inflasi
yang
dan
jalur
suku
bunga
memainkan
peran
penting
berasal
dari
kekakuan
struktur
ekonomi
terutama
dalam
mekanisme
transmisi
kebijakan
moneter
di
yang
terjadi
di
negara
berkembang.
Indonesia
dengan
menggunakan
model
Structural
Vector
Autoregression
(SVAR).5
Hasil
dari
penelitian
2.2. Kebijakan
Moneter
tersebut
menunjukkan
bahwa
jalur
suku
bunga
Kebijakan
moneter
merupakan
kebijakan
memainkan
peran
penting
pada
mekanisme
otoritas
moneter
atau
bank
sentral
dalam
bentuk
transmisi
kebijakan
moneter
dalam
menjaga
inflasi,
pengendalian
besaran
moneter
untuk
mencapai
sedangkan
jalur
kredit
secara
efektif
mempengaruhi
perkembangan
kegiatan
perekonomian
yang
pertumbuhan
ekonomi.
Natsir
(2011)
melakukan
diinginkan.
Dalam
prakteknya
yang
disebut
dengan
penelitian
untuk
menganalisis
dan
membuktikan
perkembangan
kegiatan
perekonomian
yang
efektivitas
jalur
suku
bunga
dalam
MTM
di
Indonesia
diinginkan
tersebut
adalah
stabilitas
ekonomi
makro
serta
menganalisis
dan
membuktikan
peranan
suku
yang
tercermin
pada
stabilitas
harga
(rendahnya
laju
bunga
pasar
uang
antar
bank
sebagai
sasaran
inflasi),
membaiknya
perkembangan
output
riil
operasional
kebijakan
moneter
di
Indonesia.6
Model
(pertumbuhan
ekonomi),
serta
cukup
luasnya
penelitian
yang
digunakan
adalah
model
Vector
Auto
lapangan
kerja
yang
tersedia.3
Regression
(VAR).
Hasil
kajian
dimaksud
menunjukkan
bahwa
MTM
melalui
jalur
suku
bunga
2.3. Inflation
Targeting
efektif
mewujudkan
sasaran
akhir
kebijakan
moneter
Inflasi
merupakan
indikator
stabilitas
di
Indonesia
periode
1990:2-‐2007:1.
Variabel
utama
perekonomian
yang
menjadi
pusat
perhatian
dalam
jalur
ini
yaitu
RPUAB
berfungsi
secara
efektif
sebagai
kebijakan
makro
ekonomi
sehingga
laju
sasaran
operasional
kebijakan
moneter
di
Indonesia.
perubahannya
selalu
diusahakan
berada
pada
tingkat
Penelitian
dilakukan
oleh
Maski
(2005)
untuk
yang
rendah
dan
stabil.
Pengendalian
inflasi
di
membuktikan
bahwa
jalur
tingkat
bunga
lebih
efektif
Indonesia
dilakukan
dengan
menerapkan
strategi
dibandingkan
jalur
moneter,
membuktikan
bahwa
penargetan
inflasi
(inflation
targeting).
Dalam
jalur
nilai
tukar
tidak
efektif,
dan
untuk
mengetahui
perkembangannya,
inflation
targeting
mulai
sektor
mana
yang
dominan
pengaruhnya
pada
jalur
digunakan
sebagai
alat
yang
efektif
untuk
kredit
perbankan
dengan
menggunakan
model
VAR.7
mempertahankan
tingkat
harga
yang
rendah
dan
stabil,
hal
tersebut
telah
mendorong
sejumlah
otoritas
moneter
di
beberapa
negara
untuk
meneliti
4
John
B.
Taylor,
“The
Monetary
Transmission
kemungkinan
penerapannya.
Mechanism:
An
Empirical
Framework”,
The
2.4. Mekanisme
Transmisi
Kebijakan
Moneter
Journal
of
Economic
Perspective,
1995,
Vol.09,
No.
04,
hlm.
11-‐26.
Bank
Indonesia
menggunakan
kebijakan
BI
Rate
5
Ries
Wulandari,
“Do
Credit
Channel
and
Interest
sebagai
instrumen
kebijakan
utama
untuk
mempengaruhi
aktivitas
kegiatan
perekonomian
Rate
Channel
Play
Important
Role
in
Monetary
dengan
tujuan
akhir
pencapaian
sasaran
Transmission
Mechanism
in
Indonesia?
A
inflasi.
Mekanisme
bekerjanya
perubahan
BI
Rate
Structural
Vector
Autoregression
Model”,
sampai
mempengaruhi
inflasi
tersebut
sering
disebut
Procedia-‐Social
and
Behavioral
Sciences,
2012,
No.
dengan
istilah
mekanisme
transmisi
kebijakan
65,
hlm.
557-‐563.
moneter
(MTM).
Taylor
(1995)
menyatakan
bahwa
6
M.
Natsir,
“Analisis
Empiris
Efektivitas
Mekanisme
mekanisme
transmisi
kebijakan
moneter
merupakan
Transmisi
Kebijakan
Moneter
di
Indonesia
melalui
jalur-‐jalur
yang
dilalui
oleh
kebijakan
untuk
dapat
Jalur
Suku
Bunga
(Interest
Rate
Channel)
Periode
1990-‐2007”,
Majalah
Ekonomi,
2011,
Vol.
XXI,
No.
(Yogyakarta:
Badan
Penerbit
Fakultas
Ekonomi
2.
(BPFE)
UGM,
1982).
7
GhozaliMaski,
“Studi
Efektifitas
Jalur-‐Jalur
Transmisi
Kebijakan
Moneter
dengan
Sasaran
Tunggal
Inflasi
(Pendekatan
VAR)”.
Disertasi
tidak
EFEKTIVITAS
JALUR-‐JALUR
Efektifitas Jalur-jalur TRANSMISI
Transmisi Kebijakan Moneter KEBIJAKAN
MONETER
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.1-‐10
di Indonesia Dengan Sasaran Tunggal Inflasi
DI
INDONESIA
D ENGAN
Muhammad Yusuf
S ASARAN
TUNGGAL
INFLASI
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1,P2016
a gHal
|
4
e 1-10
Halaman 4
Muhammad
Yusuf
Hasil
pengujian
melalui
estimasi
VAR
RKRDT
:
Suku
Bunga
PSB
:
Paritas
Suku
menggambarkan
keandalan
penggunaan
jalur
suku
Kredit
Bunga
bunga
(RPUAB)
dalam
mengejar
target
kebijakan
inflasi.
Jalur
nilai
tukar
Rupiah
($/Rp)
pengaruhnya
3. METODOLOGI
PENELITIAN
terhadap
inflasi
terlalu
kecil
dan
cenderung
3.1. Sumber
Data
terabaikan.
Pada
jalur
kredit
perbankan,
kredit
Jenis
pendekatan
yang
digunakan
untuk
sektor
pertanian
paling
dominan
pengaruhnya
membahas
permasalahan
dalam
penelitian
ini
adalah
terhadap
inflasi.
Chow
(2004)
menganalisis
pendekatan
kuantitatif.
Penelitian
ini
merupakan
mekanisme
transmisi
kebijakan
moneter
di
studi
kasus
di
Indonesia
untuk
periode
antara
tahun
Singapura
dimana
jalur
yang
digunakan
adalah
jalur
2000
triwulan
I
sampai
dengan
tahun
2013
triwulan
nilai
tukar.8
III.
Data
yang
diperoleh
bersumber
dari
Statistik
Penelitian
ini
menggunakan
analisis
Vector
Auto
Ekonomi
dan
Keuangan
Indonesia
(SEKI),
Laporan
Regression
(VAR).
Melalui
Impulse
Response
Function
Tahunan
Bank
Indonesia
berbagai
edisi,
IMF
Finance
(IRF),
penelitian
ini
ingin
mengetahui
bagaimana
Statistics,
dan
publikasi
dari
Badan
Pusat
Statistik.
respon
yang
dihasilkan
oleh
shock
dari
nilai
tukar
Variabel-‐
variabel
yang
digunakan
dalam
penelitian
terhadap
output,
suku
bunga,
harga
dan
nilai
tukar
ini
adalah
sebagai
berikut:
itu
sendiri.
Variance
Decompositions
(VD)
1. Inflasi
(INF),
yaitu
inflasi
berdasarkan
IHK,
menunjukkan
bahwa
inovasi
nilai
tukar
merupakan
dinyatakan
dalam
satuan
persen.
sumber
yang
lebih
penting
dari
fluktuasi
output,
dibandingkan
dengan
shock
suku
bunga.
Di
akhir
2. Uang
Inti
(M0),
yaitu
uang
kartal
ditambah
penelitian
ditunjukkan
bahwa
variabel
suku
bunga
reserve
money,
dinyatakan
dalam
satuan
miliar
bisa
menjadi
variabel
endogen
atau
eksogen,
hal
Rupiah.
tersebut
terlihat
dari
impulse
response
yang
tidak
3. Uang
Sekunder
(M1),
terdiri
atas
uang
kartal
jauh
berbeda.
dan
rekening
koran,dinyatakan
dalam
satuan
2.6. Kerangka
Pikir
miliar
Rupiah.
Berdasarkan
penjelasan
teori
dan
konsep
4. Uang
Sekunder
(M2),
terdiri
atas
uang
kartal,
sebelumnya,
maka
dapat
digambarkan
kerangka
pikir
rekening
koran
dan
uang
kuasi,
dinyatakan
penelitian
sebagai
berikut:
dalam
satuan
miliar
Rupiah.
Tabel
2.
Mekanisme
Transmisi
Kebijakan
Moneter
5. Output
Gap
(OG),
yaitu
selisih
antara
Produk
dalam
Kerangka
Inflation
Targeting
di
Indonesia
Domestik
Bruto
(PDB)
aktual
dengan
PDB
potensial,
dinyatakan
dalam
satuan
miliar
Variabel
Sasaran
Sasaran
Jalur
MTM
Rupiah.
Instrumen
Operasional
Akhir
6. Suku
Bunga
SBI
(RSBI),
dengan
jangka
waktu
1
Jalur
Moneter
M0
M1,
M2,
KRDT,
OG
bulan,
dinyatakan
dalam
satuan
persen.
Jalur
Suku
RPUAB,
RDEPO,
Bunga
RKRDT,
OG
7. Suku
Bunga
Deposito
(RDEPO),
dengan
jangka
waktu
3
bulan,
dinyatakan
dalam
satuan
RDEPO,
CB,
KRDT,
INFLASI
Jalur
Kredit
RSBI
persen.
OG
Jalur
Nilai
RDEPO,
PSB,
CAPIN,
8. Suku
Bunga
Kredit
(RKRDT),
kredit
bank
Tukar
KURS
umum
untuk
investasi,
dinyatakan
dalam
satuan
persen.
Keterangan:
9. Nilai
Tukar
(KURS),
nilai
Dollar
Amerika
M0
:
Uang
Inti
KURS
:
Nilai
Tukar
terhadap
Rupiah
($/Rp).
M1,
M2
:
Uang
Sekunder
RPUAB
:
Suku
Bunga
PUAB
OG
:
Output
Gap
KRDT
:
Kredit
Perbankan
10. Suku
Bunga
Pasar
Uang
Antar
Bank
(RPUAB),
RSBI
:
Suku
Bunga
SBI
CAPIN
:
Capital
Inflows
adalah
tingkat
suku
bunga
yang
dikenakan
RDEPO
:
Suku
Bunga
CB
:
Cadangan
Bank
oleh
pihak
bank
kepada
bank
yang
melakukan
Deposito
pinjaman,
dinyatakan
dalam
satuan
persen.
11. Kredit
Perbankan
(KRDT),
kredit
perbankkan
dipublikasikan,
2005,
(Malang:
Program
Pasca
pada
berbagai
sektor
ekonomi,
dinyatakan
Sarjana
Universitas
Brawijaya
Malang).
dalam
satuan
miliar
Rupiah.
8
Hwee
Kwan
Chow,
“A
VAR
Analysis
of
Singapore’s
12. Capital
Inflows
(CAPIN),
yaitu
aliran
modal
Monetary
Transmission
Mechanism”,
SMU
yang
masuk
ke
dalam
negeri,
dinyatakan
Economics
&
Statistics
Working
Paper
Series,
2004.
dalam
satuan
juta
Dollar
Amerika.
EFEKTIVITAS
Efektifitas Jalur-jalur JTransmisi
ALUR-‐JALUR
KebijakanTMoneter
RANSMISI
KEBIJAKAN
MONETER
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.1-‐10
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1, 2016 Hal 1-10
diDI
INDONESIA
Indonesia DENGAN
Dengan Sasaran SASARAN
Tunggal Inflasi TUNGGAL
INFLASI
P a g e
|
5
Halaman 5
Muhammad
Yusuf
Muhammad Yusuf
13. Cadangan
Bank
(CB),
yaitu
cadangan
uang
c.
Step
3:
Analisis
VAR
yang
dimiliki
bank,
dinyatakan
dalam
satuan
Metodologi
Vector
Auto
Regression
(VAR)
miliar
Rupiah.
merupakan
pemodelan
persamaan
simultan
14. Paritas
Suku
Bunga
(PSB),
yaitu
selisih
antara
dimana
kita
memiliki
beberapa
variabel
endogen
suku
bunga
domestik
(RDEPO)
dengan
suku
secara
bersamaan.
Namun,
masing-‐masing
variabel
bunga
deposito
perbankan
di
Singapura
endogen
dijelaskan
oleh
lag,
atau
masa
lalu,
dari
(SIBOR),
dinyatakan
dalam
satuan
persen.
nilainya
sendiri
dan
variabel
endogen
lainnya
dalam
model.9
Media
yang
digunakan
untuk
3.2. Model
VAR
melakukan
estimasi
dalam
model
VAR
adalah
Impulse
Response
Function
(IRF)
dan
Variance
Metode
analisis
data
yang
digunakan
adalah
Decomposition.
IRF
digunakan
untuk
mengestimasi
analisis
kuantitatif
berupa
Vector
Auto
Regression
respon
yang
ditunjukkan
setiap
variabel
ketika
(VAR).
Adapun
model
VAR
dapat
diformulasikan
terjadi
shock
pada
variabel
tertentu.
Sedangkan
sebagai
berikut:
Variance
Decomposition
digunakan
untuk
(1) Mekanisme
transmisi
jalur
moneter
langsung
mendapatkan
informasi
tentang
kontribusi
varian
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐶𝐶 + 𝑎𝑎! 𝑀𝑀0!!! + 𝑎𝑎! 𝑀𝑀1!!! + setiap
variabel
terhadap
perubahan
yang
terjadi
𝑎𝑎! 𝑀𝑀2!!! + 𝑎𝑎! 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾!!! + pada
variabel
tertentu.
𝑎𝑎! 𝑂𝑂𝑂𝑂!!! + 𝑎𝑎! 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼!!! + 𝜀𝜀
(2) Mekanisme
transmisi
jalur
suku
bunga
4. HASIL
PENELITIAN
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐶𝐶 + 𝑎𝑎! 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅!!! + 𝑎𝑎! 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅!!! + 4.1. Pengujian
Stasioneritas
Variabel
𝑎𝑎! 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅!!! + 𝑎𝑎! 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾!!! +
Prosedur
yang
digunakan
untuk
menguji
suatu
𝑎𝑎! 𝑂𝑂𝑂𝑂!!! + 𝑎𝑎! 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼!!! + 𝜀𝜀
data
stasioner
atau
tidak
adalah
dengan
(3) Mekanisme
transmisi
jalur
nilai
tukar
membandingkan
antara
nilai
statistik
dari
Dickey-‐
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐶𝐶 + 𝑎𝑎! 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅!!! + 𝑎𝑎! 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅!!! + Fuller
(DF
statistic)
dengan
nilai
kritisnya
pada
𝑎𝑎! 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃!!! + 𝑎𝑎! 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶!!! + tingkat
signifikansi
tertentu
(1%,
5%,
dan
10%).
Jika
𝑎𝑎! 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾!!! + 𝑎𝑎! 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼!!! + 𝜀𝜀
nilai
absolut
dari
statistik
ADF
lebih
besar
(4) Mekanisme
transmisi
jalur
kredit
dibandingkan
dengan
nilai
kritisnya,
maka
data
tersebut
berarti
stasioner.
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐶𝐶 + 𝑎𝑎! 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅!!! + 𝑎𝑎! 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅!!! +
𝑎𝑎! 𝐶𝐶𝐶𝐶!!! + 𝑎𝑎! 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾!!! +
𝑎𝑎! 𝑂𝑂𝑂𝑂!!! + 𝑎𝑎! 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼!!! + 𝜀𝜀
Model
VAR
tersebut
di
atas,
ditampilkan
hanya
sebagian,
yaitu
pada
persamaan
inflasi
saja
karena
fokus
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
menganalisis
efektivitas
jalur-‐jalur
transmisi
kebijakan
moneter
dengan
sasaran
tunggal
inflasi.
3.3. Metode
Analisis
a.
Step
1:
Uji
Stasioneritas
dan
Derajat
Integrasi
Untuk
menganalisis
data
yang
bersifat
time
series
perlu
menguji
ada
tidaknya
korelasi
antar
waktu.
Pengujian
ini
akan
dilakukan
dengan
unit
roots
test.
Masing-‐
masing
variabel
akan
diuji,
apakah
variabel
tersebut
stasioner
atau
tidak.
Apabila
variabel
yang
diuji
tidak
stasioner
pada
tingkat
level
maka
dilanjutkan
dengan
uji
derajat
integrasi.
b.
Step
2:
Penentuan
Lag
Length
Ada
lima
kriteria
yang
dapat
digunakan
untuk
mengetahui
berapakah
jumlah
lag
yang
sesuai
untuk
model
yang
diamati.
Indikator
criterion
lag
length
tersebut
adalah:
LR,
FPE,
AIC,
SC
dan
HQ.
Hasil
dari
tahapan
ini
akan
menunjukkan
lag
9
Damodar
N.
Gujarati
dan
Dawn
C.
Porter,
Dasar-‐
optimal
yang
direkomendasikan.
Dasar
Ekonometrika,
Terj.
Raden
Carlos
Mangunsong,
Buku
2,
Edisi
5,
(Jakarta:
Penerbit
Salemba
Empat,
2012).
Efektifitas Jalur-jalur Transmisi Kebijakan Moneter
EFEKTIVITAS
JALUR-‐JALUR
di Indonesia Dengan TRANSMISI
KEBIJAKAN
MONETER
Sasaran Tunggal Inflasi Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.1-‐10
DI
Halaman
INDONESIA
6 DENGAN
Muhammad Yusuf SASARAN
TUNGGAL
INFLASI
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1,P2016
|
6
a gHale1-10
Muhammad
Yusuf
Tabel
3.
Hasil
Uji
Akar-‐akar
Unit
Terhadap
Variabel
4.2. Penentuan
Lag
Optimal
Penelitian
dengan
Pendekatan
Augmented
Dickey-‐
Tabel
5.
Hasil
Uji
Variance
Decomposition
Jalur
Moneter
Per
S.E.
D2M0
D2M1
D2M2
D2KRDT
D2OG
DINF
1
2.139088
0.051547
0.327149
1.087827
9.073196
0.893136
88.56715
5
3.519237
2.032630
0.310004
6.020843
17.51047
2.014474
72.11158
10
3.636005
5.763224
0.589945
6.703470
16.62779
1.935270
68.38030
Jalur
Suku
Bunga
Per
S.E.
DRSBI
DRPUAB
RDEPO
RKRDT
D2OG
DINF
1
1.578380
7.829868
0.908110
0.123753
8.928700
4.076128
78.13344
5
3.353119
31.86563
11.18409
18.24560
11.86966
1.988567
24.84646
10
3.580901
30.85708
15.05190
17.21578
11.48383
1.961365
23.43005
Jalur
Kredit
Per
S.E.
DRSBI
RDEPO
DCB
D2KRDT
D2OG
DINF
1
1.666668
11.50126
0.092113
1.750883
1.685373
1.849253
83.12111
5
3.102316
25.04413
33.52583
6.863338
2.032168
1.883357
30.65118
10
3.420494
23.22559
38.16072
6.691585
2.596647
2.941838
26.38363
Jalur
Nilai
Tukar
Per
S.E.
DRSBI
RDEPO
DPSB
CAPIN
DKURS
DINF
1
1.747006
14.38382
0.118061
11.60723
0.861570
1.533756
71.49556
5
3.430109
43.91374
22.40516
6.327946
0.860827
1.290615
25.20171
10
3.765087
37.86463
21.85966
11.54744
2.832079
1.584906
24.31129
.4.4
.4 .4 .4 .4
8
3,000
10 3,000
-2
2 4 6 8
3,000
3,0003,000
-4,000 10 -4,000 -2
-4,000
2
2
4
4
6
6
8 -4,000
8
3,000
3,000 3,000
10 -4,000
10
-2
-4,000
2
2
4
4
6
6
8 -4,000
8
3,000
10
3,000 -2
10 -4,000 2
3,000
-4,000
2
4
4
6
6
8
8
10
-4,000 3,000 -22
-4,000 -4,000 3,000
3,000
10 2
4
4
6
6
8
8
10-4,000
-4,000
3,0
3,000-
10
2,000 .0 .0-2 .0
2,0002,000 .0
-2
.0
2,000 .0 -2 .0
.0 2,000 .0 -2 .0
.0 2,000 .0 .0.0
2,0
O 6to 2,000
8
DRSBI 10 2
Response of 4RDEPO6 to -8,000
82,000 10-8,000 -8,000
RDEPO
2
2
Response
4 2 62 4
4of RDEPO
84 6
6
10
68
to8DPSB
-8,000
2
2,000
10 -8,000 -8,000
2,000 2
Response
4
2
4 of RDEPO
2 46
6
4 68RDEPO
8
to CAPIN
6 810 to810
10 2,000
-8,000
2Jalur Moneter
22,000
Response
-8,000 -8,000 4
2 4 Response
6
of RDEPO
2 4 6 46of 8RDEPO
8 to DKURS
6 8 10 8
10 -8,000
2,000
-8,000 -8,000
2 2
2,000
2 Response
4
4 24
6
of RDEPO
646
8
868
to10DINF -8,000
10
2,000-
-8,000
-.4Response of RDEPO to810
DRSBI -.4Response of RDEPO to
1,000 2 1,000 101,000 10 1,000 10 DPSB10 1,000 Response of RDEPO to CAPIN
810 10 1,0
-.4 -.42
1,000 -.4 -.42 1,000 -.4 -.4
-.4 2 1,000 -.4 -.4 2 -.4
1,000 -.4
-.4
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
RDEPO to DRSBI Response of RDEPO to RDEPO 2 Response of RDEPO to DPSB Response
2 of RDEPO to CAPIN Response
2 of RDEPO to DKURS Response
2 of RDEPO to DINF
0 0
Response of DINF to DINF
D2M0 0
Response 0 of Response
DINF 0 0
of to D2M1 Response
-.8 0 of DINF to
of D2M2 0 Response of ofDINFoftoDINF
toD2KRDT
0
-1,000
1
2
-.8 0 -.8 2 Response
0-.8
3
of
Response
2
-1,000
to D2M0
of DINF
31 4 3 2
to D2M0
-.8 0
62 4
2
-.8
84 6
Response
10
-.8
68
DINF to D2M1
of DINF
810 3 10 2 31
to D2M1
423
-1,000-1,000
-.8 0 2-.8
26
4 468
Response
6810
of DINF
Response
8
10
to D2M2
DINF
3 10 321
to D2M2 -.8
23 4
-1,000 -1,000
2 -.8
42 6
Response
-.8 Response
0 DINF
64 8 86 10 108
D2KRDT
to D2KRDT -.8
3 3 1 2 23
10
-.8 0
-1,000 -1,000 442 66 4 88 6 10 8 1033
-1,0
-1,000 -1,000 -1,000
1 -1,000 1 -1,000 1 -1,000 1 -1,000
1 2 2 1 2 2 2
1 2 2 1 2 2 12 2 2 22
-2,000 -2,000 Response of D2OG to DRSBI -2,000-2,000 Response of D2OG to DRPUAB-2,000 -2,000 Response of D2OG to RDEPO -2,000 -2,000 Response of D2OG to RKRDT -2,0
-2,000 0 -2,000 Response Response
-2,000 of D2OG
0 of2 D2O G4 to DRSBI
to DRSBI -2,000Response
0
Response of
of2 D2O G D2OG to
to DRPUAB DRPUAB -2,000 Response
Response
0
of
of D2O D2OG to RDEPO
G to 6RDEPO -2,000 Response
Response
0
of D2OG
of D2O G to to RKRDT
RKRDT -2,000
2 4 6 8 10 2 6 4 86 8
6 10 8 10 1 10 2 2 46 4 68 6810 810 1 10 1 2 2 4
2 4 8 86 10
8 1 10 2 42 64 86 10 8
2 4 6 8 10 10,0001 2 110,000
10,000 0 41 10,000 10,000
1 10,000
014 10,00010,000 10,00001 4 6 10,0001 10,000
10 10,000 2 10 4 6 8 10 10,000
10,000
11
of
D2KRDT to DRSBI
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 00 0 00 0 0 00
-1Response
Response of D2KRDT to DRSBI 5,000 Response -1Response
5,000 5,000 of D2KRDT
of Response
D2KRDT of to D2KRDT
to RDEPO
RDEPO to DRSBI5,000
5,000
Response
-1 5,000
Response Response
of D2KRDT
of D2KRDT
of to
D2KRDT to DCBRDEPO
DCB to5,000 -1 Response
Response
5,000 5,000 of D2KRDT of D2KRDT
Response to D2KRDT
toofD2KRDT
D2KRDT to DCB -1
5,000
5,000
Response
5,000
Response
of D2KRDT
Response
of D2KRDTofto
to D2OG 5,000
D2KRDT
D2OG to 5,000 D2KRD
8 10 40,000 2 -1 10 40,000
4 -1 -1 -12
6
40,000 8 4 6 8 -110 40,000 -1-12
-1 40,000 4 6 8 -1 40,000
10 -1 -1
-1 2
40,000 4 6 8 10 -140,000
-1 -1
-1 2
40,000 4 6 8 10 40,0
-1
-1
40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000
6 8 10
-1
2 4 6
0
8 -2 10 -2
0
-1 0
-2 2
2
4
4
6
6
8
8
0
-2
10
10 -1
0
-2 -2
2
0
2
4
4
6
6
8
8
10 -2
0
10
-1 0
-2 2 -2
0
2
4 6
4
8
6
10
8 -1 100
0
-2 -2 2 -2 4
0
2
6
4
8
6
10
8 10
00
-2
-2
B to DRSBI 20,000 Response of DPSB to RDEPO 20,000 2 4 Response
2 62 4 of84DPSB
6 6to
10 8 DPSB 810 10 2
20,000
Response
4
2 2 46 of 4DPSB
68 6to
810CAPIN810 10 2
20,000
Response
2 4 2 4 6of 4DPSB
6 8 6to 8 DKURS
10 810 10
20,000
2 2 Response4 24 of
646DPSB 868 to DINF
810
10 10
20,0
20,000 20,000 -5,000 Response of DPSB to-5,000
20,000 DRSBI -5,000 Response of DPSB to RDEPO
20,000 -5,000 20,000 20,000 20,000 Response of DPSB to DPSB 20,000 20,000 Response of DPSB to CAPIN 20,000
-5,000 -5,000 -5,000 -5,000 -5,000 -5,000
-5,000 -5,000 -5,000
-5,000
2 2 2 2 2
DPSB to DRSBI Response of DPSB to RDEPO 2 Response of DPSB to DPSB Response
2 of DPSB to CAPIN Response
2 of DPSB to DKURS Response
2 of DPSB to DINF
2 2 2-10,000 2 -10,000 2
Jalur Suku Bunga
-10,000 -10,000-10,000 -10,000 -10,000 -10,000 -10,000 -10,000
-10,000 -10,000 -10,000
-10,000
01 01 0 0
1 0 10 0 10 0
0
1
0 2
1
41 2 62 4 84 6 1068 810 0 10 2
1
142 26
4 468 6810 8
10 0
10 2
1
2
1 4 42 6 64 8 86 10 108
1
10 0 2 21 442 66 4 88 6 10 8 10 0
0 0 0 0 0
-20,000 -20,000 Response
-20,000 Response
0Response
of DINF ofDRSBI
to DINFof DINF
to DRSBIto -20,000
DRSBIResponse
-20,000 Response
0 of DINF
Response of to
DINF of to
DRPUABDINF to DRPUAB
DRPUAB -20,000 Response
0
Response
-20,000-20,000 ofResponse to of
of DINF
DINF toDINF
RDEPO
RDEPO to RDEPO
-20,000 Response
-20,000 0
Response Response
ofofDINF
DINF toof DINF
to RKRDT
RKRDT to RKRDT -20,0
-20,000
2 -1 4
02
6 4 86 10
8
10
2
-20,000
2 -12
0
42
2 2 64 4 86 6 108 8 102 10 20 2
-20,000
-1
224 2 46 4 68 6810 810 2 10 0
2-12 22 4 4 6
2 6
4 8 86
10 10 8 02 210 2 22 4
-1
-20,000
42 6 64 8 8 6
10 10 8
-20,000
22
-1 -1 -1 -1
-1 -1 -1 -1 -1
-2 Response
of D2OGoftoD2OG
DRSBIto DRSBI 1 -2 Response of to
D2OG to RDEPO Response of D2OG to DCB -2 Response of D2OG oftoD2OG
D2KRDT Response of D2OG to D2OG
1 1 Response of D2OG to DRSBI1 1 1 Response of DCB
D2OG to RDEPO 1 1 1 Response to DCB 1 1 Response 1 Response of D2OG
D2OG to D2KRD 11
Response Response of D2OG RDEPO Response
-2 of D2OG to Response of D2OG to D2KRDT -2 of D2OG to
88,000 10 8,000 8 8,00010 8,0008,000 -2 2 -2 8,000 -2 -22
2 4 6 4 6 8 10 8,000 8,0002 4 6 8 10 2
8,000 4 6 8 108,0008,000 8,000 4 6 8 10 8,000 8,0
-2 -2
0 2 4 6 8 8,000 10 -2 0 2 4 6 8 8,00010 -2
0 2 4 6 8 -2 10
0 2 4 6 8 10
0 0 0 0 0 0 0 0 00
6
N to DRSBI
8
4,000
10
4,000
2 4 6
Response of CAPIN to RDEPO
8
4,000
10
4,0004,000
2 4 6
Response of CAPIN to DPSB
8 10
4,000 4,000 4,000
2 4 6 8 10
Response of CAPIN to CAPIN4,000 4,000 Response
2
4,000
4 6 8 10
of CAPIN to DKURS 4,0004,000 Response
2 4
4,000
6 8
of CAPIN to DINF
10
4,0004,0
-1 -1 -1 Response of CAPIN to DRSBI -1 -1 -1 Response of CAPIN to RDEPO -1 -1 -1 Response of CAPIN to DPSB -1 -1 -1 Response of CAPIN to CAPIN-1 -1
CAPIN to DRSBI 1,200 Response of CAPIN to RDEPO 1,200 Response of CAPIN to DPSB 1,200 Response of CAPIN to CAPIN 1,200Response of CAPIN to DKURS 1,200Response of CAPIN to DINF
0 0
800
1,200
-2
0
1,200
0
1,200
-2
800
0
-2 -2
0 1,200
-2
800
1,200
0 0
-2 -2
0
1,200 -2
800
1,200
0
-2
0
1,200 0
-2 -2800
1,200
0
-2
0
-2
-2
0
2 800
4 2 62 4 84 6 1068 810 10 2 80042 26
4 468 6810 8
10 10 2 800 2 4 42 6 64 8 86 10 108 10 2 800
2 442 66 4 88 6 10 8 10
-4,000 800 -4,000 800
-4,000 -4,000 -4,000
800 -4,000 -4,000 -4,000
800 800 -4,000 -4,000 -4,0
-4,000
400
-4,000
400
400
400
400
-4,000
400
400
-4,000
400
400
-4,000
Jalur Kredit
-8,000 -8,000 0 -8,000 -8,000-8,000
0 -8,000 -8,000 0-8,000 -8,000-8,000 0 -8,000 -8,000 -8,000
0 -8,000 -8,0
-8,000
0 0 0 0 2
2
-400
402 6 4
8 6 108 10 2
-400
0 4
-400
2 2 6 4 4 8 6 6 108 8 10 10 20
-400
-400
24 2 64 6
4 8 8
6 10 810 10
0
-400
2
-400
2 4 4
2 6 6
4 8 86 10 10 8 0 10 2
-400
-400
4 42 6 6 4 8 8 6 10 10 8
1
RS to DRSBI 1
DKURS to DRSBI 600
Response of DKURS to RDEPO 1
Response of DKURS to RDEPO
1 1
Response of of
Response DKURS to DPSB
DKURS
1
to DRSBI
Response of DKURS to DPSB
1 1
Response of DKURS
Response to CAPIN
of DKURS
1
to RDEPO
Response of DKURS to CAPIN
1 1
Response of DKURS
Response to DKURS
of DKURS
Response of DKURS to DKURS
to DPSB
1 1 1
Response of DKURS
Response to DINF
of DKURS
Response of DKURS to DINF
to CAPIN
1
-2 0
200
200
-20 -2
200
-2
200
-2
200
-2 0-2
-2 -2
0
-2 0 0-2 -2 0 0
-2
0
-2 -2
2 4 02 6 4 86 108 10 2 0 42 2 64 4 86 8
6 10 8 10 10 20 24 2 46 4 68 6810 810 0
10 2 2 4 4 6
2 6
4 8 86 10 8 0 10 2
10 2 4 42 6 64 8 8 6 10 10 8
-200
-200
-200-200
-200
-200-200
-200
-200-200
-200 -200
-200 -200
FDINF
to DRSBI Response of of
DINF to to
RDEPO Response of DINF to
to DPSB ResponseofofDINF
DINF toto CAPIN Response of DINF to DKURS Response of DINF to DINF
to DRSBI
3
Response
DINF RDEPO
33 3
Response
Response of of DINF
DINF to DRSBI
DPSB Response
Response of DINF to RDEPO
CAPIN Response
Response of DINF of
to DINF
DKURSto DPSB ResponseResponse
of DINF toofDINF
DINF to CAPIN
3 33 3 3 3 3 3 3 3
2 2 22 2 22 2 2 2 2 2 2 2
1 1 11 1 11 1 1 1 1 1 1 1
0 0
00 0 00 0 0 0 0 0 0 0
-1 -1-1-1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1
-1
-1 -1
-2 -2 -2-2-2 -2
-2 -2 -2 -2 -2 -2 -2 -2
6 8 8 10 10 2 2 4 4 6 6 8 8 1010 22 2 44 4 66 6 8 8 10 10
10 22 2 44 4 6 6 68 8 810 10 10 2 2 42 4 64 6 86 8 10 8 10 10 2 24 2 46 4 68 6 8
10 8 10 10
KRDT
hanya
sebesar
0,34%
pada
periode
kedua.
Pada
jalur
suku
bunga
terlihat
bahwa
shock
RSBI
Shock
satu
standar
deviasi
variabel
KURS
mendapat
sebagai
variabel
instrumen
direspon
positif
dan
respon
terkuat
pada
periode
kedua
namun
hanya
sangat
kuat
oleh
inflasi.
Guncangan
pada
variabel
sebesar
-‐0,25%.
Analisis
ini
menunjukkan
bahwa
lainnya,
seperti
RPUAB
dan
RDEPO
juga
direspon
kedua
jalur
tersebut
dinilai
kurang
efektif
dalam
oleh
inflasi
dengan
cukup
kuat.
Shock
satu
standar
implementasi
kebijakan
moneter
dengan
sasaran
deviasi
variabel
RSBI
pada
periode
pertama
direspon
tunggal
inflasi
di
Indonesia.
Melihat
respon
inflasi
positif
oleh
inflasi
sebesar
0,44%,
kemudian
terus
terhadap
shock
yang
terjadi
pada
variabel-‐variabel
meningkat
hingga
1,02%
pada
periode
ketiga.
Respon
yang
terlibat
dengan
keempat
jalur,
maka
bisa
inflasi
terhadap
shock
satu
standar
deviasi
variabel
dikatakan
bahwa
jalur
suku
bunga
lebih
efektif
bila
RPUAB
dan
RDEPO
juga
cukup
kuat
hingga
diatas
dibandingkan
dengan
jalur-‐jalur
lainnya.
0,8%.
Shock
variabel
Cadangan
Bank
(CB)
dan
Kredit
(KRDT)
pada
jalur
kredit
dan
variabel
KURS
pada
jalur
nilai
tukar
yang
seharusnya
memegang
peranan
penting
pada
jalur-‐jalur
tersebut
hanya
mendapat
sedikit
respon
dari
inflasi.
Shock
satu
standar
deviasi
variabel
CB
mendapat
respon
terkuat
pada
periode
kedua
namun
hanya
sebesar
-‐0,44%.
Respon
terkuat
inflasi
terhadap
shock
satu
standar
deviasi
variabel
O to DRSBI Response of RDEPO to DRPUAB Response of RDEPO to RDEPO Response of RDEPO to RKRDT Response of RDEPO to D2OG Respons
EPO to DRSBI Response of RDEPO to DRPUAB Response of RDEPO to RDEPO Response of RDEPO to RKRDT Response of RDEPO to D2OG R
2 2 2 2 2
2 2 2 2 2
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
EFEKTIVITAS
0
0
JALUR-‐JALUR
TRANSMISI
0
0
KEBIJAKAN
MONETER
0
0
Indonesian
Treasury
Review
V0 ol.1,
0
No.1,
2016,
Hal.1-‐10
0
0
DI
INDONESIA
Efektifitas Jalur-jalur D ENGAN
Transmisi SASARAN
Kebijakan TUNGGAL
INFLASI
Moneter
P a g e
|
9
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1, 2016 Hal 1-10
Muhammad
-1
di Indonesia
-1 Dengan
YusufSasaran Tunggal Inflasi -1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
Muhammad Yusuf Halaman 9
-2 -2 -2 -2 -2
-2 -2 -2 -2 -2
6
8
8 10 10
2
2
4
4
6
6
8
8 10 10
2
2
4
4
6
6
8
8 10
10
2
2
4
4
6
6
8
8 10 10
2
2
4
4
6
6
8
810 10
2
5,000 RPUAB
5,000 berada
di
periode
5,000 kedua,
5,000 sedangkan
pada
5,000 5,000 Kebijakan
moneter
oleh
bank
sentral,
secara
5,000 5,000
5,000 5,000
RDEPO
0
b erada
d i
p eriode
k etiga.
0 0
teori
bisa
mempengaruhi
likuiditas
perbankan
(bank
0 0
0 0 0 0 0
reserve)
dan
kemudian
akan
berpengaruh
terhadap
-5,000 -5,000 -5,000-5,000
keputusan
perbankan
dalam
-5,000-5,000 -5,000-5,000
pemberian
kredit.
-5,000 -5,000
Gambar
2.
Perbandingan
Respon
Inflasi
terhadap
-10,000
-10,000 -10,000 -10,000 Berdasarkan
hasil
pada
-10,000 penelitian
ini,
perubahan
-10,000-10,000
6 8 8 10 2 2 4 4 6 6RPUAB
8 an
R-10,000
8 10 d10 DEPO
2 2 4 4 6 6 8 8 10
-10,000
2 2 4 4 6 68 8 10
-10,000
2 24 46 68 810 2
10 10
yang
terjadi
pada
suku
10
bunga
SBI
tidak
banyak
10
to DRSBI
INF to DRSBI Response Response of DINF to DRPUAB
of DINF to DRPUAB Response of DINF to RDEPO berpengaruh
Response of DINF terhadap
to RKRDT cadangan
to RKRDT Response bank
of DINF of maupun
to D2OG Respo
2 2 Response of DINF to RDEPO Response of DINF Response DINF to D2OG
2 2 2
jumlak
2 kredit
perbankan
yang
2 disalurkan.
2 Hal
ini
bisa
2 2
1 1 1disebabkan
o leh
p erilaku
s ektor
1 p erbankan
d alam
h al
1
1
1 1 1 1
-2 -2 -2 -2 -2bank
-2 daripada
menyalurkan
-2 kepada
-2 masyarakat,
-2 -2
2 2 4 4 6 6 8 8 10 10
6 8 8 10 10 2 2 4 4 6 6 8 8 10 10
selain
2
itu
tingginya
2 4 4 6 68
non
10 performing
8 10 2 24
loans
46
(NPL)
68 810 10 2
menggambarkan
keandalan
penggunaan
jalur
Tunggal
Inflasi
(Pendekatan
VAR).
Disertasi
suku
bunga
dalam
mencapai
sasaran
akhir
inflasi,
tidak
diterbitkan.
Malang:
Program
Pasca
terlihat
dari
respon
yang
diberikan
oleh
inflasi
Sarjana
Universitas
Brawijaya.
dan
varians
dari
variabel-‐variabel
yang
terlibat
Natsir,
M.
(2011).
“Analisis
Empiris
Efektivitas
dalam
jalur
ini.
Mekanisme
Transmisi
Kebijakan
Moneter
di
2. Suku
bunga
pasar
uang
antar
bank
merupakan
Indonesia
melalui
Jalur
Suku
Bunga
(Interest
variabel
yang
paling
cocok
digunakan
sebagai
Rate
Channel)
Periode
1990:
2-‐2007:1”,
sasaran
operasional
pada
jalur
suku
bunga
dalam
Majalah
Ekonomi,
Vol.
XXI,
No.
2.
kebijakan
moneter
dengan
sasaran
tunggal
inflasi
di
Indonesia.
Hasil
uji
impulse
response
pada
jalur
Taylor,
John
B.
(1995).
“The
Monetary
Transmission
suku
bunga
menunjukkan
bahwa
shock
RPUAB
Mechanism:
An
Empirical
Framework”,
The
mendapatkan
respon
yang
kuat
dan
juga
cepat
Journal
of
Economic
Perspective.
Vol.
09,
No.
dari
inflasi.
04,
hlm.
11-‐26.
Warjiyo,
P
dan
Solikin.
(2003).
Kebijakan
Moneter
di
6.2. Saran
Indonesia.
Seri
Kebanksentralan
No.
6.
PPSK.
Dari
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan,
ada
Jakarta:
Bank
Indonesia.
beberapa
saran
yang
dapat
diajukan,
baik
untuk
pengembangan
pengetahuan
maupun
untuk
Warjiyo,
Perry.
(2004).
Mekanisme
Transmisi
kepentingan
praktis,
antara
lain:
Kebijakan
Moneter
di
Indonesia.
Seri
Kebanksentralan
No.
11.
PPSK.
Jakarta:
Bank
1. Jalur
suku
bunga
yang
telah
terbukti
efektif
dapat
Indonesia.
digunakan
sebagai
dasar
dalam
perumusan
kebijakan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
Wulandari,
Ries.
(2012).
“Do
Credit
Channel
and
efektivitas
pelaksanaan
kebijakan
moneter
di
Interest
Rate
Channel
Play
Important
Role
in
Indonesia.
Monetary
Transmission
Mechanism
in
2. Stabilitas
suku
bunga
pasar
uang
antar
bank
Indonesia?
A
Structural
Vector
sebagai
sasaran
operasional
kebijakan
moneter
Autoregression
Model”,
Procedia-‐Social
and
hendaknya
perlu
dijaga
agar
sasaran
akhir
berupa
Behavioral
Sciences,
No.
65,
hlm.
557-‐563.
inflasi
juga
bisa
terkendali.
DAFTAR
PUSTAKA
Boediono.
(1982).
Ekonomi
Makro.
Seri
Sinopsis
Pengantar
Ilmu
Ekonomi,
No.
2.
Edisi
Ketiga.
Yogyakarta:
Badan
Penerbit
Fakultas
Ekonomi
(BPFE)
UGM.
Cavoli,
Tony.
(2010).
“What
Drives
Monetary
Policy
in
Post-‐Crisis
East
Asia?
Interest
Rate
or
Exchange
Rate
Monetary
Policy
Rules”,
Journal
of
Asian
Economics,
No.21,
hlm.
456-‐
465.
Chow,
Hwee
Kwan.
(2004).
“A
VAR
Analysis
of
Singapore’s
Monetary
Transmission
Mechanism”,
SMU
Economics
&
Statistics
Working
Paper
Series.
Gujarati,
Damodar
N.
dan
Dawn
C.
Porter,
(2012).
Dasar-‐Dasar
Ekonometrika,
(Terj.
Raden
Carlos
Mangunsong),
Buku
2,
Edisi
5.
Jakarta:
Penerbit
Salemba
Empat.
Hakim,
Lukman.
(2001).
“Penerapan
Pentargetan
Inflasi
dalam
Mekanisme
Transmisi
Kebijakan
Moneter
1990.1-‐2000.4”,
Media
Ekonomi,
Vol.
7,
No.
2.
Maski,
Ghozali.
(2005).
Studi
Efektifitas
Jalur-‐Jalur
Transmisi
Kebijakan
Moneter
dengan
Sasaran