Sebaran Spasial Suhu, Salinitas Dan Densitas Di Perairan Kepulauan Sangihe Talaud Sulawesi Utara
Sebaran Spasial Suhu, Salinitas Dan Densitas Di Perairan Kepulauan Sangihe Talaud Sulawesi Utara
Sebaran Spasial Suhu, Salinitas Dan Densitas Di Perairan Kepulauan Sangihe Talaud Sulawesi Utara
Abstract
The spatial distribution of temperature, salinity and density in Sangihe Talaud waters North Sulawesi
The Sangihe Talaud waters are part of the toll road of the Indonesian Throughflow, which has
an important role in the transport of seawater properties from the Pacific Ocean to the Indian Ocean.
To understand the distribution pattern of physical oceanography parameters namely temperature,
salinity, density around the waters of Sangihe Talaud, the research expedition Widya Nusantara
Expedition (EWIN) has been conducted using the research vessel Baruna Jaya VIII. The temperature,
salinity, and density of the seawater were measured using the CTD Seabird 911plus instrument at 33
stations distributed on the Sangihe Talaud waters. The results of the temperature analysis showed the
presence of surface temperature zoning between the Sulawesi Sea and the north of the Maluku Sea,
while the salinity distribution showed a low to high salinity gradient from the east to the west side of
the Sangihe Talaud waters. The density distribution represents three zones of surface density detected
in the north of the Maluku Sea, the northeast side and the west side of the Sangihe and Talaud waters.
Abstrak
Perairan kepulauan Sangihe Talaud merupakan bagian dari jalur tol laut Arus Lintas Indonesia
yang memiliki peran penting dalam transpor properti air laut dari Samudera Pasifik ke Samudera
Hindia. Untuk mengungkap pola sebaran parameter oseanografi fisik seperti suhu, salinitas dan
densitas laut di perairan kepulauan Sangihe Talaud, telah dilakukan kegiatan penelitian Ekspedisi
Widya Nusantara (EWIN) dengan menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII. Suhu, salinitas, dan
densitas air laut diukur dengan menggunakan instrumen CTD Seabird 911Plus pada 33 stasiun
pengamatan yang tersebar di perairan Kepulauan Sangihe Talaud. Hasil Analisa suhu menunjukan
adanya zonasi sebaran suhu permukaan antara laut Sulawesi dan utara Laut Maluku, adapun
sebaran salinitas menunjukan adanya gradient salinitas rendah ke tinggi dari sisi timur ke sisi barat
perairan kepulauan Sangihe Talaud. Sedangkan sebaran densitas laut memperlihatkan adanya tiga
zonasi densitas permukaan yang terdeteksi di utara Laut Maluku, sisi timur laut dan sisi barat perairan
kepulauan Sangihe Talaud.
volume air antara Samudera Pasifik dan utara. Massa air dari Samudera Pasifik selatan
Samudera Hindia (Gordon, 2005; Feng et al.., hanya terdeteksi di lapisan bawah termoklin
2018). Transpor bahang dan perubahan suhu yang ada di perairan Laut Halmahera. Tujuan
perairan laut dan samudera sangat penting kegiatan penelitian adalah untuk
bagi aktivitas biologi biota laut, seperti laju mengungkap karakteristik oseanografi fisik di
pertumbuhan fitoplankton, respirasi bakteria perairan sekitar jalur masuk Arlindo.
karbon organik, dan struktur rantai makanan
(Cao & Zhang, 2017). Secara tidak langsung, MATERI DAN METODE
variabilitas Arlindo memiliki peran signifikan
terhadap dinamika iklim regional seperti El Data oseanografi fisik yang digunakan
Niño Southern Oscillation (ENSO), Sirkulasi pada Penelitian ini berasal dari kegiatan
Walker, dan monsoon (Susanto & Song, 2015). penelitian EWIN dengan menggunakan kapal
Hasil kajian yang pernah dilakukan oleh Lee et riset Baruna Jaya VIII yang dilakukan oleh P2O-
al. (2002) dan Vranes et al. (2002) LIPI tahun 2018. Penelitian dimaksudkan untuk
mengindikasikan bahwa dinamika Arlindo membahas variasi sebaran horisontal suhu,
dapat mempengaruhi pola sirkulasi regional salinitas dan densitas menggunakan analisa
disekitarnya. Di Samudera Hindia bagian deskriptif data pengamatan suhu, salinitas
timur, Arlindo dapat menghangatkan massa dan densitas di perairan Sangihe Talaud.
air sekitar pantai selatan Jawa dan Sumatra, Informasi sebaran suhu dan salinitas sangat
serta memperkuat laju Leuwin Current di penting untuk diketahui, karena suhu dan
pantai barat Australia. Di Samudera Pasifik salinitas merupakan parameter oseanografi
bagian barat, Arlindo cenderung mengurangi fisik utama yang mempengaruhi densitas
transpor East Australian Current (EAC) di yang lebih lanjut dapat membangkitkan arus
sepanjang pantai timur Australia. Menurunnya di laut (Brown et al.., 2004), distribusi sebaran,
transpor EAC berpotensi mempengaruhi laju pertumbuhan, metabolisme dan
dinamika eddy di daerah perairan paparan reproduksi biota laut (Kelly et al.., 2016).
Queensland bagian tenggara (Azis Ismail &
Ribbe, 2019). Pengambilan data vertikal dan
horisontal oseanografi fisik meliputi suhu,
Arlindo utamanya berasal dari Arus salinitas dan densitas dilakukan pada 33
Mindanao, salah satu cabang dari gyre arus stasiun pengamatan yang tersebar di perairan
ekuatorial utara (North Equatorial Currents; Kepulauan Sangihe Talaud (Gambar 1). Lokasi
NEC) di Samudera Pasifik bagian utara geografis penelitian berada pada koordinat
(Gordon & Fine, 1996; Gordon, 2005; Feng et 124,00o sampai 128,00o Bujur Timur (BT) dan
al., 2018; Sprintal et al., 2014; Susanto & Song, 2,00o sampai 6,00o Lintang Utara (LU).
2015). Wyrtki (1961) menyatakan bahwa Parameter suhu, salinitas dan densitas pada
gradien tekanan barotropik antara Samudera kedalaman permukaan dan kedalaman 600
Pasifik dan Hindia merupakan pendorong meter (m) diukur dengan menggunakan
utama aliran Arlindo. Hal ini didukung dari instrumen Conductivity, Temperature, Depth
pengamatan pasang surut oleh Wyrtki (1987) (CTD) Seabird 911Plus yang terpasang di
dan simulasi model yang dilakukan oleh Li et Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Analisa awal data
al. (2018). Perairan Kepulauan Sangihe Talaud CTD dilakukan dengan menggunakan
merupakan salah satu pintu masuk Arlindo, perangkat lunak SBE DataProcessing-Win32,
selain Laut Maluku dan Selat Luzon (Feng et adapun untuk penggambaran peta spasial
al.., 2018; Susanto & Song, 2015). Setelah suhu, salinitas dan densitas menggunakan
melewati perairan Sangihe Talaud dan Laut program open-source Ocean Data View
Sulawesi, Arlindo menembus Selat Makasar, (ODV) versi 4 dari Schlitzer (2015).
Laut Flores, Laut Banda dan Laut Timor,
sebelum memasuki Samudera Hindia (Feng et HASIL DAN PEMBAHASAN
al.., 2018). Menurut Gordon (2005), massa air
laut di lapisan termoklin yang ada di sekitar Dinamika sebaran spasial suhu air laut di
perairan Sangihe Talaud, Laut Sulawesi dan kedalaman permukaan pada bulan Oktober
Selat Makasar sebagian besar merupakan 2018 ditampilkan pada Gambar 2. Secara
massa air yang berasal dari Samudera Pasifik umum, terlihat ada dua zonasi utama suhu air
192 Sebaran Spasial Suhu, Salinitas dan Densitas (M.F.A. Ismail & A. Taofiqurohman)
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2020 Vol. 23(2):191-198
laut di kedalaman permukaan. Suhu air laut laut pada kedalaman 600 m cenderung tidak
permukaan dengan suhu diatas 29,75 o C beraturan (Gambar 3). Dari Gambar 3 terlihat
berada pada sisi barat Kepulauan Sangihe adanya dua spot suhu air laut dibawah 6,50o
dan sisi utara Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. C dan satu spot suhu diatas 7,50o C. Suhu air
Lokasi geografis dari sebaran suhu air laut laut dibawah 6,50o C yang membentuk dua
permukaan tersebut berada pada kisaran spot berbeda berada pada garis geografis
124,00o–125.50o BT dan 2,00o–4,00o LU. Berbeda bujur 3,00o dan 4,00o BT dan lintang 125,00o LU.
lokasinya dengan suhu air laut permukaan Spot suhu air laut diatas 7,50o C berada pada
diatas 29,75o C, suhu air laut permukaan garis bujur123,50o BT dan lintang 3,00o LU. Suhu
dengan suhu dibawah 28,75o C terdeteksi air laut pada kedalaman 600 lebih rendah dari
berada di bagian utara Laut Maluku dengan suhu permukaan. Perbedaan suhu rata-rata
lokasi geografis berada pada kisaran 125,00o – permukaan dengan kedalaman 600 m
127.00o BT dan 1,00o – 2,00o LU (Gambar 2). mencapai 23o C. Hal ini merupakan normal
Suhu air laut permukaan yang relatif rendah di mengingat suhu air laut sebagai ukuran dari
bagian utara Laut Maluku diduga dapat panas termal yang terkandung dalam air laut,
mempengaruhi daya larut CO2 (Triyulianti et sangat tergantung kepada energi sinar
al. 2018). Studi terdahulu yang dilakukan oleh matahari sebagai sumber utama panas
Cao & Zhang (2017) mengenai pengaruh suhu termal. Semakin ke dalam perairan laut,
terhadap CO2 yang ada di permukaan laut, transfer panas termal dari matahari semakin
menemukan bahwa suhu air laut permukaan berkurang. Konsekuensinya suhu permukaan
yang rendah dapat menyerap lebih banyak cenderung lebih panas dibandingkan suhu
CO2 yang ada di atmosfer. Penemuan zonasi pada kedalaman dibawah permukaan,
suhu air laut permukaan antara Laut Sulawesi dengan asumsi tidak adanya proses
dan Laut Maluku di penelitian ini pencampuran antar lapisan (Brown et al.,
mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang 2001).
pernah dilakukan oleh Radjawane &
Hadipoetranto (2014) dan Triyulianti et al. Kisaran suhu permukaan air laut di
(2018). perairan Kepulauan Sangihe Talaud pada
bulan Oktober 2018 berkisar antara 28,67 o–
Berbeda dengan sebaran spasial suhu 30,25o C dengan rata-rata dan simpangan
air laut permukaan, sebaran spasial suhu air baku masing-masing sebesar 29,57o C dan
Gambar 1. Profil batimetri perairan Kepulauan Sangihe Talud (sumber data: General Bathymetric
Chart of the Oceans; GEBCO) dan lokasi stasiun oseanografi pada bulan Oktober 2018.
Sebaran Spasial Suhu, Salinitas dan Densitas (M.F.A. Ismail & A. Taofiqurohman) 193
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2020 Vol. 23(2):191-198
0,31o C. Kisaran suhu tersebut diatas memiliki pada kedalaman 600 m masing-masing
nilai yang hampir sama dengan penelitian berada pada stasiun 7 dan stasiun 13 (Tabel
sebelumnya di perairan Kepulauan Sangihe 1).
Talaud yang dilakukan oleh Kashino et al.
(2001) dan Radjawane & Hadipoetranto Gambar 4 menunjukan distribusi spasial
(2014). Sesuai dengan zonasi suhu air laut, suhu salinitas permukaan laut pada bulan Oktober
maksimum air laut permukaan ditemukan 2018. Distribusi spasial salinitas permukaan laut
pada stasiun 19 dan suhu minimum terdeteksi menunjukan adanya dua zonasi salinitas
pada stasiun 1 (Tabel 1). Berbeda dengan maksimum dan minimum. Penentuan zonasi
suhu permukaan, suhu air laut pada salinitas maksimum dan minimum ini sangat
kedalaman 600 m memiliki nilai maksimum penting untuk mengetahui karakteristik fisik
sebesar 7,31o C dan nilai minimum sebesar suatu perairan laut dan pengaruhnya bagi
6,42o C, dengan nilai rata-rata dan simpangan biota perairan khususnya keragaman dan
baku masing-masing sebesar 6,85o C dan 0,24o struktur komunitas plankton (Gutierrez et al.,
C. Suhu air laut maksimum dan minimum 2018). Dua spot salinitas maksimum dengan
Gambar 2. Sebaran spasial suhu permukaan laut di perairan Kepulauan Sangihe Talaud pada bulan
Oktober 2018.
Gambar 3. Sebaran spasial suhu air laut pada kedalaman 600 m di perairan Kepulauan Sangihe
Talaud pada bulan Oktober 2018
194 Sebaran Spasial Suhu, Salinitas dan Densitas (M.F.A. Ismail & A. Taofiqurohman)
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2020 Vol. 23(2):191-198
nilai diatas 34,30 psu dikelilingi oleh salinitas zonasi yang mendominasi wilayah selatan
34,20 psu membentuk zonasi yang menempati dan timur perairan Kepulauan Sangihe Talaud
posisi geografis bujur 124,00o – 127,50o BT dan dengan cakupan hampir 60 % area studi.
lintang 2,00o – 4,00o LU. Sebaran salinitas Konsisten dengan zonasi salinitas minimum laut
rendah dengan nilai salinitas dibawah 33,60 dipermukaan, zonasi salinitas minimum laut
psu membentuk zonasi yang terletak pada kedalaman 600 m menempati area
disebelah timur laut area studi dengan posisi geografis yang hampir sama. Salinitas laut
geografis pada bujur 127,00o – 128,00o BT dan minimum dengan nilai dibawah 34,49 psu
lintang 5,50o – 6,00o LU. Zona salinitas rendah terdeteksi di arah timur laut perairan
laut dipermukaan yang berada disebelah Kepulauan Sangihe Talaud dengan posisi
timur laut pada penelitian ini sesuai dengan geografis bujur 126,00o – 128,00o BT dan lintang
hasil penelitian sebelumnya oleh Radjawane 5,50o – 6,00o LU. Salinitas laut yang lebih tinggi
& Hadipoetranto (2014). Berbeda dengan dari 34,50 psu pada kedalaman 600 meter
sebaran spasial salinitas permukaan laut, merupakan tipe massa air North Pacific
sebaran salinitas air laut pada kedalaman 600 Intermediate Water (NPIW) yang berasal dari
m cenderung tidak merata (Gambar 5). Samudera Pasifik Utara (Gordon, 2005;
Distribusi salinitas maksimum dengan nilai Radjawane & Hadipoetranto, 2014).
diatas 34,54 psu cenderung membentuk
Gambar 4. Sebaran spasial salinitas permukaan laut di perairan Kepulauan Sangihe Talaud pada
bulan Oktober 2018.
Gambar 5. Sebaran spasial salinitas air laut pada kedalaman 600 m di perairan Kepulauan Sangihe
Talaud pada bulan Oktober 2018.
Sebaran Spasial Suhu, Salinitas dan Densitas (M.F.A. Ismail & A. Taofiqurohman) 195
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2020 Vol. 23(2):191-198
Tabel 1. Rangkuman suhu, salinitas dan densitas di perairan Kepulauan Sangihe Talaud pada bulan
Oktober 2018
Kisaran salinitas permukaan laut di nilai dibawah 21,00 kg/m3 terdapat di timur
perairan Kepulauan Sangihe Talaud berada laut lokasi penelitian pada posisi geografis
pada kisaran 33,54 psu sampai 34,31 psu. Nilai bujur 127o-128o BT dan lintang 5,00o-5,50o LU.
rata-rata dan simpangan salinitas permukaan Berbeda dengan sebaran densitas
masing-masing sebesar 34,12 psu dan 0,17 sebelumnya, densitas menengah dengan nilai
psu. Nilai salinitas maksimum dipermukaan densitas berkisar antara 21,10-21,20 kg/m3
terdapat pada stasiun 6, adapun nilai salinitas menempati hampir 70 % area penelitian
minimum terdapat pada stasiun 26. Salinitas sepanjang posisi geografis bujur 123,50o-
laut pada kedalaman 600 m berkisar antara 128,00o BT dan lintang 2,50o-5,50o LU.
34,49 psu sampai 34,55 psu dengan nilai rata-
rata dan simpangan baku masing-masing Sebaran densitas di kedalaman 600 m
sebesar 34,53 psu dan 0,01 psu. Perbedaan cenderung tidak berpola (Gambar 7).
nilai salinitas rata-rata antara lapisan Sebaran densitas minimum dengan nilai
permukaan dan lapisan kedalaman 600 m dibawah 27,02 kg/m3 terdapat di sisi barat
tidak terlalu besar. Nilai perbedaan rata-rata daya area penelitian pada posisi geografis
salinitas pada lapisan permukaan cenderung bujur 123,50o-124,00o BT dan lintang 2,00o-3,50o
lebih tinggi sebesar 0,14 psu. Salinitas LU. Terdapat tiga titik densitas maksimum
permukaan maksimum dan minimum di masing-masing dengan nilai densitas diatas
perairan Kepulauan Sangihe Talaud masing- 27,11 km/m3 menempati kisaran geografis
masing terdeteksi berada pada stasiun 5 dan bujur 124,00o-126,50o BT. Secara umum nilai
25. Kisaran salinitas antara 34,10 psu sampai densitas dipermukaan berkisar antara 20,85-
34,50 psu merupakan salinitas yang berasal 21,49 km/m3 dengan nilai rata-rata dan
dari massa air intermediate Pasifik Utara simpangan baku masing-masing 21,21 kg/m3
(Radjawane & Hadipoetranto, 2014). dan 0,12 kg/m3. Nilai densitas minimum
terdapat di stasiun 26, adapun nilai densitas
Distribusi spasial densitas air laut pada maksimum terdapat di stasiun 1. Di kedalaman
kedalaman permukaan dan 600 m di perairan 600 m, nilai densitasnya lebih tinggi
Kepulauan Sangihe Talaud digambarkan dibandingkan dengan densitas dipermukaan.
masing-masing pada Gambar 6 dan 7. Di Densitas pada kedalaman 600 m berkisar
permukaan, terdapat tiga zonasi sebaran antara 27,01-27,12 km/m3 dengan nilai rata-
densitas yang berbeda. Sebaran densitas rata sebesar 27,06 km/m3 dan simpangan
maksimum dengan nilai diatas 21,40 kg/m3 baku 0,03 km/m3 (Tabel 1). Densitas tertinggi
berada di sisi sebelah selatan pada posisi pada kedalaman 600 m terdeteksi pada
geografis bujur 125o-127o BT dan lintang 1.50o- stasiun 21, sedangkan densitas terendah
2,00o LU. Sebaran densitas minimum dengan terdapat pada Stasiun 14.
196 Sebaran Spasial Suhu, Salinitas dan Densitas (M.F.A. Ismail & A. Taofiqurohman)
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2020 Vol. 23(2):191-198
Gambar 6. Sebaran spasial densitas air laut permukaan di perairan Kepulauan Sangihe Talaud pada
bulan Oktober 2018.
Gambar 7. Sebaran spasial densitas air laut pada kedalaman 600 m di perairan Kepulauan Sangihe
Talaud pada bulan Oktober 2018.
Sebaran Spasial Suhu, Salinitas dan Densitas (M.F.A. Ismail & A. Taofiqurohman) 197
Jurnal Kelautan Tropis Juni 2020 Vol. 23(2):191-198
Sci., 227:106314. doi: 10.1016/j.ec Li, M., Gordon, A.L., Wei, J., Gruenberg, K., &
ss.2019.106314. Jiang, G.Q., 2018. Multidecadal Timeseries
Brown, E., Colling, A., Park, D., Phillips, J., of the Indonesian throughflow. Dynam.
Rothery, D., & Wright, J., 2004, Ocean Atmos. Ocean, 81: 84-95. doi:
Circulation, Ed.2, The Open University, 10.1016/j.dynatmoce.2018 .02.001.
Milton Keynes. 286 pp. Liang, L., Xue, H., & Shu, Y. 2019. The Indonesian
Cao, L., & Zhang, H., 2017. The role of Throughflow and the circulation in the
biological rates in the simulated warming Banda Sea: A Modelling Study, J.
effect on oceanic CO2 uptake. J. Geophys. Res Oceans, 124:3089-3106. doi:
Geophy. Res.: Biogeosci., 122:1098-1106. 10.1029/2018JC014926.
doi: 10.1002/2016JG003756 Radjawane, I.M., & Hadipoetranto, P.P., 2014,
Feng, M., Zhang, N., Liu, Q., & Wijffels, S., 2018. Karakteristik Massa Air Laut di
The Indonesian throughflow, its variability Percabangan Arus Lintas Indonesia
and centennial change. Geosci. Lett., 5. Perairan Sangihe Talaud Menggunakan
(3):1-10. doi: 10.1186/s40562-018-0102-2. Data Index Satal 2010, J. Ilmu Teknol.
Gordon, A.L., 2005. Oceanography of the Kelaut. Trop., 6(2):525-536.
Indonesian Seas and Their Through-flow, Schlitzer, R., 2015, Data Analysis and
Oceanograp., 18:14-27. doi: 10.5670/ Visualization with Ocean Data View,
oceanog.2005.01. CMOS Bulletin SCMO, 43(1):9-13.
Gordon, A.K., & Fine, R., 1996. Pathway of Sprintal, J., Gordon, A, L., Koch-Larrouy, A.,
water between the Pacific and Indian Lee, T., Potemra, J, T., Pujiana, K., & Wijffels,
oceans in the Indonesian seas, Lett. S, E., 2014. The Indonesian seas and their
Nature, 379:146-149. doi : 10.1038/3791 role in the coupled ocean-climate system.
46a0. Nat. Geosci., 7:487-492. doi:
Gutierrez, M.F., Tavşanoğlu, Ü.N., Vidal, N., Yu, 10.1038/ngeo2188.
J., Teixeira-de Mello, F., Çakiroglu, A.I., He, Susanto, R.D., & Song, T., 2015. Indonesian
H., Liu, Z. & Jeppesen, E., 2018. Salinity throughflow proxy from satellite altimeters
shapes zooplankton communities and and gravimeters. J. Geophy. Res. Oceans,
functional diversity and has complex 120:2844-2855. doi: 10.1002/
effects on size structure in lakes. 2014JC010382.
Hydrobiologia, 813(1):237-255. doi: Triyulianti, I., Radiarta, I.N., Yunanto, A.,
10.1007/s10750-018-3529-8. Pradisty, N.A., Islami, F., & Putri, M.,R., 2018.
Kashino, Y., Firing, E., Hacker, P., Sulaiman, A., Sistem Karbon Laut di Perairan Laut
& Lukiyanto., 2001, Currents in the Celebes Maluku dan Laut Sulawesi, J. Fish. Marine
and Maluku Seas, February 1999, Res. 2:192-207.
Geophys. Res. Lett., 28(7):1263-1266. doi: Vranes, K., Gordon, A.L. & Ffield, A., 2002. The
10.1029/2000GL011630. Heat Transport of the Indonesian
Kelly, P., Clementson, L., Davies, C., Corney, S., Throughflow and Implications for the
& Swadling, K., 2016. Zooplankton Indian Ocean Heat Budget. Deep
Responses to Increasing Sea Surface Research Part II, 49:1391-1410. doi:
Temperatures in the Southeastern 10.1016/S0967-0645(01)00150-3.
Australia Global Marine Hotspot, Estuar. Wyrtki, K., 1961. Scientific Results of Marine
Coast. Shelf Sci. 180:242-257. doi: Investigations of the South China Sea and
10.1016/j.ecss.2016.07.019. the Gulf of Thailand 1959-1961. NAGA
Lee, T., Fukumori, I. & Menemenlis, D., 2002. report, Vol 2, University of California. pp
Effects of the Indonesian Throughflow on 195.
the Pacific and Indian Oceans. J. Phys. Wyrtki, K., 1987. Indonesian Throughflow and
Oceanograp., 32:1404-1429. doi : 10.11 the Associated Pressure-gradient. J.
75/1520-0485(2002)032<1404:EOTITO>2.0. Geophys. Res., 92:941-946. doi: 10.1029/
CO;2. JC092iC12p12941.
198 Sebaran Spasial Suhu, Salinitas dan Densitas (M.F.A. Ismail & A. Taofiqurohman)