Modul-2 Pengobatan TB

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 180

1

2 MATERI INTI - 2
3 PENGOBATAN PASIEN TB RESISTAN OBAT
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31 KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.
32 DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
33 PENGENDALIAN PENYAKIT
34 JAKARTA
35 2016

1 1
2
36
37 TIM PENYUSUN
38
39Pengarah : dr. H. Mohammad Subuh, MPPM
40 dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes
41
42Penanggung jawab : dr. Asik Surya, MPPM
43
44Editor : Nurjanah, SKM, M.Kes
45 dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
46 dr. Endang Lukitosari, MPH
47Kontributor:
481. Afrialiliani, S.Kom
492. Arifin Nawas, dr., Sp. P.
503. Arto Yuwono, dr., Sp.PD
514. Ayu Hartini Pramadyani, dr.
525. Betty Nababan, dr.
536. Dina Frasasti, SKM
547. Diah Handayani, dr. Sp.P
558. Eka Sulistiany, dr.
569. Erlina Burhan, dr. Sp.P
5710. Fatiyah Isbaniah, dr., Sp. P
5811. Fenny, dr
5912. Fita Rosemary, dr
6013. Hanifah Rizky PS, SKM
6114. Harsini Kusumo, dr. Sp.P
6215. HD. Djamal, dr., M.Si
6316. Irfan Ediyanto, dr.
6417. Jane Sugiri, dr. Sp.P
6518. Joko Siswanto, Drs., M. Kes.
6619. Katamanis Tarigan, Dra., SKM
6720. Merry Samsuri, dr.
6821. Mikyal Faralina, SKM
6922. Prayudi S, dr., Sp. PD (K)
7023. Priyanti Z Soepandi, dr., Sp. P(K)
7124. Purwantyastuti, Prof. Dr., Sp. F(K), MSc
7225. Ratih Pahlesia, dr., Sp.P

3 2
4
7326. Ratna Ekasari, dr
7427. Rena Titis Nur, SKM
7528. Retno Kusuma Dewi, dr.
7629. Ronny Chandra S. Si, M. Biomed
7730. Rudy Hutagalung
7831. Saida Nurmala Debataradja, SKM
7932. Setiawan Jati Laksono, dr.
8033. Setya Budiono, dr., MARS
8134. Siti Nur Anisah, drg., MPH
8235. Soedarsono, dr. Sp.P
8336. Sri Prihatini, dr., Sp. P.
8437. Sulistyo SKM, M. Epid
8538. Surjana, SKM, M.Sc
8639. Suwandi, SKM, M. Epid
8740. Tiar Salman, ST, MM
8841. Tiara Verdinawati, SKM
8942. Triana Yuliarsih, SKM
9043. Tutik Kusmiati, dr., Sp. P
9144. Yusuf Said, SH
9245. Zulrasdy Djairas, dr. SKM
93
94
95
96

5 3
6
97 DAFTAR SINGKATAN
98
993TC = Lamivudine
100ADSM = Active Drug Safety Monitoring
101Am = Amikasin
102Amx-Clv = Amoksilin Clavulanat
103ART = Anti Retroviral Therapy
104ARV = Anti Retroviral (Obat)
105ASI = Air Susu Ibu
106AZT = Zidovudine
107BB = Berat Badan
108Bdq = Bedaquilin
109BPOM = Badan Pengawas Obat Makanan
110BTA = Basil Tahan Asam
111CD4 = Cluster of differentiation 4
112CEM = Cohort Event Monitoring
113Cfz = Clofazimin
114Cl = Chlorida
115Cm = Capreomycin
116CTJ = Ceramah Tanya Jawab
117Cs = Sikloserin
118Dlm = Delamanid
119DM = Diabetes Mellitus
120DOT = Directly Observed Treatment
121DOTS = Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy
122DST + Drug Sensitivity Test
123E = Etambutol
124EFV = Efavirenz
125EKG = Elektro Kardio Grafik
126Eto = Etionamid
127ESO = Efek Samping Obat
128Fasyankes = Fasilitas Pelayanan Kesehatan
129FLD = First Line Drug
130Gfx = Gatifloksasin
131H = Isoniazid
132HEPA = High-efficiecy Particulate Absorption
133HIV = Human Immunodeficiency Virus

7 4
8
134I = Invalid
135Ipm = Imipenem-silastatin
136IRIS = Immune Reconstitution Inflamantory Syndromes
137KIE = Komunikasi Informasi Edukasi
138Km = Kanamisin
139Lfx = Levofloksasin
140Lzd = Linezolid
141LPV/r = Lopinavir/ Ritonavir
142LSM = LembagaSwadayaMasyarakat
143MDR = Multi Drugs Resistance
144Mfx = Moksifloksasin
145MGIT = Mycobacteria Growth Indicator Tube
146Mg = Miligram
147M. Tb = Mycobacterium Tuberculosis
148MTPTRO = Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberculosis Resistan Obat
149Na = Natrium
150Neg = Negatif
151OAD = Obat Anti Diabetika
152OAT = Obat Anti Tuberculosis
153ODHA = Orang Dengan HIV/AIDS
154Ofl = Ofloksasin
155PAS = Para amino salisilat
156PCP = Pneumonia Carinii Pneumocystis
157PHBS = Perilaku Hidup Bersih Sehat
158PMDT = Programmatic Management of Drug-resistant TB
159PMO = Pengawas Menelan Obat
160PPI = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
161PPK = Pengobatan Profilaksis Kotrimoksasol
162Pto = Protionamid
163PV = Pharmacovigilans
164R = Rifampisin
165RO = Resistan Obat
166RR = Rifampisin Resistan
167S = Streptomycin
168SAES = Serious Adverse Event
169SAR = Serious Adverse Reaction
170SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

9 5
10
171SGPT = Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
172SLD = Second-line drugs
173SR = Sensitif Rifampisin
174SUSAR = Suspected Unexpected Serious Adverse Reaction
175TAK = Tim Ahli Klinis
176TB = Tuberkulosis
177TB RR = TB Resistan Rifampisin
178TCM = Tes Cepat Molekuler
179TDF = Tenofovir Disoproxil Fumarate
180TPK = Tujuan Pembelajaran Khusus
181TPU = Tujuan Pembelajaran Umum
182TSH = Thyroid stimulating hormon
183Trd = Tenzidon
184UAR = Unexpected Adverse Reaction
185Vit = Vitamin
186WHO = World Health Organization
187XDR = Extensively Drugs Resistant
188Z = Pirazinamid

11 6
12
189 DAFTAR ISI
190
191I.DESKRIPSI SINGKAT 9
192II.TUJUAN PEMBELAJARAN 10
193III. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN 10
194IV. METODE DAN ALAT BANTU 11
195V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 11
196VI.URAIAN MATERI
197 A. Prinsip Pengobatan TB Resistan Obat
198 1. Penetapan PAsien TB RO Yang Akan Diobati 14
199 2. Upaya Meningkatkan Kesediaan Pasien Menjalani Pengobatan 16
200 3. Jenis OAT Untuk Pengobatan TB RO 17
201 4. Paduan Pengobatan TB RO di Indonesia 33
202 5. Dosis OAT RO 35
203 B. Pengobatan TB Resistan Obat
204 1. Persiapan Awal Sebelum Memulai Pengobatan 37
205 2. Penetapan Paduan dan Dosis OAT RO di Indonesia 41
206 3. Tahapan Pengobatan TB RO 45
207 4. Pemantauan Pengobatan Pasien TB RO 51
208 5. Tatalaksana Pasien Berobat Tidak Teratur 55
209 6. Tatalaksana Kasus Gagal Pengobatan 57
210 7. Penetapan Hasil Pengobatan Pasien TB RO 62
211 8. Pencatatan dan Pelaporan Pengobatan TB RO 64
212 C. TATALAKSANA PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT ANAK 94
213 D. TATALAKSANA PENGOBATAN PASIEN KO-INFEKSI HIV
214 1. Prinsip Kolaborasi TB RO-HIV 95
215 2. Persiapan Pengobatan Ko-infeksi TB RO dan HIV 96
216 3. Tatacara Pengobatan Pasien TB RO-HIV 96
217 4. Potensi Interaksi Obat Antara OAT RO dan ART 98
218 5. Potensi Toksisitas Obat Antara OAT RO dan ART 98
219 6. Monitoring Pengobatan TB RO dan HIV 102
220 7. Manajemen Sindrom Pemulihan Kekebalan (IRIS) 103
221 8. Tatalaksana Efek Samping OAT RO dan HIV 103
222 E. PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT PADA KEADAAN KHUSUS 108
223 F. PENGOBATAN ADJUVAN PADA TB RESISTAN OBAT 112
224 G. PENANGANAN EFEK SAMPING OAT RO
225 1. Prinsip Pemantauan Efek Samping 113

13 7
14
226 2. Tempat Penatalaksanaan Efek Samping 113
227 3. Efek Samping OAT RO dan Penatalaksanaannya 113
228 4. Pelaporan Kejadian Efek Samping 125
229 H. PESAN KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PASIEN TB RO 129
230
231
232
233
234
235
236
237

15 8
16
238I. DESKRIPSI SINGKAT
239
240 Pengobatan pasien Tuberculosis Resistan Obat (TB RO) dapat dilaksanakan di semua
241 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terlatih sesuai dengan tingkat kemampuan
242 dan sumber daya yang dimiliki. Penetapan diagnosa TB RO dilakukan oleh dokter
243 terlatih di fasyankes berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan M.tuberkulosis
244 (M.Tb), baik dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) maupun metode biakan konvensional.
245 Penatalaksanaan pasien TB RO menggunakan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
246 yang sesuai dengan hasil uji kepekaan obat serta mengikuti pedoman yang diberikan
247 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
248
249 Pengobatan pasien TB RO terdiri atas 2 (dua) tahap: tahap awal dan tahap lanjutan.
250 Pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (Directly Observed Treatment =
251 DOT) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) yaitu petugas kesehatan atau kader
252 kesehatan terlatih sesuai tahap pengobatan dan kewenangannya. Pengawasan
253 dilaksanakan dengan ketat dalam arti pasien harus dalam pengawasan penuh oleh
254 petugas atau kader kesehatan terlatih ketika pasien menelan obat.
255
256 Pengobatan TB RO memerlukan waktu lebih lama daripada pengobatan pasien TB
257 bukan RO dengan efek samping yang lebih banyak, tetapi bagi pasien merupakan
258 pilihan terakhir agar dapat sembuh, bahkan mungkin sebagai pilihan terakhir agar dapat
259 tetap hidup.
260
261 Materi pengobatan Pasien TB RO ini mencakup prinsip pengobatan, pemantauan
262 kemajuan pengobatan, deteksi efek samping, menetapkan tahapan pengobatan dan
263 menentukan hasil akhir pengobatan. Selain itu setiap petugas kesehatan harus mencatat
264 semua tindakan yang diberikan dan hasilnya dalam suatu sistem pencatatan yang baku.
265
266
267
268
269
270
271

17 9
18
272II. TUJUAN PEMBELAJARAN
273 A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
274 Setelah mengikuti materi, peserta mampu melakukan tatalaksana pengobatan
275 pasien TB RO.
276
277 B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
278 Setelah mengikuti materi, peserta mampu:
279 1. Menjelaskan Prinsip Pengobatan TB RO
280 2. Melakukan Pengobatan TB RO
281 3. Melakukan Tatalaksana pengobatan TB RO pada anak
282 4. Melakukan Tatalaksana pengobatan pada pasien koinfeksi TB RO dan HIV
283 5. Melakukan Pengobatan TB RO pada keadaan khusus
284 6. Melakukan pengobatan adjuvan
285 7. Melakukan penanganan efek samping OAT TB RO
286 8. Menjelaskan pesan komunikasi efektif dalam pengobatan pasien TB RO
287
288III. POKOK BAHASAN dan SUB POKOK BAHASAN
289 A. Prinsip Pengobatan TB RO
290 1. Penetapan pasien TB RO yang akan diobati
291 2. Upaya meningkatkan enrollment dengan 5M (Mengkaji,
292 Menyarankan, Menyetujui, Membantu, dan Menjadualkan)
293 3. Jenis OAT untuk pengobatan TB RO
294 4. Paduan pengobatan TB RO di Indonesia
295 5. Dosis OAT RO
296
297 B. Pengobatan TB RO
298 1. Persiapan awal sebelum memulai pengobatan TB RO
299 2. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO
300 3. Tahapan pengobatan TB RO
301 4. Pemantauan pengobatan pasien TB RO
302 5. Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
303 6. Tatalaksana kasus gagal pengobatan
304 7. Penetapan hasil pengobatan pasien TB RO
305 8. Pencatatan dan pelaporan
306
307 C. Tatalaksana pengobatan TB RO pada anak

19 10
20
308 D. Tatalaksana pengobatan pada pasien koinfeksi TB RO dan HIV
309 E. Pengobatan TB RO pada keadaan khusus
310 F. Pengobatan adjuvan
311 G. Penanganan efek samping OAT TB RO
312 H. Pesan komunikasi efektif dalam pengobatan pasien TB RO
313
314IV. METODE DAN ALAT BANTU BAHAN BELAJAR
315 A. Metode
316 1. Ceramah
317 2. Tanya jawab
318 3. Pembelajaran Kelompok Kecil
319 4. Curah Pendapat
320 5. Tugas baca,
321 6. Penugasan kasus,
322 7. Pengisian formulir
323
324 B. Alat bantu pembelajaran
325 1. Flipchart
326 2. Whiteboard
327 3. Spidol
328 4. Modul
329 5. Lembar Kasus
330 6. Lembar persetujuan pengobatan
331 7. Formulir pencatatan TB.05
332 8. Formulir pencatatan TB. 01 MDR
333 9. Formulir pencatatan TB.02 MDR
334 10. Formulir Data Dasar Pengobatan
335 11. Petunjuk penugasan
336 12. Audiovisual
337
338V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
339 Langkah 1: Penyiapan Proses pembelajaran
340 Kegiatan Fasilitator:
341 1. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelompok.

21 11
22
342 2. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat dan memperkenalkan diri
343 dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan materi yang akan
344 disampaikan.
345 3. Bila belum ada, menugaskan kelompok untuk memilih ketua dan penjaga waktu.
346 4. Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud dengan
347 Pengobatan pasien TB RO dengan metode curah pendapat/ brainstorming.
348 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang lingkup bahasan Pengobatan TB RO
349 6. Memandu peserta untuk membaca Deskripsi singkat dan Tujuan pembelajaran.
350
351 Kegiatan Peserta
352 1. Mempersiapkan nama untuk ditaruh di meja, serta alat tulis yang diperlukan.
353 2. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Fasilitator.
354 3. Memilih ketua dan pengatur waktu (bila belum terpilih).
355 4. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
356 5. Membaca bagian materi sesuai instruksi dari fasilitator.
357 6. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas dan
358 perlu klarifikasi.
359
360 Langkah 2 : Review pokok bahasan
361 Kegiatan Fasilitator
362 1. Menyampaikan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Pengobatan TB RO
363 secara garis besar dalam waktu yang singkat.
364 2. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca bagian materi Pokok
365 Bahasan dan sub pokok bahasan dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
366 3. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
367
368 Kegiatan Peserta
369 1. Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
370 2. Membaca materi dan mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator sesuai materi dan
371 kesempatan yang diberikan.
372 3. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Fasilitator.
373
374 Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan
375 Kegiatan Fasilitator
376 1. Memandu peserta untuk membaca materi dan memberikan bimbingan di dalam
377 proses pembelajaran.

23 12
24
378 2. Menugaskan peserta untuk mengerjakan latihan dan studi kasus yang terdapat pada
379 materi sesuai dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan.
380
381 Kegiatan Peserta
382 1. Mendengar, membaca, mencatat dan menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada
383 Fasilitator.
384 2. Mengerjakan latihan dan studi kasus sesuai dengan materi pembelajaran dan
385 penugasan yang terdapat pada materi.
386
387 Langkah 4: Pembahasan hasil latihan, studi kasus dan demonstrasi dikaitkan
388 dengan pokok bahasan serta situasi dan kondisi di tempat tugas.
389 Kegiatan Fasilitator
390 1. Memimpin proses penugasan latihan dan demonstrasi sesuai materi pembelajaran
391 yang sedang dibahas.
392 2. Memberikan arahan agar peserta dapat mengkaitkan bahan latihan dengan situasi
393 dan kondisi di tempat kerja.
394 3. Merangkum hasil pembahasan, dan memberikan penekanan pada hal-hal yang
395 penting.
396
397 Kegiatan Peserta
398 1. Mengerjakan latihan dan melihat demonstrasi sesuai dengan materi yang sedang
399 dibahas.
400 2. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh Fasilitator.
401 3. Bersama Fasilitator mengkaitkan hasil latihan dengan situasi dan kondisi di tempat
402 kerja.
403
404 Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
405 Kegiatan Fasilitator
406 1. Melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sesuai pokok bahasan dan
407 meminta peserta mengerjakan Evaluasi Akhir Materi.
408 2. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
409 3. Mendiskusikan rangkuman butir-butir penting proses pembelajaran Pengobatan TB
410 RO.
411 4. Membuat kesimpulan.
412 Kegiatan Peserta

25 13
26
413 1. Menjawab pertanyaan yang diajukan Fasilitator dan mengerjakan Evaluasi Akhir
414 Modul.
415 2. Mencatat rangkuman hasil proses pembelajaran kepemimpinan dan gaya
416 kepemimpinan.
417VI. URAIAN MATERI
418 A. PRINSIP PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT
419 1. Penetapan pasien TB RO yang akan di obati.
420 Penetapan pasien dan keputusan untuk memulai pengobatan pasien TB RO
421 dilakukan oleh dokter terlatih di Fasyankes Rujukan TB RO dan Fasyankes TB
422 RO yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI melalui Dinas Kesehatan
423 Provinsi. Dokter terlatih TB RO di Fasyankes dibagi sesuai tingkat layanannya :
424 a. Tim Ahli Klinis (TAK) untuk Fasyankes Rujukan TB RO
425 b. Dokter ahli atau dokter umum terlatih TB RO di Fasyankes TB RO
426
427 Tim Ahli Klinis (TAK) adalah kelompok fungsional di Fasyankes Rujukan TB RO,
428 yang memiliki peranan dan bertanggung jawab dalam hal:
429 a. Menetapkan diagnosis
430 b. Menetapkan pengobatan
431 c. Menetapkan paduan dan dosis OAT yang digunakan,
432 d. Bekerjasama dengan tim terapeutik untuk menangani efek samping berat,
433 serta masalah yang memerlukan masukan,
434 e. Menetapkan hasil akhir pengobatan,
435 f. Melakukan koordinasi melalui jejaring internal dan eksternal,
436 g. Memastikan keberlangsungan pengobatan di fasyankes yang bersangkutan,
437 h. Memberikan bimbingan pada Fasyankes TB RO dan satelit yang masuk
438 dalam jejaringnya.
439
440 Catatan :
441 Pertemuan Tim Ahli Klinis dilaksanakan secara berkala sesuai kebutuhan,
442 kecuali bila ada hal mendesak yang harus segera diputuskan maka pertemuan
443 bisa dilakukan di luar jadual.
444
445 Dokter terlatih di Fasyankes TB RO memiliki peranan dan bertanggung jawab
446 dalam hal:
447 a. Menetapkan diagnosis
448 b. Melakukan rujukan ke Fasyankes Rujukan TB RO untuk pasien TB pre XDR

27 14
28
449 dan TB XDR.
450 c. Menetapkan pengobatan
451 d. Menetapkan paduan dan dosis OAT
452 e. Berkonsultasi dengan TAK di Fasyankes Rujukan TB RO untuk tata laksana
453 efek samping serta komorbid yang tidak bisa ditangani di Fasyankes TB RO,
454 f. Menetapkan hasil akhir pengobatan,
455 g. Melakukan koordinasi melalui jejaring internal dan eksternal,
456 h. Memastikan keberlangsungan pengobatan,
457 i. Memberikan bimbingan pada fasyankes satelit yang ada dalam jejaringnya.
458
459 Dokter di Fasyankes Satelit TB RO memiliki peranan dan bertanggung jawab
460 dalam hal :
461 a. Melanjutkan pengobatan yang telah didesentralisasi dari Fasyankes Rujukan
462 TB RO atau Fasyankes TB RO
463 b. Berkonsultasi dengan TAK di Fasyankes Rujukan TB RO atau Fasyankes TB
464 RO untuk tata laksana efek samping serta komorbid yang tidak bisa ditangani
465 di Fasyankes Satelit,
466 c. Melakukan monitoring untuk pemeriksaan rutin ke Fasyankes Rujukan TB RO
467 atau Fasyankes TB RO
468 d. Melakukan koordinasi melalui jejaring internal dan eksternal,
469 e. Memastikan keberlangsungan pengobatan.
470
471 Pada prinsipnya semua pasien TB RO harus mendapatkan pengobatan dengan
472 mempertimbangkan kondisi klinis awal. Tidak ada kriteria klinis tertentu yang
473 menyebabkan pasien TB RO harus dieksklusi dari pengobatan.
474
475 Tabel 1. Kriteria untuk penetapan pasien TB RO yang akan diobati.
Kriteria Keterangan
1. Pasien TB RO  Pasien dewasa (≥15 tahun) yang terbukti TB RO
berdasarkan pemeriksaan genotipik (tes cepat) atau
pemeriksaan fenotipik (uji kepekaan konvensional).
 Pasien anak (0-14 tahun) yang terdiagnosis secara
klinis atau terbukti TB RO menggunakan metode
pemeriksaan genotipik atau fenotipik yang bisa
diaplikasikan pada anak.
2. Bersedia  Petugas kesehatan memberikan penjelasan yang
menjalani cukup kepada pasien dan keluarga.

29 15
30
program  Pasien yang bersedia berobat menandatangani
pengobatan lembar informed consent.
menandatangani  Bagi pasien yang menolak pengobatan
informed menandatangani informed refusal
consent
476 Tabel 2 : Pasien TB RO dengan kondisi khusus
Kondisi Khusus Keterangan
1. Penyakit penyerta Kondisi berat karena penyakit penyerta, berdasar riwayat
yang berat penyakit dan pemeriksaan laboratorium
(contoh: ginjal, hati, epilepsi dan gangguan jiwa)
2. Kelainan fungsi Kenaikan SGOT/SGPT > 3 kali nilai normal atau terbukti
hati menderita penyakit hati kronik
3. Kelainan fungsi kadar kreatinin > 2,2 mg/dl
ginjal
4. Ibu Hamil Wanita hamil trimester pertama
5. Kelainan DM yang tidak terkontrol atau gangguan fungsi tiroid
Endrokrin
6. HIV HIV dengan ARV
477
478 Kondisi pasien pada tabel 2 adalah kondisi khusus yang harus diperhatikan oleh
479 Fasyankes Rujukan TB RO dan fasyankes TB RO sebelum memulai
480 pengobatan. Penetapan untuk mulai pengobatan diputuskan oleh TAK di
481 Fasyankes Rujukan TB RO dengan masukan dari Tim Terapeutik (bila ada).
482 Untuk Fasyankes TB RO disarankan untuk melakukan konsultasi dengan TAK
483 dan atau Tim Terapeutik di Fasyankes Rujukan TB RO yang merupakan
484 jejaringnya.
485
486 Tim Terapeutik adalah kelompok fungsional yang terdiri dari berbagai disiplin
487 ilmu/ para ahli yang sesuai dengan kebutuhan pasien TB RO. Misalnya : ahli
488 penyakit dalam, ahli kardiologi, ahli nefrologi, ahli THT, ahli mata, ahli syaraf, ahli
489 patologi klinik, ahli kesehatan jiwa, ahli psikologi, ahli farmakologi, ahli penyakit
490 kulit dan kelamin dll.
491
492 2. Upaya meningkatkan kesediaan pasien menjalani pengobatan (enrollment)
493 Pengobatan pasien TB RO memerlukan waktu yang cukup lama. sehingga perlu
494 upaya khusus dan kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan pasien
495 untuk menjalani pengobatan. Upaya khusus tersebut melalui pendekatan 5 M
496 yaitu :
497 a. Mengkaji

31 16
32
498 Melakukan kajian terkait kondisi fisik dan psikososial pasien melalui
499 wawancara maupun status klinis pasien. Termasuk hasil k unjungan
500 lapangan atau informasi petugas yang melakukan kunjungan.
501 b. Memotivasi dan menyarankan
502 Saran yang diberikan mencakup anjuran pengobatan untuk pasien, edukasi
503 pasien, menyiapkan pasien dan keluarga untuk dapat menjalani pengobatan
504 tanpa ada kendala psikososial. Dalam hal menentukan pilihan, sebaiknya
505 pasien diikutsertakan dalam diskusi keuntungan dan kerugian serta hindari
506 mendikte.
507 c. Menyetujui
508 Pasien menyetujui berarti paham dan bersedia menjalani pengobatan.
509 Persetujuan pengobatan dalam bentuk dokumen tertulis (inform consent).
510 Jika pasien belum menyetujui, petugas kesehatan harus tetap memberikan
511 motivasi sampai pasien bersedia menjalani pengobatan.
512 d. Membantu
513 Petugas kesehatan membantu pasien jika pasien memiliki hambatan untuk
514 memulai pengobatan dengan memberikan saran dan alternatif solusi sesuai
515 dengan kendala yang dihadapi. Petugas kesehatan dapat membantu
516 menghubungkan pasien dengan pekerja sosial atau LSM yang terlibat dalam
517 kegiatan TB RO.
518 e. Menjadualkan
519 Petugas kesehatan bersama pasien menyepakati jadual kapan memulai
520 pengobatan.
Setelah memahami proses persiapan pasien TB RO di atas
silahkan lanjutkan ke bagian selanjutnya
521
522
523
524
525 3. Jenis OAT untuk pengobatan TB RO.
526
527 Tabel 3. Pengelompokan OAT
Grup Golongan Jenis Obat
A Florokuinolon  Levofloksasin (Lfx)
 Moksifloksasin (Mfx)
 Gatifloksasin (Gfx)*
B OAT suntik lini  Kanamisin (Km)

33 17
34
kedua  Amikasin (Am)*
 Kapreomisin (Cm)
 Streptomisin (S)**

C OAT oral lini  Etionamid (Eto)  Terizidon (Trd)*


Kedua  Protionamid (Pto)*  Clofazimin (Cfz)
 Sikloserin (Cs)  Linezolid (Lzd)

A D1 OAT lini  Pirazinamid (Z)


D pertama  Etambutol (E)
D  Isoniazid (H) dosis
tinggi
O
D2 OAT baru  Bedaquiline (Bdq)
N
 Delamanid (Dlm)*
D3 OAT tambahan  Asam para  Amoksilin
A
aminosalisilat (PAS) clavulanat (Amx-
G
 Imipenem-silastatin Clv)*
E
(Ipm)*  Thioasetazon (T)*
N
 Meropenem (Mpm)*
T
S
528
529 Keterangan:
530 *Tidak disediakan oleh program
531 **Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada kondisi
532 tertentu dan tidak disediakan oleh program
533
534 Pengobatan pasien TB RO di Indonesia menggunakan paduan OAT yang
535 terbagi dalam 7 Grup seperti tabel 3 di atas. Berikut ini adalah penjelasan singkat
536 mengenai jenis-jenis OAT yang dipakai dalam pengobatan pasien TB RO beserta
537 informasi farmakologis singkat mengenai obat-obat tersebut.
538
539 a. Grup A: Fluroquinolon
Golongan Fluorokuinolon
Jenis Obat Uraian
Levofloxacin  Bersifat bakterisidal tinggi.
(Lfx)  2 kali lebih kuat dari ofloxacin.
 Berupa tablet dengan kemasan 250 mg

35 18
36
 Penyimpanan dalam wadah kedap udara pada suhu
kamar (15-25°C).
 Pemberian oral jangan bersamaan dengan pemberian
obat yang mengandung Fe, Mg, vitamin, didanosine,
sucralfat. Dapat diberikan bersama susu.
 Diserap hampir disemua organ tubuh, 30-50%
terserap oleh selaput otak (meninges) yang
meradang.
 Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui.
 Efek samping: biasanya tidak ada. Kadang dijumpai
keluhan gastro intestinal, sakit kepala, diare,
fotosensitivitas. Sangat jarang dijumpai adanya
neuropati.
 Interaksi obat:
o Jangan diberikan pada pasien yang minum obat
anti arritmia: quinidin, procainamid, amiodarone &
sotalol.
o Pemberian sucralfat menurunkan absorbsi
fluoroquinolon.
o Pemberian antasida (seperti: Mg, Al, Calsium atau
Didanosine) akan menurunkan absorbsi dan
menghilangkan efek terapeutik fluoroquinolon.
o Pemberian probenesid akan menurunkan sekresi
fluoroquinolon di ginjal yang mengakibatkan
sekitar 50% peningkatan serum fluoroquinolon.
o Pemberian suplemen vitamin yang mengandung
Zn dan Fe akan mengurangi absorbsinya.
o Pemberian fluoroquinolon bersamaan dengan
mexiletin akan meningkatkan konsentrasi
mexiletin.
 Kontra-Indikasi: kehamilan, hipersensitivitas terhadap
fluoroquinolon, kelainan jantung dengan adanya
pemanjangan gelombang QT pada EKG
(Elektrokardiografi).
 Tidak perlu pemantauan laboratorium.
 Pantau pasien untuk timbulnya:

37 19
38
o Rasa sakit & pembengkakan persendian,
o Kemerahan pada kulit,
o Kekuningan pada mata dan kulit,
o Bingung, diare dan kesulitan bernafas.
Moksifloksasin  Bersifat bakterisidal tinggi.
(Mfx)  Merupakan generasi kuinolon yang lebih baru
dibanding Levofloksasin.
 Berupa tablet dengan kemasan 400mg
 Penyimpanan dalam wadah kedap udara pada suhu
kamar (15-25°C).
 Memiliki tingkat absorbsi oral yang bagus dengan
tingkat bioavailabilitas mencapai 90%. Diberikan
dengan jeda 2 jam sebelu atau 4 jam sesudah
mengkonsumsi susu, antasid dan obat-obatan yang
mengandung kation divalent (Fe, Mg, Ca, Zn, vitamin,
didanosin, sucralfat).
 Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui.
 Efek samping: Yang sering dikeluhkan berupa mual,
diare, sakit kepala dan insomnia. Efek samping berat
yang jarang ditemukan berupa ruptur tendon,
athralgia, hepatotoksisitas, pemanjangan gelombang
QTc dan hiper/ hipoglikemia.
 Instruksi kepada pasien:
o Moksifloksasin bisa diberikan dengan makanan,
tetapi tidak dengan susu atau produk olahan susu.
o Pemberian sucralfat dan antasida (seperti: Mg, Al,
Calsium atau Didanosine) akan menurunkan
absorbsi dan menghilangkan efek terapeutik
fluoroquinolon.
o Pemberian probenesid akan menurunkan sekresi
fluoroquinolon di ginjal yang mengakibatkan
sekitar 50% peningkatan serum fluoroquinolon.
o Pemberian suplemen vitamin yang mengandung
Zn dan Fe akan mengurangi absorbsinya.
o Pemberian fluoroquinolon bersamaan dengan
mexiletin akan meningkatkan konsentrasi

39 20
40
mexiletin.
 Monitoring efek samping: dengan melakukan
monitoring terhadap symtom.
 Pantau pasien untuk timbulnya:
o Rasa sakit & pembengkakan persendian dan
tendon terutama pada enkel dan siku.
o Kemerahan pada kulit,
o Kekuningan pada mata dan kulit,
o Bingung, diare dan kesulitan bernafas.
540
541 b. Grup B: OAT suntik lini kedua
Golongan Aminoglikosida
Jenis Obat Uraian
Kanamisin  Bersifat bakterisidal.
(Km)  Sediaan dalam bentuk vial atau ampul,kemasan 1 gr.
 Berupa obat suntik bentuk cair atau serbuk yang harus
dilarutkan dengan aqua pro-injeksi untuk penyuntikan,
diberikan secara intra muskuler.
 Penyimpanan: bentuk bubuk dan cairan tetap stabil pada
suhu kamar (15-25°C). Setelah dilarutkan harus dipakai
pada hari yang sama.
 Penyuntikan dianjurkan bergantian kiri dan kanan, bila
disuntikkan pada tempat yang sama terus menerus dapat
mengakibatkan absorbsi intramuskuler berkurang.
 Bisa menembus selaput otak yang meradang.
 Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui,
pasien dengan penyakit ginjal, penyakit hati serta mereka
yang hipersensitif terhadap aminoglikosida.
 Efek samping:
o Paling sering rasa sakit ditempat suntikan,
o Bisa menyebabkan gagal ginjal yang reversibel.
o Kadang terjadi gejala pengurangan pendengaran,
gejala keseimbangan yang menetap, neuropati
perifer.
 Pemantauan pemberian kanamisin:
o Pemeriksaan faal ginjal dan elektrolit serum (serum

41 21
42
kreatinin dan Kalium),
o Pemeriksaan fungsi pendengaran sebelum dan
selama pengobatan
 Kontra-Indikasi: Ibu hamil, hipersensitif terhadap
aminoglikosid, hati-hati pemberian pada pasien dengan
kelainan ginjal, kelainan hati, kelainan pendengaran dan
keseimbangan (saraf-VIII).
 Pantau pasien untuk timbulnya gejala: kesulitan bernafas,
pendengaran berkurang, kemerahan, pembengkakan
tempat suntikan, berkurangnya produksi urine.
Streptomisin  Bersifat bakterisidal dengan menghambat sistesis protein.
(S) Tidak memiliki resistensi silang yang bermakna terhadap
obat golongan aminoglikosida yang lain.
 Sediaan dalam bentuk vial atau ampul,kemasan 1 gr.
 Berupa obat suntik bentuk cair atau serbuk yang harus
dilarutkan dengan aqua pro-injeksi untuk penyuntikan,
diberikan secara intra muskuler.
 Penyimpanan: bentuk bubuk dan cairan tetap stabil pada
suhu kamar (15-25°C). Setelah dilarutkan harus dipakai
pada hari yang sama.
 Penyuntikan dianjurkan bergantian kiri dan kanan, bila
disuntikkan pada tempat yang sama terus menerus dapat
mengakibatkan absorbsi intramuskuler berkurang.
 Penetrasi terhadap CSF bervariasi, paling bagus pada
selaput otak yang meradang.
 Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui,
pasien dengan penyakit ginjal, penyakit hati serta mereka
yang hipersensitif terhadap aminoglikosida. Pemberian
pada ibu hamil harus sedapat mungkin dihindari karena
efek gangguan pendengaran pada janin. Bisa diberikan
pada Ibu menyusui.
 Efek samping:
o Paling sering rasa sakit ditempat suntikan,
o Bisa menyebabkan gagal ginjal yang reversibel.
o Ototoksisitas dan gangguan vestibular yang bersifat
menetap,

43 22
44
o neuropati perifer.
o Gangguan elektrolit: hipokalemia, hipokalsemia dan
hipomagnesemia.
 Pemantauan pemberian Streptomisin:
o Pemeriksaan serum kreatinin,
o Pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan
sebelum dan selama pengobatan
 Kontra-Indikasi: Ibu hamil, hipersensitif terhadap
aminoglikosid, hati-hati pemberian pada pasien dengan
kelainan ginjal, kelainan hati, kelainan pendengaran dan
keseimbangan (saraf-VIII).
 Pantau pasien untuk timbulnya gejala: kesulitan bernafas,
pendengaran berkurang, kemerahan (pada tempat
suntikan), pembengkakan tempat suntikan, berkurangnya
produksi urine.
Golongan Polipeptida
Capreomisin  Bersifat bakterisidal.
(Cm)  Sediaan dalam bentuk vial,kemasan 1 gr
 Metabolisme di ginjal, sekresi lewat urin.
 Berupa obat suntik bentuk bubuk yang harus dilarutkan
dengan aqua pro-injeksi untuk penyuntikan, diberikan
secara intra muskuler.
 Penyimpanan: bentuk bubuk tetap stabil pada suhu
kamar (15-25°C). Setelah dilarutkan harus dipakai pada
hari yang sama.
 Penyuntikan dianjurkan bergantian kiri dan kanan, bila
disuntikkan pada tempat yang sama terus menerus dapat
mengakibatkan absorbsi intramuskuler berkurang.
 Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui,
pasien dengan penyakit ginjal, penyakit hati serta mereka
yang hipersensitif terhadap Capreomisin sulfat.
 Efek samping:
o Paling sering rasa sakit ditempat suntikan, gagal
ginjal yang reversibel.
o Kadang terjadi gejala pengurangan pendengaran,
gangguan keseimbangan yang menetap, neuropati

45 23
46
perifer dan gangguan ginjal.
 Pemantauan pemberian Capreomisin :
o Pemeriksaan faal ginjal dan serum elektrolit (serum
kreatinin, Kalium),
o Pemeriksaan fungsi pendengaran sebelum dan
selama pengobatan.
 Kontra-Indikasi: Ibu hamil, hipersensitif terhadap
kapreomisin sulfat, hati-hati pemberian pada pasien
dengan kelainan ginjal, hati, kelainan pendengaran dan
keseimbangan (saraf-VIII).
 Pantau pasien untuk timbulnya gejala: kesulitan bernafas,
pendengaran berkurang, kulit kemerahan,
pembengkakan tempat suntikan dan berkurangnya
produksi urine.
542
543 c. Grup C: OAT oral lini kedua
Golongan Karbotionamida
Jenis Obat Uraian
Ethionamid  Bersifat bakteriostatik tinggi.
(Eto)  Terdapat resistensi silang antara ethionamid dan
prothionamid. Metabolisme sebagian besar di hati.
 Sediaan dalam bentuk tablet 250 mg.
 Penyimpanan pada suhu kamar (15-25°C), dalam wadah
kedap udara.
 Semua organ tubuh dapat menyerap dengan baik
termasuk cairan serebrospinal (LCS).
 Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan ibu menyusui,
pasien dengan penyakit hati, ginjal dan porphyria.
 Efek samping:
o Sering terjadi gangguan sistem pencernaan (mual,
muntah, diare, perut sakit), stomatitis, nafsu makan
menurun, penurunan berat dadan, hipersalivasi dan
terasa logam dilidah.
o Kadang terjadi: reaksi alergi, gangguan jiwa termasuk
depresi, mengantuk, pusing, resah/gelisah, sakit
kepala dan hipotensi postural, gangguan fungsi hati,
ginekomasti, arthralgia, haid tidak teratur, leukopenia

47 24
48
dan hipotiroidisme (terutama bila dikombinasikan
dengan PAS) serta neuropati yang dapat dicegah
dengan pemberian vitamin B6.
o Jarang terjadi: gangguan saraf tepi, saraf mata,
diplopia, pandangan kabur dan sindroma kulit termasuk
ruam kulit, fotosensitivitas, trombositopenia dan
purpura.
 Interaksi obat:
o Penggunaan bersama sikloserin akan mengakibatkan
peningkatan insidensi gangguan saraf, termasuk
kejang-kejang.
o Ethionamid dapat meningkatkan efek samping OAT
lain.
o Penggunaan bersama PAS kemungkinan akan
meningkatkan keracunan hati dan hipotiroidisme.
 Kontra-Indikasi: Pasien dengan gangguan hati berat dan
pasien yang hipersensitif terhadap ethionamid.
 Pemantauan:
o Sebelum dan selama pemberian ethionamid harus
dipantau kemungkinan timbulnya gangguan pada mata
dan gangguan fungsi hati.
o Selama pemberian obat ini harus dipantau kadar gula
darah, kadang dapat terjadi hipoglikemi.
 Perhatikan bila timbul:
o Semua keluhan pada mata: rasa sakit, pandangan
kabur, buta warna.
o Rasa tebal/baal ditangan dan kaki.
o Pendarahan dan ruam yang tak lazim.
o Perubahan perilaku: depresi, bingung atau agresif.
o Kulit ikterik, urine menjadi berwarna gelap, mual dan
muntah.
Golongan Analog D-Alananin
Sikloserin  Bersifat bakteriostatik tinggi,
(Cs)  Memiliki resistensi silang dengan ethionamid &
prothionamid.
 Kemasan bentuk tablet dengan sediaan 250 mg.

49 25
50
 Sebaiknya diminum saat perut kosong, karena makanan
dalam lambung akan menurunkan absorbsi obat.
 Penyimpanan pada suhu kamar (20-25°C), dalam wadah
kedap udara.
 Penyerapan disemua organ baik. Terserap 80-100% di
cairan serebrospinal, terutama pada selaput otak yang
meradang.
 Hati-hati pada ibu hamil dan ibu menyusui serta pasien
dengan penyakit ginjal.
 Efek samping:
o Sering terjadi: gangguan saraf dan kejiwaan, termasuk
sakit kepala, gelisah, gangguan tidur, agresivitas,
depresi, bingung, pusing, mimpi buruk, mengantuk,
sakit kepala hebat, khawatir terus.
o Kadang terjadi: gangguan penglihatan, kelainan kulit,
baal di kulit, tangan dan kaki terasa terbakar, mata
terasa sakit dan ikterus.
o Jarang terjadi: perasaan ingin bunuh diri atau kejang.
 Interaksi obat:
o Pemberian bersama dengan INH dan ethionamid akan
meningkatkan efek samping sistem saraf. Dapat
dicegah dengan pemberian vitamin B6.
o Pemberian bersamaan dengan fenitoin akan
meningkatkan kadar fenitoin darah.
o Minuman mengandung alkohol akan memberikan efek
toksis & meningkatkan kemungkinan kejang.
 Kontra-Indikasi: pasien dengan hipersensitivitas sikloserin,
epilepsi, depresi, psikosis, insufisiensi ginjal berat dan
pecandu minuman keras (miras)
 Pemantauan: bila mungkin dikerjakan pemantauan kadar
sikloserin serum, untuk mencapai dosis ideal. Tidak boleh
lebih dari 30µgr/ml.
 Perhatian bila terjadi:
Kejang, gemetar dan sulit bicara, perubahan tingkah laku
misalnya menjadi agresif, depresi & kecenderungan
menyakiti diri sendiri, rasa khawatir, bingung atau hilang

51 26
52
ingatan serta dan sakit kepala.
Golongan Oksasolidinones
Jenis Obat Uraian
Linezolid  Bersifat bakterisidal dengan menghambat proses sistesis
(Lnz) protein.
 Kemasan: dalam bentuk tablet salut 400 mg dan 600 mg.
 Penyimpanan: pada suhu kamar 15-25 derajat celcius.
 Absorbsi: Dapat diabsorbsi secara hampir sempurna untuk
pemberian oral dan tersebar disemua jaringan.
 Pemberian pada kondisi khusus:
o pasien yang sedang hamil dan menyusui mengingat
terbatasnya data.
o Tidak ada rekomendasi untuk melakukan penyesuaian
dosis pada pasien dengan penyakit ginjal, tetapi
metabolit obat dapat terakumulasi.
o Jarang diasosiasikan dengan peningkatan
transaminase.
 Efek samping:
o Myelosupresi sehingga menimbulkan penurunan kadar
trombosit, leukosit serta anemia.
o Diare dan rasa mual.
o Neuropati optikal dan peripheral yang sifatnya
irreversible. Pemberian Linezolid harus dihentikan.
o Asidosis laktat yand ditandai dengan mual muntah
rekuren, asidosis atau penurunan kadar bikarbonat
yang penyebabnya tidak diketahui pada pasien yang
mendapatkan Linezolid.
 Kontra-Indikasi: Hipersensitivitas terhadap
oksasolidinones, ada simptom neuropati di ektremitas.
 Interaksi obat: hindari pemakaian bersama obat
serotonergik (MAO inhibitor), SSRTI (fluoxetine), anti
depresan trisiklik, lithium, dll, karena bisa menimbulkan
reaksi CNS yang serius seperti sindrom serotonin.
 Monitoring: monitor untuk terjadinya neuropati optis dan
neuropati perifer setiap 2 bulan atau bila terjadi simptom.
Pemeriksaan hitung darah setiap minggu pada awal
pemberian linezolid dilanjutkan dengan pemeriksaan

53 27
54
bulanan dan bila diperlukan/ bila ada simptom.
 Instruksi kepada pasien: Linezolid dapat dikonsumsi
bersama atau tanpa makanan. Hindari makanan atau
minuman yang mengandung tiramin, keju, kecap kedele,
daging kering, bir dan anggur. Beri tahu petugas kesehatan
bila pasien mengkonsumsi obat flu/ anti depresi.
Golongan Iminofenazine
Jenis Obat Uraian
Clofazimin  Mempunyai aktifitas bersifat in vitro terhadap M.tb,
(Cfz) informasi mengenai aktifitas yang bersifat in vivo masih
sangat terbatas. Biasanya diberikan apabila pilihan
terhadap OAT SLD terbatas jumlahnya. Memiliki waktu
paruh selama 70 hari.
 Kemasan: dalam bentuk kapsul 50mg dan 100mg. Hanya
tersedia dalam bentuk sediaan oral.
 Penyimpanan: pada wadah yang tertutup rapat, pada suhu
kamar.
 Absorbsi: Tingkat absorbsi sekitar 70% pada pemberian
secara oral.
 Belum direkomendasikan pemberian kepada wanita hamil
dan menyusui mengingat masih terbatasnya data yang
ada. Bisa menimbulkan hiperpigmentasi pada bayi apabila
diberikan kepada ibu menyusui.
 Hati-hati pemberian pada pasien dengan penyakit hati
karena sifatnya yang secara parsial dimetabolisme di hati.
 Efek samping:
o Warna merah atau oranye pada kulit, konjunctiva,
kornea dan cairan tubuh.
o Kulit kering, pruritus, bercak kemerahan, xerosis dan
ichtitosis.
o Retinopati, perdarahan dan obstruksi saluran cerna
dan QT memanjang (jarang).
 Kontra-Indikasi: Pasien dengan hipersensitivitas terhadap
clofazimin.
 Interaksi obat: Pemakaian bersama obat-obatan yang bisa
menimbulkan pemanjangan gelombang QT (bedaquilin,
delamanid, fluorokuinolon, obat anti jamur golongan azol)

55 28
56
akan menimbulkan tambahan pemanjangan gelombang
QT.
544
545 d. Grup D1: OAT oral lini pertama
Golongan analog sintetis nikotinamida
Jenis Obat Uraian
Pirazinamid  Bersifat bakterisidal lemah tetapi mempunyai efek
(Z) sterilisasi intraseluler, di lingkungan asam dan wilayah
peradangan. Sangat efektif diberikan pada 2 bulan
pertama pengobatan saat peradangan sedang pada
puncaknya.
 Kemasan: dalam bentuk tablet 500 mg.
 Penyimpanan: pada wadah yang tertutup rapat, jangan
sampai kena cahaya matahari.
 Absorbsi: Mudah diabsorbsi dan tersebar disemua
jaringan.
 Hati-hati pemberian pada pasien dengan kencing manis,
karena dapat menyebabkan kadar gula darah tidak
stabil. Kadang menyebabkan kekambuhan gout atau
dapat terjadi arthralgia.
 Efek samping:
o Sering: Intoleransi gastro intestinal (mual, muntah),
hiperurisemia yang asimptomatik dan timbulnya gout.
o Jarang: anemia sideroblastik, photosensitive
dermatitis dan gangguan hati berat.
 Kontra-Indikasi: Pasien dengan gangguan hati terutama
yang telah ada ikterus, hipersensitivitas pirazinamid dan
pasien dengan porphyria.
Golongan etanediamin sintetis
Etambutol  Bersifat: bakteriostatik
(E)  Kemasan: bentuk tablet 400 mg
 Penyimpanan: dalam wadah yang tertutup rapat.
 Absorbsi: mudah di absorbsi.
 Efek samping:
Gangguan fungsi mata yang tergantung besarnya dosis.
Kelainan hati and arthralgia jarang terjadi.
 Kontra-Indikasi: pasien dengan hipersensitivas ethambutol

57 29
58
serta pasien dengan radang saraf mata.
Golongan Isonikotinik Asam Hidrazid
Isoniazid  Bersifat bakterisidal untuk bakteri yang sedang aktif
(INH) membelah diri.
 Sediaan dalam bentuk tablet 50mg, 100mg atau 300mg
 Penyimpanan dalam wadah yang tertutup pada suhu ruang
(15-27 derajat Celcius)
 Absorbsi: mudah diabsorbsi dengan pemberian secara oral,
paling bagus diabsorbsi dalam keadaan perut kosong, kadar
konsentrasi puncak obat dalam darah menurun 50% apabila
diberikan bersamaan dengan makanan berlemak.
 Pemberian vitamin B6 dilakukan apabila INH diberikan
dalam dosis tinggi dan pada pasien yang mengalami
uremia, DM, HIV, gangguan kejang, alkoholisme dan
neuropati perifer. Dosis normal pemberian vitamin B6 untuk
pasien yang mendapatkan INH adalah 10-26mg/ hari.
 Efek samping: Hepatitis (terkait umur), neuropati perifer,
reaksi hipersensitivitas dan reaksi lain termasuk neuritis
optic, arthralgia, diare.
 Kontra indikasi: Pasien dengan reaksi alergi terhadap INH.
 Interaksi obat: peningkatan konsentrasi phenytoin dan
peningkatan resiko hepatotoksitas dengan karbamazepin.
 Pantau pasien dan instruksikan agar melaporkan ke petugas
kesehatan apabila ditemukan: kuning pada kulit dan mata,
urin berwarna coklat tua.
 Pemakaian dengan hati-hati: pasien dengan riwayat
penyakit hati karena bisa memicu eksaserbasi.
546

59 30
60
547
548 Grup D2: OAT jenis baru
Golongan Diarilkuinolin
Jenis Obat Uraian
Bedaquilin  Bersifat bakterisidal dengan menghambat sistesi ATP.
Memiliki waktu paruh selama 5,5 bulan.
 Kemasan berupa Tablet 100mg.
 Penyimpanan dalam suhu kamar.
 Dosis pada dewasa 400 mg/ hari pada 2 minggu awal,
dilanjutkan 200mg/ 3 kali seminggu selama 22 minggu.
 Diabsorbsi dengan baik secara oral terutama bila
dikonsumsi bersama makanan.
 Penetrasi terhadap CNS belum diketahui.
 Tidak direkomendasikan untuk pemakaian pada ibu hamil
dan ibu menyusui akibat data keamanan yang masih
sedikit.
 Hati-hati untuk penggunaan pada pasien dengan gangguan
ginjal dan hati. Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada
gangguan ginjal ringan sampai sedang.
 Efek samping:
o Sering: Intoleransi gastro intestinal (mual, muntah),
nyeri perut, nyeri pada sendi, nyeri kepala, hemoptisis
dan nyeri dada.
o Jarang: Pemanjangan gelombang QT, hiperurisemia,
fosfolipidosis, peningkatan kadar aminotransferase dan
meningkatnya resiko pankreatitis.
 Kontraindikasi: terjadi aritmia ventrikuler, Interfat QTcF
>500ms dan gangguan hati berat.
 Interaksi obat: Metabolisme terjadi di CYP3A4 sehingga
pemakaian bersama rifampisin, efavirenz akan mengurangi
kadar bedaquilin. Obat-obatan yang yang bersifat inhibitor
terhadap CYP3A4 akan meningkatkan kadar Bedaquilin,
misalnya obat anti jamur golongan Azol, macrolide,
protease inhibitor. Hindari sedapat mungkin penggunaan
bersama obat-obatan yang bisa memperbanjang interval
QT seperti Clofazimin, fluorokuinolon, Azol, Delamanid.

61 31
62
Setiap tanda terjadinya sinkop harus ditindaklanjuti dengan
evaluasi menyeluruh dan pemeriksaan EKG.
 Monitoring: dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan EKG
sebelum memulai pengobatan dan dilanjutkan minimal pada
minggu ke-2, minggu ke-12 dan minggu ke-24 setelah
mulainya pengobatan. Pemeriksaan EKG yang lebih sering
dianjurkan apabila ada riwayat gangguan jantung,
hipotiroidisme dan gangguan elektrolit. Tes fungsi hati
dilakukan setiap bulan selama pengobatan dengan
bedaquilin.
549
550 e. Grup D3: OAT tambahan
Golongan Asam Salisilat
Jenis Obat Uraian
Para-  Bersifat bakteriostatik tinggi.
Amino  Kemasan berupa granula 4 gr/sachet.
Salicylic  Penyimpanan tergantung pabrik: bisa tanpa masuk lemari
Acid es dan bisa harus masuk lemari es (refrigerator).
(PAS)  Hanya sekitar 60-65% yang dapat diabsorbsi, sehingga
kadang harus meningkatkan dosis agar memenuhi tingkat
terapeutik.
 Untuk sediaan berupa granul disarankan untuk
mengkonsumsi PAS dengan minuman bersifat asam.
 Tersebar baik di cairan peritoneal, pleura dan sendi, sedikit
di empedu dan LCS.
 Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui serta
pasien dengan penyakit ginjal.
 Efek samping:
o Sering terjadi gangguan gastro intestinal (anorexia dan
diare),
o hypotiroidisme terutama bila bersamaan dengan
pemberian ethionamid.
o Kadang-kadang terjadi: hepatitis (0.3-0.5%), reaksi
alergi, pembesaran kelenjar tiroid, sindroma
malabsorbsi, peningkatan PPT, demam.
o Hati-hati penggunaan pada pasien dengan defisiensi
G6PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase).

63 32
64
 Interaksi obat:
o Pemberian bersama digoksin akan menurunkan
absorbsi digoksin, sehingga dosis digoksin mungkin
harus dinaikkan agar efek terapeutik tercapai.
o Pemberian bersamaan dengan ethionamid akan
menaikkan keracunan hati serta dapat terjadi
hipotiroidisme.
o Pemberian bersama INH akan menurunkan asetilasi
INH, dan kadar dalam serum meningkat sehingga dosis
mungkin perlu diturunkan.
 Kontra-Indikasi: pasien yang alergi terhadap aspirin,
hipersensitif terhadap PAS dan gangguan ginjal berat.
 Pantau pasien untuk timbulnya:
o Kemerahan kulit, gatal hebat, perut sakit, mual dan
muntah, nafsu makan hilang, feses kehitaman karena
perdarahan usus.
551
552 4. Paduan pengobatan TB RO di Indonesia.
553 Pada dasarnya pengobatan pasien TB RO mengacu kepada strategi DOTS,
554 terutama pada komponen penggunaan OAT yang berkualitas, pengawasan
555 pengobatan secara langsung dan pencatatan dan pelaporan yang baku.
556 Dasar- dasar pengobatan TB RO di Indonesia:
557 a. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB RO, yaitu pasien TB RR,TB
558 MDR, TB pre XDR maupun TB XDR berdasarkan pemeriksaan uji kepekaan
559 M.Tb baik dengan TCM TB maupun metode biakan konvensional dapat
560 mengakses pengobatan TB RO yang baku dan bermutu.
561 b. Paduan OAT untuk pasien TB RO terdiri dari paduan OAT standar dan
562 paduan OAT individual. Kedua paduan tersebut merupakan kombinasi dari
563 OAT lini kedua dan lini pertama.
564 c. Sesuai rekomendasi WHO 2016, prinsip paduan pengobatan RO harus terdiri
565 dari kombinasi sekurangnya 5 (lima) jenis OAT pada tahap awal, yaitu:
566 1) 4 (empat) OAT inti yaitu OAT lini kedua yang terbukti masih efektif atau
567 belum pernah digunakan, yaitu:
568  salah satu OAT dari grup A (golongan flurokuinolon)
569  salah satu OAT dari grup B ( golongan OAT suntik lini kedua)
570  2 OAT dari grup C (golongan OAT oral lini kedua)

65 33
66
571 2) 1 (satu) OAT lini pertama yaitu Pirazinamid (grup D1), masuk sebagai
572 bagian dari 5 obat yang harus diberikan tetapi tidak dihitung sebagai obat
573 inti.
574 3) Tidak dihitung sebagai bagian dari 5 (lima) OAT TB RO yang
575 dipersyaratkan di atas adalah OAT dari grup D1 yang bisa ditambahkan
576 untuk memperkuat efikasi paduan. Pasien TB RR dan TB MDR akan
577 mendapatkan Isoniazid dosis tinggi dan atau Etambutol.
578 4) OAT dari grup D2 dan D3 digunakan untuk paduan OAT individual
579 sebagai pengganti OAT inti dari grup A,B,C agar syarat 4 (empat) OAT
580 inti dapat dipenuhi.
581 d. Paduan OAT standar diperuntukkan bagi pasien TB RR dan TB MDR di
582 Fasyankes Rujukan TB RO dan Fasyankes TB RO. Berdasarkan durasi
583 pengobatan, Paduan OAT standar dibedakan menjadi:
584  Paduan OAT standar konvensional (20-26 bulan)
585  Paduan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan)
586 e. Paduan OAT individual diperuntukkan bagi pasien TB pre XDR dan TB XDR.
587 Paduan individual merupakan kombinasi OAT lini pertama,lini kedua dan
588 OAT jenis baru. Tatalaksana TB RO memakai paduan individual
589 dilaksanakan di Fasyankes Rujukan TB RO. Durasi pengobatan
590 menggunakan OAT individual untuk pasien TB pre-XDR dan TB XDR minimal
591 24 bulan.
592 f. Paduan OAT standar dapat disesuaikan bila terjadi perubahan hasil uji
593 kepekaan M.Tb menjadi paduan individual yang ditetapkan oleh dokter
594 terlatih di Fasyankes Rujukan TB RO.
595 g. Paduan individual juga diberikan untuk pasien yang memerlukan OAT jenis
596 baru karena efek samping berat terhadap OAT lini kedua golongan
597 fluorokuinolon (grup A) atau OAT suntik lini kedua (grup B) sehingga
598 dikhawatirkan mengurangi efikasi paduan OAT yang diberikan.
599
600
601
602
603
604
605
606 5. Dosis OAT RO

67 34
68
607 Dosis OAT untuk pengobatan pasien TB RO ditetapkan berdasarkan kelompok
608 berat badan pasien.
609
610 Tabel 4. Perhitungan dosis OAT RO untuk dewasa
Jenis OAT Dosis Berat Badan (BB) > 30 kg
Harian 30-35 kg 36-45 46-55 56-70 >70 kg
kg kg kg
Levofloksasin 750-1000 750 mg 750 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg
mg/ hr
Moksifloksasin 400 mg/ 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
hr
Kanamisin 15-20 500 mg 625-750 875- 1000 mg 1000 mg
mg/kg/hr mg 1000 mg
Kapreomisin 15-20 500 mg 600-750 750-800 1000 mg 1000 mg
mg/kg/hr mg mg
Streptomisin 12-18 500 mg 600-700 800 mg 1000 mg 1000 mg
mg/kg/hr mg
Sikloserin 500-750 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg
mg/ hr
Etionamid 500-750 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg
mg/ hr.
Linezolid 600 mg/ 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg
hr
Klofazimin 200–300 200 mg 200 mg 200 mg 300 mg 300mg
mg/ hr
Pirazinamid 20-30 800 mg 1000 mg 1200 mg 1600 mg 2000 mg
mg/kg/hr
Etambutol 15-25 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg
mg/kg/hr
Isoniasid 4-6 150 mg 200 mg 300 mg 300 mg 300 mg
mg/kg/hr
Bedaquilin 400 mg/ 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
hari
Asam PAS 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g
Sodium PAS 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g
611 Keterangan :
612 a. Sikloserin, Etionamid dan asam PAS dapat diberikan dalam dosis terbagi
613 untuk mengurangi terjadinya efek samping. Selain itu pemberian dalam dosis
614 terbagi direkomendasikan apabila diberikan bersamaan dengan ART.
615 b. Sodium PAS diberikan dengan dosis sama dengan Asam PAS yaitu 8gr
616 kandungan aktif obat dan bisa diberikan dalam dosis terbagi. Mengingat

69 35
70
617 sediaan sodium PAS bervariasi dalam hal persentase kandungan aktif per
618 berat (w/w) maka perhitungan khusus harus dilakukan. Misal Sodium PAS
619 dengan w/w 60% dengan berat per sachet 4 gr akan memiliki kandungan aktif
620 sebesar 2,4 gr.
621 c. Bedaquilin diberikan 400 mg/ hari dosis tunggal selama 2 minggu, dilanjutkan
622 dengan dosis 200 mg intermiten 3 kali per minggu diberikan selama 22
623 minggu (minggu 3-24). Pada minggu ke 25 pemberian Bedaquilin dihentikan.
624 d. Klofazimin diberikan dengan dosis 200-300 mg per hari dosis tunggal selama
625 2 bulan, dilanjutkan dengan dosis 100 mg per hari.
626 e. Pada pengobatan dengan Paduan OAT standar jangka pendek, Kanamisin
627 diberikan selama 4 bulan dengan kemungkinan perpanjangan menjadi 6
628 bulan bila hasil pemeriksaan mikroskopis dahak hasinya masih BTA positif.
629 Untuk mengurangi toksisitas injeksi Kanamisin dapat diberikan 3 kali
630 seminggu pada bulan-5 dan 6.
631
Penentuan dosis OAT TB RO sebaiknya memperhatikan juga kekuatan
sediaan yang tersedia. Hindari dosis yang mengharuskan pasien
memecah tablet OAT
632
633 B. PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT
634 Setelah mendapatkan hasil pemeriksaan TCM atau uji kepekaan, maka petugas di
635 Fasyankes Rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO :
636  Menegakan diagnosis

637  Menetapkan paduan pengobatan dan inisiasi pengobatan yang bisa dimulai di
638 Fasyankes Rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO.
639  Memberikan KIE dan meminta pasien memberikan persetujuan pengobatan
640 (informed consent).
641  Melakukan persiapan awal sebelum memulai pengobatan.
642
643
644 1. Persiapan awal sebelum memulai pengobatan
645 Persiapan awal sebelum memulai pengobatan TB RO meliputi :
646 a. Anamnesis ulang untuk memastikan kemungkinan terdapatnya riwayat dan
647 kecenderungan alergi obat tertentu, riwayat penyakit terdahulu seperti
648 hepatitis, diabetes mellitus, gangguan ginjal, gangguan kejiwaan, kejang,
649 kesemutan sebagai gejala kelainan saraf tepi (neuropati perifer) dll.

71 36
72
650 b. Pemeriksaan: pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan, fungsi
651 penglihatan, fungsi pendengaran dengan metode sederhana, jika ada
652 keluhan atau kelainan dalam pemeriksaan, dokter melakukan rujukan untuk
653 pemeriksaan lebih lanjut ke Tim terapeutik yang ada di Fasyankes rujukan TB
654 RO. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan sambil memulai pengobatan.
655 c. Pemeriksaan kondisi kejiwaan. Pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan
656 strategi konseling dan dapat dilaksanakan sambil memulai pengobatan.
657 d. Memastikan data pasien terisi dengan benar dan terekam dalam sistem
658 pencatatan yang digunakan (e-TB manager dan pencatatan manual).
659 e. Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas fasyankes wilayah tempat tinggal
660 pasien untuk memastikan alamat yang jelas dan kesiapan keluarga untuk
661 mendukung pengobatan melalui kerjasama jejaring eksternal. Formulir
662 kunjungan rumah dapat di lihat di Lampiran 1.
663 f. Pemeriksaan penunjang awal sebelum pengobatan (baseline) meliputi :
664 1) Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum pengobatan :
665 - Faal ginjal: ureum, kreatinin

666 - Faal Hati : SGOT, SGPT

667 - Tes kehamilan untuk perempuan usia subur

668 - Pemeriksaan darah lengkap


669 - Pemeriksaan kimia darah:
670 a) Serum elektrolit
671 b) Asam Urat
672 c) Gula Darah (Sewaktu dan 2 jam sesudah makan)
673 - Pemeriksaan penglihatan
674 - Foto toraks.
675 - Pemeriksaan EKG
676 - Tes HIV (bila status HIV belum diketahui)
677
678
679
680 - Tes pendengaran: (berdasarkan ketersediaan sarana dan tenaga)*
681  Pemeriksaan pendengaran sederhana

682  Pemeriksanaan pendengaran dengan audiometri atau sesuai


683 indikasi dan ketersediaan
684 - Thyroid stimulating hormon (TSH)*

73 37
74
685 - Pemeriksaan kejiwaan.*
686
687 Catatan :
688 *Jika fasilitas tidak tersedia, maka pengobatan dapat dilakukan sambil memonitor
689 efek samping.
690
691
692
693
694
695 Pengobatan untuk pasien TB RO diupayakan diberikan dengan cara pengobatan
696 rawat jalan (ambulatoir) sejak awal yang diawasi secara langsung oleh
697 Pengawas Menelan Obat (PMO).
698 Untuk tahap awal pengobatan, PMO adalah petugas kesehatan baik di dalam
699 atau di luar Fasyankes, sedangkan untuk tahap lanjutan PMO dapat dilakukan
700 oleh petugas kesehatan atau kader kesehatan yang terlatih TB RO.
701
702 Inisiasi Pengobatan TB RO
703 a. Inisiasi Pengobatan di Fasyankes Rujukan TB
704 RO
705 Pada awal memulai pengobatan, TAK/dokter terlatih TB RO akan
706 menetapkan apakah pasien memulai pengobatan rawat inap atau tidak.
707 Rawat Inap:
708 Beberapa kondisi pasien yang memerlukan rawat inap, antara lain:
709  Tanda ada gangguan kejiwaan
710  Pneumonia berat
711  Pneumotoraks
712  Abses paru
713  Efusi pleura
714  Kelainan hati berat
715  Gangguan hormon tiroid
716  Insufisiensi ginjal berat
717  Gangguan elektrolit berat
718  Malnutrisi berat
719  Diabetes melitus yang tidak terkontrol
720  Gangguan gastrointestinal berat yang mempengaruhi absorbsi obat

75 38
76
721  Penyakit dasar lain yang memerlukan rawat inap.
722
723 Rawat Jalan:
724 TAK menentukan kelayakan pasien menjalani rawat jalan sejak awal
725 berdasarkan :
726  Keadaan umum pasien cukup baik.
727  Tidak ada kondisi klinis yang memerlukan rawat inap atau kondisi penyulit
728 telah dapat tertangani.
729  Pasien sudah mengetahui cara menelan obat dan jadual kontrol ke
730 fasyankes rujukan.
731
732 b. Inisiasi pengobatan di Fasyankes TB RO
733 Dokter di Fasyankes TB RO akan menetapkan pasien memulai pengobatan
734 baik secara rawat inap maupun rawat jalan. Jika pasien membutuhkan rawat
735 inap dan tidak tersedia sarana rawat inap di Fasyankes TB RO tersebut,
736 maka pasien akan dirujuk ke Fasyankes Rujukan TB RO untuk inisiasi
737 pengobatan. Pasien akan dirujuk balik ke Fasyankes TB RO asal bila kondisi
738 pasien sudah memungkinkan berdasarkan keputusan TAK di Fasyankes
739 Rujukan TB RO. Apabila pasien tidak membutuhkan rawat inap, maka
740 pengobatan dapat dimulai secara paripurna di Fasyankes TB RO.
741
742

77 39
78
743ALUR 1: TATALAKSANA INISIASI PENGOBATAN TB RO

KEGIATAN FORMULIR PELAKSANA PENANGGUNG JAWAB

Pasien TB RO

KIE,inform consent, pemeriksaan


awal sebelum pengobatan Informed Consent Petugas Kesehatan TAK di Fasyankes Rujukan TB RO/
Dokter terlatih di Fasyankes TB RO

Penilaian kelayakan menjalani Formulir persetujuan Petugas Kesehatan TAK di Fasyankes Rujukan TB RO/
pengobatan TAK Dokter terlatih di Fasyankes TB RO
Data dasar
Inisiasi pengobatan TB 01 MDR
Rawat Jalan Rawat inap TB 02 MDR
 Monitoring  Sesuai indikasi TB 03 MDR
Efek samping  Pengawasan
 KIE menelan obat
 Pengawasan
menelan obat Formulir persetujuan Petugas Kesehatan TAK di Fasyankes Rujukan TB RO/
TAK Dokter terlatih di Fasyankes TB RO

- TAK/Dokter di Fasyankes TB RO +
Tim terapeutik

79 40
80
744 2. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO di
745 Indonesia
746 Pilihan paduan OAT RO yang disediakan oleh Program saat ini adalah:
747 a. Paduan OAT standar
748 Paduan OAT standar diberikan kepada pasien TB RR dan TB MDR dengan
749 jangka waktu sebagai berikut :
750  pengobatan OAT standar konvensional (20-26 bulan)

751  pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan).


752 b. Paduan OAT Individual
753 Paduan OAT Individual diberikan kepada pasien yang memerlukan
754 perubahan paduan pengobatan yang fundamental dari pengobatan OAT
755 standar yang sudah digunakan sebelumnya, misal:
756  Pasien terkonfirmasi sebagai pasien TB pre-XDR atau TB XDR sejak
757 awal, atau terjadi resistensi tambahan terhadap OAT lini kedua golongan
758 fluorokuinolon dan obat suntik lini kedua selama pengobatan OAT standar
759 diberikan. Lama pengobatan minimal 24 bulan.
760  Pasien TB RO yang mengalami efek samping berat terhadap OAT lini
761 kedua golongan fluorokuinolon dan obat suntik lini kedua. Lama
762 pengobatan sama dengan pengobatan OAT standar konvensional (20-26
763 bulan) sesuai dengan respon terhadap pengobatan yang diberikan.
764
765 Penetapan paduan dan dosis OAT RO dilakukan oleh TAK atau dokter terlatih di
766 Fasyankes Rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO.
767
768 Paduan OAT standar:
769 a. Paduan OAT standar konvensional yang diberikan adalah :
770
8-12 Km - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
771
772
773 b. Paduan OAT standar jangka pendek yang diberikan adalah:
774 4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z - H / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - H
775
776 Kriteria eksusi paduan OAT jangka pendek :
777 a. Terbukti resistan atau diduga akan terjadi ketidakefektifan terhadap salah
778 satu obat yang digunakan dalam paduan OAT standar jangka pendek
779 (kecuali INH).

81 41
82
780 b. Pernah menggunakan satu atau lebih OAT lini kedua yang digunakan dalam
781 paduan OAT standar jangka pendek (Km, Mfx, Eto dan Cfz) selama lebih dari
782 1 bulan.
783 c. Intoleransi terhadap lebih dari 1 OAT yang dipakai dalam paduan OAT
784 standar jangka pendek, atau terdapat resiko toksisitas karena terjadi interaksi
785 obat dengan obat lain yang digunakan pasien.
786 d. Kehamilan
787 e. Kasus TB ekstraparu
788 f. Bila ada satu OAT dari paduan OAT standar jangka pendek tidak tersedia.
789
790 Ketentuan penggunaan paduan OAT standar:
791 a. Bila semua kriteria di atas tidak ditemukan pada pasien TB RR atau TB MDR
792 maka pasien tersebut akan mendapatkan paduan OAT standar jangka
793 pendek.
794 b. Bila salah satu dari 6 kriteria tersebut di atas ditemukan pada pasien TB RR
795 atau TB MDR maka pasien tersebut akan mendapatkan pengobatan dengan
796 paduan OAT standar konvensional atau pengobatan dengan paduan
797 individual.
798 c. Pada pasien yang mendapatkan pengobatan dengan paduan OAT standar
799 jangka pendek terjadi keadaan sebagai berikut: pengobatan gagal (pasien
800 tidak mengalami konversi pada akhir bulan ke-6), intoleransi obat, putus
801 berobat lebih dari 2 bulan dan munculnya salah satu kondisi dari 6 kriteria di
802 atas; maka pada pasien tersebut dilakukan penggantian paduan menjadi
803 pengobatan OAT standar konvensional atau pengobatan OAT individual.
804 d. Penggunaan fluorokuinolon dan obat suntik lini kedua selain jenis yang
805 digunakan dalam paduan OAT standar jangka pendek tetapi diperkirakan
806 bisa menimbulkan resistensi silang terhadap obat yang dipakai dapat
807 digunakan sebagai kriteria ekslusi tambahan.
808 e. Pengobatan OAT standar jangka pendek juga bisa diberikan pada pasien TB
809 RO anak dan ODHA.
810 f. Pemilihan jenis paduan OAT standar dilakukan oleh TAK di Fasyankes
811 Rujukan TB RO maupun dokter terlatih di Fasyankes TB RO.
812 g. Dosis atau frekuensi pemberian OAT dapat disesuaikan bila:
813 o terjadi perubahan kelompok berat badan
814 o terjadi efek samping berat dan obat pengganti tidak tersedia
815 h. Piridoksin (vit. B6) ditambahkan pada pasien yang mendapat sikloserin
816 dengan dosis 50 mg untuk setiap 250 mg sikloserin

83 42
84
817 i. Apabila pasien mengalami gangguan penglihatan disebabkan oleh Etambutol
818 maka pemberian Etambutol bisa dihentikan.
819 j. Kementerian Kesehatan RI sedang melakukan persiapan peralihan
820 penggunaan paduan OAT standar jangka pendek secara bertahap.
821 Diharapkan pada tahun 2018 paduan tersebut akan tersedia secara merata di
822 seluruh Indonesia. Pada bulan Juli 2017 penggunaan paduan OAT standar
823 jangka pendek akan dimulai di beberapa Fasyankes Rujukan TB RO yang
824 ditunjuk. Fasyankes TB RO dan Fasyankes Rujukan TB RO yang belum
825 memiliki akses kepada paduan pengobatan OAT standar jangka pendek
826 masih akan menggunakan paduan OAT standar konvensional.
827
828 Paduan OAT individual:
829 a. Paduan OAT Individual untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi
830 terhadap fluoroquinolon tetapi sensitif terhadap OAT suntik lini kedua (Pre-
831 XDR):
832
833 Paduan OAT individual untuk pasien baru :
834 8-12 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Mfx - Eto - Cs - PAS - Z - (E) - H
835
836 Alternatif dengan Bedaquilin:
837 8-12 Km - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Eto - Cs - Z - (E) - H
838
839 Paduan OAT individual untuk pasien pengobatan ulang :
840 12-18 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto – Cs - PAS - Z - (E) - H
841
842 Alternatif dengan Bedaquilin:
843 12-18 Km - Eto - Cs - Z- (E) – H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Z - (E) - H
844
845
846 b. Paduan OAT individual untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi
847 terhadap OAT suntik lini kedua tetapi sensitif terhadap fluorokuinolon (Pre-
848 XDR) :
849 Paduan OAT individual untuk pasien baru :
850 8-12 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
851
852
853

85 43
86
854 Alternatif dengan Bedaquilin:
855 8-12 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
856
857 Paduan OAT individual untuk pasien pengobatan ulang :
858
859 12-18 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H

860
861 Alternatif dengan Bedaquilin:
862 12-18 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
863
864
865 c. Paduan OAT Individual untuk pasien TB XDR:
866
12-18 Cm - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto - Cs - PAS - Z - (E) - H
867
868
869 Alternatif dengan Bedaquilin:
870 12-18 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z - (E) - H
871
872
873 d. Paduan OAT individual untuk pasien dengan alergi atau efek samping berat
874 terhadap OAT oral lini kedua (Grup C) sedangkan OAT suntik lini kedua dan
875 golongan fluorokuinolon masih bisa dipakai.
876
877  Paduan OAT individual untuk pasien yang alergi/ mengalami efek
878 samping berat terhadap salah satu dari OAT Grup C yang dipakai (Eto
879 atau Cs) maka OAT penggantinya diambilkan salah satu OAT Grup C
880 (Cfz atau Lnz) atau D2 (Bdq) atau D3 (PAS) yang tersedia supaya tetap
881 memenuhi standar minimal 4 macam OAT inti lini kedua. Contoh: Pasien
882 mengalami gangguan kejiwaan berat yang diduga disebabkan oleh
883 penggunaan Sikloserin. Dari semua opsi OAT pengganti tersebut, PAS
884 merupakan OAT yang paling mudah untuk diperoleh.TAK di Fasyankes
885 Rujukan TB RO mengganti paduan OAT standar konvensional menjadi:
886 8-12 Km - Lfx - Eto - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - PAS - Z - (E) - H
887
888

87 44
88
889  Pasien yang mengalami alergi/ efek samping berat terhadap dua OAT
890 Grup C (Eto dan Cs) maka alternatif paduan OAT individual yang bisa
891 digunakan yaitu:
892
893 Alternatif paduan individual dengan Bedaquilin
894 8-12 Km - Lfx - (Lnz/Cfz) - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Lfx - (Lnz/Cfz) - PAS - Z - (E) - H
895
896 Alternatif paduan tanpa Bedaquilin:
897 8-12 Km - Lfx - Lnz - Cfz - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Lnz - Cfz - Z - (E) - H

898
899 Alternatif lain paduan tanpa Bedaquilin:
900 8-12 Km - Lfx - (Lnz/Cfz) - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - (Lnz/Cfz) - PAS - Z - (E) - H

901
902 Catatan:
903 Paduan OAT RO standar konvensional juga akan disesuaikan paduannya
904 menjadi paduan OAT RO individual jika dicurigai ada resistansi terhadap
905 OAT lini kedua karena ada riwayat penggunaan paduan OAT selama > 1
906 bulan, misalnya pasien sudah pernah mendapat fluorokuinolon pada
907 pengobatan TB sebelumnya maka diberikan Levofloksasin dosis tinggi atau
908 Moksifloksasin. Sedangkan pada pasien yang sudah mendapatkan
909 Kanamisin sebelumnya maka diberikan Kapreomisin sebagai bagian dari
910 paduan OAT yang diberikan. Pengobatan individual akan dikembalikan
911 kepada pengobatan standar bila terbukti OAT lini kedua tersebut terbukti
912 masih sensitif.
913
914 3. Tahapan pengobatan TB RO
915 a. Lama pengobatan pasien TB RO
916 Lama pengobatan pasien TB RO bisa berbeda antara satu pasien dengan
917 pasien yang lain karena tergantung pada riwayat pengobatan TB RO, jenis
918 pengobatan yang diberikan dan kapan bulan konversi pemeriksaan
919 bakteriologis bisa tercapai, menurut ketentuan sebagai berikut :
920 1) Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB MDR
921 diobati menggunakan paduan OAT standar konvensional :
922  Lama pengobatan adalah 18 bulan setelah konversi biakan
923  Lama pengobatan minimal 20 bulan.

89 45
90
924 2) Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB MDR,
925 diobati menggunakan paduan OAT standar jangka pendek:
926  Lama pengobatan dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
927 bulan ke empat dan atau pemeriksaan dahak bulan ke enam.
928  Lama pengobatan minimal 9 bulan dan maksimal 11 bulan.
929 3) Pasien sudah pernah diobati TB RR/ MDR atau pasien TB XDR, diobati
930 dengan paduan OAT individual:
931  Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi biakan.
932  Lama pengobatan minimal 24 bulan.
933
934 b. Tahap pengobatan
935 Pengobatan TB RO dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
936 1) Tahap awal
937 Menggunakan paduan OAT yang terdiri dari OAT oral dan OAT suntik lini
938 kedua (kanamisin atau kapreomisin). Lama pemberian tahap awal
939 ditentukan oleh pada riwayat pengobatan TB RO, jenis pengobatan yang
940 diberikan dan kapan bulan konversi pemeriksaan bakteriologis bisa
941 tercapai.
942 a) Pasien baru belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB
943 MDR diobati menggunakan paduan OAT standar konvensional :
944  Lama tahap awal adalah 4 bulan setelah terjadi konversi biakan.
945  Diberikan sekurang-kurangnya selama 8 bulan.
946 b) Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB
947 MDR, diobati menggunakan paduan OAT standar jangka pendek :
948  Lama tahap awal adalah 4 bulan atau maksimal 6 bulan
949  Apabila hasil pemeriksaan dahak pada akhir bulan keempat sudah
950 negatif maka lama tahap awal adalah 4 bulan.
951  Apabila pemeriksaan dahak akhir bulan keempat masih positif
952 maka pengobatan tahap awal dilanjutkan sampai 6 bulan. Bila
953 hasil pemeriksaan dahak akhir bulan keenam sudah negatif maka
954 pengobatan tahap awal adalah 6 bulan, apabila masih positif
955 pengobatan dinyatakan gagal.
956 c) Pasien sudah pernah diobati atau pasien TB XDR diobati
957 menggunakan paduan OAT standar konvensional:
958  Lama tahap awal adalah 10 bulan setelah terjadi konversi biakan.
959  Diberikan sekurang-kurangnya selama 12 bulan.

91 46
92
960 2) Tahap lanjutan
961 adalah pengobatan setelah selesai tahap awal sampai dinyatakan
962 pengobatan telah selesai secara lengkap.
963 a) Pasien Baru dengan pengobatan OAT standar konvensional :
964 Lama tahap lanjutan adalah 12-14 bulan.
965 b) Pasien Baru dengan pengobatan OAT standar jangka pendek:
966 Lama tahap lanjutan adalah 5 bulan
967 c) Pasien pernah diobati TB RR/ MDR atau pasien TB XDR:
968 Lama tahap lanjutan adalah 12 bulan
969
970 Tabel 5. Durasi Pengobatan TB RO
Tipe pasien Bulan Lama Lama Lama
konversi tahap pengobatan tahap
awal (a) (b) lanjutan
(b-a)
Baru 1 Bulan 0-2 8 bulan 20 bulan 12 bulan

Bulan 3-4 8 bulan 21 – 22 13 – 14


bulan bulan
Bulan 5-8 9 – 12 23 – 26 14 bulan
bulan bulan
Baru Bulan 4 4 bulan 9 bulan 5 bulan
diobati OAT
Bulan 6 6 bulan 11 bulan 5 bulan
standar jangka
pendek
Pernah diobati2 Bulan 0-2 12 bulan 24 12
atau TB XDR bulan bulan
Bulan 3-4 13 – 14 25 – 26 12 bulan
bulan bulan
Bulan 5-8 15 – 18 27 – 30 12 bulan
bulan bulan
971
972 Catatan:
973  Satuan bulan yang dimaksud adalah bulan sesuai dosis yang diberikan, bukan
974 bulan kalender tetapi 1 bulan = 4 minggu = 28 hari.
975  Pemberian obat oral selama periode pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan
976 menganut prinsip DOT = Directly Observed Treatment dengan PMO diutamakan
977 adalah petugas kesehatan atau kader kesehatan terlatih.
978  Obat suntikan harus diberikan oleh petugas kesehatan.

93 47
94
979
980 c. Cara Pemberian Obat:
981 1) Tahap awal:
982  Suntikan diberikan 5 kali seminggu (Senin-Jumat),
983  Obat per-oral diberikan 7 kali seminggu (Senin-Minggu).
984  Untuk paduan OAT standar konvensional, jumlah obat oral yang
985 diberikan dan ditelan minimal 224 dosis dan suntikan minimal 160
986 dosis.
987  Untuk paduan OAT standar jangka pendek, jumlah obat oral yang
988 diberikan dan ditelan minimal 112 dosis dan suntikan minimal 80
989 dosis.
990 2) Tahap lanjutan:
991  Obat per oral diberikan 7 kali dalam seminggu (Senin-Minggu)
992  Obat suntikan sudah tidak diberikan pada tahap ini.
993  Untuk paduan OAT standar konvensional, jumlah obat oral yang
994 diberikan dan ditelan minimal 336 dosis
995  Untuk paduan OAT standar jangka pendek, jumlah obat oral yang
996 diberikan dan ditelan minimal 140 dosis.
997
998 Pada pengobatan TB RO tahap awal dapat dimulai dengan dosis kecil
999 yang naik bertahap (ramping dose/incremental dose) yang bertujuan
1000 untuk meminimalisasi kejadian efek samping obat. Tanggal pertama
1001 pengobatan adalah hari pertama pasien bisa mendapatkan obat dengan
1002 dosis penuh. Lama pemberian ramping dose tidak lebih dari 1 (satu)
1003 minggu.
1004
1005
1006
1007
1008
1009
1010
1011 Tabel 6. Dosis Bertahap untuk memulai kembali pengobatan OAT RO
Hari pertama (beri obat
Hari ke- Hari ke-
Hari Nama obat dalam dosis terpisah
dua tiga
pagi & sore)
Hari ke 1-3 Sikloserin 250 mg 500mg Dosis

95 48
96
(125 mg + 125 mg) penuh
Hari ke 4-6 Levofloksasin 200 mg 400 mg Dosis
(100 mg + 100 mg) penuh
Hari ke 7-9 Kanamisin 250 mg 500 mg Dosis
(125 mg + 125 mg) penuh
Hari ke Etionamid 250 mg 500 mg Dosis
10-12 (125 mg + 125 mg) penuh
Hari ke Pirazinamid 400 mg 800 mg Dosis
13-15 (200 mg + 200 mg) penuh
1012
1013
1014 Setelah menyelesaikan materi di atas, silakan peserta latih mengisi

1015 latihan 1 dan latihan 2

1016
1017
1018
1019
1020
1021
1022
1023
1024
1025
1026
1027
1028
1029
1030

97 49
98
ALUR 2. TATALAKSANA PENGOBATAN TB RO (RAWAT JALAN TAHAP AWAL)
KEGIATAN PENANGGUNG
FORMULIR (Terlampir) PELAKSANA
JAWAB
Rawat Jalan (Tahap Awal) ***Jika PPI di fasyankes satelit
sudah baik dan petugas memiliki
Persiapan rujukan lanjutan
pengalaman mengobati pasien
pengobatan ke Fasyankes Satelit TB RO maka tahap awal rawat
 Kelengkapan formulir2 rujukan jalan bisa dimulai di fasyankes
 Supply OAT
satelit sejak awal

Rawat Jalan di fasyankes TB 01 MDR Dokter/perawat unit TAK Fasyankes


Rawat Jalan di Fasyankes
Rujukan TB
satelit *** TB 02 MDR Lab Mikrobiologi Rujukan TB RO/
RO/Fasyankes TB RO Setiap hari kontrol Senin- Jum’at Form pengantar melanjutkan Lab Patologi Klinis Dokter Terlatih
untuk disuntik & menelan obat. pengobatan ke fasyankes satelit Farmasi Fasyankes TB RO
Setiap hari kontrol Senin- Sabtu- Minggu menelan obat Form serah terima awal OAT RO
Jum’at untuk disuntik & saja.
menelan obat. Sabtu-Minggu
ke fasyankes satelit
menelan obat saja. Kontrol dokter 1 kali/minggu.
TB 05 TAK/
Pemantauan Klinis, Mengingatkan pemantauan klinis, Form Pemeriksaan Dokter Terlatih
bakteriologis (BTA & biakan) bakteriologis (BTA & biakan) laboratorium RS PMO
setiap bulan sampai konversi setiap bulan sampai konversi
biakan. TB 01 MDR Farmasi
biakan.
Kontrol dokter setiap 2 minggu Kontrol ke fasyankes rujukan TB TB 02 MDR
selama tahap awal. RO atau fasyankes TB RO setiap TB 03 MDR
1 bulan sekali selama tahap awal.
TB 01 MDR TAK Fasyankes
TB 02 MDR Lab Mikrobiologi/ Rujukan TB RO/
Obat suntik diberikan sesuai ketentuan (durasi, frekuensi dan Lab Patologi Klinis Dokter Terlatih
dosis) TB 05 Fasyankes TB RO
Form Pemeriksaan
laboratorium RS
Pemantauan pengobatan di Tahap Awal TB 01 MDR
TB 02 MDR
TB 03 MDR
Tahap lanjutan

99 50
100
1031 4. Pemantauan Pengobatan Pasien TB RO
1032 Pasien harus dipantau secara ketat untuk menilai respons terhadap pengobatan
1033 dan mengidentifikasi efek samping pengobatan. Gejala TB adalah batuk,
1034 berdahak, demam dan berat badan menurun, umumnya membaik dalam
1035 beberapa bulan pertama pengobatan. Pemeriksaan penunjang rutin seperti
1036 pemeriksaan radiologis juga bermanfaat untuk membantu klinisi mengambil
1037 keputusan mengenai kondisi pasien.
1038
1039 Penilaian respons pengobatan adalah konversi pemeriksaan dahak secara
1040 mikroskopis dan biakan. Hasil biakan untuk memantau kemajuan pengobatan
1041 dapat diperoleh 2 minggu - 3 bulan setelah pemeriksaan dahak. Beberapa faktor
1042 yang mempengaruhi lama pemeriksaan biakan adalah efektifitas sistem rujukan
1043 contoh uji, metode biakan yang digunakan dan hasil pemeriksaan biakan, dimana
1044 hasil biakan negatif akan memerlukan waktu yang lebih lama bagi laboratorium
1045 untuk mendapatkan hasil dibandingkan hasil positif.
1046
1047 Evaluasi Utama untuk memantau kemajuan pengobatan pada pasien TB RO
1048 adalah:
1049 a. Pemeriksaan dahak mikroskopis dan biakan
1050 1) Pengobatan OAT standar konvensional dan individual : dilakukan setiap
1051 bulan pada tahap awal dan setiap 2 bulan pada tahap lanjutan.
1052 2) Pengobatan OAT standar jangka pendek: dilakukan setiap bulan pada
1053 tahap awal dan tahap lanjutan.
1054 b. Uji kepekaan obat lini kedua dapat diulang jika pasien diduga akan
1055 mengalami kegagalan pengobatan.
1056 1) Pengobatan OAT standar konvensional dan individual apabila tidak terjadi
1057 konversi biakan sampai bulan ke-4 pengobatan.
1058 2) Pengobatan OAT standar jangka pendek apabila tidak terjadi konversi
1059 pada pemeriksaan mikroskopis sampai akhir bulan ke-6.
1060
1061 Evaluasi Pendukung untuk memantau kondisi pasien yang terkait dengan proses
1062 pengobatan TB RO adalah :
1063 a. Penilaian klinis termasuk berat badan.
1064 b. Pemeriksaan bersifat ad-hoc sesuai indikasi atau penilaian segera bila ada
1065 efek samping.
1066 c. Pemeriksaan laboratorium penunjang sesuai jadual yang ditentukan.
1067

101 51
102
1068 Tabel 7a. Pemantauan Pengobatan TB RO menggunakan
1069 Paduan OAT Standar Konvensional dan Individual

Bulan pengobatan
Pemantauan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 18 20 22
Evaluasi Utama
Pemeriksaan apusan
dahak dan biakan √ Setiap bulan pada tahap awal, setiap 2 bulan pada tahap lanjutan
dahak
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis
Setiap bulan sampai pengobatan selesai atau lengkap
(termasuk BB)
Uji kepekaan obat √ Berdasarkan indikasi
Foto toraks √ √ √ - √
Ureum, Kreatinin √ 1-3 minggu sekali
selama suntikan
Elektrolit (Na, Kalium, √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cl)
EKG √ Setiap 3 bulan sekali
Thyroid stimulating √ - √ √ - √
hormon (TSH)
Enzim hepar (SGOT, √ Evaluasi secara periodik
SGPT)
Tes kehamilan √ Berdasarkan indikasi
Darah Lengkap √ Berdasarkan indikasi
Audiometri √ Berdasarkan indikasi
Kadar gula darah √ Berdasarkan indikasi
Asam Urat √ Berdasarkan indikasi
Test HIV √ dengan atau tanpa faktor risiko
1070
1071

103 52
104
1072 Tabel 7b. Pemantauan Pengobatan TB RO menggunakan
1073 Paduan OAT Standar Jangka Pendek
Bulan pengobatan
Tahap awal 4 bulan Tahap Lanjutan 5
(dapat diperpanjang 6 bulan) bulan
Jenis pemeriksaan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9(11)
Riwayat penyakit X
Pemeriksaan fisik (BB) X X X X X X X X X X
Pemeriksaan Mikroskopis X X X X XX* X X X X XX*
Biakan X X X X X X X X X X
Uji kepekaan (DST) X**
EKG X X X X X X X X X X
Pemeriksaan Audiometri *** X X
Rontgen dada X X X
Darah lengkap X
Kadar Gula Darah X
Serum-Ureum Kreatinin X X X X X
Elektrolit X X X X X
SGOT SGPT, Bilirubin Total X X X X X X
TSH/TSHs X X
Tes kehamilan X
Tes HIV X
1074 Catatan:
1075 1. *) Pada bulan ke 4 dan bulan terakhir pengobatan (bulan ke 9 atau bulan ke 11)
1076 serta pada bulan tambahan menggunakan suntikan ( bulan ke 5 dan ke 6)
1077 dilakukan pemeriksaan mikroskopis menggunakan 2 contoh uji, keputusan
1078 diambil berdasrkan hasil pemeriksaan dari 2 contoh uji tersebut.
1079 2. **) Bila biakan positif pada bulan ke-6 atau terjadi rekonversi, uji kepekaan untuk
1080 OAT lini kedua akan diulang dan pasien dikeluarkan dari paduan jangka
1081 pendek.
1082 3. ***) disarankan menggunakan Simple Electronic Audiometry Test (bila tersedia),
1083 bila tidak tersedia maka bisa menggunakan metode tes audiometri yang lain.
1084 4. Pemeriksaan dapat diulang sesuai indikasi (bila diperlukan)
1085 5. Pemeriksaan tes fungsi hati dapat dilakukan apabila ada indikasi sesuai
1086 keputusan TAK
1087 Setelah menyelesaikan materi di atas, Peserta dapat mengisi latihan 3

105 53
106
1088Alur 3 : TATALAKSANA PENGOBATAN TB RO RAWAT JALAN (TAHAP LANJUTAN)
FORMULIR PENANGGUNG
KEGIATAN PELAKSANA
(terlampir) JAWAB

Tahap Lanjutan

TB 01 MDR
Di Fasyankes Rujukan TB Di Fasyankes satelit TB RO
RO atau Fasyankes TB TB 02 MDR Petugas Kesehatan
RO obat di telan setiap hari
didepan PMO/ kader TB 05 (Dokter/perawat/pet
obat ditelan setiap hari didepan kesehatan terlatih Form Pemeriksaan ugas Laboratorium TAK Fasyankes
PMO
laboratorium RS di RS Rujukan / Rujukan TB RO/
Kontrol ke dokter setiap 2 Kontrol ke dokter setiap bulan
bulan (kecuali bila diperlukan (kecuali bila diperlukan) TB 01 MDR Fasyankes TB RO Dokter Fasyankes TB
boleh kapan saja pada jam
kerja) TB 02 MDR RO
Kontrol setiap 2 bulan ke
Pemantauan Klinis, fasyankes Rujukan TB RO TB 03 MDR
bakteriologis (BTA & biakan) atau fasyankes TB RO untuk
setiap 2 bulan konsultasi dan pemantauan
Pemeriksaan penunjang

TB 01 MDR Petugas Kesehatan TAK Fasyankes


Hasil pengobatan TB 03 MDR di RS Rujukan / Rujukan TB RO/
Fasyankes TB RO Dokter Fasyankes TB
RO
Sembuh Gagal
Meninggal

Pengobatan Lengkap Loss to follow up

107 54
108
1089 5. Tatalaksana Pasien Berobat Tidak Teratur
1090 Petugas kesehatan harus mengupayakan agar pasien TB RO tidak putus
1091 berobat. Jika pasien TB RO putus berobat, tindak lanjut yang dilakukan harus
1092 mempertimbangkan :
1093 a. Jenis paduan OAT yang digunakan
1094 b. Lama pengobatan yang telah dijalani.
1095 c. Lama putus berobat.
1096 d. Hasil pemeriksaan apusan dahak untuk BTA.
1097 e. Hasil pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.
1098
1099 Pasien TB RO yang putus berobat bila akan melanjutkan pengobatannya
1100 kembali harus dilakukan telaah menyeluruh oleh dokter di untuk mendapatkan
1101 rekomendasi tindakan selanjutnya. Tindak lanjut pasien TB RO yang putus
1102 berobat dalam tabel berikut ini :
1103
1104 Tabel 8.Tatalaksana pasien TB RO yang berobat tidak teratur
Lama Lama
Pasien Pengobatan Tindak Lanjut
Mangkir Sebelumnya
< 4 minggu Berapapun 1. Melakukan konseling intensif kepada pasien dan
lamanya keluarga.
2. Melanjutkan pengobatan sesuai paduan sebelumnya.
4-8 minggu ≤ 4 minggu 1. Melakukan konseling intensif kepada pasien dan
keluarga.
2. Pengobatan diulangi dari permulaan dengan paduan
OAT yang sama.
> 4 minggu 1. Melakukan konseling intensif kepada pasien dan
keluarga.
2. Lakukan pemeriksaan biakan sebelum memulai
pengobatan, disarankan menggunakan metode cair
(MGIT) yang lebih cepat.
3. Sambil menunggu hasil biakan, pengobatan TB RO
dilanjutkan dengan paduan OAT yang sama dengan
yang didapatkan pasien sebelum pasien mangkir.
4. Evaluasi Hasil Biakan :

a. Pasien pengobatan tahap awal :

109 55
110
 Hasil biakan negatif, lanjutkan pengobatan
sesuai tahapan pengobatan
 Hasil biakan positif dan pasien sudah
mengalami konversi sebelumnya, maka
perhitungan tahap awal menunggu konversi
biakan
b. Pasien pengobatan tahap lanjutan
 Hasil biakan negatif teruskan pengobatan
 Hasil biakan positif pertimbangkan risiko
kegagalan pengobatan
 Ada keterangan bahwa pasien pernah mangkir
di TB 01 MDR.
> 8 minggu ≤ 4 minggu 1. Kartu pengobatan TB 01 MDR ditutup, pasien
dinyatakan sebagai lost to follow up (lalai berobat).
2. Pasien mendapatkan KIE ulang yang menekankan
kepatuhan pengobatan.
3. Pasien ditatalaksana sebagai terduga TB RO dari
awal.
 Lakukan pemeriksaan tes cepat.
 Jika hasil pemeriksaan Resistan Rifampisin (RR)
dilanjutkan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
untuk OAT lini kedua.
4. Pengobatan bisa dimulai dari awal dengan paduan
OAT yang sama tanpa menunggu hasil uji kepekaan.
5. Tipe pasien tetap sama seperti saat awal
pengobatan sebelumnya.
6. Penyesuaian paduan dimungkinkan bila hasil uji
kepekaan lini kedua sudah keluar dengan hasil
resistensi OAT bertambah.
7. Pasien dengan Paduan OAT standar jangka pendek
harus berganti ke paduan OAT standar konvensional.
> 8 minggu > 4 minggu 1. Kartu pengobatan TB 01 MDR ditutup, pasien
dinyatakan sebagai pasien lost to follow up (lalai
berobat).

2. Pasien mendapatkan KIE ulang yang menekankan


kepatuhan pengobatan.

111 56
112
3. Pasien ditatalaksana sebagai terduga TB RO dari awal.
 Lakukan pemeriksaan konfirmasi dengan tes cepat.
 Bila hasil tes cepat Resistan Rifampisin, lakukan
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan untuk OAT
lini kedua.
4. Pengobatan dimulai setelah ada hasil uji kepekaan.
5. Tipe pasien adalah pasien yang kembali berobat
setelah putus berobat (lost to follow up) dari
pengobatan dengan OAT lini kedua.
6. Penyesuaian paduan dimungkinkan bila hasil uji
kepekaan lini ke-2 keluar.
7. Jika kondisi pasien memburuk, pasien bisa diobati
dengan pengobatan standar TB RO tanpa menunggu
hasil uji kepekaan, paduan OAT menggunakan obat
golongan injeksi, fluorokuinolon dan OAT lini kedua lain
yang belum dipakai. Berbeda.
8. Pasien dengan Paduan OAT standar jangka pendek
harus berganti ke paduan OAT standar konvensional/
Individual sesuai hasil Uji Kepekaan.
1105 Catatan:
1106  Pemeriksaan dahak secara mikroskopis, biakan dan uji kepekaan dilakukan di
1107 laboratorium yang telah tersertifikasi.
1108  Keputusan pengobatan kembali pasien TB RO yang berobat tidak teratur diambil
1109 oleh TAK di Fasyankes Rujukan TB RO atau Dokter Terlatih di Fasyankes TB
1110 RO.
1111
1112 6. Tatalaksana Kasus Gagal Pengobatan
1113 Keputusan untuk menetapkan kasus gagal pengobatan dilakukan oleh TAK di
1114 Fasyankes Rujukan TB RO atau dokter terlatih di Fasyankes TB RO berdasarkan
1115 pertimbangan klinis dan hasil biakan. Adapun kondisi yang menyebabkan kasus
1116 gagal pengobatan berdasarkan pertimbangan berikut ini :
1117 a. Pasien dengan risiko gagal pengobatan, yaitu:
1118 Pasien yang secara klinis, radiologis, dan biakan menunjukkan penyakit
1119 masih aktif progresif, atau kondisi klinis kembali memburuk setelah
1120 pengobatan bulan ke-4. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada pasien
1121 dengan resiko gagal pengobatan :

113 57
114
1122 1) Menelaah kartu pengobatan pasien (TB.01 MDR) untuk menilai
1123 kepatuhan pengobatan.
1124 2) Melakukan konfirmasi apakah pasien sudah menelan semua obat yang
1125 diberikan, dengan melakukan wawancara ulang pada pasien.
1126 3) Menelaah ulang paduan pengobatan dan menghubungkannya dengan
1127 riwayat pengobatan, kontak dengan pasien TB RO dan laporan hasil uji
1128 kepekaan. Bila paduan tersebut tidak adekuat maka sebaiknya ditetapkan
1129 paduan yang baru.
1130 4) Menelaah ulang hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dan biakan secara
1131 serial serta membandingkannya dengan kondisi klinis pasien dan
1132 gambaran radiologis.
1133 5) Melakukan uji kepekaan ulang untuk OAT lini kedua untuk mengetahui
1134 apakah ada resistensi tambahan terhadap OAT lini kedua.
1135 6) Pasien dengan hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dan biakan negatif
1136 tetapi terdapat perburukan klinis mungkin diakibatkan oleh penyakit lain
1137 selain TB RO.
1138 7) Menelaah ulang adanya penyakit lain yang dapat menurunkan absorpsi
1139 obat (seperti: diare kronik) atau penurunan sistem imunitas (misalnya:
1140 infeksi HIV).
1141 8) Perubahan paduan pengobatan ditetapkan oleh Tim Ahli Klinis di
1142 Fasyankes Rujukan TB RO dan dokter terlatih di Fasyankes TB RO
1143 dengan masukan dari TAK fasyankes Rujukan TB RO. Di Fasyankes
1144 Rujukan TB RO pengambilan keputusan dilakukan oleh TAK dengan
1145 masukan dari Tim Terapeutik jika diperlukan. Efektivitas pengobatan ini
1146 baru dapat dinilai setelah 3-4 bulan yaitu dengan melihat konversi biakan.
1147 9) Penatalaksanaan dilakukan seoptimal mungkin, termasuk pertimbangan
1148 tindakan operasi jika memungkinkan.
1149
1150 b. Penghentian Pengobatan sebelum waktu, yaitu:
1151 Pengobatan TB RO dapat dipertimbangkan untuk dihentikan oleh TAK di
1152 Fasyankes Rujukan TB RO atau dokter di Fasyankes TB RO sebelum
1153 waktunya apabila memenuhi kriteria:
1154 1) Pasien dinyatakan “loss to follow up” jika pasien telah berhenti berobat
1155 selama 2 bulan berturut-turut atau lebih. Jika pasien datang kembali
1156 setelah dihentikan pengobatannya, TAK di Fasyankes Rujukan TB RO
1157 atau Dokter di Fasyankes TB RO memperlakukan pasien tersebut
1158 sebagai terduga TB RO dari awal, menutup kartu TB 01 MDR dengan

115 58
116
1159 hasil “loss to follow up” dan membuat kartu pengobatan TB 01 MDR
1160 baru bila pasien akan berobat kembali.
1161 2) Pengobatan dinyatakan “Gagal”, jika pasien memenuhi salah satu dari
1162 kriteria di bawah ini:
1163  pengobatan dihentikan oleh TAK atau Dokter karena terjadi efek
1164 samping obat yang berat yang tidak dapat ditangani.
1165  Pasien membutuhkan perubahan paduan pengobatan TB RO yaitu ≥
1166 2 obat TB RO karena terbukti terjadi resistansi tambahan terhadap
1167 obat TB RO golongan kuinolon atau obat injeksi lini kedua.
1168  Tidak ada respon yang adekuat terhadap pengobatan yang ditandai
1169 dengan tidak terjadinya konversi sampai dengan akhir bulan ke-8
1170 pengobatan.
1171  Pada pengobatan dengan paduan OAT standar jangka pendek bila
1172 hasil pemeriksaan mikroskopis akhir bulan ke enam masih positif.
1173  Terjadi reversi pada fase lanjutan (setelah sebelumnya konversi).
1174 Reversi adalah kondisi dimana pemeriksaan biakan pada tahap
1175 lanjutan 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya positif. Jika pasien dengan
1176 reversi, maka pengobatan dinyatakan gagal.
1177
1178 Setelah pengobatan pasien dinyatakan gagal, pengobatan dapat
1179 dipertimbangkan kembali oleh TAK di Fasyankes Rujukan TB RO atau
1180 dokter terlatih di fasyankes TB RO dengan menggunakan paduan OAT
1181 individual yang masih tersedia dan masih terbukti sensitivitasnya serta
1182 membuka kartu pengobatan TB 01 MDR baru.
1183
1184 Pertimbangan untuk menghentikan pengobatan, yaitu:
1185 a. Pertimbangan klinis.
1186 Secara klinis, meneruskan pengobatan hanya akan menambah
1187 penderitaan pasien karena efek samping dan tidak ada respons terhadap
1188 pengobatan (gagal).
1189 b. Pertimbangan kesehatan masyarakat (public health).
1190 Meneruskan pengobatan yang cenderung gagal akan menimbulkan
1191 terjadinya resistansi obat yang lebih kompleks dan beresiko terjadinya
1192 penularan bentuk TB yang kompleks tersebut di masyarakat luas.

117 59
118
1193
1194 Tindakan suportif pada pasien yang dihentikan pengobatannya, yaitu:
1195 a. Bila memungkinkan lakukan review menyeluruh mengenai tindakan non
1196 medikamentosa untuk pasien, misalnya tindakan bedah.
1197 b. Berikan obat-obatan simptomatis sesuai indikasi
1198 c. Terapi oksigen untuk pasien dengan sesak napas sesuai indikasi
1199 d. Konsumsi makanan gizi seimbang
1200 e. Kunjungan petugas kesehatan dilakukan secara teratur.
1201 f. Jika diperlukan pasien bisa menjalani rawat inap untuk perbaikan kondisi
1202 klinis
1203 g. Pendidikan kesehatan terutama untuk melakukan pengendalian infeksi di
1204 lingkungannya.
1205
1206 Tatalaksana Pasien dengan hasil biakan berubah dari negatif menjadi
1207 positif
1208 Pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis dan biakan) merupakan metode
1209 pemantauan yang paling tepat untuk memonitor keberhasilan pengobatan.
1210 Program Nasional TB menetapkan pemeriksaan follow up setiap bulan
1211 selama tahap awal dan setiap dua bulan untuk tahap lanjutan (setiap bulan di
1212 fase lanjutan untuk pasien dengan paduan OAT standar jangka pendek).
1213 Jika TAK di Fasyankes Rujukan TB RO atau Dokter terlatih di Fasyankes TB
1214 RO menemukan hasil pemeriksaan biakan yang kembali menjadi positif pada
1215 pasien yang sebelumnya sudah negatif ataupun tercapai konversi dan tidak di
1216 dukung dengan perburukan kondisi klinis pasien, langkah-langkah yang harus
1217 dilakukan adalah :
1218 a. Menelaah kepatuhan dan keteraturan pengobatan dengan melihat kartu
1219 TB 01 MDR
1220 b. Menelaah kondisi klinis dan hasil follow up radiologis.
1221 c. Membandingkan hasil biakan dengan hasil pemeriksaan BTA secara
1222 serial. Bila terjadi reversi biakan biasanya juga akan didapatkan reversi
1223 BTA terlebih dahulu.
1224 d. Melakukan pemeriksaan BTA dan biakan ulang, dari 2 sampel sebagai
1225 konfirmasi untuk menyingkirkan kemungkinan kontaminasi :
1226  Jika hasil negatif maka yang terjadi adalah kontaminasi dan hasil
1227 positif sebelumnya bisa diabaikan.
1228  Jika hasil biakan positif dengan jumlah hitung koloni sama atau lebih
1229 tinggi maka telah terjadi reversi pada pasien bersangkutan.

119 60
120
1230 e. Melakukan pemeriksaan radiologis untuk melihat perkembangan
1231 penyakit.
1232 f. Menelaah ulang adanya penyakit lain yang dapat menurunkan absorpsi
1233 obat.
1234
1235 Alur 4. Tatalaksana pasien dengan hasil biakan berubah dari negatif menjadi positif
1236
1237 EVALUASI :
Melakukan review kartu pengobatan pasien
1238 Evaluasi DOT untuk memastikan OAT diminum secara benar
1239
1240
TINDAKAN :
1241 Ulangi pemeriksaan BTA dan biakan sekurangnya dari 2 sampel sebagai
1242 konfirmasi
Ulangi pemeriksaan radiologi untuk melihat perkembangan penyakitnya
1243
1244
1245 Hasil Pemeriksaan Biakan
1246
POSITIF
1247 NEGATIF

1248
Ulang Uji kepekaan M.tuberculosis (FLD dan SLD) Kemungkinan
1249Bila hasil berbeda pola resistensi maka kontaminan dan
1250pertimbangkan kemungkinan reinfeksi, infeksi silang pengobatan dilanjutkan
atau transient resistance
1251Lakukan pemeriksaan strain kuman bila fasilitas
1252tersedia
1253
1254
Sesuaikan paduan OAT dengan pola
1255 resistansi baru

121 61
122
1256 7. Penetapan Hasil Pengobatan Pasien TB RO
1257 a. Sembuh
1258  Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman
1259 pengobatan TB RO tanpa bukti terdapat kegagalan, dan
1260  Hasil biakan telah negatif minimal 3 kali berturut-turut dengan jarak
1261 pemeriksaan minimal 30 hari selama tahap lanjutan.
1262 b. Pengobatan lengkap
1263 Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan
1264 TB RO tetapi tidak ada hasil pemeriksaan biakan yang terdokumentasi untuk
1265 memenuhi definisi sembuh maupun gagal.
1266 c. Meninggal
1267 Pasien meninggal karena sebab apapun selama masa pengobatan TB RO.
1268 d. Gagal
1269 Pengobatan TB RO dihentikan atau membutuhkan perubahan rejimen ≥ 2
1270 OAT RO yang disebabkan oleh salah satu dari beberapa kondisi di bawah ini
1271 yaitu :
1272 1) Tidak ada respon yang adekuat terhadap pengobatan yang ditandai
1273 dengan tidak terjadinya konversi sampai dengan akhir bulan ke-8
1274 pengobatan.
1275 2) Pada pengobatan dengan paduan OAT standar jangka pendek bila hasil
1276 pemeriksaan mikroskopis akhir bulan ke enam masih positif.
1277 3) Terjadi reversi (hasil biakan kembali menjadi positif) pada fase lanjutan
1278 (setelah sebelumnya konversi).
1279 4) Pengobatan dihentikan oleh TAK atau Dokter terlatih Fasyankes TB RO
1280 karena terjadi efek samping obat yang berat yang tidak dapat ditangani.
1281 5) Pasien membutuhkan perubahan paduan pengobatan TB RO yaitu ≥ 2
1282 OAT RO karena terbukti terjadi resistansi tambahan terhadap obat
1283 golongan kuinolon dan obat injeksi lini kedua.
1284 e. Loss to follow-up (putus berobat)
1285 Pasien terputus pengobatannya selama dua bulan berturut-turut atau lebih.
1286
1287
1288
1289
1290
1291

123 62
124
1292 f. Tidak dievaluasi
1293 1) Pasien yang belum mempunyai hasil akhir pengobatan, misalnya pasien
1294 TB RO yang mendapatkan perpanjangan waktu pengobatan
1295 2) Pasien yang tidak diketahui hasil akhir pengobatan, misalnya pasien TB
1296 RO yang pindah ke Fasyankes rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO
1297 yang berada di wilayah lain dan hasil akhir pengobatannya tidak diperoleh
1298 oleh Fasyankes yang merujuk.
1299
1300 Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien Sembuh atau Pengobatan Lengkap
1301 Tujuan utama pengobatan pasien TB RO adalah untuk memastikan kesembuhan
1302 pasien dan mencegah kekambuhan. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan
1303 surveilens berupa pemantauan terhadap efektifitas paduan OAT yang digunakan.
1304 Semua Fasyankes rujukan TB RO dan Fasyankes TB RO wajib melakukan
1305 evaluasi paska pengobatan terhadap pasien TB RO yang telah dinyatakan
1306 sembuh atau pengobatan lengkap sebagai bagian dari tata laksana pasien.
1307 Upaya tersebut dilakukan melalui beberapa langkah di bawah ini:
1308 a. Fasyankes rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO membuat jadual
1309 kunjungan untuk evaluasi paska pengobatan.
1310 b. Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun kecuali timbul gejala
1311 dan keluhan TB seperti batuk, produksi dahak, demam, penurunan berat
1312 badan dan tidak ada nafsu makan maka pasien segera datang ke Fasyankes
1313 rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO.
1314 c. Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengikuti jadual kunjungan paska
1315 pengobatanyang telah ditentukan.
1316 d. Pemeriksaan yang dilakukan adalah anamnesis lengkap, pemeriksaan fisis,
1317 pemeriksaan dahak, biakan dan foto toraks.
1318 e. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan terjadinya kekambuhan. Jika
1319 terjadi kekambuhan, tatalaksana pasien sebagai Terduga TB RO.
1320 f. Memberikan edukasi kepada pasien untuk menjalankan PHBS seperti olah
1321 raga teratur, tidak merokok, konsumsi makanan bergizi, istirahat dan tidak
1322 mengkonsumsi alkohol.
1323 g. Melakukan pencatatan dalam formulir TB 01 MDR dan TB 03 MDR.

125 63
126
1324
1325 8. Pencatatan dan Pelaporan Pengobatan TB RO
1326 Pencatatan dan pelaporan merupakan komponen penting dalam kegiatan
1327 surveilans TB Resistan Obat. Kedua hal tersebut (pencatatan dan pelaporan)
1328 merupakan dapat menjadi sumber informasi untuk diolah, dianalisis,
1329 diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan sebagai bahan dalam pengambilan
1330 keputusan.
1331
1332 Data yang dikumpulkan dalam surveilans harus valid (akurat, lengkap dan tepat
1333 waktu) sehingga menjamin kualitas pengolahan dan analisis data. Sistem
1334 pencatatan dan pelaporan kegiatan MTPTRO mengacu pada sistem yang sesuai
1335 dengan pencatatan pelaporan strategi DOTS.
1336 a. Jenis Formulir Dalam Kegiatan Pengobatan TB RO
1337 Formulir pencatatan dan pelaporan yang digunakan oleh Fasyankes Rujukan
1338 TB RO dan Fasyankes TB RO adalah sebagai berikut :
1339 1) Formulir Kunjungan Rumah

127 64
128
129 65
130
131 66
132
133 67
134
1345
1346 2) Formulir persetujuan Tim Ahli Klinis

135 68
136
1348
1349 3) Formulir Data Dasar Pasien
1350

137 69
138
139 70
140
1352

141 71
142
1353

143 72
144
1354
1355PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DATA DASAR
1356
NO. DATA INSTRUKSI
1. Lokasi RS rujukanTB RO/ Berilah tanda rumput () pada salah satu lokasi yang
RS TB RO merupakan tempat pasien dilakukan skrining
2. No. Register Pasien Isilah dengan kode yang merupakan nomor Pasien
terduga terduga dari Register Pasien terduga TB MDR
RSMDR/NO/BLN/THN
3. Tanggal Isilah dengan format tanggal/bulan/tahun (tgl/bln/thn)
DEMOGRAFI
4. Nama Lengkap Isilah nama lengkap pasien
5. Jenis Kelamin Berilah tanda rumput () pada salah satu jenis kelamin
pasien
6. Usia Isilah usia pasien (lakukan pembulatan kebawah untuk
usia)
7. Tempat Lahir Isilah kab/kota tempat pasien lahir sesuai akte
8. Tanggal Lahir Isilah tanggal lahir pasien dengan format
tanggal/bulan/tahun
9. Status pernikahan Berilah tanda rumput () pada salah satu status
pernikahan pasien
10. Agama Sudah jelas
11. Alamat Lengkap Isilah dengan alamat tetap pasien, tuliskan nama jalan,
blok, nomor rumah, RT., RW., kelurahan, kecamatan,
kota, propinsi dan kode pos
12. Nomor Telepon Rumah Isilah dengan nomor telepon rumah tinggal pasien,
sertakan juga kode area
13. Nomor Handphone Isilah dengan nomor handphone yang dapat dihubungi
14. Pekerjaan Isilah dengan pekerjaan pasien
15. Nama Perusahaan Isilah dengan nama perusahaan tempat pasien bekerja
16. Alamat Kantor Isilah dengan alamat tempat pasien bekerja
17. Telepon Kantor Isilah dengan nomor telepon tempat pasien bekerja
18. Jumlah Tanggungan Isilah dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan pasien
19. Nama Istri/Suami Isilah dengan nama istri/suami pasien
20. Nama Ayah/wali Isilah dengan nama ayah kandung/wali pasien
21. Nama Ibu Isilah dengan nama ibu kandung pasien
22. Alamat Orang tua Isilah dengan alamat lengkap orang tua pasien. Tuliskan
nama jalan, blok, nomor rumah, rt., rw.,kelurahan,
kecamatan, kota, propinsi dan kode pos
23. Nomor Telepon Isilah dengan nomor telepon dari orang tua pasien yang
dapat dihubungi

24. Penghasilan Keluarga per Berilah tanda rumput () atau isilah berapa jumlah

145 73
146
bulan penghasilan keluarga per bulan. Jika terdapat lebih dari
satu sumber penghasilan, jumlahkan terlebih dahulu.
25. Kerabat yang dapat Tuliskan nama kerabat yang dapat dihubungi bila
dihubungi bila diperlukan. Tuliskan hubungan kerabat tersebut dengan
diperlukan pasien dan isilah alamat lengkap serta nomor telepon
/hubungan/alamat/telepon kerabat tersebut
26. Dirujuk oleh Berilah tanda rumput () pada salah satu dokter praktik
swasta/fasilitas kesehatan yang merujuk pasien. Tuliskan
nama fasilitas kesehatan/dokter tersebut, dan tuliskan
dengan lengkap alamatnya.
27. Jumlah Kontak Serumah Tuliskan berapa jumlah orang satu rumah yang kontak
dengan pasien, kelompokkan berdasarkan usia ≤ atau >
14 tahun.
28. Keluhan Utama Tuliskan keluhan utama pasien
GEJALA KLINIS
29. Berilah tanda rumput () pada setiap gejala klinis yang dirasakan oleh pasien,
lengkapi dengan lamanya gejala dirasakan, dan tuliskan penjelasan dari setiap gejala
yang dirasakan pasien.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
30. Riwayat pengobatan TB Isilah tabel yang tersedia dengan riwayat pengobatan TB
sebelumnya sebelumnya yang pernah diterima oleh pasien, mulai dari
yang pertama hingga terakhir. Tuliskan tanggal dimulai,
paduan OAT dan lamanya, nama FASYANKES/dokter
yang memberikan, apakah dengan DOTS atau tidak dan
bagaimana hasil akhir pengobatannya.
31. Kontak dengan pasien TB Berilah tanda rumput () pada salah satu pilihan yang
aktif sesuai.

32. Ko-Morbiditas Berilah tanda rumput () pada ko-morbiditas (penyakit


penyerta) yang juga dialami pasien. Isilah lamanya dan
tuliskan riwayat pengobatan atau status penyakit penyerta
pasien.
33. Alergi Bila pasien memiliki alergi terhadap obat-obatan, isilah
nama obat dan tipe reaksi alerginya (keluhan)
34. Obat lain yang sedang Isilah dengan nama/jenis obat yang sedang dikonsumsi
dikonsumsi
35. Riwayat Operasi Isilah dengan riwayat operasi yang pernah dilakukan
pasien, tuliskan tanggal dan komplikasi yang dialami jika
ada.
RIWAYAT SOSIAL
36. Merokok, Alkohol, Tuliskan riwayat penggunaan, jumlah dan jenisnya

147 74
148
Narkoba
37. Riwayat Obstetri (Hanya Tuliskan Hari Pertama Haid Terakhir, Gravida (G) –
untuk Wanita) Jumlah Kehamilan, Para (P) – Jumlah anak yang
dilahirkan hidup, Abortus (A) – Jumlah anak yang
dilahirkan mati

PEMERIKSAAN FISIK DAN PROSEDUR LABORATORIUM


38. Tanda Vital Isilah dengan lengkap seluruh tanda vital pasien,
termasuk tinggi dan berat badan.
39. Pemeriksaan Fisik Umum Lengkapi pemeriksaan fisik umum pasien, deskripsikan
bila terdapat kelainan.
40. Prosedur Laboratorium Tuliskan hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan oleh pasien (Pemeriksaan Apusan Dahak,
Biakan, dan uji kepekaan), berikan tanggalnya.
41. Hasil Laboratorium Isilah hasil pemeriksaan laboratorium lain (darah, urin)
Lainnya yang telah dilakukan oleh pasien, berikan tanggalnya.
42. Foto Rontgen Dada Isilah dengan tanggal pemeriksaan dilakukan, dan
gunakan kode untuk diisikan pada kotak sesuai dengan
lobus paru dimana kelainan tersebut ditemukan.
PENILAIAN
44. Berilah tanda rumput () pada salah satu kriteria yang sesuai, berikan pula tanda
rumput () pada tipe Pasien terduga. Tuliskan penyakit lain selain TB yang dialami
pasien.
RENCANA TINDAK LANJUT
45. Berilah tanda rumput () pada rencana tindak lanjut yang akan dijalankan oleh
pasien, tuliskan jumlah pemeriksaan yang harus dilakukan, paduan obat bila pasien
akan mendapat OAT sementara menunggu hasil pemeriksaan.
46. Dokter Pemeriksa Isilah dengan nama dokter pemeriksa dan tanda
tangannya. Isilah tanggal dilakukan pengisian data dasar.

149 75
150
1357 4) TB. 01 MDR
1358 Kartu TB 01 MDR disimpan di Fasyankes Rujukan TB RO atau TB RO, dan
1359 dibuatkan salinannya (copy) apabila pasien melanjutkan pengobatan di
1360 Fasyankes satelit.

151 76
152
153 77
154
1362

155 78
156
157 79
158
159 80
160
1365
1366Petunjuk pengisian formulir TB 01 MDR
Halaman 1
1. Nama Pasien Sudah jelas
2. Alamat lengkap Tulis lengkap
3. Nama PMO Tuliskan nama Pengawas Menelan OAT pasien
secara lengkap, kemudian dalam kurung tulis
status PMO tersebut, misalnya: (petugas
kesehatan), (kader), dll.
4. Alamat lengkap PMO Tulis lengkap
5. Jenis kelamin Beri tanda  pada kotak yang sesuai.
6. Umur Tulis umur penderita dalam tahun.
7. Parut BCG Beri tanda  pada kotak yang sesuai.
8. Catatan Tulis hasil pemeriksaan lain yang dilakukan
misalnya pemeriksaan lain seperti biopsi,
histopatologi dll.
9. Nama Fasyankes Tulis nama Fasyankes Rujukan/Sub Rujukan TB
Rujukan/Sub Rujukan TB RO tempat pasien berobat
RO
10. Tahun Tahun mulai pengobatan
11. No. Reg.TO RO Fasyankes Tuliskan no register pasien TB RO sesuai
ketentuan :
“AA / BBB”
A : 01 = RS. Persahabatan
02 = RS. Dr. Soetomo
B : Nomor urut pasien sesuai urutan pasien yang
diobati pada tahun tersebut. Misal : 01/010
12a. No.Reg.TB RO Kab/Kota Diisi oleh wasor, sesuai nomor register TB RO
kabupaten/ kota (TB.03 MDR)
12b Provinsi Tulis nama provinsi tempat pasien berobat
13. Tanggal Registrasi Tulis tanggal pasien di registrasi
14. Asuransi kesehatan pasien Beri tanda  pada kotak yang sesuai, dan
sebutkan jika ada
15. Pemeriksaan kontak Tulis nama, jenis kelamin, umur dari semua orang
serumah yang tinggal serumah dengan penderita TB RO.
Lakukan pemeriksaan sesuai petunjuk, kemudian
tulislah tanggal dan hasil pemeriksaan tersebut.
16. Dirujuk oleh Beri tanda  pada kotak yang sesuai dan tuliskan
nama yang sesuai
17. Klasifikasi pasien Beri tanda  pada kotak yang sesuai. Pada
pasien Ekstra Paru, tulislah dimana lokasinya,
18. Tipe Registrasi pasien Beri tanda  pada kotak yang sesuai.

161 81
162
19. Riwayat pengobatan TB Tuliskan periode pengobatan, rejimen pengobatan
sebelumnya dan hasil pengobatan jika pasien sudah pernah
mendapat pengobatan TB sebelumnya.
Misalnya : “Januari – Juni 2010”
20. Pertemuan Tim Ahli Klinis Tuliskan tanggal, tujuan dan keputusan tim ahli
klinis secara lengkap
21. Apakah pernah Beri tanda  pada kotak yang sesuai. Lengkapi
mendapatkan OAT Lini dengan jenis OAT lini kedua dan lamanya
kedua menelan obat tersebut
Halaman 2
22. Hasil pemeriksaan dahak Hasil tersebut harus ditulis sesuai baris dari bulan
pemeriksaan yang dilakukan, misalnya baris bulan
D untuk pemeriksaan awal (kepentingan
diagnosis). Baris bulan ke 1 untuk pemeriksaan
pada akhir bulan ke 1, dan seterusnya.
Pada kolom BTA :
Tulis hasil tingkat positif (gradasi) yang tertinggi
(misal : ++ = ditulis 2+, +++ = ditulis 3+) atau Neg
jika hasil nya negatif.
Pada kolom biakan :

PEMBACAAN PENCATATAN
> 500 koloni 4+
200 – 500 koloni 3+
100 – 200 koloni 2 +
20 – 100 koloni 1 +
1 – 19 koloni Jumlah koloni
Tidak ada pertumbuhan Negatif
23. Hasil rapid test Beri tanda  pada kotak yang sesuai
SR : MTB sensitif R
RR : MTB resistan R
N : MTB Negatif
I : Invalid/ Error
24. Hasil uji kepekaan OAT Tulis hasil uji kepekaan masing – masing Obat
sesuai kolomnya.
S = sensitif
R = resisten
TD = Tidak dilakukan
25. Kode Hasil Bacaan Foto Tulis tanggal dan kode hasil bacaan foto thorax
Thorax sesuai tabel
26. Catatan Tuliskan catatan apabila ada kejadian khusus dan

163 82
164
penting yang terjadi selama masa pengobatan),
misal efek samping, pasien melanjutkan
pengobatan ke Fasyankes satelit dsb.
Halaman 3
27. Paduan TB RO yang 1. Tuliskan tanggal penentuan atau perubahan
diberikan rejimen baik dosis maupun penghentian salah
satu obat.
2. Tulis berat badan pasien (dalam Kg) pada
tanggal tersebut.
3. Tulislah jumlah tablet/ dosis obat suntik pada
kolom OAT yang diberikan.
4. Beri tanda “X” pada kolom obat yang
dihentikan penggunaannya
O 28. Tahap awal 1. Kolom Pemberian Obat : Di kolom bulan,
tulis nama bulan pengobatan.
2. Di kotak-kotak tanggal, beri tanda  jika
penderita datang mengambil obat atau
pengobatan dibawah pengawasan petugas.
3. Beri tanda O pada tanda  jika pada hari itu
pasien juga mendapatkan pengobatan
suntikan.
Contoh:
Tanggal 8 9
O O 6 1
O
O 7 0
1
O 1
1
O 2
1
3
Tanda        

Halaman 4
29. Tahap lanjutan Sama dengan kolom pemberian obat tahap
intensif.
30. Catatan akhir pengobatan Tulis pada kolom catatan jika ada kejadian penting
yang menyertai akhir pengobatan, misalnya bila

165 83
166
pasien dinyatakan default, tulis upaya yang telah
dilakukan, hasil pelacakan pasien tersebut.
30 Hasil akhir pengobatan Tuliskan tanggal hasil akhir pengobatan pada
kotak yang sesuai
31 Status HIV pada saat P : positif
diagnosis TB RO N : negatif
TD : tidak diketahui
32 Status HIV pada saat akhir P : positif
pengobatan TB RO N : negatif
TD : tidak diketahui
33 ART Y : ya
T : Tidak
1367

167 84
168
1368 5) TB.02 MDR :
1369 Kartu TB.02 disimpan oleh penderita. Setiap kali penderita dating untuk
1370 berobat kartu ini harus dibawa, Petugas berkewajiban mengisi kartu ini
1371 selesai memberikan obat kepada penderita. Selain mencatat identitas
1372 penderita, kartu ini dipakai pula untuk mencatat paduan obat yang
1373 diberikan kepada penderita, jumlah obat yang telah diberikan kepada
1374 penderita, tanggal harus kembali, tanggal pemeriksaan ulang dahak, dan
1375 catatan lain oleh dokter atau perawat. Cara pengisian data pada sampul
1376 depan cukup jelas dan sesuaikan dengan kartu pengobatan pasien (TB
1377 01 MDR).

169 85
170
1379

171 86
172
1380
1381 Petunjuk pengisian Buku pasien TB RO (TB 02 MDR)
1382
1383 Cara pengisian halaman dalam :
Tanggal Tulis tanggal kunjungan sekarang.
Rejimen Tulis kode rejimen OAT yang diberikan
Tanda tangan Tanda tangan petugas kesehatan yang menyaksikan pasien
menelan obat dan petugas yang memberikan suntikan.
Pemeriksaan/ Tulis jadual pemeriksaan follow up (misalnya pemeriksaan biakan
Tindakan dahak, rontgen, pemeriksaan lainnya)
Hasil Tulis hasil peneriksaan / tindakan tersebut
Catatan Jika ada catatan yang perlu diperhatikan pasien

173 87
174
1384 6) TB. 03 MDR yaitu Buku register pasien TB MDR (TB.03 MDR berada di
1385 Fasyankes Rujukan TB RO dan fayankes TB RO). Adapun contoh register
1386 Fasyankes yang sudah diisi ada di lampiran.
1387 7) Formulir Melanjutkan Pengobatan
1388 Formulir melanjutkan pengobatan merupakan biasanya digunakan saat akan
1389 mendesentralisasi pasien dari RS TB RO Rujukan/TB RO ke fasyankes satelit.
1390

Setelah menyelesaikan materi di atas, Peserta dapat mengisi


Latihan 4 & Latihan 5

175 88
176
1391

177 89
178
1392
1393 C. TATALAKSANA PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT PADA ANAK.
1394
1395 Prinsip dasar:
1396  Pengobatan diberikan untuk pasien anak terkonfirmasi bakteriologis sebagai
1397 pasien TB RO maupun pasien yang terdiagnosis secara klinis.
1398  Paduan pengobatan untuk anak sama dengan paduan pengobatan TB RO pada
1399 dewasa.
1400  Dosis untuk anak diberikan secara individual disesuaikan dengan berat badan
1401 dan tata cara pemberian OAT pada anak (tabel 11).
1402  Focal point TAK untuk tatalaksana TB RO pada anak adalah dokter ahli anak
1403 dengan dibantu oleh dokter ahli anggota TAK yang lain.
1404
1405 Anak dengan TB RO harus ditata laksana sesuai dengan prinsip pengobatan
1406 pada dewasa. Meskipun demikian ada beberapa ketentuan yang khusus berlaku untuk
1407 pasien TB RO anak :
1408 1. Paduan OAT untuk pasien TB RO terdiagnosis klinis ditetapkan secara empiris
1409 mengikuti paduan OAT yang diberikan kepada index case nya.
1410 2. Paduan OAT RO Anak t e r d i r i d a r i :
1411  4 obat lini kedua yang masih sensitif, terdiri dari satu OAT grup A
1412 (fluorokuinolon), satu OAT grup B (OAT suntik lini kedua), dua OAT grup C
1413 (OAT oral lini kedua).
1414  Pirazinamid.
1415  Etambutol dan Isoniazid diberikan untuk memperkuat paduan.
1416 3. Gunakan dosis tinggi (high-end dosing) bila memungkinkan.
1417 4. Pemberian obat setiap hari, harus dalam pengawasan PMO.
1418 5. Durasi pengobatan sesuai dengan kriteria pasien dan jenis paduan yang
1419 diberikan.
1420 6. Pemantauan pengobatan TB RO pada anak sesuai dengan alur pemantauan
1421 pengobatan pada pasien dewasa.
1422 7. Paduan OAT individual juga bisa diberikan pada pasien TB RO kelompok anak.
1423 Paduan menggunakan Bedaquilin belum direkomendasikan untuk diberikan pada
1424 pasien anak < 14 tahun.
1425

179 90
180
1426 Tabel 9.Perhitungan dosis OAT RO untuk anak
Jenis OAT Dosis Harian Anak Keterangan
Levofloksasin 15 - 20 mg/ kg/dosis terbagi Untuk anak diatas 5 tahun dosis
untuk anak < 5 tahun tunggal, 10-15 mg/kg/hari
Moksifloksasin 7,5 - 10 mg/ kg/hari
Kanamisin 15-30 mg/kg/hari Dosis harian maksimal 1000mg
Kapreomisin 15-30 mg/kg/hari Dosis harian maksimal 1000mg
Streptomisin 20-40 mg/kg/hari Dosis harian maksimal 1000mg
Sikloserin 10-20 mg/kg/hari. Kapsul bisa dibuka dan
dilarutkan dalam 10ml air. Bisa
dosis terbagi
Etionamid 15-20 mg/kg/hari Dapat diberikan dalam dosis
terbagi
Linezolid 10 mg/ kg/ dosis terbagi 3 kali Dosis maksimum 600mg, Vit B6
sehari harus diberikan
Klofazimin 1 mg/kg/ hari Dosis maksimal 200mg
Pirazinamid 30-40 mg/kg/hari Dosis maksimal 2000mg
Etambutol 15-25 mg/kg/hari Dosis maksimal 1200mg
Isoniasid 7-15 mg/kg/hari Dosis maksimal 300mg
Bedaquilin Belum ada Dosis terbagi pagi sore
Asam PAS 200-300mg/ hari. Dosis terbagi pagi sore
Sodium PAS 200-300mg/ hari.
1427
1428 D. TATALAKSANA PENGOBATAN PADA PASIEN KO-INFEKSI TB RO dan HIV
1429
1430 1. Prinsip Kolaborasi TB RO-HIV :
1431  Prinsip pengobatan TB RO pada pasien dengan HIV sama dengan pasien
1432 TB RO tanpa HIV.
1433  Penanganan pasien TB RO dan HIV memerlukan kerjasama antara TAK atau
1434 dokter terlatih di Fasyankes TB RO dengan Ahli yang memahami manajemen
1435 pasien HIV terutama pada manajemen efek samping, monitoring kondisi
1436 pasien dan penilaian respons pengobatan.
1437  Pemberian dukungan kepada pasien TB RO dan HIV mengikuti skema serta
1438 mekanisme yang sudah berjalan di program TB maupun HIV.
1439  Upaya PPI TB yang terpadu dan efektif harus dilaksanakan baik di sarana
1440 pelayanan TB RO maupun di sarana pelayanan HIV.
1441  Keterlibatan semua stakeholder dalam jejaring pengendalian TB RO dan HIV
1442 sangat diperlukan.
1443  Internal Fasyankes : Harus ada kerja sama yang baik antara unit TB RO dan
1444 Unit HIV.
1445  Eksternal Fasyankes: Badan koordinasi yang selama ini terlibat dalam

181 91
182
1446 kolaborasi TB-HIV juga harus diikutsertakan dalam penanganan kasus TB
1447 RO dan HIV. Keterlibatan dan kemitraan dengan unsur masyarakat dan LSM
1448 peduli TB dan HIV juga perlu dikembangkan.
1449
1450 2. Persiapan Pengobatan Ko-infeksi TB RO dan HIV.
1451 Evaluasi tambahan yang harus dilakukan sebagai persiapan pengobatan untuk
1452 ODHA yang terkonfirmasi TB RO adalah :
1453  Detail mengenai riwayat penyakit HIV, termasuk infeksi oportunistik yang
1454 pernah dialami dan penyakit lain terkait HIV yang pernah dialami.
1455  Data pemeriksaan CD4 terkini dan viral load (bila ada)
1456  Riwayat penggunaan ART
1457  Riwayat rawat inap, kontak erat dengan pasien TB RO yang
1458 terkonfirmasi
1459  Pemeriksaan fisis yang menjadi bagian dari evaluasi awal harus
1460 difokuskan pada upaya mencari tanda imunosupresi, melakukan penilaian
1461 mengenai status nutrisi dan neurologis pasien serta mencari tanda penyakit
1462 TB ekstra paru.
1463
1464 Pemeriksaan penunjang awal sebelum pengobatan (baseline) ditambahkan
1465 dengan pemeriksaan khusus yaitu :
1466  Pemeriksaan CD4
1467  Pemeriksaan Viral load (berdasarkan indikasi)
1468  Pemeriksaan skrining untuk siphilis
1469  Pemeriksaan serologis untuk Hepatitis B dan C
1470 Pengobatan TB RO dapat dilakukan tanpa menunggu hasil pemeriksaan
1471 baseline lengkap.
1472
1473 3. Tata Cara Pengobatan Pasien TB RO-HIV :
1474  Paduan pengobatan Pasien TB RO dan HIV sama dengan paduan
1475 pengobatan TB RO tanpa HIV.
1476
1477
1478  Paduan ART yang direkomendasikan untuk pasien TB RO adalah
1479 -. ART lini pertama: AZT-3TC-EFV atau
1480 -. ART lini kedua: TDF-3TC-LPV/r.
1481  Pemberian Pengobatan Profilaksis Kotrimoksasol (PPK) sebagai bagian dari

183 92
184
1482 manajemen komprehensif pasien HIV dengan tujuan untuk mencegah infeksi
1483 bakterial, PCP, Toksoplasmosis, Pnemonia dan Malaria.
1484  Untuk mengurangi kemungkinan efek samping maka direkomendasikan
1485 pemberian OAT RO dengan dosis terbagi (obat yang memungkinkan untuk
1486 diberikan secara dosis terbagi adalah etionamid, sikloserin dan PAS). Jika
1487 diberikan dosis terbagi, OAT RO yang diminum pagi hari diberikan di depan
1488 petugas fasyankes sedangkan OAT RO yang diminum malam hari mengikuti
1489 mekanisme pemberian ART.
1490  Pengawasan minum obat baik untuk ART dan OAT harus dilakukan secara
1491 terpadu dengan memperhatikan aturan minum obat maupun faktor interaksi
1492 obat. Untuk ART diminum sesuai mekanisme yang sudah ada. Konseling
1493 kepatuhan sebelum dan selama minum obat harus diperkuat. Kemungkinan
1494 terjadinya IRIS bisa menambah kompleksitas terapi.
1495  Pengobatan TB RO dan HIV yang belum mendapatkan ART.
1496 Pemberian ART pada pasien TB RO setelah OAT RO telah ditoleransi yaitu
1497 sekitar 2-8 minggu. Pemberian ART sangat penting, Bila ART tidak diberikan,
1498 angka kematian sangat tinggi sekitar 91–100 %.
1499  Pengobatan TB RO dan HIV yang sudah mendapatkan ART.
1500 Ada 2 (dua) hal yang perlu dipertimbangkan bila pengobatan TB RO akan
1501 dimulai pada pasien yang sudah mendapatkan ART yaitu :
1502 - Apakah perlu dilakukan modifikasi paduan ART yang diberikan,
1503 mengingat interaksi antar obat atau mengurangi kemungkinan terjadinya
1504 overlapping toksisitas obat.
1505 - Apakah munculnya TB RO menunjukkan kegagalan pengobatan ART
1506 sebelumnya. Bila hasil analisa menunjukkan terjadi kegagalan
1507 pengobatan ART maka tidak direkomendasikan untuk memulai
1508 pengobatan baru menggunakan ART lini kedua pada waktu yang
1509 bersamaan dengan dimulainya pengobatan TB RO. Untuk situasi ini
1510 direkomendasikan untuk meneruskan paduan ART yang telah didapat
1511 dan melakukan perubahan paduan menggunakan ART lini kedua sekitar
1512 2-8 minggu setelah pemberian OAT RO dimulai.
1513
1514 4. Potensi interaksi obat antara OAT RO dan ART yang dipakai di Indonesia.
1515 1) Etionamid dengan ART.
1516 Etionamid dimetabolisme oleh sitokrom P450, sebagaimana juga pada
1517 beberapa tipe ART sehingga diduga terjadi interaksi obat tetapi mengingat

185 93
186
1518 masih terbatasnya informasi mengenai hal tersebut terutama mengenai
1519 enzim mana yang berperan maka belum dapat dipastikan apakah etionamid
1520 ataukah ART yang harus mengalami penyesuaian dosis.
1521 2) Klaritromisin dengan Ritonavir dan Nevirapine/Efavirenz
1522 Klaritromisin merupakan golongan OAT grup lima yang kemungkinan akan
1523 dipakai dalam pengobatan TB XDR. Obat ini merupakan substrat dan
1524 inhibitor dari enzim CYP3A dan memiliki interaksi ganda dengan ART tipe
1525 Protease Inhibitor (ritonavir) dan NNRTI (nevirapine, efavirenz). Pemberian
1526 klaritromisin dengan ritonavir akan meningkatkan kadar klaritromisin dalam
1527 darah meskipun demikian hanya pada pasien dengan klirens kreatinin <
1528 60ml/menit yang memerlukan penyesuaian dosis nevirapine/efavirenz akan
1529 menginduksi metabolisme klaritromisin sehingga kadar dalam plasma akan
1530 berkurang. Hal ini akan berakibat efektifitas klaritromisin akan jauh berkurang.
1531 Oleh karena itu, pemakaian klaritromisin untuk pengobatan pasien ko-infeksi
1532 TB RO–HIV sedapat mungkin dihindari karena efektifitas yang lemah dan
1533 banyak interaksi dengan obat lain.
1534
1535 5. Potensi toksisitas obat dalam pengobatan pasien TB RO dan HIV
1536 Secara umum angka kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan akibat
1537 pengobatan TB RO dan HIV lebih tinggi dibandingkan pasien dengan status HIV
1538 negatif. Angka tersebut semakin meningkat bila terjadi penekanan sistem imun
1539 (imunosupresi) lanjutan. Melakukan identifikasi mengenai obat mana yang
1540 menjadi penyebab terjadinya efek samping merupakan hal yang sulit, mengingat
1541 banyak obat baik OAT maupun ART memiliki efek samping yang sama dan
1542 overlapping. Terkadang bahkan tidak memungkinkan untuk menghubungkan
1543 efek samping tersebut hanya dengan satu jenis obat saja.
1544
1545 Penanganan kasus bila terjadi efek samping obat menjadi semakin kompleks.
1546 Pada pengobatan dengan ART tidak memungkinkan dilakukan trial satu per satu
1547 untuk mengetahui obat mana yang menimbulkan efek samping karena potensi
1548 resistansi yang besar. Tabel di bawah ini dapat dipakai untuk memperkirakan
1549 penyebab efek samping.
1550
1551 Tabel 10. Potensi Toksisitas OAT RO dan ART
Toksisitas ART OAT Keterangan
Neuropati d4T, Cs,H, Hindari pemakaian d4T dan ddI bersamaan dengan Cs
perifer ddI Km, Eto, karena secara teoritis bisa menimbulkan neuropati

187 94
188
Toksisitas ART OAT Keterangan
E perifer. Bila terpaksa digunakan bersamaan dan timbul
neuropati, ganti ART dengan yang kurang neurotoksis.
Toksisitas EFV Cs, H, - Efavirenz (EFV) mempunyai toksisitas besar terhadap
pada saraf Eto, saraf pusat (gejala: bingung, penurunan konsentrasi,
pusat fluorokuin depersonalisasi, mimpi abnormal, sukar tidur dan
olon pusing) pada 2-3 minggu pertama pengobatan yang
akan sembuh dengan sendirinya. Bila tidak hilang,
perlu dipikirkan penggantian EFV. Psikosis jarang
dijumpai pada penggunaan EFV sendiri.
- Cs mempunyai efek samping yang serupa dengan
EFV, pada beberapa pasien pemakaian Cs akan
dampak cukup berat
berupa psikosis.
- Saat ini sangat sedikit informasi mengenai pemakaian
EFV dan Cs secara bersamaan.
Depresi EFV Cs, - 2,4 % dengan EFV menunjukkan depresi berat. EFV
Fluorokui perlu diganti bila ditemukan depresi berat.
nolon, H, - Pemberian Cs bisa memicu terjadinya depresi yang
Eto berat sampai kecenderungan bunuh diri.
- Keadaan sosial ekonomi buruk dengan penyakit
menahun dan ketidaksiapan psikis menjalani
pengobatan dapat juga memberikan kontribusi
terjadinya depresi.
Sakit AZT, Cs - Singkirkan penyebab lain dari sakit kepala sebelum
kepala EFV menetapkan sakit kepala sebagai akibat ART dan
OAT. Sakit kepala karena AZT, EFV dan Cs biasanya
tidak berkepanjangan. Beri analgesik ibuprofen atau
parasetamol.
Mual dan RTV, Eto, PAS, - Mual dan muntah adalah efek samping yang sering
Muntah d4T, H, E, Z terjadi dan dapat diatasi dengan baik.
NVP - Bila muntah berkepanjangan disertai nyeri perut,
kemungkinan besar karena asidosis laktat dan/atau
hepatitis sekunder karena pengobatan.
Nyeri Semua Eto, PAS - Nyeri perut merupakan efek samping yang banyak
perut ART dijumpai, biasanya tidak membahayakan.
menyeb - Tetapi perlu diwaspadai sebab nyeri perut dapat

189 95
190
Toksisitas ART OAT Keterangan
abkan sebagai gejala permulaan dari efek samping lain
nyeri seperti pankreatitis, hepa-titis dan asidosis laktat.
perut.
Diare Semua Eto, PAS, - Diare merupakan efek samping umum baik ART
PI, ddl Fluorokui maupun OAT.
(dengan no-lon - Pada pasien HIV, pertim-bangkan terdapatnya infeksi
bufer) oportunistik sebagai penyebabnya atau karena infeksi
Clostridium difficile (penyebab kolitis
pseudomembran).
Hepatotok NVP,EF E, Z, - Laksanakan pengobatan untuk hepatotoksistas.
sisitas V, PAS, Eto,
- Pikirkan penyebab lain seperti Kotrimoksasol
semua Fluorokui
- Singkirkan juga penyebab infeksi virus seperti
PI, no-lon
hepatitis A, B, C dan CMV.
semua
NRTI
(RTV>
dari PI
yang
lain).

Skin rash ABC, Z, PAS, - Tidak boleh dilakukan re-challenge dengan ABC
NVP, Fluorokui karena dapat menyebabkan syok anafilaktik yang
EFV, no-lon dapat fatal.
d4T dan - Tidak boleh dilakukan re-challenge obat yang terbukti
lainnya menimbulkan Steven-Johnson Syndrome.
- Kotrimoksasol bisa menjadi penyebab skin rash bila
pasien juga mendapatkan obat ini.
- Tiasetason tidak boleh diberikan kepada pasien HIV.
Nefrotoksi TDF Km, Cm - TDF dapat menyebabkan kelainan ginjal berupa
sitas sindrom Fanconi, hipofos-fatemia, hipourisemia,
proteinuria, normoglikemik glikosuria dan gagal ginjal
akut.
- Belum ada data tentang efek penggunaan TDF
bersamaan dengan Km/Cm, perlu pengawasan
khusus bila pasien mendapat keduanya.
- Meskipun tanpa TDF, pasien HIV mempunyai risiko

191 96
192
Toksisitas ART OAT Keterangan
nefrotoksisitas lebih tinggi bila mendapatkan Km dan
Cm.
- Perlu pemantauan serum kreatinin dan elektrolit lebih
rutin pada pasien HIV yaitu setiap 1-3 minggu sekali
selama tahap intensif.
Dosis ARV dan OAT yang nefrotoksik harus
disesuaikan bila sudah terjadi insufisiensi ginjal.
Gangguan TDF Cm, Km - Diare dan/atau muntah dapat menyebabkan gangguan
elektrolit elektrolit.
- Meski tanpa TDF, pasien HIV mempunyai risiko
terjadinya gangguan ginjal serta gangguan elektrolit
sekunder yang disebabkan pemakaian Cm dan Km.
Neuritis Ddl E, Eto - Hentikan dan ganti obat penyebab neuritis optikal.
optikal (jarang)
Gangguan PI Eto - PI cenderung menyebabkan resistansi insulin dan
regulasi hiperglikemia.
kadar gula - Eto cenderung menyebabkan kadar insulin pada
darah pasien DM sulit diatur dan dapat menyebabkan
hiporglikemia dan kadar gula darah sulit diatur.
Hipotiro- d4T Eto, PAS - Ada kemungkinan terjadi reaksi saling menguatkan
idisme bila diberikan bersamaan tetapi data yang ada belum
jelas.
- Beberapa penelitian menyebutkan terdapatnya
hipotiroidisme subklinis yang berkaitan dengan
pemberian Stavudin.
- Kombinasi PAS dan Eto dapat menyebabkan
hipotiroidisme.
1552 6. Monitoring pengobatan TB RO dan HIV
1553 Monitoring pengobatan TB RO dan HIV sama dengan monitoring pengobatan TB
1554 RO tanpa HIV. Evaluasi tambahan untuk pasien HIV positif meliputi pemeriksaan
1555 CD4, viral load, siphilis, pap smear, dan pemeriksaan serologis untuk Hepatitis B
1556 dan C.
1557
1558 Tabel 11. Jadwal Pemantauan Pengobatan TB RO dan HIV
Bulan pengobatan
Pemantauan
0 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22

193 97
194
Evaluasi Utama
Pemeriksaan dahak dan biakan Setiap bulan pada tahap awal, setiap 2 bulan pada fase

dahak lanjutan
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis : Pengobatan konko-
mitan, BB, gejala klinis, kepatuhan Setiap kali kunjungan
berobat
Uji kepekaan obat √ Berdasarkan indikasi
Foto toraks √ √ √ √
Ureum, Kreatinin √ 1-3 minggu sekali
selama suntikan
Elektrolit (Na, Kalium, Cl) √ √ √ √ √ √ √
EKG √ Setiap 3 bulan sekali
Thyroid Stimulating Hormon (TSH) √ √ √ √
Enzim hepar (SGOT, SGPT) √ Evaluasi secara periodik
Tes kehamilan √ Berdasarkan indikasi
Darah Lengkap √ Berdasarkan indikasi
Audiometri √ Berdasarkan indikasi
Kadar gula darah √ Berdasarkan indikasi
Asam Urat √ Berdasarkan indikasi
Test HIV √ dengan atau tanpa faktor risiko
Evaluasi tambahan untuk pasien HIV positif
Sifilis (VDRL) √ Berdasarkan indikasi
Pap Smear √ Berdasarkan indikasi
Hepatitis B dan C √ Berdasarkan indikasi
CD4 √ √ √ √
Viral load Berdasarkan indikasi
1559 7. Manajemen Sindrom Pemulihan Kekebalan (IRIS)
1560 Sindoma pemulihan kekebalan (IRIS) adalah sindrom yang terjadi saat gejala TB
1561 tampak memburuk pada awal pemberian ART, biasanya terjadi pada awal
1562 pemberian ART yaitu pada tiga bulan pertama. Gejala sangat bervariasi dari
1563 ringan sampai berat dan lebih sering terjadi pada pasien dengan angka CD4 <
1564 50. Sindrom ini merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh mulai bekerja
1565 kembali sehingga sering disalahartikan bahwa pengobatan TB RO mengalami
1566 kegagalan atau tidak ada respons terhadap pemberian ART.
1567
1568 Gejala yang muncul dan terkait dengan TB antara lain demam, pembesaran
1569 limfonodi, infiltrat meluas, distress pernafasan, nyeri kepala berat dan paralisis.
1570 Tidak disarankan untuk menghentikan ART tanpa berkonsultasi kepada dokter
1571 ahli di unit layanan HIV yang ada di rumah sakit.
1572

195 98
196
1573 Tabel 12. Gejala dan Penanganan IRIS
Gejala Penanganan
Demam Pemberian ibuprofen
Batuk yang memburuk Pemberian prednison, 0,5 mg/kg BB/hari diberikan
dan sesak nafas selama 21 hari
Nyeri kepala hebat, Curiga terjadi meningitis, lakukan punksi lumbal
paralisis
Pembesaran kelenjar Teruskan pemberian OAT dan ART
limfe
Distensi Abdominal Pemberian prednison, bila sangat parah maka
dipertimbangkan penghentian ART
1574
1575 8. Tatalaksana efek samping OAT RO dan obat HIV.
1576 Penanganan efek samping yang adekuat merupakan salah satu upaya untuk
1577 memastikan kepatuhan pasien TB RO dan HIV terhadap pengobatan yang
1578 diberikan. Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai beberapa efek samping
1579 yang mungkin terjadi dan cara penatalaksanaannya.
1580
1581
1582
1583
1584
1585 Tabel 13. Penatalaksanaan Efek Samping Pengobatan OAT RO dan ART

197 99
198
Gejala dan Tanda Penatalaksanaan
Nyeri Perut - Bisa disebabkan oleh beberapa obat ART dan OAT.

- Obat diberikan sesudah makan (kecuali untuk ddI).

- Pemberian terapi simptomatis biasanya membantu.


1586 Mual dan Muntah - Bisa disebabkan OAT (Eto, PAS) dan ART (AZT).

- Bila disebabkan OAT biasanya kronik, bila


penyebabnya ART biasanya terjadi pada awal
pengobatan dan biasanya membaik dalam beberapa
minggu.
- Disarankan untuk memberikan OAT dalam dosis
terbagi
Bila gejala ringan minta pasien menelan obat dengan
makanan lunak dan berikan pengobatan simptomatis
- Bila gejala berat berikan pengobatan simptomatis
dan rehidrasi (oral atau IV)
- Bila pasien mendapat d4T mengalami mual, muntah
dan sesak nafas pertimbangkan kemungkinan terjadi
asidosis laktat. Periksa kadar laktat pasien.
Diare Bisa disebabkan oleh ART dan OAT (terutama PAS).
Bila disebabkan PAS biasanya bersifat persisten.
- Pertimbangkan pula penyebab diare persisten akibat
infeksi kronik yang sering dijumpai pada pasien HIV,
bila terbukti karena infeksi kronik maka beri terapi
empiris.
- Tingkatkan asupan cairan dan berikan rehidrasi (oral
atau IV) bila dijumpai tanda dehidrasi.
- Berikan obat yang menyebabkan konstipasi kecuali
dijumpai ada lendir/darah, demam dan pasien lansia.
- Lakukan perawatan paliatif untuk daerah rektal
pasien.
- Berikan terapi diet suportif untuk pasien dengan diare
persisten.

Letih/ Lesu - Pertimbangkan kemungkinan terjadi hipokalemia


atau gagal ginjal, periksa kreatinin dan kadar kalium.
- Pertimbangkan terjadinya anemia, periksa kadar Hb.

- Pertimbangkan terjadinya hipotirodisme bila pasien


mendapatkan Eto dan PAS, periksa kadar TSH.
Depresi, kecemasan, - Banyak penyebab gangguan kejiwaan yang dialami
mimpi buruk, psikosis pasien, salah satunya adalah efek samping obat.
199 - Obat yang bisa menyebabkan adalah EFV dan
100
200
sikloserin.
- Bila disebabkan EFV biasanya gejala tidak terlalu
1587
1588
1589
1590
1591
1592
1593
1594
1595
1596
1597
1598
1599
1600
1601
1602
1603
1604
1605
1606
1607
SETELAH MENYELESAIKAN MATERI DI ATAS,
PESERTA BERLATIH MENGISI LATIHAN 6

201 101
202
1608 E. PENGOBATAN TB RESISTAN OBAT PADA KEADAAN KHUSUS
1609 Beberapa keadaan khusus tertentu dapat dialami oleh pasien setelah dan selama
1610 mendapatkan pengobatan TB RO, sehingga pasien perlu mendapatkan penanganan
1611 yang spesifik sesuai dengan kondisinya dan pengobatan TB RO nya tetap dapat
1612 diteruskan sampai selesai. Beberapa kondisi tersebut antara lain adalah :
1613 1. Pengobatan TB RO pada perempuan usia subur
1614 a. Semua pasien TB RO usia subur yang akan mendapat pengobatan dengan
1615 OAT RO, harus melakukan tes kehamilan terlebih dahulu.
1616 b. Bila ternyata pasien tersebut tidak hamil, pasien dianjurkan memakai
1617 kontrasepsi fisik selama masa pengobatan untuk mencegah kehamilan.
1618
1619 2. Pengobatan TB RO pada ibu hamil
1620 a. Kehamilan bukan kontraindikasi untuk pengobatan TB RO. Banyak bukti
1621 menunjukkan bahwa OAT lini kedua relatif aman bagi ibu hamil kecuali
1622 golongan aminoglikosida (kanamisin). Semua OAT yang dipakai dalam
1623 paduan standar TB RO di Indonesia mempunyai kelas keamanan tingkat B
1624 (etambutol) dan tingkat C (Pirazinamid, kuinolon, kapreomisin, sikloserin,
1625 etionamid, PAS). Hanya obat golongan aminoglokosida (kanamisin) yang
1626 memiliki kelas keamanan tingkat D setara dengan Streptomisin dan Amikasin.
1627 b. Bila pasien dalam kondisi hamil sebelum pengobatan TB RO dimulai atau
1628 hamil dalam tahap awal pengobatan, maka alternatif obat injeksi yang dipakai
1629 adalah kapreomisin. Kanamisin tidak direkomendasikan karena bisa
1630 menimbulkan efek teratogenik pada fetus. Diperkirakan 10% dari fetus akan
1631 mengalami gangguan organogenesis terutama pada organ vestibuler bila
1632 mendapatkan kanamisin pada trimester pertama kehamilan. Fakta yang ada
1633 saat ini menunjukkan bahwa pemakaian kapreomisin tidak menimbulkan efek
1634 teratogenik sebagaimana kanamisin dan sudah biasa dipakai di negara-
1635 negara lain yang menjalankan pengobatan TB RO. Menunda pengobatan
1636 sampai pasien melewati trimester pertama kehamilan tidak direkomendasikan
1637 pada pasien hamil dengan keadaan klinis buruk, lesi luas dan pasien HIV
1638 positif. Profil keamanan kapreomisin ada di kelas C yang sama dengan OAT
1639 lini pertama seperti rifampisin dan INH. Perlu dilakukan informed consent
1640 ulang bahwa obat yang diberikan sekarang berbeda dengan yang awalnya
1641 diberikan serta diberikan informasi yang cukup apa akibatnya bila obat injeksi
1642 tidak diberikan sama sekali. Bila pasien hamil mengalami mual muntah
1643 (morning sickness) maka diupayakan pemberian obat pada siang/sore hari.

203 102
204
1644 c. Dosis vitamin B6 maksimum yang bisa diberikan adalah 50-100mg perhari.
1645 Dosis yang lebih tinggi dari 150mg akan mengganggu penyerapan kuinolon
1646 dan menimbulkan gangguan kejang dan neurologis pada bayi baru lahir.
1647
1648 3. Pengobatan TB RO pada ibu menyusui
1649 a. Pasien yang sedang menyusui tetap mendapat pengobatan TB RO penuh.
1650 b. Sebagian besar OAT akan ditemukan kadarnya dalam ASI dengan
1651 konsentrasi kecil sehingga pasien TB RO yang sedang dalam masa
1652 menyusui tetap dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya. ASI
1653 tampung dan susu formula menjadi pilihan lain yang bisa dipilih.
1654 c. Jika pasien tersebut masih BTA positif, upayakan pencegahan dan
1655 pengendalian infeksi (PPI) dengan memisahkan bayinya untuk sementara
1656 waktu sampai BTA nya menjadi negatif atau pasien menggunakan masker
1657 N95 selama berdekatan dengan bayinya dan diupayakan dilakukan di ruang
1658 dengan ventilasi yang baik.
1659
1660 4. Pengobatan TB RO pada pasien yang sedang memakai kontrasepsi
1661 hormonal
1662 a. Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi oral hanya pada paduan yang
1663 mengandung rifampisin.
1664 b. Disarankan untuk minum OAT tidak bersamaan waktunya dengan
1665 kontrasepsi oral.
1666
1667 5. Pengobatan pasien TB RO dengan Diabetes Mellitus (DM)
1668 a. Diabetes mellitus dapat memperkuat efek samping OAT terutama gangguan
1669 ginjal dan neuropati perifer.
1670 b. Obat Anti Diabetika (OAD) tidak merupakan kontraindikasi selama masa
1671 pengobatan TB RO tetapi biasanya memerlukan dosis OAD yang lebih tinggi
1672 sehingga perlu penanganan khusus. Apabila pasien minum etionamid maka
1673 kadar insulin darah lebih sulit dikontrol, untuk itu perlu konsultasi dengan ahli
1674 penyakit dalam.
1675 c. Kadar Kalium darah dan serum kreatinin harus dipantau setiap minggu
1676 selama bulan pertama dan selanjutnya minimal sekali dalam 1 bulan selama
1677 tahap awal.
1678
1679 6. Pengobatan pasien TB RO dengan gangguan hati
1680 a. OAT lini kedua kurang toksik terhadap hati dibanding OAT lini pertama.

205 103
206
1681 b. Pasien TB RO dengan riwayat penyakit hati dapat diberikan OAT RO (kecuali
1682 pada penyakit hati kronik).
1683 c. Reaksi hepatotoksik lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat
1684 gangguan hati sehingga harus lebih diawasi.
1685 d. Pirazinamid tidak boleh diberikan kepada pasien dengan penyakit hati kronik.
1686 e. Pemantauan kadar enzim hati secara ketat dianjurkan dan jika kadar enzim
1687 meningkat, OAT harus dihentikan dan dilaporkan kepada TAK.
1688 f. Untuk mengobati pasien TB RO selama terjadinya hepatitis akut, kombinasi
1689 empat OAT yang bersifat tidak hepatotoksik merupakan pilihan yang paling
1690 aman.
1691
1692 7. Pengobatan pasien TB RO dengan gangguan ginjal
1693 a. Pemberian OAT TB RO pada pasien dengan gangguan ginjal harus dilakukan
1694 dengan hati–hati, sebaiknya pirazinamid dan etambutol tidak diberikan.
1695 b. Kadar Kalium dan kreatinin harus dipantau, setiap minggu selama bulan
1696 c. pertama dan selanjutnya minimal sekali sebulan selama tahap awal.
1697 d. Bila terjadi gangguan ginjal, pemberian obat, dosis dan atau interval antar
1698 dosis harus disesuaikan
1699
1700 Tabel 14. Perubahan dan penyesuaian dosis OAT pada gangguan ginjal
1701 Perubahan Perubahan Dosis yang dianjurkan dan
Obat
1702 frekuensi? dosis? frekuensi
1703 Z Ya Ya 25-35 mg/kg/dosis, 3 x/minggu
1704 E Ya Tidak 15-25 mg/kg/dosis, 3 x/minggu
Lfx Ya Tidak 750-1000 mg/dosis, 3x/minggu
1705 Cs Ya Ya 250 mg sekali sehari, atau 500
mg/dosis 3 x/minggu
Eto Tidak Ya 250 – 500 mg/dosis harian
Km Ya Ya 12 – 15 mg/kg/dosis, 2 - 3x/
minggu
PAS Tidak 2 x 4 gr sehari

1706 Tabel 15. Kadar Kalium dan Penggantiannya


Kadar Kalium Jumlah Waktu untuk
Banyaknya KCL
(meq/L) KCL (meq/) pemeriksaan
> 4,0 Tidak Tidak 1 bulan (ketika masih
mendapat kanamisin)
3,7 – 4,0 Tidak Tidak 1 bulan (ketika masih
mendapat kanamisin)
3,4 – 3,6 20- 40 40 mmol 1 bulan (ketika masih

207 104
208
mendapat kanamisin)

3,0 – 3,3 60 60 mmol 2 mingguan

2,7 – 2,9 80 60 mmol + 400 mg/ 1 mingguan


hari selama 3 minggu

2,4 – 2,6 80 – 120 80 mmol + 400 mg/ Teliti selang 1 – 6 hari


hari selama 3 minggu

2,0 – 2,3 60 meq IV + 80 mmol + 400 mg/ Pertimbangkan rawat


80 meq PO hari selama 3 minggu inap setelah pemantauan
24 jam dengan infus
< 2,0 60 meq IV + 100 mmol + 400 mg/
80 meq PO hari selama 3 minggu
1707
1708 8. Pengobatan pasien TB RO dengan kejang.
1709 a. Anamnesis ulang apakah ada riwayat kejang sebelumnya.
1710 b. Pastikan kejang bisa dikendalikan.
1711 c. Jika kejang tidak terkendali, konsul dengan ahli syaraf sebelum mulai
1712 pengobatan dan selama pengobatan.
1713 d. Pasien dengan gangguan kejang yang aktif dan tidak terkontrol dengan
1714 pengobatan kejang, penggunaan sikloserin harus dihindari.
1715
1716 9. Pengobatan pasien TB RO dengan gangguan jiwa
1717 a. Pasien dengan riwayat gangguan jiwa harus dievaluasi kondisi kesehatan
1718 jiwanya sebelum memulai pengobatan.
1719 b. Keadaan yang memacu timbulnya depresi dan kecemasan pada pengobatan
1720 TB RO sering berkaitan dengan penyakit kronik yang diderita pasien dan
1721 keadaan sosio-ekonomi pasien yang kurang baik.
1722 c. Pada pasien dengan gangguan psikiatris, diperlukan pemantauan ketat jika
1723 diberi sikloserin.
1724 d. Dalam mengobati pasien TB RO dengan gangguan jiwa, harus melibatkan
1725 ahli jiwa.
1726
1727 F. PENGOBATAN ADJUVAN PADA TB RESISTAN OBAT
1728 Pengobatan adjuvan akan diberikan sesuai indikasi yang ditentukan oleh TAK di

209 105
210
1729 Fasyankes rujukan TB RO atau dokter terlatih di Fasyankes TB RO berupa:
1730 1. Nutrisi tambahan :
1731 a. Pengobatan TB RO pada pasien dengan status gizi kurang, keberhasilan
1732 pengobatannya cenderung meningkat jika diberikan nutrisi tambahan berupa
1733 protein, vitamin dan mineral.
1734 b. Pemberian mineral terutama yang menghasilkan kation tidak boleh
1735 bersamaan dengan fluorokuinolon dan Bedaquilin karena akan mengganggu
1736 absorbsi obat, pemberian masing–masing obat dengan jarak paling sedikit 2
1737 jam sebelum atau sesudah pemberian fluorokuinolon.
1738 2. Kortikosteroid.
1739 Kortikosteroid diberikan pada pasien TB RO dengan gangguan respirasi berat,
1740 gangguan susunan saraf pusat atau perikarditis. Kortikosteroid yang digunakan
1741 adalah Prednison 1 mg/kg, apabila digunakan dalam jangka waktu lama (5-6
1742 minggu) maka dosis diturunkan secara bertahap (tappering off). Kortikosteroid
1743 juga digunakan pada pasien dengan penyakit obstruksi kronik eksaserbasi.
1744
1745 G. PENANGANAN EFEK SAMPING OAT RO.
1746 Semua OAT yang digunakan untuk pengobatan pasien TB RO mempunyai
1747 kemungkinan untuk menimbulkan efek samping baik ringan, sedang, maupun berat.
1748 Pemantauan terjadinya efek samping sangat penting karena dalam paduan OAT RO
1749 selain menggunakan kombinasi beberapa jenis obat juga terdapat beberapa OAT lini
1750 kedua yang memiliki efek samping yang lebih banyak dibandingkan dengan OAT lini
1751 pertama.
1752
1753 Jika muncul efek samping pengobatan, kemungkinan pasien akan menghentikan
1754 pengobatan tanpa memberitahukan TAK atau petugas fasyankes, sehingga KIE
1755 mengenai gejala efek samping pengobatan harus dilakukan sebelum pasien memulai
1756 dan selama pengobatan. Penanganan efek samping yang baik dan adekuat adalah
1757 kunci keberhasilan pengobatan TB RO.
1758
1759 1. Prinsip pemantauan efek samping selama pengobatan.
1760 a. PAHAMI, Gejala efek samping pengobatan harus diketahui petugas
1761 kesehatan yang menangani pasien dan juga oleh pasien serta keluarganya.
1762 b. TATALAKSANA, Deteksi dini efek samping selama pengobatan sangat
1763 penting karena semakin cepat ditemukan dan ditangani maka prognosis

211 106
212
1764 akan lebih baik. Untuk itu, pemantauan efek samping pengobatan harus
1765 dilakukan setiap hari saat mendampingi pasien menelan obat.
1766 c. CATAT, Semua efek samping pengobatan yang dialami pasien harus tercatat
1767 di TB 01 MDR atau pada lembar pemantauan khusus efek samping yang
1768 disediakan.
1769
1770 2. Tempat penatalaksanaan efek samping
1771 a. Fasyankes menjadi tempat penatalaksanaan efek samping pengobatan
1772 tergantung pada berat atau ringannya gejala.
1773 b. Dokter Fasyankes Satelit akan bertanggungjawab menangani efek samping
1774 ringan sampai sedang serta melaporkannya ke Fasyankes rujukan TB RO
1775 atau Fasyankes TB RO.
1776 c. Pasien dengan efek samping berat dan pasien yang tidak menunjukkan
1777 perbaikan setelah penanganan efek samping ringan atau sedang harus
1778 segera dirujuk ke Fasyankes rujukan TB RO atau Fasyankes TB RO.
1779 d. Alur rujukan tata laksana efek samping harus mengikuti alur jejaring yang
1780 telah disepakati antara pengelola program TB, penyedia layanan dan
1781 mekanisme pembayaran layanan kesehatan yang dimilik oleh pasien TB RO.
1782
1783 3. Beberapa efek samping OAT RO dan penatalaksanaannya :
1784
1785 Tabel 16. Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul.
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
1 Reaksi kulit Z, E,Eto, PAS, - Lanjutkan pengobatan.
alergi ringan Km, Cm
- Berikan Antihistamin p.o atau
hidrokortison krim
- Minta pasien untuk kembali bila
gejala tidak hilang atau menjadi bertambah berat
Reaksi kulit Z, E,Eto, PAS, - Hentikan semua OAT dan segera
alergi sedang Km, Cm rujuk ke Fasyankes TB RO/Fasyankes Rujukan TB
dengan/ tanpa RO.
demam - Jika pasien demam berikan parasetamol (0.5 – 1 g,
tiap 4-6 jam).
- Berikan kortikosteroid suntikan yang tersedia
misalnya hidrokortison 100 mg im atau deksametason

213 107
214
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
10 mg iv, dan dilanjutkan dengan preparat oral
prednison atau deksametason sesuai indikasi.
2 Neuropati H, Cs, Km, Eto, - Pengobatan tetap dilanjutkan.
perifer Lfx
- Bila memungkinkan turunkan dosis H

- Tingkatkan dosis piridoksin sampai dengan 200 mg


perhari.
- Rujuklah ke ahli neurologi bila terjadi gejala neuropati
berat (nyeri, sulit berjalan), hentikan semua
pengobatan selama 1-2 minggu.
- Dapat diobati dulu dengan amitriptilin dosis rendah
pada malam hari dan OAINS. Bila gejala neuropati
mereda atau hilang OAT dapat dimulai kembali
dengan dosis uji.
- Bila gejalanya berat dan tidak membaik bisa
dipertimbangkan penghentian sikloserin atau
etionamid dan mengganti dengan PAS.
- Hindari pemakaian alkohol dan rokok karena akan
memperberat gejala neuropati.
3 Mual muntah Eto, PAS, Cfz, H, - Pengobatan tetap dilanjutkan.
ringan Z, E, Lfx.
- Pantau pasien untuk mengetahui berat ringannyanya
keluhan.
- Singkirkan sebab lain seperti gangguan hati, diare
karena infeksi, pemakaian alkohol atau merokok atau
obat-obatan lainnya.
- Berikan domperidon 10 mg 30 menit sebelum minum
OAT.
- Untuk rehidrasi, berikan infus cairan IV jika perlu.

- JIka berat, rujuk ke Fasyankes TB RO/Fasyankes


Rujukan TB RO
Mual muntah Eto, PAS, Cfz, H, - Rawat inap jika diperlukan
berat Z, E, Lfx.
- Jika mual dan muntah tidak dapat diatasi TAK
menghentikan etionamid sampai gejala berkurang
atau menghilang kemudian dapat ditelan kembali.

215 108
216
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
- Jika gejala timbul kembali setelah etionamid kembali
ditelan, hentikan semua pengobatan selama 1 minggu
dan mulai kembali pengobatan seperti dijadualkan
untuk memulai OAT RO dengan dosis uji yaitu dosis
terbagi
Jika muntah terus menerus beberapa hari, lakukan
pemeriksaan fungsi hati, kadar kalium dan kadar
kreatinin.
- Berikan suplemen kalium jika kadar kalium rendah
atau muntah berlanjut beberapa hari. Tata cara
pemberian kalium dapat di pelajari di lampiran 3.
- Bila terdapat tanda-tanda akut abdomen, penggunaan
Clofazimin harus dihentikan
4 Anoreksia Z, Eto, Lfx - Pengobatan tetap dilanjutkan

- Perbaikan gizi melalui pemberian nutrisi tambahan

- Konsultasi kejiwaan untuk menghi-langkan dampak


psikis dan depresi
- KIE mengenai pengaturan diet, aktifitas fisis dan
istirahat cukup.
5 Diare PAS - Pengobatan tetap dilanjutkan

- Rehidrasi oral sampai dengan rehidrasi intravena bila


muncul tanda dehidrasi berat.
- Penggantian elektrolit bila perlu

- Pemberian loperamid, norit

- Pengaturan diet, menghindari makanan yang bisa


memicu diare.

- Pengurangan dosis PAS selama masih memenuhi


dosis terapi
6 Nyeri kepala Eto, Cs - Pengobatan tetap dilanjutkan

- Pemberian analgesik bila perlu (aspirin, parasetamol,


ibuprofen).
- Hindari OAINS pada pasien dengan gastritis berat dan

217 109
218
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
hemoptisis.
- Tingkatkan pemberian piridoksin men-jadi 300 mg bila
pasien mendapat Cs.
- Bila tidak berkurang maka pertimbangkan konsultasi
ke ahli jiwa untuk mengurangi faktor emosi yang
mungkin berpengaruh.
- Pemberian paduan parasetamol dengan kodein atau
amitriptilin bila nyeri kepala menetap.
7 Vertigo Km, Cm, Eto - Pengobatan tetap dilanjutkan

- Pemberian antihistamin-anti vertigo : betahistin


metsilat
- Konsultasi dengan ahli neurologi bila keluhan semakin
berat
- Pemberian OAT suntik 1 jam setelah OAT oral dan
memberikan etionamid dalam dosis terbagi bila
memungkin-kan.
8 Artralgia Z, Lfx - Pengobatan dilanjutkan.

- Pengobatan dengan OAINS akan membantu


demikian juga latihan/ fisioterapi dan pemijatan.
- Lakukan pemeriksaan asam urat, bila kadar asam
urat tinggi berikan alopurinol.
- Gejala dapat berkurang dengan perjalanan waktu
meskipun tanpa penanganan khusus.
- Bila gejala tidak hilang dan mengganggu maka pasien
dirujuk ke Fasyankes TB RO/Fasyankes Rujukan TB
RO untuk mendapatkan rekomendasi penanganan
oleh TAK bersama ahli rematologi atau ahli penyakit
dalam. Salah satu kemungkinan adalah pirazinamid
perlu diganti.
9 Gangguan Lfx, Moxi - Pengobatan tetap dilanjutkan
Tidur
- Berikan OAT golongan kuinolon pada pagi hari atau
jauh dari waktu tidur pasien
- Lakukan konseling mengenai pola tidur yang baik

219 110
220
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
- Pemberian diazepam
10 Gangguan Km, Cm - Pengobatan tetap dilanjutkan
elektrolit
- Gejala hipokalemi dapat berupa kelelahan, nyeri otot,
ringan :
kejang, baal/numbness, kelemahan tungkai bawah,
Hipokalemi
perubahan perilaku atau bingung
- Hipokalemia (kadar < 3,5 meq/L) dapat disebabkan
oleh:
 Efek langsung aminoglikosida pada tubulus ginjal.
 Muntah dan diare.
- Obati bila ada muntah dan diare.

- Berikan tambahan kalium peroral sesuai keterangan


tabel di lampiran.
- Jika kadar kalium kurang dari 2,3 meq/l pasien
mungkin memerlukan infus IV penggantian dan harus
di rujuk untuk dirawat inap di fasyankes Rujukan/Sub
rujukan.
- Hentikan pemberian kanamisin selama beberapa hari
jika kadar kalium kurang dari 2.3 meq/L, laporkan
kepada TAK.
- Berikan infus cairan KCl: paling banyak 10 mmol/jam
Hati-hati pemberian bersamaan dengan levofloksasin
karena dapat saling mempengaruhi.
11 Depresi Cs, Lfx, Eto, H - Pengobatan tetap dilanjutkan.

- Lakukan konseling kelompok atau perorangan.


Penyakit kronik dapat merupakan fakor risiko depresi.
- Rujuk ke Fasyankes Rujukan TB RO, jika gejala
menjadi berat dan tidak dapat diatasi di fasyankes
satelit/ Fasyankes TB RO.
- TAK bersama dokter ahli jiwa akan menganalisa lebih
lanjut. dan bila diperlukan akan mulai pengobatan anti
depresi.
- Pilihan anti depresan yang dianjurkan adalah
amitriptilin atau golongan SSRI (Sentraline/Fluoxetine)

221 111
222
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
- Selain penanganan depresi, TAK akan merevisi
susunan paduan OAT yang digunakan atau
menyesuaikan dosis paduan OAT.
- Gejala depresi dapat berfluktuasi selama pengobatan
dan dapat membaik dengan berhasilnya pengobatan.
- Riwayat depresi sebelumnya bukan merupakan
kontra indikasi bagi penggunaan obat tetapi berisiko
terjadinya depresi selama pengobatan.
12 Perubahan Cs, H - Sama dengan penanganan depresi.
perilaku
- Pilihan obat adalah haloperidol

- Pemberian 50mg B6 setiap 250mg Cs


13 Gastritis PAS, Eto,Z - Pengobatan dilanjutkan.

- Pemberian PPI (Omeprazol)

- Antasida golongan Mg(OH)2

- H2 antagonis (Ranitidin)

- Antasid harus diminum 2-3 jam setelah OAT agar


tidak mengganggu absorbsi OAT
- Etionamid dihentikan selama 1-7 hari dan penurunan
dosis Etionamid (bila memungkinkan) akan
membantu.
14 Nyeri di tempat Km, Cm - Pengobatan dilanjutkan.
suntikan
- Suntikan diberikan di tempat yang bergantian

- Pengenceran obat dan cara penyuntikan yang benar

- Berikan kompres dingin pada tempat suntikan


15 Metalic taste Eto - Pengobatan dilanjutkan.
- Pemberian KIE bahwa efek samping tidak berbahaya
16 Gatal Cfz - Hentikan Cfz bila gatal sangat hebat
17 Penuaan warna Cfz - Bersifat reversibel
kulit - Berikan penjelasan pada pasien terutama pasien
wanita.
1786
1787 Tabel 17. Efek Samping Berat Yang Sering Muncul

223 112
224
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
1 Kelainan fungsi Z, H, Eto, - Hentikan semua OAT, rujuk segera pasien ke
hati PAS, E, Lfx, Fasyankes TB RO/Fasyankes Rujukan TB RO
Mfx - Pasien dirawat inapkan untuk penilaian lanjutan jika
gejala menjadi lebih berat.
- Periksa serum darah untuk kadar enzim hati.

- Singkirkan kemungkinan penyebab lain, selain


hepatitis. Lakukan anamnesis ulang tentang riwayat
hepatitis sebelumnya.
- TAK akan mempertimbangkan untuk menghentikan
obat yang paling mungkin menjadi penyebab.
- Mulai kembali dengan obat lainnya, apabila dimulai
dengan OAT yang bersifat hepatotoksik, pantau
fungsi hati.
2 Kelainan fungsi Km, Cm - Pasien berisiko tinggi yaitu pasien dengan diabetes
ginjal melitus atau riwayat gangguan ginjal harus dipantau
gejala dan tanda gangguan ginjal : edema,
penurunan produksi urin, malaise, sesak nafas dan
renjatan.
- Hentikan semua OAT, Rujuk ke Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO bila ditemukan gejala
yang mengarah ke gangguan ginjal.
- TAK bersama ahli nefrologi atau ahli penyakit dalam
akan menetapkan penatalaksanaannya.
Jika terdapat gangguan ringan (kadar kreatinin 1.5-
2.2 mg/dl), hentikan kanamisin sampai kadar
kreatinin menurun. TAK dengan rekomendasi ahli
nefrologi/penyakit dalam akan menetapkan kapan
suntikan akan kembali diberikan.
- Untuk kasus sedang dan berat (kadar kreatinin > 2.2
mg/dl), hentikan semua obat dan lakukan
perhitungan GFR.
- Jika GFR atau klirens kreatinin (creatinin clearance)
< 30 ml/menit atau pasien mendapat hemodialisa
maka lakukan penyesuaian dosis OAT sesuai tabel

225 113
226
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
penyesuaian dosis.
- Bila setelah penyesuaian dosis kadar kreatinin tetap
tinggi maka hentikan pemberian kanamisin,
pemberian kapreomisin mungkin membantu.
3 Perdarahan PAS, Eto, H,Z - Hentikan perdarahan lambung.
lambung
- Hentikan pengobatan, Rujuk ke Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO
- Hentikan pemberian OAT sampai 7 hari setelah
perdarahan lambung terkendali.
- Dapat dipertimbangkan untuk mengganti OAT
penyebab dengan OAT lain selama standar
pengobatan TB RO dapat terpenuhi.
4 Gangguan Cm, Km - Hentikan pengobatan, Rujuk ke Fasyankes TB
Elektrolit berat RO/Fasyankes Rujukan TB RO
(Bartter like - Merupakan gangguan elektrolit berat yang ditandai
syndrome) dengan hipokalemia, hipokalsemia dan
hipomagnesemia dan alkalosis hipoklorik metabolik
secara bersamaan dan mendadak.
- Disebabkan oleh gangguan fungsi tubulus ginjal
akibat pengaruh nefrotoksik OAT suntikan.
- Lakukan penggantian elektrolit sesuai pedoman.

- Berikan amilorid atau spironolakton untuk


mengurangi sekresi elektrolit.
5 Gangguan Km, Cm - Rujuk ke fasyankes Fasyankes TB RO/Fasyankes
pendengaran Rujukan TB RO
- Periksa data baseline untuk memastikan bahwa
gangguan pendengaran disebabkan oleh OAT atau
sebagai perburukan gangguan pendengaran yang
sudah ada sebelumnya.
- Rujuk pasien segera ke Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO untuk diperiksa
penyebabnya dan di konsulkan kepada TAK.
- Apabila penanganannya terlambat maka gangguan
pendengaran sampai dengan tuli dapat menetap.

227 114
228
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
- Evaluasi kehilangan pendengaran dan singkirkan
sebab lain seperti infeksi telinga, sumbatan dalam
telinga, trauma, dll.
- Periksa kembali pasien setiap minggu atau jika
pendengaran semakin buruk selama beberapa
minggu berikutnya hentikan kanamisin.
6 Gangguan E - Rujuk ke Fasyankes TB RO/Fasyankes Rujukan TB
penglihatan RO
- Gangguan penglihatan berupa kesulitan
membedakan warna merah dan hijau.Meskipun
gejala ringan, etambutol harus dihentikan segera.
Obat lain diteruskan sambil dirujuk ke fasyankes
Rujukan/sub rujukan.
- TAK akan meminta rekomendasi kepada ahli mata
jika gejala tetap terjadi meskipun etambutol sudah
dihentikan.
- Aminoglikosida juga dapat menyebabkan gangguan
penglihatan yang reversibel: silau pada cahaya yang
terang dan kesulitan melihat.
7 Gangguan Cs Fasyankes Satelit/ Fasyankes TB RO :
psikotik (Suicidal - Jangan membiarkan pasien sendirian, apabila akan
tendency) dirujuk ke fasyankes Rujukan harus didampingi.
- Hentikan sementara OAT yang dicurigai sebagai
penyebab gejala psikotik, sebelum pasien dirujuk ke
fasyankes Rujukan TB RO. Berikan haloperidol 5 mg
p.o
Fasyankes Rujukan TB RO:
- Pasien harus ditangani oleh TAK melibatkan dokter
ahli jiwa, bila ada keinginan untuk bunuh diri atau
membunuh, hentikan sikloserin selama 1-4 minggu
sampai gejala terkendali dengan obat-obat anti-
psikotik.
- Berikan pengobatan anti-psikotik dan konseling.

- Bila gejala psikotik telah mereda, mulai kembali

229 115
230
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
sikloserin dalam dosis uji.
- Berikan piridoksin sampai 200 mg/ hari.

- Bila kondisi teratasi lanjutkan pengobatan TB RO


bersamaan dengan obat anti-psikotik.
8 Kejang Cs, Lfx - Hentikan sementara pemberian OAT yang dicurigai
sebagai penyebab kejang.
- Berikan obat anti kejang, misalnya fenitoin 3-5 mg/
hari/kg BB atau berikan diazepam iv 10 mg (bolus
perlahan) serta bila perlu naikkan dosis vitamin B6
s/d 200 mg/ hari.
Setelah stabil segera rujuk ke Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO
- Penanganan pasien dengan kejang harus di bawah
pengamatan dan penilaian TAK di Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO.
- Upayakan untuk mencari tahu riwayat atau
kemungkinan penyebab kejang lainnya (meningitis,
ensefalitis, pemakaian obat, alkohol atau trauma
kepala).
- Apabila kejang terjadi pertama kali maka lanjutkan
pengobatan TB RO tanpa pemberian sikloserin
selama 1-2 minggu. Setelah itu sikloserin dapat
dberikan kembali dengan dosis uji /ramping.
- Piridoksin (vit B6) dapat diberikan sampai dengan
200 mg per hari.
- Berikan profilaksis kejang yaitu fenitoin 3-5
mg/kg/hari. Jika menggunakan fenitoin dan
pirazinamid bersama-sama, pantau fungsi hati,
hentikan pirazinamid jika hasil faal hati abnormal.
- Pengobatan profilaksis kejang dapat dilanjutkan
sampai pengobatan TB RO selesai atau lengkap.
9 Tendinitis Lfx, Mfx - Singkirkan penyebab lain seperti gout, arthritis
rematoid, skleroderma sistemik dan trauma.
- Untuk meringankan gejala maka istirahatkan daerah

231 116
232
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
yang terkena, berikan termoterapi panas/dingin dan
berikan OAINS (aspirin, ibuprofen).
- Suntikan kortikosteroid pada daerah yang meradang
akan membantu.
- Bila sampai terjadi ruptur tendon maka dilakukan
tindakan pembedahan.
10 Syok Anafilaktik Km, Cm - Hentikan pengobatan.

- Tangani Syok anafilaktik.

- Berikan pengobatan segera seperti tersebut di


bawah ini, sambil dirujuk ke fasyankes Rujukan/sub
rujukan:
1. Adrenalin 0,2 – 0,5 ml, 1:1000 SC, ulangi
jika perlu.
2. Pasang infus cairan IV untuk jika perlu.
3. Beri kortikosteroid yang tersedia
misalnya hidrokortison 100 mg im atau
deksametason 10 mg iv, ulangi jika perlu.
- Segera rujuk pasien ke Fasyankes TB
RO/Fasyankes Rujukan TB RO.

11 Reaksi alergi Semua OAT - Hentikan pengobatan.


toksik yang digunakan
- Berikan segera pengobatan seperti di bawah ini,
menyeluruh dan
sambil dirujuk ke fasyankes Fasyankes TB
SJS
RO/Fasyankes Rujukan TB RO, segera:
1. Berikan CTM untuk gatal-gatal
2. Berikan parasetamol bila demam.
3. Berikan prednisolon 60 mg per hari atau
suntikan deksametason 4 mg 3 kali sehari jika
tidak ada prednisolon
4. Ranitidin 150 mg 2x sehari atau 300 mg
pada malam hari
- Di Fasyankes TB RO/Fasyankes Rujukan TB RO:
1. Berikan antibiotik jika ada tanda-tanda
infeksi kulit.

233 117
234
Kemungkinan
No Efek samping Tindakan
OAT Penyebab
2. Lanjutkan semua pengobatan alergi sampai
ada perbaikan, tappering off kortikosteroid jika
digunakan sampai 2 minggu.
3. Pengobatan jangan terlalu cepat dimulai
kembali. Tunggu sampai perbaikan klinis. TAK
merancang paduan pengobatan selanjutnya
tanpa mengikutsertakan OAT yang diduga
sebagai penyebab.
- Pengobatan dimulai secara bertahap dengan dosis
terbagi terutama bila dicurigai efek samping terkait
dengan dosis obat. Dosis total perhari tidak boleh
dikurangi (harus sesuai berat badan) kecuali bila ada
data bioavaibilitas obat (terapeutic drug monitoring).
Dosis yang digunakan disebut dosis uji (tabel 3) yang
diberikan selama 15 hari.
12 Hipotiroid PAS, Eto - Gejala dan tandanya adalah kulit kering,
kelelahan, kelemahan dan tidak tahan terhadap
dingin.
- Penatalaksanaan dilakukan di fasyankes
Rujukan oleh TAK bersama seorang ahli
endokrinologi atau ahli penyakit dalam.
- Diagnosis hipotiroid ditegakkan berdasar
peningkatan kadar TSH (kadar normal < 10 mU/l).
- Ahli endokrin memberikan rekomendasi
pengobatan dengan levotiroksin/ natiroksin serta
evaluasinya.
1788
1789
1790 4. Pelaporan Kejadian Efek Samping
1791 Pelaporan kejadian Efek Samping Obat (ESO) di Indonesia saat ini masih
1792 bersifat voluntary, sejak tahun 2014, Kementerian Kesehatan bersama dangan
1793 Badan Penilaian Obat dan Makanan (BPOM) memperkenalkan sistem
1794 Pharmacovigilance secara Cohort Event Monitoring (CEM) untuk penggunaan
1795 OAT baru.
1796

235 118
236
1797 World Health Organization (WHO) mendefinisikan farmakovigilans sebagai
1798 keilmuan dan aktifitas pendeteksian, penilaian, pemahaman dan pencegahan
1799 efek samping dan permasalahan lainnya dalam penggunaan suatu obat.
1800 Pemantauan aspek keamanan obat harus secara terus menerus dilakukan untuk
1801 mengevaluasi konsistensi profil keamanannya. Untuk dapat melakukan evaluasi
1802 risiko – manfaat diperlukan sistem pemantauan dan pelaporan efek samping
1803 yang terstruktur dan terstandar. Sistem ini telah disederhanakan dan disesuaikan
1804 untuk penggunaan rutin.
1805
1806 Program TB Nasional saat ini telah menggunakan obat TB yang baru seperti
1807 Bedaquiline, Clofazimine dan linezolid sebagai bagian paduan obat yang akan
1808 digunakan untuk mengobati pasien TB Pre/XDR. Dikarenakan data keamanan
1809 obat TB yang baru tersebut masih sedikit maka WHO mensyaratkan penerapan
1810 “Active Drug Safety Monitoring and Management (aDSM) atau monitoring dan
1811 manajemen keamanan obat secara aktif.
1812
1813 Penerapan aDSM tersebut digunakan untuk :
1814 a. pasien MDR dan XDR yang mendapatkan obat TB baru (Bdq,Cfz,Lzd)
1815 b. Pasien MDR yang mendapatkan pengobatan paduan/rejimen obat baru
1816 seperti “Shorter Regiment”
1817 c. Semua pasien XDR yang mendapatkan pengobatan obat TB lini kedua.
1818 Karena pasien XDR biasanya mendapatkan obat yang bukan untuk
1819 pengobatan TB atau “repurposed drug”.
1820
1821 Dalam penerapannya terdapat 3 tingkatan aDSM yaitu
1822 a. Core package : Monitoring dan pelaporan hanya untuk Serious Adverse
1823 Event (SAEs) atau Kejadian Tidak Diinginkan Serius (KTD serius).
1824 b. Intermediate package: Monitoring dan pelaporan SAEs dan adverse
1825 event yang diinginkan.
1826 c. Advanced package : Monitoring dan pelaporan semua Adverse Events
1827
1828 Tabel 18. Istilah dan definisi dalam Farmakovigilans (PV)
1829 untuk Paduan OAT RO
Istilah Definisi
Kejadian Tidak Setiap kejadian medis yang tak diinginkan yang terjadi pada
Diinginkan (KTD) pasien atau subjek uji klinis yang mendapatkan pengobatan,
termasuk kejadian yang belum tentu disebabkan oleh atau

237 119
238
berhubungan dengan produk tersebut.
Adverse Reaction Setiap kejadian yang tak diinginkan dan respon yang tidak
(AR) diinginkan untuk produk obat yang diteliti terkait dengan setiap
dosis yang diberikan.
Unexpected Reaksi efek samping obat, yang sifat atau keparahannya tidak
Adverse Reaction konsisten dengan informasi tentang produk obat yang
(UAR) bersangkutan yang telah terdapat dalam ringkasan karakteristik
produk (atau brosur) untuk produk tersebut.
KTD Serius atau Secara berurutan; setiap peristiwa yang merugikan, reaksi yang
Serious Adverse merugikan atau reaksi yang merugikan tak terduga yang
Reaction (SAR) menyebabkan :
atau Suspected  Kematian
Unexpected  Mengancam kehidupan
Serious Adverse  Memerlukan rawat inap atau perpanjangan rawat inap
Reaction yang ada
(SUSAR)  Cacat persisten atau signifikan atau menyebabkan
ketidakmampuan
 Bawaan anomali atau cacat lahir
1830
1831
1832
1833 Tabel 19. Klasifikasi hubungan kausal paduan OAT RO
Hubungan Deskripsi
Unassessable Tidak terdapat cukup data untuk membuat penilaian
Unclassifiable Tidak terdapat cukup data untuk membangun/menentukan
suatu hubungan
Unlikely Terdapat (hanya) sedikit bukti yang menunjukkan ada
hubungan sebab-akibat (misalnya peristiwa itu tidak terjadi
dalam waktu yang wajar setelah pemberian obat percobaan).
Terdapat penjelasan lain yang masuk akal untuk kejadian
tersebut (misalnya kondisi klinis pasien, pengobatan lain yang
bersamaan).
Possible Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan hubungan sebab
akibat (misalnya karena peristiwa itu terjadi dalam waktu yang
wajar setelah pemberian obat percobaan). Namun, pengaruh
faktor lain mungkin berkontribusi pada event (misalnya kondisi
klinis pasien, pengobatan lain yang bersamaan).
Probable Terdapat bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan
pengaruh faktor-faktor lain tidak mungkin.

239 120
240
Certain Terdapat bukti jelas yang menunjukkan hubungan sebab
akibat dan kontribusi faktor lain yang mungkin dapat
dikesampingkan.
1834
1835 Catatan: Akan dijelaskan lebih lanjut dalam diseminasi atau pelatih khusus PV
1836
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Pengobatan TB RO membutuhkan keteraturan serta ketepatan paduan dan cara
pemberian OAT. Dukungan dari keluarga, PMO dan petugas kesehatan berperan
penting dalam keberhasilan pengobatan.
2. Keputusan mengenai pengobatan dilakukan oleh Dokter terlatih (TAK di Fasyankes
Rujukan TB RO dan Dokter Terlatih di Fasyankes TB RO).
3. Pencatatan kartu TB.01 MDR harus diisi lengkap dan benar. Perhatikan bahwa semua
informasi sesuai rekomendasi TAK/ Dokter Terlatih harus terdokumentasi sesuai
ketentuan.
4. Semua pasien TB RO harus tercatat dalam register TB.03 MDR di eTB Manager,
sehingga secara berkala perlu dilakukan validasi data untuk memastikan hal tersebut.
5. Berikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien dan keluarga secara
berkesinambungan sehingga mereka bisa memahami penyakit, dampak penyakit serta
pentingnya menyelesaikan pengobatan.
6. Perhatikan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) TB serta berikan kenyamanan
pelayanan kepada pasien TB RO.
7. Umumnya pasien TB RO akan mengalami kejadian yang berkaitan dengan efek
samping OAT yang diberikan, tetapi hanya sebagian kecil saja yang memerlukan
penghentian pengobatan. Sehingga penanganan efek samping secara cepat, tepat dan
benar sangat diperlukan.
8. Kemajuan pengobatan harus selalu dipantau, pemeriksaan apusan dahak dan biakan
adalah alat evaluasi utama yang digunakan. Pemantauan pengobatan dilakukan secara
berkala: tahap awal setiap bulan dan tahap lanjutan setiap 2 bulan (setiap bulan pada
tahap lanjutan untuk pasien dengan paduan OAT standar jangka pendek.
9. Ketika pasien menyelesaikan proses pengobatannya, tentukan hasil akhir pengobatan
dan catat hal tersebut dalam TB.01 MDR. Penentuan hasil akhir pengobatan merupakan
kewenangan Tim Ahli Klinis di Fasyankes Rujukan TB RO dan dokter di fasyankes TB
RO.
10. Dokter di Fasyankes Satelit bertanggungjawab dalam memastikan tata laksana pasien
diberikan sesuai dengan rekomendasi dokter/ TAK.

241 121
242
1837
1838
1839 SETELAH MENYELESAIKAN MATERI INI
1840 PESERTA MENGERJAKAN LATIHAN 6
1841

243 122
244
1842 H. PESAN KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PASIEN TB RESISTAN OBAT
1843 Informasi dasar tentang TB RO sudah disampaikan kepada pasien pada saat
1844 ditetapkan menjadi terduga TB RO Namun sebaiknya diulangi kembali ketika pasien
1845 ditetapkan menjadi pasien TB RO. Komunikasi efektif dengan menerapkan
1846 keterampilan dasar komunikasi motivasi perlu disampaikan oleh petugas kesehatan
1847 sesuai dengan tahapan pengobatan.
1848 Komunikasi efektif disampaikan pada :
1849  Pasien TB RO
1850  Keluarga Pasien TB RP
1851  Pengawas Menelan Obat (PMO)
1852  Masyarakat
1853
1854 1. Langkah-langkah memberikan informasi dan edukasi kepada pasien TB RO
1855 adalah :
1856 a. Sampaikan kepada pasien informasi tentang definisi TB RO dengan bahasa
1857 yang sederhana sehingga dapat dimengerti pasien (Contoh pesan dapat
1858 dilihat pada bagian informasi pada pasien terduga).
1859 b. Sampaikan kepada pasien bahwa dari hasil pemeriksaannya ia positif
1860 mengidap TB RO (Contoh dapat dilihat pada bagian informasi pasien
1861 terduga).
1862
1863 2. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien TB RO adalah :
1864 a. Pernyataan kesediaan menjalani pengobatan (Informed Consent)atau
1865 pernyataan menolak pengobatan (Inform refusal)
1866 Sebelum menjalani pengobatan, petugas harus menyampaikan tentang
1867 pernyataan kesediaan pasien untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan
1868 pengobatan. Jelaskan secara rinci isi dan manfaat serta konsekuensi dari
1869 pernyataan kesediaan yang ditandatanganinya. Berikanlah kesempatan
1870 kepada pasien untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.Untuk
1871 pasien yang tidak bersedia menjalani pengobatan diharuskan
1872 menandatangani informed refusal/ surat pernyataan menolak pengobatan dan
1873 diberikan penyuluhan mengenai konsekuensi dari penolakannya. Penyuluhan
1874 pada kasus ini, juga diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar pasien.
1875
1876 Bagi pasien yang menyetujui menjalani pengobatan, pasien melakukan
1877 pemeriksaan penunjang (pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologi)

245 123
246
1878 dengan beberapa persiapan seperti lama waktu pemeriksaan, persiapan
1879 puasa, dan lain-lain.
1880
1881 b. Menjalani Pengobatan TB RO
1882 Terdapat perbedaan antara pengobatan TB RO dengan TB bukan RO.
1883 Setelah memberitahukan kepada pasien hasil pemeriksaan laboratorium,
1884 maka ada beberapa hal yang harus dijelaskan sebelum dimulai pengobatan.
1885 Petugas dapat menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1886  Tempat pengobatan.
1887 Contoh:
1888 “Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, bapak/ibu harus menjalani
1889 pengobatan TB RO. Bapak/ibu dapat menjalani pengobatan di Rumah
1890 Sakit atau Puskesmas yang ditunjuk dan dekat dengan tempat tinggal
1891 Bapak/ibusehingga pengobatan dapat diselesaikan.”
1892  Jenis dan cara menelan obat
1893 Contoh:
1894 “Obat TB RO berbeda dengan obat TB sebelumnya. Ada beberapa jenis
1895 obat yang diberikan, yaitu: obat yang diminum dan obat yang
1896 disuntikkan”.
1897 Apabila pasien mendapatkan paduan obat dengan PAS, maka jelaskan
1898 kepada pasien bahwa obat harus diminum dengan cara dimasukkan ke
1899 dalam minuman yang berasa asam dan langsung diminum. Hal ini agar
1900 penyerapan obat baik. Minuman yang berasa asam ini, misalnya:jus
1901 jeruk, jus apel atau jus nanas.”
1902  Lama Pengobatan TB RO
1903 Contoh:
1904 “Obat diberikan berkisar 20 -24 bulan tergantung pada kemajuan yang
1905 dialami bapak/ibu. Oleh karena itu harus diminum secara teratur Selama
1906 masih diberi petunjuk dokter untuk berobat maka obat harus diminum
1907 sesuai dengan aturan”.
1908  Efek samping obat TB RO dan penanganannya
1909 Contoh:
1910 “Obat TB RO dapat menyebabkan efek samping. Bila bapak/ibu
1911 mempunyai keluhan, maka harus segera memberitahukan kepada
1912 petugas, sehingga masalah dapat segera diatasi.”
1913

247 124
248
1914  Pengambilan Obat
1915 Contoh :
1916 “Pada tahap awal pengobatan walaupun bapak/ibu menjalankan
1917 pengobatan di fasyankes dekat rumah, namun bapak/ibu tetap harus
1918 datang ke rumah sakit/puskesmas yang disepakati untuk menelan obat
1919 dan disuntik. Bapak/Ibu harus datang setiap hari. Pada Sabtu dan Minggu
1920 suntikan tidak diberikan, petugas tetap akan mendampingi bapak/ibu
1921 pada saat menelan obat di rumah sakit/ puskesmas”.
1922 “Bapak/ibu harus bekerjasama dengan petugas supaya pada saat libur
1923 obat tidak terlewatkan dan bapak/ibu akan semakin membaik”.
1924  Evaluasi Kemajuan Pengobatan
1925 Selama masa pengobatan, pasien TB RO akan menjalani serangkaian
1926 pemeriksaan untuk mengevaluasi kemajuan pengobatan.
1927 Contoh:
1928 “Untuk mengetahui kemajuan pengobatan bapak/ibu pada waktu-waktu
1929 tertentu akan dilakukan serangkaian pemeriksaan”.
1930  Sistem rujukan
1931 Pasien akan dirujuk ke fasyankes terdekat untuk pengobatan selanjutnya.
1932 Saat dirujuk, pasien harus mendapatkan penjelasan bahwa rujukan ini
1933 sdilakukan untuk mempermudah dan mendekatkan pasien dalam
1934 mendapatkan pelayanan pengobatan TB RO.
1935  Pencegahan penularan
1936 Contoh :
1937 Untuk mencegah penularan kepada orang lain bapak/ibu harus:
1938 - Berobat secara teratur sehingga jumlah kuman dalam tubuh
1939 berkurang dan tidak dapat menular kepada orang lain.
1940 - Menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin.

1941 - Jangan membuang dahak sembarangan.

1942 - Gunakan masker bedah.


1943  Penawaran tes HIV untuk pasien TB resistan Obat
1944 Sesuai Permenkes No. 21 tahun 2013 tentang penanggulangan HIV dan
1945 AIDS semua pasien TB dianjurkan untuk tes HIV melalui pendekatan
1946 TIPK (Tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan dan Konseling) dan
1947 Konseling dan tes Sukarela (KTS).
1948
1949 Tujuan utama dari penawaran tes HIV ini adalah agar petugas dapat

249 125
250
1950 membuat keputusan klinis dan atau menentukan pelayanan medis secara
1951 khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV
1952 pada pasien TB seperti pemberian terapi ARV. Diantara pasien TB yang
1953 mendapatkan pengobatan, angka kematian pasien TB dengan HIV positif
1954 lebih tinggi dibandingkan dengan yang HIV negatif.
1955
1956 Pesan kunci yang disampaikan ke pasien TB terkait dengan HIV dan
1957 AIDS antara lain :
1958 - Apa yang diketahui oleh pasien TB RO tentang HIV dan AIDS ?

1959 - Mengapa tes HIV penting bagi pasien TB RO ?

1960 - Apa hubungan penyakit TB dengan HIV dan AIDS ?

1961 - Apakah pasien TB RO sudah tahu tentang status HIV dan AIDS ?

1962 - Apabila pasien TB RO tidak mengetahui hasil tes HIV atau hasilnya
1963 tidak tercatat dan telah lebih dari 3 bulan dilakukan tes maka
1964 disarankan untuk mengulang tes HIV kembali.
1965 - Apa yang dipikirkan oleh pasien TB RO apabila hasil tes HIV negatif ?
1966 dan bagaimana kalau hasil tes HIV positif ?
1967 Informasi tambahan tentang HIV :
1968 - Apakah tes HIV telah dilakukan : Sudah / Belum / Tidak tahu

1969 - Tanggal dilakukan tes :

1970 - Hasil Tes HIV :

1971 - Tanggal memulai ART :

1972 - Tanggal memulai mendapatkan PPK (CPT) :


1973
1974  TB dan penyakit penyerta lain
1975 Pasien TB RO dengan penyakit penyerta lain seperti : Diabetes Melitus
1976 (DM), Kurang Gizi, Gangguan Kejiwaan, Ketergantungan Obat dan
1977 alkohol, ganguan fungsi hati, harus mendapatkan perhatian dan
1978 pengawasan khusus dari petugas kesehatan selama pengobatan TB RO.
1979 Pesan pokok yang disampaikan antara lain :
1980 - Penyakit penyerta seperti DM, Kurang gizi dapat memperburuk
1981 kondisi pasien TB.

251 126
252
1982 - Pasien TB Romdengan penyakit penyerta perlu mendapatkan
1983 pengobatan lain yang lebih memadai termasuk kajian tentang efek
1984 samping obat.
1985 - Supervisi intensif dari petugas kesehatan lebih diberikan kepada
1986 pasien dengan RO dengan penyakit penyerta.
1987
1988  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pasien TB RO
1989 Bapak/Ibu sebaiknya menjaga kesehatan dengan hidup bersih dan sehat,
1990 misalnya:
1991 - Makan makanan bergizi

1992 - Upayakan ventilasi rumah baik dengan cara membuka jendela dan
1993 pintu setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk.Aliran udara
1994 (ventilasi) yang baik dalam ruangan dapat mengurangi jumlah kuman
1995 di udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman,
1996 - Menerapkan etika batuk

1997 - Tidak merokok dan tidak minum minuman yang mengandung alkohol,

1998 - Olahraga secara teratur bila memungkinkan,

1999 - Upayakan agar pasien tidur terpisah selama masih tahap menularkan
2000
2001 Tabel 19. Daftar Pertanyaan dan Pesan Kunci untuk Pasien TB RO
Daftar Pertanyaan Pesan Kunci
Apa yang bapak/ibu  TB Resistan Obat adalah keadaan di mana
ketahui tentang TB RO? kuman sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan
OAT yang digunakan selama ini
Apakah yang bapak/ibu  Pengobatannya lebih lama, 20-24 bulan atau
ketahui tentang lebih
pengobatan TB RO ?  Obatnya tidak sama dengan obat TB
sebelumnya
 Pengobatannya lebih rumit, namun dengan
kerjasama bapak/ibu dan petugas maka
pengobatan dapat berjalan dengan baik.
 Bila obat tidak diminum dengan teratur dan
sesuai petunjuk maka kuman dapat kebal
terhadap obat ini, belum ada obat lainnya
yang dapat mematikan kuman yang lebih

253 127
254
kebal.
 Kuman yang lebih kebal dapat menyebabkan
kematian
 Obat TB RO ini mahal dan terbatas namun
disediakan oleh pemerintah
Bagaimanakah penularan TB RO menular lewat percikan dahak bila pasien
TB RO? batuk dan bersin. Orang di sekitar pasien akan
menghirup udara yang mengandung kuman.
Bagaimana mencegah  Jangan membuang dahak dan meludah
penularan? sembarangan.
 Bila batuk (lakukan etika batuk)
Ada 2 metode yang sederhana namun efektif
untuk mengurangi penyebaran kuman TB,
yaitu:
1. Menutup hidung dan mulut dengan tisu
atau sapu tangan ketika batuk atau bersin
dan mencuci tangan sehabis kontak
dengan orang sakit.
2. Batuk atau bersin langsung ke tangan
tidak dianjurkan karena dapat
menyebarkan kuman ke apapun yang
anda sentuh dengan tangan. Sekiranya
tidak ada saputangan, batuklah atau
bersinlah ke bagian dalam dari siku anda
atau ke lengan baju bagian atas. Gantilah
segera baju anda.

Gunakan sabun, air dan lap untuk mencuci


tangan Anda atau Anda dapat menggunakan gel
alkohol pembersih tanpa air.
Bagaimana cara Obat TB RO berbeda dengan TB sebelumnya.
pemberian obat? Ada 2 cara pemberian obat, yang terdiri dari obat
yang diminum dan obat yang disuntikkan. Untuk
obat minum ada yang harus diminum dengan air
yang mengandung asam, seperti jus jeruk.

Mengapa pengobatan TB  Pengobatan TB RO lebih lama, lebih sulit dan


RO harus diawasi lebih banyak efek samping sehingga pasien

255 128
256
petugas kesehatan? setiap saat harus diawasi petugas kesehatan.
 Obat harus diminum secara teratur dan pada
waktu yang sama setiap harinya, sehingga
petugas akan mengingatkan bapak/ibu untuk
minum obat.
 Karena obat ini menjadi pilihan terakhir yang
ada saat ini supaya pasien bisa sembuh.
Bagaimana bapak/ibu Untuk mencegah penularan TB RO kepada
mencegah penularan keluarga dan masyarakat, ada beberapa hal
kepada orang lain? yang dilakukan:
 Pengobatan tidak boleh terputus. Jika
pengobatan dipatuhi dengan baik, umumnya
setelah hasil laboratorium negatif maka
pasien tidak akan lagi menularkan kepada
oranglain.
 Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan
bersin (etika batuk).
 Jangan membuang dahak sebarangan.
Buanglah dahak dalam wadah bertutup yang
sudah diberi desinfektan. Buang isinya ke
lubang dan timbun dengan tanah.
 Buka jendela dan pintu agar udara dan
cahaya matahari bisa masuk.
Kelompok pendukung Informasikan dukungan psikologis dan dukungan
pasien sosial yang diberikan kepada pasien, seperti :
 Pertemuan kelompok pasien yang difasilitasi
oleh petugas kesehatan terlatih/pekerja sosial
dimana pasien dapat bertemu dan berdiskusi
dengan sesama pasien TB RO untuk berbagi
tentang apa yang mereka rasakan.
 Konseling yang disediakan oleh petugas
kesehatan terlatih/psikiater/pekerja sosial
tersedia untuk pasien dengan masalah
spesifik seperti depresi dan lain sebagainya.
 Pertemuan umum dimana pasien
mendapatkan informasi dan edukasi
mengenai kesehatan dan juga pemberdayaan

257 129
258
pasien. Pasien yang telah berhasil
menyelesaikan pengobatan dapat
memberikan dorongan, semangat dan
berperan sebagai role model(contoh atau
teladan) bagi pasien lainnya.
 Bimbingan rohani yang difasilitasi oleh
petugas kesehatan dengan melibatkan tokoh
agama untuk memperkuat dan memotivasi
pasien.
 Apakah di rumah Semua kontak erat temasuk anak dan mengalami
bapak/ibu ada yang gejala batuk lebih dari 2 minggu akan menjalani
batuk-batuk selama 2 pemeriksaan TB RO.
minggu atau lebih? Pemeriksaan ini akan membutuhkan contoh uji
 Siapa saja yang dahak, dapat juga ditambah dengan pemeriksaan
batuk? melalui foto toraks (bagi orang dewasa), dan
 Bagaimana pemeriksaan fisik. Sementara bagi anak
pemeriksaan TB RO pemeriksaan akan dilakukan dengan sistim
untuk kontak erat? skoring (pembobotan).

 Perlukan pasien di Pada dasarnya pengobatan pasien TB RO


rawat inap dilakukan dengan rawat jalan kecuali terjadi efek
samping, penyakit lain atau perburukan kondisi
pasien yang membutuhkan rawat inap.
2002
2003 3. Pesan-pesan yang harus disampaikan kepada keluarga
2004 Petugas kesehatan harus memberikan informasi penting seputar TB RO dan
2005 pengobatannya kepada keluarga dan memberikan edukasi kepada keluarga
2006 pasien mengenai pentingnya dukungan keluarga bagi pasien dalam menghadapi
2007 penyakitnya.
2008
2009 a. Saat kunjungan pertama setelah pasien didiagnosis TB RO
2010 Pesan-pesan yang penting untuk disampaikan kepada keluarga pasien TB
2011 RO sama dengan pesan yang disampaikan ke pasien TB resistan obat :

259 130
260
2012 1) Penjelasan tentang TB RO
2013 2) TB RO dapat disembuhkan
2014 3) Pengobatan TB RO
2015  Rencana pengobatan
2016  Dosis dan cara pemberian obat TB RO
2017  Keteraturan menelan obat sampai tuntas sesuai anjuran dokter.
2018  Efek samping obat dan pastikan keluarga mengetahui kapan dan
2019 kemana harus mencari pertolongan.
2020 4) Pentingnya Pengawasan Menelan Obat selama pengobatan
2021 5) Penularan TB RO
2022 6) Pencegahan penularan TB RO :
2023  Memastikan pasien selalu memakai masker

2024  Menyediakan tempat pembuangan dahak agar pasien tidak


2025 membuang dahaknya sebarangan
2026  Tidak tinggal dalam satu ruangan tertutup tanpa ventilasi bersama
2027 pasien selama masih menular (hasil biakan masih positif)
2028 7) Pentingnya pemeriksaan ulang dahak secara teratur.
2029 8) Memberikan informasi tentang pemeriksaan biakan dalam pemantauan
2030 hasil pengobatan.
2031 9) Pentingnya pola hidup sehat dan bersih bagi pasien dan keluarganya
2032 10) Konseling dan perbaikan gizi pasien.
2033 11) PHBS
2034
2035 b. Kunjungan Berikutnya Selama Masa Pengobatan
2036 Pada pertemuan berikutnya, apabila pasien datang bersama keluarganya,
2037 petugas kesehatan dapat mengulang pesan-pesan seperti pada pertemuan
2038 pertama. Jangan berikan terlalu banyak informasi pada satu kunjungan.
2039 Meyakinkan keluarga tentang pentingnya pengobatan sampai selesai.
2040 Jika pasien tidak datang untuk mengambil obat atau tampak tidak
2041 bersemangat, keluarga dapat membantu mencari tahu penyebabnya dan
2042 turut mencari solusi masalahnya sesuai kebutuhan dan kemampuan.
2043
2044 c. Pengawas Menelan Obat (PMO)
2045 PMO adalah petugas kesehatan atau kader kesehatan terlatih yang
2046 membantu mengawasi pasien TB Resistan Obat selama masa pengobatan

261 131
262
2047 hingga sembuh.
2048 Peran PMO dalam pengobatan adalah:
2049 Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan
2050 sampai sembuh, yaitu:
2051 1) Membuat kesepakatan dengan pasien mengenai lokasi dan waktu
2052 menelan obat .
2053 2) PMO dan pasien harus menepati kesepakatan yang sudah dibuat.
2054 3) Pasien menelan obat dengan disaksikan oleh PMO.
2055 4) Memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani
2056 pengobatan secara lengkap dan teratur, yaitu:
2057  Meyakinkan kepada pasien bahwa TB RO bisa disembuhkan dengan
2058 minum obat secara lengkap dan teratur.
2059  Memotivasi pasien untuk tetap minum obatnya saat mulai bosan.
2060  Mendengarkan setiap keluhan pasien, menghiburnya dan
2061 menumbuhkan rasa percaya diri.
2062  Menjelaskan manfaat bila pasien menyelesaikan pengobatan agar
2063 pasien tidak putus berobat.
2064 5) Mengingatkan pasien TB Resistan Obat datang ke Fasyankes untuk
2065 mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai jadual, yaitu:
2066  Mengingatkan pasien datang ke Fasyankes untuk mendapatkan obat
2067 berdasarkan jadual pada kartu identitas pasien (TB.02 MDR).
2068  Memastikan bahwa pasien sudah mengambil obat.
2069  Mengingatkan pasien jadual periksa ulang dahak berdasarkan yang
2070 tertera pada kartu identitas pasien (TB.02 MDR).
2071  Memastikan bahwa pasien sudah melakukan periksa ulang dahak.
2072 6) Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan
2073 menghubungi Fasyankes
2074  Menanyakan apakah pasien mengalami keluhan setelah menelan
2075 OAT.
2076  Mendampingi pasien ke Fasyankes bila mengalami efek samping
2077 obat.
2078  Menenangkan pasien bahwa keluhan yang dialami bisa ditangani.
2079 7) Memberikan penyuluhan tentang TB RO kepada keluarga pasien atau
2080 orang yang tinggal serumah, yaitu tentang:
2081  TB RO adalah penyakit menular, cara penularan TB RO gejala-gejala
2082 TB RO dan cara pencegahannya,

263 132
264
2083  TB RO disebabkan oleh kuman, tidak disebabkan oleh guna-guna
2084 atau kutukan dan bukan penyakit keturunan,
2085  TB RO dapat terjadi karena pasien TB tidak minum obat tuberkulosis
2086 secara teratur,
2087  TB RO dapat disembuhkan dengan berobat lengkap dan teratur,
2088  Pengobatan diberikan dalam 2 tahap, yaitu: tahap awal dan lanjutan,
2089 yang lamanya berkisar 19-24 bulan,
2090  Obat TB RO harus diminum sekaligus pada waktu yang sama setiap
2091 harinya,
2092  Tidak ada obat lain untuk mengobati TB RO,
2093  Pentingnya pengawasan agar pasien berobat secara lengkap dan
2094 teratur,
2095  Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera
2096 meminta pertolongan ke Fasyankes.
2097 8) Mengidentifikasi adanya kontak erat dengan pasien TB Resistan Obat
2098 dan apa yang harus dilakukan terhadap kontak erat tersebut.
2099
2100 4. Petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya
2101 Pasien TB Resistan Obat dapat disembuhkan dengan pengobatan yang benar.
2102 Selama hasil pemeriksaan biakan masih menunjukkan hasil positif, maka pasien
2103 TB Resistan Obat tersebut masih dapat menularkan kepada orang lain di
2104 sekitarnya. Untuk menghindari penularan yang terjadi maka pada lingkungan
2105 sekitar perlu diberikan informasi tentang pencegahan pengendalian infeksi, yang
2106 bertujuan agar setiap orang yang berhubungan dengan pasien dapat menjaga
2107 dirinya tanpa menyakiti perasaan pasien. Masyarakat sekitar pasien dan petugas
2108 kesehatan diharapkan dapat berperan aktif menyampaikan informasi dan
2109 memberi dukungan untuk kesembuhan.
2110 Hal-hal yang perlu disampaikan kepada lingkungan sekitar pasien yaitu:
2111 1) Pasien TB Resistan Obat tidak perlu dikucilkan.
2112 2) TB Resistan Obat menular namun pencegahan penularan dapat dilakukan
2113 dengan etika batuk dan menjalani pengobatan sedini mungkin.
2114 3) Pasien TB Resistan Obat membutuhkan dukungan psikologis dan sosial
2115 dalam pergaulan sehari-hari untuk mendukung keberhasilan pengobatannya.
2116 4) Kesembuhan pasien TB Resistan Obat sangat penting untuk memutus rantai
2117 penularan TB Resistan Obat

265 133
266
2118 5) Lamanya waktu pengobatan, beratnya efek samping yang ditimbulkan obat
2119 serta dampak sosial yang diakibatkan dari TB Resistan Obat, membuat
2120 pasien TB Resistan Obat sangat membutuhkan dukungan lingkungan
2121 sekitarnya.
2122
Catatan :
Untuk menyampaikan informasi tentang penyakit TB RO pasien
tersebut ke lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja pasien, perlu
mendapatkan persetujuan tertulis pasien terlebih dahulu dan
mempertimbangkan risiko yang terjadi.

2124
2125
2126
2127
2128
2129 5. Pada Akhir Pengobatan
2130 Saat pasien sampai pada akhir masa pengobatan, dilakukan pemeriksaan
2131 laboratorium dan hasilnya akan diberitahukan kepada pasien. Pasien yang
2132 memenuhi kriteria sembuh atau pengobatan lengkap akan melanjutkan ke masa
2133 monitoring sesudah pengobatan selama 2 tahun untuk mengawasi jika terjadi
2134 kekambuhan. Pasien akan diminta memeriksakan dirinya setiap enam bulan ke
2135 rumah sakit rujukan TB RO.
2136
2137 a. Hasil Pengobatan
2138 Dukungan diberikan kepada pasien tergantung pada hasil akhir
2139 pengobatannya.
2140  Sembuh atau pengobatan lengkap
2141 Pada pasien yang berhasil sembuh atau menyelesaikan pengobatannya
2142 secara lengkap harus diberikan penghargaan atas jerih payahnya selama
2143 dua tahun ini.
2144 Contoh:
2145 “Selamat,bapak/ibu telah berhasil menyelesaikan pengobatan yang
2146 panjang dan cukup sulit. Saya bangga bapak/ibu punya kemauan
2147 dan semangat keras untuk sembuh selama 2 tahun ini. Sekarang
2148 bapak/ibu tidak perlu menelan obat lagi, tetapi masih harus

267 134
268
2149 melakukan pemeriksaan dahak setiap 6 bulan selama 2 tahun
2150 mendatang. Kita akan tahuapakah kuman masih ada,mudah-
2151 mudahan tidak ada ya pak/bu”.
Pesan penting yang harus disampaikan:
1. Setiap 6 bulan melakukan pemeriksaan dahak ke rumah sakit
selama 2 tahun ke depan.
2. Segera datang ke rumah sakit bila ada gejala pada
pasien/kontaknya meskipun belum tiba jadual periksa 6 bulanan.
2152
2153  Pengobatan gagal
2154 Pasien akan membutuhkan dukungan dan konseling keluarga untuk
2155 menghadapi hasil pengobatan yang gagal.
2156 Contoh:
2157 “Bapak/Ibu telah berusaha dengan baik dan cukup keras selama
2158 pengobatan ini. Sayangnya obat-obatan ini tidak berhasil mematikan
2159 kuman dalam tubuh bapak/ibu. Kuman dalam tubuh bapak/ibu lebih kebal
2160 dan obat untuk jenis kuman ini belum tersedia. Kami dapat membantu
2161 memberi pengobatan sesuai dengan keluhan bapak/ibu. Namun kuman
2162 belum bisa disingkirkan”.
2163 Contoh:
2164 “Kuman yang lebih kebal juga dapat menular kepada orang lain di sekitar
2165 bapak/ibu bila batuk dan bersin. Karena itu bapak/ibu harus menutup
2166 mulut/hidung pada saat batuk/bersin, memakai masker sesering mungkin,
2167 jemurlah alat tidur dan buka jendela rumah setiap pagi”.
2168
2169 Pesan penting yang harus disampaikan:

2170 1. Alasan penghentian pengobatan saat ini,

2171 2. Dukungan apa yang dibutuhkan pasien,

2172 3. Rencana Pengendalian Infeksi yang perlu dilakukan oleh pasien

2173 dalam mencegah penularan.

2174
2175  Memastikan Pasien Patuh Melakukan Kunjungan Lanjutan setelah
2176 Akhir Pengobatan
2177 Contoh:
2178 “Untuk memastikan keadaan bapak/ibu baik-baik saja, maka setiap enam
2179 bulan bapak/ibu harus datang untuk dilakukan pemeriksaan dahak di
2180 laboratorium untuk mengetahui apakah kumannya masih ada atau tidak.

269 135
270
2181 Kami akan menghubungi bapak/ibu untuk mengingatkannya”.
2182
2183  Mewaspadai Timbulnya Gejala Pada Pasien atau Kontak pada saat
2184 Monitoring Akhir Pengobatan
2185 Contoh:
2186 “Jika bapak/ibu batuk-batuk atau sakit dada atau punggung, demam
2187 berkepanjangan atau turun berat badannya, berkeringat di malam hari
2188 segeralah menghubungi kami, kita akan lakukan pemeriksaan untuk
2189 mengetahui apa yang menjadi masalah. Jika ada orang serumah yang
2190 juga mengalami gejala yang sama, bapak/ibu harus membawa mereka
2191 dan petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan juga
2192
2193
2194
SETELAH MENYELESAIKAN MATERI INI
2195
PESERTA MENGERJAKAN LATIHAN 7

271 136
272
2196 I. REFERENSI
2197 1. Permenkes No. 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Manajemen Terpadu
2198 Pengendalian TB RO
2199 2. Pedoman Nasional Pengendalian TB, Kemenkes 2014
2200 3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana TB
2201 4. WHO, Update Guidelines for PMDT, 2011
2202 5. WHO, Companion Handbook for PMDT, 2014
2203 6. WHO, Update Guideline for PMDT, 2016
2204
2205
2206

273 137
274
2207J. EVALUASI
2208
2209 LATIHAN 1
2210
22111. Sebutkan kriteria untuk penetapan pasien TB RO yang akan diobati
2212 Jawab:
2213
2214
2215
2216
2217
2218
2219
2220
2221
2222
2223
2224
2225
22262. Sebutkan peranan Tim Ahli Klinis di Fasyankes Rujukan TB RO dan Dokter di
2227 Fasyankes TB RO dalam pengobatan TB RO !
2228 Jawab:
2229
2230
2231
2232
2233
2234
2235
2236
2237
2238
22393. Pak Setiadi adalah pasien TB RO yang sudah memenuhi syarat dan disetujui oleh Tim
2240 Ahli klinis RSU Dr Sardjito, Yogyakarta untuk diobati. Berat badan Pak Setiadi adalah
2241 56 kg.
2242
2243

275 138
276
2244 a. Tulis paduan pengobatan
2245 Jawab:
2246
2247
2248
2249 b. Dosis OAT
2250 Jawab:
2251
2252
2253
2254
2255
2256 c. Jumlah obat suntik/ tablet?
2257 Jawab:
2258
2259
2260
2261
2262
2263
2264
2265
2266
2267
2268

277 139
278
2269 LATIHAN 2
2270
2271
22721. Sebutkan persiapan awal sebelum memulai pengobatan TB RO
2273 Jawab :
2274
2275
2276
2277
2278
2279
2280
2281
2282
22832. Sebutkan beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan sebelum mengobati
2284 pasien TB RO
2285 Jawab:
2286
2287
2288
2289
2290
2291
2292
22933. Sebutkan dan jelaskan jenis dan paduan OAT TB RO di Indonesia!
2294 Jawab :
2295
2296
2297
2298
2299
2300
2301
2302
2303
2304
2305

279 140
280
23064. Sebutkan dan jelaskan tahapan pengobatan TB RO
2307 Jawab :
2308
2309
2310
2311
2312
2313
2314
2315
2316
2317
2318
2319
2320
2321
2322
2323
2324
2325
2326
2327
2328
2329
2330
2331
2332
2333
Tunjukkan hasil pekerjaan anda kepada fasilitator, Diskusikan bila
ada hal-hal yang belum jelas. Bila Tidak ada masalah, Lanjutkan ke
bagian selanjutnya

281 141
282
2334 LATIHAN 3
2335
2336
23371. Sebutkan jenis pemeriksaan apa sajakah yang menjadi evaluasi utama untuk
2338 memantau kemajuan pengobatan pasien TB RO !
2339 Jawab :
2340
2341
2342
2343
2344
2345
2346
2347
2348
2349
2350
2351
2352
23532. Jelaskan kapan sajakah dilakukan pemeriksaan dahak biakan serta uji kepekaan pada
2354 pasien TB RO !
2355 Jawab :
2356
2357
2358
2359
2360
2361
2362
2363
2364
2365
2366
2367
2368
2369
2370

283 142
284
23713. Sebutkan jenis pemeriksaan lainnya selain pemeriksaan dahak untuk pemantauan
2372 pengobatan TB RO !
2373 Jawab :
2374
2375
2376
2377
2378
2379
2380
2381
2382
2383
2384
2385

285 143
286
2386 LATIHAN 4
2387
23881. Sebutkan kriteria kondisi pasien seperti apakah yang dinyatakan gagal pengobatan !
2389 Jawab :
2390
2391
2392
2393
2394
2395
2396
2397
23982. Sebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan jika menemui
2399 kondisi pasien dengan pemeriksaan dahak biakan kembali menjadi positif setelah
2400 mengalami konversi !
2401 Jawab :
2402
2403
2404
2405
2406
2407
2408
2409
2410
2411
24123. Sebutkan dan jelaskan hasil pengobatan pasien TB RO !
2413 Jawab :
2414
2415
2416
2417
2418
2419
2420
2421
2422

287 144
288
24234. Bu Suwartini adalah pasien TB RO yang baru saja menyelesaikan rawat inap di RSU
2424 DOK II Jayapura . Setelah berobat jalan sekitar 2 minggu pasien tidak datang lagi ke
2425 Rumah Sakit. Pasien datang kembali 3 minggu kemudian. Apa tindakan yang sebaiknya
2426 di ambil oleh petugas unit layanan di RSU DOK II Jayapura ?
2427 Jawab:
2428
2429
2430
2431
2432
2433
2434
24355. Pak Darwis pasien TB RO yang sudah menjalani pengobatan bulan 12. Hasil
2436 pemeriksaan BTA dan Biakan terakhir dilakukan menunjukkan hasil negatif. Pak Darwis
2437 tanpa alasan yang jelas tidak datang lagi selama kurang lebih 3 bulan. Pak Darwis
2438 datang lagi ke Puskesmas dengan kondisi yang lebih buruk dari saat terakhir dia minum
2439 obat, hasil pemeriksaan dahak di Puskesmas menunjukkan hasil positif.
2440 Jelaskan langkah apa yang diambil untuk menindaklanjuti kasus Pak Darwis ini!!
2441 Jawab:
2442
2443
2444
2445
2446
2447
2448
24496. Pak Djazuli adalah pasien TB RO yang memulai pengobatan pada bulan Agustus
2450 2013, pasien rajin berobat, hasil pemeriksaan dahak Pak Djazuli adalah sebagai
2451 berikut:
Peme- Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 18 20
riksaan
BTA p neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg
o
s
Biakan M neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg neg
T
B
2452

289 145
290
2453 Saat ini adalah bulan Maret 2016 dan Bapak Djazuli telah mendapatkan OAT selama 20
2454 bulan. Apa hasil akhir pengobatan Bapak Djazuli?
2455 Jawab:
2456
2457
2458
2459
2460
2461
24627. Ibu Puji adalah pasien TB RO yang sudah menjalani pengobatan selama 19 bulan dan
2463 secara klinis tampak perbaikan yang nyata. Pasien mulai berobat bulan Juli 2012. Hasil
2464 pemeriksaan dahak follow up adalah:
2465
Peme- Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 2
riksaa
0
n
BTA pos pos ne ne ne ne ne ne ne ne neg neg
g g g g g g g g
Biakan MTB ne ne ne TD ne ne ne TD ne MT MT
g g g g g g g B B
2466
2467 TD= tidak dilakukan
2468 Apa hasil pengobatan Ibu Puji, dan apa tindakan yang akan anda lakukan terhadap hasil
2469 pengobatan Ibu Puji tersebut?
2470 Jawab:
2471
2472
2473
2474
2475
2476
2477
2478
2479
2480
2481
2482 LATIHAN 5

291 146
292
2483
24845. Kerjakan latihan kasus di bawah ini yang merupakan kelanjutan dari latihan MI. 1
2485
2486 a. Kasus Bpk. Achmad Rivai
2487 Setelah Hasil Uji kepekaan dengan tes cepat diketahui, Bpk Achmad Rivai
2488 ditegakkan diagnosa TB MDR dengan hasil uji kepekaan resistansi terhadap
2489 rifampisin, INH dan etambutol dengan metode konvensional di Laboratorium
2490 Mikrobiologi FKUI. Pada tanggal 17 Februari 2012, kasus pasien diajukan kepada
2491 Tim Ahli Klinis di RSUP Persahabatan yang dikoordinir oleh dr. Syamsul Arifin,
2492 Sp.P. Tim Ahli klinis memutuskan bahwa pasien dapat mulai pengobatan pada
2493 tanggal 18 Februari 2012, dengan tahap rawat inap terlebih dahulu dikarenakan
2494 kondisi Bapak Rivai yang mengalami pneumonia dan malnutrisi berat serta DM yang
2495 tidak terkontrol. Paduan OAT yang diberikan adalah Km-Lfx-Eto-Cs-Z-E dan vitamin
2496 B6. Berat badan pasien adalah 50 kg.
2497
2498  Pasien mulai tahap rawat inap pada tanggal 19 Februari 2012, No. Register
2499 pasien di RSUP Persahabatan adalah : 01/009. No.Reg. RO Kab: 05/01/034.
2500 Pasien merupakan pasien TB RO ke-15 yang diobati di RSUP Persahabatan.
2501 Tidak tampak ada Parut BCG.
2502  Foto Thorax tgl 23/02/2012 hasilnya adalah Kavitas dan Infiltrat di dua lapangan
2503 Paru
2504  Hasil pemeriksaan HIV adalah Negatif
2505  Hasil pemeriksaan kontak serumah: Ny. Siti Asmanah (35 tahun) , Bayu (8 tahun)
2506 dan Ikha (5 tahun), diperiksa pada tanggal 23 Februari 2012, hasil negatif.
2507  Sebagai PMO adalah Petugas Kesehatan dengan pendampingan adalah Istri
2508 Bpk. Achmad Rivai, no. Hp: 085-451554666, Perawat di ruangan yang
2509 bertanggung jawab adalah suster Emilia.
2510  Karena tidak ada efek samping obat yang berarti TAK memutuskan pada
2511 pertemuan tanggal 05 Maret bahwa Rawat inap dilakukan selama 2 minggu.
2512 Pada Tanggal 07 Maret pasien diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan
2513 tahap awal di RS. Persahabatan.
2514
2515 Tugas anda adalah:
2516 1) Isi formulir data dasar pengobatan dan persetujuan Tim Ahli Klinis untuk pasien
2517 Bp. Achmad Rivai
2518 2) Isi Formulir TB 01 MDR sampai tanggal 07 Maret 2012

293 147
294
2519 3) Isi Formulir TB 02 MDR sampai tanggal 07 Maret 2012
2520
2521 b. Kasus Ny. Sumariyah
2522 Setelah Hasil Uji kepekaan diketahui, pasien ditegakkan diagnosa TB RO. Pada
2523 tanggal 27 Januari 2013, kasus pasien diajukan kepada Tim Ahli Klinis di RSUD Dr
2524 Soetomo yang dikoordinir oleh dr. Evasari Sp.P. Tim Ahli klinis memutuskan bahwa
2525 pasien dapat mulai pengobatan pada tanggal 28 Januari 2013, dengan tahap rawat
2526 inap terlebih dahulu. Paduan OAT yang diberikan adalah Km-Lfx-Eto-Cs-Z-E dan
2527 Vitamin B6. Berat badan pasien adalah 45 kg.
2528  Pasien mulai tahap rawat inap pada tanggal 28 Januari 2013 dikarenakan kondisi
2529 Ny. Salamah yang pneumothorax dan gangguan elektrolit berat.
2530  No. Register TB RO Fasyankes Rujukan : 01/010. No.Reg. RO Kab : 05/01/035.
2531 Pasien merupakan pasien ke-20 yang diobati di RSUD Dr Soetomo. Parut BCG
2532 tampak pada lengan kanan atas.
2533  Hasil pemeriksaan kontak serumah: Tn. Nasikin (50 tahun) dan An. Maya (5
2534 tahun), diperiksa pada tanggal 30 Januari 2013, hasil negatif.
2535  Foto Thorax tgl 30 Januari 2013 : Infiltrat merata di seluruh lapang Paru
2536  Sebagai PMO adalah Petugas Kesehatan dan pendampingan adalah suami
2537 pasien Tn. Nasikin, no. Hp: 0810-1234567.
2538  Hasil Rapat TAK tgl 14 Februari 2013 Pasien selesai dirawat inap dan memulai
2539 rawat jalan per 15 Februari 2013.
2540
2541 Tugas anda adalah:
2542 1) Isi formulir data dasar dan persetujuan Tim Ahli Klinis untuk pasien Salamah.
2543 2) Isi Formulir TB.01 MDR sampai selesai rawat inap.
2544 3) Isi Formulir TB.02 MDR sampai selesai rawat inap.
2545
2546 6. Latihan Kasus
2547 a. Kasus Bpk. Achmad Rivai
2548 Bapak Achmad Rivai menjalani rawat jalan tahap awal di RSUP Persahabatan,
2549 Karena ingin sembuh pasien datang teratur setiap hari Senin sampai Jum’at ke
2550 RS. Persahabatan untuk minum obat didepan petugas dan mendapat suntikan.
2551 Setiap Sabtu dan Minggu Pasien datang ke RS untuk minum obat didepan PMO.
2552
2553 Hasil pemeriksaan laboratorium dahak biakan sebagai berikut
2554 1) tanggal 17/03/2012 : no. Lab. 022, hasil BTA neg, biakan M. tuberculosis.

295 148
296
2555 2) tanggal 14/04/2012 : no. Lab. 030, hasil BTA neg, biakan M. tuberculosis.
2556 3) tanggal 12/05/2012 : no. Lab. 048, hasil BTA neg, biakan tidak tumbuh.
2557 4) Tanggal 9/06/2012: no. Lab. 064, hasil BTA neg, biakan belum keluar hasil.
2558
2559 Atas pertimbangan permintaan pasien dan penilaian Tim Ahli Klinis melihat hasil
2560 pemeriksaan dahak dan biakan maka pada rapat tanggal 19 Juni 2012,
2561 diputuskan Bapak Achmad Rivai akan dirujuk ke Puskesmas Ciracas mulai
2562 tanggal 20 Juni 2012.
2563
2564 Tugas anda adalah:
2565 a. Lengkapi formulir persetujuan Tim Ahli Klinis untuk melanjutkan pengobatan
2566 di PKM Ciracas.
2567 b. Buatlah surat pengantar melanjutkan pengobatan.
2568 c. Lengkapi Formulir TB.01 MDR sampai tanggal 19 Juni 2012
2569 d. Lengkapi Formulir TB.02 MDR sampai tanggal 19 Juni 2012
2570 e. Lengkapi Formulir TB.03 MDR.
2571
2572
2573 b. Kasus Ny. Sumariyah
2574 Ny. Sumariyah menjalani rawat jalan tahap awal di RSUD Dr Soetomo, Ny.
2575 Sumariyah datang teratur setiap hari Senin sampai Jum’at untuk minum OAT dan
2576 suntik di RS. Hari Sabtu dan Minggu Ny. Salamah minum OAT di RS tanpa
2577 suntikan. Pasien datang secara teratur, namun pada tanggal 14 – 20 April 2013
2578 pasien sempat mangkir berobat dengan alasan menengok orang tua yang sedang
2579 sakit di Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah.
2580
2581 Pada tanggal 15 Mei 2013, pasien menyatakan ingin pindah ke Puskesmas yang
2582 dekat dengan tempat tinggalnya. Pada tanggal 16 Mei 2013 pasien diajukan ke Tim
2583 Ahli Klinis untuk memutuskan apakah pasien dapat dirujuk ke untuk melanjutkan
2584 pengobatannya di Puskesmas Jemursari. Tim Ahli Klinis menyetujui permintaan
2585 tersebut. Mulai tanggal 19 Mei 2013 pasien mendapat OAT oral dan suntikan di
2586 Puskesmas Jemursari.
2587
2588 Hasil pemeriksaan laboratorium dahak dan biakan sebagai berikut
2589 a. tanggal 26/02/2013 : no Lab 025, hasil BTA neg, biakan M.tuberculosis.
2590 b. tanggal 28/03/2013 : no Lab 031, hasil BTA neg, biakan tidak tumbuh.

297 149
298
2591 c. tanggal 27/04/2013 : no lab 050, hasil BTA neg, biakan tidak tumbuh.
2592 d. tanggal 27/05/2013 : no lab 065, hasil BTA neg, biakan belum keluar hasil.
2593
2594 Pertanyaan dan tugas anda adalah:
2595 a. Lengkapi formulir persetujuan Tim Ahli Klinis untuk melanjutkan pengobatan
2596 di PKM Jemursari
2597 b. Buatlah surat pengantar melanjutkan pengobatan.
2598 c. Lengkapi Formulir TB.01 MDR sampai tanggal 27 Mei 2013.
2599 d. Lengkapi Formulir TB.02 MDR sampai tanggal 27 Mei 2013.
2600 e. Lengkapi Formulir TB.03 MDR.
2601
Tunjukkan hasil pekerjaan anda kepada fasilitator,
Diskusikan bila ada hal-hal yang belum jelas.
Bila Tidak ada masalah, Lanjutkan ke bagian selanjutnya
2602
2603 7. Latihan Kasus :
2604 a. Kasus Bpk. Achmad Rivai
2605 Mulai tanggal 20 Juni 2012, pasien mendapatkan OAT suntik dan menelan OAT
2606 oral di Puskesmas Kecamatan Ciracas. Pasien berobat teratur, dan pada saat
2607 harus kontrol ke RSUP Persahabatan, pasien mendapatkan OAT dari RS.
2608
2609 Hasil pemeriksaan dahak di Laboratorium adalah sebagai berikut :
2610 - tanggal 09/06/2012 : No. Lab 064, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2611 - tanggal 07/07/2012 : No. Lab 070, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2612 - tanggal 04/08/2012 : No. Lab 085, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2613 - tanggal 16/09/2012 : No. Lab 092, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2614 - Tanggal 01/10/2012 : No. Lab 112, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh
2615
2616 Hasil Foto Rontgen tgl 01 Oktober 2012 hasil ada perbaikan.
2617 Setelah hasil pemeriksaan dahak akhir bulan ke 8 didapatkan, maka kasus pasien
2618 diajukan kembali ke Tim Ahli Klinis untuk menghentikan OAT suntik dan memulai
2619 tahap lanjutan. Pada tanggal 01 Oktober 2012, Tim Ahli Klinis menyetujui
2620 perpindahan ke tahap lanjutan. Paduan yang diberikan adalah: Eto-Cs-Lfx.
2621 Pengobatan tahap lanjutan akan dimulai 02 Oktober 2012.
2622
2623 Pertanyaan:
2624 1) Bagaimana prognosis pengobatan Bapak Achmad Rivai setelah diobati selama

299 150
300
2625 8 Bulan?
2626 Jawab:
2627
2628
2629
2630
2631 2) Lengkapi Formulir TB.01 dan TB.03 MDR untuk pasien Bp. Achmad Rivai sd
2632 tgl. 01 Oktober 2012
2633 Jawab:
2634
2635 b. Kasus Ny. Sumariyah
2636 Mulai tanggal 19 Mei 2013, pasien mendapatkan OAT suntik dan menelan OAT
2637 oral di Puskesmas Kecamatan Jemursari. Pasien berobat teratur setiap 5 hari
2638 dalam 1 minggu, dan pada saat harus kontrol ke RSUD Dr Soetomo, pasien
2639 mendapatkan OAT dari RS.
2640 Hasil pemeriksaan Laboratorium biakan dahak adalah sebagai berikut :
2641  Tanggal 27/05/2013 : No. Lab 065, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2642  Tanggal 26/06/2013 : No. Lab 071, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2643  Tanggal 26/07/2013 : No. Lab 063, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2644  Tanggal 25/08/2013 : No. Lab 041, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2645  Tanggal 24/09/2013: No. Lab 088, Hasil BTA Neg, biakan tidak tumbuh.
2646
2647 Hasil foto rontgen tgl 24/09/2013 hasil menunjukkan ada perbaikan.
2648
2649 Setelah hasil pemeriksaan dahak akhir bulan ke-8 didapatkan, maka kasus
2650 pasien diajukan kembali ke Tim Ahli Klinis untuk menghentikan OAT suntik dan
2651 memulai tahap lanjutan. Pada tanggal 24/09/2013, Tim Ahli Klinis menyetujui
2652 perpindahan ke tahap lanjutan. Paduan yang diberikan adalah: Eto-Cs-Lfx-E
2653 dengan BB 55 Kg.
2654
2655 Pertanyaan dan tugas anda :
2656 1) Bagaimana prognosis pengobatan Ny. Salamah setelah diobati selama 8
2657 Bulan?
2658 2) Lengkapi Formulir TB.01 MDR Ny. Salamah s/d tgl. 24/09/2013.

301 151
302
2659 8. Latihan Kasus :
2660 a. Kasus Bapak Achmad Rivai
2661 Pasien Melanjutkan pengobatan tahap lanjutan di Puskesmas mulai tanggal 02
2662 Oktober 2012. Pada Tanggal 31 Oktober 2012 sampai tanggal 15 November
2663 2012 pasien tidak datang ke Puskesmas, ketika dilakukan pelacakan pasien dan
2664 keluarga ternyata pulang ke Banyumas tanpa memberitahu kepada petugas,
2665 nomer telepon pasien maupun keluarga tidak dapat dihubungi.
2666 Pada tanggal 16 November 2012 pasien datang lagi ke Puskesmas. Oleh
2667 Petugas Puskesmas pasien diminta untuk datang dulu ke RS Persahabatan.
2668 Tindakan dokter di RS adalah melakukan evaluasi klinis dan melakukan
2669 pemeriksaan BTA, hasilnya negatif. Pengobatan dilanjutkan kembali sampai
2670 selesai.
2671 Hasil pemeriksaan Laboratorium selama tahap lanjutan adalah sebagai berikut:
2672  Tanggal 16/11/2012 : No. Reg. Lab. 107, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2673  Tanggal 15/12/2012 : No. Reg. Lab. 135, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2674  Tanggal 12/01/2013 : No. Reg. Lab. 151, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2675  Tanggal 11/02/2013 : No. Reg. Lab. 170, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2676  Tanggal 11/03/2013 : No. Reg. Lab. 190, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2677  Tanggal 10/04/2013 : No. Reg. Lab. 207, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2678  Tanggal 10/05/2013 : No. Reg. Lab. 211, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2679  Tanggal 09/06/2013 : No. Reg. Lab. 215, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2680  Tanggal 08/07/2013 : No. Reg. Lab. 117, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2681  Tanggal 08/08/2013 : No. Reg. Lab. 201, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2682  Tanggal 06/09/2013 : No Reg Lab 177, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2683
2684 Hasil Foto Thorax follow up tgl 16/11/2012 dan 06/09/2013 hasil membaik.
2685
2686 Pada tanggal 28 Desember 2010, kasus ini diajukan kembali ke Tim Ahli Klinis
2687 untuk menghentikan pengobatan tanggal 03 Januari 2011 dan menentukan hasil
2688 akhir pengobatan.
2689 a. Apa hasil akhir pengobatan Bapak Achmad Rivai?
2690 b. Lengkapi TB 01 MDR sampai dengan selesai pengobatan
2691
2692
2693
2694

303 152
304
2695
2696 b. Kasus Ny. Sulaimah
2697 Pasien Melanjutkan pengobatan tahap lanjutan di Puskesmas Ciracas. Hasil
2698 pemeriksaan dahak adalah :
2699  Tanggal 24/10/2013 : No. Reg. Lab. 093, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2700  Tanggal 23/11/2013 : No. Reg. Lab. 122, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2701  Tanggal 23/12/2013 : No. Reg. Lab. 145, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2702  Tanggal 22/01/2014 : No. Reg. Lab. 166, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2703  Tanggal 21/02/2014 : No. Reg. Lab. 178, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2704  Tanggal 23/03/2014 : No. Reg. Lab. 197, Hasil BTA Neg, biakan Neg.
2705  Tanggal 22/04/2014 : No. Reg. Lab. 200, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2706  Tanggal 22/05/2014 : No. Reg. Lab. 211, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2707  Tanggal 21/06/2014 : No. Reg. Lab. 312, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2708  Tanggal 21/07/2014 : No. Reg. Lab. 112, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2709  Tanggal 20/08/2014 : No. Reg. Lab. 213, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2710  Tanggal 19/09/2014 : No. Reg. Lab. 411, Hasil BTA Neg, biakan Neg
2711
2712 Foto Thorax tanggal 21/02/2014 dan 19/09/2014 hasil menunjukkan perbaikan.
2713
2714 Pada tanggal 19/09/2014, kasus ini diajukan kembali ke Tim Ahli Klinis untuk
2715 menghentikan pengobatan dan menentukan hasil akhir pengobatan pada tanggal
2716 20 September 2014.
2717
2718 Pertanyaan :
2719 1) Apakah hasil akhir pengobatan Ny. Salamah?
2720 2) Lengkapi Formulir TB 01 MDR untuk pasien Ny. Salamah!
2721
2722
2723
2724

305 153
306
2725 LATIHAN 6
2726
27271. Jelaskan prinsip dasar pengobatan TB RO pada anak !
2728 Jawab :
2729
2730
2731
2732
2733
2734
2735
2736
2737
27382. Jelaskan paduan pengobatan TB RO pada anak !
2739 Jawab :
2740
2741
2742
2743
2744
2745
2746
2747
2748
27493. Jelaskan prinsip kolaborasi Pengobatan TB RO pada koinfeksi HIV !
2750 Jawab :
2751
2752
2753
2754
2755
2756
2757
2758
2759
2760
2761

307 154
308
27624. Sebutkan pemeriksaan apasajakah yang menjadi evaluasi utama dan evaluasi
2763 penunjang dalam pengobatan TB RO Koinfeksi HIV !
2764 Jawab :
2765
2766
2767
2768
2769
2770
2771
2772
2773
2774
2775
2776
2777
2778
2779
2780
2781

309 155
310
2782 LATIHAN 7
2783
27841. Jelaskan kondisi khusus seperti apa sajakah yang mengharuskan pasien mendapatkan
2785 penanganan secara spesifik sesuai dengan kondisinya !
2786 Jawab :
2787
2788
2789
2790
2791
2792
2793
2794
2795
27962. Jenis pengobatan adjuvan apa sajakah yang biasanya diberikan kepada pasien TB RO
2797 di RS Rujukan/Fasyankes ?
2798 Jawab :
2799
2800
2801
2802
2803
2804
2805
2806
28073. Sebutkan efek samping ringan apasajakah yang biasanya muncul pada pasien TB RO!
2808 Jawab :
2809
2810
2811
2812
2813
2814
2815
2816
2817
2818

311 156
312
2819
28204. Sebutkan efek samping berat apasajakah yang biasanya muncul pada pasien TB RO!
2821 Jawab :
2822
2823
2824
2825
2826
2827
2828
2829
2830
2831
2832
28335. Sebutkan dan jelaskan istilah dalam Farmakovigilans pada pengobatan TB RO !
2834 Jawab :
2835
2836
2837
2838
2839
2840
2841
2842
2843
28446. Anda adalah dokter di Fasyankes TB RO - RO
2845  Anda mendapati pasien yang mengeluh mengalami nyeri kepala pada sore hari
2846 setelah bekerja dan lemas yang berkurang dengan berbaring. Apa yang anda
2847 lakukan? Jawab :
2848
2849
2850
2851
2852
2853
2854

313 157
314
2855  Pasien TB RO yang mendapat PAS mengeluh mengalami gastritis dan diare, apa
2856 yang anda lakukan? Jawab :
2857
2858
2859
2860
2861
2862
2863
2864  Seorang pasien TB RO yang mendapatkan etambutol dengan keluhan gangguan
2865 penglihatan, apa yang anda lakukan? Jawab :
2866
2867
2868
2869
2870
28717. Ibu Sumini, 37 tahun, adalah pasien yang menjalani pengobatan TB RO di RSUD Adam
2872 Malik Medan -. Pasien mendapatkan paduan OAT RO berupa Km-Lfx-Cs-Eto-Z-E-H.
2873 Seminggu terakhir pasien mengalami keluhan sering merasa mual, rasa tidak nyaman di
2874 perut serta urine berubah warna seperti teh kental. Pasien juga terlihat ikterik, dokter
2875 mencurigai terjadi gangguan pada hati. Pasien dimintakan pemeriksaan faal hati yang
2876 hasilnya menunjukkan kenaikan SGOT/ SGPT lebih dari 5 kali nilai normal.
2877 a) Apa yang dialami pasien Ny. Sumini?
2878 Jawab :
2879
2880
2881
2882
2883
2884 b) OAT mana yang menjadi penyebab?
2885 Jawab :
2886
2887
2888
2889
2890
2891

315 158
316
2892 c) Apa tindakan yang harus dilakukan?
2893 Jawab :
2894
2895
2896
2897
2898
2899

317 159
318
2900 LATIHAN 8
2901
2902
29031. Sebutkan kepada siapa sajakah komunikasi efektif perlu disampaikan !
2904 Jawab :
2905
2906
2907
2908
2909
2910
2911
29122. Jelaskan hal-hal apasajakah yang perlu saat disampaikan kepada pasien saat menjalani
2913 pengobatan TB RO ?
2914 Jawab :
2915
2916
2917
2918
2919
2920
2921
29223. Sebutkan dan jelaskan pesan apasajakah yang perlu disampaikan kepada keluarga
2923 pasien saat kunjungan pertama setelah pasien didiagnosis TB RO ?
2924 Jawab :
2925
2926
2927
2928
2929
2930
2931
2932
2933
2934
2935
2936

319 160
320
29374. Jelaskan peran PMO dalam pengobatan pasien TB RO !
2938 Jawab :
2939
2940
2941
2942
2943
2944
2945
2946
2947
2948
29495. Jelaskan hal-hal apasajakah yang perlu disampaikan kepada petugas kesehatan dan
2950 lingkungan sekitar pasien TB RO !
2951 Jawab :
2952
2953
2954
2955
2956
2957
2958
2959
2960

321 161
322
2961 EVALUASI AKHIR
2962
29631. Yang tidak menjadi persyaratan kriteria penetapan pasien yang akan
2964 memulai pengobatan TB RO adalah :
2965 a. Kasus TB -RO
2966 b. Sosial ekonomi pasien.
2967 c. Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
2968 d. Inform consent.
2969 e. Penduduk dengan alamat yang jelas
2970
29712. Jenis OAT RO yang merupakan salah satu obat paling poten dalam
2972 paduan standard TB RO di Indonesia:
2973 a. Pirazinamid (Z)
2974 b. Etambutol (E)
2975 c. Levofloksasin (Lfx)
2976 d. Sikloserin (Cs)
2977 e. PAS
2978
29793. OAT RO paduan standar bisa diubah komposisinya apabila memenuhi
2980 keadaan:
2981 a. Pasien mengalami efek samping berat yang dapat diidentifikasi disebabkan oleh
2982 salah satu obat.
2983 b. Pasien mengalami penurunan berat badan.
2984 c. Pasien putus berobat akibat efek samping.
2985 d. Kondisi klinis membaik tapi hasil biakan masih positif.
2986 e. Pasien mengalami efek samping sedang yang dapat ditangani oleh fasyankes satelit
2987
29886. Secara umum paduan pengobatan TB RO harus memenuhi kriteria dibawah ini :
2989 a. Sekurangnya empat obat lini kedua yang efektivitasnya pasti/hampir pasti.
2990 b. OAT lini pertama seperti Z, H dan E masih bisa diberikan dan dihitung sebagai
2991 4 OAT yang masih efektif.
2992 c. Etambutol bisa tetap diberikan walaupun sudah terbukti resistan
2993 d. Dosis tidak perlu disesuaikan meskipun terjadi kenaikan berat badan
2994 e. H dan R yang merupakan OAT paling poten tetap diberikan meskipun sudah
2995 resistan.
2996
2997

323 162
324
2998
29997. Pernyataan yang paling sesuai dengan dasar-dasar pengobatan TB RO adalah:
3000 a. Dokter di fasyankes Satelit bisa melakukan penanganan kasus efek samping dengan
3001 menghentikan pengobatan pasien TB Resistma Obat.
3002 b. Apabila perlu dokter di fasyankes Rujukan bisa menghentikan sementara
3003 pengobatan pasien TB RO.
3004 c. Pengobatan TB RO di Indonesia saat ini menggunakan paduan standar yang tidak
3005 memungkinkan adanya perubahan dosis dan paduan.
3006 d. Dokter terlatih di Fasyankes Rujukan dan Fasyankes TB RO - merupakan pihak yang
3007 berwenang menentukan paduan pengobatan pasien TB RO.
3008 e. Tim Terapeutik bisa menghentikan paduan pengobatan TB RO jika ada efek
3009 samping
3010
30118. Pak Sukawi, 44 tahun merupakan pasien TB RO yang diobati di RSU Labuang baji
3012 Makassar. Hasil pemeriksaan dahak dan biakan pada bulan pertama menunjukkan hasil
3013 negatif. Berapa lama pak Sukawi harus menjalani tahap awal pengobatan TB RO?
3014 a. 4 bulan
3015 b. 5 bulan
3016 c. 6 bulan
3017 d. 8 bulan
3018 e. 2 bulan
3019
30209. Bapak Zulkifli, 38 tahun merupakan pasien TB RO yang diobati di RSUP. Sanglah Bali.
3021 Hasil pemeriksaan dahak dan biakan sejak bulan pertama sampai keempat
3022 menunjukkan hasil masih positif. Apa yang pertama kali harus dilakukan petugas poli RO
3023 RSUP Sanglah Bali?
3024 a. Melaporkan kasus ini ke Tim Ahli Klinis
3025 b. Melakukan wawancara terpisah dengan pasien dan PMO untuk mengetahui apakah
3026 pasien benar-benar minum obat.
3027 c. Mereview kartu pengobatan untuk mengetahui kepatuhan dan keteraturan pasien
3028 berobat.
3029 d. Mengusulkan ke Tim Ahli Klinis untuk menambah satu OAT tambahan.
3030 e. Menghentikan pengobatan TB RO karena resiko kegagalan pengobatan
3031
303210. Pak Jhon rambo adalah pasien TB RO yang baru berobat selama 3 minggu di RS Adam
3033 Malik Medan. Setelah pulang dari Rawat inap pak Jhon tidak pernah muncul dan setelah
3034 dilakukan pelacakan ternyata pak Jhon pindah alamat yang tidak diketahui. Setelah 3

325 163
326
3035 bulan pak Jhon datang lagi ke RS Adam malik Medan. Petugas melakukan pemeriksaan
3036 apusan dahak secara mikroskopis dan hasilnya positif. Setelah mendapat konseling pak
3037 Joni ingin berobat kembali dengan teratur. Apa yang harus dilakukan petugas di RS
3038 Adam Malik Medan?
3039 a. Mengulangi pengobatan dari awal dengan pasien dianggap sebagai kasus baru.
3040 b. Meneruskan pengobatan dengan rejimen yang sama dan kartu pengobatan yang
3041 sama
3042 c. Menyatakan pengobatan sebelumnya sebagai kasus loss to follow up dan
3043 memperlakukan pasien sebagai terduga TB RO dari awal.
3044 d. Menyatakan pengobatan sebelumnya sebagai kasus loss to follow up, pasien
3045 kemudian diobati sesuai hasil pemeriksaan sebelumnya sebagai data dasar
3046 pengobatan karena berobat kurang dari 1 bulan.
3047 e. Menyatakan hasil pengobatan gagal dan memulai pengobatan dari awal
3048
304911. Bapak Hariyanto Kasmir adalah pasien TB RO yang rencananya akan diobati selama 21
3050 bulan, hasil pemeriksaan biakan pada bulan ke 19 dan 21 menunjukkan hasil positif.
3051 Apakah hasil akhir pengobatan Bapak Haryanto?
3052 a. Gagal
3053 b. Sembuh
3054 c. Lengkap
3055 d. Lost to follow up.
3056 e. XDR
3057
305812. Apabila seorang pasien TB RO yang direncanakan akan diobati selama 20 bulan, hasil
3059 pemeriksaan bulan ke 12 Biakan positif M.TB, bulan ke 15 hasil biakan neg, bulan ke 17
3060 hasil neg, bulan ke 19 hasil negatif, Hasil akhir pengobatan adalah
3061 a. Gagal
3062 b. Sembuh
3063 c. Lengkap
3064 d. Lost to follow up.
3065 e. Tidak di evaluasi
3066

327 164
328
3067Lampiran 1. Contoh Pengisian Formulir Data Dasar Pasien TB RO
3068

329 165
330
3069

331 166
332
333 167
334
335

3072

336 168
337
338

3073
3074 Lampiran 2. TB 01 MDR
3075

339 169
340
341

3076
342 170
343
344

3077

345 171
346
347

3078

348 172
349
350

3079 Lampiran 3. Kartu Pengobatan TB 02 MDR


3080
3081

3082

351 173
352
353

3083
3084
3085

354 174
355
356

3086 Lampiran 4. Register TB 03 MDR di Fasyankes


3087
3088

357 175
358
359

3089
3090
3091
3092
3093
3094
3095
3096

360 176
361
362

3097

363 177
364
365

3098Tata Cara Pengisian Formulir TB.03 MDR


3099
6 Umur Sudah Jelas
7 Alamat Lengkap Sudah Jelas
8 Faskes Satelit TB RO Tulis Nama Fasyankes tempat pasien dirujuk untuk melanjutkan
9 Klasifikasi (Paru/ Ekstra Paru) Tulis klasifikasi penderita.
10 Tipe Penderita Tulis tipe penderita sesuai dengan kode di bagian bawah formulir TB 03
MDR

11 Riwayat Pengobatan TB Sebelumnya Tulis jumlah berapa kali pasien mendapat seri pengobatan dengan OAT,
baik yang selesai maupun tidak

12 Hasil Foto Rontgen Dada Tulis Kode hasil bacaan foto rontgen dada seperti yang tercantum dalam
Formulir data dasar
13 Tanggal pengambilan dahak untuk DST Isi nomer register sesuai nomer urut yang diberikan oleh petugas Lab pada
balasan TB 05 MDR

14 Tanggal DST Keluar Tulis kapan hasil uji kepekaan didapatkan dari Laboratorium rujukan TB
RO

15 sd 24 Hasil Uji Kepekaan Tulis hasil uji kepekaan sesuai kolom OAT yang diuji
25 sd 46 Pemeriksaan Follow up Tulis hasil pemeriksaan follow up apusan dahak dan biakan yang
dilakukan, kolom pertama untuk hasil pemeriksaan apusan dan kolom
47 sd 51 Hasil Akhir Pengobatan Tulis Tanggal kapan pasien menyelesaikan pengobatan pada kolom yang
sesuai
52 Keterangan Isilah data-data yang sekiranya perlu dan berkaitan dengan pasien

3100

366 178
367
368

3101

369 179
370
371

3102Lampiran 5. Formulir Melanjutkan Pengobatan


3103
3104

372 180
373

You might also like