Pengaruh Risiko Audit Materialitas Kompleksitas Audit Dan Pengendalian Internal Yang Relevan Terhadap Pertimbangan Auditor Atas Prosedur Audit

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Pengaruh Risiko Audit Materialitas Kompleksitas Audit dan

Pengendalian Internal yang Relevan terhadap Pertimbangan


Auditor atas Prosedur Audit
(Studi Pada Akuntan Publik di KAP Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK-RI)

Agustine Sulviani1; Hendri Hermayana2


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Majalengka
[email protected]

Abstract

Considering exact audit approach, planning and perform advance audit procedure based
on risk assessment which identified whether it’s financial statement or assertion level,
These were auditor professional judgment, recognizing the highest amount of materiality
misstatements which influence the user of financial statement in their decision. If classess
of transactions consisted low inherent risk, only the substantive analytical procedures
necessary would be provide audit evidence sufficiently. However, if risks assessed are
low because of the participation of internal control relevance to audit, then the auditor
will test the internal control as well. Initially, process and bookkeeping complex
transactions are motivated auditor to perform audit procedure and relevant activity to
obtain relevant information. Their motivation is because they believe in every
transactions contained risk factors due to fraud or error and its occured beyond their
insights. The aim of this study is to recognize whether audit risk, materiality, internal
control relevance to audit and audit complexity are related with the auditor profesional
judgment in audit procedure. The study carried out on public accountants whose
registered in BPK-RI and they served on audit firm in Bandung. The study using non
probability techniques to select the sample, as of 29 selected public accountants have
gathered as respondents. Analyzed data statistics examined the hypothesis using t and f
tests showed that the audit risk, materiality, internal control relevance to audit and audit
complexity have significance effects on profesional judgment in audit procedures,
whether it is individual or together.

Keywords: Complexity, Internal Control, Judgment, Materiality, Risk

1. Pendahuluan

Perhatian utama auditor terhadap risiko terkait laporan keuangan adalah risiko tipe satu.“the risk of
giving erroneously a good or unqualified opinion in undeserving circumstances....” bahwa auditor
akan keliru memberi opini wajar tanpa pengecualian padahal seharusnya tidak patut mendapatkannya.
Selain risiko tipe satu atau bisa terjadi risiko tipe dua “the risk that auditor will erroneously give a
bad or qualified or adverse opinion to financial statement that deserve a good or unqualified
opinion....” bahwa auditor akan keliru memberi opini wajar dengan pemodifikasian atau tidak wajar
pada laporan keuangan yang seharusnya patut mendapat opini wajar tanpa pengecualian.

International standard on auditing (ISA) 200 meminta auditor untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan matang, hati-hati dan cermat agar risiko tipe satu tidak terjadi atau
berkurang sampai ke level terendah yang dapat diterima. Risiko tipe satu diumpamakan seperti
investor yang cenderung berinvestasi pada sebuah perusahaan yang mendapat opini baik walaupun
sesungguhnya keliru, ketika kebenaran tentang perusahaan terungkap investor menyadari bahwa nilai
perusahaan tersebut berada dibawah harapannya atau lebih kecil dari yang diperkirakannya. Harga
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

saham jatuh dan kekayaan investor berkurang. Akan tetapi seandainya auditor memberi opini yang
keliru yaitu wajar dengan pemodifikasian, investor kemungkinan akan melepas atau menjual
sahamnya yang mengakibatkan harga saham jatuh, namun ketika auditor memperbaiki kekeliruan
tersebut harga saham tidak jadi jatuh dan kekayaan pemegang saham yang turun itu semata-mata
karena kekeliruan. Dengan kata lain apabila risiko tipe dua yang terjadi maka kesalahan masih bisa
diperbaiki sehingga perusahaan dan pemegang saham bisa diselamatkan.

Risiko salah saji material di tingkat asersi terdiri atas risiko bawaan dan risiko kontrol namun dalam
ISA tidak menyebut kedua risiko tersebut terpisah melainkan gabungan (combined) atau istilahnya
combined assessment (penilaian gabungan) terhadap risiko salah saji material (risk of material
misstatement). Risiko bawaan dan risiko kontrol mengartikan laporan keuangan berpotensi
mengandung salah saji material. Risiko deteksi mengartikan auditor gagal mendeteksi salah saji
material dalam laporan keuangan. Risiko audit terdiri dari dua unsur utama, combined assessment dan
detection risk.

Salah saji material bisa terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Contoh, laporan keuangan
mencantumkan pabrik senilai 10 milyar rupiah, pabrik itu tidak pernah dibangun atau dibeli, laporan
keuangan mengandung suatu salah saji yang material. Laporan keuangan dapat juga berisi beberapa
salah saji yang secara agregat atau tergabung berjumlah material. Salah saji material bisa berupa salah
saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatement) misalnya yang ditemukan oleh auditor dan
dikomunikasikan kepada kepala bagian pembukuan (chief accountant) dan diakui sebagai salah saji
namun kepala bagian tidak bersedia mengoreksinya. Salah saji material bisa berupa pengungkapan
yang menyesatkan (misleading disclosures) atau pengungkapan yang tidak dicantumkan (missing
disclosures) dalam laporan keuangan. Ini merupakan salah saji material secara kualitatif (bukan
angka), berbeda dengan dua bentuk sebelumnya yang merupakan salah saji material secara kuantitiatif
(berupa angka-angka). Salah saji material bisa berupa kesalahan (error) disebut risiko bisnis atau bisa
berupa kecurangan (fraud) disebut risiko kecurangan. Risiko bawaan berisi semua faktor risiko bisnis
dan kecurangan contoh, sistem akuntansi yang baru diimplementasi, berpotensi terjadi kesalahan (ini
adalah risiko bisnis) bisa juga berpeluang dimanipulasi untuk mencuri uang entitas (ini adalah risiko
kecurangan).

Risiko salah saji material dalam laporan keuangan berada diluar kendali auditor. Auditor harus
melakukan penilaian risiko (risk assessment) melalui suatu prosedur penilaian risiko untuk
menentukan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Tahap penilaian risiko ini merupakan
tahap pertama dari tiga tahap audit berbasis risiko. Pertanyaan utama dalam tahap ini adalah peristiwa
apa yang jika terjadi bisa berpotensi mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangan.
Langkah berikutnya auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sebagai
tanggapan terhadap risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai, baik pada tingkat laporan keuangan
maupun pada tingkat asersi. Kalimat tersebut merupakan istilah dari menekan risiko. Tahap
menanggapi risiko ini merupakan tahap kedua dalam tiga tahap audit berbasis risiko. Pertanyaan
utama dalam tahap ini adalah apakah peristiwa yang diidentifikasi dalam tahap pertama memang
terjadi dan mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangan. Tahap ketiga (tahap terakhir)
dalam tiga tahap audit berbasis risiko adalah reporting (pelaporan), tahap melaporkan meliputi
merumuskan pendapat atau opini audit yang tepat berdasarkan bukti audit yang diperoleh serta
membuat dan menebitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan yang ditarik.

Kutipan ISA 315 alinea 16 menyatakan jika entitas memiliki proses penilaian risiko entitas (PPRE),
auditor wajib mengevaluasi apakah ada jenis risiko yang diduga auditor seharusnya dapat ditemukan
PPRE. Istilah risk assessment atau penilaian risiko dapat dilihat dari sisi entitas dan auditor. Entitas
menilai risiko dari sudut pandang ancaman terhadap pencapaian tujuan entitas diantaranya ialah
menghasilkan laporan keuangan bebas dari salah saji material. Untuk itulah entitas wajib merancang,
mengimplementasi dan memelihara pengendalian internal. Dipihak lain auditor menilai risiko sebagai
bagian dari proses auditnya. Penilaian risiko merupakan komponen kedua dari pengendalian internal.
Disinilah akan terlihat persinggungan antara kepentingan entitas dan auditor. Jika PPRE tepat atau

14
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

sesuai dengan situasi yang dihadapi entitas itu maka PPRE mendukung upaya auditor untuk menilai
seberapa besarnya risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan yang diauditnya.

ISA 315 alinea 20 mengemukakan Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai kegiatan
pengendalian (prevent, detect, correct) yang relevan untuk auditnya, yakni pengendalian yang
dipandang auditor adalah penting untuk menilai risiko salah saji yang material ditingkat asersi dan
merancang prosedur audit lanjutan untuk menanggapi risiko tersebut. Suatu audit tidak mewajibkan
pemahaman semua kegiatan pengendalian yang berkenaan dengan jenis transaksi, saldo akun dan
disclosure (asersi/tingkat transaksional). Pemahaman yang baik mengenai unsur-unsur pervasif
pengendalian intern ditingkat entitas memberikan dasar yang kokoh untuk menilai pengendalian yang
relevan terhadap pelaporan keuangan ditingkat transaksional (tingkat proses bisnis). Contoh, jika
pengendalian atas data integritas ditingkat entitas lemah, kelemahan ini mempengaruhi keandalan
informasi yang dihasilkan sistem seperti informasi penjualan, pembelian, dan gaji. Transaksi rutin
seperti penjualan, pembelian dan gaji; transaksi non-rutin seperti pembelian peralatan kantor,
menjajaki bisnis baru. Didalam transaksi-transaksi tersebut terdapat faktor-faktor risiko (risk factors)
yang jika tidak dimitigasi/ditangkal oleh kegiatan pengendalian yang dipelihara oleh organisasi
menyebabkan salah saji yang material dalam laporan keuangan.

Bagaimana auditor mampu mengetahui faktor-faktor risiko yang bisa saja terjadi dalam transaksi-
transaksi, untuk itu auditor dapat memanfaatkan representasi manajemen. Representasi oleh
manajemen secara eksplisit (tersurat) maupun implisit (tersirat) yang tertanam didalam atau
merupakan bagian dari laporan keuangan merupakan definisi dari asersi (Assertions) menurut ISA
315. Asersi berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran (measurement), penyajian
(presentation) dan pengungkapan (disclosure) dari berbagai unsur laporan keuangan. Unsur Laporan
keuangan (elements in the financial statements) bisa berupa angka-angka/jumlah (amounts) dan bisa
berupa pengungkapan/kata-kata (disclosure). Contoh, manajemen membuat asersi kepada auditor
bahwa saldo akun penjualan dalam pembukuan telah mencakup seluruh transaksi penjualan
(completeness assertion), bahwa transaksi memang terjadi dan adalah transaksi yang sah (occurance
assertion), dan bahwa transaksi penjualan telah dibukukan sebagaimana mestinya dan dalam perioda
yang benar (accuracy and cut-off assertion).

Bagaimana prosedur pengendalian intern bersinggungan dengan risiko, adakah catatan mengenai
apakah prosedur pengendalian itu mencegah (prevent) salah saji atau menemukan (detect) kemudian
memperbaiki (correct) salah saji yang terjadi. Jangan buat daftar semua pengendalian yang
ada/diketahui dan mengaitkannya dengan risiko. Mulailah dengan risiko, lanjutkan dengan
pengendalian yang memitigasi risiko tersebut. Prosedur penilaian risiko (risk assessment procedures)
yang diwajibkan untuk memperoleh bukti audit mengenai diimplementasikannya pengendalian
internal meliputi inquiry, observing, re-performing dan walkthrough (napak tilas). Bukti mengenai
efektifnya pengendalian akan diperoleh melalui uji pengendalian (test of controls), uji pengendalian
ini merupakan proses mengumpulkan bukti mengenai berfungsinya pengendalian internal entitas
selama periode yang diaudit misalnya satu tahun.

Penelitian mengenai sistem pengendalian internal dan hubungannya dengan tujuan organisasi mulai
banyak dilakukan. Studi oleh Ariadharma (2015) menghasilkan suatu pernyataan bahwa sistem
operasi dan pencatatan transaksi penjualan yang sehat serta struktur organisasi dan karyawan yang
cakap dapat berpengaruh kuat pada kualitas produk dan kepuasan konsumen sehingga terjadilah
efektivitas penjualan yang semakin meningkat. Studi yang dilakukan oleh Tehupuring dan Lingga
(2017) menyimpulkan bahwa sistem pengendalian intern yang efektif dapat mendorong individu
untuk tidak berperilaku oportunis, sistem pengendalian intern yang efektif berguna untuk menjaga
kekayaan pemerintah daerah dari penyalahgunaan, mendorong efisiensi kebijakan pemerintah daerah,
memastikan bahwa informasi akuntansi telah disajikan secara akurat serta kepatuhan terhadap sistem
dan prosedur atau regulasi yang berlaku dapat tercapai.

15
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

Jika risiko yang diidentifikasi sudah di dokumentasi dan dinilai dengan cara yang konsisten, auditor
mereviu dan merangkumnya. Rangkuman risiko yang dinilai menyatukan faktor risiko bawaan yang
diidentifikasi dan evaluasi atas pengendalian internal yang dirancang untuk memitigasi risiko tersebut.
Penilaian risiko tidak berakhir pada satu titik. Informasi baru diperoleh selama audit berjalan dan
pelaksanaan prosedur audit akan menemukan risiko tambahan. Atau bisa saja pengendalian internal
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ketika semua itu terjadi penilaian risiko semula harus direvisi
dan ini berdampak pada pertimbangan atas sifat dan luasnya prosedur audit selanjutnya. Luasnya
prosedur audit ditentukan sesudah mempertimbangkan performance materiality, risiko yang dinilai
(assessed risk) dan tingkat asurans yang direncanakan auditor. Secara umum, luasnya prosedur audit
(seperti banyaknya sampel untuk uji rincian atau; seberapa rinci prosedur analitikal substantif) akan
meningkat dengan meningkatnya risiko salah saji material. Namun, peningkatan luasnya prosedur
audit hanyalah efektif jika prosedur audit itu sendiri memang relevan untuk risiko yang dihadapi.

Faktor kunci dalam menentukan luasnya suatu prosedur audit ialah performance materiality
(materialitas pelaksanaan). Performance materiality ditetapkan untuk laporan keuangan secara
keseluruhan dan dimodifikasi untuk memperhitungkan risiko tertentu berkenaan dengan suatu saldo
akun, transaksi dan pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan. Konsep materialitas
diterapkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit. Perencanaan artinya materialitas ditentukan dan
digunakan pada saat merencanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko. Pelaksanaan artinya materialitas ditentukan dan digunakan pada saat menentukan sifat, saat
dan luas prosedur audit lebih lanjut. Penyimpulan artinya materialitas secara keseluruhan digunakan
untuk mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang diidentifikasi pada laporan keuangan dan
ketepatan opini dalam laporan audit.

Materialitas mencerminkan area abu-abu apa yang dapat menjadi material dan yang dapat menjadi
tidak material, sehingga penilaian terhadap apa yang dapat menjadi material selalu merupakan hal
yang terkait dengan pertimbangan profesional. Tingkat materialitas kuantitatif dapat dikatakan
material berdasarkan sifat atau keadaan misalnya:
1. Informasi terkait adanya sejumlah transaksi dengan pihak berelasi dapat menjadi signifikan bagi
seseorang yang mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan.
2. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen (walaupun tidak material) akan menjadi
signifikan bagi seseorang yang mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan.
3. Serangkaian item yang tidak material dapat menjadi material ketika dijumlahkan semua.

Auditor kadangkala tertarik untuk menurunkan jumlah materialitas keseluruhan ketika risiko
kesalahan penyajian material dinilai tinggi. Hal ini tidak tepat karena materialitas keseluruhan
menanggapi kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan bukan tingkat risiko audit. Materialitas
keseluruhan perlu diperbaharui ketika auditor menyadari ada informasi yang dapat menyebabkan
penentuan awal materialitas yang didasarkan pada asumsi pengguna laporan keuangan (user) telah
berbeda jumlahnya. Dengan mengasumsikan kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan adalah
sama tanpa memperhatikan risiko audit, materialitas keseluruhan dalam jumlah yang lebih rendah
akan menghasilkan:
1. Rasa nyaman kepada pengguna laporan keuangan bahwa kesalahan penyajian yang lebih kecil
dalam laporan keuangan akan diidentifikasi oleh auditor dan;
2. Pekerjaan audit tambahan untuk memastikan bahwa risiko audit telah dikurangi pada tingkat yang
seharusnya.

Penentuan materialitas pelaksanaan melibatkan penggunaan pertimbangan profesional seperti faktor-


faktor berikut ini:
a. Pemahaman terhadap entitas dan hasil pelaksanaan prosedur penilaian risiko
b. Sifat dan luas kesalahan penyajian yang diidentifikasi pada audit sebelumnya
c. Perkiraan akan kemungkinan kesalahan penyajian pada periode berjalan.

16
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

Menurut pendapat Qurrahman, Susfayetti dan Mirdah (2012) materialitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap penghentian prematur audit. Argumentasinya adalah responden beranggapan
bahwa pengurangan jumlah sampel dan tidak melakukan konfirmasi, dapat dilakukan oleh auditor
dengan catatan semua itu tidak menyebabkan sesuatu yang dapat mengubah pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan. Sedangkan menurut Trinaldi, Kamaliah, dan Al Azhar (2014)
pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi
oleh persepsi auditor sendiri. Saat auditor menetapkan bahwa materialitas yang melekat pada suatu
prosedur audit rendah maka terdapat kecenderungan bagi auditor untuk mengabaikan prosedur audit
tersebut. Pengabaian ini menimbulkan praktik penghentian prematur atas prosedur audit.

Jelista (2015) menyetujui bahwa kompleksitas audit adalah persepsi auditor tentang kesulitan suatu
tugas audit yang disebabkan terbatasnya kapabilitas dan daya ingat serta kemampuan untuk
mengintegrasikan masalah yang dimiliki auditor. Hal tersebut ditunjukkan dalam penelitiannya
terhadap auditor yang berada pada KAP di Pekan Baru, Medan dan Padang sebagai responden. Hasil
penelitian Jelista menunjukkan bahwa kompleksitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit,
sehingga Jelista mendukung pernyataan bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau
sistem akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Sama halnya dengan Prasita dan Adi (2007)
yang menyatakan bahwa kompleksitas audit yang muncul karena semakin tinggi variabilitas dan
ambiguitas dalam tugas pengauditan menjadi penyebab turunnya kualitas audit, auditor cenderung
berperilaku disfungsional dan lebih mengutamakan kepentingan klien dari pada obyektivitas hasil
pengauditan itu sendiri.

2. Tinjauan Pustaka

Kompleksitas audit yang meliputi kompleksitas tugas pada perusahaan multinasional dikemukakan
oleh Joshua and Michas (2017) bahwa pada praktiknya, lingkup aktivitas pada sebuah komponen
(auditor entitas anak) dari yang sederhana seperti inspeksi gudang disatu wilayah hingga mengaudit
anak perusahaan diluar negeri yang melakukan aktivitas bisnis secara penuh sehingga harus
mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi, tunduk pada ketentuan bahwa KAP induk yang
mengaudit grup internasional harus mendorong dan mengkoordinasi jaringan auditor beberapa negara
untuk konsolidasi laporan keuangan. Meskipun pekerjaan audit dilakukan melalui beberapa auditor
komponen di masing-masing negara akan tetapi auditor prinsipal (auditor perusahaan induk)
bertanggung jawab dan memegang wewenang terhadap audit dan bertanggung jawab atas keseluruhan
tugas. Sedangkan auditor komponen bertanggung jawab atas prosedur audit yang berlokasi diluar
negeri biasanya merupakan KAP afiliasi yang anggotanya jaringan KAP internasional yang sama.

Rachmawati, Darwanis, dan Bakar (2013) menyatakan bahwa dalam perencanaan pekerjaannya,
auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Penelitian Rahmawati dkk dilakukan pada kantor BPK
RI perwakilan Aceh. Hasil jawaban responden menunjukkan bahwa risiko audit dapat diminimalisasi
dengan melakukan beberapa hal seperti memeriksa dengan teliti setiap dokumen audit, memeriksa
saldo akun dan golongan transaksi, menentukan ukuran sampel, fokus pada akun atau transaksi yang
besar dan berisiko tinggi, serta tidak melakukan pelanggaran dalam melakukan audit.

Berdasarkan uraian dan pemaparan studi terdahulu mengenai pertimbangan auditor atas prosedur
audit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya maka penulis menyatakan hipotesis sebagai berikut,

Hipotesis: risiko audit, materialitas, pengendalian internal yang relevan dengan audit serta
kompleksitas audit berpengaruh terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko audit, materialitas, kompleksitas dokumen
audit dan pengendalian internal yang relevan terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian verifikatif. Unit analisis pada kantor akuntan publik

17
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

wilayah Bandung yang terdaftar di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Dari
situs resmi BPK yaitu sikap.bpk.go.id, auditor yang terdaftar sebanyak 47 orang (tahun 2018) yang
tersebar di 10 KAP, namun hanya 7 KAP yang bersedia menerima dan mendukung penelitian ini
walaupun setiap KAP paling banyak hanya menerima 5 (Lima) kuesioner. Jumlah kuesioner yang
disebar adalah 30 namun hanya 29 kuesioner yang layak untuk diolah. Berikut ini adalah daftar
penyebaran kuesioner ke kantor akuntan publik di wilayah Bandung:

Tabel 1. Nama KAP dan Jumlah kuesioner


No. Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner Kuesioner Kuesioner
yang yang yang
Disebar Kembali Layak
1 KAP Moch. Zainuddin, Sukmandi & Rekan 5 5 5
2 KAP Prof. DR. H. Tb. Hasanuddin, M.Sc. & Rekan 5 5 5
3 KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (Cabang - - -
Bandung)
4 KAP Heliantono & Rekan (Cabang Bandung) - - -
5 KAP Roebiandini & Rekan 3 3 2
6 KAP Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih - - -
7 KAP Djoermarma, Wahyudin & Rekan 4 4 4
8 KAP Sabar dan Rekan 3 3 3
9 KAP Dr La Midjan & Rekan 5 5 5
10 KAP Dr. H. E. R. Suhardjadinata & Rekan 5 5 5
Total 30 30 29

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uji Validitas Data

Hasil penghitungan uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson terhadap risiko audit, materialitas, kompleksitas audit, pengendalian internal yang
relevan, pertimbangan auditor atas prosedur audit menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan
dinyatakan valid karena rhitung untuk semua item pernyataan pada setiap variabel lebih besar dari rtabel
pada tingkat signifikansi 0,05. Maka seluruh butir pernyataan dinyatakan sahih atau valid.

Uji Reliabilitas Data

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Versi 21.0 diperoleh uji reliabilitas
yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas


Variabel Total Item Nilai Reliabilitas Nilai Keterangan
Pernyataan Cronbach's Alpha Kritis
Risiko Audit 10 0,753 0,60 Reliabel
Materialitas 18 0,756 0,60 Reliabel
Kompleksitas Dokumen 7 0,716 0,60 Reliabel
Audit
Pengendalian Internal 18 0,759 0,60 Reliabel
yang Relevan
Pertimbangan Auditor 12 0,779 0,60 Reliabel
atas Prosedur Audit

18
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

Hasil uji reliabilitas terhadap risiko audit, materialitas, kompleksitas audit, pengendalian internal yang
relevan dan pertimbangan auditor atas prosedur audit diperoleh koefisien reliabilitas lebih besar dari
nilai kritis yaitu 0,60, sehingga seluruh item pernyataan dinyatakan reliabel (andal).

Gambaran Umum Data Responden

Setelah data dikumpulkan dan ditransformasi, kemudian dianalisis sehingga didapat gambaran umum
dan tanggapan responden. Identitas responden berdasarkan jenis kelamin; responden berjenis kelamin
laki-laki, sebanyak 23 orang (79,3%) dan berjenis kelamin perempuan, sebanyak 6 orang (20,7%).
Mayoritas auditor berusia antara 30-40 tahun. Sebagian besar responden berpendidikan terakhir S1,
yaitu sebanyak 20 orang (69%) dan sebagian kecilnya berpendidikan terakhir D3 dan S2, yaitu
sebanyak 4 orang dan 5 orang (13,8% dan 17,2%).

Tanggapan Responden atas pernyataan mengenai; risiko audit, materialitas, pengendalian internal
yang releven, kompleksitas audit serta pertimbangan atas prosedur audit adalah berikut:

Risiko Audit.Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai risiko audit berada pada kategori
sedang artinya, combined assessment yaitu gabungan risiko bawaan dan risiko kontrol, berada diluar
kendali auditor, sehingga entitas klien yang memiliki departemen akuntansi berpengalaman dan
berpengetahuan cukup tinggi akan membuat laporan keuangan semakin berkualitas. Namun,
lemahnya penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 yang menyatakan laporan
keuangan harus mengungkapkan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
diantaranya hubungan anggota keluarga terdekat, membuat risiko audit menjadi meningkat.

Materialitas. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai materialitas berada pada kategori
tinggi. Materialitas keseluruhan perlu diperbaharui ketika auditor menyadari ada informasi yang dapat
menyebabkan penentuan awal materialitas yang didasarkan pada asumsi pengguna laporan keuangan
(user) telah berbeda jumlahnya.

Kompleksitas Audit. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kompleksitas audit berada
pada kategori tinggi, artinya pengauditan selalu dihadapkan dengan kompleksnya bukti audit yang
harus dikerjakan. Bukti audit tidak terstruktur dan membingungkan serta lemahnya pengendalian
intern mendorong untuk menambah langkah audit atau prosedur audit untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan memadai.

Pengendalian Internal yang Relevan. Perusahaan menganalisis risiko sebagai dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola, artinya perusahaan harus mampu menentukan dasar
risiko dan cara mengatasinya, agar ketika auditor melakukan pengauditan akan menghemat waktu dan
meminimumkan tingkat risiko yang akan terjadi. Ketika risiko dapat diminimumkan dengan
pengendalian internal yang relevan maka auditor juga akan melakukan prosedur uji terhadap
pengendalian tersebut (tests of control).

Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai
pertimbangan auditor atas prosedur audit, berada pada kategori tinggi, artinya perhatian terhadap
proses pengauditan dan hasil audit sesuai dengan prosedur audit. Kompleksitas audit menjadi dasar
mempertimbangkan risiko audit untuk memperoleh bukti audit yang relevan dengan tujuan audit.
Seorang auditor akan menghindari risiko yang besar dalam pertimbangan auditor atas prosedur audit,
sehingga auditor cenderung memeriksa bukti audit yang berkaitan dengan pengauditannya saja.

19
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

Normalitas Data

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berikut merupakan hasil analisis
normalitas data dengan menggunakan tabel Kolmogorov-Smirnov:

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 29
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 5,60768283
Absolute ,159
Most Extreme
Positive ,159
Differences
Negative -,090
Kolmogorov-Smirnov Z ,856
Asymp. Sig. (2-tailed) ,456
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) yang diperoleh adalah 0,456 > 0,05.
Karena nilai Asymp. Sig (2-tailed) yang diperoleh tersebut lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan dengan melihat tabel Coefficient kolom Collinearity Statistics.

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz T Sig. Collinearity
Coefficients ed Statistics
Coefficient
s
B Std. Beta Toleranc VIF
Error e
-26,400 9,526 - ,011
(Constant)
2,771
Risiko Audit ,294 ,071 ,293 4,159 ,000 ,578 1,730
-,527 ,088 -,526 - ,000 ,371 2,699
Materialitas
5,971
1 Kompleksitas ,872 ,061 ,872 14,19 ,000 ,763 1,311
DokumenAu 8
dit
Pengendalian ,380 ,083 ,379 4,579 ,000 ,420 2,382
Internal yang
Relevan
a. Dependent Variable: Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit

Tabel di atas menunjukkan nilai tolerance dari variabel independen menunjukkan nilai lebih dari
0,10. Dan nilai VIF dari variabel independen menunjukkan nilai tidak lebih dari 10. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel independen dalam model regresi.

20
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

Uji Regresi Linier Berganda

Model regresi yang digunakan adalah model regresi berganda (multiple regression analysis).
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e ....(1)
Dimana:
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
e = Error
X1 = Risiko Audit
X2 = Materialitas
X3 = Komplesitas Dokumen Audit
X4 = Pengendalian Internal yang Relevan dengan audit
Y = Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit

Tabel 5. Hasil Uji Regresi Linier Berganda


Coefficientsa
Standardize
Unstandardized
d
Coefficients
Model Coefficients T Sig.
Std.
B Beta
Error
(Constant) -26,400 9,526 -2,771 ,011
Risiko Audit ,294 ,071 ,293 4,159 ,000
Materialitas -,527 ,088 -,526 -5,971 ,000
1 Kompleksitas Dokumen 14,19
,872 ,061 ,872 ,000
Audit 8
Pengendalian Internal
,380 ,083 ,379 4,579 ,000
yang Relevan
a. Dependent Variable: Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit

Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan uji t untuk menguji hipotesis secara parsial

Tabel 6. Hasil uji t (parsial)


Variabel Independen thitung Ttabel Signifikasi
Risiko Audit 4,159 2,060 0,000
Materialitas -5,971 2,060 0,000
Kompleksitas Dokumen Audit 14,198 2,060 0,000
Pengendalian Internal yang Relevan 4,579 2,060 0,000

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara parsial dari masing-masing
variabel independen. Hasil pengujian secara parsial adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian, dapat dilihat bahwa thitung pada variabel risiko audit adalah sebesar
4,159 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai thitung > ttabel yaitu 4,159 > 2,060 dan
nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini berarti risiko audit berpengaruh
signifikan terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit, sehingga hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa risiko audit berpengaruh terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit
dapat dibuktikan kebenarannya. Nilai t berarah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko
audit semakin tinggi pertimbangan auditor atas prosedur audit.

21
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

2. Berdasarkan hasil pengujian, dapat dilihat bahwa thitung pada materialitas adalah sebesar 5,971
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai thitung < ttabel yaitu 5,971 > 2,060 dan nilai
signifikansinya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini berarti materialitas berpengaruh signifikan
terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa materialitas berpengaruh terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit dapat
dibuktikan kebenarannya. Nilai t berarah negatif berarti bahwa tingkat materialitas yang tinggi
menandakan pertimbangan auditor atas prosedur audit rendah.
3. Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa thitung pada variabel kompleksitas audit adalah
sebesar 14,198 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai thitung > ttabel yaitu 14,198 >
2,060 dan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini berarti kompleksitas audit
berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit, sehingga hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa komplesitas audit berpengaruh terhadap pertimbangan auditor atas
prosedur audit dapat dibuktikan kebenarannya. Nilai t berarah positif menunjukkan bahwa semakin
tinggi kompleksitas audit maka semakin tinggi juga pertimbangan auditor atas prosedur audit.
4. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa thitung pada variabel pengendalian internal yang
relevan adalah sebesar 4,579 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai thitung > ttabel
yaitu 4,579 > 2,060 dan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini berarti
pengendalian internal yang relevan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan auditor atas
prosedur audit, sehingga hipotesis keempat yang menyatakan bahwa pengendalian internal yang
relevan berpengaruh terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit dapat dibuktikan
kebenarannya. Nilai t berarah positif menunjukkan bahwa semakin relevan pengendalian internal
yang akan diaudit dengan risiko auditnya menandakan auditor sudah semakin cermat
mempertimbangkan prosedur audit.

Hasil Uji Secara Bersama-sama (Dengan Uji F)

Tabel 7. Hasil Uji F (bersama-sama)


ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 2611,941 4 652,985 80,999 ,000b
1 Residual 193,481 24 8,062
Total 2805,422 28
a. Dependent Variable: Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit
b. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal yang Relevan, Risiko Audit,
Kompleksitas Dokumen Audit, Materialitas

Berdasarkan hasil pengujian, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 80,999 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Karena Fhitung > Ftabel yaitu 80,999 > 2,78 dan nilai signifikansinya yaitu
0,000 < 0,05, maka H0 ditolak. Dengan demikian risiko audit, materialitas, kompleksitas audit dan
pengendalian internal yang relevan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan auditor atas prosedur audit. Sehingga hipotesis kelima yang menyatakan bahwa risiko
audit, materialitas, kompleksitas audit dan pengendalian internal yang relevan berpengaruh terhadap
pertimbangan auditor atas prosedur audit dapat dibuktikan kebenarannya.

22
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

Pengaruh Risiko Audit Terhadap Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel risiko audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap
pertimbangan auditor atas prosedur audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rachmawati, et
al. (2013), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh risiko audit terhadap pertimbangan auditor.
Audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, maka terdapat
beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi dan
tidak terkoreksi (undetected and uncorrected). Dengan demikian dalam perencanaan pekerjaannya,
auditor harus mempertimbangkan risiko audit tersebut.

Pengaruh Materialitas Terhadap Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit

Hasil pengujian menunjukkan bahwa materialitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
pertimbangan auditor atas prosedur audit. Materialitas mencerminkan area abu-abu apa yang dapat
menjadi material dan yang dapat menjadi tidak material, butuh pertimbangan profesional auditor
untuk menyadari ada informasi yang dapat menyebabkan penentuan awal materialitas yang
didasarkan pada asumsi pengguna laporan keuangan (user) telah berbeda jumlahnya, karena
materialitas keseluruhan menanggapi kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan bukan tingkat
risiko audit. Materialitas keseluruhan dalam jumlah yang lebih rendah akan memberikan rasa nyaman
kepada user bahwa kesalahan penyajian yang lebih kecil dalam laporan keuangan akan diidentifikasi
oleh auditor sehingga risiko audit telah dikurangi pada tingkat yang seharusnya. Hasil penelitian ini
konsisten dengan Trinaldi, et al. (2014) namun tidak sejalan dengan Qurrahaman, et al. (2012)

Pengaruh Kompleksitas Audit Terhadap Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kompleksitas audit berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit. Penelitian sebelumnya oleh Prasita dan Adi
(2007); Jelista (2015) menyetujui bahwa semakin tinggi variabilitas dan ambiguitas dalam tugas
pengauditan (kompleksitas audit) menjadi penyebab turunnya kualitas audit, auditor cenderung
berperilaku disfungsional dan lebih mengutamakan kepentingan klien dari pada obyektivitas hasil
pengauditan itu sendiri. Perusahaan multinasional dengan grup internasional serta transaksi yang
kompleks membutuhkan jaringan KAP berafiliasi karena didalamnya terdapat keseragaman
(konvergensi) yang sangat dibutuhkan dalam mendorong upaya koordinasi antara KAP induk
(bertanggung jawab atas prosedur audit di entitas induk) dengan beberapa KAP komponen
(bertanggung jawab atas prosedur audit di entitas anak) di beberapa negara berkoordinasi untuk
laporan keuangan konsolidasi (Joshua and Michas, 2017).

Pengaruh Pengendalian Internal yang Relevan dengan audit Terhadap Pertimbangan Auditor
atas Prosedur Audit

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengendalian internal yang relevan berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pertimbangan auditor atas prosedur audit. Jika risiko yang dinilai rendah karena
pengendalian internal terkait maka auditor akan menguji pengendalian tersebut. Prosedur penilaian
diimplementasikannya pengendalian internal meliputi inquiry, observing, re-performing dan
walkthrough (napak tilas), sedangkan efektifnya pengendalian internal dinilai melalui prosedur uji
pengendalian (test of controls). Seperti yang dikemukakan oleh Tehupuring dan Lingga (2017) bahwa
sistem pengendalian internal yang efektif dapat mendorong individu untuk tidak berperilaku
oportunis, sehingga mampu menjaga kekayaan, mendorong efisiensi kebijakan, memastikan bahwa
informasi akuntansi telah disajikan secara akurat serta mematuhi sistem dan prosedur atau regulasi
yang berlaku.

Pengaruh Risiko Audit, Materialitas, Kompleksitas Audit dan Pengendalian Internal yang
relevan Terhadap Pertimbangan Auditor atas Prosedur Audit

23
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko audit, materialitas, kompleksitas audit dan pengendalian
internal yang relevan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertimbangan auditor atas prosedur
audit. Luasnya prosedur audit ditentukan sesudah mempertimbangkan; performance materiality,
risiko yang dinilai (assessed risk) dan tingkat asurans yang direncanakan auditor. Secara umum,
luasnya prosedur audit (seperti banyaknya sampel untuk uji rincian atau; seberapa rinci prosedur
analitikal substantif) akan meningkat dengan meningkatnya risiko salah saji material. Namun,
peningkatan luasnya prosedur audit hanyalah efektif jika prosedur audit itu sendiri memang relevan
untuk risiko yang dihadapi.

5. Simpulan dan Saran

Risiko salah saji material dalam laporan keuangan berada diluar kendali auditor. ISA 315 alinea 20
mengemukakan auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai kegiatan pengendalian yang relevan
untuk auditnya yakni pengendalian yang dipandang auditor adalah penting untuk menilai risiko salah
saji material di tingkat transaksi, saldo akun dan disclosure. Ketika pengendalian internal yang relevan
ada dan diterapkan kemudian untuk memahami pengendalian internal relevan yang diterapkan
tersebut berfungsi secara efektif, auditor mengujinya dengan prosedur audit test of controls (uji
pengendalian) sehingga ketika pengendalian internal yang relevan tersebut semakin luas maka uji
pengendalian juga semakin luas (memerlukan sampel lebih banyak) agar dapat menurunkan risiko
audit ke tingkat rendah yang dapat diterima.

Luasnya prosedur audit ditentukan sesudah mempertimbangkan performance materiality, risiko yang
dinilai (assessed risk) dan tingkat asurans yang direncanakan auditor. Secara umum luasnya prosedur
audit akan meningkat dengan meningkatnya risiko salah saji material. Namun peningkatan luasnya
prosedur audit hanyalah efektif jika prosedur audit itu sendiri relevan untuk risiko yang dihadapi.
Penilaian risiko tidak berakhir pada satu titik. Informasi baru diperoleh selama audit berjalan dan
pelaksanaan prosedur audit akan menemukan risiko tambahan, atau bisa saja pengendalian internal
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ketika semua itu terjadi penilaian risiko semula harus direvisi
dan ini berdampak pada pertimbangan atas sifat dan luas prosedur audit selanjutnya. Tingginya
variabilitas dan ambiguitas tugas pengauditan yang mengarah pada akun dan transaksi yang besar dan
kompleks serta berisiko tinggi memerlukan banyak pertimbangan auditor atas prosedur audit.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran
yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-
pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut:
1. Auditor mempertimbangkan tingkat risiko deteksi.
2. Auditor kantor akuntan publik mempertimbangkan hubungan materialitas laporan keuangan
dengan materialitas pada tingkat saldo akun, guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak
material secara individu tapi jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain dapat
menjadi material.
3. Auditor tidak mengabaikan dokumen penting. Auditor memperhatikan pertimbangan audit ketika
dihadapkan pada kompleksnya catatan atau kertas kerja yang dikumpulkan dan disimpan selama
pemeriksaan.
4. Pengendalian internal yang relevan memengaruhi kesadaran pengendalian orang-orang memahami
dan mempertimbangkan komponen pengendalian intern serta disiplin untuk mencatat, mengolah,
meringkas, dan pelaporan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan.
5. Auditor kantor akutan publik umumnya dan yang terdaftar di BPK-RI di wilayah Bandung secara
khusus, agar dapat mempertimbangkan risiko audit, materialitas, kompleksitas audit dan
pengendalian internal yang relevan dengan tetap mempertahankan independensi. Selain itu auditor
juga meningkatkan pertimbangan audit sesuai dengan prosedur yang berlaku sehingga hasil audit
dapat dipertanggungjawabkan.

24
Jurnal Wacana Ekonomi .
Vol. 19; No. 01; Tahun 2019
Halaman 013-025

6. Penelitian ini masih mempunyai beberapa keterbatasan, diantaranya sampel penelitian ini hanya
pada auditor kantor akuntan publik yang terdaftar di BPK-RI di wilayah Bandung dan variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) hanya 4 (empat) yakni risiko audit, materialitas,
kompleksitas audit dan pengendalian internal yang relevan dalam memengaruhi pertimbangan
auditor atas prosedur audit. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan:
a. Sampel penelitian memasukkan juga KAP yang termasuk dalam Big Four di Indonesia, agar
karakteristik variabel penelitian ini lebih bervariasi dan lebih luas.
b. Menambah variabel lain seperti batas pertimbangan ekonomi, pengalaman, pengetahuan,
skeptisisme auditor, tekanan ketaatan, tekanan anggaran waktu dan lain-lain.

Daftar Pustaka

Ariadharma, Andhika. (2015)., Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Penjualan Terhadap
Efektivitas Penjualan: Studi Kasus PT. Inti (Persero) Bandung, JRAK Vol. 11, No. 1, Februari.

Prasita, Andin dan Priyo Hari Adi (2007)., Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan Anggaran
Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Edisi
September.

Joshua, L. Gun and Paul , N. Michas. (2017)., Auditor Multinational Expertise and Audit Quality,
August 20.

Jelista, Mutiara. (2015)., Pengaruh Kompleksitas Audit, Tekanan anggaran waktu, dan Pengalaman
Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Variabel Moderating Sistem Informasi (Studi Empiris
Pada Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru, Medan dan Padang)., JOM Fekon Vol. 2 No. 2,
Oktober.

Tehupuring, Ronald dan Rafli Alvaro Lingga. (2017)., Sistem Pengendalian Intern Sebagai Prediktor
Kecurangan Akuntansi Pada Pemerintah Daerah. Dapatkah Loyalitas Individu
Memitigasinya?, Jurnal Tata Kelola dan Akuntabilitas Keuangan Negara Vol. 3 No. 2 Juli-
Desember , Hal. 113-129.

Qurrahman, Taufik., Susfayetti dan Andi Mirdah. (2012)., Pengaruh Time Pressure, Risiko Audit,
Materialitas, Prosedur Review dan Kontrol Kualitas, Locus of Control Serta Komitmen
Profesional Terhadap Penghentian Prematur Prosedur Audit: Studi Empiris Pada KAP di
Palembang., e-Jurnal Binar Akuntansi Vo. 1 No. 1, September.

Tuanakotta, Theodorus, M. (2014)., Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing).,


Jakarta: Salemba Empat.

Trinaldi., Kamaliah dan Al Azhar, A. (2014)., Pengaruh Risiko Audit, Materialitas, Prosedur Review
dan Kontrol Kualitas, dan Komitmen Profesional Terhadap Premature Sign Off: Studi Empiris
Pada Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru dan Padang., JOM Fekon Vol. 2, No. 2, Oktober.

Rachmawati, Yuni., Darwanis, dan Usman Bakar. (2013)., Pengaruh Risiko Audit, Pengalaman Audit,
dan Kompleksitas Dokumen Audit Terhadap Pertimbangan Auditor: Studi Pada Auditor Kantor
BPK-RI Perwakilan Aceh., Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 2, No.
2, Mei.

25

You might also like