1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Ovozoa 9 No.

1, April 2020 ISSN 2302-6464

LAPORAN KASUS

Penggunaan kombinasi Gonadotropin untuk pengobatan hipofungsi ovarium


pada sapi perah

Application of Gonadotropin combination for ovarian hypofunction therapy


in dairy cows

Novia Alfi Masruro1*, Sri Mulyati2, Nenny Harijani3, Sri Pantja Madyawati2,
Abdul Samik2, Hermin Ratnani2
1
Mahasiswa, 2 Departemen Reproduksi Veteriner, 3 Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
*
Penulis koresponden, e-mail: [email protected]

ABSTRACT

This case report aims to determine the response of estrus and pregnancy rates in dairy cows
with ovarian hypofunction by administering a combination of gonadotropin hormones. The sample
used was ten dairy cows that had been calving, were not pregnant, showed no signs of estrus for
more than 60 days after the last calving and had ovarian hypofunction based on rectal palpation. All
dairy cows were injected 300 IU PG-600, then divided into two groups, each injected with 100 and
300 IU hCG respectively for first group and second group, intramuscularly at the time of
insemination. The results showed that the estrus response occurred in all cows, in 6-8 (6.8 ± 0.84)
days (first group), and 6-7 (6.2 ± 0.45) days (second group). Trans-rectal palpation pregnancy
diagnosis 60 days after artificial insemination showed that all dairy cows in both groups were
pregnant. It could be concluded that the treatment of dairy cows suffering from ovarian
hypofunction with a combination of 300 IU PG-600 and 100 IU hCG was sufficient to induce 100%
estrus rates and 100% pregnancy rates.

Keywords: ovarian hypofunction, dairy cattle, artificial insemination, pregnancy rates

PENDAHULUAN ovarium menempati persentase kedua terbanyak


(12%) setelah sub-estrus (42,1%) (Yániz et al.,
Peternakan sapi perah di Indonesia 2008). Sedangkan di beberapa wilayah yang
sebagian besar dilakukan oleh anggota lain kasus hipofungsi ovarium menempati
masyarakat di pedesaan secara perorangan yang persentase teringgi diantara kasus gangguan
bergabung dalam suatu koperasi. Koperasi reproduksi yang lain meskippun dengan angka
Serba Usaha (KSU) Tunas Setia Baru berada di yang berbeda-beda, yaitu di Lithuania 15,87%
Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, Jawa (Juodžentytė dan Žilaitis, 2018), di Sulawesi
Timur, dengan jumlah populasi sapi perah yang 62,1% (Wahyuni et al., 2018), dan di Jawa
dimiliki anggotanya 1.326 ekor induk sapi, per- Timur sebesar 6,28% (Hermadi et al., 2017).
September 2018. Permasalahan pada usaha Pada kasus hipofungsi ovarium tidak ada
ternak sapi perah pada umumnya adalah folikel mapupun korpus luteum, sehingga pada
rendahnya efisiensi reproduksi yang disebabkan pemeriksaan per rektal permukaan ovarium
oleh gangguan reproduksi. Data laporan kasus licin. Sapi yang mengalami hipofungsi ovarium
gangguan reproduksi sapi perah di KSU Tunas tidak menunjukkan tanda-tanda birahi
Setia Baru yang cukup banyak adalah (anestrus) dalam waktu yang lama. Secara
hipofungsi ovarium. endokrinoligis kasus hipofungsi terutama terjadi
Data global gangguan reproduksi pada sapi akibat kekurangan nutrisi, sehingga kelenjar
dan kerbau tahun 2002-2017, kasus hipofungsi hipofisa anterior tidak mampu mensekresikan

Available at https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index 23
Novia A Masruro et al., 2020/Ovozoa 9: 23-27

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dalam Diagnosis dengan pemeriksaan palpasi rektal
jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan untuk memastikan bahwa kondisi ovarium halus
pembentukan folikel di ovarium. Penanganan tanpa ada folikel maupun korpus luteum.
pada keadaan hipofungsi ovarium dapat
dilakukan dengan memperbaiki kualitas pakan Terapi Hormon
dan pemberian pengobatan dengan hormon Hormon yang digunakan adalah preparat
antara lain dengan hormon gonadotropin hormon PG-600 (Intervet), preparat hormon
(Hariadi et al., 2011). hCG Chorulon (MSD). Sepuluh sapi perah yang
Hormon gonadotropin yang banyak mengalami hipofungsi ovarium disuntik PG-
dipergunakan oleh para praktisi adalah 600 dengan dosis 300 IU secara intramuskuler
Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) pada saat diagnosa hipofungsi ovarium
dan human Chorionic Gonadrotopin (hCG). ditegakkan. Selanjutnya 10 sapi perah hipofungsi
Kedua hormon tersebut merupakan hormon ovarium tersebut dibagi secara acak menjadi dua
glikoprotein, terdiri dari subunit α dan β. Sub kelompok sama banyak. Penyuntikan Chorulan
unit α pada PMSG dan hCG adalah sama, (hCG) dilakukan secara inramuskuler pada
namun sub unit β yang menimbulkan perbedaan waktu birahi bersamaan dengan saat inseminasi,
sifat aktivitasnya. Hormon PMSG berfungsi yaitu 300 IU pada kelompok pertama, dan 600
seperti Follicle Stimulating Hormone (FSH) IU pada kelompok kedua. Respons birahi yang
yang merangsang pertumbuhan folikel sampai diamati berupa persentase birahi, serta rentangan
matang sehingga menimbulkan gejala birahi, dan rerata waktu terjadinya birahi dihitung
dengan sedikit sifat Luteinizing Hormon (LH) berdasarkan saat penyuntikan PG-600 sampai
yang berfungsi menyebabkan ovulasi pada dengan munculnya tanda birahi, diantara spai
folikel yang telah matang (González-Menció et perah yang mengalami hipofungsi ovarium.
al., 1978; Ismudiono et al., 2010), sedangkan
hormon hCG bekerja seperti Luteinizing Inseminasi Buatan
Hormon (LH) (Cole, 2009). Inseminasi buatan dilakukan dengan
Laporan kasus ini membahas pengobatan menggunakan semen beku sapi perah PFH yang
hipofungsi ovarium menggunakan dosis yang diperoleh dari Balai Besar Inseminasi Buatan
sama hormon PMSG dikombinasikan dengan (BBIB) Singosari. Teknis pelaksanaan
hormon hCG dengan dosis yang berbeda. dilakukan oleh inseminator, sesuai prosedur
operasional standar, semen beku post-thawing
MATERI DAN METODE dimasukkan pada posisi keempat menggunakan
laras inseminasi buatan. Respons yang diamati
Lokasi kasus adalah persentase kebuntingan diantara sapi-
Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Setia sapi diberi perlakuan dan diinseminasi.
Baru Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur, terletak di lereng sebelah barat HASIL
pegunungan Tengger di ketinggian 400-2000
meter. Wilayah kerja KSU Tunas Setia Baru Semua sapi perah hipofungsi ovarium
meliputi 10 desa, yang secara secara geografis (100%) mengalami birahi baik pada kelompok
berada pada 7° 53' 30.51" LS dan 112° 48' pertama maupun kelompok kedua. Waktu
41.90" BT. munculnya tanda-tanda birahi dihitung sejak
penyuntikan PG-600 pada kelompok pertama
Diagnosis pada rentangan 6 – 8, dengan rerata 6,8 ± 0.84,
Laporan kasus menggunakan 10 ekor sedangkan pada kelompok kedua pada
ternak sapi perah Peranakan Friesian Holstein rentangan 6 – 7 dengan rerata 6,2 ± 0.45 hari.
(PFH), dengan kriteria: pernah beranak, tidak Diagnosis kebuntingan yang dilakukan 60 hari
menunjukkan gejala estrus lebih dari 60 hari setelah inseminasi buatan menunjukkan bahwa
setelah melahirkan terakhir (Hafez dan Hafez, semua sapi perah PFH (100%) pada kedua
2000a), skor kondisi tubuh (Body Condition kelompok tersebut dinyatakan bunting (Tabel
Score, BCS) 3 atau kurang (skala 1–5). 1).

Available at https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index 24
Novia A Masruro et al., 2020/Ovozoa 9: 23-27

Tabel 1 Persentase birahi, rentangan dan rerata waktu munculnya birahi (hari), serta persentase
kebuntingan pada sapi perah yang mengalami hipofungsi ovarium setelah diberi pengobatan dengan
hormon gonadotropin.
Gonadotropin jumlah birahi persentase
PG-600 hCG sapi persentase rentangan waktu rerata waktu bunting
300 IU 100 IU 5 100 % (5/5) 6–8 6,8 ± 0.84 100 % (5/5)
300 IU 300 IU 5 100 % (5/5) 6–7 6,2 ± 0.45 100 % (5/5)
PG-600 disuntikkan intramuskuler saat sapi terdiagnosis hipofungsi ovarium; hCG disuntikkan
bersamaan dengan waktu inseminasi buatan; waktu birahi dihitung dari saat penyuntikan sampai
dengan pertama kali munculnya tanda birahi.

DISKUSI yang mengalami hipufungsi. Hormon PMSG


yang terkandung dalam PG-600 berfungsi
Gangguan reproduksi karena hipofungsi menginisiasi pertumbuhan folikel pada
ovarium dapat diobati dengan pemberian ovarium. Sedangkan fungsi Luteinizing
preparat hormonal FSH-LH like dengan Hormone (LH) yang terkandung dalam PG-600
penyuntikan preparat kombinasi FSH–LH atau dan hCG berperan pada proses androgenesis
FSH–LH like seperti, PMSG dan hCG yang terjadi pada folikel dengan merubah
(Hermadi, 2015). Pada penanganan kasus cholesterol menjadi testosterone. Testosteron
hipofungsi pada sapi perah di KSU Tunas Setia yang terbentuk akan berdifusi masuk ke dalam
Baru menggunakan kombinasi PG-600 sel granulosa untuk diubah oleh FSH menjadi
300IU dengan hCG 300IU atau kombinasi estrogen melalui proses aromatisasi yang
PG-600 dan hCG 100IU terbukti dapat melibatkan enzim aromatase. Adanya estrogen
mengaktifkan kembali ovarium pada 100% menyebabkan pertumbuhan folikel muda
(10/10), sehingga semuanya menunjukkan menjadi matang sampai terjadi birahi yang
respons birahi antara 6-8 hari setelah diikuti ovulasi. Hormon estrogen juga
penyuntikan PG-600, dan semua bunting pada menyebabkan sapi menunjukkan tanda-tanda
pemeriksaan per rektal 60 hari setelah birahi (Suartini et al., 2013).
dilakukan inseminasi buatan. Hasil tersebut Secara fisiologis fungsi FSH (dalam PG-
lebih baik dibandingkan laporan-laporan 600) menstimulir pematangan folikel yang
sebelumnya. Pengobatan hipofungsi ovarium menghasilkan hormon estrogen. Hormon
pada kerbau menggunakan PMSG saja estrogen tersebut menyebabkan munculnya
menghasilkan kebuntingan 58.33 % (El- tanda-tanda birahi, yaitu peningkatan
Khadrawy et al., 2015). Sedangkan pengobatan vaskularisasi ke organ reproduksi betina dan
hipofungsi ovarium pada sapi dan kerbau menimbulkan perilaku birahi. Ketika folikel
dengan 180 IU PG-600 saja menghasilkan telah matang, hormon estrogen mencapai kadar
angka birahi sebesar 90,8%, antara 3 – 9 hari tertinggi yang kemudian memicu hipofisa
atau rata-rata 5 hari setelah penyuntikan PG- anterior untuk melepaskan LH yang
600 (Wahyuni et al., 2018). menyebabkan terjadinya ovulasi (Hafez dan
Preparat PG-600 mengandung 400 IU Hafez, 2000b). Hormon hCG yang disuntikkan
hormon PMSG dan 200 IU hormon hCG. setelah penyuntikan PG-600 bertujuan untuk
Pregnant Mare Serum Gonadotropin meningkatkan kapasitas induksi ovulasi.
mempunyai aktifitas sebagai FSH dan sedikit Hormon hCG mempunyai aktifitas seperti LH
LH. Fungsi utama FSH adalah stimulasi yang dapat merangsang sel-sel granulosa
pertumbuhan dan pematangan folikel de graaf dan sel-sel teka pada folikel yang matang
di dalam ovarium (Bearden et al., 2004; mengalami ovulasi (Siregar et al., 2004).
Pemayun, 2009). Pada penanganan kasus ini, Kebuntingan hasil inseminasi buatan tidak
pemakaian kombinasi PG-600 dengan hCG hanya karena aktivasi kembali ovarium sampai
mampu menginduksi aktivasi ovarium sapi dengan terjadinya ovulasi, terdapat beberapa

Available at https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index 25
Novia A Masruro et al., 2020/Ovozoa 9: 23-27

faktor lain yaitu kualitas semen, penanganan Cole LA. 2009. New discoveries on the biology
semen, deteksi birahi, ketepatan waktu and detection of human Chorionic
inseminasi (Hastono dan Adiati, 2008) dan Gonadotropin. Reprod Biol Endocrinol. 7:
keterampilan inseminator dalam mendeposisikan 1-37.
semen ke dalam organ reproduksi sapi (Prayogo, El-Khadrawy HH, Ahmed WM, M.M. Zaabal
2008). Pada penanganan kasus ini faktor-faktor MM and Hanafi EM. 2015. Lights on drugs
lain tersebut adalah sama diantara semua sapi used for treatment of ovarian disorders in
perah objek pada laporan kasus ini. Setelah farm animals. Global Veterinaria 14: 393-9.
ovulasi, kadar hormon estrogen menurun González-Menció F, Manns J, and Murphy BD.
drastic, sel-sel pada jaringan sisa ovulasi 1978. FSH and LH activity of PMSG from
mengalami luteinasi oleh LH membentuk mares at different stages of gestation. Anim
korpus luteum yang menghasilkan hormon Reprod Sci 1: 137-44.
progesterone. Sekresi LH yang terus menerus Hafez ESE, Hafez B. 2000a. Anatomy of Male
penting untuk mempertahankan CL dan sekresi Reproduction. In: Reproduction in Farm
progesteron untuk kelanjutan kebuntingan Animals. Hafez and Hafez (Ed) 7th ed.
pada sapi (Bearden et al., 2004). Lippincott William & Wilkins. A Wolter
Kluwer Company.
KESIMPULAN Hafez ESE, Hafez B. 2000b. Folliculogenesis,
egg maturation, and ovulation. In:
Pemberian kombinasi hormon PMSG Reproduction in Farm Animals. Hafez and
dengan hCG dapat menimbulkan birahi dan Hafez (Ed) 7th ed. Lippincott William &
kebuntingan pada sapi perah 100% (10/10) Wilkins. A Wolter Kluwer Company.
yang mengalami hipofungsi ovarium di KSU Hariadi M, Wurlina, Hermadi HA, Utomo B,
Tunas Setia Baru Kecamatan Tutur Kabupaten Triana IN, Rimayanti, Ratnani H. 2011.
Pasuruan. Buku Ajar Ilmu Kemajiran. Penerbit
Airlangga University Press. Surabaya. 1-
PERSETUJUAN KOMISI ETIK 26; 94-112.
Hastono H, Adiati U. 2008. Peningkatan
Laporan kasus telah disetujui oleh Unit Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Melalui
Penelitian Fakultas Kedokteran Hewan Kawin Tepat Waktu. Balai Penelitian
Universitas Airlangga (Nomor sertifikat Ternak. Bogor. 50
persetujuan etis: 2.KE.054.04.2019 ) Hermadi HA, Hariadi M, Susilowati S. 2017.
The ovarian hypofunction: a case in cow
UCAPAN TERIMA KASIH management therapy. Advances in Health
Sciences Research (AHSR) 5. 1st
Terima kasih kepada Koperasi Serba Usaha International Conference in One Health
(KSU) Tunas Setia Baru, petugas kesehatan (ICOH) 2017: 311-316.
hewan dan beberapa peternak yang bekerja Hermadi HA. 2015. Pemberantasan kasus
sama dan telah mengizinkan penggunaan ternak kemajiran pada ternak menuju kemandirian
dan fasilitas yang ada. Terima kasih saya di bidang kesehatan reproduksi hewan
sampaikan pula kepada Prof. Dr. Sri Pantja dan ketahanan pangan di Indonesia.
Madyawati drh., M.Si. yang telah mengizinkan Makalah Pidato Guru Besar. Pengukuhan
saya mengikuti penelitian ini, dan Ristek Dikti Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu
yang telah mendanai penelitian ini. Kemajiran pada Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga di Surabaya
DAFTAR PUSTAKA pada hari Sabtu, tanggal 25 April 2015.
Ismudiono, Srianto P, Anwar H, Madyawati SP,
Bearden JH, Fuquay JW, Willard ST. 2004. Samik A, Safitri E. 2010. Fisiologi
Applied Animal Reproduction. 6th Ed. Reproduksi pada Ternak. Universitas
Pearson Education, Inc., Upper Saddle Airlangga Press. Surabaya.
River. New Jersey.

Available at https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index 26
Novia A Masruro et al., 2020/Ovozoa 9: 23-27

Juodžentytė R, Žilaitis V. 2018. Efficiency of Wahyuni W, Purnama WH , Djatmikowati TF,


dairy cows estrous cycle recovery after Amaliah F, Samik A. 2018. Kombinasi
treatment of reproductive disorders. Vet hormon PMSG dan hCG untuk pengobatan
Med Zoot 76: 25-9. kasus hipofungsi gangguan reproduksi pada
Pemayun TGO. 2009. Induksi estrus dengan sapi/kerbau di kegiatan UPSUS SIWAB
PMSG dan GnRh pada sapi anestrus post 2017 di wilayah kerja Balai Besar
partum. Buletin Veteriner Udayana 1: 83-7. Veteriner Maros. Prosiding Penyidikan
Prayogo TB. 2008. Peningkatan keberhasilan Penyakit Hewan Rapat Teknis dan
kebuntingan melalui modifikasi teknik Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL) dan
deposisi semen pada sapi Peranakan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2018:
Ongole (PO). Skripsi. Fakultas Peternakan 514-22.
Universitas Brawijaya. Malang. Yániz J, López-Gatius F, Bech-Sàbat G, García-
Siregar TN, Areuby N, Riady G, Amiruddin. Ispierto I, Serrano B, Santolaria P. 2008.
2004. Efek pemberian PMSG terhadap Relationships between milk production,
respon ovarium dan kualitas embrio ovarian function and fertility in high-
kambing lokal prepuber. Media Kedokteran producing dairy herds in north-eastern
Hewan 20: 108-12. Spain. Reprod Domest Anim. 43: 38-43.
Suartini NK, TrilaksanaI GHB, Pemayun TGO.
2013. Kadar estrogen dan munculnya estrus
setelah pemberian Buserelin (Agonis
GnRH) pada sapi Bali yang mengalami
anestrus postpartum akibat hipofungsi
ovarium. Jurnal Ilmu dan Kesehatan
Hewan

Available at https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index 27

You might also like