Analisis Kinerja Dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Stasiun Karet
Analisis Kinerja Dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Stasiun Karet
Analisis Kinerja Dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Stasiun Karet
ABSTRACT
Karet Station has an average number of passengers at 12,594 people per day in 2018, has
enormous potential for a pedestrian trip generation. The fundamental problem experienced by
pedestrians at Karet Station is when they (KRL passengers) leave the station, they cannot find a
clear pedestrian path to accommodate their movement towards other public transport facilities.
As a result, the pedestrians scattered and even crossed the road and stopped the public
transportation arbitrarily. This activity causes a high risk of accidents and traffic flow constraints
caused by reduced road sections' reduced capacity due to public transport activities while
waiting, lowering, and raising passengers. This research aimed to analyze the pedestrian lane
characteristics and service level based on passengers' technical guidelines and stated
preferences. In this research, the primary data were collected by conducting direct surveys in the
study area to determine pedestrian, traffic flow, and passenger perception about pedestrian
facilities performance. Analytical results from this study conclude that from the technical
guidelines approach, there are two sidewalk segments in the Karet Station area which require
special attention with the level of service category at C and E level, and also requires improved
pedestrian crossing facilities from zebra cross-type to be underpass or pedestrian bridge. Based
on the stated preferences approach, from the assessment of 24 service attributes, there are six
attributes of lowest performance services included in quadrant I of the Importance Performance
Analysis (IPA) matrix, which is the main priority that must be resolved immediately.
Keywords: Service level of pedestrian facilities, crossing facilities, Karet Station
PENDAHULUAN terhadap kegagalan pelayanan angkutan
umum.
Tingginya pergerakan dengan menggunakan
kendaraan pribadi merupakan salah satu Sebagaimana kasus pada Stasiun Karet yang
penyebab utama kemacetan di ibu kota memiliki potensi penumpang sebesar 12.594
Jakarta. Salah satu mega proyek yang orang/hari, ketika para penumpang KRL
dikembangkan pemerintah untuk mengurangi keluar dari stasiun, mereka tidak dapat
penggunaan kendaraan pribadi adalah menemukan jalur pejalan kaki untuk
pembangunan kereta rel listrik (KRL). mengakomodasi pergerakan mereka menuju
tranportasi publik lainnya. Akibatnya, para
Namun kebutuhan perjalanan orang tidak
pejalan kaki tersebut bergerak berhamburan
hanya sebatas menggunakan satu moda saja,
saat menyeberang dan memberhentikan
perlu keberadaan moda lain sebagai
angkutan kota. Hal ini sangat berisiko bagi
penghubung dalam proses perpindahan moda
keselamatan pejalan kaki serta kelancaran lalu
tersebut. Permasalahan dalam praktik
lintas sekitar.
perpindahan moda inilah yang sering
diabaikan dan tanpa sadar berdampak besar
Prayogi – Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Stasiun Karet 59
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185
Oleh karena itu, untuk dapat melakukan Tabel 1. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki
analisis kinerja fasilitas pejalan kaki secara Nilai Kece- Rasio
tepat, dalam penelitian ini dilakukan penilaian LOS Arus
Ruang patan V/C
kinerja dan tingkat pelayanan fasilitas pejalan A ≥ 12 ≥ 78 ≤ 6.7 ≤ 0.08
kaki serta kebutuhan fasilitas penyeberangan B ≥ 3.6 ≥ 75 ≤ 23 ≤ 0.28
di kawasan Stasiun Karet dengan melakukan C ≥ 2.2 ≥ 72 ≤ 33 ≤ 0.40
pendekatan teknis dan pendekatan preferensi
D ≥ 1.4 ≥ 68 ≤ 50 ≤ 0.60
penumpang.
E ≥ 0.5 ≥ 45 ≤ 83 ≤ 1.00
Pendekatan teknis diturunkan dari Peraturan F < 0.5 < 45 Var 1.00
Menteri PU No. 03/PRT/M/2014 dan Sumber: Permen PU No: 03/PRT/M/2014
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat Nomor: SK.7234/AJ.401/DRDJ/2013 Kebutuhan Fasilitas Penyeberangan
sebagaimana telah dijadikan pedoman pada Pejalan Kaki
penelitian Nurhadi (2014), Richie (2013), dan
Berdasarkan Peraturan Dirjen Hubdat Nomor:
Sembiring (2005).
SK.7234/AJ.401/DRDJ/2013, ditetapkan
Pendekatan preferensi (stated preference) pedoman yang dijadikan sebagai dasar
menurut Pearmain dan Kroes (1990) dalam penyediaan fasilitas penyeberangan pejalan
Setiawan (2017), adalah teknik untuk kaki sebagaimana Tabel 2.
mendapatkan pernyataan yang merupakan
respon dari masyarakat atas berbagai Tabel 2. Pedoman penyediaan fasilitas
alternatif pilihan yang ditawarkan. penyeberangan pejalan kaki
Sebagaimana dikemukakan, bahwa untuk No PV2 P V Rekomendasi
dapat menilai tingkat kualitas pelayanan tidak
hanya berdasarkan sudut pandang perusahaan 50- 300- Zebra cross
1 >108
tetapi harus dipandang dari sudut pandang 1100 500 (Zc)
100- 2000- Zebra cross
penilaian pelanggan (Darus, 2015). 2 >5.108
1250 5000 (Zc)
50- 400- Zc dg
3 >2.108
1100 750 pelindung
METODOLOGI PENELITIAN 3500- 400-
4 >1010 Zc dg APILL
Dalam melakukan analisa pelayanan fasilitas 7000 750
pejalan kaki dengan pendekatan teknis, aspek 50-
5 >108 >500 Pelican (P)
1100
yang perlu dievaluasi meliputi kinerja, tingkat
6 >108 >1100 >500 Pelican (P)
pelayanan dan kebutuhan fasilitas
penyeberangan jalan. Sedangkan pendekatan 8 50- P dg
7 >2.10 >700
1100 Pelindung
preferensi penumpang dianalisis dengan
P
metode Importance Performance Analysis 8 >2.108 >1100 >400
dgPelindung
(IPA). 100- APILL/
9 >5.109 >5000
Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki 1250 Jembatan
APILL/
10 >5.109 >1250 >2000
Tingkat pelayanan dapat ditentukan melalui Jembatan
hubungan antara kecepatan, nilai ruang jalur 11 >1010
100-
>7000 JPO
pejalan kaki, arus pejalan kaki, dan faktor 1250
rasio volume per kapasitas yang disajikan 12 >1010 >1250 >3500 JPO
pada Tabel 1. (Sumber: Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan)
Importance Performance Analysis (IPA) Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan melakukan observasi dan survei
Menurut Hidayatullah (2006), metode
secara langsung di lapangan yang meliputi:
Importance Performance Analysis dapat
dimulai dengan: a. Data inventarisasi fasilitas pejalan kaki.
b. Data volume pejalan kaki di Stasiun Karet
1. Identifikasi atribut awal.
(menyusuri dan menyeberang).
a. Identifikasi tingkat kepentingan (harapan)
c. Data kecepatan dan arus pejalan kaki.
tiap atribut.
d. Data volume kendaraan.
b. Identifikasi performa (kinerja) pada tiap
e. Data preferensi dari survey wawancara
atribut.
pada sampel yang diperoleh dari
2. Menentukan keunggulan dan kelemahan perhitungan rumus Slovin dengan taraf
layanan dengan analisis kuadran. kesalahan 10% yaitu 100 responden.
a. Menghitung jumlah kuesioner yang
Metode Analisis Data yang akan digunakan
masuk.
pada penelitian ini antara lain :
b. Menguji kehandalan dan kesahihan butir
dengan alat bantu Microsoft excel atau 1. Penilaian teknis berdasarkan Peraturan
Software Statistical Package for The Menteri PU No. 03/PRT/M/2014 tentang
Social Sciences (SPSS). Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan
c. Menentukan tingkat kesesuaian respon- Pemanfatan Prasarana dan Sarana Jaringan
den. Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan dan
d. Menentukan skor rata-rata tingkat kinerja Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
dan tingkat kepentingan. Darat Nomor: SK.7234/AJ.401/DRDJ/
e. Menentukan nilai X yaitu rerata dari total 2013 tentang Petunjuk Teknis
rerata skor tingkat kinerja seluruh atribut Perlengkapan Jalan.
dan nilai Y yaitu rerata dari total rata-rata
2. Importance Performance Analysis (IPA)
skor tingkat kepentingan seluruh faktor
Analisis IPA digunakan untuk mengetahui
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
kinerja atribut pelayanan dengan cara
f. Menjabarkan tingkat unsur-unsur tersebut
mengelompokkan atribut tersebut kedalam
ke dalam 4 bagian diagram kartesius.
kuadran penilaian sesuai dengan tingkat
Pembagian kuadran pada metode Importance kepentingan dan kinerja masing-masing
Performance Analysis ditampilkan pada atribut.
Gambar 1.
pejalan kaki, serta kepadatan pejalan kaki, dan Dengan menentukan indikator tersebut di
nilai ruang pejalan kaki. atas, maka dapat ditentukan tingkat pelayanan
jalur pejalan kaki di kawasan Stasiun Karet
sebagaimana Tabel 3 dan Gambar 2.
Tabel 3. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di kawasan Stasiun Karet
Lebar
Pejalan Arus Pejalan Nilai
Efekti Kecepatan Kepadatan
Kaki Kaki Ruang
No Ruas Trotoar f (m/ mnt) (org/m2) LOS
(org/jam) (org/mnt/m) (m2/org)
(m)
We Nt Qt Vs D St
1 Jl. KH. Mas Mansyur (utara
2 629 5.2 39.84 0.132 7.60 B
stasiun sisi timur)
2 Jl. KH. Mas Mansyur (utara
2.2 274 2.1 46.12 0.045 22.22 A
stasiun sisi barat)
3 Jl. KH. Mas Mansyur
0.7 1911 45.5 34.83 1.307 0.77 E
(jembatan sisi timur)
4 Jl. KH. Mas Mansyur
1.2 43 0.6 56.04 0.011 93.84 A
(jembatan sisi barat)
5 Jl. KH. Mas Mansyur
2.2 696 5.3 61.99 0.085 11.76 B
(Selatan stasiun sisi timur 1)
6 Jl. KH. Mas Mansyur
1 696 11.6 58.96 0.197 5.08 B
(Selatan stasiun sisi timur 2)
7 Jl. KH. Mas Mansyur
2.2 43 0.3 72.60 0.004 222.88 A
(Selatan stasiun sisi barat)
8 Jl. R.M Margono
1.2 1215 16.9 46.89 0.360 2.78 C
Djojohadikoesoemo (utara)
9 Jl. R.M Margono
2.2 696 5.3 63.92 0.082 12.12 A
Djojohadikoesoemo (Selatan)
10 Jl. Penjaringan 1 (sisi utara) 2.2 43 0.3 66.65 0.005 204.61 A
11 Jl. Penjaringan 1 (sisi selatan) 2.2 43 0.3 66.89 0.005 205.34 A
Gambar 2. Grafik tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di kawasan Stasiun Karet
Berdasarkan hasil penilaian Level of Service kaki di kawasan Stasiun Karet sebagaimana,
(LOS) atau tingkat pelayanan jalur pejalan dapat dilihat terdapat 2 ruas trotoar yang perlu
62 Teknisia, Volume XXV, No 2, November 2020
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185
Selain tempat menunggu angkutan yang 5. Tersedianya zona khusus untuk angkutan
tidak dilengkapi pelindung, jalur pejalan online (X21).
kaki menuju tempat pelayanan angkutan Seperti yang telah dijelaskan pada
juga tidak dilengkapi dengan peli ndung, pembahasan sebelumnya bahwa aktifitas
baik pelindung buatan ataupun pelindung penyelenggara ojek (online/ pangkalan)
alami. Pengguna jasa berharap, di saat ini sangan berdampak negatif
Indonesia yang merupakan negara tropis terhadap kelancaran dan keselamatan lalu
ini, jalur pejalan kaki terutama untuk lintas di Stasiun Karet. Oleh karena itu,
menuju fasilitas angkutan umum pengguna jasa menginginkan adanya
dilangkapi dengan pelindung. penyediaan zona kusus bagi ojek agar
3. Desain jalur penghubung yang tidak penyelenggaraanya lebih teratur dan tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas (X14). mengganggu kelancaran dan keselamatan
Pengguna jasa berharap, bahwa lalu lintas sekitar.
pengembangan dan perbaikan fasilitas 6. Lingkungan yang bersih, rapi, dan
integrasi moda memperhatikan desain memiliki nilai estetika (X22).
yang tidak mengganggu kelancaran lalu Tidak hanya pada penyelenggaraan
lintas lain, hal ini selain untuk
transportasi, pada hakekatnya seluruh
menghindari gangguan terhadap lalu
lintas, juga untuk menghindar konflik pengguna jasa pelayanan publik
antara pergerakan orang dengan kendaraan menginginkan pelayanan yang nyaman
demi keselamatan penyelenggraan terutama terkait dengan lingkungan yang
transportasi. bersih, rapi, dan memiliki nilai estetika.
4. Tersedianya fasilitas untuk diffabel yang Hal ini dinilai urgent oleh pengguna jasa di
meliputi ramp, lift, dan guiding path Stasiun Karet karena mereka
(X17). menginginkan pelayanan yang nyaman
Pengguna jasa berharap bahwa bahwa dan bersih serta berfungsi sebagai atractif
pelayanan publik tidak terkecuali factor dalam menarik minat masyarakat
pelayanan transportasi dapat diakses dan dalam menggunakan angkutan umum.
digunakan oleh seluruh lapisan
masyarakat termasuk kaum disabilitas. Dari hasil evaluasi kinerja fasilitas pejalan
Fasilitas di dalam KRL dan di beberapa kaki yang telah dianalisis, selanjutnya
stasiun memang sudah memperhatikan hal berdasarkan hasil persepsi penumpang, dapat
tersebut, namun di Stasiun Karet, diusulkan langkah perbaikan dengan
penyediaan fasilitas untuk diffabel dinilai pendekatan teknis sebagaimana Tabel 6.
masih sangat belum layak, dan bahkan
belum tersedia.
Prayogi – Analisis Kinerja dan Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Stasiun Karet 65
P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185