Dakwah Di Era Cyberculture: Peluang Dan Tantangan: Ishanan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Komunike, Volume ix, No.

2, Desember 2017

DAKWAH DI ERA CYBERCULTURE:


PELUANG DAN TANTANGAN

Ishanan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram
Email:

Abstract

The development has happened yang outstanding in the field


of communication technology. These developments certainly
influence on Da’wah. In the context of the current Da’wah should
have already started to greet the audiences through the media-
media-art, among them with what is known by the term “new
media”, which is marked by the birth of the internet, virtual reality,
or a Cyber community, as a direct result of the development of
telematics technology. Therefore, in this paper the author would
like to see: How the culture takes place in the era of Cyberculture?
Calling others what can be done in the era of Cyberculture? Like
what is challenging da’wah in the era of Cyberculture.? At first,
the virtual community is a human fantasy about another world
that is ahead of the world today. The fantasy is a hyperreallity
man about the value, imagery, and the meaning of human life
as the emblem of the liberation of man against the powers of
matter and the universe. But when human technology is able
to reveal the mystery of that knowledge, then any man capable
of creating spaces of new life for human beings in the world of
hiperreality. In this context, then the perpetrators prosecuted for
preaching not only adept at above the pulpit, but must also be
proficient as a da’i provider. The advent of advanced technologies
that offer convenience to society in the era of Cyberculture to
preach. Therefore, the current required to its grads to use Media
as a means of propagation are tailored to the characteristics of the
information society.
Key words: Dawah, Cyberculture, Opportunities and Challenges.

Ishanan 91
Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

Abstrak

Telah terjadi perkembangan yang luar biasa dalam bidang teknologi


komunikasi. Perkembangan tersebut tentu berpengaruh terhadap
dakwah. Dalam konteks saat ini seharusnya dakwah sudah
mulai menyapa para khalayak melalui media-media mutakhir, di
antaranya dengan apa yang dikenal dengan istilah “new media”,
yang ditandai dengan lahirnya internet, virtual reality, realitas maya,
atau cybercommunity, sebagai akibat langsung dari perkembangan
teknologi telematika. Oleh karenanya, dalam tulisan ini penulis
ingin melihat: Bagaimana kebudayaan berlangsung di era
cyberculture? Dakwah apa yang bisa dilakukan di era cyberculture?
Seperti apa tantangan dakwah di era cyberculture.? Pada awalnya,
masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia tentang dunia lain
yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah sebuah
hiperrealitas manusia tentang nilai, citra, dan makna kehidupan
manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap
kekuasaan materi dan alam semesta.Namun ketika teknologi
manusia mampu mengungkapkan misteri pengetahuan itu,
maka manusia pun mampu menciptakan ruang kehidupan baru
bagi manusia di dalam dunia hiperrealitas tadi. Pada konteks ini
kemudian para pelaku dakwah dituntut untuk tidak hanya mahir
di atas mimbar, tetapi harus mahir juga sebagai da’I provider.
Munculnya teknologi-teknologi mutakhir yang menawarkan
kemudahan kepada masyarakat dalam era cybercultureuntuk
berdakwah. Oleh karenanya da’I saat ini dituntut untuk untuk
menggunakan Media sebagai sarana dakwahyang disesuaikan
dengan karakteristik masyarakat informasi.
Kata kunci: Dakwah, Cyberculture, Peluang dan Tantangan.

92 Dakwah di Era Cyberculture


Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

A. Pendahuluan perkembangan yang luar biasa


Dewasa ini, bisa dikatakan dalam bidang teknologi komunikasi.
bahwa dakwah sedang mengalami Pengaruh teknologi komunikasi
signifikansi1, baik dalam skala sebagai terhadap dakwah di satu sisi bisa
sebuah aktivitas ataupun ilmu.2 Salah sebagai media dakwah, tetapi di
satu penyebabnya adalah, terjadinya sisi lain juga bisa menjadi sebuah
trendsetter (penentu) keberhasilan
1
Yang dimaksud dengan signifikansi dalam dakwah.3
hal ini adalah, perkembangan dakwah, baik
Mengingat begitu potensialnya
sebagai ilmu ataupun aktifitas. Dakwal tidak
lagi hanya dilihat sebagai sebuah fenomena, peran media (teknologi) bagi
melainkan fenomena itu ditarik ke ranah dakwah, maka sebagai salah satu
ilmu pengetahuan kemudian disistematisir, misi Islam (agama misi)4, sudah
sehingga mampu menghasilkan keilmuan dan
beberapa kajian tentang dakwah itu sendiri.
seharusnya dakwah mulai menyapa
2
Dalam bukunya Ilmu Dakwah, Muh. para khalayak melalui media-media
Ali Aziz, menyimpulkan beberapa definisi mutakhir, di antaranya dengan apa
beberapa ahli yang tidak kurang dari 38
yang dikenal dengan istilah “new
definisi tentang dakwah, yang mana dalam
defisi-definisi tersebut menyertakan “usaha media”, yang ditandai dengan lahirnya
mengajak” dan kata ‘proses” sebagi kata kunci internet, virtual reality, realitas
dari definisi yang dibuat. Hal ini menurut maya, atau cybercommunity, sebagai
Ali Aziz, menunjukkan pengertian dakwah
sebagai sebuah aktivitas. Ini menyiratkan
akibat langsung dari perkembangan
bahwasanya, dakwah sebagai sebuah aktivitas teknologi telematika.5 Hal ini
adalah, usaha untuk mengajak manusia kepada
kebaikan. Dalam buku yang sama, Ali Aziz
juga menjelaskan secara gamblang bagaimana Munir Amin, Ilmu Dakwah, Cet. Ke-2, ( Jakarta:
perbedaan dakwah sebagai kegiatan dan dakwah AMZAH, 2013), 28.
sebagai proses. Dakwah sebagai kegiatan 3
Yudi Latif, Media Massa Dan Pemiskinan
cenderung mengarah pada pelaksanaannya. Imajinasi Sosialdalam Idi Subandi Ibrahim,
Sedangkan dakwah sebagai sebuah proses Kritik Budaya Komunikasi, (Yogyakarta:Jalasutra
lebih memntingkan hasil maksimal atau hasil 2011), 86.
akhir. Lihat, Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (ed.) 4
Jika di rujuk dalam beberapa ayat al-
Revisi Cet. ke-3, ( Jakarta: Prenada Media Qur’an, misalnya dalam (Q.S 16:125) dan (Q.S,
Group,2012), 19. Sedangkan Dakwah sebagai 41:33) memperkuat bahwa Islam adalah agama
Ilmu, dalam bukunya, Ilmu Dakwah, Samsul “misi”, yaitu agama yang harus disampaikan
Munir Amin mengutip pendapat Toha Yahya kepada manusia. Lihat, Acep Aripudin, Sosiologi
Umar, bahwa Ilmu Dakwah adalah suatu ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
pengetahuan yang berisi tentang cara-cara, dan 2013), 138.
tuntutan, bagaimana menarik perhatian untuk 5
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi:
menganut, menyetujui, melaksanakan suatu Teori, Paradigma, dan DiskursusTeknologi
ideologi, pendapat, dan pekerjaan tertentu. Komunikasi di Masyarakat, Cet. Ke-6, ( Jakarta:
Lebih jelasnya silahkan baca bukunya, Samsul Kencana Prenada Media Group, 2013), 296.

Ishanan 93
Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

kemudian menuntut para pelaku macam program dakwah maupun


dakwah untuk tidak puas hanya bisa konsultasi keislaman yang ditawarkan
berceramah di atas mimbar semata, melalui internet (cyberspace). Tetapi,
melainkan harus familiar dengan jika dilakukan selayang pandang,
perkembangan teknologi dan konten-konten Islami tersebut
mampu memanfaatkan teknologi lebih berorientasi pada perubahan
tersebut. Pada akhirnya, adagium materi dari format analog menjadi
yang mengatakan: “Siapa yang format digital, yang terkesan “ganti
menguasai teknologi (informasi), dia kemasan”. Untuk itu perlu dilakukan
yang mampu menggenggam dunia”, sebuah kritik konstruktif, agar
mamputerealisasi demi kepentingan materi dakwah tidak hanya terkesan
dakwah Islam.6 Intinya, para digitalisasi semata, tetapi di geser ke
pelaku dakwah diharapkan mampu dalam bentuk konvergensi, dikemas
memunculkan terminologi cyber, ke dalam penggabungan berbagai
yakni dakwah yang berorientasi pada macam media dan teknologi,
aktifitas dakwah di dunia maya.7 sehinggga dakwah mampu bersaing
Saat ini (termasuk Indonesia)8, dan bersanding dengan informasi
sudah banyak ditemukan berbagai lainnya.9 Oleh karenanya, dakwah
harus mengubah pola strategi
komunikasinya, yang konvensional
Irzum Farihah, Jurnal At-Tabsyir
6
menjadi pola komunikasi yang
Komunikasi Penyiaran Islam, “Media Dakwah
POP”, Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2013. Lihat,
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, komunikasi, tepatnya setelah peluncuran
“Sarjana Komunikasi Hadapi Banyak Tantangan”, Satelit Komunikasi Sistem Domestik Palapa A
No. 1/Juli 1998, h.101. pada tanggal 17 Agustus 1976. Kehadiran ini
7
Popularitas cyber sesungguhnya sudah didorong pertimbangan politik serta ekonomi
mulai muncul sekitar akhir tahun 1990-an, dan bisnis, seiring kebijakan open door policy
yakni ketika jaringan komputer sudah mampu yang dijalankan pemerintah pada waktu itu.
menyimpan dan mengirim data dalam jumlah Lihat, Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi
besar dengan highest acceleration (kecepatan Indonesia, Komunikasi Dan Demokrasi, No. 1.
yang sangat tinggi). Dan terbentuknya Juli. 1998.
wujud teknologi mutakhir ini tentu tak bisa 9
Konvergensi media yaitu penyatuan
dipisahkan dari ditemukannya internet dan atau penggabungan berbagai media massa
dan satelit. Prihananto, Jurnal Ilmu Dakwah, dan teknologi informasi ke dalam satu paket
“Internet Sebagai Media Dakwah Alternatif perangkat gadget yang makin memudahkan
Pada Masyarakat Informasi”, Vol. 4, No.2, pemiliknaya untuk mengakses berbagai macam
Oktober 2001. informasi dan tayangan. Rahma Sugihartati,
8
Lompatan besar bidang komunikasi Perkembangan Masyarakat Informasi & Teori
Indonesia, menurut Teddy Kharsadi (Ketua Sosial Kontemporer, ( Jakarta: Kencana Penada
ISKI) adalah ketika hadir produk teknologi Media Group, 2014), 88.

94 Dakwah di Era Cyberculture


Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

dibutuhkan dan sesuai dengan makna kehidupan manusia sebagai


karakteristik masyarakat informasi. lambang dari pembebasan manusia
Terlebih lagi, kehidupan dalam terhadap kekuasaan materi dan alam
ruang maya menjanjikan masa semesta.12 Namun ketika teknologi
depan yang cukup cerah, terlepas manusia mampu mengungkapkan
dari dampaknya. Ketika ruang-ruang misteri pengetahuan itu, maka
kehidupan nyata mulai menyempit manusia pun mampu menciptakan
dengan asap-asap kendaraan, dengan ruang kehidupan baru bagi manusia
bangunan-bangunan yang tinggi, di dalam dunia hiper-realitas tadi.13
dengan sampah-sampah teknologi, Adanya fenomena dunia maya
ruang maya justru dapat menafikan kemudian melahirkan sebuah
semua itu sebanyak mungkin yakni masyarakat baru yang disebut cyber
dengan menawarkan sifat utamanya, space community (masyarakat maya)
efisiensi ruang dan waktu.10Bisa atau internet community (masyarakat
jadi, jika dakwah tidak mengikuti internet).14Warga masyarakat baru
selera dan irama perkembangan tersebut bebas melakukan diskusi
dan tuntutan teknologi komunikasi, dan tukar menukar informasi secara
suatu saat nanti dakwah akan interaktif melalui media sosial.
ditinggalkan oleh pendengarnya.11 Oleh karena itu internet dinamakan
Dalam konteks ini mau tidak mau, media interaktif karena setiap orang
para pelaku dakwah setidaknya bisa mengakses (mengunduh) pesan
harus siap mengemban dua tugas melalui internet tanpa hambatan
sekaligus, sebagai da’i “mimbar”
sekaligus da’i “provider”. 12
Lihat, Andi Faisal Bekti, Veni Eka Meidasari,
Jurnal Komunikasi Islam, “Trendsetter Komunikasi
B. Kebudayaan Masyarakat Maya di Era Digital: Tantangan dan Peluang Pendidikan
Pada awalnya, masyarakat maya Komunikasi dan Penyiaran Islam”, Vol. 02, No. 1,
Juni 2012.
adalah sebuah fantasi manusia 13
M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi:
tentang dunia lain yang lebih Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi
maju dari dunia saat ini. Fantasi Komunikasi di Masyarakat, ( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), 164.
tersebut adalah sebuah hiper-realitas 14
Istilah dunia maya adalah sebuah
manusia tentang nilai, citra, dan metaforis yang pada dasarnya menggambarkan
berebagai macam bentuk komunikasi
10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi…, elektronik yang biasanya digunakan dalam
187. dunia internet. Lihat, Anwar Arifin, Dakwah
Prihananto, Jurnal Ilmu Dakwah, Internet
11
Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi,
Sebagai…, 4. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 93.

Ishanan 95
Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

dan tanpa mengenal batas negara.15 dirinya yang pada dasarnya berbeda
Proses tukar menukar informasi dengan kehidupan di dunia nyata.
inipun pada akhirnya mampu Kedua, pada tingkat interaksi
melahirkan budaya baru yang sosial, kehadiran cyberspace telah
syarat dengan muatan teknologi. melahirkan semacam deterisosialisasi
Mengutip pendapat Pilliang, bahwa sosial, artinya interaksi sosial tidak
perkembangan teknologi cyberspace dilakukan di dalam suatu ruang
telah mampu melahirkan berbagai teritorial yang nyata, tetapi di dalam
macam perubahan yang ditandai suatu halusinasi teritorial.17
setidaknya dengan tiga tingkat
pengaruh:16 Ketiga, pada tingkat komunitas,
kehadiran cyberspace dapat
1. Di tingkat individual (personal) mencitakan satu model komunitas
2. Di tingkat antar individual demokratik dan terbuka yang disebut
(inter-personal) oleh Rheingold seperti dikutip Rahma
3. Di tingkat masyarakat (social) Sugihartati (2014: 96) dengan istilah
”komunitas imajiner” (imaginary
Pertama, pada tingkat individu,
community). Di sisi lain, di dunia maya
cyberspace telah mencipatkan
juga tidak terhindarkan munculnya
perubahan mendasar terhadap
semacam demokrasi radikal, yang
pemahaman kita tentang identitas.
di dalamnya, ide, gagasan, ekspresi,
Setiap individu dalam dunia virtual
hasrat, tuntutan, kritik, usulan, dan
dapat membelah pribadinya menjadi
segala bentuk tindakan sosial yang
pribadi yang tak terhingga banyaknya,
datang dari masyarakat sipil tidak
sehingga terjadi permainan identitas,
ada yang mengatur, mengontrol dan
identitas baru, identitas palsu,
memberi penilaian. Berikut Skema
identitas ganda, yang bisa saja sama
Tingkat Pengaruh Cyberspace:
atau berbeda dengan identitas sosial
di dunia nyata. Misalnya dengan cara 17
Seseorang bisa saja sangat intim
memasang foto orang lain atau foto dengan orang lain di dunia maya yang ada di
dirinyayangsudahdiedit,makadengan belahan dunia lain tanpa pernah sekalipun
mudah orang yang bersangkutan bertemu, ketimbang saudara kandung atau
tetangganya sendiri. Dan bukan hal baru lagi
membangun konstruksi baru tentang bahwa di antara sesama anggota komunitas
cyberspace, memiliki hubungan yang akrab,
15
Ibid., seperti saling curhat atau berbagi persoalan
16
Yasraf Amir Pilliang, Dunia Yang lainnya, meskipun satu dengan yang lain tidak
Berlari, Mencari Tuhan-Tuhan Digital, ( Jakarta: pernah bertemu. Lihat, Rahma Sugihartati,
Grasindo: 2004), 65. Perkembangan Masyarakat…, 96.

96 Dakwah di Era Cyberculture


Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

Di dunia maya, Individu bisa


membelah dirinya menjadi bukan
hanya satu identitas, melainkan
Individu (Personal) menjelma dalam banyak
identitas, yang bisa jadi sama
atau berbeda dengan identitas
nyata

Antar Individu Lahirnya detiritorialisasi.


Cyberspace
(Inter-Personal)

Tercipta komunitas demokratik


Sosial
yang terbuka dan berimajiner,
atau pun komunitas yang radikal

Dalam masyarakat maya, menakjubkan dalam dunia


kebudayaan yang dikembangkan hiper-realitas.
adalah budaya-budaya pencitraan 3. Masyarakat pada umumnya
dan makna yang setiap saat yang setiap hari menggunakan
dipertukarkan dalam ruang interaksi mesin-mesin dan karya
simbolis. Budaya ini dikreator dan imajinasi itu sebagai bagian
diimajiner oleh orang yang setiap saat dari kehidupannya.
mencurahkan pemikiran mereka Sesuatu yang menjadi ciri
dalam tiga hal secara terpisah, khas dari kebudayaan maya ini
yakni;18 adalah, sifatnya yang sangat
1. Kelompok yang senantiasa menggantungkan diri pada media.
bekerja untuk menciptakan Bahwa kebudayaan itu secara nyata
mesin-mesin teknologi juga ada dalam media informatika.
informasi yang lebih canggih Beberapa di antaranya telah
dan realistis. ditransformasikan ke dalam kognitif
2. Kelompok yang setiap saat manusia, inilah sebenarnya space
menggunakan mesin-mesin dunia maya, yaitu dunia media dan
itu untuk menciptakan dunia kognitif manusia. Hubungan
karya-karya imajinasi yang dari dua space ini telah melahirkan
dunia yang baru bagi masyarakat
18
M. Burhan Bungin, Sosiologi manusia yang tak bisa dihitung lagi
Komunikasi…, 170.

Ishanan 97
Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

seberapa besar ruang itu, tergantung itu sendiri.22 Sehingga manusiapun


kepada kemampuan manusia mampu berkomunikasi, berdialog,
membuka misteri pengetahuan itu.19 atau bertukar informasi dengan
dunia lain melalui jendela komputer
C. Berdakwah dalam Konteks dan sejenisnya dari rumah, kantor
Cyberculture: Apa yang dapat kampus ataupun tempat-tempat
dilakukan? yang memungkinkan adanya akses
Dalam era globalisasi20 seperti internet sehingga mampu menjalin
ini, sebenarnya masyarakat sudah sebuah komunikasi interaktif dalam
dimanjakan dengan adanya sebuah ruang yang dinamakan
semacam sumber melimpah yang cyberspace.23
bisa dijadikan sebagai alat dalam Berbicara masalah globalisasi,
menyampaikan dakwah yang sesungguhnya erat kaitannya
mencakup berbagai macam dimensi, dengan lahirnya masyarakat baru,
yang salah satunya adalah internet21 yaitu masyarakat informasi. Dalam
bukunya, “Dakwah Kontemporer
Sebuah Studi Komunikasi”, Anwar
Arifin mengatakan bahwasanya
19
Ibid., 172. unsur penting dari keberadaan
20
Globalisasi adalah dua kata yang
terbetuk dari kata era dan globalisasi. Era
masyarakat informasi adalah adanya
berarti masa, dan globalisasi berarti suatu suatu pemerosesan data yang
proses menggelobal, proses membulat, proses memiliki pengaruh besar terutama
mendunia. Tidak jarang era globalisasi disebut
dalam komunikasi antar manusia.
juga dengan Era Mondialisasi yang juga
semakna dengan adanya suatu proses yang Yang mana kemudian meliputi
mendunia pada zaman itu, baik itu dalam beberapa hal penting diantaranya:
bidang politik, social, ekonomi, agama, dan a)Pengumpulan informasi, b)
terutama pada bidang-bidang teknologi.
Disadur dari Jurnal Pelita Zaman dalam “Era
Penyimpanan informasi, c)
Globalisasi”. Lihat http://alkitab.sabda.org/ Pengolahan informasi, d) Penyebaran
resource.
21
Internet adalah sebuah sistem jaringan
dari jaringan komputer yang terhubung di
seluruh dunia, dan dapat disebut sebagai 22
Kata Pengantar Abdurrahman Mas’ud,
kolaborasi teknis antara komputer, telepon dan dalam Samsul Munir Amin, Rekonstruksi
televisi. Arti penting dari penggunaan internet Pemikiran Dakwah Islam, ( Jakarta: AMZAH,
sebagai bagian pokok dari revolusi informasi, 2008), xii.
adalah kemampuan manusia menghemat 23
Lihat, Samsul Munir, Rekonstruksi
waktu dan menundukkan ruang. Lihat Anwar Pemikiran Dakwah Islam, ( Jakarta: AMZAH,
Arifin, Dakwah Kontemporer…, 92. 2008), 161.

98 Dakwah di Era Cyberculture


Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

informasi, e) dan Umpan balik dengan mengkombininasikan


informasi.24 (combine) media-media tersebut
Dalam konteks perubahan arus sehingga dakwah bukan hanya
informasi dan komunikasi saat ini, terkesan berisi ajaran agama, tetapi
rasanya ada yang perlu diubah dari penyampaiannya juga dikemas
konsep dakwah yang hanya dipahami dalam bentuk yang menarik.
secara umum selama ini. Sikap Terlebih lagi dewasa ini telah
yang mempertahankan metode muncul istilah “konvergensi
lama dan menolak mengadopsi media”, yang memungkinkan
hal-hal baru yang berkaitan dengan terjadinya penggabungan media
teknologi komunikasi harus segera telekomunikasi konvensional dengan
ditepis. Sudah saatnya dipikirkan internet. Kehadirannya bukan saja
bagaimana seharusnya dakwah itu mampu memperkaya informasi
mampu bersaing dan bersanding yang disajikan, melainkan juga
memperebutkan audience dalam memberi pilihan yang makin terbuka
zona bebas waktu dan ruang untuk kepada khalayak untuk memilih
mengakses informasi.25 informasi yag sesuai dengan selera
Aplikasi metode dakwah tidak dan kebutuhannya. Dengan adanya
cukup jika hanya mengandalkan internet, masyarakat yang memiliki
metode tradisional, melainkan perlu laptop, iPad, atau perangkat gadget
diterapkan penggunanaan metode yang lain, akan dengan mudah
dengan situasi dan kondisi zaman.26 dapat mengakses informasi yang
Karena dunia cyber ini adalah dunia dibutuhkan. Di berbagai Negara
yang tidak bisa lepas dari internet misalnya, yang namanya jurnalisme
maka, untuk melakukan aktivitas online kini sudah bukan lagi hal
dakwah, juga harus menggunakan baru.27 Coba kita bayangkan, jika
media-media komunikasi yang seandainya dakwah bisa dikemas dan
bersifat cyber. Seperti dengan dimodifikasi seperti itu, sehingga
menggunakan fasilitas facebook, dakwah pun muncul dengan wajah
email, twitter, youtube, ataupun baru yang sifatnya “DakwahUp to
date”. Berikut Skema Peta Dakwah
yang bias dilakukan dalam konteks
24
Ibid., 92. Cyberculture:
25
Prihananto, Jurnal Ilmu Dakwah, Internet
Sebagai…, 2.
26
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Rahma
27
Sugihartati, Perkembangan
Pemikiran…, 27. Masyarakat…, 93.

Ishanan 99
Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

Da’i/Team Dakwah Mampu membelah diri, dalam


pada keinginan untuk membeli dan
artian memiliki keahlian yang
konvergen dalam knteks
memiliki barangberbagai brand,
dunia maya (Da’i Provider)
termasuk pada alat-alat teknologi
komunikasi & informasi lainnya.
Media dakwah jadi memiliki

Cyberculture Dakwah Media


banyak alternatif, disesuaikan
dengan karakteristik Padahal secara tidak sadar, bagi
masyarakat informasi.
kekuatan Kapitalis dan Industri
Pesan dakwah tidak sebatas Budaya di bidang Teknologi
Informasi, masyarakat yang terus
mengubah format analog
menjadi format digital,
Pesan Dakwah melainkan lebih kepada
format pesan yang
konvergensial, agar menarik.
menerus berada dalam kecanduan
perangkat komunikasi, akan dilihat
Mad’u
Dengan dukungan aflikasi
cyber yang ada, antara da’I
dan Mad’u bisa melakukan
sebagai “ladang basah” yang bisa
komunikasi secara interaktif
memanen seribu keuntungan bagi
Diharapkan terciptanya mereka. Mindset masyarakat pun
dakwah yang up to date, yang
memang dibutuhkan oleh
masyarakat
dikonstruksi sedemikian rupa untuk
terus bergantung pada teknologi-
D. Tantangan Dakwah di era teknologi tersebut, melalui penayangn
Cyberculture iklan, posting, film, sinetron, acara-
Hadirnya berbagai macam acara televisi dan lain sebagainya.
teknologi mutakhir bak pisau dengan Dampaknya pun beragam, mulai
dua sisi. Di satu sisi memberikan dalam bentuk sosial’ ekonomi,
manfaat luar biasa, di sisi lain psikologis dan lainnya, bahkan
terkadang mendatangkan mudarat dampak radiasi yang ditimbulkan pun
yang juga besar. Taruhlah sebuah tak pernah kita sadari jika digunakan
contoh, dengan hadirnya berbagai secara berlebihan.28
merk handphone terbaru dengan Munculnya konvergensi media
berrbagai fitur canggihnya, orang dalam banyak hal juga mengubah
tak perlu lagi capek-capek pergi ke hubungan antara, teknologi,
Kantor Post untuk sekedar mengirim industri, pasar, dan gaya hidup, pada
surat. Cukup ketik di new message khalayak. Akhirnya, konvergensi
pada handphone, kemudian tekan sent. media telah menguba cara kita hidup
Maka dengan spontan pesan akan dan bekerja, mengubah persepsi,
terkirim, asalkan didukung pulsa dan keyakinan, dan lembaga yang ada di
tersedianya jaringan. Apalagi dengan masyarakat. Barangkali ungkapan
adanya fitur lain semisal aplikasi Yasraf A. Pilliang seperti dikutip
layanan akses internet, kamera, oleh Zaprulkhan mampu menjadi
video dan lainnya, orang kemudian semacam gambaran mengenai
terperangkap dalam “keasyikan” yang
berlarut-larut. Tanpa disadari, muncul
sifat konsumtif yang mengarah Coba bandingkan dengan Rahma
28

Sugihartati, Perkembangan Masyarakat…, 93.

100 Dakwah di Era Cyberculture


Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

konsekuensi perkembangan bagi pengasahan spiritual harus


teknologi.29 dibangun kembali dari puing-puing
dan rerntuhannya. Pada titik inilah
“Era abad ke-21 memang barangkali mitos harus dikisahkan,
memberikan segalanya yang pepatah harus didengungkan, dan
melampaui mimpi-mimpi setiap petitih tentang nilai-nilai moral-
manusia, tapi malah menimbulkan spiritualitas harus disampaikan
fenomena paradoksal: sebuah realitas kembali, meskipun dengan media dan
kehidupan yang begitu sarat hiburan ungkapan-ungkapan yang berbeda.30
begitu miskin kedalaman, begitu
Upaya dan usaha ini tentu bukan
sarat kegairahan begitu miskin
semudah membalik telapak tangan.
pencerahan, begitu sarat informasi
Lagi-lagi dalam hal ini, aktivitas
begitu miskin kontemplasi, begitu
dakwah harus berjalan, beriringan,
sarat ekstasi begitu miskin sosialisasi,
dan mampu bekerja sama dengan
begitu kaya perlengkapan, begitu
institusi-institusi lain, bukan dengan
miskin pemaknaan, dan begitu
sendiri-sendiri, apalagi seorang diri.
banyak kesenangan begitu miskin
Maka, aktivitas dakwah mau tidak
kedamaian”.
mau harus dilakukan dengan cara
Titik kulminasinya kemudian, ber “mimikri” layaknya Bunglon yang
menjadi masyarakat pospiritualis, senantiasa bisa beradaptasi dengan
yaitu kondisi bercampuraduknya tempat ia berada, ataupun layaknya
nilai-nilai spiritual dengan nilai- semut yang senantiasa bekerjasama
nilai materialisme, bersekutunya dalam menjalankan kehidupannya.
yang dunia dengan yang ilahiyah, Untuk itu perlu dilakukan sebuah
bersimpangsiurnya yang transenden pemahaman bahwasanya dakwah
dan imanen, bertumpang-tindihnya bukan hanya sebuah “misi
hasrat yang rendah dengan penyelamtan” yang dapat dilihat dari
kesucian, sehingga perbedaan satu sisi pengamalan dan pelaksaan
antara keduanya menjadi kabur. semata. Ia harus dipahami sebagai
Karenanya, untuk mengembalikan sebuah “desain besar”, yakni melihat
manusia kontemporer pada dunia dakwah dari berbagai aspek secara
kedalaman spiritual, kompas moral, holistik dan tidak parsial. Jika ini bisa
kehalusan hati nurani dan ketajaman dilaksankan dan diwujudkan, rasanya
hati di tengah belantara citraan pada konteks itulah gelar “Khaira
semu, bujuk rayu, dan kepalsuan Ummah” layak dilekatkan pada
masyarakat consumer, sebuah ruang pundak kita.

29
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah
Pendekatan Tematik, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012), 162. 30
Ibid., 166.

Ishanan 101
Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

Bentuk
No Tantangan/ Sikap Dakwah Dakwah
Konsekuensi
Psikis: harus mampu
Materi dakwah
menempatkan
harus lebih Orang-orang dirinya sebagai
banyak dititik yang tidak psikoterafi bagi
beratkan pada mampu
penyampaian masyarakat yang
Ekonomi: mampu teralienasi ini,
pesan-pesan
membeli misalnya dengan
Munculnya tentang bahaya
alat-alat yang mengalihkan
gaya hidup sifat boros, rakus,
1 menjadi tren mereka pada
konsumtif suka poya-poya.
3 gaya hidup kegiatan-
dll. Nah ini bisa
didukung dengan tersebut kegiatan/
kisah-kisah umat (terutama kesibukan-
terdahulu yang remaja), kesibukan lain
menjadi terhina akan merasa yang lebih
karena memiliki teralienasi bermanfaat,
sifat yang serupa. dari dunianya misalnya
Dakwah sendiri karena membuat
paling tidak merasa tak perkumpulan
memberikan dianggap kerajinan tangan
pandangan,
dll.
bahwa teknologi-
Sosial: teknologi yang
Munculnya ada bukanlah Para pelaku
budaya benda yang Pisik: Dakwah harus
“cuek”, mengganti-kan Penggunaan bekerjasama
di mana peran manusia alat-alat dengan
2 orang mulai (makhluk sosial) instansi lain
tersebut
memanusia- seutuhnya, seperti instansi
secara
kan melainkan kesehatan dan
4 berlebihan
benda dan sekedar sarana
bisa sebagainya, guna
membenda- yang sifatnya
mempermudah menimbulkan memberikan
kan manusia. peringatan
kerja manusia gangguan
bagi akan bahanya
bukan
memperkerja- kesehatan penggunaan
kan manusia itu akibat radiasi. teknologi secara
sendiri. berlebihan.

102 Dakwah di Era Cyberculture


Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

E. Penutup Dampak di bidang ekonomi, gaya


Berdasarkan uraian di atas, dapat hidup, psikologi agama dan lainnya,
ditarik sebuah konklusi bahwasanya tanpa disadari telah dikonstruksi
masyarakat maya dengan beragam oleh para kapitalis agar masyarakat
kultur yang mengitarinya juga selalu bergantung kepada teknologi-
banyak memberikan peluang bagi teknologi tersebut. Sehingga
pengemban dan pengembangan kitapun sedikit demi sedikit
dakwah. Dengan munculnya mulai memanusiakan benda, dan
berbagai macam teknologi yang membendakan manusia.Karenanya,
menjadi ciri masyarakat maya, untuk mengembalikan manusia
aktivitas dakwah jadi punya banyak kontemporer pada dunia kedalaman
pilihan untuk disampaikan sesuai spiritual, pengasahan spiritual harus
dengan karakteristik masyarakat. dibangun kembali dari puing-puing
Pada konteks ini kemudian dan reruntuhannya. Pada titik inilah
para pelaku dakwah dituntut barangkali dongeng dan sejarah
untuk tidak hanya mahir di atas harus dikisahkan, pepatah harus
mimbar, tetapi harus mahir juga didengungkan, dan teks-teks suci
sebagai da’I provider.Munculnya yang sarat dengan pesan moral
teknologi-teknologi mutakhir yang perlu disebarkan, meskipun dengan
menawarkan kemudahan kepada media dan ungkapan-ungkapan
masyarakat dalam era cyberculture yang berbeda.
pun bukan tanpa konsekuensi.

Ishanan 103
Komunike, Volume ix, No. 2, Desember 2017

Daftar Pustaka Hadapi Banyak Tantangan”,


Arifin, Anwar, Dakwah Kontemporer (No. 1/Juli 1998)
Sebuah Studi Komunikasi, Jurnal Ilmu Dakwah, “Internet
(Yogyakarta: Graha Ilmu, Sebagai Media Dakwah
2011) Alternatif Pada Masyarakat
Aripudin, Acep, Sosiologi Dakwah, Informasi”, (Vol. 4, No.2,
(Bandung: PT Remaja Oktober 2001)
Rosdakarya, 2013) Jurnal Komunikasi Islam,
Aziz, Ali. Ilmu Dakwah (ed.) Revisi “Trendsetter Komunikasi di Era
Cet. ke-III, ( Jakarta: Prenada Digital: Tantangan dan Peluang
Media Group, 2012) Pendidikan Komunikasi dan
Penyiaran Islam”, (Vol. 02. No
Burhan, M., Bungin, Sosiologi
1, Juni 2012)
Komunikasi: Teori, Paradigma,
dan Diskursus Teknologi Munir, Samsul, Amin, Ilmu Dakwah
Komunikasi di Masyarakat, Cet. Ke-2 ( Jakarta: AMZAH,
( Jakarta: Kencana Prenada 2013)
Media Group, 2012) Munir, Samsul, Amin, Rekonstruksi
Jurnal At-Tabsyir Komunikasi Pemikiran Dakwah Islam,
Penyiaran Islam, “Media ( Jakarta: AMZAH, 2008)
DakwahPOP”, (Vol. 1 No. 2, Sugihartati, Rahma, Perkembangan
Juli-Desember 2013) Masyarakat Informasi & Teori
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Sosial Kontemporer, ( Jakarta:
Indonesia, “Komunikasi Dan Kencana Penada Media Group,
Demokrasi”, (No. 1. Juli 1998) 2014)
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia, “Sarjana Komunikasi

104 Dakwah di Era Cyberculture

You might also like