Penerapan Outdoor Learning Dengan Media Klinometer Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Sman 1 Bandar Lampung

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Prosiding

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika


UIN Raden Intan Lampung

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING DENGAN MEDIA


KLINOMETER TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI
MATEMATIS SISWA SMAN 1 BANDAR LAMPUNG
Elnando Syawardhan, Haris Budiman, Rizki Wahyu Yunian Putra, Sofyan M
Soleh
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Jl. Endro Suratmin, Sukarame, Kota Bandar Lampung, Lampung 35131
E-mail : [email protected]

Abstract
This study aims to determine whether there are differences in the increase in
mathematical connection skills of students who are given the application of outdoor
learning with media clinometers with conventional learning. This research is a quasi-
experimental research (Quasy Experimental Design). This study uses independent
variables, namely outdoor learning with clinometer media with symbol (X) and the
dependent variable is the students' mathematical connection ability with a symbol (Y).
This study used a pretest and posttest-only control design. The instrument used in this
study is a test that is used to determine the completeness of student learning outcomes
and students' mathematical connection skills. Data collection was done with questions
about the pretest and posttest in the control class and experiment. The hypothesis
testing of the researcher uses the t-test. Based on the research results it can be
concluded that there are differences in the increase in mathematical connection ability
of students given the application of outdoor learning with media clinometers with
conventional learning and from the results of N-gain data processing it can be
concluded that students' mathematical connection ability with outdoor learning with
clinometer media is better than learning conventional.
Keywords: Clinometer; Mathematical Connection; Outdoor Learning

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan


kemampuan koneksi matematis siswa yang diberi penerapan outdoor learning dengan
media klinometer dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu (Quasy Eksperimental Design). Penelitian ini menggunakan
variabel bebas, yaitu pembelajaran di luar ruangan dengan media klinometer dengan
simbol (X) dan variabel terikat adalah kemampuan koneksi matematis siswa dengan
simbol (Y).Penelitian ini menggunakan pretest andposttest-only control design.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dan kemampuan koneksi matematis siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan pertanyaan tentang pretest dan posttest di kelas
kontrol dan eksperimen. Pengujian hipotesis peneliti menggunakan uji-t. Berdasarkan
hasil penelitia dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa yang diberi penerapan outdoor learning dengan media
klinometer dengan pembelajaran konvensional dan dari hasil olah data N-gain dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan
pembelajaran outdoor dengan media klinometer baik daripada model pembelajaran
konvensional.

77
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

Kata Kunci: Klinometer; Koneksi Matematis; Outdoor Learning.

PENDAHULUAN

Kegiatan yang kompleks, memiliki dimensi yang luas dan memiliki banyak
sekali variabel yang mempengaruhinya itulah pendidikan, Karena itu pendidikan
menjadi hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Selain itu menurut Bukunola dan
Widyawati menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu cara dalam
mengenalkan pada manusia untuk memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik
(Mujib & Mardiyah, 2017). Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah
satunya adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 diharapkan bisa berjalan secara optimal untuk meningkatkan
kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran matematika (Fitriani, 2018).
Mata pelajaran yang sangat berperan terhadap perkembangan zaman adalah mata
pelajaran matematika karena matematika menjadi penemu dan perkembangan ilmu yang
lain. Namun matematika merupakan pelajaran yang memiliki peminat paling rendah
dibandingkan pelajaran yang lain. Masalah ini disebabkan karena matematika dikenal
sebagai pelajaran yang sukar sehingga tidak banyak orang yang menggemari pelajaran
matematika (Putra & Anggraini, 2016).
Sebagai ilmu yang terstruktur, matematika memiliki keterkaitan antara konsep
satu dengan konsep lainnya. Sifat matematika yang abstrak mengharuskan siswa
memiliki pengetahuan prasyarat yang cukup untuk mempelajari materi berikutnya.
Dengan demikian, pengembangan kemampuan koneksi matematis sangat penting untuk
dilakukan (Purwaningrum, 2016). Kemampuan koneksi matematis merupakan
kemampuan untuk mengaitkan konsep, prinsip atau prosedur yang terdapat di dalam
matematika dengan matematika itu sendiri, dengan bidang ilmu lain serta dengan
kehidupan sehari-hari (Badjeber & Fatimah, 2015).
Menurut (Maulana, 2011) ada beberapa indikator kemampuan koneksi
matematis, di antaranya dengan indikator kemampuan koneksi matematis di antaranya,
(1) menggunakan koneksi antartopik matematika dan antartopik matematika dengan
topik lain, dan (2) menggunakan matematika dalam bidang studi lain dan atau dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil observasi pada prapenelitian didapatkan bahwa pencapaian kompetensi
tentang kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
nilai matematika siswa yang masih rendah karena kurang nya kemampuan siswa dalam
menghubungkan materi yang dipelajari dengan materi sebelumnya.Pembelajaran yang
berpusat pada guru atau yang dikenal dengan pembelajaran konvensional kualitasnya
masih rendah dibandingkan dengan idealisme yang terdapat dalam kurikulum 2013.
Adapun sifat kegiatan belajar mengajar hanya monoton di dalam kelas saja, terlebih lagi
dalam menerangkan materi kepada siswa guru harus membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk menjelaskan materi yang butuh pemahaman secara mendalam.
Salah satu cara mengatasi rendahnya pencapaian kompetensi tentang
kemampuan koneksi matematis adalah dengan cara memperbaiki kegiatan pembelajaran
melalui pembelajaran berbasis media dan pembelajaran outdoor. Menurur Husamah
dalam (Rahayu & Lestari, 2014), Outdoor Learning adalah metode pembelajaran sains
dengan melakukan petualangan di lingkungan sekitar dengan disertai pengamatan
secara teliti yang hasilnya dicatat ke dalam lembar kerja pengamatan. Hal tersebut
78
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

mengakibatkan pembelajaran lebih bermakna dan juga mengakibatkan siswa lebih


termotivasi dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya belajar dengan menerima apa yang
diberikan guru, melainkan juga dapat melakukan aktivitas belajar lain seperti
melakukan pengamatan, diskusi dan observasi langsung di halaman sekolah.
Berdasarkan penelitian terdahulu Outdoor Learning efektif terhadap
kemampuan menulis karangan sederhana siswa bahasa Jerman (Aghe & Saleh, 2018),
meningkatkan hasil belajar (Karmila, 2016; Lestari, Fatchan, & Ruja, 2016;
Maulidiyahwarti, Sumarmi, & Amirudin, 2016; Purbawati, Meter, & Wiyasa, 2014),
dan dapat menumbuhkan karakter peduli lingkungan (Nisa, 2015).
Pembelajaran dengan menggunakan media yang tepat juga akan memberikan
hasil yang optimal bagi pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
(Sundayana, 2013) menyebutkan bahwa dengan adanya media pembelajaran, siswa
akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan senang dan gembira
sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Penggunaan media
klinometer telah banyak digunakan oleh peneliti terdahulu, salah satunya oleh (Sultoni,
2018), dalam penelitiannya media klinometer memberikan kemudahan bagi siswa dalam
memahami materi ajar perbandingan trigonometri dan (Fajriah & Soraya, 2017) dengan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa media klinometer dengan outdoor learning
dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk menerapkan pembelajaran
outdoor dengan media terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMA.
Pembelajaran outdoor dalam penelitian ini juga didukung dengan adanya media
pembelajaran matematika yaitu klinometer.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasy Eksperimental
Design), yaitu suatu jenis eksperimen yang mempunyai kelompok control, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelakanaan eksperimen.
Penelitian ini menggunakan pretest andposttest-only control design. Responden
dalam desain penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kelompok.Kelompok pertama
adalah kelas eksperimen yang terdiri dari satu kelas yaitu yang diterapkan outdoor
learning dengan media klinometer, sedangkan kelompok kedua adalah kelas kontrol
yang terdiri dari satu kelas yaitu kelas dengan metode pembelajaran konvensional.
Sebelumnya diberikan test awal (pretest) , setelah pokok bahasan selesai di berikan tes
akhir (posttest) pada kedua kelompok tersebut. Setelah itu peneliti membandingkan
hasil tes kedua kelompok tersebut.Adapun desain penelitian ini terdapat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Desain Penelitian
Kolompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen O 1 X 1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :
O1 :Pretest kemampuan pemahaman konsep pada kelas kontrol.
79
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

O2 :Pretest kemampuan pemahaman konsep pada kelas eksperimen.


O3 :Posttest kemampuan pemahaman konsep pada kelas kontrol.
O4 :Posttest kemampuan pemahaman konsep pada kelas eksperimen.
X1 :Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
X2 :Pembelajaran outdoor dengan media klinometer .
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes yang digunkan untuk
mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dan kemampuan koneksi matematis siswa.
Hasil data yang diperoleh dari instrumen yang digunakan kemudian dianalisis.Agar
data-data yang diperoleh dapat diperhitungkan secara kuantitatif maka diberlakukan
penskoran terhadap instrumen penelitian.
Adapun acuan penskoran rubrik kemampuan koneksi matematis siswa disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Pedoman Penskoran Rubrik Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

No Reaksi Terhadap Soal/Masalah Skor

1 Tidak Ada Jawaban 0

Jawaban Hampir Tidak Mirip/Sesuai


2 1
Denganpertanyaan,Persoalan Atau Dengan
Masalah

3 Jawaban Ada Beberapa Mirip/Sesuai 2


Denganpertanyaan,Persoalan Atau Dengan
Masalah Tetapi Koneksinya Tidak Jelas

4 Jawaban Ada Beberapa Mirip/Sesuai 3


Denganpertanyaan,Persoalan Atau Dengan
Masalah Dan Koneksinya Jelas Tetapi Kurang
Lengkap

5 Jawaban Mirip/Sesuai Dengan Pertanyaan, 4


Persoalan Ataudengan Masalah Tetapi Kurang
Lengkap

6 Jawaban Mirip/Sesuai Dengan Pertanyaan, 5


Persoalan Ataudengan Masalah Secara Lengkap

Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dianalisis dengan menggunakan


rumus N-Gain sebagai berikut :
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N-Gain =
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Dijelaskan bahwa (g) adalah gain yang dinormalisasikan (N-Gain) dari kedua
model, skor maksimum (ideal) adalah hasil dari tes awal dan tes akhir. N-Gain dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

80
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

Tabel 3. Interprestasi N-Gain

Besarnya N-Gain Interprestasi

(g) ≥ 0,7 Tinggi

0,7 >(g) ≥ 0,3 Sedang

(g)< 0,3 Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan
dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 2 jam pelajaran. Pertemuan pertama pada
dilaksanakan didalam dan diluar kelas dengan materi pertama yang di awali dengan
pretest.Pertemuan kedua dilaksanakan di dalam dan diluar kelas dengan materi
kedua.Pertemuan ketiga dilaksanakan di luar kelas dan di dalam kelas dan di akhiri
dengan posttest.
Pembelajaran dengan Outdoor Learning yang telah dilaksanakan terdiri dari tiga
tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam tahap persiapan
guru dan siswa menentukan objek yang diamati, alat dan bahan yang digunakan, tempat
pengamatan yang tidak terlalu jauh dari kelas sehingga dapat dijangkau dengan cepat,
aman bagi siswa, dan penjelasan LAS (Lembar Aktifitas Siswa) sebagai panduan dalam
pengamatan.
Pada tahap pelaksanaan, melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai
dengan rencana yang telah dipersiapkan. Diawali dengan penjelasan dari guru kemudian
siswa dibimbing oleh guru melakukan pengamatan di luar kelas.Siswa mencatat hasil
pengamatan pada LAS dan mendiskusikannya pada kelompok masing-masing.Tahap
tindak lanjut dari kegiatan pelaksanaan yaitu kegiatan belajar di kelas untuk membahas
dan mendiskusikan hasil pengamatan.Setiap kelompok diminta melaporkan hasil
pengamatan untuk dibahas secara klasikal.Pada petemuan terakhir diadakanlah tes
(posttest) yang bertujuan mengukur kemampuan koneksi matematis siswa beserta hasil
belajar siswa.
Pada saat kegiatan di outdoor terlihat siswa lebih bersemangat karena banyak
aktivitas yang mereka laksanakan seperti mengukur tinggi badan, mengukur jarak
pengamat ke objek pengamatan dan mengukur sudut menggunakan klinometer.Hal ini
sesuai dengan pendapat Bilton (2005) bahwa pembelajaran ini menyenangkan dan siswa
dapat berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Siswa tidak hanya berinteraksi dengan
lingkungan tetapi juga berinteraksi dengan siswa yang lain untuk bekerjasama sehingga
menghasilkan pengukuran yang lebih teliti.

81
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

Gambar 1. Aktifitas Siswa Saat Pembelajaran


Setelah data kemampuan koneksi matematis siswa terkumpul baik dari kedua
kelas eksperimen maupun dari kelas kontrol diperoleh maka diperoleh:
Tabel 4. Deskripsi data kemampuan koneksi matematis siswa

kelas Xmax Xmin Ukuran tendensial sentral


̅
X Me Mo

Eksperimen 100 72 82.33 80 80

Kontrol 92 60 75.20 72 72

Setelah dilaksanakan pembelajaran, pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


dilakukan evaluasi akhir untuk mengetahui kemampuan koneksi Matematis
siswasebagai pengumpulan data hasil evaluasi akhir diperoleh bahwa pada kelas
eksperimen dengan tes soal essai pada kemampuan koneksi matematis didapat nilai
terbesar 100 dan nilai terkecil 72, nilai tengah (Me) 80, nilai terbanyak yang didapat
siswa (Mo) adalah 80 dan rata-rata nilai siswa adalah 82.33. Sedangkan pada kelas
Kontrol hasil tes kemampuan koneksi matematis didapat nilai terbesar 92 dan nilai
terkecil 60, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 75,20, dengan Median 76 serta
nilai yang sering muncul adalah 72. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa
kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen (mendapat pembelajaran
Outdoor) lebih baik dari kelas Kontrol (Mendapat metode konvensional).Selanjutnya
dilakukan analisis uji asumsi dengan uji normalitas kemampuan koneksi matematis
siswa pada kelas eksperimen dengan hasil skor kelas eksperimen sebesar
82.33denganLhitung = 0.151 dan Ltabel = 0.159 hal ini menunjukkan bahwa
Lhitung<Ltabelsehingga dapat disimpulkan data berditribusi normal. Pada kelas
kontrolskor sebesar 75.20 dengan Lhitung= 0.146dan Ltabel = 0.159 hal ini menunjukkan
bahwa Lhitung<Ltabelsehingga dapat disimpulkan bahawa data berdistribusi normal.
82
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelas Lhitung Ltabel keterangan

Eksperimen 0.151 0.159 Normal

Kontrol 0.146 0.159 Normal

Berdasarkan perhitungan hasil uji coba normalitas Kemampuan Pemahaman


Konsep matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf sigifikans 𝛼 =
0.05 , diperolah bahwa nilai Lhitungdari setiap kelompok kurang dari Ltabel sehingga
hipotesis nol dari setiap kelompok diterima. Dapat disimpulkan bahwa data yang
diperoleh dari setiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.Hasil
pengujian varians dengan taraf signifikan α = 0.05 dapat dilihat pada Tabel
Tabel 6. Homogen Perhitungan Uji Homogenitas

Kelompok n Varians Lhitung Ltabel Keterangan

Ekperimen 30 65.678

Kontrol 30 51.2 2.555 3.481 Homogen

Hasil perhitungan skor kemampuan koneksi matematis diperoleh Fhitung= 2.555


dan Ftabel = 3.481 menunjukan bahwa Lhitung<Ltabeldengan hal ini dapat disimpulkan
bahwa 𝐻0 diterima. Dengan demikian pembelajaran outdoor dengan media klinometer
terhadap kemampuan koneksi matematis siswa lebih baik daripada pembelajaran
konvensional.
Adapun rangkuman hasil uji hipotesis N-gain dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Tabel 7. Hasil Perhitungan N-gain

Rata-rata 𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keputusan


Eksperimen 0.71
3.48 1.63 𝐻0 Diterima
Kontrol 0.57

Berdasarkan uji hipotesis N-gain kemampuan pemahaman konsep matematis


siswa pada materi segiempat dapat dilihat bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1.63 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 3.48 ini
berarti pada taraf signifikasi 𝛼 = 0.05 𝐻0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penerapanoutdoor learning dengan media klinometer terhadap kemampuan
koneksi matematis siswa lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran
konvensional. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu oleh (Fajriah
& Soraya, 2017) yang menunjukkan bahwa media klinometer dengan outdoor learning
dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan komunikasi matematis siswa.

83
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pembahasan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis
siswa yang diberi penerapan outdoor learning dengan media klinometer dengan
pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil olah data N-gain dapat disimpulkan
bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan pembelajaran outdoor
dengan media klinometer baik daripada model pembelajaran konvensional.
Adapun saran pada penelitian ini yaitu pembelajaran outdoor dengan media
klinometer dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajar matematika tepatnya di
SMA agar siswa lebih aktif dalam proses belajar sehingga kemampuan koneksi
matematis siswa menjadi lebih baik., sekolah dapat memberikan informasi kepada guru
matematika tentang pembelajaran outdoor dengan media klinometer sebagai pilihan
dalam proses pembelajaran, dan perlu diadakan persiapan yang matang serta
pengelolaan waktu yang seefektif dan seefisien mungkin sehingga pelaksanaan outdoor
learning dapat mencapai hasil yang optimal

DAFTAR PUSTAKA
Aghe, K. A. ., & Saleh, N. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Outdoor Learning
terhadap Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Bahasa Jerman Siswa.
Indonesian Journal of Educational Studies, 21(2), 148–153.
Badjeber, R., & Fatimah, S. (2015). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis
Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta. Jurnal Pengajaran
MIPA, 20(1), 18–26.
Fajriah, N., & Soraya, S. (2017). Penerapan Outdoor Learning dengan Media
Klinometer Terhadap Aktivitas dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.
JRPM: Jurnal Review Pembelajaran Matematika, 2(1), 28–39.
Fitriani, I. (2018). Peranan Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 2(4), 841–846.
Karmila. (2016). Pengaruh Penerapan Metode Outdoor Learning Berbasis Kelompok
Terhadap Hasil Belajar IPS Di SDN. Journal of EST, 2(1), 26–32.
Lestari, D. P., Fatchan, A., & Ruja, I. N. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Project
Based Learning Berbasis Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(3), 475–479.
Maulana. (2011). Dasar-Dasar Keilmuan Dan Pembelajaran Matematika. Bandung:
Royyan Press.
Maulidiyahwarti, G., Sumarmi, & Amirudin, A. (2016). Pengaruh Model Problem
Based Learning Berbasis Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI
IIS SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(2), 94–100.
Mujib, & Mardiyah. (2017). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan
Kecerdasan Multiple Intelligences. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2),
187–196.
84
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UIN Raden Intan Lampung

Nisa, J. (2015). Outdoor Learning Sebagai Metode Pembelajaran IPS Dalam


Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan. Sosio Didaktika: Social Science
Education Journal, 2(1), 1–11.
Purbawati, I. A. G. R., Meter, G., & Wiyasa, I. K. N. (2014). Pengaruh Pendekatan
Contextual Teaching And Learning By Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas V SD Gugus 4 Samplangan. e-Journal MIMBAR PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1).
Purwaningrum, J. P. (2016). Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SD Melalui Circuit
Learning. JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 2(2), 125–137.
Putra, R. W. Y., & Anggraini, R. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Materi
Trigonometri Berbantuan Software iMindMap Pada Siswa SMA. Al-Jabar: Jurnal
Pendidikan Matematika, 7(1), 39–47.
Rahayu, Y., & Lestari, I. (2014). Penerapan Outdoor Learning Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 8 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3(9), 1–11.
Sultoni, A. (2018). Pembelajaran Trigonometri Materi Menentukan Tinggi Suatu Benda
Berbantuan Klinometer Fleksibel. PRISMA: Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 1, 860–869.
Sundayana, R. (2013). Media Pembelajaran Matematika (Untuk Guru, Calon Guru,
Orang Tua, Dan Para Pecinta Matematika). Bandung: Alfabeta.

85

You might also like