Saung Angklung Udjo Wisata Dan Pelestarian Budaya

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338280799

Saung Angklung Udjo: Wisata dan Pelestarian Budaya

Article  in  Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi · December 2019


DOI: 10.34010/jipsi.v9i2.2467

CITATION READS

1 470

2 authors:

Santi Susanti Dian Wardiana Sjuchro


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
28 PUBLICATIONS   11 CITATIONS    37 PUBLICATIONS   25 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KOMUNIKASI PEMASARAN PRODUK KOMODITAS LOKAL BERBASIS KOMUNITAS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA (Studi Kasus FruitsUp, UMKM di Jatinangor) View project

Rural Community in Indonesia in their Fight for Governance Transparency through Radio View project

All content following this page was uploaded by Dian Wardiana Sjuchro on 03 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume IX No. 2 / Desember 2019
ISSN : 2581-1541 E-ISSN : 2086-1109

SAUNG ANGKLUNG UDJO: WISATA DAN PELESTARIAN BUDAYA


Santi Susanti, Dian Wardiana Sjuchro
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
[email protected]

Abstract
Introducing traditional art to millennials is not easy, because it requires innovation and the ability
to adapt to current conditions. Saung Angklung Udjo (SAU) has succeeded in breaking the
boundary through performing arts that are held in Saung as well as in several events at home and
abroad. This paper aims to describe the struggle of Udjo Ngalagena to make traditional music
known and sought after by the world community and how Saung Angklung can become a cultural
tourism destination that has a role in preserving traditional culture. Using the qualitative-
fenomenology method, data were obtained through interviews, observations and documents and
literature related to Saung Angklung Udjo. Based on data processing results, as a tourist location,
SAU has become a cultural tourism destination that introduces the cultural of Sundanese people in
the form of art, especially angklung, through performances by children and teenagers accompanied
by angklung music. There are also bamboo craft workshops and the Bamboo Crafts Center Shop
which provides bamboo handicraft merchandise that visitors can buy. As a cultural preservation
area, SAU performs regularly and pass down cultural traditions to children by educating them
Sundanese art and angklung traditions for free. The children will perform in the show, given
honorariums until given tuition assistance. Saung Angklung was established as Udjo's effort to
unite the love of children, traditional arts, flora and fauna, nature, and environment into harmony,
which is comfortable to see, hear and feel.

Keywords: cultural tourism, cultural preservation, bamboo show, harmony.

Abstrak
Mengenalkan seni tradisi kepada generasi milenial tidaklah mudah, karena membutuhkan inovasi
serta kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Saung Angklung Udjo (SAU) berhasil
menembus batas tersebut melalui seni pertunjukkan yang digelar di Saung maupun di sejumlah
acara di dalam dan luar negeri. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan perjuangan Udjo
Ngalagena menjadikan musik tradisi dikenal dan diminati masyarakat dunia serta bagaimana Saung
Angklung dapat menjadi destinasi wisata budaya yang memiliki peran dalam melestarikan budaya
tradisi. Dengan metode studi kasus, data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumen
serta tulisan yang terkait dengan Saung Angklung Udjo. Berdasarkan hasil pengolahan data, sebagai
lokasi wisata, SAU menjadi destinasi wisata budaya yang mengenalkan hasil budaya masyarakat
Sunda berupa kesenian, terutama angklung, melalui pertunjukkan yang ditampilkan oleh anak-anak
dan remaja yang diiringi musik angklung. Ada juga workshop kerajinan bambu dan Toko Pusat
Kerajinan Bambu yang menyediakan merchandise kerajinan bambu yang bisa dibeli pengunjung.
Sebagai kawasan pelestarian budaya, SAU melakukan pertunjukkan secara teratur serta mewariskan
budaya tradisi kepada anak-anak dengan mendidik mereka untuk menguasai seni tradisi Sunda dan
angklung secara gratis. Anak-anak tersebut akan tampil dalam pertunjukkan, diberi honor hingga
diberi bantuan biaya sekolah. Saung Angklung didirikan sebagai upaya Udjo untuk menyatukan
kecintaan kepada anak-anak, seni tradisional, flora dan fauna, alam, serta lingkungan menjadi suatu
harmoni, yang nyaman dilihat, didengar dan dirasakan.

Kata kunci : wisata budaya, pelestarian budaya tradisi, pertunjukkan bambu, harmoni

35
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

1. Pendahuluan dan diminati masyarakat dunia melalui Saung


Seni tradisi kerapkali luput dari perhatian Angklung Udjo.
masyarakat penghasilnya maupun yang
berada di luar masyarakat tersebut, terutama Pengumpulan data dilakukan melalui
generasi milenial saat ini. Penyebabnya wawancara, observasi, serta dokumen dan
beragam. Bisa karena kesenian tersebut sudah tulisan yang terkait dengan Saung Angklung
tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi Udjo.
saat ini sehingga tidak bisa berkembang, atau
kurangnya sosialisasi sehingga tidak ada yang
berminat untuk menyaksikan, apalagi menjadi 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
penerus dari seni tradisi tersebut. Namun, hal
tersebut tidak berlaku untuk seorang Udjo 3.1. Wisata Budaya
Ngalagena. Dengan kreatifitas dan Faktor budaya menjadi salah satu hal
kemampuannya untuk menangkap setiap yang dapat menarik wisatawan. Faktor
peluang yang ada, Udjo berhasil menjadikan budaya lahir dari warisan leluhur atau nenek
seni tradisi dikenal dan dapat disukai oleh moyang yang dikembangkan dan dikenalkan
setiap generasi. Alat musik angklung menjadi oleh pewarisnya. Wisata budaya merupakan
pintu masuk bagi Udjo untuk mengenalkan jenis pariwisata yang berkaitan dengan
seni tradisi Sunda tidak hanya kepada budaya atau kebudayaan yang dihasilkan oleh
masyarakat Indonesia, juga kepada masyarakat suatu wilayah tertentu. Seperti
masyarakat dunia melalui pertunjukkan yang disampaikan Damarjati (1995: 29), wisata
digelar di beberapa negara dengan membawa budaya adalah gerak atau kegiatan wisata
nama Saung Angklung Udjo. yang dirangsang oleh adanya obyek-obyek
Dalam tulisan ini, dipaparkan mengenai wisata berwujud hasil-hasil seni budaya
perjuangan Udjo Ngalagena menjadikan setempat, misalnya adat istiadat, upacara-
musik tradisi dikenal dan diminati masyarakat upacara keagamaan, tata hidup masyarakat,
dunia serta bagaimana Saung Angklung dapat peninggalan-peninggalan sejarah, hasil-hasil
menjadi destinasi wisata budaya yang seni dan kerajinan rakyat, dan sebagainya.
memiliki peran dalam melestarikan budaya Wisata budaya merupakan salah satu
tradisi. jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan
2. Metode Penelitian kebudayaan sebagai objeknya (Yoeti, 1996).
Wisata budaya termasuk salah satu jenis
Penelitian ini menggunakan metode wisata khusus, seperti wisata alam dan wisata
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. petualangan. Adapun tujuan wisata budaya
Pendekatan studi kasus, menurut Yin (2018) adalah memperkaya informasi dan menambah
menyelidiki fenomena di dalam kehidupan pengetahuan tentang perilaku masyarakat di
nyata, dengan tetap mempertahankan suatu wilayah, juga mendapatkan kepuasan
karakteristik holistik dan bermakna dari dan hiburan dari hasil kebudayaan suatu
peristiwa kehidupan nyata, seperti siklus bangsa, termasuk salah satunya adalah
kehidupan seseorang, proses organisasional kesenian. (Syarifuddin, 2016).
dan manajerial, perubahan lingkungan sosial,
dan sebagainya. Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat
menarik kedatangan wisatawan (Ritchie dan
Tulisan ini merupakan bagian dari Zins, 1989), yaitu kerajinan tangan
penelitian mengenai Saung Angklung Udjo, (handicrafts), tradisi masyarakat (traditions),
yang menggunakan tipe studi kasus deskriptif, Hal-hal terkait kuliner (gastronomy), musik
untuk menggambarkan perjuangan Udjo dan kesenian (art and music), sejarah suatu
Ngalagena menjadikan musik tradisi dikenal tempat (history of the area), cara kerja dan
teknologi (types of work engaged in by
36
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi
residents), bentuk dan karakteristik arsitektur memengaruhi semua hal yang dilakukan
(architecture), bahasa (language), agama orang dalam masyarakatnya karena gagasan,
yang dinyatakan dalam cerita atau sesuatu nilai, sikap, dan pola perilaku normatif atau
yang dapat disaksikan (religion/ including yang diharapkan. Hofstede dalam Belshek
visible manifestations), sistem pendidikan (2006) mendefinisikan budaya sebagai
(education systems), tata cara berpakaian "pemrograman kolektif pikiran yang
penduduk setempat (dress), aktivitas pada membedakan anggota satu kelompok dari
waktu senggang (leisure activities). yang lain, yang diturunkan dari generasi ke
generasi, berubah sepanjang waktu karena
Saung Angklung Udjo merupakan salah setiap generasi menambahkan sesuatu sendiri
satu destinasi wisata yang mengenalkan hasil sebelum meneruskannya.
budaya masyarakat Sunda berupa kesenian,
terutama angklung. Kemasan wisata yang Pelestarian warisan budaya melibatkan
ditampilkan di SAU, seluruhnya berbasis pelestarian warisan fisik masyarakat yang
pada budaya Sunda dan berfungsi sebagai hidup, termasuk bangunan, struktur, situs, dan
media pengetahuan bagi pengunjung SAU komunitas mereka. Ini mencakup
dalam mengetahui hasil-hasil budaya perlindungan lanskap yang diubah masyarakat
masyarakat Sunda, yang ditampilkan dalam melalui pembangunan pertanian dan industri.
suatu pementasan yang dilakukan oleh anak- Ini mencakup budaya material, termasuk
anak dan remaja dengan angklung sebagai artefak, arsip, dan bukti nyata lainnya.
pengiring utamanya.
Selain aspek-aspek nyata, "Cagar Budaya
3.2. Melestarikan Warisan Budaya Warisan" juga mencakup transmisi aspek-
aspek tak kasat mata dari masyarakat, seperti
Kata "melestarikan" didefinisikan untuk tradisi lisan, musik dan ritual masyarakat
menjaga sesuatu atau mencegahnya dari (Coppin State University, 2002 dalam Hani,
kerusakan/kehancuran atau untuk et al, 2012).
menambahkan zat ke sesuatu sehingga tetap
dalam kondisi baik untuk waktu yang lama. Dalam tulisan ini, istilah "melestarikan
warisan budaya" berarti melestarikan budaya
Warisan budaya dapat didefinisikan berwujud dan tidak berwujud, khususnya
sebagai seluruh kumpulan tanda-tanda warisan budaya yang berkaitan dengan seni.
material, baik artistik atau simbolik, yang Instrumen musik dan pertunjukkan tari adalah
diberikan oleh masa lalu kepada masing- dua jenis seni yang biasanya dipertahankan
masing budaya dan bagi seluruh umat oleh sebuah komunitas untuk mengungkapkan
manusia (Jokilehto, 1989). Warisan budaya keberadaan mereka.
dapat menjadi salah satu pendapatan utama
negara melalui pariwisata. Warisan budaya Pelestarian warisan budaya sangat
bukan hanya bekas sejarah, tetapi juga salah penting, tidak hanya untuk menjaga identitas
satu identitas utama suatu bangsa. Sebagai komunitas, tetapi juga untuk memberikan
sumber daya utama, warisan budaya telah keuntungan ekonomi dan nilai-nilai lainnya.
menjadi pendorong bagi pembangunan 3.3. Udjo dan Saung Angklung
berkelanjutan. Oleh karena itu, melestarikan
warisan budaya menjadi penting. Melindungi Udjo Ngalagena dilahirkan pada 5 Maret
warisan budaya bersifat ekonomis, serta 1927 di Kampung Cicalung, Desa Cikidang
historis, dan juga merupakan proses budaya Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
(Ekwelem et al., 2011). Barat. Kampung Cicalung tempat tinggalnya
merupakan sebuah desa yang masih alami.
Warisan budaya termasuk budaya Udjo bersama teman-temannya selalu bermain
berwujud dan tidak berwujud. Budaya di sawah, memelihara domba, kolam ikan dan

37
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

hidup di sekitar rumpun bambu. (Sumardjo,


2010: 46-48).
Udjo adalah seniman yang mencintai
Bakat seni menurun dari sang ayah anak-anak, seni tradisional, flora dan fauna,
sebagai seniman pencak silat, kakawihan dan alam, lingkungan serta ternaknya. Ia ingin
calung. Udjo mulai belajar angklung pada menyatukan semua itu menjadi suatu
usia 4 tahun dari seorang pengamen angklung harmoni.
yang saat itu dikenal dengan sebutan panja
repot. Disebut demikian karena saat beraksi “Jadi cita-cita mendirikan saung
dia harus mampu memainkan berbagai alat angklung bermula dari situ, untuk
musik sendirian. Musik-musik yang menyatukan sebagai pendidik yang
dimainkan umumnya angklung, suling, mencintai anak-anak, lingkungan alam
kendang tiup (songsong) dan goong gentong semesta, juga sebagai seorang seniman
(Syafii, 2009:8). Di tempat kelahiran Udjo di yang ingin menyatukan semua itu
Cicalung terdapat berbagai kesenian seperti sebagai sebuah harmoni.”
angklung, calung, gambang, dan pencak silat. Atas dasar kecintaan yang besar itu,
Di masa kecilnya Udjo belajar jenis-jenis seni dengan dukungan dari sang istri, Uum
tersebut. Sumiati Udjo mendirikan Saung Angklung
Kecintaan Udjo pada angklung semakin Udjo pada tahun 1966 dengan slogan Nature
meningkat ketika ia bertemu dengan Daeng and Culture in Harmony. Nama saung yang
Soetigna, seorang seniman angklung, yang dipakai, menurut Taufik mencirikan khas
berhasil mengubah nada angklung dari rumah adat Sunda yang mencirikan
pentatonis menjadi diatonis sehingga kesederhanaan. “Sampai akhir hayatnya
angklung bisa digunakan untuk memainkan beliau tinggal di rumah saung.”
musik modern. Interaksinya yang intens Kondisi awal pendirian, pada saat itu,
dengan angklung membuat Udjo tidak lagi untuk bisa menampilkan karya-karyanya
menjadikan angklung sekadar kesenian, sama sekali tidak mengeluarkan uang, karena
melainkan sebagai jalan hidup (way of life). diundang untuk tampil di hajatan atau rekan-
Taufik Hidayat Udjo, Direktur Utama rekan Udjo. Pertunjukkan yang lebih banyak
Saung Angklung mengungkapkan sisi lain digelar di Saung adalah permainan. Paling
dari diubahnya nada angklung dari pentatonis tidak main calung. Main angklung masih
menjadi diatonis. Menurut Taufik, upaya yang sedikit, di bawah 10 orang.
dilakukan oleh Daeng Soetigna itu pada Pembiayaan untuk operasional Saung
awalnya mendapat kecaman dan dianggap diperoleh secara mandiri dengan
sebagai perusak tradisi. Berikut penuturannya: memanfaatkan sesuatu yang bisa dijual.
“Pak Daeng minta tolong bantuan bapak Bahkan gaji istri Udjo sebagai kepala sekolah
saya yang menjadi murid Pak Daeng SD saat itu, seringkali digunakan sebagai
untuk memperlihatkan kepada modal supaya ada kegiatan pertunjukkan.
masyarakat luas bahwa angklung Udjo pandai menerapkan prinsip untuk sama-
tradisional Sunda masih terjaga. Bapak sama memelihara seni tradisi. Terlahir untuk
menampilkannya di Homann pada saat bisa mengolah sesuatu menjadi layak jual.
KAA. Itu yang pada akhirnya membuat “Bagi saya, beliau memiliki kepandaian
Pak Daeng berterima kasih pada bapak, untuk bisa melihat peluang sesuatu yang
karena kecaman akhirnya tidak ada, bisa memiliki daya jual, padahal dari
karena Pa Udjo membuktikan Pa Daeng yang amat sangat sederhana. Semacam
tidak membunuh tradisi.” (wawancara mainan yang mampu dijual oleh Udjo
Taufik Udjo, 22/03/2017) sebagai sesuatu yang menarik bagi

38
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi
tamu.” (wawancara Taufik Udjo, membeli kerajinan dari komunitas pengrajin
22/03/2017) dan menjualnya untuk turis lokal dan asing.
Selain visinya, SAU telah berkembang
Banyak hal yang dilakukan untuk menjadi kawasan budaya Sunda, khususnya
mengembangkan saung angklung hingga budaya bambu, dengan reputasi dunia dan
seperti sekarang. Modal utamanya adalah menjadi tujuan wisata utama di Indonesia.
mencintai sehingga muncul kesungguhan,
keuletan dan ketabahan luar biasa. SAU menjalankan bisnis mereka dengan
memegang prinsip bisnis keluarga dan
Dengan menggerakkan seni pertunjukkan memiliki struktur organisasi bisnis seperti
khususnya angklung, Saung Angklung Udjo kelas menengah pada umumnya. Sebagai
berhasil memperluas bisnisnya menjadi bisnis pariwisata, SAU berorientasi pada
beragam, beberapa di antaranya adalah keuntungan, yang tercermin pada
merchandise tradisional, dan acara idealismenya: “Seni untuk Pertunjukkan”.
tradisional. Saung Angklung Udjo diarahkan Seni untuk Pertunjukkan adalah bentuk
untuk menjadi salah satu tujuan wisata utama idealisme yang menempatkan warisan budaya
bagi pengunjung asing yang datang ke sebagai komoditas bernilai yang dapat
Bandung. Saung Angklung Udjo sebagai membawa SAU untuk mencapai beberapa
salah satu industri kreatif dalam etnis Sunda tujuan keuangan, yang ditandai dengan
adalah contoh bagaimana sebuah karya keuntungan bisnis dari setiap pertunjukkan
tradisional berhasil menyebar dengan sistem angklung di SAU. Mengenai seni sebagai
bisnis modern dan transformasi bisnis dalam komoditi, Taufik menjelaskan,
skala berlipat ganda.
“Bapak sebenarnya ingin yang asli
Saat ini, SAU menjadi lokakarya budaya tradisi terpelihara dengan baik. Itu perlu
satu atap, yang terdiri dari: dana. Kita pisahkan seni untuk
• Tempat pertunjukkan: pertunjukkan pertunjukkan dan seni untuk seni. Seni
budaya Sunda, termasuk untuk pertunjukkan dijual tapi tidak
pertunjukkan musik angklung, keluar dari akar budayanya.”
tarian Sunda, dan banyak (wawancara Taufik Udjo, 22/03/2017)
pertunjukkan budaya lainnya Selama perjalanan Saung Angklung Udjo
• Workshop instrumen bambu, dan yang lebih dari 50 tahun, telah banyak negara
• Toko pusat kerajinan bambu yang dikunjungi untuk menggelar
Pertunjukkan adalah daya tarik utama di pertunjukkan budaya. Di negara-negara
SAU dan juga menjadi inti bisnis SAU. Ada tersebut, para penonton kerap diajak untuk
dua pertunjukkan: pertunjukkan internal (di bermain angklung yang dipandu oleh SAU.
SAU) dan pertunjukkan eksternal (di luar Perjalanan ke luar negeri dijalani atas prestasi
SAU). Setiap jenis pertunjukkan dikemas yang diraih SAU, bukan dari pertemanan.
dalam beberapa paket. SAU juga menciptakan 3.4. Harmoni Budaya dan Alam di
angklung dan alat musik lainnya yang terbuat SAU
dari bambu. Angklung dan instrumen musik
bambu lainnya dibuat di bengkel instrumen Keinginan Udjo untuk memadukan
bambu. Mereka menghasilkan ribuan budaya dan alam ke dalam satu harmoni,
angklung untuk komoditas ekspor dan diwujudkan dalam berkesenian dengan
permintaan lokal. menampilkan pertunjukkan yang
memadukkan seni, budaya dan anak-anak ke
Selain dua bisnis inti, SAU juga memiliki dalam satu harmoni yang terdengar dan
toko pusat kerajinan bambu sebagai bisnis terlihat nyaman. Namanya Pertunjukkan
yang sesuai. Di toko pusat merchandise, SAU

39
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

Bambu Petang yang berisi beberapa bambu sebagai elemen utamanya. Konsep
penampilan singkat yang spektakuler, seperti seni pertunjukkan disampaikan secara ringan
demonstrasi wayang golek, upacara helaran, dan menyenangkan oleh anak-anak dan
seni tari tradisional, Angklung Pemula, remaja. Udjo dan Uum dikaruniai 10 anak,
Angklung Orkestra, Angklung Massal dan yang kini menjadi pengelola SAU yang
Arumba. Di akhir pertunjukkan, para berada di Jalan Padasuka 118, Kota Bandung.
penonton akan diajak untuk menari bersama Sepeninggal Udjo pada tahun 2001,
anak–anak. Pertunjukkan Bambu Petang pengelolaan SAU tetap dilaksanakan oleh
dikembangkan dari sebuah konsep Kaulinan keluarga utama, yakni 10 anak beserta
Urang Lembur yang diciptakan oleh Udjo keturunannya. Berbagai pertunjukkan digelar
Ngalagena. di dalam dan luar negeri. Kolaborasi sering
dilakukan bersama Purwacaraka, Erwin
Sebelum pertunjukkan, hadirin biasanya Gutawa, Addie M.S., dan Dwiki Dharmawan.
diajak untuk bermain angklung memainkan Panggung utama di Padasuka. juga tak pernah
lagu, yang dipandu salah seorang pemandu sepi dari pertunjukkan setiap harinya.
dari SAU. Dengan mengikuti gerakan tangan
yang menandakan notasi angklung yang harus Kesenian tradisi yang ditampilkan di
digerakkan, hadirin bisa memainkan lagu SAU merupakan bagian dari budaya Sunda,
kekinian dari awal hingga selesai. yang ditampilkan oleh anak-anak dan remaja
generasi milenial saat ini. Meski umumnya
3.5. SAU dan Pelestarian Budaya kesenian tradisi kurang menarik perhatian
Pada 16 November 2010, Sidang ke-5 generasi milenial, namun di SAU, kesenian
Inter-Governmental Committee UNESCO di tradisi ditampilkan secara teratur dalam suatu
Nairobi, Kenya, memasukkan angklung pertunjukkan. Keberlangsungan pertunjukkan
dalam representatif warisan budaya nonbenda tersebut menunjukkan bahwa SAU berperan
(intangible) dari Indonesia. Masyarakat dalam pelestarian budaya Sunda. Melalui
Indonesia patut berbangga akan pencapaian pertunjukkan yang dilakukan, SAU ingin
ini. Nama Saung Angklung Udjo tidak menyampaikan kepada masyarakat luas
terlepas dari pencapaian tersebut. Lewat bahwa seni tradisi masih terpelihara dan bisa
sejumlah rangkaian upaya pelestarian sejak dinikmati di SAU.
puluhan tahun silam, angklung berhasil Dari sisi pertunjukkan, orang luar negeri
membuktikan diri. Tidak hanya mendapat lebih tertarik menonton daripada masyarakat
tempat di tanah sendiri, tetapi juga di kancah dalam negeri. Untuk itu, SAU menyiasati
internasional. bagaimana materi tradisi ditampilkan dalam
Menurut Daeng Sutigna, angklung kemasan kekinian, supaya orang mengubah
memiliki lima unsur, yakni mudah, murah, anggapannya, karena sebagian besar orang
mendidik, menarik dan massal. Udjo sudah apriori bahwa seni tradisi monoton,
Ngalagena menambahkan satu unsur lagi, tidak menarik. Untuk itu, SAU mencoba agar
yakni meriah. Supaya kesenian diakui, sinergi tradisi yang ditampilkan tidak monoton. Salah
dengan berbagai pihak, jadi seni tradisi tidak satu caranya adalah dengan memainkan lagu-
menjadi sesuatu yang murah, tapi menjadi lagu yang dikenal oleh remaja sekarang.
sesuatu yang memiliki nilai, sesuatu yang Anak-anak yang terlibat di dalam
benar-benar bisa dinikmati bersama. pertunjukkan merupakan generasi penerus
Saung Angklung Udjo sejak awal yang akan memelihara keberlangsungan
didirikan, berorientasi pada pendidikan dan budaya Sunda hingga masa mendatang.
pelestarian seni budaya tradisional melalui Paling tidak menjaga supaya akar budaya
pertunjukkan kesenian yang didominasi oleh tersebut tidak tercerabut dari hati dan pikiran

40
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi
anak-anak sebagai pelaku seni di Saung yang akrab disapa Pak Sardi ini, SAU tidak
Angklung Udjo. membebani anak-anak untuk harus datang
latihan. Keinginan itu harus datang sendiri
Keinginan Udjo untuk mewariskan dari mereka. Pemberian latihan disesuaikan
budaya tradisi kepada anak-anak, dilakukan dengan kemampuan mereka.
dengan mendidik anak-anak untuk bisa
belajar seni tradisi dan angkung. Hasil Untuk tari, biasanya dari sekira 30 anak-
pembelajaran tersebut nanti ditampilkan anak 7 tahun, yang bisa ditampilkan hanya
dalam pertunjukkan bambu petang. Pihak beberapa orang. Di bawah 20 orang.
SAU tidak memungut biaya belajar kepada
anak-anak. Sebaliknya, anak-anak yang cukup “Anak-anak yang belajar sebanyak 150-
terampil dan tampil di pertunjukkan, akan an siswa. Mereka diberi pelajaran
diberi honor bahkan diberi bantuan biaya keseluruhan untuk ditampilkan. Pertama
sekolah. belajar Tari Buncis dulu. Baru berlanjut
ke angklung pentatonis dan diatonis.
Menurut Taufik, SAU tidak pernah Tiap hari anak-anak latihan. Jadwal
meminta bayaran kepada anak-anak yang disesuaikan. “
ingin belajar seni di sana. Umumnya mereka
adalah anak-anak di sekitar lokasi SAU di Anak-anak yang ikut belajar paling kecil
Jalan Padasuka 118, Bandung. Pada awalnya, 6 tahun bisa menangkap gerakan. Di bawah
anak-anak yang pertamakali diajari angkung enam tahun masih ikut-ikutan saja. Anak-
adalah kerabat dekat, anak-anak Udjo dan anak yang belajar berasal dari lingkungan
anak-anak dari kakak Udjo, sampai akhirnya SAU, yakni Padasuka, Pasirlayung dan
merembet ke anak-anak di luar SAU. Mereka Jatihandap. Mereka datang dengan sukarela
yang semula diajak, akhirnya datang sendiri. dan tidak dipungut bayaran, malah dibayar
Selain angklung, yang diajarkan di SAU setelah tampil. Dalam mengajar, Pak Sardi
adalah seni-seni Sunda unggulan, seperti Tari dibantu oleh siswa senior untuk mengajarkan
Topeng, Tari Merak dan tari Sunda lainnya. kepada anak-anak.
Adapun target pengajaran kepada anak-anak 3.6. Masa-masa Sulit: Sepinya
bisa lebih meluas. Tidak hanya bisa Pertunjukkan
berkesenian Sunda, juga kesenian dalam
kemasan lain. Para pemain terdiri dari 200 Situasi dan kondisi negara, ternyata
orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa. memiliki pengaruh terhadap kunjungan
wisatawan mancanegara ke SAU, terutama
Setelah anak-anak berada di lingkaran peristiwa yang berkenaan dengan politik.
penampil di SAU, pekerjaan rumah yang Misalnya saja ketika aksi demonstrasi
harus dilakukan adalah bagaimana supaya mahasiswa yang melengserkan Soeharto
anak-anak bisa menikmati seni tradisinya sebagai presiden serta aksi kerusuhan yang
bukan karena paksaan, bukan karena terjadi pada tahun 1998, membuat kunjungan
kewajiban, melainkan karena mereka benar- wisatawan luar negeri ke SAU berkurang
benar menikmati seni tersebut. banyak, terutama dari Eropa dan Taiwan.
Sementara itu, bagi Budiman Ahmad “Biasanya 200 orang per hari pada peak
Saputra, pelatih angklung anak-anak SAU, season menjadi 10 orang per hari aja
mengajar angklung tergantung anaknya. Jika sudah bagus. Dalam sebulan, 20 kali
berbakat, akan cepat bisa. Jika tidak, akan pertunjukkan saja sudah bagus.
lama. Pengalamannya mengajar sejak SAU Biasanya tiap hari.” (wawancara Taufik
berdiri menunjukkan, paling cepat sekitar 2 Udjo, 22/03/2017)
hingga 3 bulan, anak-anak bisa menangkap
nada diatonis dan pentatonis. Menurut pria

41
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

Tragedi lainnya, seperti Twim Otter di Menurut Rahmat, pengiriman angklung


Amerika dan Bom Bali, membuat SAU tergantung pesanan. Biasanya per set. Paling
kehilangan turis luar negeri. sedikit 1 oktaf sampai 34 angklung. Dibagi
beberapa macam, yakni angklung pengiring,
“Saya lihat dari situ kita lebih ke angklung bass, angklung melodi. Lebih
introspeksi, kita tidak mungkin hanya banyak dikirim ke luar negeri seperti Korea,
mengandalkan turis asing, bagaimana Australia, Afrika Selatan, Malaysia,
menjaring masyarakat lokal sehingga Singapura dan Belanda. Pengiriman paling
kami mencoba menbuat sentuhan banyak ke Korea “ per tiga bulan atau 6 bulan
kekinian.” sampai seribu set atau 13 ribu angklung”.
Setelah situasi kembali normal, Banyaknya pengiriman ke Korea, karena
pertunjukkan pun kembali bertambah. Dalam angklung digunakan untuk belajar musik.
satu hari, sering dua hingga tiga kali “Biasanya, orang Korea yang beli angklung
pertunjukkan dari biasanya satu kali belajar dulu, jadi tau cara ngetemnya
pertunjukkan. Setiap kali pertunjukkan 1,5 gimana.” (wawancara Rahmat, 22/03/2017)
jam, yang terdiri dari pertunjukkan wayang
4. SIMPULAN
golek, upacara sunatan, angklung pentatonik,
arumba, tari topeng, orchestra angklung dan Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan
jaipongan. Satu kali pertunjukkan sampai 60 wujud rasa cinta yang begitu besar dari
orang yang dilibatkan. pasangan Udjo Ngalagena dan Uum Sumiati
akan seni tradisional Sunda dan dunia
3.7. Produksi Angklung pendidikan anak-anak. Pengemasan yang
Saung Angklung Udjo bukan saja tempat kreatif menjadikan SAU berkembang menjadi
pertunjukkan musik angklung, juga sebagai suatu destinasi wisata yang menawarkan
rumah produksi bagi angklung-angklung yang wisata budaya dan edukasi yang lengkap
dimainkan. Angklung yang diproduksi tidak dengan adanya arena pertunjukkan, workshop
saja untuk dimainkan, juga untuk dijual alat musik bambu dan pusat kerajinan bambu.
sebagai merchandise, maupun untuk Visi awal pendirian Saung Angklung
memenuhi pesanan dari dalam maupun luar adalah melestarikan budaya dan seni
negeri. Penjualan ke luar negeri malahan lebih tradisional khas Sunda. Selain menjadikan
banyak daripada untuk ke dalam negeri. musik angklung sebagai hiburan, SAU pun
“Barangkali masyarakat luar lebih melihat menjadikan angklung sebagai media untuk
sesuatu yang lebih berarti dari angklung,” ujar melestarikan dan mengembangkan
Rahmat, koordinator produksi SAU. kebudayaan Sunda melalui pendidikan dan
Menurutnya, angklung bahkan sudah masuk pelatihan kesenian kepada anak-anak dan
ke sekolah-sekolah luar negeri dan dijadikan remaja yang diadakan di Saung. Melalui
kurikulum di Malaysia, Australia, Jepang dan SAU, keinginan Udjo untuk memelihara
Korea. Mereka menganggap angklung adalah warisan budaya sekaligus mendidik anak-
sebuah alat pendidikan musik yang tepat bagi anak dapat tersalurkan melalui cara yang
anak-anak. menyenangkan dan menghibur, tidak hanya
Produksi angklung tidak hanya dilakukan bagi anak-anak dan remaja pelaku
di SAU, juga melibatkan masyarakat di pertunjukkan, juga bagi penontonnya.
sekitar SAU. Angklung diproduksi oleh Interaksi yang terjadi ketika pertunjukkan
pengrajin di sekitar SAU akan diseleksi lagi berlangsung, dalam bermain angklung
sebelum digunakan atau dijual. Total produksi maupun bermain bersama, menjadikan unsur
per bulan sekira 5 ribu angklung. meriah yang ditambahkan dalam unsur
angklung yang disampaikan Daeng Sutigna

42
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi
(mudah, murah, mendidik, menarik dan Ritchie and Zins. 1989. Tourism in
massal) benar-benar terwujud. Sentuhan- Contemporary Society, An Introductory
sentuhan yang diberikan dalam pertunjukkan Text. Chapter 19: Social and Cultural
angklung, misalnya dengan memainkan musik Impacts. Page 221. London: Pearson
kekinian, menjadikan seni tradisi tidak lagi
monoton, bahkan bisa menjadi pertunjukkan Sumardjo, Jakob. 2010 Tekad Ucap Lampah
yang berkelas dengan reputasi hingga ke Udjo Ngalagena. (Sebuah Tafsir
mancanegara. Budaya) Saung Angklung Udjo,
November
Syafii, Sulhan. 2009. Udjo (Diplomasi
Daftar Pustaka Angklung). Jakarta: PT. Grasindo.
Hani, U., Azadina, I., Sianipar, CPM., Syarifuddin, Didin. 2016. Nilai Wisata
Setyagung, E.H., Ishii, T. 2012. Budaya Seni Pertunjukkan Saung
Preserving Cultural Heritage through Angklung Udjo Kota Bandung, Jawa
Creative Industry: A Lesson from Barat, Indonesia. Jurnal Manajemen
Saung Angklung Udjo. Procedia Resort dan Leisure 13(2), (Oktober).
Economics and Finance 4(2012), 193- http://ejournal.upi.edu/index.php/jurel/a
200. https://doi.org/10.1016/S2212- rticle/view/4979/3492
5671(12)00334-6. [online]
Taufik Udjo. 22 Maret 2017. Wawancara
https://www.sciencedirect.com/science/artic
le/pii/S2212567112003346, diakses 23 Rahmat. 22 Maret 2017. Wawancara
Agustus 2019. Yin, R. K. (2018). Case study research:
Design and methods (5th ed.). In
Thousand Oaks, CA: SAGE
Belshek, Jalal Ali. 2006. The Influence of Publications (6th ed.). Thousand Oaks,
Culture on The Negotiation Styles of California: SAGE Publications
British Students.
Yoeti, Oka A. 1996. Pariwisata Berbasis
Ekwelem, V.O., Okafor, V.N., and Ukwoma, Budaya, Masalah dan Solusinya.
S.C. 2011. Preservation of Cultural Jakarta: PT. Pradnya Paramita..
Heritage: The Strategic Role of the
Library and Information Science
Proffesionals in South East Nigeria.
Univerity of Nigeria, Nsukka
Jokilehto, J. 2005. Definition of Cultural
Heritage, References to Documents in
History. ICCROM Working Group
„Heritage and Society‟.
Pambudi, Joko. 22 Oktober 2018. Saung
Angklung Udjo: Selamatkan Warisan
Udjo Ngalagena. https://www.pikiran-
rakyat.com/bandung-
raya/2018/10/22/saung-angklung-udjo-
selamatkan-warisan-udjo-ngalagena-
432004

43

View publication stats

You might also like