Saung Angklung Udjo Wisata Dan Pelestarian Budaya
Saung Angklung Udjo Wisata Dan Pelestarian Budaya
Saung Angklung Udjo Wisata Dan Pelestarian Budaya
net/publication/338280799
CITATION READS
1 470
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
KOMUNIKASI PEMASARAN PRODUK KOMODITAS LOKAL BERBASIS KOMUNITAS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA (Studi Kasus FruitsUp, UMKM di Jatinangor) View project
Rural Community in Indonesia in their Fight for Governance Transparency through Radio View project
All content following this page was uploaded by Dian Wardiana Sjuchro on 03 February 2020.
Abstract
Introducing traditional art to millennials is not easy, because it requires innovation and the ability
to adapt to current conditions. Saung Angklung Udjo (SAU) has succeeded in breaking the
boundary through performing arts that are held in Saung as well as in several events at home and
abroad. This paper aims to describe the struggle of Udjo Ngalagena to make traditional music
known and sought after by the world community and how Saung Angklung can become a cultural
tourism destination that has a role in preserving traditional culture. Using the qualitative-
fenomenology method, data were obtained through interviews, observations and documents and
literature related to Saung Angklung Udjo. Based on data processing results, as a tourist location,
SAU has become a cultural tourism destination that introduces the cultural of Sundanese people in
the form of art, especially angklung, through performances by children and teenagers accompanied
by angklung music. There are also bamboo craft workshops and the Bamboo Crafts Center Shop
which provides bamboo handicraft merchandise that visitors can buy. As a cultural preservation
area, SAU performs regularly and pass down cultural traditions to children by educating them
Sundanese art and angklung traditions for free. The children will perform in the show, given
honorariums until given tuition assistance. Saung Angklung was established as Udjo's effort to
unite the love of children, traditional arts, flora and fauna, nature, and environment into harmony,
which is comfortable to see, hear and feel.
Abstrak
Mengenalkan seni tradisi kepada generasi milenial tidaklah mudah, karena membutuhkan inovasi
serta kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Saung Angklung Udjo (SAU) berhasil
menembus batas tersebut melalui seni pertunjukkan yang digelar di Saung maupun di sejumlah
acara di dalam dan luar negeri. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan perjuangan Udjo
Ngalagena menjadikan musik tradisi dikenal dan diminati masyarakat dunia serta bagaimana Saung
Angklung dapat menjadi destinasi wisata budaya yang memiliki peran dalam melestarikan budaya
tradisi. Dengan metode studi kasus, data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumen
serta tulisan yang terkait dengan Saung Angklung Udjo. Berdasarkan hasil pengolahan data, sebagai
lokasi wisata, SAU menjadi destinasi wisata budaya yang mengenalkan hasil budaya masyarakat
Sunda berupa kesenian, terutama angklung, melalui pertunjukkan yang ditampilkan oleh anak-anak
dan remaja yang diiringi musik angklung. Ada juga workshop kerajinan bambu dan Toko Pusat
Kerajinan Bambu yang menyediakan merchandise kerajinan bambu yang bisa dibeli pengunjung.
Sebagai kawasan pelestarian budaya, SAU melakukan pertunjukkan secara teratur serta mewariskan
budaya tradisi kepada anak-anak dengan mendidik mereka untuk menguasai seni tradisi Sunda dan
angklung secara gratis. Anak-anak tersebut akan tampil dalam pertunjukkan, diberi honor hingga
diberi bantuan biaya sekolah. Saung Angklung didirikan sebagai upaya Udjo untuk menyatukan
kecintaan kepada anak-anak, seni tradisional, flora dan fauna, alam, serta lingkungan menjadi suatu
harmoni, yang nyaman dilihat, didengar dan dirasakan.
Kata kunci : wisata budaya, pelestarian budaya tradisi, pertunjukkan bambu, harmoni
35
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019
37
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019
38
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi
tamu.” (wawancara Taufik Udjo, membeli kerajinan dari komunitas pengrajin
22/03/2017) dan menjualnya untuk turis lokal dan asing.
Selain visinya, SAU telah berkembang
Banyak hal yang dilakukan untuk menjadi kawasan budaya Sunda, khususnya
mengembangkan saung angklung hingga budaya bambu, dengan reputasi dunia dan
seperti sekarang. Modal utamanya adalah menjadi tujuan wisata utama di Indonesia.
mencintai sehingga muncul kesungguhan,
keuletan dan ketabahan luar biasa. SAU menjalankan bisnis mereka dengan
memegang prinsip bisnis keluarga dan
Dengan menggerakkan seni pertunjukkan memiliki struktur organisasi bisnis seperti
khususnya angklung, Saung Angklung Udjo kelas menengah pada umumnya. Sebagai
berhasil memperluas bisnisnya menjadi bisnis pariwisata, SAU berorientasi pada
beragam, beberapa di antaranya adalah keuntungan, yang tercermin pada
merchandise tradisional, dan acara idealismenya: “Seni untuk Pertunjukkan”.
tradisional. Saung Angklung Udjo diarahkan Seni untuk Pertunjukkan adalah bentuk
untuk menjadi salah satu tujuan wisata utama idealisme yang menempatkan warisan budaya
bagi pengunjung asing yang datang ke sebagai komoditas bernilai yang dapat
Bandung. Saung Angklung Udjo sebagai membawa SAU untuk mencapai beberapa
salah satu industri kreatif dalam etnis Sunda tujuan keuangan, yang ditandai dengan
adalah contoh bagaimana sebuah karya keuntungan bisnis dari setiap pertunjukkan
tradisional berhasil menyebar dengan sistem angklung di SAU. Mengenai seni sebagai
bisnis modern dan transformasi bisnis dalam komoditi, Taufik menjelaskan,
skala berlipat ganda.
“Bapak sebenarnya ingin yang asli
Saat ini, SAU menjadi lokakarya budaya tradisi terpelihara dengan baik. Itu perlu
satu atap, yang terdiri dari: dana. Kita pisahkan seni untuk
• Tempat pertunjukkan: pertunjukkan pertunjukkan dan seni untuk seni. Seni
budaya Sunda, termasuk untuk pertunjukkan dijual tapi tidak
pertunjukkan musik angklung, keluar dari akar budayanya.”
tarian Sunda, dan banyak (wawancara Taufik Udjo, 22/03/2017)
pertunjukkan budaya lainnya Selama perjalanan Saung Angklung Udjo
• Workshop instrumen bambu, dan yang lebih dari 50 tahun, telah banyak negara
• Toko pusat kerajinan bambu yang dikunjungi untuk menggelar
Pertunjukkan adalah daya tarik utama di pertunjukkan budaya. Di negara-negara
SAU dan juga menjadi inti bisnis SAU. Ada tersebut, para penonton kerap diajak untuk
dua pertunjukkan: pertunjukkan internal (di bermain angklung yang dipandu oleh SAU.
SAU) dan pertunjukkan eksternal (di luar Perjalanan ke luar negeri dijalani atas prestasi
SAU). Setiap jenis pertunjukkan dikemas yang diraih SAU, bukan dari pertemanan.
dalam beberapa paket. SAU juga menciptakan 3.4. Harmoni Budaya dan Alam di
angklung dan alat musik lainnya yang terbuat SAU
dari bambu. Angklung dan instrumen musik
bambu lainnya dibuat di bengkel instrumen Keinginan Udjo untuk memadukan
bambu. Mereka menghasilkan ribuan budaya dan alam ke dalam satu harmoni,
angklung untuk komoditas ekspor dan diwujudkan dalam berkesenian dengan
permintaan lokal. menampilkan pertunjukkan yang
memadukkan seni, budaya dan anak-anak ke
Selain dua bisnis inti, SAU juga memiliki dalam satu harmoni yang terdengar dan
toko pusat kerajinan bambu sebagai bisnis terlihat nyaman. Namanya Pertunjukkan
yang sesuai. Di toko pusat merchandise, SAU
39
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019
Bambu Petang yang berisi beberapa bambu sebagai elemen utamanya. Konsep
penampilan singkat yang spektakuler, seperti seni pertunjukkan disampaikan secara ringan
demonstrasi wayang golek, upacara helaran, dan menyenangkan oleh anak-anak dan
seni tari tradisional, Angklung Pemula, remaja. Udjo dan Uum dikaruniai 10 anak,
Angklung Orkestra, Angklung Massal dan yang kini menjadi pengelola SAU yang
Arumba. Di akhir pertunjukkan, para berada di Jalan Padasuka 118, Kota Bandung.
penonton akan diajak untuk menari bersama Sepeninggal Udjo pada tahun 2001,
anak–anak. Pertunjukkan Bambu Petang pengelolaan SAU tetap dilaksanakan oleh
dikembangkan dari sebuah konsep Kaulinan keluarga utama, yakni 10 anak beserta
Urang Lembur yang diciptakan oleh Udjo keturunannya. Berbagai pertunjukkan digelar
Ngalagena. di dalam dan luar negeri. Kolaborasi sering
dilakukan bersama Purwacaraka, Erwin
Sebelum pertunjukkan, hadirin biasanya Gutawa, Addie M.S., dan Dwiki Dharmawan.
diajak untuk bermain angklung memainkan Panggung utama di Padasuka. juga tak pernah
lagu, yang dipandu salah seorang pemandu sepi dari pertunjukkan setiap harinya.
dari SAU. Dengan mengikuti gerakan tangan
yang menandakan notasi angklung yang harus Kesenian tradisi yang ditampilkan di
digerakkan, hadirin bisa memainkan lagu SAU merupakan bagian dari budaya Sunda,
kekinian dari awal hingga selesai. yang ditampilkan oleh anak-anak dan remaja
generasi milenial saat ini. Meski umumnya
3.5. SAU dan Pelestarian Budaya kesenian tradisi kurang menarik perhatian
Pada 16 November 2010, Sidang ke-5 generasi milenial, namun di SAU, kesenian
Inter-Governmental Committee UNESCO di tradisi ditampilkan secara teratur dalam suatu
Nairobi, Kenya, memasukkan angklung pertunjukkan. Keberlangsungan pertunjukkan
dalam representatif warisan budaya nonbenda tersebut menunjukkan bahwa SAU berperan
(intangible) dari Indonesia. Masyarakat dalam pelestarian budaya Sunda. Melalui
Indonesia patut berbangga akan pencapaian pertunjukkan yang dilakukan, SAU ingin
ini. Nama Saung Angklung Udjo tidak menyampaikan kepada masyarakat luas
terlepas dari pencapaian tersebut. Lewat bahwa seni tradisi masih terpelihara dan bisa
sejumlah rangkaian upaya pelestarian sejak dinikmati di SAU.
puluhan tahun silam, angklung berhasil Dari sisi pertunjukkan, orang luar negeri
membuktikan diri. Tidak hanya mendapat lebih tertarik menonton daripada masyarakat
tempat di tanah sendiri, tetapi juga di kancah dalam negeri. Untuk itu, SAU menyiasati
internasional. bagaimana materi tradisi ditampilkan dalam
Menurut Daeng Sutigna, angklung kemasan kekinian, supaya orang mengubah
memiliki lima unsur, yakni mudah, murah, anggapannya, karena sebagian besar orang
mendidik, menarik dan massal. Udjo sudah apriori bahwa seni tradisi monoton,
Ngalagena menambahkan satu unsur lagi, tidak menarik. Untuk itu, SAU mencoba agar
yakni meriah. Supaya kesenian diakui, sinergi tradisi yang ditampilkan tidak monoton. Salah
dengan berbagai pihak, jadi seni tradisi tidak satu caranya adalah dengan memainkan lagu-
menjadi sesuatu yang murah, tapi menjadi lagu yang dikenal oleh remaja sekarang.
sesuatu yang memiliki nilai, sesuatu yang Anak-anak yang terlibat di dalam
benar-benar bisa dinikmati bersama. pertunjukkan merupakan generasi penerus
Saung Angklung Udjo sejak awal yang akan memelihara keberlangsungan
didirikan, berorientasi pada pendidikan dan budaya Sunda hingga masa mendatang.
pelestarian seni budaya tradisional melalui Paling tidak menjaga supaya akar budaya
pertunjukkan kesenian yang didominasi oleh tersebut tidak tercerabut dari hati dan pikiran
40
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi
anak-anak sebagai pelaku seni di Saung yang akrab disapa Pak Sardi ini, SAU tidak
Angklung Udjo. membebani anak-anak untuk harus datang
latihan. Keinginan itu harus datang sendiri
Keinginan Udjo untuk mewariskan dari mereka. Pemberian latihan disesuaikan
budaya tradisi kepada anak-anak, dilakukan dengan kemampuan mereka.
dengan mendidik anak-anak untuk bisa
belajar seni tradisi dan angkung. Hasil Untuk tari, biasanya dari sekira 30 anak-
pembelajaran tersebut nanti ditampilkan anak 7 tahun, yang bisa ditampilkan hanya
dalam pertunjukkan bambu petang. Pihak beberapa orang. Di bawah 20 orang.
SAU tidak memungut biaya belajar kepada
anak-anak. Sebaliknya, anak-anak yang cukup “Anak-anak yang belajar sebanyak 150-
terampil dan tampil di pertunjukkan, akan an siswa. Mereka diberi pelajaran
diberi honor bahkan diberi bantuan biaya keseluruhan untuk ditampilkan. Pertama
sekolah. belajar Tari Buncis dulu. Baru berlanjut
ke angklung pentatonis dan diatonis.
Menurut Taufik, SAU tidak pernah Tiap hari anak-anak latihan. Jadwal
meminta bayaran kepada anak-anak yang disesuaikan. “
ingin belajar seni di sana. Umumnya mereka
adalah anak-anak di sekitar lokasi SAU di Anak-anak yang ikut belajar paling kecil
Jalan Padasuka 118, Bandung. Pada awalnya, 6 tahun bisa menangkap gerakan. Di bawah
anak-anak yang pertamakali diajari angkung enam tahun masih ikut-ikutan saja. Anak-
adalah kerabat dekat, anak-anak Udjo dan anak yang belajar berasal dari lingkungan
anak-anak dari kakak Udjo, sampai akhirnya SAU, yakni Padasuka, Pasirlayung dan
merembet ke anak-anak di luar SAU. Mereka Jatihandap. Mereka datang dengan sukarela
yang semula diajak, akhirnya datang sendiri. dan tidak dipungut bayaran, malah dibayar
Selain angklung, yang diajarkan di SAU setelah tampil. Dalam mengajar, Pak Sardi
adalah seni-seni Sunda unggulan, seperti Tari dibantu oleh siswa senior untuk mengajarkan
Topeng, Tari Merak dan tari Sunda lainnya. kepada anak-anak.
Adapun target pengajaran kepada anak-anak 3.6. Masa-masa Sulit: Sepinya
bisa lebih meluas. Tidak hanya bisa Pertunjukkan
berkesenian Sunda, juga kesenian dalam
kemasan lain. Para pemain terdiri dari 200 Situasi dan kondisi negara, ternyata
orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa. memiliki pengaruh terhadap kunjungan
wisatawan mancanegara ke SAU, terutama
Setelah anak-anak berada di lingkaran peristiwa yang berkenaan dengan politik.
penampil di SAU, pekerjaan rumah yang Misalnya saja ketika aksi demonstrasi
harus dilakukan adalah bagaimana supaya mahasiswa yang melengserkan Soeharto
anak-anak bisa menikmati seni tradisinya sebagai presiden serta aksi kerusuhan yang
bukan karena paksaan, bukan karena terjadi pada tahun 1998, membuat kunjungan
kewajiban, melainkan karena mereka benar- wisatawan luar negeri ke SAU berkurang
benar menikmati seni tersebut. banyak, terutama dari Eropa dan Taiwan.
Sementara itu, bagi Budiman Ahmad “Biasanya 200 orang per hari pada peak
Saputra, pelatih angklung anak-anak SAU, season menjadi 10 orang per hari aja
mengajar angklung tergantung anaknya. Jika sudah bagus. Dalam sebulan, 20 kali
berbakat, akan cepat bisa. Jika tidak, akan pertunjukkan saja sudah bagus.
lama. Pengalamannya mengajar sejak SAU Biasanya tiap hari.” (wawancara Taufik
berdiri menunjukkan, paling cepat sekitar 2 Udjo, 22/03/2017)
hingga 3 bulan, anak-anak bisa menangkap
nada diatonis dan pentatonis. Menurut pria
41
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019
42
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi
(mudah, murah, mendidik, menarik dan Ritchie and Zins. 1989. Tourism in
massal) benar-benar terwujud. Sentuhan- Contemporary Society, An Introductory
sentuhan yang diberikan dalam pertunjukkan Text. Chapter 19: Social and Cultural
angklung, misalnya dengan memainkan musik Impacts. Page 221. London: Pearson
kekinian, menjadikan seni tradisi tidak lagi
monoton, bahkan bisa menjadi pertunjukkan Sumardjo, Jakob. 2010 Tekad Ucap Lampah
yang berkelas dengan reputasi hingga ke Udjo Ngalagena. (Sebuah Tafsir
mancanegara. Budaya) Saung Angklung Udjo,
November
Syafii, Sulhan. 2009. Udjo (Diplomasi
Daftar Pustaka Angklung). Jakarta: PT. Grasindo.
Hani, U., Azadina, I., Sianipar, CPM., Syarifuddin, Didin. 2016. Nilai Wisata
Setyagung, E.H., Ishii, T. 2012. Budaya Seni Pertunjukkan Saung
Preserving Cultural Heritage through Angklung Udjo Kota Bandung, Jawa
Creative Industry: A Lesson from Barat, Indonesia. Jurnal Manajemen
Saung Angklung Udjo. Procedia Resort dan Leisure 13(2), (Oktober).
Economics and Finance 4(2012), 193- http://ejournal.upi.edu/index.php/jurel/a
200. https://doi.org/10.1016/S2212- rticle/view/4979/3492
5671(12)00334-6. [online]
Taufik Udjo. 22 Maret 2017. Wawancara
https://www.sciencedirect.com/science/artic
le/pii/S2212567112003346, diakses 23 Rahmat. 22 Maret 2017. Wawancara
Agustus 2019. Yin, R. K. (2018). Case study research:
Design and methods (5th ed.). In
Thousand Oaks, CA: SAGE
Belshek, Jalal Ali. 2006. The Influence of Publications (6th ed.). Thousand Oaks,
Culture on The Negotiation Styles of California: SAGE Publications
British Students.
Yoeti, Oka A. 1996. Pariwisata Berbasis
Ekwelem, V.O., Okafor, V.N., and Ukwoma, Budaya, Masalah dan Solusinya.
S.C. 2011. Preservation of Cultural Jakarta: PT. Pradnya Paramita..
Heritage: The Strategic Role of the
Library and Information Science
Proffesionals in South East Nigeria.
Univerity of Nigeria, Nsukka
Jokilehto, J. 2005. Definition of Cultural
Heritage, References to Documents in
History. ICCROM Working Group
„Heritage and Society‟.
Pambudi, Joko. 22 Oktober 2018. Saung
Angklung Udjo: Selamatkan Warisan
Udjo Ngalagena. https://www.pikiran-
rakyat.com/bandung-
raya/2018/10/22/saung-angklung-udjo-
selamatkan-warisan-udjo-ngalagena-
432004
43