Analisis Bentuk Musik Atas Kesenian Laras Madya Dan Resistensinya Dalam Budaya Jawa
Analisis Bentuk Musik Atas Kesenian Laras Madya Dan Resistensinya Dalam Budaya Jawa
Analisis Bentuk Musik Atas Kesenian Laras Madya Dan Resistensinya Dalam Budaya Jawa
Abstract
The Laras madya is a development form of Santiswaran music from the time of Pakubuwono X (1893-1930) in Kasunanan
Surakarta. This is a Javanese-Islamic cultures blend of music that its song lyric is based on the Serat Wulangreh text written
by Pakubuwono IV. The Laras Madya instrumentation is generally utilized traditional percussions such as the kendang, the
terbang dhana, the terbang gong, and the two-pitches saron, to accompany the Bowo (solo singer), and the Gerong (accompanist
singer). This study discusses the uniqueness of Larasa Madya’s musical form and its resistance from the domination of mass
culture. Therefore, this research is aimed to describe and analyze the Laras madya’s musical form, and the resistance. This
study applies interdisciplinary approaches to musicology, cultural studies, and socio-anthropology, through qualitative meth-
ods. This study result indicates that the Laras madya is a form of Javanese ensemble which characterized by rhythm repetition,
the use of the Slendro pentatonic melody, constant expression, and moderate-andante tempo. To resist from the hegemony of
mass culture, the Laras Madya owns some efforts to form such public opinion/ campaign through cultural festival media, as
its open resistance characteristic, and also to raise rumors on the negative image of mass culture as a class domination that is
conducted bt individuals, as the trait of closed resistance.
Abstrak
Laras Madya merupakan seni musik pengembangan bentuk Santiswaran pada masa Pakubuwono X (1893-1930)
di Kasunanan Surakarta. Sebuah musik perpaduan kebudayaan Jawa Islam yang menggunakan Serat Wulangreh
karya Pakubuwono IV sebagai tembang syairnya. Instrumentasi Laras madya pada umumnya menggunakan
kendang, terbang dhana, terbang gong, dan saron dua bilahan yang berguna mengiringi bowo (penembang utama),
dan gerong (penembang pengiring). Keunikan bentuk musik dan resistensi Laras Madya dari dominasi budaya
massa merupakan permasalahan yang diangkat. Tujuan penelitan ini berguna untuk mendeskripsikan dan
menganalisis bentuk musik Laras Madya dan resistensinya. Pendekatan penelitian ini mengguanakan interdisiplin
melalui ilmu musikologi, cultural studies, dan sosio-antropologi, dengan metode kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan, Laras Madya merupakan sebuah bentuk ansambel musik Jawa yang memiliki irama dengan ciri
repetisi, melodi didominasi tangga nada pentatonik slendro, ekspresi cenderung konstan sebagai lagu renungan
religi pada umumnya, bertempo sedang (moderato-andante). Dalam ketahanannya pada hegemoni budaya massa,
Laras Madaya memiliki upaya pembentukkan opini publik/kampanye melalui media festival budaya yang ada,
sebagai ciri resistensi terbuka, dan pergunjingan pencitraan negatif terhadap klas dominasi budaya massa yang
dilakukan secara individual, sebagai ciri resistensi tertutup.
tradisi baik secara sadar ataupun tidak me- resistensinya. Teknik keabsahan data secara
merlukan kerja keras untuk bersaing, ber- utama menggunakan triangulasi sumber,
beda dengan seni massa hasil budaya massa lalu kemudian dianalisis secara interaktif.
yang mudah difahami, musik tradisi cender-
ung lebih sederhana dan memerlukan penga- Pembahasan
matan ekstra dalam penyampaiannya, ter- Pembahasan dalam penulisan ini di
masuk dinamika geliat kebertahanan Laras bagi menjadi duah paparan. Yang pertama
Madya di Yogyakarta. adalah mengenai bentuk musik Laras
Keberadaan dan kebertahanan Laras madya, dan yang kedua adalah proses re-
Madya di tengah masyarakat tentunya tak le- sistensinya, berikut penjelasannya:
pas dari perjalanan panjang para pelaku-
1. Bentuk Musik Laras Madya
pelakunya dalam berproses menyajikan ben-
Berbicara bentuk musik tentu saja tak
tuk musiknya yang menarik, serta upaya ber-
lepas dari susunan struktur yang terkait satu
tahan/resistensi dari dominasi budaya massa
sama lain didalamnya. Struktur atau
yang berkembang pesat. Berdasarkan fenom-
susunan dari suatu karya seni musik adalah
ena yang terjadi, peneliti mengambil dua
aspek yang menyangkut keseluruhan dari
poin permasalahan yaitu bagaimanakah ben-
sebuah karya yang meliputi peranan dari
tuk musik Laras Madya?, dan bagaimanakah
masing-masing bagian yang tak terpisah sal-
proses resistensinya? Tujuan penelitian ini
ing melengkapi satu sama lain. Sejalan
berguna untuk mendeskripsikan dan
dengan hal tersebut diatas musik merupakan
menganalisis bentuk musik Laras Madya,
suatu karya seni yang berbentuk lagu atau
serta mendeskripsikan dan menganalisis
komposisi yang mengungkapkan perasaan
proses resistensinya.
dan pikiran penciptanya melalui unsur-un-
Penelitian ini menggunakan pendeka-
sur musik seperti irama, melodi, harmoni,
tan interdisiplin, dalam pengertianya yaitu
bentuk, dan struktur lagu, serta ekspresi
menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu
(dinamika) menjadi satu kesatuan yang utuh
menjadi sebuah penggabungan dalam
(Jamalus, 1988:1). Berkaitan dengan konsep
mengkaji permasalahan (Rohidi, 2011: 61).
terebut Laras Madya dapat dijabarkan me-
Secara rinci menggunakan disiplin ilmu
lalui unsur-unsur musik yang terdapat dida-
Musikologi melalui konsep dari Jamalus
lamnya.
guna mendeskripsikan dan menganalisis
Musik Laras Madya sangat khas,
bentuk musik, Cultural Studies sebagai pisau
merupakan sebuah kesatuan ansambel dari
bedah dinamika hegemoni budaya massa,
instrumen kendang, terbang dhana, terbang
melalui konsep komunikasi bujuk-rayu (se-
gong, dan saron dua bilahan. Guna lebih me-
duction), oleh Baudrillard, dan disiplin ilmu
mahami, sebelumnya akan ditampilkan no-
Sosio-Antropologi melalui teori resistensi
tasi 8 birama dari tema pokok bentuk musik
James Scott guna menganalisis keber-
laras madya. Delapan birama mewakili kese-
tahanannya.
luruhan permainan, di-karenakan pem-
Metode yang digunakan adalah
bawaan musik Laras Madya merupakan
metode kualitatif. Dalam penelitian kualitatif
repetisi-repetisi tema pokok, yang mem-
data yang akan muncul berwujud kata-kata
bedakan adalah variasi pada sifat beberapa
dan bukan rangkaian angka, dengan
judul lagu yang disajikan. Dapat dilihat dari
pengumpulan data menggunakan observasi,
notasi tersebut bahwa irama musik Laras
wawancara, studi dokumen kemudian di-
Madya merupakan repetisi-repetisi dari
proses dan dianalisis. Sasaran kajian dalam
teknik ansambel perkusif melalui perpaduan
penelitian ini adalah seni Laras Madya, yang
difokuskan pada bentuk musik, dan proses
4 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...
masing-masing instrumen yang saling men- bot sebagai pijakan pada dasar (ground). Sa-
gisi melengkapi satu sama lain. ron memiliki fungsi yang unik, dimainkan
pada keutuhan lagu setiap pada hitungan ke
2-4 pada setiap birama, saron muncul sebagai
ciri khas dari laju musik Laras Madya dengan
bunyi statis ”ning..nong..ning” begitu terus-
menerus sampai lagu berakhir.
Melodi pada nada pentatonis Jawa
terbagi menjadi dua yaitu pelog dan slendro.
Melodi yang terdapat dalam musik Laras
Madya pada umumnya menggunakan pen-
tatonis slendro, terdiri dari lima buah
rangkaian nada biasa diistilahkan dalam
angka Jawa ji untuk 1, ro untuk nada ke 2, lu
untuk nada ke 3, mo untuk nada ke 5, dan nem
untuk nada ke 6. Berikut rangkaian nada-
nada slendro dalam penulisan notasi balok.
Ilustrasi 2.
Rangkaian Nada Pentatonis Slendro
(Foto: Sagaf)
utama yang berguna mempertegas sebuah strumen perkusi yang berasal dari ke-
nyanyian. budayaan Jawa dengan sebuah tabung dari
Bentuk struktur lagu Laras Madya di- kayu, (kayu nangka, kayu mahoni) dengan
awali dengan suluk oleh penyaji tembang membran dari bentangan kulit lembu. Ken-
utama (bowo). Suluk berfungsi sebagai intro dang merupakan alat musik membranofon,
dengan penyampaian bait pembuka dari sebagai pengisi perkusi pada orkestra game-
syair Serat Wulangreh. Merupakan sebuah lan, keberadaanya tersebar sehingga juga ter-
musikalisasi syair dibawakan secara solo, im- dapat kendang Sunda, kendang Jawa, ken-
provisasi dengan menggunakan modus dang Bali, dalam cirikhas masing-masing
tangga nada/ pentatonik slendro. Variasi rit- yang berbeda.
mik dan interval nada dari modus tersebut
dibawakan berdasarkan kebebasan penem-
bang utama, semakin bervariasi ritmik, inter-
val, dan intensitas tempo menandakan
kepiawaian seorang bowo. Tabuhan kendang
sebagai feel in menandai dimulainya inti lagu
yang dibawakan diikuti instrumen-instru-
men musik yang lainnya dan berjalan sesuai
masing-masing patren yang menjadi pato-
kannya. Hal tersebut dilakukan terus-mene- Ilustrasi 3.
rus dalam repetisi guna mengiringi lantunan Instrumen Musik Kendang (Foto: Sagaf)
tembang dari syair lagu. Di penghujung syair
kendang mendireksi alat musik lainnya guna Dalam musik Laras Madya yang
memperlambat tempo (ritardando), lalu lagu digunakan adalah kendang Jawa tunggal. Ber-
diahiri dan ditutup dengan tabuhan terbang fungsi sebagai pengatur tempo dan mem-
gong dalam satu ketukan terahir. impin instrumen lain. Penabuh kendang
Ekspresi yang terdapat dalam musik memiliki fungsi seperti kondakter dalam
Laras Madya umumnya relatif konstan, sep- orkestra.
erti sifat sebuah lagu renungan religius pada Instrumen berikutnya ialah Terbang,
umumnya yang memiliki keanggunan dalam diperkirakan berasal dari kebudayan Islam.
makna. Pada rangkaian lagu-lagu yang Terbang terbesar ialah Terbang Gong yang di-
dibawakan diawali dengan lagu yang relatif ameternya melebihi kendang, yaitu berdiame-
rancak (tempo moderato), lalu ber-angsur ber- ter 50-60cm.
ganti lagu yang kian lambat dan mendayu.
Namun perbedaan tempo terjadi pada lagu-
lagunya tidak secara tiba-tiba dan drastis.
Pelambatanya tidak mengalami ketimpan-
gan yang berarti ( moderato di awal dan an-
dante di lagu-lagu terahir).
terbuka/ public transcript, dan resistensi ter- pada media massa, dan komoditi, dalam be-
tutup/ hidden trancript (Scott, 1990:1-5). berapa sisi telah mengendurkan nilai dan
Kedua bentuk resistensi memiliki makna moralitas, tabu, spiritial, adat-isti-
masing-masing klasifikasi. Resistensi ter- adat, dan mitologi (Sunarto, 2014:128).
buka bersifat Organik, sistematik dan Hegemoni budaya massa dapat
kooperatif, tidak mementingkan kepent- dilihat melalui konsep Baudrillard, tentang
ingan diri sendiri, berkonsekuensi revolu- lahirnya prinsip komunikasi baru yang dise-
sioner, mencakup gagasan atau maksud me- but sebagai prinsip bujuk-rayu (seduction).
niadakan basis dominasi. Resistensi tertutup Bila sebelumnya komunikasi dipahami se-
dicirikan dengan pola-pola yang tidak tera- bagai proses penyampaian pesan dari pem-
tur, tidak sistematik, dan terjadi secara indi- beri pesan (addresse) kepada penerima pesan
vidual, bersifat oportunistik dan mementing- (address) untuk diperoleh suatu makna ter-
kan diri sendiri, tidak berkonsekuensi revo- tentu, maka kini komunikasi dipahami se-
lusioner, lebih akomodatif terhadap sistem bagai proses bujuk-rayu objek (konsumen)
dominasi (Scott, 2000: xxii-iv). oleh subjek (produsen) untuk mengkon-
Budaya massa merupakan budaya sumsi produk-produk yang ditawarkan. Me-
komersial berjalan melalui teknik-teknik lalui iklan, kampanye, tayangan talkshow,
produksi masal sedemikian rupa kemudian dan gempuran media massa (Baudrillard da-
dipasarkan terhadap masyarakat luas/ lam Sunarto, 2014:123).
massa/ konsumen secara komersial. Dengan Musik sebagai komoditi budaya masa
adanya fenomena tersebut budaya massa salah satunya dapat dirasakan melalui men-
secara umum disebut juga sebagai budaya jamurnya tayangan produksi masal bertajuk
komersial yang tak langsung memiliki ke- acara-acara kompetisi dengan audiens me-
cendrungan menyingkirkan bentuk-bentuk lalui pesan singkat sebagai juri eksekutor
kebudayaan lain yang tak dapat bertahan da- pada media pertelevisian. dominasi tayan-
lam klas-klasnya. Sepaham dengan tesis ho- gan tersebut tak pandang bulu jam tayang,
mogenisasi kultural, sebagaimana bentuk pesan yang tersampaikan, semua berdasar
imperialisme kultural yang menekankan keuntungan mendapatkan posisi yang
‘kesamaan’ sebagai dugaan akan hilangnya tingggi pada rating acara, dengan tujuan
otonomi kultural. Argumen tentang global- profit sebagai sasaran utama. Hal tersebut
isasi kapitalisme konsumen menghilangkan mendominasi setiap acara pertelevisian yang
keragaman kultural, merupakan bentuk atas ada, masyarakat dihadapkan pada situasi
dominasi kebudayaan atas kebudayan yang yang sama secara terus-menerus sebagai
lainnya, biasanya dipahami ber-dasarkan konsumen pasif target produksi.
konteks kebangsaan. Sinkronisasi ke- Makna dari dominasi tayangan-tayan-
budayaannya adalah perusahaan-perus- gan tersebut tidaklah penting, konsep seduc-
ahaan trans-nasional (Hamelink dalam tion sangat terlihat jelas didalamnya. Tamba-
Barker, 2015:121). han bujuk rayu yang ada dibarengi dengan
Dengan terjadinya perkembangan bu- tayangan- tayangan iklan yang mengiringi,
daya massa melalui komoditi-komo-cditinya produk digambarkan melebihi nilai realitas
maka terjadi pula pertentangan-perten- yang dipasarkan pada masyarakat, terlihat
tangan ideologi, yaitu makna ideologis yang dengan kemasan yang jauh lebih menarik,
tersampaikan oleh budaya massa melalui dan rayuan manis dari bintang iklan yang
media sebagai agen atas komoditi-komodi- mempromosikan. Budaya massa dengan
tinya, bertentangan dengan makna-makna produk musik yang sejalan didalamnya
tradisional. Sifat-sifat tontonan dalam media membentuk pola-pola baru dengan materi
diatas seperti kesenangan, penampakan produksi yang jauh dari makna realitas
: Jurnal Pengkajian, Penyajian dan Penciptaan Musik Vol. 4, No. 1, April 2016 [ 9
dengan harapan sebagai pusat sasaran baru kepanitiaan penyelenggara festival melalui
yang dijadikan panutan pada setiap mata beberapa tahapan formal yang wajib di lalui
yang memandang pada masyarakat umum. yang terkait secara teratur dan logis. Hal- hal
Televisi memuat segala macam karakter tersebut tentu saja dilakukan dalam sebuah
postmodernisme: reproduksi, manipulasi, bentuk kerjasama komunitas sosial pada se-
simulasi, simularca, bujuk rayu, dan hiperre- tiap elemen yang berkaitan didalamnya. Ker-
alitas dengan tampilan yang paling mena- jasama tersebut bisa antar kelompok seni
wan dan menggiurkan (Sunarto, 2014:142). yang ada dalam sebuah festival, ataupun ke-
Resistensi Laras madya dapat dilihat lompok sosial masyaratak kepanitiaan
melalui keberadaanya hingga saat ini dalam penyelenggara.
berbagai peran yang ada. Kebertahanannya Poin alasan resistensi terbuka yang
secara sadar atau tidak merupakan suatu kedua adalah tidak mementingkan diri
langkah oposisi dari gempuran budaya masa sendiri. Laras madya merupakan sebuah
yang ada. Resistensi terbuka Scott dalam bentuk grup, hal tersebut tentu saja bersifat
mengamati bentuk ketahanan Laras Madya komunal, resistensi berdasar pada kepent-
dapat dilihat dengan adanya seni tersebut ingan bersama, yaitu misi keber-samaan da-
pada beberapa festival/kompetisi seni tradisi lam grup dan atau misi umum terseleng-
sebagai upayanya. Supanggah mengungkap- garanya festival tersebut.
kan Laras Madya sebagai bentuk pertunjuk- Berkonsekuensi revolusioner meru-
kan pernah menjadi materi yang menarik pakan ciri resistensi terbuka pada poin ke-
perhatian bagi generasi muda. Begitupun tiga. Hal tersebut dimaksudkan dengan
dengan adanya lomba dan festival Laras memiliki pemikiran bersesuaian dengan misi
Madya yang marak pada kurun waktu tahun yang dituju, yaitu sebuah perubahan sosial
1970-1980an di Surakarta (Supanggah, budaya yang berlangsung cepat men-
2009:163). cangkup pokok kehidupan masya-rakat. Ter-
Kemerosotan keberadaan Laras gerusnya kehidupan tradisi oleh men-
Madya saat ini bukan tak dapat dijumpai jamurnya budaya massa mengkha-watirkan
sama sekali, walaupun tidak sesemarak da- pelaku seni tradisi, pandangan masyarakat
hulu, keberadaan dan bentuk resistensi ter- terfokus pada tren-tren baru produksi massa
bukanya masih dapat dijumpai beberapa di setiap media yang ada. Misi yang dituju
waktu terahir. Salah satu contohnya yaitu dalam Festival Budaya Islami tak lepas dari
dengan adanya “Festival Budaya Islami” di sebuah pemikiran yang bersesuaian dengan
Pukis Minggir Sleman, tahun 20013, dengan membentengi gempur-an negatif budaya
Laras Madya yang berperan didalamnya. massa. “Nguri-uri kabudayan lan agama”
Bentuk festival seperti yang telah terseleng- merupakan ungkapan yang bermakna yang
gara merupakan sebagai wujud dari re- digunakan sebagai simbol pengingat
sistensi terbuka karena memenuhi aspek- masyarakat akan batasan-batasan terhadap
aspek yang terkandung, seperti bersifat or- dampak buruk ideologi massa. Guna
ganik, sistemik dan, kooperatif. Bisa mencintai tradisi sebagai akar budaya
dikatakan organik karena Laras madya be- masyarakat yang bermakna.
rada dalam festival melalui pengaturan se- Poin keempat pada teori resistensi
buah sistem yang terorganisir dengan jelas. terbuka adalah mencakup gagasan dengan
Sifat organik, sistemik, dan maksud meniadakan basis dominasi. Tinda-
kooperatif, pada resistensi musik Laras kan-tindakan terorganisir dalam Festival Bu-
Madya dapat dilihat melalui pengaturan daya Islami tersebut merupakan contoh pem-
interen pada sebuah grup ataupun dalam ahaman oposisi dari men-jamurnya budaya
proses kinerja kelompok memasuki wilayah massa. Kaitannya adalah ungkapan dan
10 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...
pemahaman dari tokoh seni terkait yang dengan produk-produk konsumtifnya meru-
memuat kritik sosial sebagai lawan dari gem- pakan sebuah hal yang dibiarkan begitu saja
puran ideologi massa yang ada. Ter- dan tak berpengaruh bagi in-dividu dalam
sampainya pemikiran akan pentingnya bu- anggota Laras Madya, jika sama sekali tidak
daya tradisi pada asyarakat umum merupa- menguntungkan masing-masing pribadi.
kan simbol perlawanan sebagai manifestasi Motivasi individu pelaku Laras madya tidak
untuk menghindari kebaruan-kebaruan menganggap produk budaya massa sebagai
yang tak berkenan. Dengan harapan komoditi yang pen-ting dan menguntungkan
masyarakat mengabaikan hegemoni budaya untuk dilakukan.
massa yang menjadikan faham-faham kon- Poin ketiga bentuk resistensi tertutup
sumerisme sebagai muatan utamanya. dicirikan dengan tindakan yang tidak ber-
Bentuk-bentuk festival kebudayaan konsekuensi revolusioner. Penci-traan
seperti yang telah dicontohkan merupakan negatif yang dilakukan secara personal
sebuah media subaltern dalam menyampa- pelaku Laras Madya terhadap do-minasi bu-
ikan pemikiran-pemikirannya. Bahwasanya daya massa, dengan produk konsumerisme
seni tradisi memiliki nilai yang lebih ber- pada media-media dilaku-kan melalui
manfaat ketimbang produk-produk budaya pencitraan negatif/gosip yang sebagian fak-
massa adalah upaya kampanye atau pem- tual, tetapi tidak jarang hanya didasarkan ru-
bentukkan opini publik, dimana kampanye mor atau kabar yang sulit diverifikasi
atau pembentukkan opini publik merupakan kebenarannya. Hal tersebut hanya ter-
salah satu dari upaya perlawanan terbuka sampaikan untuk sebuah pergun-jingan-
(Scott, 1990:32-50). pergunjingan ringan yang tidak ber-tujuan
Aspek pertama dalam bentuk re- sebagai misi perubahan besar pada kondisi
sistensi tertutup adalah sebuah kegiatan sosial budaya yang melingkupinya.
yang tidak teratur, tidak sistemik, dan terjadi Aspek keempat resistensi tertutup
secara individual. Hegemoni budaya massa dilakukan dengan lebih akomodatif terhadap
yang terpublikasi secara terus-menerus me- sistem dominasi. Para pelaku Laras Madya
lalui berbagai media massa, seringkali pada dasarnya bersifat menyesuaikan diri
memuat sikap-sikap yang bertolak belakang dari klas dominasi. Kendati posisi Laras
dengan kehidupan masyarakat tradisi yang Madya dan pelaku-pelakunya ada dalam
penuh norma kesopanan. Tayangan pertele- himpitan hegemoni budaya massa yang ada,
visian didomonasi sikap gaya hidup glamor namun tidak sepenuhnya antipati pada ko-
ciri khas masyarakat perkotaan yang jauh moditi-komoditi konsumerisme pada media.
dari sikap penuh “unggah-ungguh”. Dalam Pelaku Laras Madya dan kubu tradisi tentu
keadaan seperti ini muncul pencitraan tak lepas dari agen-agen klas dominasi me-
negatif masyarakat tradisi termasuk pelaku lalui media masa dalam keseharian. Hal ter-
seni musik Laras Madya didalamnya. sebut bukan suatu ideologi yang dapat dite-
Pengungkapan citra negatif produk budaya lan mentah-mentah dan diikuti sebagai
massa terjadi antar individu dalam bentuk pengaruh. Namun dijadikan suatu bentuk
pergunjingan sehari-hari, bisa dalam lingkup hal baru dalam pengetahuan tanpa harus
keluarga ataupun antar masyarakat pelaku mengikuti arus yang dipromosikan.
seni yang satu dengan yang lain, dan terjadi Arah tujuan hegemoni budaya massa
secara tidak sistemik. yang terdapat pada berbagai media melalui
Bersifat oportunistik, dan memen- komunikasi bujuk rayu tentunya kerap men-
tingkan diri sendiri merupakan poin resis- galami gesekan makna ideologis dengan
tensi tertutup yang kedua. Kebudayaan masa para pelaku tradisi. Penyeleweng-an-penye-
: Jurnal Pengkajian, Penyajian dan Penciptaan Musik Vol. 4, No. 1, April 2016 [ 11
lewengan yang terjadi bukan tak bisa teri- Resistensi terbuka Laras Madya ter-
dentivikasi. Hal tersebut dapat terditeksi dapat pada peran dalam festival kebu-
pelaku tradisi, dalam lingkup anggota laras dayaan sebagai media sub baltern dalam
madya. Bentuk perwujudan resistensi ter- menyampaikan pemikiran-pemikirannya.
tutup terhadap hegemoni budaya massa ada- Bahwasanya seni tradisi memiliki nilai yang
lah pencitraan negatif akan berbagai pelang- lebih bermanfaat ketimbang produk-produk
garan yang terjadi. Karena sesungguhnya budaya massa adalah upaya kam-panye atau
pelanggaran terha-dap tingkah laku yang pembentukkan opini publik, dimana kampa-
menjadikan suatu peristiwa bernilai untuk nye atau pembentukkan opini publik me-ru-
digunjingkan (Scott, 2000:372). pakan salah satu dari upaya perlawanan ter-
buka yang tak lepas dari sifat-sifat organik,
Penutup sistematik dan kooperatif, tidak mementing-
kan kepen-tingan diri sendiri, berkonsek-
1. Kesimpulan
uensi revo-lusioner, mencakup gagasan atau
Musik Laras Madya merupakan repe-
maksud meniadakan basis dominasi.
tisi teknik ansambel perkusif. Spesifi-kasi
Resistensi tertutup dilakukan secara in-
karakteristik instrumen diantaranya ken-
dividual pelaku anggota musik Laras Madya
dang berfungsi sebagai komando untuk
melalui pencitraan negatif produk hegemoni
memulai lagu, pengatur tempo, pembang-kit
budaya massa. Arah tujuan hegemoni bu-
dinamik lagu, terbang dhana berperan se-
daya massa yang terdapat dalam berbagai
bagai penegas dari hasil olahan suara ken-
media melalui komunikasi bujuk rayu yang
dang, terbang gong berfungsi sebagai bass,
ada. Hal tersebut dapat terditeksi pelaku
saron dimainkan pada keutuhan lagu setiap
tradisi, dalam hal ini lingkup anggota Laras
hitungan ke 2-4 pada setiap birama, saron
Madya. Bentuk perwujudan resistensi ter-
muncul sebagai ciri khas musik Laras Madya
tutup terhadap hegemoni budaya massa ada-
dengan bunyi statis ”ning..nong.. ning” terus-
lah melalui ungkapan-ungkapan pencitraan
menerus sampai lagu berakhir.
negatif akan berbagai pelanggaran yang ter-
Melodi musik Laras Madya pada
jadi, melalui pola-pola yang tidak teratur,
umumnya menggunakan tangga nada penta-
tidak sistematik, dan terjadi secara individ-
tonis Slendro. Secara umum harmoni musik
ual, bersifat oportunistik dan mementingkan
yang terdapat dalam Laras Madya adalah
diri sendiri, tidak berkonsekuensi revolu-
harmoni horisontal. Bentuk struktur lagu La-
sioner, lebih akomodatif terhadap sistem
ras Madya diawali dengan suluk sebagai in-
dominasi (Scott, 2000: xxii-iv).
tro oleh Bowo, dilanjutkan feel in kendang me-
nandai dimulainya inti lagu, diikuti instru-
2. Saran
men musik lainnya dan berjalan sesuai
Keberadaan musik Laras Madya atas
patren dalam patokannya. Di penghujung
resistensi yang dilakukan secara internal
lagu kendang mendireksi dan memperlam-
membutuhkan kepedulian masya-rakat se-
bat tempo (Ritardando), lalu lagu diahiri dan
bagai pendukung lestarinya bagian kearifan
ditutup dengan tabuhan terbang gong dalam
lokal. Kepedulian bisa dilakukan melalui
satu ketukan terahir. Ekspresi yang
berbagai upaya, diantaranya sebagai pemer-
dibawakan diawali dengan lagu yang relatif
hati, ataupun sebagai penyelenggara atas
rancak/ bersemangat, (tempo moderato), lalu
keterlibatan musik Laras Madya dari skala
berangsur berganti lagu yang kian lambat
komunitas kecil keluarga sampai komunitas
dan mendayu, (Andante). Namun perbedaan
besar seperti festival budaya yang ada.
tempo terjadi pada lagu-lagunya relatif kon-
Dalam dunia pendidikan, musik La-
stan.
ras Madya memiliki berbagai nilai positif
12 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...
yang dapat diaplikasikan. Selama ini hanya Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pen-
memasuki wilayah pendidikan informal galaman Musik. Jakarta: Depdikbud.
turun-temurun melalui keluarga dan kekera- Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Ke-
batan. Pemerintah terkait dapat menjadikan budayaan. Bandung: Nusamedia.
musik Laras Madya sebagai objek materi Rohidi, T R. 2011. Metodologi Penelitian Seni.
pendidikan non-formal maupun formal da- Semarang: CV Cipta Prima Nusan-
lam upaya aplikasi nilai yang terkandung, tara.
maupun sebagai bentuk pelestarian. Scott, James C. 1990. Domination and the Arts
of Resistance; Hiddenn Trancripts. Lon-
don: Yale University Press New Ha-
Referensi ven and London.
Scott, James C. 2000. Senjatanya Orang-Orang
Alisjahbana. 2005. Sisi Gelap Perkembangan yang Kalah; Bentuk-Bentuk Resistensi
Kota. Yogyakarta: Laksbang Sehari-hari Kaum Tani. Jakarta:
Pressindo. Yayasan Obor Indonesia.
Barker, Chris. 2015. Cultural Studies. Yogya- Sulasman, dan Setia G, M. Si. 2013. Teori-Teori
karta: Kreasi Wacana. Kebudayaan. Bandung: Pustaka Setia.
Hauser, Arnold. 1982. The Sociology of Art. Sunarto. 2014. Kebudayaan Posmodernisme:
Terj. Kenneth J. Northcott. Chicago Percikan Pemikiran Baudrillard. Yogya-
dan London: The University of Chi- karta: Kanisius.
cago Press. Supanggah, Rahayu. 2009. Bothekan Kara-
Hujatnikajennong, Agung. 2006. Resistensi witan II: GARAP. Surakarta: Program
Gaya Hidup; Teori dan Realita. Yogya- Pascasarjana bekerja sama dengan ISI
karta: Jala Sutra. Press Surakarta.