Analisis Bentuk Musik Atas Kesenian Laras Madya Dan Resistensinya Dalam Budaya Jawa

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Volume 4, Nomor 1, April 2016

ISSN: 2338-039007 pp. 1-12

Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya


dan Resistensinya dalam Budaya Jawa

Sagaf Faozata Adzkia


Program Studi Pendidikan Seni, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang
E-mail: [email protected]

Abstract
The Laras madya is a development form of Santiswaran music from the time of Pakubuwono X (1893-1930) in Kasunanan
Surakarta. This is a Javanese-Islamic cultures blend of music that its song lyric is based on the Serat Wulangreh text written
by Pakubuwono IV. The Laras Madya instrumentation is generally utilized traditional percussions such as the kendang, the
terbang dhana, the terbang gong, and the two-pitches saron, to accompany the Bowo (solo singer), and the Gerong (accompanist
singer). This study discusses the uniqueness of Larasa Madya’s musical form and its resistance from the domination of mass
culture. Therefore, this research is aimed to describe and analyze the Laras madya’s musical form, and the resistance. This
study applies interdisciplinary approaches to musicology, cultural studies, and socio-anthropology, through qualitative meth-
ods. This study result indicates that the Laras madya is a form of Javanese ensemble which characterized by rhythm repetition,
the use of the Slendro pentatonic melody, constant expression, and moderate-andante tempo. To resist from the hegemony of
mass culture, the Laras Madya owns some efforts to form such public opinion/ campaign through cultural festival media, as
its open resistance characteristic, and also to raise rumors on the negative image of mass culture as a class domination that is
conducted bt individuals, as the trait of closed resistance.

Key Words: Laras Madya; Musical Form; Resistance.

Abstrak
Laras Madya merupakan seni musik pengembangan bentuk Santiswaran pada masa Pakubuwono X (1893-1930)
di Kasunanan Surakarta. Sebuah musik perpaduan kebudayaan Jawa Islam yang menggunakan Serat Wulangreh
karya Pakubuwono IV sebagai tembang syairnya. Instrumentasi Laras madya pada umumnya menggunakan
kendang, terbang dhana, terbang gong, dan saron dua bilahan yang berguna mengiringi bowo (penembang utama),
dan gerong (penembang pengiring). Keunikan bentuk musik dan resistensi Laras Madya dari dominasi budaya
massa merupakan permasalahan yang diangkat. Tujuan penelitan ini berguna untuk mendeskripsikan dan
menganalisis bentuk musik Laras Madya dan resistensinya. Pendekatan penelitian ini mengguanakan interdisiplin
melalui ilmu musikologi, cultural studies, dan sosio-antropologi, dengan metode kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan, Laras Madya merupakan sebuah bentuk ansambel musik Jawa yang memiliki irama dengan ciri
repetisi, melodi didominasi tangga nada pentatonik slendro, ekspresi cenderung konstan sebagai lagu renungan
religi pada umumnya, bertempo sedang (moderato-andante). Dalam ketahanannya pada hegemoni budaya massa,
Laras Madaya memiliki upaya pembentukkan opini publik/kampanye melalui media festival budaya yang ada,
sebagai ciri resistensi terbuka, dan pergunjingan pencitraan negatif terhadap klas dominasi budaya massa yang
dilakukan secara individual, sebagai ciri resistensi tertutup.

Kata Kunci: Laras Madya; Bentuk Musik; Resistensi.

Pengantar yaitu melalui penggunaan teks yang mem-


Lahir dan terilhami dari gendingan pedomani Serat Wulangreh. Serat Wulangreh
Santiswaran pada masa Paku Buwono X di merupakan seni sastra karya Susuhunan
Kasunanan Surakarta, Laras Madya dikemas Pakubuwono IV, berbahasa Jawa, berisikan
dengan pengembangan yang lebih “njawani”,
2 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...

pedoman tuntunan hidup bagi masyarakat merupakan penggambaran sebuah produk


yang tak lepas dari tun-tunan agama Islam. kebudayaan Jawa Islam yang dinamis tidak
Pada umumnya Laras Madya terbentur kekakuan-kekakuan adat dan reli-
dibawakan dengan menggunakan iringan in- jiusitas. Sebagaimana kebudayaan tetap re-
strumen musik kendhang, terbang dhana (re- sponsif terhadap perubahan kondisi dari
bana kecil), terbang gong (rebana besar), dan dunia fisik, oleh karena itu kebudayaan ber-
saron dengan hanya dua bilah nada. sifat dinamis (Liliweri, 2014:33).
Perpaduan alat musik/ansambel tersebut Laras Madya merupakan salah satu
digunakan untuk mengiringi tembang yang wujud kreativitas yang dilakukan oleh para
dilantunkan seorang Bowo (penembang penyiar agama Islam. Dilakukan dengan me-
utama), dan Gerong (koor pengiring). Bentuk madukan nilai-nilai Islam dengan budaya
penyajian dari Laras Madya tergantung pada Jawa, sehingga Islam dapat diterima secara
kreativitas daerah atau kelompok tertentu, sadar, tanpa paksaan, damai, dan tidak men-
spesivikasi perbedaannya dengan Santiswa- imbulkan berbagai macam gesekan idiologis
ran adalah penggunaan cakepan Jawa, dari pada masyarakat. Sebagaimana ciri khas bu-
pada sebelumnya yang terdapat unsur ba- daya Jawa yang mengutamakan keharmoni-
hasa Arab (Supanggah, 2009:162). san (Sulasman dan Gumilar, 2013:173).
Secara etimologi kata laras merupa- Keberadaanya kini, Laras Madya
kan harmoni atau tangga nada, madya berarti menempati hirarki folk art, yang tumbuh di
tengah, jika dua kata tersebut digabungkan dalam keutuhan folk culture, suatu gambaran
memiliki makna nada/tembang tengahan. musik tradisional yang berada di tengah-ten-
Secara harfiah dapat diartikan sebagai se- gah kebudayaan rakyat, sebagai material
buah seni musik yang memiliki nilai keseim- penyangga keberadaan kebudayaan rakyat.
bangan dalam pemahaman nilai-nilai ke- Hal tersebut didasari dengan beberapa klase-
hidupan, yaitu keseimbangan nilai budaya men seni yang tergolongkan menjadi empat
Jawa sebagai identitas kesukuan dan Islam bagian kategori yaitu seni untuk kalangan
sebagai ideologi keagamaan. elit (The Art of Cultural Elite), seni rakyat (folk
Para pelaku seni musik di Sleman art, seni populer atau seni kalangan urban
Yogyakarta, Bapak Bowo menuturkan, awal (popular art, dan seni yang dipertunjukkan
mula Laras Madya tersebar sampai ke dae- melalui media masa (mass art) (Hauser, 1982:
rahnya adalah pada tahun 1963. Disiarkan 556).
oleh Mohamad Salman, masyarakat setem- Pada keberlangsungan budaya massa
pat memanggilnya Mbah Kyai Salman, saat ini, segala sesuatu diproduksi secara ma-
sebutan Mbah Kyai adalah simbol untuk pem- sal guna memperoleh sebuah keuntungan,
uka agama Islam masyarakat Jawa pada musik tradisi diposisikan pada situasi yang
umumnya, ia merupakan putra abdi dalem menyulitkan. Budaya massa adalah sebuah
keraton Surakarta yang bernama Faqih Ibra- budaya komersial, produk masal untuk
him tangan kanan kepercayaan Pakubuwono pasar masal (Sunarto, 2014:112), yang mem-
X. Mbah Kyai Salman kemudian mendapat- posisikan masyarakat sebagai konsumen
kan amanah untuk menyebarkan musik La- pasif pada setiap produk baik barang mau-
ras Madya ke luar keraton Surakarta. pun jasa yang bersifat komersil, termasuk
Salah satu penyebaran musik Laras pula berbagai macam seni massa/mass art
Madya tersebut masih bisa didapati yang ramai di berbagai media. Budaya massa
keberadaanya hingga saat ini di Dusun mempengaruhi seni sebagai sebuah produk
Sucen, Kelurahan Triharjo, Kecamatan yang berkembang. Banyaknya seni massa
Sleman, Yogyakarta. Tersampainya Laras termasuk musik didalamnya menjamur dan
Madya sebagai media syiar Islam tersebut, bebas dikonsumsi menyebabkan musik
: Jurnal Pengkajian, Penyajian dan Penciptaan Musik Vol. 4, No. 1, April 2016 [ 3

tradisi baik secara sadar ataupun tidak me- resistensinya. Teknik keabsahan data secara
merlukan kerja keras untuk bersaing, ber- utama menggunakan triangulasi sumber,
beda dengan seni massa hasil budaya massa lalu kemudian dianalisis secara interaktif.
yang mudah difahami, musik tradisi cender-
ung lebih sederhana dan memerlukan penga- Pembahasan
matan ekstra dalam penyampaiannya, ter- Pembahasan dalam penulisan ini di
masuk dinamika geliat kebertahanan Laras bagi menjadi duah paparan. Yang pertama
Madya di Yogyakarta. adalah mengenai bentuk musik Laras
Keberadaan dan kebertahanan Laras madya, dan yang kedua adalah proses re-
Madya di tengah masyarakat tentunya tak le- sistensinya, berikut penjelasannya:
pas dari perjalanan panjang para pelaku-
1. Bentuk Musik Laras Madya
pelakunya dalam berproses menyajikan ben-
Berbicara bentuk musik tentu saja tak
tuk musiknya yang menarik, serta upaya ber-
lepas dari susunan struktur yang terkait satu
tahan/resistensi dari dominasi budaya massa
sama lain didalamnya. Struktur atau
yang berkembang pesat. Berdasarkan fenom-
susunan dari suatu karya seni musik adalah
ena yang terjadi, peneliti mengambil dua
aspek yang menyangkut keseluruhan dari
poin permasalahan yaitu bagaimanakah ben-
sebuah karya yang meliputi peranan dari
tuk musik Laras Madya?, dan bagaimanakah
masing-masing bagian yang tak terpisah sal-
proses resistensinya? Tujuan penelitian ini
ing melengkapi satu sama lain. Sejalan
berguna untuk mendeskripsikan dan
dengan hal tersebut diatas musik merupakan
menganalisis bentuk musik Laras Madya,
suatu karya seni yang berbentuk lagu atau
serta mendeskripsikan dan menganalisis
komposisi yang mengungkapkan perasaan
proses resistensinya.
dan pikiran penciptanya melalui unsur-un-
Penelitian ini menggunakan pendeka-
sur musik seperti irama, melodi, harmoni,
tan interdisiplin, dalam pengertianya yaitu
bentuk, dan struktur lagu, serta ekspresi
menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu
(dinamika) menjadi satu kesatuan yang utuh
menjadi sebuah penggabungan dalam
(Jamalus, 1988:1). Berkaitan dengan konsep
mengkaji permasalahan (Rohidi, 2011: 61).
terebut Laras Madya dapat dijabarkan me-
Secara rinci menggunakan disiplin ilmu
lalui unsur-unsur musik yang terdapat dida-
Musikologi melalui konsep dari Jamalus
lamnya.
guna mendeskripsikan dan menganalisis
Musik Laras Madya sangat khas,
bentuk musik, Cultural Studies sebagai pisau
merupakan sebuah kesatuan ansambel dari
bedah dinamika hegemoni budaya massa,
instrumen kendang, terbang dhana, terbang
melalui konsep komunikasi bujuk-rayu (se-
gong, dan saron dua bilahan. Guna lebih me-
duction), oleh Baudrillard, dan disiplin ilmu
mahami, sebelumnya akan ditampilkan no-
Sosio-Antropologi melalui teori resistensi
tasi 8 birama dari tema pokok bentuk musik
James Scott guna menganalisis keber-
laras madya. Delapan birama mewakili kese-
tahanannya.
luruhan permainan, di-karenakan pem-
Metode yang digunakan adalah
bawaan musik Laras Madya merupakan
metode kualitatif. Dalam penelitian kualitatif
repetisi-repetisi tema pokok, yang mem-
data yang akan muncul berwujud kata-kata
bedakan adalah variasi pada sifat beberapa
dan bukan rangkaian angka, dengan
judul lagu yang disajikan. Dapat dilihat dari
pengumpulan data menggunakan observasi,
notasi tersebut bahwa irama musik Laras
wawancara, studi dokumen kemudian di-
Madya merupakan repetisi-repetisi dari
proses dan dianalisis. Sasaran kajian dalam
teknik ansambel perkusif melalui perpaduan
penelitian ini adalah seni Laras Madya, yang
difokuskan pada bentuk musik, dan proses
4 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...

masing-masing instrumen yang saling men- bot sebagai pijakan pada dasar (ground). Sa-
gisi melengkapi satu sama lain. ron memiliki fungsi yang unik, dimainkan
pada keutuhan lagu setiap pada hitungan ke
2-4 pada setiap birama, saron muncul sebagai
ciri khas dari laju musik Laras Madya dengan
bunyi statis ”ning..nong..ning” begitu terus-
menerus sampai lagu berakhir.
Melodi pada nada pentatonis Jawa
terbagi menjadi dua yaitu pelog dan slendro.
Melodi yang terdapat dalam musik Laras
Madya pada umumnya menggunakan pen-
tatonis slendro, terdiri dari lima buah
rangkaian nada biasa diistilahkan dalam
angka Jawa ji untuk 1, ro untuk nada ke 2, lu
untuk nada ke 3, mo untuk nada ke 5, dan nem
untuk nada ke 6. Berikut rangkaian nada-
nada slendro dalam penulisan notasi balok.

Ilustrasi 2.
Rangkaian Nada Pentatonis Slendro
(Foto: Sagaf)

Dalam penyajian musik Laras mad-


Ilustrasi 1.
ya, nada slendro digunakan dalam keutuhan
Notasi Tema Bentuk Musik Laras Madya
lagu. Baik saat suluk sebagai pembuka lagu
(Notasi: Sagaf)
(bait intro) yang dibawakan secara improvi-
sasi ritmikal namun tak lepas dari ketentuan
Sifat irama cenderung monoton na-
interval slendro ataupun inti dalam pem-
mun justru disitu letak ke khasan dari pen-
bawaan materi lagu tersebut.
yajian lagu-lagunya. Kendang berfungsi
Secara umum harmoni musik yang
penuh sebagai alas dan juga pemimpin an-
terdapat dalam Laras Madya adalah harmoni
sambel tersebut, ia sebagai komando untuk
horisontal. Alat musik pengiring sepe-
memulai lagu, pengatur tempo, pembangkit
nuhnya bersifat perkusif, tidak bernada
sifat dari sebuah lagu melalui variasi-variasi
secara otentik terkecuali saron, sedemikian-
irama yang dimainkan dikarenakan kendang
pun saron pada Laras Madya hanya memiliki
memiliki peran yang lebih atraktif dibanding
dua nada yang tidak sepenuhnya terpaut
instrumen-instrumen yang lain-nya.
dengan nada-nada yang dibawakan oleh
Terbang dhana berperan sebagai
pelantun tembang bowo dan gerong. Variasi
penegas dari hasil olahan suara kendang,
harmoni terdapat dalam koor yang
menjadikan olah bunyi dari kendang
dibawakan oleh gerong dalam merespon lan-
terdengar semakin mantap karenanya.
tunan tembang bowo, namun koor yang
Terbang gong berfungsi sebagai bass, dibun-
dibawakan gerong bersifat monoponik. Se-
yikan setiap dua birama sekali pada hi-
buah nyanyian bersama-sama menggunakan
tungan awal birama ganjil, yang menjadikan
satu suara/similar dengan melodi tembang
keseluruhan bunyi musik terdengar berbo-
: Jurnal Pengkajian, Penyajian dan Penciptaan Musik Vol. 4, No. 1, April 2016 [ 5

utama yang berguna mempertegas sebuah strumen perkusi yang berasal dari ke-
nyanyian. budayaan Jawa dengan sebuah tabung dari
Bentuk struktur lagu Laras Madya di- kayu, (kayu nangka, kayu mahoni) dengan
awali dengan suluk oleh penyaji tembang membran dari bentangan kulit lembu. Ken-
utama (bowo). Suluk berfungsi sebagai intro dang merupakan alat musik membranofon,
dengan penyampaian bait pembuka dari sebagai pengisi perkusi pada orkestra game-
syair Serat Wulangreh. Merupakan sebuah lan, keberadaanya tersebar sehingga juga ter-
musikalisasi syair dibawakan secara solo, im- dapat kendang Sunda, kendang Jawa, ken-
provisasi dengan menggunakan modus dang Bali, dalam cirikhas masing-masing
tangga nada/ pentatonik slendro. Variasi rit- yang berbeda.
mik dan interval nada dari modus tersebut
dibawakan berdasarkan kebebasan penem-
bang utama, semakin bervariasi ritmik, inter-
val, dan intensitas tempo menandakan
kepiawaian seorang bowo. Tabuhan kendang
sebagai feel in menandai dimulainya inti lagu
yang dibawakan diikuti instrumen-instru-
men musik yang lainnya dan berjalan sesuai
masing-masing patren yang menjadi pato-
kannya. Hal tersebut dilakukan terus-mene- Ilustrasi 3.
rus dalam repetisi guna mengiringi lantunan Instrumen Musik Kendang (Foto: Sagaf)
tembang dari syair lagu. Di penghujung syair
kendang mendireksi alat musik lainnya guna Dalam musik Laras Madya yang
memperlambat tempo (ritardando), lalu lagu digunakan adalah kendang Jawa tunggal. Ber-
diahiri dan ditutup dengan tabuhan terbang fungsi sebagai pengatur tempo dan mem-
gong dalam satu ketukan terahir. impin instrumen lain. Penabuh kendang
Ekspresi yang terdapat dalam musik memiliki fungsi seperti kondakter dalam
Laras Madya umumnya relatif konstan, sep- orkestra.
erti sifat sebuah lagu renungan religius pada Instrumen berikutnya ialah Terbang,
umumnya yang memiliki keanggunan dalam diperkirakan berasal dari kebudayan Islam.
makna. Pada rangkaian lagu-lagu yang Terbang terbesar ialah Terbang Gong yang di-
dibawakan diawali dengan lagu yang relatif ameternya melebihi kendang, yaitu berdiame-
rancak (tempo moderato), lalu ber-angsur ber- ter 50-60cm.
ganti lagu yang kian lambat dan mendayu.
Namun perbedaan tempo terjadi pada lagu-
lagunya tidak secara tiba-tiba dan drastis.
Pelambatanya tidak mengalami ketimpan-
gan yang berarti ( moderato di awal dan an-
dante di lagu-lagu terahir).

2. Instrumen yang digunakan dan peran-


annya
Sebagai gambaran untuk mem-perjelas
bentuk musik Laras Madya, berikut penjela-
san instrumentasi beserta perannya. Pertama Ilustrasi 4.
ialah kendang yang merupakan sebuah in- Instrumen Musik Terbang Gong dan Terbang
Dhana (Foto: Sagaf)
6 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...

musik. Lazimnya Bowo dibawakan oleh


Terbang Gong berfungsi sebagai bass. seseorang yang dianggap mumpuni, sesepuh
Fungsi terbang ini ialah mengisi ritmik seder- atau pemimpin kelompok. Seorang yang ber-
hana pada setiap permulaan dua birama peran sebagai Bowo ini harus benar-benar
sekali, menjadikan musik yang tersaji ahli tembang, karena Bowo merupakan leader
terdengar berat dan berbobot. Sementara itu untuk memulai lagu, maka suara pelan-
terbang dhana yang berdiameter 40 cm mem- tunnya harus benar-benar mantap. Hanya
iliki kemiripan dengan terbang gong. Instru- saja, dari satu tembang ke tembang beri-
men ini berfungsi sebagai isian variasi kutnya, bowo tidak dibawakan oleh seorang
perkusi yang mengikuti kekosongan ritmik saja, namun kadang berganti dengan per-
dengan komando tempo dari kendang. sonil lain yang sama-sama mumpuni.
Terbang Dhana penting karena menjadikan
penyajian musik Laras Madya terdengar
penuh.
Instrumen berikutnya ialah Saron. In-
strumen ini merupakan salah satu instrumen
gamelan yang termasuk dalam keluarga
balungan, biasa disebut juga “ricik”. Ditabuh
dengan cara dipukul dengan alat pemukul
menyerupai palu yang terbuat dari kayu.
Ilustrasi 6.
Pelantun Tembang (Foto: Sagaf)

Gerong merupakan pemain Laras


Madya yang tidak memainkan alat musik na-
mun berpartisipasi dalam memberikan
“Senggakan” atau aksentuasi vokal dan
“tepuk tangan” sebagai pengiring ritmikal
yang melengkapi penyajian musik Leras
Ilustrasi 5. Madya.
Instrumen Musik Saron Dua Bilahan
(Foto: Sagaf)

Keunikanya dalam kesenian Laras


Madya, ialah saron yang dipakai hanya
memiliki dua buah bilah balungan, bernada
6 dan 7 (nem dan pi). Merupakan dua
rangkaian bilah dari perunggu terlihat kecil
diantara instrumen-instrumen yang lainya,
memiliki warna suara yang unik berbunyi ” Ilustrasi 7.
ning dan nong” yang merupakan warna suara Penyajian Kesenian Laras Madya
ciri khas kesenian musik Laras Madya. (Foto: Sagaf)
Di samping seperangkat instrumen
Kesenian Laras Madya berang-gotakan Senggakan bisa berupa suara-suara
pelantun tembang yang disebut Bowo dan sahutan yang menutup (seperti sebuah kata
Gerong. Bowo merupakan penyanyi bait-bait yha’e..!!), menyusuli ataupun menyelaraskan
pembuka, semacam intro yang tidak diiringi
: Jurnal Pengkajian, Penyajian dan Penciptaan Musik Vol. 4, No. 1, April 2016 [ 7

ketukan dengan irama tembang. Adapun usahakan supaya diri sempurna,dalam


iringan tepukan tangan berfungsi kehidupan.
merampakkan alunan musik sehingga men- Dalam Qur’an tempat rasa jati
tapi jarang orang tahu,
jadi hidup dan meriah. Gerong sangat terbuka
keluardari petunjuk,
bagi partisipasi audiens asalkan tidak
tak dapat asal-asalan,
merusak keseriusan penyajian. ahirnya tidak ketemu,
Syair dari Serat Wulangreh merupa- malahan terjerumus,
kan syair utama yang digunalan dalam akhirnya kesasar,
musik Laras Madya.buah karya sastra dari kalau kamu ingin peka,
Susuhunan Pakubuwono IV. Syair tersebut agar hidupmu sempurna,
berisi tuntunan hidup masyarakat jawa maka bergurulah.
dengan kaidah-kaidah keIslaman.
Berikut adalah syair Serat Wulangreh 3. Resistensi Budaya Musik Laras Madya
(“kriteria guru yang baik” menurut Paku Buwana Resistensi memiliki makna yang san-
IV) dalam musik Laras Madya menurut teks gat luas untuk dipahami, namun pada da-
bahasa Jawa: sarnya dapat dikaitkan dengan terjadinya se-
buah perlawanan yang dilakukan sub baltern
Sasmitaning ngaurip puniki, atau mereka yang tertindas dan menjadi
yekti ewuh yen ora weruha, subjek yang tertekan oleh karena ketidakadi-
tan jumeneng ing uripe,
lan klas-klas dan sebagainya. Resistensi juga
sakeh kang ngaku-aku,
dapat dilihat sebagai materialisasi atau per-
pangrasane pan wus utami,
wujudan yang paling aktual dari hasrat un-
tur durung wruh ing rasa,
rasa kang satuhu, tuk menolak dominasi pengetahuan atau
rasaning rasa punika, kekuasaan (Hujatnikajennong, 2006:176).
upayanen dhara pon, sapurneng dhiri, ing Berbeda dengan istilah konfrontasi
kaupanira. yang memposisikan subjek secara langsung
Jroning Qur’an nggoning rasa jati, terang-terangan dalam sebuah bentuk
nanging pilih wong kang uninga, pertentangan, resistensi lebih pada posisi
anjaba lawan tuduhe nora kena binawur, yang memiliki kecenderungan dengan ben-
ing satemah nora pinanggih,
tuk ketidak patuhan, penolakan terhadap
mundak katalanjukan,
kondisi klas dominan yang tidak sukai. Ben-
temah sasar-susur,
yen sira ayun waskitha,
tuk resistensi secara diam-diam atau
kasampurnaning badanira puniki, sira angge- terselubung dari eksploitasi adalah lebih
gurua. umum daripada melawan secara terang-ter-
(Pupuh Dhandhanggula pada 2-3) angan (Alisjahbana, 2005:22-23).
Konsep resistensi adalah bentuk re-
Berikut terjemahannya dalam bahasa sistensi sehari-hari (every day forms of re-
Indonesia: sistance), yang merupakan perjuangan yang
biasa-biasa saja, namun terjadi terus-mene-
Maka kehidupan itu rus. Kebanyakan resistensi dalam bentuk ini
sungguh sayang sayang bila tak tahu, tidak sampai pada taraf pembangkangan ter-
tidak kokoh hidupnya, ang-terangan secara kolektif. Resistensi
banyak orang mengaku, merupakan segala tindakan kelompok sub-
perasaanya sudah utama,
ordinat yang ditujukan untuk mengurangi
padahal belum tahu rasa,
atau menolak klaim kelompok superdinat.
rasa yang sesungguhnya,
Resistensi dibagi menjadi dua, yakni re-
hakikat rasa itu adalah,
sistensi terbuka dan tertutup. Teoriresistensi
8 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...

terbuka/ public transcript, dan resistensi ter- pada media massa, dan komoditi, dalam be-
tutup/ hidden trancript (Scott, 1990:1-5). berapa sisi telah mengendurkan nilai dan
Kedua bentuk resistensi memiliki makna moralitas, tabu, spiritial, adat-isti-
masing-masing klasifikasi. Resistensi ter- adat, dan mitologi (Sunarto, 2014:128).
buka bersifat Organik, sistematik dan Hegemoni budaya massa dapat
kooperatif, tidak mementingkan kepent- dilihat melalui konsep Baudrillard, tentang
ingan diri sendiri, berkonsekuensi revolu- lahirnya prinsip komunikasi baru yang dise-
sioner, mencakup gagasan atau maksud me- but sebagai prinsip bujuk-rayu (seduction).
niadakan basis dominasi. Resistensi tertutup Bila sebelumnya komunikasi dipahami se-
dicirikan dengan pola-pola yang tidak tera- bagai proses penyampaian pesan dari pem-
tur, tidak sistematik, dan terjadi secara indi- beri pesan (addresse) kepada penerima pesan
vidual, bersifat oportunistik dan mementing- (address) untuk diperoleh suatu makna ter-
kan diri sendiri, tidak berkonsekuensi revo- tentu, maka kini komunikasi dipahami se-
lusioner, lebih akomodatif terhadap sistem bagai proses bujuk-rayu objek (konsumen)
dominasi (Scott, 2000: xxii-iv). oleh subjek (produsen) untuk mengkon-
Budaya massa merupakan budaya sumsi produk-produk yang ditawarkan. Me-
komersial berjalan melalui teknik-teknik lalui iklan, kampanye, tayangan talkshow,
produksi masal sedemikian rupa kemudian dan gempuran media massa (Baudrillard da-
dipasarkan terhadap masyarakat luas/ lam Sunarto, 2014:123).
massa/ konsumen secara komersial. Dengan Musik sebagai komoditi budaya masa
adanya fenomena tersebut budaya massa salah satunya dapat dirasakan melalui men-
secara umum disebut juga sebagai budaya jamurnya tayangan produksi masal bertajuk
komersial yang tak langsung memiliki ke- acara-acara kompetisi dengan audiens me-
cendrungan menyingkirkan bentuk-bentuk lalui pesan singkat sebagai juri eksekutor
kebudayaan lain yang tak dapat bertahan da- pada media pertelevisian. dominasi tayan-
lam klas-klasnya. Sepaham dengan tesis ho- gan tersebut tak pandang bulu jam tayang,
mogenisasi kultural, sebagaimana bentuk pesan yang tersampaikan, semua berdasar
imperialisme kultural yang menekankan keuntungan mendapatkan posisi yang
‘kesamaan’ sebagai dugaan akan hilangnya tingggi pada rating acara, dengan tujuan
otonomi kultural. Argumen tentang global- profit sebagai sasaran utama. Hal tersebut
isasi kapitalisme konsumen menghilangkan mendominasi setiap acara pertelevisian yang
keragaman kultural, merupakan bentuk atas ada, masyarakat dihadapkan pada situasi
dominasi kebudayaan atas kebudayan yang yang sama secara terus-menerus sebagai
lainnya, biasanya dipahami ber-dasarkan konsumen pasif target produksi.
konteks kebangsaan. Sinkronisasi ke- Makna dari dominasi tayangan-tayan-
budayaannya adalah perusahaan-perus- gan tersebut tidaklah penting, konsep seduc-
ahaan trans-nasional (Hamelink dalam tion sangat terlihat jelas didalamnya. Tamba-
Barker, 2015:121). han bujuk rayu yang ada dibarengi dengan
Dengan terjadinya perkembangan bu- tayangan- tayangan iklan yang mengiringi,
daya massa melalui komoditi-komo-cditinya produk digambarkan melebihi nilai realitas
maka terjadi pula pertentangan-perten- yang dipasarkan pada masyarakat, terlihat
tangan ideologi, yaitu makna ideologis yang dengan kemasan yang jauh lebih menarik,
tersampaikan oleh budaya massa melalui dan rayuan manis dari bintang iklan yang
media sebagai agen atas komoditi-komodi- mempromosikan. Budaya massa dengan
tinya, bertentangan dengan makna-makna produk musik yang sejalan didalamnya
tradisional. Sifat-sifat tontonan dalam media membentuk pola-pola baru dengan materi
diatas seperti kesenangan, penampakan produksi yang jauh dari makna realitas
: Jurnal Pengkajian, Penyajian dan Penciptaan Musik Vol. 4, No. 1, April 2016 [ 9

dengan harapan sebagai pusat sasaran baru kepanitiaan penyelenggara festival melalui
yang dijadikan panutan pada setiap mata beberapa tahapan formal yang wajib di lalui
yang memandang pada masyarakat umum. yang terkait secara teratur dan logis. Hal- hal
Televisi memuat segala macam karakter tersebut tentu saja dilakukan dalam sebuah
postmodernisme: reproduksi, manipulasi, bentuk kerjasama komunitas sosial pada se-
simulasi, simularca, bujuk rayu, dan hiperre- tiap elemen yang berkaitan didalamnya. Ker-
alitas dengan tampilan yang paling mena- jasama tersebut bisa antar kelompok seni
wan dan menggiurkan (Sunarto, 2014:142). yang ada dalam sebuah festival, ataupun ke-
Resistensi Laras madya dapat dilihat lompok sosial masyaratak kepanitiaan
melalui keberadaanya hingga saat ini dalam penyelenggara.
berbagai peran yang ada. Kebertahanannya Poin alasan resistensi terbuka yang
secara sadar atau tidak merupakan suatu kedua adalah tidak mementingkan diri
langkah oposisi dari gempuran budaya masa sendiri. Laras madya merupakan sebuah
yang ada. Resistensi terbuka Scott dalam bentuk grup, hal tersebut tentu saja bersifat
mengamati bentuk ketahanan Laras Madya komunal, resistensi berdasar pada kepent-
dapat dilihat dengan adanya seni tersebut ingan bersama, yaitu misi keber-samaan da-
pada beberapa festival/kompetisi seni tradisi lam grup dan atau misi umum terseleng-
sebagai upayanya. Supanggah mengungkap- garanya festival tersebut.
kan Laras Madya sebagai bentuk pertunjuk- Berkonsekuensi revolusioner meru-
kan pernah menjadi materi yang menarik pakan ciri resistensi terbuka pada poin ke-
perhatian bagi generasi muda. Begitupun tiga. Hal tersebut dimaksudkan dengan
dengan adanya lomba dan festival Laras memiliki pemikiran bersesuaian dengan misi
Madya yang marak pada kurun waktu tahun yang dituju, yaitu sebuah perubahan sosial
1970-1980an di Surakarta (Supanggah, budaya yang berlangsung cepat men-
2009:163). cangkup pokok kehidupan masya-rakat. Ter-
Kemerosotan keberadaan Laras gerusnya kehidupan tradisi oleh men-
Madya saat ini bukan tak dapat dijumpai jamurnya budaya massa mengkha-watirkan
sama sekali, walaupun tidak sesemarak da- pelaku seni tradisi, pandangan masyarakat
hulu, keberadaan dan bentuk resistensi ter- terfokus pada tren-tren baru produksi massa
bukanya masih dapat dijumpai beberapa di setiap media yang ada. Misi yang dituju
waktu terahir. Salah satu contohnya yaitu dalam Festival Budaya Islami tak lepas dari
dengan adanya “Festival Budaya Islami” di sebuah pemikiran yang bersesuaian dengan
Pukis Minggir Sleman, tahun 20013, dengan membentengi gempur-an negatif budaya
Laras Madya yang berperan didalamnya. massa. “Nguri-uri kabudayan lan agama”
Bentuk festival seperti yang telah terseleng- merupakan ungkapan yang bermakna yang
gara merupakan sebagai wujud dari re- digunakan sebagai simbol pengingat
sistensi terbuka karena memenuhi aspek- masyarakat akan batasan-batasan terhadap
aspek yang terkandung, seperti bersifat or- dampak buruk ideologi massa. Guna
ganik, sistemik dan, kooperatif. Bisa mencintai tradisi sebagai akar budaya
dikatakan organik karena Laras madya be- masyarakat yang bermakna.
rada dalam festival melalui pengaturan se- Poin keempat pada teori resistensi
buah sistem yang terorganisir dengan jelas. terbuka adalah mencakup gagasan dengan
Sifat organik, sistemik, dan maksud meniadakan basis dominasi. Tinda-
kooperatif, pada resistensi musik Laras kan-tindakan terorganisir dalam Festival Bu-
Madya dapat dilihat melalui pengaturan daya Islami tersebut merupakan contoh pem-
interen pada sebuah grup ataupun dalam ahaman oposisi dari men-jamurnya budaya
proses kinerja kelompok memasuki wilayah massa. Kaitannya adalah ungkapan dan
10 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...

pemahaman dari tokoh seni terkait yang dengan produk-produk konsumtifnya meru-
memuat kritik sosial sebagai lawan dari gem- pakan sebuah hal yang dibiarkan begitu saja
puran ideologi massa yang ada. Ter- dan tak berpengaruh bagi in-dividu dalam
sampainya pemikiran akan pentingnya bu- anggota Laras Madya, jika sama sekali tidak
daya tradisi pada asyarakat umum merupa- menguntungkan masing-masing pribadi.
kan simbol perlawanan sebagai manifestasi Motivasi individu pelaku Laras madya tidak
untuk menghindari kebaruan-kebaruan menganggap produk budaya massa sebagai
yang tak berkenan. Dengan harapan komoditi yang pen-ting dan menguntungkan
masyarakat mengabaikan hegemoni budaya untuk dilakukan.
massa yang menjadikan faham-faham kon- Poin ketiga bentuk resistensi tertutup
sumerisme sebagai muatan utamanya. dicirikan dengan tindakan yang tidak ber-
Bentuk-bentuk festival kebudayaan konsekuensi revolusioner. Penci-traan
seperti yang telah dicontohkan merupakan negatif yang dilakukan secara personal
sebuah media subaltern dalam menyampa- pelaku Laras Madya terhadap do-minasi bu-
ikan pemikiran-pemikirannya. Bahwasanya daya massa, dengan produk konsumerisme
seni tradisi memiliki nilai yang lebih ber- pada media-media dilaku-kan melalui
manfaat ketimbang produk-produk budaya pencitraan negatif/gosip yang sebagian fak-
massa adalah upaya kampanye atau pem- tual, tetapi tidak jarang hanya didasarkan ru-
bentukkan opini publik, dimana kampanye mor atau kabar yang sulit diverifikasi
atau pembentukkan opini publik merupakan kebenarannya. Hal tersebut hanya ter-
salah satu dari upaya perlawanan terbuka sampaikan untuk sebuah pergun-jingan-
(Scott, 1990:32-50). pergunjingan ringan yang tidak ber-tujuan
Aspek pertama dalam bentuk re- sebagai misi perubahan besar pada kondisi
sistensi tertutup adalah sebuah kegiatan sosial budaya yang melingkupinya.
yang tidak teratur, tidak sistemik, dan terjadi Aspek keempat resistensi tertutup
secara individual. Hegemoni budaya massa dilakukan dengan lebih akomodatif terhadap
yang terpublikasi secara terus-menerus me- sistem dominasi. Para pelaku Laras Madya
lalui berbagai media massa, seringkali pada dasarnya bersifat menyesuaikan diri
memuat sikap-sikap yang bertolak belakang dari klas dominasi. Kendati posisi Laras
dengan kehidupan masyarakat tradisi yang Madya dan pelaku-pelakunya ada dalam
penuh norma kesopanan. Tayangan pertele- himpitan hegemoni budaya massa yang ada,
visian didomonasi sikap gaya hidup glamor namun tidak sepenuhnya antipati pada ko-
ciri khas masyarakat perkotaan yang jauh moditi-komoditi konsumerisme pada media.
dari sikap penuh “unggah-ungguh”. Dalam Pelaku Laras Madya dan kubu tradisi tentu
keadaan seperti ini muncul pencitraan tak lepas dari agen-agen klas dominasi me-
negatif masyarakat tradisi termasuk pelaku lalui media masa dalam keseharian. Hal ter-
seni musik Laras Madya didalamnya. sebut bukan suatu ideologi yang dapat dite-
Pengungkapan citra negatif produk budaya lan mentah-mentah dan diikuti sebagai
massa terjadi antar individu dalam bentuk pengaruh. Namun dijadikan suatu bentuk
pergunjingan sehari-hari, bisa dalam lingkup hal baru dalam pengetahuan tanpa harus
keluarga ataupun antar masyarakat pelaku mengikuti arus yang dipromosikan.
seni yang satu dengan yang lain, dan terjadi Arah tujuan hegemoni budaya massa
secara tidak sistemik. yang terdapat pada berbagai media melalui
Bersifat oportunistik, dan memen- komunikasi bujuk rayu tentunya kerap men-
tingkan diri sendiri merupakan poin resis- galami gesekan makna ideologis dengan
tensi tertutup yang kedua. Kebudayaan masa para pelaku tradisi. Penyeleweng-an-penye-
: Jurnal Pengkajian, Penyajian dan Penciptaan Musik Vol. 4, No. 1, April 2016 [ 11

lewengan yang terjadi bukan tak bisa teri- Resistensi terbuka Laras Madya ter-
dentivikasi. Hal tersebut dapat terditeksi dapat pada peran dalam festival kebu-
pelaku tradisi, dalam lingkup anggota laras dayaan sebagai media sub baltern dalam
madya. Bentuk perwujudan resistensi ter- menyampaikan pemikiran-pemikirannya.
tutup terhadap hegemoni budaya massa ada- Bahwasanya seni tradisi memiliki nilai yang
lah pencitraan negatif akan berbagai pelang- lebih bermanfaat ketimbang produk-produk
garan yang terjadi. Karena sesungguhnya budaya massa adalah upaya kam-panye atau
pelanggaran terha-dap tingkah laku yang pembentukkan opini publik, dimana kampa-
menjadikan suatu peristiwa bernilai untuk nye atau pembentukkan opini publik me-ru-
digunjingkan (Scott, 2000:372). pakan salah satu dari upaya perlawanan ter-
buka yang tak lepas dari sifat-sifat organik,
Penutup sistematik dan kooperatif, tidak mementing-
kan kepen-tingan diri sendiri, berkonsek-
1. Kesimpulan
uensi revo-lusioner, mencakup gagasan atau
Musik Laras Madya merupakan repe-
maksud meniadakan basis dominasi.
tisi teknik ansambel perkusif. Spesifi-kasi
Resistensi tertutup dilakukan secara in-
karakteristik instrumen diantaranya ken-
dividual pelaku anggota musik Laras Madya
dang berfungsi sebagai komando untuk
melalui pencitraan negatif produk hegemoni
memulai lagu, pengatur tempo, pembang-kit
budaya massa. Arah tujuan hegemoni bu-
dinamik lagu, terbang dhana berperan se-
daya massa yang terdapat dalam berbagai
bagai penegas dari hasil olahan suara ken-
media melalui komunikasi bujuk rayu yang
dang, terbang gong berfungsi sebagai bass,
ada. Hal tersebut dapat terditeksi pelaku
saron dimainkan pada keutuhan lagu setiap
tradisi, dalam hal ini lingkup anggota Laras
hitungan ke 2-4 pada setiap birama, saron
Madya. Bentuk perwujudan resistensi ter-
muncul sebagai ciri khas musik Laras Madya
tutup terhadap hegemoni budaya massa ada-
dengan bunyi statis ”ning..nong.. ning” terus-
lah melalui ungkapan-ungkapan pencitraan
menerus sampai lagu berakhir.
negatif akan berbagai pelanggaran yang ter-
Melodi musik Laras Madya pada
jadi, melalui pola-pola yang tidak teratur,
umumnya menggunakan tangga nada penta-
tidak sistematik, dan terjadi secara individ-
tonis Slendro. Secara umum harmoni musik
ual, bersifat oportunistik dan mementingkan
yang terdapat dalam Laras Madya adalah
diri sendiri, tidak berkonsekuensi revolu-
harmoni horisontal. Bentuk struktur lagu La-
sioner, lebih akomodatif terhadap sistem
ras Madya diawali dengan suluk sebagai in-
dominasi (Scott, 2000: xxii-iv).
tro oleh Bowo, dilanjutkan feel in kendang me-
nandai dimulainya inti lagu, diikuti instru-
2. Saran
men musik lainnya dan berjalan sesuai
Keberadaan musik Laras Madya atas
patren dalam patokannya. Di penghujung
resistensi yang dilakukan secara internal
lagu kendang mendireksi dan memperlam-
membutuhkan kepedulian masya-rakat se-
bat tempo (Ritardando), lalu lagu diahiri dan
bagai pendukung lestarinya bagian kearifan
ditutup dengan tabuhan terbang gong dalam
lokal. Kepedulian bisa dilakukan melalui
satu ketukan terahir. Ekspresi yang
berbagai upaya, diantaranya sebagai pemer-
dibawakan diawali dengan lagu yang relatif
hati, ataupun sebagai penyelenggara atas
rancak/ bersemangat, (tempo moderato), lalu
keterlibatan musik Laras Madya dari skala
berangsur berganti lagu yang kian lambat
komunitas kecil keluarga sampai komunitas
dan mendayu, (Andante). Namun perbedaan
besar seperti festival budaya yang ada.
tempo terjadi pada lagu-lagunya relatif kon-
Dalam dunia pendidikan, musik La-
stan.
ras Madya memiliki berbagai nilai positif
12 ] Sagaf Faozata Adzkia: Analisis Bentuk Musik atas Kesenian Laras Madya dan Resistensinya ...

yang dapat diaplikasikan. Selama ini hanya Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pen-
memasuki wilayah pendidikan informal galaman Musik. Jakarta: Depdikbud.
turun-temurun melalui keluarga dan kekera- Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Ke-
batan. Pemerintah terkait dapat menjadikan budayaan. Bandung: Nusamedia.
musik Laras Madya sebagai objek materi Rohidi, T R. 2011. Metodologi Penelitian Seni.
pendidikan non-formal maupun formal da- Semarang: CV Cipta Prima Nusan-
lam upaya aplikasi nilai yang terkandung, tara.
maupun sebagai bentuk pelestarian. Scott, James C. 1990. Domination and the Arts
of Resistance; Hiddenn Trancripts. Lon-
don: Yale University Press New Ha-
Referensi ven and London.
Scott, James C. 2000. Senjatanya Orang-Orang
Alisjahbana. 2005. Sisi Gelap Perkembangan yang Kalah; Bentuk-Bentuk Resistensi
Kota. Yogyakarta: Laksbang Sehari-hari Kaum Tani. Jakarta:
Pressindo. Yayasan Obor Indonesia.
Barker, Chris. 2015. Cultural Studies. Yogya- Sulasman, dan Setia G, M. Si. 2013. Teori-Teori
karta: Kreasi Wacana. Kebudayaan. Bandung: Pustaka Setia.
Hauser, Arnold. 1982. The Sociology of Art. Sunarto. 2014. Kebudayaan Posmodernisme:
Terj. Kenneth J. Northcott. Chicago Percikan Pemikiran Baudrillard. Yogya-
dan London: The University of Chi- karta: Kanisius.
cago Press. Supanggah, Rahayu. 2009. Bothekan Kara-
Hujatnikajennong, Agung. 2006. Resistensi witan II: GARAP. Surakarta: Program
Gaya Hidup; Teori dan Realita. Yogya- Pascasarjana bekerja sama dengan ISI
karta: Jala Sutra. Press Surakarta.

You might also like