Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi Psikolog Dan Peruqyah: Syarifah Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Studia Insania, November 2019, hal 108 - 120 Vol. 6, No.

2
ISSN 2355-1011, e-ISSN 2549-3019
DOI: 10.18592/jsi.v6i2.2208

Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi


Psikolog Dan Peruqyah

Syarifah
Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari

Abstract
This study aims to compare the perceptions of psychologists and who do people ruqyah to trans possession
phenomena. This research is a comparative descriptive study using a qualitative approach. The subjects of
this study amounted to 6 people consisting of 3 people who work as psychologists and 3 people who work
as who do people ruqyah in the Pondok Sehat Al-Wahida. Data collection techniques used are interviews,
observation, and documentation. Analysis of the data used with descriptive-comparative methods.
Based on the results of the research can be concluded that there are differences and similarities of
perceptions of psychologists and people who do ruqyah in viewing at the trance phenomenon in the city of
Banjarmasin. The difference between the perception of psychologists and people who do ruqyah in viewing
the phenomenon of trance is that psychologists view the phenomenon of possession using psychological
theory, while peruqyah views the phenomenon of possession using Islamic studies so that treatment given
by psychologists and people who do ruqyah has this difference in accordance with their scientific
competencies. As for the similarities between the perception of psychologists and people who the ruqyah in
viewing at the phenomenon of possession can be caused by psychological problems but they also believe in
Islamic studies can be caused by a genie that penetrates the body,

Keywords: Perception; Psychologist; Peruqyah; Trance

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persepsi psikolog dan peruqyah terhadap
fenomena kesurupan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3
orang yang berprofesi sebagai Psikolog di Kota Banjarmasin dan 3 orang yang berprofesi
sebagai Peruqyah di Pondok Sehat Al-Wahida. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan metode
deskriptif-komparatif.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya perbedaan dan persamaan persepsi Psikolog
dan Peruqyah dalam memandang fenomena kesurupan di kota Banjarmasin. Perbedaan
persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam memandang fenomena kesurupan adalah Psikolog
memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian teori psikologi, sedangkan Peruqyah
memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian Islam sehingga penanganan yang
diberikan Psikolog dan Peruqyah dalam menangani orang yang mengalami kesurupan
memiliki perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi keilmuwan mereka. Adapun persamaan
persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam memandang fenomena kesurupan adalah fenomena
kesurupan dapat terjadi disebabkan oleh permasalahan psikologis akan tetapi mereka juga
109 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2

meyakini dalam kajian Islam fenomena kesurupan dapat terjadi disebabkan oleh jin yang
merasuk ke tubuh.

Kata Kunci: Persepsi; Psikolog; Peruqyah; Kesurupan

Kesurupan merupakan fenomena sosial yang sering ditemui di masyarakat baik di

televisi maupun di media massa lainnya. Menurut keyakinan atau juga menurut agama,

seorang yang kesurupan dikarenakan ada sosok makhluk halus yang masuk ke dalam tubuh

dan mengendalikannya. Tidak sedikit orang yang kesurupan dapat berbicara ngawur dan

bertingkah aneh (Merdeka, 2017).

Fenomena kesurupan menjadi tema yang menarik dalam kajian psikologi. Sebuah kajian

yang mengandung kontroversi dan dipandang dari berbagai sisi yang berbeda. Dalam banyak

literatur sejarah psikologi, fenomena kesurupan dianggap sebagai sebuah asumsi primitif

dalam memandang gangguan jiwa. Dalam kenyataan bahwa gangguan atau penyakit mental

(mental disorder) dapat bersumber dari, atau disebabkan oleh kerasukan jin yang pada dasarnya

sudah lazim diterima dan diakui dalam kepercayaan agama maupun kepercayaan tradisional.
Dalam Islam, penerimaan dan pengakuan dimaksud terkait erat dengan prinsip keimanan

kepada yang ghaib. Dalam aliran-aliran utama psikologi dan psikoterapi modern seperti

behaviorisme, psikoanalisis dan psikologi humanistik memang terlihat adanya kecenderungan

yang kuat untuk mengingkari kepercayaan agama dan kepercayaan tradisional bahwa penyakit
mental bersumber dari gangguan jin (kesurupan) (Susanto, 2014).

Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Psikolog dan Peruqyah

di Kota Banjarmasin, ditemukan perbedaan persepsi dalam menanggapi fenomena kesurupan.

Menurut Leavitt persepsi (perception) dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003). Adapun persepsi

yang dimaksud peneliti di sini adalah pandangan Psikolog dan Peruqyah terhadap objek

(kesurupan). Psikolog adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik

psikologi dengan latar belakang pendidikan Sarjana psikologi lulusan program pendidikan
tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi

psikologi strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologi atau strata 2 (S2) Pendidikan

Magister Psikologi (Profesi Psikolog) (Himpunan Psikologi Indonesia, 2010). Adapun Psikolog
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 110

yang dimaksud peneliti di sini adalah Psikolog yang pernah melihat kasus kesurupan baik itu

secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan Peruqyah diartikan sebagai ruqyah yang berasal dari bahasa Arab dengan

makna yang sangat luas. Lafadz “ruqyah‛ diambil dari akar kata kerja: raqa-yarqi. Secara lughawi

(etimologi), ruqyah berarti al-‘audzah atau at-ta’widz, yaitu: meminta perlindungan (isti’adzah)

(Ghaffar & Siraj, 2012). Dr.Yusuf Al-Qaradhawi mendefinisikan ruqyah sebagaimana dikutip

oleh Musdar BustamamTambusai dengan definsi “Ar-Ruqaa” merupakan bentuk jama’ (plural)

dari ruqyah, yaitu (doa) perlindungan yang dibacakan kepada orang yang sakit seperti demam,

kesurupan, digigit ular atau disengat kalajengking dan sebagainya, sebagaimana dibacakan

pula kepada orang yang sakit disebabkan ain (Tambusai, 2010). Secara istilah sebagaimana telah

disebutkan ruqyah identik dengan penyembuhan secara syar’i dengan menggunakan ayat-ayat

Alquran (Musdar Bustaman, 2013). Peruqyah adalah orang yang melakukan ruqyah. Peruqyah

yang dimaksud peneliti di sini adalah orang yang menyembuhkan gangguan kesurupan

dengan membacakan ayat-ayat Alquran Al-Karim, nama-nama Allah, dan sifat-sifat-Nya, dan

(membacakan) doa-doa yang syar’i (ma’tsurat) disertai dengan kriteria-kriteria sebagai

Peruqyah. Adapun kriteria Peruqyah yang dimaksud peneliti di sini adalah Peruqyah yang

pernah mengikuti pelatihan-pelatihan Peruqyah dan mendapatkan sertifikat sebagai

pernyataan kelulusan dan standarisasi.

Menurut hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti di Kota Banjarmasin ditemukan

perbedaan pandangan dalam menanggapi fenomena kesurupan. Menurut Psikolog kesurupan

adalah reaksi kejiwaan yang disebut dengan Dissosiatif Trance Dissorder (DTD) atau gangguan

disosiasi. Gangguan disosiasi itu terjadi menurut teori Sigmund Freud dikarenakan adanya

konflik konflik-konflik yang tidak terselesaikan yang masuk ke alam bawah sadar dan

dipendam, ketika ada pemicu maka konflik-konflik tersebut keluar ke permukaan melalui

perilaku-perilaku yang bisa kita amati itu namanya kesurupan, gangguan semacam ini

termasuk gangguan mental (Dissosiatif Trance Dissorder).

Sedangkan praktisi terapis ruqyah syar’iyyah (Peruqyah) di Pondok Sehat Al-Wahida,


dia menuturkan bahwa kesurupan adalah masuknya jin ke dalam tubuh manusia. Jin termasuk
111 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2

makhluk gaib sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2: 275 yang artinya

(Kementerian Agama, 2012):

”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila”.

Maksud ayat tersebut adalah orang yang memakan harta riba itu akan dibangkitkan di

dalam kuburnya dalam keadaan seperti orang kesurupan. Faktor pemicu kesurupan karena

lalai/lupa mengingat Allah, melanggar perintah Allah seperti pergi ke dukun sehingga kondisi

tersebut memudahkan jin untuk masuk ke dalam tubuh, selain itu jin masuk ke tubuh manusia

bisa karena ijin Allah sehingga ia mengalami kesurupan.

Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk menggali lebih lanjut bagaimana

persepsi Psikolog dan Peruqyah terhadap fenomena kesurupan dan bagaimana perbandingan

persepsi Psikolog dan Peruqyah terhadap fenomena kesurupan.

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persepsi Psikolog dan Peruqyah

terhadap fenomena kesurupan.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan

kualitatif. Metode deskriptif-komparatif dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan

persepsi antara Psikolog dengan Peruqyah terhadap fenomena kesurupan. Pendekatan

kualitatif artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut

berdasarkan naskah wawancara, catatan lapangan, memo, dokumen pribadi, dokumen resmi

lainnya (Moleong, 1991).

Penelitian ini dilakukan di Kota Banjarmasin. Subjek penelitian ini berjumlah 6 orang

yang terdiri dari 3 orang yang berprofesi Psikolog yang berinisial Z, G, N bertempat di Kota

Banjarmasin dan Peruqyah yang berjumlah 3 orang yang berinisial R, M, H bekerja di Pondok

sehat Al-Wahida.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, sebagai
metode utama dan observasi sebagai metode pendukung serta dokumentasi untuk

memperkuat kebenaran data yang diambil. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 112

adalah dokumen tertulis berupa sertifikat pernyataan kelulusan dan standarisasi subjek

Peruqyah yang pernah mengikuti pelatihan-pelatihan ruqyah syar’iyyah.

Data yang di peroleh di analisis dengan metode deskriptif komparatif dengan

menggunakan memadukan antara metode ilmiah dan perspektif agama Islam.

Hasil

Ditemukan adanya perbedaan dan persamaan persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam

menanggapi fenomena kesurupan. Perbedaan persepsi Psikolog berinisial dan Peruqyah dalam

menanggapi fenomena kesurupan adalah Psikolog memandang fenomena kesurupan

menggunakan kajian teori psikologi, sedangkan Peruqyah memandang fenomena kesurupan

menggunakan kajian Islam sehingga dari segi penanganan yang diberikan Psikolog dan

Peruqyah dalam menangani kesurupan memiliki perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi

keilmuwan mereka.

Menurut pandangan Psikolog, kesurupan adalah kondisi hilanganya kesadaran

sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol diri yang disebabkan oleh

permasalahan psikologis: adanya tekanan emosi atau pikiran yang tidak bisa dikeluarkan di

alam bawah sadar, alam alam bawah sadar itu sebenarnya 88% sedangkan kesadaran itu hanya

12%, sehingga akan terjadi kecenderungan emosi atau pikiran tersebut terpendam di alam

bawah sadar dan mengakibatkan tekanan (stres) dalam diri. Apabila ada faktor pemicunya

maka akan dilampiaskan dalam bentuk luapan emosi yang tidak terkontrol. Faktor pemicunya

seperti: adanya konflik-konflik yang ada dalam dirinya belum terselesaikan, penyelesaian

masalah (coping) emosi, coping stresnya buruk, mengalami stres berat, kecemasan (anxiety) yang

tinggi, kepribadian tertutup, lingkungan sosial, perilaku yang ditiru (modelling) dan lain-lain.

Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.

Menurut pandangan Psikolog, kesurupan massal itu terjadi karena permasalahan psikologis

yang dipendam sehingga mengalami tekanan dan tidak bisa di kontrol sehinggaterjadi karena

luapan emosional yang kuat dan dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitar. Saat
mereka melihat dan merasakan luapan emosional yang kuat dari teman mereka dalam kondisi
113 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2

“kesurupan”, pada dasarnya mengarahkan mereka untuk masuk ke alam bawah sadar, tanpa

tidak disadari dia meniru perilaku tersebut (modelling).

Sedangkan persamaan persepsi Psikolog dan Peruqyah terhadap fenomena kesurupan

terletak bahwa Psikolog memandang fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh

permasalahan psikologis akan tetapi Psikolog tetap meyakini dalam kajian Islam fenomena

kesurupan dapat disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh dalam kondisi tekanan

emosi negatif dan lemahnya iman kepada Allah. Sama halnya dengan Peruqyah, memandang

dan meyakini fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam

tubuh, akan tetapi Peruqyah percaya bahwa fenomena kesurupan dapat disebabkan oleh

permasalahan psikologis.

Menurut pandangan Peruqyah, kesurupan adalah kondisi hilangnya kesadaran

sehingga tidak dapat mengontrol diri yang disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh

melalui aliran darah. Adapun penyebab terjadinya kesurupan di picu oleh gangguan jin atau

setan di seperti syirik kepada Allah, menyalahi sunnah Allah, memakai ilmu hitam,

bermaksiat, melakukan dosa besar, memiliki benda-benda pusaka, ketidaktahuan manusia

menzalimi jin sehingga jin tersebut marah, jin atau setan dikirim oleh dukun untuk masuk ke

dalam tubuh manusia untuk menyakiti, mengganggu, menghalangi jodoh, membuat orang itu

berwibawa (ditakuti), dan jinnya iseng suka mengganggu manusia. Selain itu, menurut

pandangan Peruqyah kesurupan dapat disebabkan oleh permasalahan psikologis seperti:

tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang menumpuk sehingga menurunkan

kesadaran.

Menurut pandangan Peruqyah, penyebab terjadinya kesurupan di picu oleh

permasalahan psikologi seperti: tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang

menumpuk dan menurunkan tingkat kesadaran, pikirannya kosong, bingung, ketakutan yang

luar biasa karena melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah,

daya emosionalnya tinggi, atau terlalu bersyahwat,galau, gelisah, depresi, sedih, putus asa, lalai

berzikir kepada Allah, selain itu aspek humanitasnya yang labil atau bisa dikategorikan
lemahnya iman seseorang juga dapat memicu terjadinya kesurupan.
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 114

Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.

Menurut pandangan Peruqyah kesurupan massal itu terjadi karena Kesurupan massal itu

terjadi disebabkan oleh: ada celah-celah pintu masuk jin/setan ke dalam tubuh untuk bisa

mengganggu dan faktor psikologis yang memicu terjadinya kesurupan (tekanan batin, beban

pikiran, kesedihan, trauma,pikirannya kosong, bingung, ketakutan yang luar biasa karena

melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah, daya

emosionalnya tinggi, atau ia terlalu bersyahwat,galau, gelisah, depresi,sedih, putus asa, ia lalai

berzikir kepada Allah, lemahnya iman).

Adapun perbedaan pandangan persepsi Psikolog dan Peruqyah terhadap fenomena

kesurupaan terletak dari segi penanganannya yaitu Psikolog dalam menangani kesurupan

dengan menggunakan pendekatan psikologi yaitu hipnoterapi yang dilakukan setelah sadar

dari kesurupan dan modifikasi perilaku (behavior) yang dilakukan setelah sadar dari kesurupan.

Sedangkan Peruqyah dalam menangani kesurupan dengan menggunakan pendekatan ruqyah

syar’iyyah (menggunakan ayat Alquran untuk penanganannya kesurupan yang disebabkan

gangguan jin atau setan) dan muhasabah (diberikan nasehat atau motivasi yang kuat untuk

kesurupan yang disebabkan permasalahan psikologi) sehingga Psikolog dan Peruqyah dapat

bekerjasama dalam menangani kasus kesurupan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ditemukan adanya perbedaan dan

persamaan persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam menanggapi fenomena kesurupan di Kota

Banjarmasin. Perbedaan persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam menanggapi fenomena

kesurupan adalah Psikolog memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian teori

psikologi, sedangkan Peruqyah memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian Islam

sehingga dari segi penanganan yang diberikan Psikolog dan Peruqyah dalam menangani

kesurupan memiliki perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi keilmuwan mereka.

Dalam pandangan ilmiah mengenai kesurupan terutama berasal dari kalangan psikiatri
dan psikologi klinis. Ada beberapa istilah dalam tulisan-tulisan berkaitan dengan kesehatan

mental untuk menunjuk fenomena kesurupan dalam buku PPDGJ III yaitu dissociative trance
115 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2

disorder, possession syndrome atau possession hysterical atau possession disorderdissorder, dissociative

identity disorder, dan gangguan trans dan kesurupan. Kesurupan menurut pandangan ilmiah

merupakan bagian dari gangguan disosiasi, yaitu belum terintegrasinya kepribadian indivdu

secara baik sehingga dalam situasi tertentu yang berkaitan dengan stres/tekanan, ada bagian

kepribadian muncul secara otonom menggantikan kepribadian yang selama ini disadari

(kepribadian asli) (Siswanto, 2015).

Siti Sundari menjelaskan faktor yang dominan yang dapat memicu terjadinya

kesurupan adalah faktor psikologis, stres, depresi atau semacamnya. Orang yang

mengalami stres mudah sekali tersugesti dengan berbagai hal dikarenakan biasanya orang

yang stres itu seringkali melamun yang menandakan kosongnya pikiran sadar. Jika

pikiran sadar kosong sudah pasti pikiran bawah sadarlah yang mendominasi. Menurut

pandangan Freud, Disosiasi merupakan salah satu bentuk deffence mechanism ego ketika

kebutuhan-kebutuhan id tidak tersalurkan karena adanya super ego. Dalam hal ini, orang

yang mengalami stres berat atau kejadian traumatik, coping stres tidak dapat mengatasi

stresor yang ada sehingga ego melemah. Saat ego ini melemah individu mulai melakukan

pertahanan diri dalam bentuk disosiasi. yaitu suatu usaha untuk menghilangkan kesusahan

atau kekecewaan dengan jalan melarikan diri dari hal-hal yang tak menyenangkan dengan cara

yang tidak masuk akal (Sundari, 2005).

Hal ini selaras dengan pandangan Psikolog yang menyatakan bahwa kesurupan adalah

kondisi hilanganya kesadaran sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol diri

yang disebabkan oleh permasalahan psikologis: adanya tekanan emosi atau pikiran yang tidak

dapat dikeluarkan di alam bawah sadar, alam alam bawah sadar itu sebenarnya 88% sedangkan

kesadaran itu hanya 12%, sehingga akan terjadi kecenderungan emosi atau pikiran tersebut

terpendam di alam bawah sadar dan mengakibatkan tekanan (stres) dalam diri. Apabila ada

faktor pemicunya maka akan dilampiaskan dalam bentuk luapan emosi yang tidak terkontrol.

Faktor pemicunya seperti: adanya konflik-konflik yang ada dalam dirinya belum terselesaikan,

penyelesaian masalah (coping) emosi, coping stresnya buruk, mengalami stres berat, kecemasan
(anxiety) yang tinggi, kepribadian tertutup, lingkungan sosial, perilaku yang ditiru (modelling)

dan lain-lain.
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 116

Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.

Menurut pandangan Psikolog, kesurupan massal itu terjadi karena permasalahan psikologis

yang dipendam sehingga mengalami tekanan dan tidak dapat di kontrol sehinggaterjadi karena

luapan emosional yang kuat dan dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitar. Saat

mereka melihat dan merasakan luapan emosional yang kuat dari teman mereka dalam kondisi

“kesurupan”, pada dasarnya mengarahkan mereka untuk masuk ke alam bawah sadar, tanpa

tidak disadari dia meniru perilaku tersebut (modelling).

Sedangkan persamaan pandangan Psikolog dan Peruqyah terhadap fenomena

kesurupan terletak bahwa Psikolog memandang fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan

oleh permasalahan psikologis akan tetapi Psikolog tetap meyakini dalam kajian Islam fenomena

kesurupan dapat disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh dalam kondisi tekanan

emosi negatif dan lemahnya iman kepada Allah. Sama halnya dengan Peruqyah memandang

dan meyakini fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam

tubuh, akan tetapi Peruqyah percaya bahwa fenomena kesurupan dapat disebabkan oleh

permasalahan psikologis.

Kesurupan dari pandangan Islam turut dilihat sebagai gejala kerasukan atau (al-sar’u)

yaitu kemasukan roh-roh jahat dari kalangan Jin dan syaitan yang memasuki badan manusia

sehingga mengganggu kewarasan akal dan jiwa. Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW

yang menjelaskan perihal Jin dan syaitan berupaya memasuki tubuh manusia lalu merasakan

hati dan aqal manusia melalui hadith Abu Hurairah RA daripada Rasulullah bersabda yang

artinya:

‚Sesungguhnya syaitan berjalan pada anak manusia seperti jalannya darah pada peredarannya‛(Ahmad

& Ibrahim, 2015).

Hal ini senada dengan pandangan Peruqyah bahwa kesurupan adalah kondisi

hilangnya kesadaran sehingga tidak dapat mengontrol diri yang disebabkan oleh jin yang

merasuk ke dalam tubuh melalui aliran darah. Adapun penyebab terjadinya kesurupan di picu

oleh gangguan jin atau setan di seperti syirik kepada Allah, menyalahi sunnah Allah, memakai
ilmu hitam, bermaksiat, melakukan dosa besar, memiliki benda-benda pusaka, ketidaktahuan

manusia menzalimi jin sehingga jin tersebut marah, jin atau setan dikirim oleh dukun untuk
117 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2

masuk ke dalam tubuh manusia untuk menyakiti, mengganggu, menghalangi jodoh, membuat

orang itu berwibawa (ditakuti),dan jinnya iseng suka mengganggu manusia. Selain itu menurut

pandangan Peruqyah kesurupan dapat disebabkan oleh permasalahan psikologis seperti:

tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang menumpuk sehingga menurunkan

kesadaran.

Adapun penyebab terjadinya kesurupan yang di picu oleh permasalahan psikologi

menurut pandangan Peruqyah seperti: tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang

menumpuk dan menurunkan tingkat kesadaran,pikirannya kosong, bingung, ketakutan yang

luar biasa karena melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah,

daya emosionalnya tinggi, atau terlalu bersyahwat, galau, gelisah, depresi, sedih, putus asa,

lalai berzikir kepada Allah, selain itu aspek humanitasnya yang labil atau bisa dikategorikan

lemahnya iman seseorang juga dapat memicu terjadinya kesurupan.

Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.

Menurut pandangan Peruqyah kesurupan massal itu terjadi karena Kesurupan massal itu

terjadi disebabkan oleh: Ada celah-celah pintu masuk jin/setan ke dalam tubuh untuk bisa

mengganggu dan faktor psikologis yang memicu terjadinya kesurupan (tekanan batin, beban

pikiran, kesedihan, trauma,pikirannya kosong, bingung, ketakutan yang luar biasa karena

melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah, daya

emosionalnya tinggi, atau ia terlalu bersyahwat,galau, gelisah, depresi,sedih, putus asa, ia lalai

berzikir kepada Allah, lemahnya iman).

Hal ini sejalan dalam perspektif Islam menurut teori Ibnu Qayyim, kesurupan itu ada

dua macam: kesurupan karena kesurupan ruh jahat dan kesurupan karena tekanan jiwa (stres).

Kesurupan karena tekanan jiwa (stres) sebab dan cara penyembuhannya telah banyak

diperbincangkan oleh para ahli psikologi. Adapun gila karena kesurupan ruh jahat, cara

mengobatinya ialah dengan memperkuat ruh yang baik untuk membinasakan ruh yang jahat.

Gunanya ialah untuk menolak pengaruh ruh jahat itu menghancurkannya, gila akibat

kesurupan ini tidak bisa di analisa secara ilmiah dan tidak bisa di sembuhkan secara medis
(Muhammad, t.t.).
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 118

Menurut Abu Ayyash Raf'alhaq menjelaskan bahwa gangguan jin biasanya terjadi

pada orang-orang yang mengalami kondisi-kondisi antara lain: 1) marah Sekali, 2) takut

yang berlebihan, memperturutkan nafsu syahwat, 3) kelalaian/ Melamun, 4) Stres berlebihan

(Raf’alhaq & Ayyash, 2005).

Selain kondisi-kondisi di atas, dalam Alqur’an, fenomena sihir, santet, guna-guna

dan sebagainya diyakini sebagai praktek yang menggunakan bantuan jin. Ini terjadi jika

seseorang mempunyai perjanjian dengan jin, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Jin/72:6

yang artinya:

‚dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada

beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan

(Kementerian Agama, 2012).

Perbedaan pandangan persepsi Psikolog dan Peruqyah terhadap fenomena kesurupaan


terletak dari segi penanganannya yaitu Psikolog dalam menangani kesurupan dengan

menggunakan pendekatan psikologi yaitu hipnoterapi yang dilakukan setelah sadar dari

kesurupan dan modifikasi perilaku (Behavior) yang dilakukan setelah sadar dari kesurupan. Hal

ini sejalan dengan teori dalam persepektif psikologi menurut Rully teknik - teknik yang dapat

digunakan dalam membantu klien yang mengalami kesurupan sebenarnya cukup rasional dan

siapa saja dapat mempraktekkannya sebagaimana dikutip dalam buku The Real Art of Hypnosis.

Dalam buku itu dijelaskan bagaimana perspektif hypnotherapy menyoal kesurupan dan cara

penanggulangannya. Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti

untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku (Rakhmawati, Putra, & Perdana,

2015).

Para Peruqyah dalam menangani kesurupan dengan menggunakan pendekatan ruqyah

syar’iyyah (menggunakan ayat Alquran untuk penanganannya kesurupan yang disebabkan

gangguan jin atau setan) dan muhasabah (diberikan nasehat atau motivasi yang kuat untuk

kesurupan yang disebabkan permasalahan psikologi). Hal ini sejalan dengan teori Ibnu
119 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2

Qayyim, kesurupan itu ada dua macam: kesurupan karena kesurupan ruh jahat dan kesurupan

karena tekanan jiwa (stres). Kesurupan karena tekanan jiwa (stres) sebab dan cara

penyembuhannya telah banyak diperbincangkan oleh para ahli psikologi. Adapun gila karena

kesurupan ruh jahat, cara mengobatinya ialah dengan memperkuat ruh yang baik untuk

membinasakan ruh yang jahat. Gunanya ialah untuk menolak pengaruh ruh jahat itu

menghancurkannya, gila akibat kesurupan ini tidak bisa di analisa secara ilmiah dan tidak bisa

di sembuhkan secara medis (Muhammad, t.t.).

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi mendefinisikan ruqyah sebagaimana dikutip oleh Musdar

Bustamam Tambusai dengan definsi “Ar-Ruqaa” merupakan bentuk jama’ (plural) dari ruqyah,

yaitu (doa) perlindungan yang dibacakan kepada orang yang sakit seperti demam, kesurupan,

digigit ular atau disengat kalajengking dan sebagainya, sebagaimana dibacakan pula kepada

orang yang sakit disebabkan ain (Tambusai, 2010). Sehingga tidak menutup kemungkinan

Psikolog dan Peruqyah dapat bekerjasama dalam menangani kasus kesurupan.

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya Psikolog dan Peruqyah memiliki

pemikiran yang sama di dalam memandang fenomena kesurupan. Namun karakteristik,

sumber, serta cara berfikir di dalam teori yang kedua mereka kemukakan memiliki perbedaan.

Perbedaan persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam menanggapi fenomena kesurupan adalah

Psikolog memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian teori psikologi, sedangkan

Peruqyah memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian Islam sehingga dari segi

penanganan yang diberikan Psikolog dan Peruqyah dalam menangani kesurupan memiliki

perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi keilmuwan mereka, sedangkan persamaannya

terletak bahwa Psikolog memandang fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh

permasalahan psikologis akan tetapi Psikolog tidak mengesampingkan keyakinannya dalam

kajian Islam fenomena kesurupan dapat disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh,

sama halnya dengan Peruqyah yang meyakini fenomena kesurupan terjadi disebabkan oleh jin
yang merasuk ke dalam tubuh, akan tetapi Peruqyah percaya bahwa fenomena kesurupan
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 120

dapat disebabkan oleh permasalahan psikologis sehingga tidak menutup kemungkinan

Psikolog dan Peruqyah dapat bekerjasama dalam menangani kasus kesurupan.

Saran

Penelitian selanjutnya agar memperkaya penelitiannya dengan melihat penyusunan aitem

pertanyaan wawancara secara lebih mendalam dan detil, menambah jumlah subjek penelitian

agar dapat digeneralisasikan, sudut pandang yang sedikit, disarankan bagi peneliti selanjutnya

perlunya penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan lebih daripada mendeskripsikan,

baik berupa pendalaman yang lebih lagi baik berupa tambahan sudut pandang untuk

memperkuat teori yang ada yang terkait dengan kesurupan.

Referensi

Ahmad, K., & Ibrahim, M. A. H. (2015). Histeria Dari Persfektif Al-Quran dan Hadith: Satu
Analisis. Journal of Al-Tamaddun, 10(2).
Ghaffar, A., & Siraj, F. (2012). Bisikan Setan: Penyebab, Dampak dan Terapinya. Solo: Aqwam.
Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Himpunan
Psikologi Indonesia.
Kementerian Agama, R. (2012). Al-Quran dan Terjemah. Bandung: Kementerian Agama RI.
Merdeka. (2017). Pakar Kesurupan Itu Bukan Disebabkan Makhluk Halus. Diambil 22 Januari
2017, dari https://www.merdeka.com/teknologi/pakar-kesurupan-itu-bukan-
disebabkan-makhluk-halus-tekmistis.html
Moleong, L. J. (1991). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad, B. (t.t.). Alam Jin dan Setan dalam Pandangan Al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Pustaka
Amani.
Musdar Bustaman, T. (2013). Halal-Haram Ruqyah. Jakarta: Al-Kautsar.
Raf’alhaq, & Ayyash, A. (2005). Buku Saku Ruqyah. Surabaya: Tsabita Grafika.
Rakhmawati, R., Putra, K. R., & Perdana, F. R. B. P. B. (2015). Metode Keperawatan
Komplementer Hipnoterapi Untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat
Sedang Pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu
(SPGDT). Jurnal Keperawatan, 5(2), 178–184.
Siswanto. (2015). Psikologi Kesehatan Mental: Awas Kesurupan. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Sundari, S. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto, D. (2014). Dakwah melalui Layanan Psikoterapi Ruqyah Bagi Pasien Penderita
Kesurupan. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 5(2), 313–333.
Tambusai, M. B. (2010). Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah. Jakarta: Al-Kautsar.

You might also like