Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi Psikolog Dan Peruqyah: Syarifah Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari
Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi Psikolog Dan Peruqyah: Syarifah Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari
Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi Psikolog Dan Peruqyah: Syarifah Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari
2
ISSN 2355-1011, e-ISSN 2549-3019
DOI: 10.18592/jsi.v6i2.2208
Syarifah
Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari
Abstract
This study aims to compare the perceptions of psychologists and who do people ruqyah to trans possession
phenomena. This research is a comparative descriptive study using a qualitative approach. The subjects of
this study amounted to 6 people consisting of 3 people who work as psychologists and 3 people who work
as who do people ruqyah in the Pondok Sehat Al-Wahida. Data collection techniques used are interviews,
observation, and documentation. Analysis of the data used with descriptive-comparative methods.
Based on the results of the research can be concluded that there are differences and similarities of
perceptions of psychologists and people who do ruqyah in viewing at the trance phenomenon in the city of
Banjarmasin. The difference between the perception of psychologists and people who do ruqyah in viewing
the phenomenon of trance is that psychologists view the phenomenon of possession using psychological
theory, while peruqyah views the phenomenon of possession using Islamic studies so that treatment given
by psychologists and people who do ruqyah has this difference in accordance with their scientific
competencies. As for the similarities between the perception of psychologists and people who the ruqyah in
viewing at the phenomenon of possession can be caused by psychological problems but they also believe in
Islamic studies can be caused by a genie that penetrates the body,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persepsi psikolog dan peruqyah terhadap
fenomena kesurupan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3
orang yang berprofesi sebagai Psikolog di Kota Banjarmasin dan 3 orang yang berprofesi
sebagai Peruqyah di Pondok Sehat Al-Wahida. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan metode
deskriptif-komparatif.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya perbedaan dan persamaan persepsi Psikolog
dan Peruqyah dalam memandang fenomena kesurupan di kota Banjarmasin. Perbedaan
persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam memandang fenomena kesurupan adalah Psikolog
memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian teori psikologi, sedangkan Peruqyah
memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian Islam sehingga penanganan yang
diberikan Psikolog dan Peruqyah dalam menangani orang yang mengalami kesurupan
memiliki perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi keilmuwan mereka. Adapun persamaan
persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam memandang fenomena kesurupan adalah fenomena
kesurupan dapat terjadi disebabkan oleh permasalahan psikologis akan tetapi mereka juga
109 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2
meyakini dalam kajian Islam fenomena kesurupan dapat terjadi disebabkan oleh jin yang
merasuk ke tubuh.
televisi maupun di media massa lainnya. Menurut keyakinan atau juga menurut agama,
seorang yang kesurupan dikarenakan ada sosok makhluk halus yang masuk ke dalam tubuh
dan mengendalikannya. Tidak sedikit orang yang kesurupan dapat berbicara ngawur dan
Fenomena kesurupan menjadi tema yang menarik dalam kajian psikologi. Sebuah kajian
yang mengandung kontroversi dan dipandang dari berbagai sisi yang berbeda. Dalam banyak
literatur sejarah psikologi, fenomena kesurupan dianggap sebagai sebuah asumsi primitif
dalam memandang gangguan jiwa. Dalam kenyataan bahwa gangguan atau penyakit mental
(mental disorder) dapat bersumber dari, atau disebabkan oleh kerasukan jin yang pada dasarnya
sudah lazim diterima dan diakui dalam kepercayaan agama maupun kepercayaan tradisional.
Dalam Islam, penerimaan dan pengakuan dimaksud terkait erat dengan prinsip keimanan
kepada yang ghaib. Dalam aliran-aliran utama psikologi dan psikoterapi modern seperti
yang kuat untuk mengingkari kepercayaan agama dan kepercayaan tradisional bahwa penyakit
mental bersumber dari gangguan jin (kesurupan) (Susanto, 2014).
Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Psikolog dan Peruqyah
Menurut Leavitt persepsi (perception) dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003). Adapun persepsi
yang dimaksud peneliti di sini adalah pandangan Psikolog dan Peruqyah terhadap objek
(kesurupan). Psikolog adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik
psikologi dengan latar belakang pendidikan Sarjana psikologi lulusan program pendidikan
tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi
psikologi strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologi atau strata 2 (S2) Pendidikan
Magister Psikologi (Profesi Psikolog) (Himpunan Psikologi Indonesia, 2010). Adapun Psikolog
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 110
yang dimaksud peneliti di sini adalah Psikolog yang pernah melihat kasus kesurupan baik itu
Sedangkan Peruqyah diartikan sebagai ruqyah yang berasal dari bahasa Arab dengan
makna yang sangat luas. Lafadz “ruqyah‛ diambil dari akar kata kerja: raqa-yarqi. Secara lughawi
(etimologi), ruqyah berarti al-‘audzah atau at-ta’widz, yaitu: meminta perlindungan (isti’adzah)
(Ghaffar & Siraj, 2012). Dr.Yusuf Al-Qaradhawi mendefinisikan ruqyah sebagaimana dikutip
oleh Musdar BustamamTambusai dengan definsi “Ar-Ruqaa” merupakan bentuk jama’ (plural)
dari ruqyah, yaitu (doa) perlindungan yang dibacakan kepada orang yang sakit seperti demam,
kesurupan, digigit ular atau disengat kalajengking dan sebagainya, sebagaimana dibacakan
pula kepada orang yang sakit disebabkan ain (Tambusai, 2010). Secara istilah sebagaimana telah
disebutkan ruqyah identik dengan penyembuhan secara syar’i dengan menggunakan ayat-ayat
Alquran (Musdar Bustaman, 2013). Peruqyah adalah orang yang melakukan ruqyah. Peruqyah
yang dimaksud peneliti di sini adalah orang yang menyembuhkan gangguan kesurupan
dengan membacakan ayat-ayat Alquran Al-Karim, nama-nama Allah, dan sifat-sifat-Nya, dan
Peruqyah. Adapun kriteria Peruqyah yang dimaksud peneliti di sini adalah Peruqyah yang
Menurut hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti di Kota Banjarmasin ditemukan
adalah reaksi kejiwaan yang disebut dengan Dissosiatif Trance Dissorder (DTD) atau gangguan
disosiasi. Gangguan disosiasi itu terjadi menurut teori Sigmund Freud dikarenakan adanya
konflik konflik-konflik yang tidak terselesaikan yang masuk ke alam bawah sadar dan
dipendam, ketika ada pemicu maka konflik-konflik tersebut keluar ke permukaan melalui
perilaku-perilaku yang bisa kita amati itu namanya kesurupan, gangguan semacam ini
makhluk gaib sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2: 275 yang artinya
”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
Maksud ayat tersebut adalah orang yang memakan harta riba itu akan dibangkitkan di
dalam kuburnya dalam keadaan seperti orang kesurupan. Faktor pemicu kesurupan karena
lalai/lupa mengingat Allah, melanggar perintah Allah seperti pergi ke dukun sehingga kondisi
tersebut memudahkan jin untuk masuk ke dalam tubuh, selain itu jin masuk ke tubuh manusia
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk menggali lebih lanjut bagaimana
persepsi Psikolog dan Peruqyah terhadap fenomena kesurupan dan bagaimana perbandingan
Metode
kualitatif artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut
berdasarkan naskah wawancara, catatan lapangan, memo, dokumen pribadi, dokumen resmi
Penelitian ini dilakukan di Kota Banjarmasin. Subjek penelitian ini berjumlah 6 orang
yang terdiri dari 3 orang yang berprofesi Psikolog yang berinisial Z, G, N bertempat di Kota
Banjarmasin dan Peruqyah yang berjumlah 3 orang yang berinisial R, M, H bekerja di Pondok
sehat Al-Wahida.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, sebagai
metode utama dan observasi sebagai metode pendukung serta dokumentasi untuk
memperkuat kebenaran data yang diambil. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 112
adalah dokumen tertulis berupa sertifikat pernyataan kelulusan dan standarisasi subjek
Hasil
Ditemukan adanya perbedaan dan persamaan persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam
menanggapi fenomena kesurupan. Perbedaan persepsi Psikolog berinisial dan Peruqyah dalam
menggunakan kajian Islam sehingga dari segi penanganan yang diberikan Psikolog dan
Peruqyah dalam menangani kesurupan memiliki perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi
keilmuwan mereka.
sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol diri yang disebabkan oleh
permasalahan psikologis: adanya tekanan emosi atau pikiran yang tidak bisa dikeluarkan di
alam bawah sadar, alam alam bawah sadar itu sebenarnya 88% sedangkan kesadaran itu hanya
12%, sehingga akan terjadi kecenderungan emosi atau pikiran tersebut terpendam di alam
bawah sadar dan mengakibatkan tekanan (stres) dalam diri. Apabila ada faktor pemicunya
maka akan dilampiaskan dalam bentuk luapan emosi yang tidak terkontrol. Faktor pemicunya
seperti: adanya konflik-konflik yang ada dalam dirinya belum terselesaikan, penyelesaian
masalah (coping) emosi, coping stresnya buruk, mengalami stres berat, kecemasan (anxiety) yang
tinggi, kepribadian tertutup, lingkungan sosial, perilaku yang ditiru (modelling) dan lain-lain.
Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.
Menurut pandangan Psikolog, kesurupan massal itu terjadi karena permasalahan psikologis
yang dipendam sehingga mengalami tekanan dan tidak bisa di kontrol sehinggaterjadi karena
luapan emosional yang kuat dan dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitar. Saat
mereka melihat dan merasakan luapan emosional yang kuat dari teman mereka dalam kondisi
113 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2
“kesurupan”, pada dasarnya mengarahkan mereka untuk masuk ke alam bawah sadar, tanpa
terletak bahwa Psikolog memandang fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh
permasalahan psikologis akan tetapi Psikolog tetap meyakini dalam kajian Islam fenomena
kesurupan dapat disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh dalam kondisi tekanan
emosi negatif dan lemahnya iman kepada Allah. Sama halnya dengan Peruqyah, memandang
dan meyakini fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam
tubuh, akan tetapi Peruqyah percaya bahwa fenomena kesurupan dapat disebabkan oleh
permasalahan psikologis.
sehingga tidak dapat mengontrol diri yang disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh
melalui aliran darah. Adapun penyebab terjadinya kesurupan di picu oleh gangguan jin atau
setan di seperti syirik kepada Allah, menyalahi sunnah Allah, memakai ilmu hitam,
menzalimi jin sehingga jin tersebut marah, jin atau setan dikirim oleh dukun untuk masuk ke
dalam tubuh manusia untuk menyakiti, mengganggu, menghalangi jodoh, membuat orang itu
berwibawa (ditakuti), dan jinnya iseng suka mengganggu manusia. Selain itu, menurut
tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang menumpuk sehingga menurunkan
kesadaran.
permasalahan psikologi seperti: tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang
menumpuk dan menurunkan tingkat kesadaran, pikirannya kosong, bingung, ketakutan yang
luar biasa karena melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah,
daya emosionalnya tinggi, atau terlalu bersyahwat,galau, gelisah, depresi, sedih, putus asa, lalai
berzikir kepada Allah, selain itu aspek humanitasnya yang labil atau bisa dikategorikan
lemahnya iman seseorang juga dapat memicu terjadinya kesurupan.
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 114
Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.
Menurut pandangan Peruqyah kesurupan massal itu terjadi karena Kesurupan massal itu
terjadi disebabkan oleh: ada celah-celah pintu masuk jin/setan ke dalam tubuh untuk bisa
mengganggu dan faktor psikologis yang memicu terjadinya kesurupan (tekanan batin, beban
pikiran, kesedihan, trauma,pikirannya kosong, bingung, ketakutan yang luar biasa karena
melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah, daya
emosionalnya tinggi, atau ia terlalu bersyahwat,galau, gelisah, depresi,sedih, putus asa, ia lalai
kesurupaan terletak dari segi penanganannya yaitu Psikolog dalam menangani kesurupan
dengan menggunakan pendekatan psikologi yaitu hipnoterapi yang dilakukan setelah sadar
dari kesurupan dan modifikasi perilaku (behavior) yang dilakukan setelah sadar dari kesurupan.
gangguan jin atau setan) dan muhasabah (diberikan nasehat atau motivasi yang kuat untuk
kesurupan yang disebabkan permasalahan psikologi) sehingga Psikolog dan Peruqyah dapat
Pembahasan
persamaan persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam menanggapi fenomena kesurupan di Kota
sehingga dari segi penanganan yang diberikan Psikolog dan Peruqyah dalam menangani
kesurupan memiliki perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi keilmuwan mereka.
Dalam pandangan ilmiah mengenai kesurupan terutama berasal dari kalangan psikiatri
dan psikologi klinis. Ada beberapa istilah dalam tulisan-tulisan berkaitan dengan kesehatan
mental untuk menunjuk fenomena kesurupan dalam buku PPDGJ III yaitu dissociative trance
115 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2
disorder, possession syndrome atau possession hysterical atau possession disorderdissorder, dissociative
identity disorder, dan gangguan trans dan kesurupan. Kesurupan menurut pandangan ilmiah
merupakan bagian dari gangguan disosiasi, yaitu belum terintegrasinya kepribadian indivdu
secara baik sehingga dalam situasi tertentu yang berkaitan dengan stres/tekanan, ada bagian
kepribadian muncul secara otonom menggantikan kepribadian yang selama ini disadari
Siti Sundari menjelaskan faktor yang dominan yang dapat memicu terjadinya
kesurupan adalah faktor psikologis, stres, depresi atau semacamnya. Orang yang
mengalami stres mudah sekali tersugesti dengan berbagai hal dikarenakan biasanya orang
yang stres itu seringkali melamun yang menandakan kosongnya pikiran sadar. Jika
pikiran sadar kosong sudah pasti pikiran bawah sadarlah yang mendominasi. Menurut
pandangan Freud, Disosiasi merupakan salah satu bentuk deffence mechanism ego ketika
kebutuhan-kebutuhan id tidak tersalurkan karena adanya super ego. Dalam hal ini, orang
yang mengalami stres berat atau kejadian traumatik, coping stres tidak dapat mengatasi
stresor yang ada sehingga ego melemah. Saat ego ini melemah individu mulai melakukan
pertahanan diri dalam bentuk disosiasi. yaitu suatu usaha untuk menghilangkan kesusahan
atau kekecewaan dengan jalan melarikan diri dari hal-hal yang tak menyenangkan dengan cara
Hal ini selaras dengan pandangan Psikolog yang menyatakan bahwa kesurupan adalah
kondisi hilanganya kesadaran sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol diri
yang disebabkan oleh permasalahan psikologis: adanya tekanan emosi atau pikiran yang tidak
dapat dikeluarkan di alam bawah sadar, alam alam bawah sadar itu sebenarnya 88% sedangkan
kesadaran itu hanya 12%, sehingga akan terjadi kecenderungan emosi atau pikiran tersebut
terpendam di alam bawah sadar dan mengakibatkan tekanan (stres) dalam diri. Apabila ada
faktor pemicunya maka akan dilampiaskan dalam bentuk luapan emosi yang tidak terkontrol.
Faktor pemicunya seperti: adanya konflik-konflik yang ada dalam dirinya belum terselesaikan,
penyelesaian masalah (coping) emosi, coping stresnya buruk, mengalami stres berat, kecemasan
(anxiety) yang tinggi, kepribadian tertutup, lingkungan sosial, perilaku yang ditiru (modelling)
dan lain-lain.
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 116
Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.
Menurut pandangan Psikolog, kesurupan massal itu terjadi karena permasalahan psikologis
yang dipendam sehingga mengalami tekanan dan tidak dapat di kontrol sehinggaterjadi karena
luapan emosional yang kuat dan dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitar. Saat
mereka melihat dan merasakan luapan emosional yang kuat dari teman mereka dalam kondisi
“kesurupan”, pada dasarnya mengarahkan mereka untuk masuk ke alam bawah sadar, tanpa
kesurupan terletak bahwa Psikolog memandang fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan
oleh permasalahan psikologis akan tetapi Psikolog tetap meyakini dalam kajian Islam fenomena
kesurupan dapat disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh dalam kondisi tekanan
emosi negatif dan lemahnya iman kepada Allah. Sama halnya dengan Peruqyah memandang
dan meyakini fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam
tubuh, akan tetapi Peruqyah percaya bahwa fenomena kesurupan dapat disebabkan oleh
permasalahan psikologis.
Kesurupan dari pandangan Islam turut dilihat sebagai gejala kerasukan atau (al-sar’u)
yaitu kemasukan roh-roh jahat dari kalangan Jin dan syaitan yang memasuki badan manusia
sehingga mengganggu kewarasan akal dan jiwa. Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW
yang menjelaskan perihal Jin dan syaitan berupaya memasuki tubuh manusia lalu merasakan
hati dan aqal manusia melalui hadith Abu Hurairah RA daripada Rasulullah bersabda yang
artinya:
‚Sesungguhnya syaitan berjalan pada anak manusia seperti jalannya darah pada peredarannya‛(Ahmad
Hal ini senada dengan pandangan Peruqyah bahwa kesurupan adalah kondisi
hilangnya kesadaran sehingga tidak dapat mengontrol diri yang disebabkan oleh jin yang
merasuk ke dalam tubuh melalui aliran darah. Adapun penyebab terjadinya kesurupan di picu
oleh gangguan jin atau setan di seperti syirik kepada Allah, menyalahi sunnah Allah, memakai
ilmu hitam, bermaksiat, melakukan dosa besar, memiliki benda-benda pusaka, ketidaktahuan
manusia menzalimi jin sehingga jin tersebut marah, jin atau setan dikirim oleh dukun untuk
117 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2
masuk ke dalam tubuh manusia untuk menyakiti, mengganggu, menghalangi jodoh, membuat
orang itu berwibawa (ditakuti),dan jinnya iseng suka mengganggu manusia. Selain itu menurut
tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang menumpuk sehingga menurunkan
kesadaran.
menurut pandangan Peruqyah seperti: tekanan batin, beban pikiran, kesedihan, trauma yang
luar biasa karena melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah,
daya emosionalnya tinggi, atau terlalu bersyahwat, galau, gelisah, depresi, sedih, putus asa,
lalai berzikir kepada Allah, selain itu aspek humanitasnya yang labil atau bisa dikategorikan
Kesurupan tidak hanya terjadi secara individu akan tetapi dapat terjadi secara massal.
Menurut pandangan Peruqyah kesurupan massal itu terjadi karena Kesurupan massal itu
terjadi disebabkan oleh: Ada celah-celah pintu masuk jin/setan ke dalam tubuh untuk bisa
mengganggu dan faktor psikologis yang memicu terjadinya kesurupan (tekanan batin, beban
pikiran, kesedihan, trauma,pikirannya kosong, bingung, ketakutan yang luar biasa karena
melihat sesuatu yang mengerikan, kecemasan yang luar biasa, panik, marah, daya
emosionalnya tinggi, atau ia terlalu bersyahwat,galau, gelisah, depresi,sedih, putus asa, ia lalai
Hal ini sejalan dalam perspektif Islam menurut teori Ibnu Qayyim, kesurupan itu ada
dua macam: kesurupan karena kesurupan ruh jahat dan kesurupan karena tekanan jiwa (stres).
Kesurupan karena tekanan jiwa (stres) sebab dan cara penyembuhannya telah banyak
diperbincangkan oleh para ahli psikologi. Adapun gila karena kesurupan ruh jahat, cara
mengobatinya ialah dengan memperkuat ruh yang baik untuk membinasakan ruh yang jahat.
Gunanya ialah untuk menolak pengaruh ruh jahat itu menghancurkannya, gila akibat
kesurupan ini tidak bisa di analisa secara ilmiah dan tidak bisa di sembuhkan secara medis
(Muhammad, t.t.).
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 118
Menurut Abu Ayyash Raf'alhaq menjelaskan bahwa gangguan jin biasanya terjadi
pada orang-orang yang mengalami kondisi-kondisi antara lain: 1) marah Sekali, 2) takut
dan sebagainya diyakini sebagai praktek yang menggunakan bantuan jin. Ini terjadi jika
seseorang mempunyai perjanjian dengan jin, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Jin/72:6
yang artinya:
‚dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan
menggunakan pendekatan psikologi yaitu hipnoterapi yang dilakukan setelah sadar dari
kesurupan dan modifikasi perilaku (Behavior) yang dilakukan setelah sadar dari kesurupan. Hal
ini sejalan dengan teori dalam persepektif psikologi menurut Rully teknik - teknik yang dapat
digunakan dalam membantu klien yang mengalami kesurupan sebenarnya cukup rasional dan
siapa saja dapat mempraktekkannya sebagaimana dikutip dalam buku The Real Art of Hypnosis.
Dalam buku itu dijelaskan bagaimana perspektif hypnotherapy menyoal kesurupan dan cara
penanggulangannya. Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti
untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku (Rakhmawati, Putra, & Perdana,
2015).
gangguan jin atau setan) dan muhasabah (diberikan nasehat atau motivasi yang kuat untuk
kesurupan yang disebabkan permasalahan psikologi). Hal ini sejalan dengan teori Ibnu
119 Jurnal Studia Insania Vol. 6 No. 2
Qayyim, kesurupan itu ada dua macam: kesurupan karena kesurupan ruh jahat dan kesurupan
karena tekanan jiwa (stres). Kesurupan karena tekanan jiwa (stres) sebab dan cara
penyembuhannya telah banyak diperbincangkan oleh para ahli psikologi. Adapun gila karena
kesurupan ruh jahat, cara mengobatinya ialah dengan memperkuat ruh yang baik untuk
membinasakan ruh yang jahat. Gunanya ialah untuk menolak pengaruh ruh jahat itu
menghancurkannya, gila akibat kesurupan ini tidak bisa di analisa secara ilmiah dan tidak bisa
Bustamam Tambusai dengan definsi “Ar-Ruqaa” merupakan bentuk jama’ (plural) dari ruqyah,
yaitu (doa) perlindungan yang dibacakan kepada orang yang sakit seperti demam, kesurupan,
digigit ular atau disengat kalajengking dan sebagainya, sebagaimana dibacakan pula kepada
orang yang sakit disebabkan ain (Tambusai, 2010). Sehingga tidak menutup kemungkinan
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya Psikolog dan Peruqyah memiliki
sumber, serta cara berfikir di dalam teori yang kedua mereka kemukakan memiliki perbedaan.
Perbedaan persepsi Psikolog dan Peruqyah dalam menanggapi fenomena kesurupan adalah
Peruqyah memandang fenomena kesurupan menggunakan kajian Islam sehingga dari segi
penanganan yang diberikan Psikolog dan Peruqyah dalam menangani kesurupan memiliki
perbedaan hal ini sesuai dengan kompetensi keilmuwan mereka, sedangkan persamaannya
terletak bahwa Psikolog memandang fenomena kesurupan terjadi selain disebabkan oleh
kajian Islam fenomena kesurupan dapat disebabkan oleh jin yang merasuk ke dalam tubuh,
sama halnya dengan Peruqyah yang meyakini fenomena kesurupan terjadi disebabkan oleh jin
yang merasuk ke dalam tubuh, akan tetapi Peruqyah percaya bahwa fenomena kesurupan
Syarifah Fenomena Kesurupan dalam Persepsi 120
Saran
pertanyaan wawancara secara lebih mendalam dan detil, menambah jumlah subjek penelitian
agar dapat digeneralisasikan, sudut pandang yang sedikit, disarankan bagi peneliti selanjutnya
perlunya penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan lebih daripada mendeskripsikan,
baik berupa pendalaman yang lebih lagi baik berupa tambahan sudut pandang untuk
Referensi
Ahmad, K., & Ibrahim, M. A. H. (2015). Histeria Dari Persfektif Al-Quran dan Hadith: Satu
Analisis. Journal of Al-Tamaddun, 10(2).
Ghaffar, A., & Siraj, F. (2012). Bisikan Setan: Penyebab, Dampak dan Terapinya. Solo: Aqwam.
Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Himpunan
Psikologi Indonesia.
Kementerian Agama, R. (2012). Al-Quran dan Terjemah. Bandung: Kementerian Agama RI.
Merdeka. (2017). Pakar Kesurupan Itu Bukan Disebabkan Makhluk Halus. Diambil 22 Januari
2017, dari https://www.merdeka.com/teknologi/pakar-kesurupan-itu-bukan-
disebabkan-makhluk-halus-tekmistis.html
Moleong, L. J. (1991). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad, B. (t.t.). Alam Jin dan Setan dalam Pandangan Al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Pustaka
Amani.
Musdar Bustaman, T. (2013). Halal-Haram Ruqyah. Jakarta: Al-Kautsar.
Raf’alhaq, & Ayyash, A. (2005). Buku Saku Ruqyah. Surabaya: Tsabita Grafika.
Rakhmawati, R., Putra, K. R., & Perdana, F. R. B. P. B. (2015). Metode Keperawatan
Komplementer Hipnoterapi Untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat
Sedang Pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu
(SPGDT). Jurnal Keperawatan, 5(2), 178–184.
Siswanto. (2015). Psikologi Kesehatan Mental: Awas Kesurupan. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Sundari, S. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto, D. (2014). Dakwah melalui Layanan Psikoterapi Ruqyah Bagi Pasien Penderita
Kesurupan. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 5(2), 313–333.
Tambusai, M. B. (2010). Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar’iyyah. Jakarta: Al-Kautsar.