Perilaku Kawin, Uji Respon Dan Identifikasi Spesies Lalat Buah Pada Belimbing, Ketapang, Dan Paria

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

192

PERILAKU KAWIN, UJI RESPON DAN IDENTIFIKASI SPESIES LALAT


BUAH PADA BELIMBING, KETAPANG, DAN PARIA
MATING BEHAVIOUR, RESPONSE TEST AND SPECIES IDENTIFICATION OF FRUIT FLY
ON STAR FRUIT, KETAPANG, AND PARIA

Sherlij Dumalang dan Maxi Lengkong*)


*)Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Unsrat,Manado- 95115

ABSTRACT

Fruit flies is one of the important pests which attack fruits in Indonesia and very detrimental
economicaly. The objective of this research was to determine mating behaviour of fruit flies Bactrocera
sp., testing their response to attractants methyl eugenol and cue lure as well as identification some
species of fruit flies that attack belimbing, ketapang and paria fruits.
The fruits samples which were affected by fruit flies were collected from plantation at Lopana and
Kapitu, South Minahasa. Imago was assessed at laboratory of entomology, Faculty of Agriculture.
Result showed that mating time of these species was occured between 17.10 – 18.45. Sexual maturity
of belimbing fruit flies was 10 -12 days. Whereas ketapang fruit flies and paria fruit flies were 10 – 14
days and 11 – 13 days respectively. B. dorsalis complex was attracted to methyl eugenol. While B.
albistrigata and B. cucurbitaceae Coq.were attracted to cue lure.
Keywords : fruit flies Bactrocera sp. Belimbing, ketapang, paria fruits, methyl eugenol and cue
lure

ABSTRAK

Lalat buah merupakan salah satu hama penting yang menyerang buah-buahan di Indonesia dan sangat
merugikan secara ekonomi. Sampel buah yang terserang lalat buah diambil dari desa Lopana dan
Kapitu, Minahasa Selatan. Pemeliharaan imago dilakukan di laboratorium.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek perilaku kawin lalat buah Bactrocera sp.,
menguji respon terhadap atraktan methyl eugenol dan cue lure serta mengidentifikasi jenis-jenis lalat
buah yang menginfestasi buah belimbing, ketapang dan paria yang dipelihara pada kondisi
laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan waktu kawin lalat buah terjadi pada pukul 17.10 – 18.45.
Kematangan seksual lalat buah belimbing 10 – 12 hari, lalat buah ketapang 10 – 14 hari dan lalat buah
paria 11-13 hari. Lalat buah B. dorsalis complex tertarik pada methyl eugenol sedangkan lalat buah B.
albistrigata dan B.cucurbitaceae Coq. Tertarik pada cue lure.
Kata kunci : lalat buah Bactrocera sp., buah belimbing, buah ketapang, buah paria, atraktan
metil eugenol dan cue lure
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 193

PENDAHULUAN demam, membersihkan darah bagi ibu-ibu yang


baru melahirkan (buah mentah), obat anti radang,
Buah-buahan dan sayuran merupakan menambah nafsu makan dan menyegarkan tubuh,
sumber vitamin dan mineral alami yang utama. selain itu pula dikenal sebagai obat diabetes, am-
Buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing dan beien, bisul disentri, serta daunnya berguna untuk
pepaya mempunyai kandungan vitamin A dan C mengobati susah buang air besar (Atjung 1981,
dalam jumlah besar. Sementara itu, sayuran sesuai Anonim 2003a,b,c).
jenisnya juga mempunyai kandungan vitamin dan Ketapang (Terminalia cattapa) termasuk
mineral alami yang bernilai tinggi. dalam famili Combretaceae, merupakan tumbuhan
Belimbing (Averrhoa carambola L) meru- yang berasal dari daerah tropis di semenanjung
pakan tanaman buah berupa pohon yang berasal Malaya dan tersebar di seluruh dunia. Ukuran buah
dari Malaysia, kemudian menyebar luas ke berba- ketapang pada umumnya memiliki panjang rata-
gai negara beriklim tropis di seluruh dunia termasuk rata 2 cm dengan warna buah hijau sampai keme-
Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam rah-merahan. Tanaman ketapang pada umumnya
dalam bentuk kultur pekarangan (home yard ditanam sebagai tanaman peneduh di areal peka-
gardening), yaitu sebagai tanaman peneduh di ha- rangan atau dipinggir jalan. Buah ketapang juga di-
laman rumah. Di Indonesia terdapat cukup banyak kenal di masyarakat sebagai obat tradisional yang
ragam varietas belimbing diantaranya adalah; va- memiliki khasiat mengobati berbagai penyakit se-
rietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak, Demak perti; kudis, penyakit kulit, masalah mulut dan teng-
Kapur, Demak Kunir, Demak Jingga, Pasar Minggu, gorokan, gangguan perut dan diare, demam
Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok dan varie- (Anonim, 2003a).
tas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varie- Pengusahaan suatu jenis tanaman, baik
tas belimbing unggul nasional yaitu; varietas Kunir buah-buahan maupun sayuran sering mendapat
dan Kapur. Belimbing dapat dikonsumsi sebagai gangguan serangan hama. Salah satu kelompok
makanan buah segar maupun makanan buah ola- hama yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian
han, selain itu dapat dimanfaatkan sebagai obat tra- yang signifikan secara ekonomi dan menyebabkan
disional seperti obat sakit perut. Tanaman belim- produksi buah-buahan dan sayuran di Indonesia
bing juga dapat dimanfaatkan sebagai stabilisator tertekan adalah adanya hama lalat buah Bactrocera
dan pemelihara lingkungan, seperti dapat merayap sp (Diptera : Tephritidaea : Decinae). Putra (2001),
gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, menyatakan bahwa kerusakan yang dimaksud da-
menyaring debu, meredam getaran suara serta me- pat bersifat kuantitatif yakni menyebabkan penu-
melihara lingkungan dan pencemaran akibat ke- runan jumlah hasil panen, dan bersifat kualitatif
giatan manusia (Anonim, 1993a, b). yakni buah-buahan dan sayur mengalami penu-
Paria (Memordica charantia) termasuk da- runan kualitas akibat kerusakan pada bagian ter-
lam famili Cucurbitaceae adalah tanaman sayuran tentu atau seluruh bagian, seperti pembusukan.
yang mampu beradaptasi di dataran rendah sampai Genus Bactrocera dilaporkan memiliki 440
sedang. Bentuk buah silindris dan umumnya warna spesies dan famili Tephritidae merupakan kelom-
kulit buah hijau terang dengan rasa buah pahit. pok terbesar dari ordo Diptera yang merupakan sa-
Kandungan senyawa yang terdapat dalam buah lah satu famili penting karena secara ekonomi sa-
paria adalah air, N, P dan K. Buah memiliki ukuran ngat merugikan (White and Elson-Harris, 1992). Ke-
panjang antara 20-30 cm dengan diameter antara lompok hama ini dapat ditemukan di Afrika, India,
empat sampai lima sentimeter. Buah paria dapat Jepang, Asia Tengah, Asia Tenggara termasuk
dipanen pada umur antara 45-110 hari setelah pin- Indonesia dan kepulauan Pasifik termasuk Hawaii
dah tanaman dengan berat buah rata-rata 350 gr. (Eskafi 1998).
Manfaat buah paria selain dikonsumsi sebagai sa- Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7
yur, dapat juga digunakan sebagai obat tradisional mm x 0,3 mm dan terdiri atas kepala, toraks (dada),
yang berkhasiat mematikan cacing, obat kompres dan abdomen. Toraks terdiri dari 3 ruas; berwarna
Dumalang, S. dan M. Lengkong : Perilaku Kawin, Uji Respon dan Identifikasi …………….. 194

oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam; dan lang, kain kasa, kapas, selang, mikroskop dan alat
memiliki sepasang sayap. Pada B. dorsalis tulis menulis.
complex, biasanya terdapat dua garis membujur
dan sepasang sayap transparan. Pada abdomen Metode Penelitian
umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita Penelitian lapang dilakukan dengan meto-
membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang de survei melalui cara mengambil sampel buah se-
kadang-kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat cara purposive sampling atau sampel buah dipilih
betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak te- secara sengaja terhadap buah yang memenuhi kri-
lur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus teria buah terserang yaitu menunjukan gejela sera-
kulit buah, sedangkan pada lalat jantan abdomen- ngan lalat buah berupa adanya bercak hitam bekas
nya lebih bulat. Daur hidup lalat buah di daerah tro- tusukan ovipositor pada kulit buah. Tempat peng-
pis berlangsung sekitar 25 hari (Putra, 2001; White ambilan buah terserang di Desa Lopana dan Desa
and Elson – Harris, 1992). Kapitu Minahasa Selatan. Umumnya sampel buah
Lalat buah merupakan serangga yang me- yang diambil/koleksi dari lapang telah matang.
lakukan kopulasi setelah tengah hari sebelum lalat Buah yang telah dikoleksi dibawah ke laboratorium
buah jantan mengenal pasangannya selain melalui Entomology Fakultas Pertanian Unsrat untuk dipeli-
feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita hara dan dilakukan pengamatan perkembangan
atau bercak pada sayap (Putra, 2001). Menurut stadia dan imago serta perilaku kawin imago mela-
Kuba (1991), berlangsungnya perkawinan sangat lui proses pemeliharaan laboratorium.
dipengaruhi oleh kematangan seksual dari lalat Untuk perkembangan stadia dewasa dan
buah, hal ini berhubungan dengan usia lalat dewa- imago dipelihara di laboratorium mengikuti metode
sa setelah menetas dari pupa. Perkawinan awal ter- yang dikembangkan oleh Lengkong, 1997. Lama
jadi pada usia 9 – 11 hari setelah imago keluar dari penelitian adalah 5 bulan.
pupa. Sukses kawin dalam peristiwa perkawinan Pelaksanaan Penelitian
sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama inten- Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari be-
sitas cahaya dan suhu. Proses perkawinan terdiri berapa tahap kegiatan, yaitu :
dari dua tipe, yaitu; pertama, tipe bercumbu dengan
menggetarkan sayap, dan kedua yaitu tipe bercum- Persiapan
bu dengan tidak menggetarkan sayap. Persiapan yang dilakukan adalah penga-
Sampai saat ini di Sulawesi Utara informa- daan alat dan bahan, berupa kurungan kasa, stop-
si penelitian mengenai serangan lalat buah dan pe- les pemeliharaan dan makanan serangga dewasa
nelitian tentang biologi, perilaku serta ekologi se- (protein hidrolisa) serta survei lapangan untuk pe-
rangga lalat buah yang menginfestasi buah-buahan netapan lokasi pengambilan sampel.
masih sangat minim. Berdasarkan masalah diatas,
Pengambilan Sampel
maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian
Sampel berupa buah belimbing, ketapang
tantang kajian infestasi lalat buah Bactrocera sp.
dan paria yang menunjukkan buah terserang di-
pada beberapa inang buah di lapang.
kumpul dari lapang dan dibawa ke laboratorium.
METODE PENELITIAN Berdasarkan pada perkembangan populasi stadia
pradewasa didalam buah, maka proses pemeliha-
Bahan dan alat yang digunakan dalam pe- raan serangga akan memperhatikan waktu peng-
nelitian ini adalah : buah belimbing, ketapang, ambilan sampel buah untuk menghindari kesulitan
paria, kurungan kasa untuk pemeliharaan (20x20x terjadinya kelimpahan perkembangan populasi
20 cm), air, protein hidrolisa, gula pasir, alkohol yang serentak.
70%, atraktan (Methyl eugenol dan Cue-lure), lup,
Pemeliharaan
kuas, botol rol film, kamera, stoples (diameter 20
Pemeliharaan serangga di laboratorium di-
cm), kantong plastik, gelas plastik, label, karet ge-
lakukan dengan cara meletakkan buah hasil koleksi
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 195

dari lapang sesuai jenisnya ke dalam stoples yang kan sukses kawin adalah saat terjadi proses kopu-
bagian bawah diberi pasir sebagai media proses lasi yang sempurna pada waktu tertentu saat mata-
populasi dan bagian atasnya ditutup dengan kain hari akan terbenam (dusk). Pada pengamatan ini
kasa. Setelah larva instar terakhir keluar dari buah akan dicatat jumlah pasangan yang sukses dan
untuk melakukan populasi dalam media pasir, maka gagal kawin.
setiap hari pupa yang terbentuk dikumpulkan dan Peristiwa dan perilaku kawin jenis-jenis la-
dihitung jumlahnya sesuai ulangan sampai proses lat buah yang dipelihara dan berkembang menjadi
populasi terhenti. dewasa dari inang buah belimbing, ketapang dan
Populasi pupa yang berbentuk setiap hari paria ditetapkan berdasarkan beberapa aspek pe-
dipindahkan ke dalam wadah pemeliharaan yang ngamatan yakni sebagai berikut :
sejenis. Pengamatan jumlah imago yang keluar dari
selongsong pupa mengikuti prosedur yang sama Rentang Waktu Matang Seksual
seperti pengamatan perkembangan pupa. Populasi Rentang waktu matang seksual adalah
imago yang baru keluar dari pupa dipindahkan dan waktu (hari) yang dipelihara oleh jenis/spesies lalat
dipelihara dalam kurungan kasa berkerangka kawat buah sejak mulai keluar dari selongsong pupa
dengan ukuran 20x20x20 cm. Untuk kebutuhan ma- (emergence time) sampai berdasarkan serangga
kanan serangga lalat dewasa, disediakan protein dewasa menunjukkan perilaku untuk siap melaku-
hidrolisa dipenuhi melalui penyediaan air dengan kan perkawinan.
cara menyerap air pada sumbu kapas dalam wadah Saat Kawin
gelas plastik yang tutupnya dibuat lubang sebagai Saat kawin adalah saat (jam) dari jenis/
tempat keluar ujung sumbu kapas, kemudian bagi- spesies lalat buah akan melakukan peristiwa perila-
an atasnya ditutupi dengan kertas tisue. Penamba- ku perkawinan. Tahap ini, peristiwa perkawinan di-
han makan dan minum di berikan setiap 2-3 hari. artikan sebagai perilaku yang mengarah pada ter-
Parameter Pengamatan jadinya perkawinan, sehingga sukses kawin atau
Kematangan Seksual dan Saat Kawin gagalnya perkawinan akan menjadi fokus dalam
Populasi imago yang keluar selama peng- pengamatan. Kondisi ini sangat ditentukan oleh fak-
amatan periode emergens akan dipisahkan popula- tor fisik lingkungan berupa intensitas cahaya dan
si yang terbanyak untuk satu hari emergens ke da- suhu yang optimum. Masing-masing spesies lalat
lam kurungan pemeliharaan. Tujuan pemisahan buah diduga memiliki kebutuhan faktor fisik lingku-
adalah untuk mendapatkan sejumlah populasi yang ngan tersebut walaupun kebutuhan nutrisi makanan
dipelihara tersendiri untuk pengamatan kematang- haruslah terpenuhi sebelumnya.
an seksual dan saat kawin. Setelah beberapa hari Pasangan Matang Seksual
maka populasi imago umur yang seragam tersebut Adalah pasangan jantan dan betina dewa-
akan menunjukkan perilaku yang menunjang akan sa yang telah siap kawin kerena telah didukung
berlangsungnya peristiwa perkawinan. Sebelum di- oleh faktor fisiologi serangga serta faktor fisik ling-
lakukan pengamatan saat kawin, diamati pula ter- kungan (intensitas cahaya dan suhu optimum), se-
hadap perilaku lalat buah baik jantan dan betina hingga pasangan dewasa tersebut akan menunjuk-
yang mengarah pada proses perkawinan yang me- kan gejala seperti menggetarkan sayap, serangga
nunjukkan indikasi dimulainya kematangan seksual jantan telah melakukan lek. Pada tahap ini, sukses
dari jantan dan betina yang dipelihara. Pengamatan atau gagal kawin tetap menjadi perhatian dalam
peristiwa perkawinan, bertempat di luar ruangan pengamatan.
(semi out door) yang dilakukan pada rentang waktu
satu jam sebelum dan sesudah matahari terbenam Sukses Kawin
(pukul 17.00-19.00), kematangan seksual dapat di- Merupakan keberhasilan pasangan jantan
ketahui dari rentang waktu saat imago keluar dari dan betina melakukan perkawinan dengan posisi
pupa sampai akan melakukan perkawinan, sedang- serangga betina mendukung serangga jantan atau
Dumalang, S. dan M. Lengkong : Perilaku Kawin, Uji Respon dan Identifikasi …………….. 196

serangga jantan akan bergantung pada punggung HASIL DAN PEMBAHASAN


serangga betina. Biasanya proses kopulasi akan
berlangsung beberapa menit atau sampai 1 jam. Pelaksanaan penelitian dilakukan di labo-
ratorium pada kondisi suhu ruangan antara 25-
Gagal Kawin 27oC. Pada kondisi ini, pemeliharaan dilakukan me-
Gagal kawin adalah perilaku yang ditun- lalui beberapa tahap perkembangan lalat buah yaitu
jukkan pasangan matang seksual yang telah siap sejak stadia larva hingga menjadi imago.
kawin namun gagal melakukan kopulasi. Hal ini di- Peristiwa dan Perilaku Perkawinan
duga disebabkan oleh kesiapan serangga betina Pengamatan peristiwa dan perilaku perka-
dalam berkopulasi secara fisiologi. winan dilakukan diluar laboratorium (semi out door)
Respons Lalat Buah terhadap Atraktan (ME dan mulai pukul 17:00 sampai pukul 19:00. Perilaku ka-
CL) win lalat buah terdiri atas keseluruhan kejadian
Sebelum dilakukan pengamatan uji res- yang melibatkan transfer sperma dari serangga jan-
pons terhadap jenis atraktan terlebih dahulu dilaku- tan ke serangga betina.
kan persiapan berupa pengadaan pasangan kela- Berdasarkan hasil pengamatan di labora-
min jantan dan betina imago lalat buah (minimal 7 torium terhadap peristiwa dan perilaku perkawinan
pasang) yang sudah umur kawin (10-12 hari sete- lalat buah yang berhasil emergens dari ketiga inang
lah emergens) sesuai jenis lalat buah dari masing- yang dipelihara di laboratorium dapat dilihat pada
masing inangnya. Setelah itu masukkan perangkap tabel 1. Dari tabel 1 menunjukkan bahwa peristiwa
yang berisi atraktan secara bergantian di dalam ku- perkawinan yang diamati sejak imago emergens
rungan. Masing-masing aktraktan diberi jangka sampai mencapai umur kematangan seksual untuk
waktu pengamatan selama 1 jam dengan waktu lalat buah asal belimbing terjadi pada umur 10-12
yang berbeda. Uji respons jenis lalat buah terhadap hari dengan jumlah pasangan kawin 6 pasang dan
jenis atraktan dilakukan didalam kurungan kain ka- jumlah pasangan sukses kawin 4 pasang sedang-
sa berkerangka kawat (40 x 40 x 40 cm). Jenis pe- kan yang gagal kawin 2 pasang, saat kawin sekitar
rangkap yang akan digunakan adalah perangkap pukul 17:10-18:45. Pada lalat buah asal ketapang
modifikasi tipe stainer yang dibuat dari botol bekas umur kematangan seksual sekitar umur 10-14 hari,
air mineral (Nakamori et.al., 1992 dalam Lengkong, jumlah pasangan kawin 8 pasang dan yang sukses
1997). Hal-hal yang akan diamati pada pengamatan kawin dan gagal kawin masing-masing 4 pasang
ini adalah perhitungan jumlah lalat jantan maupun dengan kisaran saat kawin terjadi pada pukul
betina yang masuk dalam perangkap sesuai jenis 17:30-18:45. Sedangkan pada paria umur kemata-
aktraktan yang digunakan. ngan seksual terjadi pada umur 11-13 hari, jumlah
pasangan kawin 5 pasang dan yang sukses kawin
Identifikasi Spesies hanya 2 sedangkan gagal kawin 3 pasang, pada ki-
Imago lalat buah diidentifikasi di bawah saran saat kawin terjadi antara pukul 18:00-18:30.
mikroskop dengan menggunakan panduan kunci Khusus untuk lalat buah asal ketapang terjadi pe-
identifikasi White dan Elson-Harris (1992), serta ristiwa perkawinan untuk satu pasang pada pukul
mencocokkannya dengan beberapa referensi yang 07:30. Kasus ini diduga disebabkan oleh beberapa
ada. Spesies-spesies yang ditemukan selanjutnya faktor lingkungan seperti terpenuhinya intensitas
akan dibuat koleksi basah. cahaya, suhu dan kelembaban yang optimum dan
termasuk di dalamnya adalah faktor kematangan
Analisis data seksual pasangan jantan dan betina untuk kawin
Data kuantitatif berupa jumlah rata-rata serta kualitas makanan yang tersedia bagi serang-
dan kisaran dihitung dan dianalisa dengan menggu- ga, secara umum perilaku perkawinan lalat buah
nakan standar deviasi serta data kualitatif berupa terjadi pada saat matahari akan terbenam, walau-
morfologi dan perilaku populasi di analisa secara pun terdapat beberapa spesies yang perkawinan-
deskriptif. nya terjadi pada siang atau pagi hari. Menurut
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 197

Subahar dkk. (1998), mengatakan bahwa keberha- lalat jantan dan betina menggetarkan sayap, dan
silan perkawinan lalat buah diduga berhubungan usaha perkawinan.
dengan faktor lingkungan, terutama intensitas ca-
haya dan suhu. Selanjutnya dikatakan oleh Kuba Pengujian Respons Lalat Buah terhadap
(1991), bahwa perkawinan lalat buah sangat di- Atraktan (ME dan CL)
pengaruhi oleh kematangan seksual dari lalat buah, Pengujian ketertarikan lalat buah terhadap
hal ini berhubungan dengan usia lalat dewasa se- atraktan (ME & CL) pada kondisi laboratorium ha-
telah menetas dari pupa. Keberadaan ini dapat di- nya dilakukan pada dua jenis tanaman inang, kare-
jelaskan bahwa keidupan serangga erat hubungan- na pada inang paria tidak sempat diamati sebab
nya dengan keadaan lingkungan dimana ia hidup, lalat buah mati sebelum pengamatan.
hubungan ini terjalin apabila serangga tersebut me- Tujuan pengamatan ini adalah untuk me-
ngadakan tanggapan dalam berbagai cara setelah ngetahui respons jenis-jenis lalat buah sesuai inang
terjadi kontak dengan lingkungan yang sifatnya se- terhadap jenis atraktan yang digunakan. Hasil pe-
lalu berubah-ubah. ngamatan pengujian respons lalat buah terhadap
Perilaku perkawinan yang teramati selama penggunaan atraktan yaitu Methyl Eugenol dan
periode peristiwa perkawinan dari jenis-jenis lalat Cue-lure dapat dilihat pada tabel 2.
buah yang menyerang ketiga jenis buah menunjuk- Dari tabel 2 menunjukkan bahwa lalat
kan tahapan perilaku yang serupa, yaitu perilaku buah B. dorsalis Complex merespons Methyl
awal dimulai lalat jantan membentuk lek (berkelom- eugenol sedangkan lalat buah B. albistrigata de
pok) dan membersihkan diri, adanya perkelahian, Meijere terhadap cue-lure, dan umumnya yang ter-
perangkap adalah lalat jantan.

Tabel 1. Pengamatan dan Peristiwa Perilaku Perkawinan Lalat Buah dari Tiga Jenis Buah
(Table 1. Observation and Events of the Fruit Fly Mating Behavior of Three Species of Fruit)
Jumlah
Jumlah Umur kematangan Saat Kawin Gagal Sukses
Inang Pasangan
Pasang (hari) (jam) Kawin Kawin
Kawin
Belimbing 7 psg 10 17.10-18.30 2 - 2
11 17.57 1 - 1
12 17.40-18.45 3 2 1
Ketapang 10 psg 10 18.15 1 1 -
11 18.10 1 - 1
12 17.30-18.45 4 2 2
13 17.45 1 1 -
14 07.30 1 - 1
Paria 10 psg 11 18.07 1 - 1
12 18.00-18.20 2 1 1
13 18.10-18.30 2 2 -

Tabel 2. Data Respon Lalat Buah Terhadap Atraktan


(Table 2. Response Data to The Fruit Fly Attractant)
Atraktan (ME & CL)
Inang Jumlah Pasangan Uji ME CL
Jantan Betina Jantan Betina
B. dorsalis Complex 7 pasang 4 1* 1* -
B. albistrigata de Meijere 10 pasang - - 3 1*
B. cucurbitaceae Coq. 10 pasang - - 5 -
Keterangan : * : Hanya sampai pada mulut perangkap
Dumalang, S. dan M. Lengkong : Perilaku Kawin, Uji Respon dan Identifikasi …………….. 198

Tabel 3. Perbedaan antara Genus Dacus dan Bactrocera


(Table 3. Difference Between Genus Dacus and Bactrocera)
Perbedaan
Uraian
Dacus Bactrocera
Asal Dari Afrika; hanya beberapa spesies yang Dari Asia Pasifik; hanya beberapa
ditemukan di Asia Pasifik. spesies yang ditemukan di Afrika.
Morfologi Bagian abdomennya bersatu (tergit / segmen / Bagian abdomennya tidak bersatu
ruas tidak terpisah) (tergit / segmen / ruas terpisah). Bila
dilihat dari sisi terlihat batas antar tergit.
Biologi Umumnya berkembang biak dalam buah buahan Umumnya berkembang biak dalam
dari famili Asclepidaceae dan Cucurbitaceae. buah-buahan tropis dan hutan tropis.

Atraktan sebagai umpan sangat berhubu- Jenis-jenis lalat buah berdasarkan inang-
ngan erat dengan tipe perangkap yang akan digu- nya yang didapat dalam penelitian ini telah meng-
nakan (Economopoulos, 1989). Setiap jenis atrak- ikuti tahap identifikasi dan determinasi adalah se-
tan memiliki daya tarik tersendiri terhadap populasi bagai berikut :
spesies lalat buah. Setiap spesies lalat buah dari
genus Bactrocera hanya akan tertarik pada se- Bactrocera dorsalis complex. (asal inang buah
nyawa-senyawa atraktan yaitu Methyl eugenol dan belimbing)
cue-lure serta akan menunjukkan respon secara Imago pada umumnya berwarna coklat
normal hanya pada serangga jantan (Fitt, 1981). tua, toraks berwarna coklat tua, pada bagian dorsal
Lalat buah mempunyai ketertarikan yang kuat ter- di daerah pinggir toraks dekat pangkal sayap ter-
hadap ME, karena jarak efektif dari ME diperkirakan dapat bercak kuning memanjang. Terdapat pita hi-
mencapai suatu panjang jarak harian dari pergera- tam berbentuk T pada abdomen, jantan memiliki
kan lalat jantan, hal ini meningkatkan efisiensi dan pecten, sayap transparan, pada bagian samping
perangkap ME. Lamanya waktu respon lalat jantan kepala mempunyai deret oksipital, bagian ujung
terhadap ME tersebut mungkin mengkontribusi ter- subkosta pada sayap membentuk sudut 90o. Lalat
hadap efisiensi tinggi perangkap, sedangkan kon- buah ini sering ditemukan di Asia, yang penyeba-
sekuensi betina tertarik pada ME seperti dikatakan rannya meliputi India, Pakistan, Myanmar, Thailand,
oleh Iwahashi dan Subahar (1998), bahwa mungkin Philipina, Indonesia, Vietnam, Jepang dan bebera-
kehilangan momen bertemu dengan jantan untuk pa negara lain di Asia. Lalat ini mempunyai kisaran
kawin walau mereka tidak terperangkap. Peman- inang yang banyak (polyphag) menyerang hampir
faatan substansi kimia yang bersifat atraktan seper- semua jenis buah-buahan antara lain Belimbing,
ti Methyl Eugemol dan Cue-Lure telah banyak Jambu Biji, jambu air, mangga, pear, pisang, jeruk,
membantu dalam mempelajari pola perilaku lalat pepaya, cabe, tomat dan sebagainya (White and
buah seperti perilaku kawin dan perilaku oviposisi. Elson Haris, 1992). Menurut Drew (1994), hama ini
mempunyai spesies yang sangat banyak (lebih dari
Identifikasi Spesies 40 spesies), sehingga untuk mengetahui perbedaan
Dari sampel serangga dewasa yang diko- taksonomi diantara spesies sangat sulit. Karena
leksi melalui pemeliharaan laboratorium pada ke- untuk mengetahui perbedaan tersebut secara aku-
tiga jenis inang buah menunjukkan bahwa jenis-je- rat dilakukan penelitian dengan memperhatikan
nis lalat buah yang dideterminasi dan teridentifikasi perbedaan morfologi diantara spesies, penyebaran
secara umum adalah genus Batrocera. Untuk me- geografis, biologi (tanaman inang dan percobaan
ngetahui sebaran, ciri-ciri morfologi dan biologi dari kopulasi), genetis (sitologi, DNA dan elektroforesis
genus Bactrocera maka dapat dipahami melalui enzim jaringan), dan senyawa kimia dalam fero-
perbedaan utama antara genus Dacus dan mon. Morfologi B. dorsalis Complex dapat dilihat
Bactrocera seperti ditunjukkan pada tabel 3. pada gambar 1.
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 199

Gambar 1. Imago Betina B. dorsalis Complex


(Figure 1. Imago Female B. dorsalis Complex)

Gambar 2. Imago Jantan Bactrocera cucurbitae Coq


(Figure 2. Imago Male Bactrocera cucurbitae Coq)

Gambar 3. Perbedaan Bentuk Morfologi Kepala dan Toraks dari Lalat Buah yang Teridentifikasi
(Figure 3. Differences in the Morphology of the Head and Thorax of Fruit Fly Identified)
Dumalang, S. dan M. Lengkong : Perilaku Kawin, Uji Respon dan Identifikasi …………….. 200

Gambar 4. Perbedaan Morfologi Sayap dan Abdomen pada Lalat Buah yang Teridentifikasi
(Figure 4. Differences in the Morphology of the Wings and Abdomen Identified in Fruit Fly)

Bactrocera albistrigata de Meijere (asal inang ujung subkosta pada sayap membentuk sudut 90o.
buah ketapang) Lalat jantan mempunyai pecten. Penyebarannya
Spesies ini didominasi warna hitam, pada meliputi Afrika, seperti Kenya dan Tanzania. Di Asia
wajah terdapat bercak berwarna hitam, sectum de- lalat buah ini banyak tersebar di Bangladesh,
ngan garis lateral berwarna kuning, memiliki dua Brunei, Kamboja dan negara Asia lainnya termasuk
bulu scutellar, scutellum biasanya memiliki tanda Indonesia yang meliputi pulau Jawa, Kalimantan,
triangular berwarna hitam, jantan mempunyai pec- Sulawesi, Sumatera (White and Elson Haris, 1992).
ten, pada sayap bagian ujung subkosta membentuk Morfologi B. cucurbiceae dapat dilihat pada gambar
sudut 90o. Penyebarannya meliputi Asia dan ba- 2. Sedangkan dalam membedakan secara morfolo-
nyak ditemukan di Indonesia (Jawa, Lombok, gi bagian kepala, toraks, sayap dan abdomen dari
Sulawesi, Sumatera), Malaysia (Peninsular) dan masing-masing spesies yang teridentifikasi lihat
Thailand (Southern). Lalat ini merupakan hama po- gambar 3 dan 4.
tensial pada varietas jambu air, juga menyerang fa-
mili Myrtaceae (White and Elson Haris, 1992). KESIMPULAN

Bactrocera cucurbitacea Coq (asal inang buah Dari hasil penelitian dapat disimpulkan se-
paria) bagai berikut : saat kawin dari ketiga jenis lalat
Imago berwarna coklat oranye (coklat mu- buah umumnya terjadi antara 17:10 – 18:45. Hasil
da), mempunyai spot pada muka, mempunyai ram- identifikasi serangga hama lalat buah yang ditemu-
but anterior supra alar, rambut prescutellar, bagian kan pada inang buah belimbing adalah B. dorsalis
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 201

Complex, pada inang buah ketapang B. Albistrigata Fiit, G. P. 1981. Responsed by female Decinae to
de Meijere dan pada inang paria adalah B. male lures and their relationship to
cucurbitaceae Coq. Jenis lalat buah B. dorsalis patterns of mating behavior and
Complex yang menginfestasi buah belimbing me- pheromone response. Ent. Exp & Appl.
respon atraktan methyl eugenol dan B. Albistrigata 29:87-97. Ned. Entomol. Ver. Amsterdam.
de Meijere yang menginfestasi buah ketapang serta Iwahashi, O. and Tati, S. Subahar. 1998. The
B. cucurbitaceae Cog pada buah paria; keduanya Mysteri of Methyl Eugenol: I. Why Methyl
merespon atraktan cue-lure . Eugenol is so Effective for Controlling Fruit
Flies. Paper Presented in International
DAFTAR PUSTAKA Congress of entomology. Firence. Italy.
Kuba, H. 1991. Sex Pheromone and Mating
Anonim. 1998. Melon Fly Eradication Project in Behavior of Dacine. p214-223. In
Okinawa Perfecture. Published (revised Kawasaki, O. I., and Kaneshiro, K. Y.
edition) Akadzuki Print Ltd. Maji. Anaha. (eds). Proceding of the International
Japan. Symposium on the Biologi anf Control of
_______, 1993a. Kumpulan Kliping Belimbing; Fruit Files. Okinawa. Japan.
Pengenalan Jenis, Budidaya, Pasca Lengkong, M. 1997. Respon Cue-lure dan Perilaku
Panen,Ppemasaran. PIP Trubus, Jakarta. Lalat Buah Melon Bactrocera cucurbitae
_______, 1993b. Ternyata Buah Belimbing Banyak COQUILLET (Diptera; Tephritidae). Usul-
Manfaat. Bisnis Indonesia. an Penelitian Disertai Jurusan Biologi
_______, 2003a. Pendahuluan. Http://www. Program Pascasarjana ITB Bandung.
asiamaya.com/paria.htm. Putra, S. 2001. Hama Lalat Buah dan Pengen-
_______, 2003b. Pendahuluan. Http://www.pustaka daliannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
bogor.net/publ/jp3/ tnm/JP181992.htm. Subahar, T. S. S. sastrodiharjo,. M. Lengkong dan
_______, 2003c. Sea Almond Tree. Http://www. Suhara. 1999. Kajian Pendahuluan Infes-
asiamaya.com/ketapang-files.htm. tasi Lalat Buah Genus Bactrocera
Atjung, 1981. Tanaman Obat dan Minuman Segar. (Diptera: Tephritidae) Pada Buah Paria.
CV. Yasaguna Jakarta. Program Pascasarjana ITB.
Drew, R.A.I. 1994. The Bactrocera dorsalis White Jan M. and Marlene M. Elson-Harris. 1992.
compleks of fruit flies (Diptera; Tephritidae; Fruit Flies of Economic Signifocance: Their
Dacinae) In Asian Bull. Entomol. Res. Identification and Bionomics. CAB
Supple. Ser.2 (Suppl. 2). International, Wallingford, Oxon, UK and
Economopoulos, A. P. 1989. Use trap based of The Australian Center for Agricultural
color and / or shape. Pp. 315-324 In A.S Research, Canberra, Australia. 601 p.
Robinson and G. Hooper (eds.). Fruit flies
Their Biologi, Natural Enemies, and
Control. Vol 3B. Elseiver. Tokyo.
Eskafi, F. M. 1998. Investation of Citrus by
Anastrepha spp and Ceratitis capitata.
Journal Entomology Env. 17 : p52-57.
202

You might also like