Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah Di Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong
Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah Di Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong
Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah Di Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong
Kadar Najmiddin
Kementerian Agama Rejang Lebong
Jl. Raya Lebong Atas, Komplek Perkantoran PEMDA Lebong
Email: [email protected]
Abstract: Religious Thinking of Naqshbandi Order in the Village of Sukadatang Disctrict of North Curup Rejang
Lebong;This research is motivated by the controversy over the existence of followers of Naqsyabandiyah Sufism
in in the village ofSukadatang district Rejang Lebong. The problems of this research are: 1).What are the factors
supporting the growing followers ofNaqsyabandiyah order in the village ofSukadatang Northern Curup District
of Rejang Lebong? 2) How does the practice patterns of thought and religious viewof the Naqsyabandiyah
followers in the village ofSukadatang Northern Curup District of Rejang Lebong?. This research is a field
research. Data collection techniques used were interviews with informants who directly related to the issues.
The results showed that the factors supporting the growing follower of Naqsyabandiyah sufi orderin the village
of Sukadatang Northern Curup District of Rejang Lebong are; Firstly, the internal factors of the sufi order which
include; the spiritual needs of the congregation followers, leadership figures, regeneration is good, adequate
building facilities, and the majority of the followers are middle income. Secondly, is the external factors which
include; the support of the Government, JATMI, the Indonesian Ulema Council, and the public. As for the practice
of SufiNaqsyabandiyah worshipers in the village of Sukadatang are: repentance bath, allegiance, mysticism,
perform dhikr latha’if, and tawajuh. While the religious thought of this order is the moral approach, because the
whole practice and dhikr undertaken aim to cleanse themselves of all sins and reprehensible nature. According
to them, each participant shall make suluk allegiance to teachers or tutors. About genealogy, the teachings of this
sufi order must have a pedigree that can be justified, and how to connect communication between pedigree it
could have been through communication with a pedigree who has died, for example through dreams.
Keywords: patterns of thought, Naqsyabandia Sufi Order, North Curup, tutor
Abstrak: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah Di Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara Kabupaten
Rejang Lebong. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kontroversi yang terjadi terkait keberadaan pengajian
ilmu tasawuf tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang Kabupaten Rejang Lebong. Masalah pokok dalam
penelitian ini adalah 1)Apa faktor-faktor pendukung berkembangnya tarekat Naqsyabandiyah di desa Sukadatang
Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong? 2) Bagaimana corak pemikiran dan amalan keagamaan
tarekatNaqsyabandiyah di Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong?.Jenis penelitian
ini adalah penelitian lapangan (field research).Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
langsung dengan informan yang terkait masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor
pendukung berkembangnya tarekat Naqsyabandiyah di desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara Kabupaten
Rejang Lebong adalah pertama,faktor internal tarekat yang meliputi kebutuhan spiritual jamaah terhadap tarekat,
figur kepemimpinan, kaderisasi yang baik, fasilitas gedung yang memadai, dan faktor ekonomi jamaah yang
mayoritas menengah ke bawah. Kedua: faktor eksternal yang meliputi Dukungan JATMI, pemerintah, MUI, dan
masyarakat. Adapun amalan jamaah tarekat Naqsyabandiyah desa Sukadatang adalah mandi taubat, bai`at, suluk,
melakukan dzikir latha’if, dan tawajuh. Sedangkan pemikiran keagamaan tarekat ini bercorak akhlaki, sebab
seluruh amalan dan dzikir yang dilakukan bertujuan menyucikan diri (tadzkiyatun nafsi) dari segala dosa dan sifat
mazmumah. Menurut mereka, setiap peserta suluk wajib melakukan bai`at kepada guru atau mursyid. Mengenai
silsilah, sebuah tarekat haruslah memiliki silsilah yang mu’tabar, dan ketersambungan itu bisa saja melalui
komunikasi dengan mursyid yang telah meninggal, misalnya melalui mimpi.
Kata kunci: corak pemikiran, Tarekat Naqsyabandiah, Curup Utara, mursyid
87
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
1 2
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, M. Muhlisin Jamil, Agama-agama Baru di Indonesia,
(Jakarta: Direktorat Jenederal Bimas Islam, 2012), h. 756. (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 18.
88
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
89
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
marga, hanya saja istilah itupun mengacu kepada pula penghormatan kepada pemimpin, guru atau
perkumpulan orang yang mengamalkan “jalan” syaikh sangat penting akan tetapi dengan tidak
tadi. Naqsyabandiyah sebagai tarekat terorganisir berlebih-lebihan, apalagi sampai dibayangkan
punya sejarah dalam rentangan masa hampir enam wajahnya ketika berzikir hal tersebut tentunya
abad dan penyebaran secara geografis meliputi tidak relevan dengan perintah Allah.
tiga benua. Karena penghormatan yang berlebihan, mem-
Maka tidak mengherankan apabila tata cara buat zikir yang dimaksud bukan untuk Allah
tarekat Naqsyabandiyah menunjukkan variasi yang semata-mata. Hal ini disebabkan karena sifat
mengikuti masa dan tempat tumbuhnya. Adaptasi manusia yang tidak sempurna sehingga akan
terjadi karena keadaan memang berubah, dan menyebabkan kesombongan pada diri seorang
guru-guru yang berbeda telah memberikan guru. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena sifat
penekanan pada aspek yang berbeda dari asas kemanusiaan tersebut. Sedangkan kepatuhan
yang sama, serta para pembaru menghapuskan kepada pemimpin itu mestilah dengan syarat
pola pikir tertentu atau amalan-amalan tertentu selama pemimpin menjalankan kepemimpinan
dan memperkenalkan sesuatu yang lain.6 Maka sesuai dengan titah Allah dan sunah rasul-Nya, serta
penulis merasa perlu mengkaji apakah hal-hal pemimpin itu pun mesti pula datang atau terpilih
demikian terjadi pada tarekat Naqsyabandiyah dari dan oleh kelompok orang mukmin pula.
di Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara Di sisi lain perintah Allah sekalipun itu
Kabupaten Rejang Lebong. hukumnya sunah perlu juga dilakukan apalagi
Walaupun kehadiran tarekat Naqsyabandiyah sunahnya adalah sunah mu’akad. Salat tetap salat,
di Desa Sukadatang kecamatan Curup Utara dan tidak bisa diganti dengan zikir meskipun
mengundang tanggapan masyarakat antara keduanya sama-sama mengingat Allah.
yang pro dan kontra, namun hingga sekarang Tentang syariat, ajaran tarekat ini juga me-
keberadaannya masih eksis bahkan pengurus nyerahkan kepada anggotanya untuk belajar sesuai
semakin giat berbenah melengkapi sarana keinginannya kepada majelis taklim di luar. Hal
dan prasarana. Sebagaimana penulis ketahui tersebut menyebabkan tidak ada keseragaman
melalui berbagai macam sumber bahwa dalam pengamalan ajaran agama sesuai tingkat
tarekat Naqsyabandiyah adalah tarekat yang ketaatan dan pengetahuan agama yang dimiliki.
mengutamakan pada pemahaman hakikat dan Itulah sebabnya ketika hari Jumat yang bertepatan
tasawuf yang mengandung unsur pemahaman dengan kegiatan suluk dilaksanakan di tempat
rohani yang spesifik, seperti tentang rasa atau itu, tidak dilaksanakan salat Jumat, sehingga bagi
dzuk dalam pemahaman yang mengisbatkan yang kesadarannya kurang, maka shalat Jumat ia
dzat ketuhanan, dan isbat akan sifat maknawiyah tinggalkan. Sedangkan bagi yang kesadarannya
yang termaktub di dalam ruh anak Adam tinggi, maka bergegas mencari mesjid dusun
maupun pengakuan di dalam anabillah maupun terdekat untuk melaksanakan salat Jumat. Oleh
berkekalan dalam bakabilah yang melibatkan sebab itu, syariat tidak bisa dipandang sebelah
zikir-zikir hati (hudurun qalbu). mata, karena syariat adalah jalan kesempurnaan
Dari pola pelaksanaan kegiatan tarekat untuk mencapai hakikat dan ma’rifat.
Naqsyabandiyah yang selama ini dilaksanakan Di sisi lain, keberadaan tarekat Naqsyabandiyah
di desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara dimaksud telah menarik perhatian banyak pihak
Kabupaten Rajang Lebong terindikasi adanya disebabkan hampir setiap kegiatan suluk pada
monopoli kegiatan zikir semata-mata sehingga bulan Ramadhan ada jamaah yang meninggal
mengabaikan ibadah penting yang lainnya, dunia. Kematian memang takdir, akan tetapi
serta terkesan menunda-nunda shalat dan lebih sebab musababnya harus dipertimbangkan. Meski
mengutamakan zikir. Zikir yang diperintahkan demikian, tarekat ini tetap menarik simpatisan yang
oleh Allah adalah zikir di dalam hati bukan tidak sedikit jumlahnya dan meningkat dari tahun
dengan fisik seperti yang lazim dilakukan oleh ke tahun, ini berarti karisma seorang syaikh pada
penganut tarekat Naqsyabandiyah. Demikian tarekat ini sangat besar pengaruhnya sampai ke
luar daerah. Yang lebih menarik bahwa ternyata
6
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo dari murid yang banyak tersebut, hanya beberapa
Persada, 1996), h. 274.
90
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
orang yang berasal dari desa terdekat. Demikian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
juga kondisi gedung yang besar terlihat sepi aktifitas ini adalah pendekatan normatif, yaitu menganalisa
ketika di luar bulan Ramadhan. Hal tersebut di data dengan menggunakan pendekatan melalui
atas menjadi menarik untuk dicermati dan dikaji dalil atau kaidah yang menjadi pedoman perilaku
secara akademis. Karena sepengetahuan penulis, manusia. Sedangkan metode pengumpulan data
belum ada literatur yang membahas masalah di yang digunakan dalam penelitian ini adalah
atas secara khusus dengan metode ilmiah dan dengan wawancara dan dokumentasi
baru berupa praduga-praduga pengamatan saja. Setelah data-data diperoleh dari lapangan,
Untuk mengenal lebih dekat tentang tarekat maka dalam pengolahan data dilakukan dengan
Naqsyabandiyah sebagaimana yang diuraikan tahapan editing, classifying, analyzing, dan
terdahulu, maka masalah pokok penelitian ini concluding. Adapun metode analisis data yang
adalah bagaimana eksistensi dan corak pemikiran digunakan oleh peneliti adalah analisis deskriptif
keagamaan tarekat Naqsyabandiyah di Desa kualitatif, yaitu salah satu metode analisis
Sukadatang Kecamatan Curup Utara Kabupaten dengan cara menggambarkan keadaan atau
Rejang Lebong. Masalah pokok di atas dirinci status fenomena dengan kata-kata atau kalimat,
ke dalam rumusan masalah sebagai berikut: kemudian dipisahkan menurut kategori untuk
1. Apa sajakah faktor-faktor pendukung ber- memperoleh kesimpulan. Dalam analisis data ini,
kembangnya tarekat Naqsyabandiyah di peneliti berusaha untuk menjelaskan masalah
desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara yang ada dalam rumusan masalah dengan
Kabupaten Rejang Lebong? menggambarkan keadaan atau fenomena yang
ada dalam tarekat Naqsyabandiyah kemudian
2. Bagaimanakah corak pemikiran keagamaan
menganalisa data-data yang diperoleh dengan
dan amalan tarekat Naqsyabandiyah di
memisahkannya sesuai ketegori dalam bentuk
Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara
ungkapan kata-kata atau kalimat.
Kabupaten Rejang Lebong?
91
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
dan mengakibatkan orang akan jauh dari Allah. paling halus kepada Allah semata.
2. Nadzar bar qadam, menjaga langkah.Seorang 7. Nigah Dasyt,waspada. Ialah setiap murid
murid yang sedang menjalani khalawat suluk, harus menjaga hati, pikiran, dan perasaan dari
bila berjalan harus menundukan kepala, sesuatu walaupun sekejap seketika melakukan
melihat kearah kaki. Dan apabila duduk, zikir tauhid. Hal ini bertujuan untuk mencegah
tidak memandang kekiri atau kekanan. Sebab agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang
memandang kepada keanekaragaman ukiran dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan
dan warna dapat melalaikan orang lain dari untuk memelihara pikiran dan perilaku agar
mengingat Allah, selain itu juga supaya tujuan- sesuai dengan makna zikir tersebut.
tujuan yang (rohaninya) tidak dikacau oleh 8. Yad dasyt,mengingat kembali.Adalah tawajuh
segala hal yang ada disekelilingnya. (menghadapkan diri) kepada Nur Dzat Allah,
3. Safar dar wathan,melakukan perjalanan tanpa kata-kata. Pada hakikatnya meng-
ditanah kelahiran.Maknanya adalah melaku- hadapkan diri dan mencurahkan perhatian
kan perjalanan batindengan meninggal- kepada nur dzat Allah tiada lurus, kecuali
kan segala bentuk ketidaksempurnaannya sesudah fana’ (hilang kesadaran) yang
sebagai manusia menuju kesadaran akibat sempurna. Tampaknya hal ini semula dikaitkan
hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. pada pengalaman langsung kesatuan dengan
Atau maknanya adalah perpindahan dari yang ada (wahdah al-wujud).
sifat manusia yang rendah kepada sifat-sifat Menurut para sufi, syari’ah untuk memperbaiki
Malaikat yang terpuji. amalan-amalan lahir, tarikat untuk memperbaiki
4. Khalawat dar anjuman, sepi ditengah ke- amalan batin (hati). Hakikat untuk mengamalkan
ramaian. Khalawat bermakna menyepinya segala rahasia yang gaib, sedangkan ma’rifat
seorang murid, sementara anjuman dapat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat
berarti perkumpulan tertentu. Berkhalawat Allah baik dzat, sifat maupun perbuatannya.
terbagi kedalam dua bagian, yaitu khalawat Orang yang sampai pada maqam ma’rifat itu
lahir, yaitu orang yang bersuluk mengasingkan disebut wali dan memiliki kemampuan luar
diri kesebuah tempat tersisih dari masyarakat. biasa. Kemampuan itu disebut karamah atau
Kemudian khalawat batin, yaitu mata hati supra natural, sehingga terkadang ada kejadian-
menyaksikan rahasia kebesaran Allah dalam kejadian pada dirinya yang tidak bisa dijangkau
pergaulan sesama makhluk. oleh akal. 9
5. Yad krad,ingat atau menyebut ialah berzikir Sementara itu, ciri khas dari tarekat
terus menerus mengingat Allah, baik zikir ism Naqsyabandiyah pertama, mengikuti syariat
al-dzat (menyebut Allah), maupun zikir na’if secara ketat. Keseriusan dalam melaksanakan
itsbat (menyebut Laa ilaaha Illallah). Bagi ibadah yang menyebabkan tarekat itu menolak
penganut tarekat Naqsyabandiyah, zikir itu terhadap musik dan tari-tarian. Kedua, upaya
tidak terbatas dilakukan secara berjamaah serius dalam mengarungi kehidupan, dalam
ataupun sendirian sesudah shalat, tetapi terus arti jangan bermalas-malasan dalam bekerja
menerus supaya didalam hati bersemayam serta sebagaimana bisa mendekatkan negara
kesadaran akan Allah yang permanen. kepada Agama.Karena dalam pandangan tarekat
6. Baz Ghust,kembali,memperbarui. Hal ini di- Naqsyabandiyah memperbaiki penguasa me-
lakukan untuk mengendalikan hati agar tidak rupakan syarat untuk memperbaiki masyarakat
condong kepada hal-hal yang menyimpang. Berkenaan dengan tarekat Naqsyabandiyah
Sesudah menghela nafas, orang yang berzikir di Desa Sukadatang kecamatan Curup Utara
itu kembali bermunajat dengan mengucapkan Kabupaten Rejang Lebong tentunya kehadirannya
kalimat yang dimulai ilâhî anta maqsudî wa tidak muncul dengan sendirinya, mesti terdapat
ridhâka mathlûbî, (ya Tuhanku, engkaulah sejarah panjang yang terjadi sehingga di Desa
tempatku memohon dan keridhaanmulah yang Sukadatang Kecamatan Curup Utara terdapat
aku harapkan). Sewaktu mengucapkan zikir, Gedung pendidikan Rohani Halawat bil Jawad
makna dari kalimat ini harus selalu berada dihati
seseorang, untuk mengarahkan perasaanya yang 9
Sri Mulyanti, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, h.6.
92
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
milik organisasi tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat syariah dan akhlak.Yang disebut sufisme adalah
ini pada mulanya dipelajari oleh Buya Rasyidsyah dalam komponen akhlak. Ketiga komponen itu
Fandy kepada Buya Syekh Zainal Arifin di tidak dapat dipisahkan. Jadi kalau ada orang yang
Sukaraya Rupit. Kemudian oleh Buya Rasyidsyah mau melaksanakan Islam, maka harus dimulai
Fandy tarekat ini dibawa ke Muaratelita, Padang dari pemahaman akidah yang kemudian muncul
Ulak Tanding pada awal tahun 2003. dari perilaku syariah dan karena punya mata batin
Kebangkitan tarekat Naqsyabandiyah di maka tasawuf yang dilaksanakan. Oleh sebab
Kabupaten Rejang Lebong ditandai dengan itu, kehadiran tasawuf tidak lepas dari upaya
berdirinya Gedung suluk di Desa Muaratelita penyucian (tazkiyatun nafs) dan penjernih hati
Kecamatan Padang Ulak Tanding pada tahun (tashwiyatul qalb) guna mendekatkan diri kepada
2003. Kemudian berpindah ke desa Ujan Mas Allah Swt untuk melengkapi akidah dan syariah.
Kabupaten Kepahiang tahun 2004 dan pindah Tarekat Naqsyabandiah di desa Sukadatang
lagi ke Kabupaten Rejang Lebong yaitu tepatnya kecamatan Curup Utara ini pun mengamalkan
di Desa Sukadatang Kecamatan Curup Utara zikir karena Allah Swt telah memerintahkan
pada tahun 2004 hingga sekarang. Ini ditandai kepada manusia untuk berzikir mengingat Allah
dengan adanya gedung tarekat Naqsyabandiyah berdasarkan firman-Nya:
ﯢﯣ ﯤﯥﯦﯧﯨﯩ
Halawad bil Jawad (pelatihan Rohani) dengan
pimpinan sekaligus guru atau mursyid Muhammad
Rasyidsyah Fendi. ﯪﯫﯬ ﯭ ﯮ ﯯﯰﯱ
Keberadaan lembaga keagamaan ini dikenal “Dan sebutlah nama Tuhannmu dalam hatimu
masyarakat hingga keluar daerah, seperti Jakarta, dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
Bogor, Musirawas, Jambi, Palembang, bahkan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi
sampai ke negara tetangga, Malaysia. Hal ter- dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-
sebut penulis saksikan sendiri ketika penulis orang yang lalai.” (Al-A’raf: 205).11
berkunjung pada acara suluk pada tanggal 10 Tarekat Naqsyabandiyah mempunyai pe-
Ramadhan 1434 H. Dewasa ini banyak distorsi mikiran bahwa mengenal Allah merupakan
pemahaman terhadap hakikat tasawuf serta awal beragama, oleh sebab itu yang pertama
jati diri pelakunya (sufi). Banyak kalangan yang kali dilakukan oleh Nabi saw memulai dakwah-
berpandangan bahwa tasawuf itu aktifitas ritual, nya adalah mengajarkan tauhid. Mengenai
seperti membaca kalimah Laa Ilaaha Illallah, silsilah, bagi tarekat ini adalah sebuah tarekat
Allah, Allahu. Yang lebih fatal lagi bahwa orang haruslah memiliki silsilah yang mu’tabar, dan
yang kebal itu adalah penganut sufi. ketersambungan itu bisa saja melalui komunikasi
Distorsi pemahaman tersebut membawa dengan mursyid yang telah meninggal, misalnya
dampak bagi upaya marginalisasi sufisme melalui mimpi. Berbagai amalan yang dilakukan
di tengah umat Islam, kalau tidak malah para salik, akan mengantarkannya menjadi
diharamkan. Upaya terakhir diperankan oleh para manusia paripurna (insan kamil), sehingga dirinya
penganjur gerakan modernisasi di tubuh umat berkekalan dengan Tuhan, maka saat itu tidak
Islam (Islamic Movement) semenjak awal abad ada lagi niat untuk melakukan dosa.
20, di mana sebagian kecil muslim terbuai untuk
turut mengikutinya. Pelenyapan nilai-nilai sufisme Faktor-faktor Pendukung Berkembangnya
pada akhirnya melahirkan suatu komunitas yang Tarekat Nasyabandiyah di Desa Sukadatang
hanya mengedepankan simbol-simbol formal
Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang
Islam, kalau ingin digolongkan modernisasi.10
Lebong
Sufisme seharusnya diletakkan pada proporsi 1. Faktor Interen
yang sebenarnya.Sebab sufisme atau tasawuf a. Kebutuhan Spiritual Jamaah terhadap Tarekat
adalah pengembangan dari komponen Islam. Fenomena kehidupan yang gersang dari
Terdapat tiga komponen dalam Islam, yaitu akidah, nilai-nilai spiritual telah terjadi di Kabupaten
Rejang Lebong. Terutama mereka yang sehari-
10
Marzani Anwar, Sufisme Perkotaan, (Jakarta: Departemen
Agama RI, Balai penelitian dan Pengembangan Agama,
11
2007),h.10. Kemenag RI: Al-Qur’an dan Terjemahnya, h.175
93
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
harinya bergelut dengan sulitnya kehidupan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bersamaan membersihkan diri dari segala dosa dan sifat-sifat
dengan perkembangan politik yang membuat buruk.13 Setelah mengikuti suluk, para jamaah
orang berbondong-bondong ingin menampakkan merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa
diri sebagai orang yang simpati terhadap yang selama ini tidak pernah mereka dapatkan.14
sesama dengan cara mengikuti semua kegiatan
kemasyarakatan dan keagamaan. Para orang b. Figur Kepemimpinan
tua semakin hari semakin khawatir terhadap Dalam tarekat Naqsyabandiyah desa
pergaulan anak-anaknya dengan berbagai macam Sukadatang ada ungkapan “Barangsiapa me-
pergaulan yang memengaruhinya, sehingga nempuh jalan khusus menuju Allah tanpa
pengajian untuk anak-anak hingga remaja mursyid, mursyidnya adalah Syetan”. Ungkapan
tumbuh menjamur. Orang juga beramai-ramai ini mengandung arti betapa pentingnya peran
membentuk pengajian mulai dari tingkat RW, mursyid bagi penganut tarekat ini. Mursyid
kelurahan, kecamatan, hingga kabupaten. Di sangat dihormati dan dimuliakan. Perintah dan
kantor-kantor baik otonom maupun vertikal wejangan Syekh Mursyid sangat diperhatikan. Hal
juga tidak ketinggalan mengadakan pengajian ini membuat para jamaah kompak dan tunduk
mingguan dengan busana muslim-muslimah pada satu komando, sehingga meminimalisir
semakin menunjukkan pengamalan agama yang terjadinya perpecahan antar penganut tarekat.
mantap. Di setiap acara juga tidak lupa dengan
Muhammad Rasyidsyah Fandy sendiri meng-
kegiatan keagamaan. Hampir setiap hari televisi,
ungkapkan kepada penulis, bahwa penunjukan
radio begitu gencar dengan siaran-siaran yang
dirinya sebagai mursyid adalah melalui mimpi.
bernuansa keagamaan yang mempelajari ajaran
Dalam mimpi tersebut beliau mendengar suara
Islam secara intens dan terbuka.
yang memerintahkannya untuk memajukan
Kalau kita lihat suasana kehidupan yang tarekat Naqsyabandiyah dan beliau akan menjadi
kental dengan kesemarakan kehidupan ber- mursyid.15
agama seperti situasi di atas, maka kita yakin
bahwa suasana kebahagiaan rohani masyarakat
c. Kaderisasi yang Baik
telah terpenuhi. Namun di sisi lain sebagian
masyarakat melihatnya masih terbatas pada Kegiatan suluk tarekat Naqsyabandiyah
kulitnya saja dan hanya bersifat formalitas, desa Sukadatang berhasil melahirkan para
baru menyentuh kesalehan pribadi. Ternyata Syekh Muda yang aktif membina para jamaah
pengamalan agama tersebut belum menyentuh baik ketika acara suluk maupun diluar suluk.
jiwa. Belum tampak dalam bentuk kekhusyukan Masing-masing Syekh Muda memiliki kelompok
serta belum dapat menciptakan kesalehan binaan dimana mereka tinggal mempunyai
sosial di masyarakat. Karenanya berbagai tugas membina pengajian jamaah zikir rutin
upaya dilakukan oleh sebagian masyarakat setiap minggunya dari kelompok-kelompok
antara lain dengan mengadakan kegiatan- zikir inilah yang meramaikan jamaah suluk
kegiatan keagamaan dalam bentuk Amalan di Tarikat Naqsyabandiyah desa Sukadatang
yang selama ini dilakukan.12 Kegiatan tersebut setiap tahunnya. Mereka juga memiliki murid
bertujuan mengajarkan budi luhur, ajaran yang yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia
menekankan kejernihan qalbu, mengamalkan dan luar negeri. Hingga saat ini terdapat 178
sifat-sifat Tuhan. Syekh berasal dari tarekat Naqsyabandiyah desa
Sukadatang.16
Rasa haus terhadap nilai-nilai spiritual inilah
Dalam tarekat Naqsyabandiyah, status sosial
yang mendorong Syekh Rasyidsyah Fandy
dan pendidikan tidaklah menjadi pertimbangan
untuk mengajak seluruh masyarakat kembali
13
Wawancara dengan Rasyidsyah Fandy pada 10 Juli 2014
12
Dalam konteks sejarah, ajaran sufi merupakan bentuk 14
Wawancara dengan Syekh Muda Kemas Rezi Susanto
ketidakpuasan masyarakat terhadap bentuk pendekatan legalistik
15
formal dan rasionalistik dalam memahami mengamalkan dan Wawancara dengan Rasyidsyah Fandy pada 10 Juli 2014
16
menafsirkan ajaran Islam. Abdulah WM, Kebehinekaan Beragama Wawancara dengan Syekh Muda Romli, SE,Syekh Muda
dalam Perspektif Tasawuf, makalah dalam perkembangan sekaligus Sekretaris Umum Pengurus Tarekat Naqsyabandiyah
sufisme perkotaan, 27 Januari 2000 di Jakarta. desa Sukadatang pada 11 Agustus 2014
94
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
95
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
21 23
Dokumen di Kementrian Agama Kab. Rejang Lebong, Wawancara dengan Jamil Azhari, kepala desa Sukadatang
th.2014 pada 19 Juli 2014.
22 24
Wawancara dengan dr. Fitri, Puskesmas Tunas Harapan Saat ini ada 178 syekh muda yang tersebar, dan semuanya
Curup Utara, pada 13 Juli 2014 keluaran suluk desa Sukadatang.
96
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
Langkah itu mulai dari proses pembersihan sahabat yang mengisyaratkan metode men-
dan pencucian diri (tadzkiyah al-nafs) hingga dapatkan makrifat. Kisah antara Nabi Musa
di antara mereka mencapai pemahaman yang dan Khidir di dalam surah al-Kahfi juga relevan
mendalam (ma’rifah) terhadap al-Haqq. Tugas dengan pembahasan ini.
dan fungsi mursyid di hadapan para salik Bagaimana Nabi Musa yang dikenal sebagai
menyerupai Rasulullah saw di depan para nabi ulul azmi masih harus belajar kepada
sahabatnya. Jika para sahabat dengan tekun hamba Tuhan yang tidak populer di dunia
dan penuh tawadhu di hadapan Rasulullah, para publik. Persyaratan menjadi murid juga lebih
salik juga melakukan hal yang sama di hadapan unik dibanding dengan metode keilmuan biasa,
mursyidnya.25 yaitu,27
b. Makrifatullah
ﯗ ﯘﯙﯚﯛﯜﯝﯞﯟ
“Janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
Tarekat Naqsyabandiyah desa Sukadatang juga
sesuatu apa pun sampai aku menerangkan
mengenal istilah makrifatullah. Menurut penganut
kepadamu.” (QS. Al-Kahfi: 70).
tarekat ini makrifat adalah pengetahuan yang
secara umum berada di luar lingkup dan domain Lebih unik lagi, sang guru mencontohkan
manusia. Keberadaannya ditentukan kemampuan sesuatu yang sama sekali di luar kemampuan
manusia mengakses unsur-unsur luar dirinya, logika untuk memahaminya, yaitu membocorkan
dalam hal ini Tuhan. Makrifat merupakan usaha perahu-perahu nelayan, membunuh anak kecil
untuk memberikan kepuasan intelektual dan tak berdosa, dan memugar reruntuhan bangunan
spiritual yang pada akhirnya akan menghadirkan tua. Namun, ending dari cerita ini ialah Nabi
rasa tenang dan damai secara konstruktif ke Musa mendapatkan kearifan bahwa di atas langit
dalam diri manusia.26 masih ada langit. Ilmu Tuhan itu mahaluas.
Berangkat dari keyakinan itu, tugas pertama Dari situ, kita pun mendapatkan hikmah
yang harus dilakukan guru atau mursyid adalah bahwa manusia utama dan pilihan Tuhan tidak
melakukan proses pembersihan diri para murid mesti harus populer, bahkan tidak mesti menjadi
dari berbagai keraguan. Proses ini biasa disebut nabi. Rasulullah memberikan contoh bagaimana
pembersihan jiwa (tadzkiyah al-nafs) atau mempelajari makrifat dengan mengedepankan
penghalusan kalbu (tahdzib al-qulub). Proses ini keikhlasan dan kedekatan diri terus-menerus
digambarkan dalam surah al-Baqarah ayat 151: kepada Allah Swt. Sahabatnya juga demikian.
Ali pernah membuat pernyataan “Barang
ﯗﯘ ﯙﯚﯛﯜ ﯝ siapa mengajariku satu huruf, aku rela menjadi
ﯞﯠﯟﯡﯢ budaknya”. 28 Generasi berikutnya, seperti Imam
Bukhari, setiap kali akan menerima sebuah hadis
ﯣﯤﯥﯦﯧ terlebih dahulu ia shalat dua rakaat. Kitab Al-
“Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara Talim wal Mu-taallim, yang mengajarkan sopan
kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada santun guru dan murid, mastfi dipegang teguh
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan di sejumlah besar pondok pesantren.
kepadamu kitab dan hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” c. Berguru kepada Alam Lain
Ayat di atas menjelaskan bahwa sebelum Menurut mursyid tarekat Naqsyabandiyah desa
dilakukan proses pendidikan dan pengajaran Sukadatang, pengetahuan tidak hanya diperoleh
atau taklim, terlebih dahulu dilakukan proses dari guru yang masih hidup, akan tetapi juga
pembersihan diri. Selain ayat tersebut, masih bisa diperoleh dari orang yang telah meninggal.
banyak lagi ayat dan hadis, serta perkataan Artinya pengetahuan selain dipelajari secara fisik,
juga bisa secara barzakhi.
25
Penulis melihat bahwa pada tarekat Naqsyabandiyah desa
27
Sukadatang sangat memuliakan syekhnya, misalnya mencium Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, h. 412
tangan syekh ketika bersalaman serta menundukkan wajah. 28
Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern: Jalan Mengenal dan
Tentu saja jabat tangan ini tidak dilakukan oleh salik perempuan. Mendekatkan Diri kepada Allah Swt, (Jakarta: Republika, 2014),
26
Wawancara dengan Syekh Muda Romli pada Juli 2014 h. 34
97
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
Oleh sebab itu bagi paenganut tarekat, Corak Pemikiran Tarekat Naqsyabandiyahyah
bersambungnya silsilah bisa saja terjadi antara di Desa Sukadatang
seorang mursyid dengan mursyid sebelumnya, Sebagai mana yang tertuang dalam Visi Misi
walaupun keduanya tidak hidup sezaman dan tarekat Naqsya bandiyah desa Sukadatang Curup
tidak bertemu secara fisik. Alangkah miskinnya Utara Kabupaten Rejang Lebong31visinya adalah
seorang murid, jika mempunyai guru dari orang ”membimbing murid-murid menyucikan diri dari
yang hidup saja. Komunikasi dengan alam lain hawa, napsu, dunia, syaithan, sifat-sifat riak,
ini dapat saja dilakukan bagi mereka yang telah takabur, dengki khianat, hasud, kikir, tamak dan
mencapai maqam tertentu setelah melakukan dari segala dosa dengan api zikrullah (nur iman,
riadhah al-batiniyah.29 nur Islam, nur tauhid, nur makrifat) untuk dapat
kembali kepada tuhan dengan sempurna. Yaitu
d. Nur Muhammad dengan panggilan Tuhan ( Al-Fajr 27 s/d 30 ).
Menurut penganut tarekat Naqsyabandiyah desa dan misinya menyampaikan ajaran dan hukum
Sukadatang, alam ini diciptakan dari tidak ada. tuhan kedalam lubuk hati hamba-hamba-Nya agar
Sebelum menciptakan alam semesta, Allah terlebih hati hamba-hamba-N zikir kepada tuhan dengan
dahulu menciptankan Nur Muhammad. Kemudian kalimah “Allah, Allah” dan tuhan menyertainya
dari Nur Muhammad itulah ala mini tercipta.30 agar tidak timbul niat atau kehendak dari dalam
Akan tetapi, tarekat Nasyabandiyah desa lubuk hati untuk melakukan perbuatan dosa.
Sukadatang tidak banyak membahas tentang Agar nyata segala ucapan, sikap, gerak dan
akidah. Para salik difokuskan pada Amalan- perbuatan hamba-hamba itu baik, benar dan
Amalan. Yang terpenting bagi pengikut tarekat sempurna pula menurut ajaran dan hukum
ini adalah pengalaman batin ketika berdzikir. negara sebagai jaminan terwujudnya kedamaian
dan kemakmuran bagi manusia, hewan,
tumbuhan dan alam di bumi pertiwi ini. Dari
e. Insan Kamil
visinya bahwa tarekat ini memiliki tujuan jangka
Yang ingin dicapai oleh peserta suluk tarekat panjang maksudya para pengikutnya dibimbing
Naqsyabandiyah desa Sukadatang adalah menjadi oleh Mursyidnya untuk mensucikan diri dengan
manusia paripurna atau insan kamil. Untuk menghindari sifat-sifat mazmumah kepada sifat-
menjadi manusia paripurna adalah dengan sifat mahmudah dengan jalan melakukan zikir
cara mensucikan ruh, sebab ruh lah yang akan hingga mencapai makrifat. Dengan demikian
dipanggil menghadap Allah. Sedangkan jasad corak pengajian tasawuf tarekat Naqsyabandiyah
atau tubuh jasmani akan kembali ke asalnya, adalah akhlaki, 32 sebab inti ajarannya adalah
yaitu tanah. Mereka berpegang pada firman Allah: pensucian diri dari segala dosa dan sifat buruk.
ﭢﭣﭤﭥ ﭦ ﭧﭨﭩ ﭡ Adapun ajaran tarekat Naqsyabandiyah desa
Sukadatang lebih mirip dengan konsep tarekat
ﭪﭫﭬ ﭭ ﭮﭯ ﭰ ﭱ Imam al-Ghazali, yaitu penyucian jiwa kemudia
“Hai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada menghiasinya dengan akhlak terpuji.
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-
Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba- Amalan Tarekat Naqsyabandiyahyah di Desa
hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” Sukadatang
(QS. Al-Fajr: 27-30) a. Landasan dalam beramal
ﭾ ﭿﮀﮁﮂﮃﮄﮅ Tarekat Naqsyabandiyah desa Sukadatang
“Dari tanah itulah Kami menjadikan kamu dan menjadikan Alquran sebagai dasar bertarekat.
kepadanya Kami akan mengembalikan kamu
dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu 31
Arsip tarekat Naksyabandiyah desa sukadatang, 10 juni
pada kali yang lain.” (QS. Thoha: 55) 2014
32
Pendekatan taswuf akhlaki adalah pendekatan yang terdiri
29
dari takhalli (yang mengosongkan diri dari Akhlak yang buruk),
Wawancara dengan Syekh Muda, Romli pada 8 Agustus kemudian tahalli (menghiasi dengan akhlak terpuji), kemudian
2014 tajalli (terbukanya dinding penghalang yang membatasi manusia
30
Wawancara dengan Buya Syekh Rasyidsyah Fandy pada dengan Tuhannya), Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung:
10 Juli 2014 Pustaka Setia, 1999), h. 114.
98
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
Hal ini disebabkan Alquran merupakan sumber jamaah tarekat Naqsyabandiyah desa Sukadatang
syariat Islam yang pertama dan diriwayatkan mengambil ayat-ayat yang berisi perintah dzikir atau
secara mutawatir, sehingga kebenarannya tidak mengingat Allah. Ayat-ayat tersebut di antaranya:
ﯺﯻﯼﯽﯾﯿﰀ
diragukan. Adapun dalil yang sering disampaikan
pada pengajian tarekat ini di antaranya berkaitan
dengan dasar-dasar bertarekat. Menurut penganut “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah
tarekat Naqsyabandiyah desa Sukadatang banyak (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
ayat dalam Alquran yang menganjurkan umat sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)
ﯢﯣ ﯤﯥﯦﯧﯨﯩ
Islam untuk bertarekat, di antaranya:33
ﮯ ﮰﮱ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖ ﯪﯫﯬ ﯭ ﯮ ﯯﯰﯱ
ﯘﯙﯚﯛﯜ “ ﯗDan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi
diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. orang yang lalai.” (Al-A’raf: 205)
Al-Maidah: 35)34 ﭽﭾﭿﮀ ﮁ ﭼ
ﭣ ﭤﭥﭦ ﭧﭨﭩ “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah
“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS.
lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Al-Muzammil: 8)
Kami akan memberi minum kepada mereka air ﯩ ﯪﯫﯬ ﯭ ﯮ
yang segar (rezki yang banyak)”. (QS. Al-Jin: 16)35
“Maka ingatlah kepada-Ku niscaya aku ingat
ﮚ ﮛ ﮜ ﮝﮞ pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,
“Maka tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.”
dimudahkan (bagimu).” (QS. An-Nahl: 69)36 (QS. Al-Baqarah: 152)
99
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
tarekat di desa Sukadatang melakukan mandi Dan siapa menepati janjinya kepada Allah, Allah
taubat di aliran sungai musi yang melintasi akan memberinya pahala yang besar.”
belakang gedung kegiatan mereka. Mandi taubat Seorang pengikut tarekat Naqsyabandiyah desa
ini dilakukan pada malam hari pertama setelah Sukadatang kecamatan Curup Utara Kabupaten
melakukan istighfar. Disebabkan mandi malam Rejang lebong harus sanggup mengikuti tatacara
tersebut mendatangkan opini negatif dari warga, ritual sebagai berikut;39
maka pada tahun 2010, panitia suluk membangun
1. Menjaga diri dari kekhilafan dan kealfaan
tempat mandi khusus di samping kiri dan kanan
dengan mengatur keluar masuknya nafas
gedung. Tempat mandi ini terpisah antara laki-
supaya hati selalu merasa kehadiran Allah
laki dan perempuan.
sehingga diri lebih dekat kepada Allah. Dalam
hal ini maka jika berjalan selalu memegangi
2) Baiat sebelah dada kiri.
Setelah melakukan mandi taubat, penganut 2. Menjaga langkah. Oleh karena itu seorang
tarekat Naqsyabandiyah desa Sukadatang salik bila berjalan harus menundukan kepala
melakukan baiat atau talqin. Baiat atau talqin melihat kearah kaki dan bila duduk tidak
ialah janji setia dari calon murid atau salik kepada boleh menoleh kekanan dan kekiri.
mursyid. Biasanya yang melakukan proses baiat
3. Sanggup melakukan perjalanan batin yaitu
ialah mursyid kepada salik. Sebelum proses
berpindah dari sifat manusia yang rendah
kepembaiatan, umumnya diawali perkenalan
kepada sifat-sifat Malaikat yang terpuji.
dan penjelasan langkah-langkah yang harus di
tempuh jika kelak resmi menjadi murid. 4. Sanggup menyepi (berkhalawat) dari
keramaian dengan mengasingkan diri didalam
Seorang calon salik diperkenalkan berbagai
kelambu. Menyepi terbagi dua yaitu lahir dan
syariat dan ketentuan internal tarekat, misalnya
batin.
kesediaan murid menyempurnakan ibadah
syariah, patuh kepada mursyid, aktif dan telaten 5. Sanggup terus menerus berzikir mengingat
melakukan riyadloh, serta berusaha meniggalkan Allah sebayak yang telah ditentukan oleh
rutinitas duniawi, lalu memasuki wilayah tasawuf Mursyid. Disini seorang salik selalu memegangi
dengan menginternalisasikan sifat-sifat utama tasbeh dan memutarnya untuk menghitung
seperti sabar, tawakal, qonaah, dan syukur. bilangan zikir. hal ini dilakukan agar dalam
hati bersemayam kesadaran akan Allah yang
Ia secara perlahan-lahan dibimbing untuk
permanen.
meninggalkan dominasi eksoterisme dan me-
masuki wilayah esoterisme dalam beribadah. 6. Kembali memperbaharui mengendalikan
Ia dituntut berkontemplasi guna lebih banyak hati agar tidak condong kepada hal-hal yang
mengenal alam rohani, dan pada akhirnya salik menyimpang. Hal ini dilakukan oleh jamaah
berusaha respek dan mencintai mursyidnya. suluk setiap setelah selesai sholat wardhu yang
Bagaikan sahabat yang mencintai Rasulnya. disebut tawajuh atau pengecasan kembali.
dalam hal ini seorang salik memindahkan
Sang calon salik juga berlatih menumbuhkan
batu krikil dari tangan kanan kekiri.
rasa cinta (mahabbah) dan harapan besar (raja’).
Jika dia diyakini memiliki kemampuan untuk 7. Waspada selalu menjaga hati, pikiran dan
lanjut sebagai salik, mursyid akan membaiatnya. perasaan dari hal-hal yang menyimpang dari
Dalam tarekat Naqsyabandiyah desa Sukadatang, kebenaran dan kebajikan.
murid yang dibaiat tidak mesti memiliki kriteria 8. Mengingat kembali menghadapkan diri kepada
khusus. Artinya siapa saja boleh dibaiat selama Nur Dzat, tampa kata-kata pengalaman
mereka punya komitmen untuk mensucikan jiwa kesatuan langsung dengan wahdah al-wujud.
dan diri. Ayat yang menjadi dasar hukum baiat Pada malam penutupan suluk, maka para
adalah firman Allah: “Orang-orang yang berjanji peserta harus mengingat-ingat kembali
setia kepadamu, sesungguhnya mereka berjanji semua yang diajarkan oleh Buya Syekh
setia kepada Allah. Tangan Tuhan di atas tangan Mursyid Rasidsyah Fandi. Sehingga dapat
mereka. Siapa melanggar janjinya, niscaya akibat
39
dia melanggar janji itu akan menimpa dirinya. Wawancara dengan M. Edy ,pengurus Tarekat
Naqsyabandiyah pada 9 juli 2014
100
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
dijadikan pegangan dalam melakukan ibadah Dzikir sebanyak 1000 kali di atas kening.
sekembalinya kedaerah masing masing. 8) Dzikir kullu jasad
Dzikir 1.000 kali di seluruh tubuh.
3) Suluk
9) Dzikir Nafi isbat
Suluk bagi penganut tarekat Naqsyabandiyah
Dzikir nafi isbat adalah dengan menyebutkan
di desa Sukadatang adalah khalwat. Oleh sebab
laa ilaaha illallah.
itu, gedung tempat mereka melakukan suluk
disebut khalwat fi jawat, artinya khalwat yang 10) Penutup
dilakukan dengan waktu singkat, yaitu sepuluh Pada malam kesepuluh ini dilakukan
malam saja. Pada acara suluk atau khalawat penutupan acara suluk, dan syekh menyampaikan
tersebut kegiatan yang dilakukan oleh para beberapa Amalan yang akan dilakukan oleh salik
jamaah suluk mayoritas didominasi dengan dzikir. setelah pulang ke kampung masing-masing.
Zikir yang mereka lakukan pada dasarnya dapat Dzikir lathaif bertujuan membersihkan jiwa
digolongkan kepada dua macam yaitu dzikir ismu (tazkiyatun nafsi) dari beberapa sifat buruk yang
zat dilaksanakan diluar kelambu secara bersama dapat menghijab hamba dengan sang khalik
dan dzikir lathifatul qalbi dilakukan didalam (Allah). Sifat buruk tersebut adalah hawa,
kelambu disini para salik akan mengalami nafsu, cinta dunia, syaitan, riya, takabur, dengki,
keadaan dan penemuan pristiwa yang berbeda- khianat, hasud, kikir, dan tamak. Adapun cara
beda tergantung dengan amal perbuatan yang membersihkan sifat buruk dan dosa tersebut
selama ini ia lakukan. Lalu semuanya berusaha diperlukan dzikir tertentu yang dikenal dengan
untuk melaporkannya dengan jujur kepada istilah dzikir latha’if, yaitu mengingat asma Allah
Mursyid, karena apabilla tidak mereka akan pada tujuh titik halus pada tubuh. Seseorang
tersiksa dan tidak dapat memutar tasbihnya untuk yang berdzikir memusatkan kesadarannya dan
berdzikir dan meraung-raung merasa tersiksa membayangkan nama Allah itu bergetar dan
oleh penemuan yang dirasakanya. Adapun dzikir memancarkan panas berturut-turut pada tujuh
yang dilakukan pada malam selama suluk secara titik halus pada tubuh.
rinci adalah:40 Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir yang
1) Dzikir ismu zat sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh
Dzikir dengan menyebut “Allah, Allah” akan bergetar dalam asma Allah. Jumlah dzikir
sebanyak 5000 kali. “Allah” pada semua tingkat itu 11.000 kali. Orang
2) Dzikir lathifatul qalbi yang berdzikir menurut tingkatan tersebut, akan
mendapat hikmah yang sangat tinggi nilainya dalam
Dzikir sebanyak 5.000 kali ditempatkan di
rangka mendekatkan diri kepada Allah. Puncak
bawah susu sebelah kiri, kurang lebih dua
daripada dzikir tersebut seorang salik merasakan
jari rusuk.
tubuhnya terbakar, sehingga membuat mereka
3) Dzikir lathifatul ruh menangis. Perasaan tersebut merupakan efek dari
Dzikir sebanyak 1.000 kali, di bawah susu dzikir yang dilakukan. Ketika ditanyakan mengapa
kanan, kurang lebih dua jari ke arah dada. salik menangis, mereka tidak dapat menjelaskan.
4) Dzikir lathifatul sir Agaknya inilah yang membuat para salik kembali
Dzikir sebanyak 1.000 kali, di atas dada kiri, kesadarannya untuk melakukan kebaikan. Dan
kira-kira dua jari di atas susu. memang sangat banyak mereka yang terkenal
sebagai penjahat, taubat setelah mengikuti suluk.41
5) Dzikir lathifatul khafi
Setelah melaporkan perasaan yang dialami
Dzikir 1.000 kali, di atas dada kanan kira-kira dalam berdzikir, maka atas pertimbangan syekh
dua jari ke arah dada. diteruskan dzikir dengan kalimat “laa illaha illa
6) Dzikir lathifatul akhfa Allah”. Perubahan kalimat dzikir itu ditentukan oleh
Dzikir 1.000 kali di tengah-tengah dada. Syekh demikian pula jumlahnya sesuai dengan
7) Dzikir Natiqa pengalaman dalam berdzikir yang dilaporkan.
40 41
Wawancara dengan buya Syekh Rasyidsyah Fandy pada 10 Wawancara penulis dengan Syekh Ismul Khalidin pada 7
Juli 2014 Juli 2014.
101
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
Di sinilah peran seorang mursyid untuk me- sesuai dengan maqam masing-masing. Bagi
nyampaikan ajaran dan hukum Tuhan ke dalam pengamal tarekat Naqsyabandiyah, khatam
lubuk hati hamba-hambanya (peserta suluk) tawajuh ini merupakan Amalan pokok, karena
agar hati hamba-hambanya dzikir kepada Tuhan itu harus dilaksanaan secara baik dan sempurna.
dengan kalimah “Allah, Allah” dan Tuhan kekal Sehingga kualitas iman dan taqwa menjadi
menyertainya agar tidak timbul niat atau kehendak meningkat. Adapun Amalan yang dilakukan
dari dalam lubuk hati untuk melakukan perbuatan dalam tawajuh adalah sebagai berikut:
dosa. Agar nyata segala ucapan, sikap, gerak, a. Membaca surat Al-Fatihah sebanyak 7 kali
dan perbuatan hamba-hamba itu baik benar dan b. Salawat sebanyak 100 kali
sempurna menurut ajaran dan hukum Tuhan. Baik, c. Surat An-Nashru sebanyak 79 kali
benar, dan sempurna menurut ajaran dan hukum d. Surat Al-Ikhlas sebanyak 1001 kali
negara sebagai jaminan terwujudnya kedamaian e. Al-Fatihah sebanyak 7 kali
dan kemakmuran bagi manusia, hewan, tumbuhan, f. Shalawat sebanyak 100 kali
dan lingkungan. Dengan demikian corak pengajian
Pahala bacaan dalam tawajuh disedekahkan
tasawuf tarekat Naqsyabandiyah adalah akhlaki,
atau dihadiahkan untuk seluruh silsilah tarekat
sebab inti ajarannya adalah pensucian diri dari
Naqsyabandiyh mulai dar Rasulullah hingga
segala dosa dan sifat buruk.
Syekh yang sekarang (Muhammad Rasyidsyah
Dengan jumlah dzikir yang banyak di atas, maka Fandy). Fungsi lain dari tawajuh adalah untuk
tidak memungkinkan para salik untuk melakukan menyuburkan ibadah atau dzikir-dzikir atau ibadah
salat sunat tarawih dan witir. Sebab ketika dzikir yang akan dilaksanakan setelah khatam itu.
tersebut tidak diselesaikan, maka akibatnya akan
lebih buruk, misalnya bisa menjadi lebih jahat
Jadwal Kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah
bahkan gila. Di samping itu menurut mereka bahwa
Desa Sukadatang
seorang musafir boleh saja tidak salat tarawih dan
witir, bahkan tidak wajib salat Jumat.42 Kegiatan tarekat Naqsyabandiyah desa
Sukadatang biasa disebut dengan istilah kholwat
fi jawat, maksudnya adalah khalwat yang
4) Tawajuh
dilakukan dalam waktu singkat, yaitu sepuluh
Tawajuh menurut Syekh tariqat Naqsyabandiyah hari saja. Suluk dilakukan dalam dua gelombang,
desa Sukadatang adalah menyatukan atau meng- yaitu gelombang pertama mulai dari tanggal
konsentrasikan seluruh indra zhahir dan batin 3 Ramadhan sampai dengan 13 Ramadhan,
untuk munajat, berdzikir ke hadirat Allah Swt.43 sedangkan gelombang kedua dilakukan sejak
Pelaksanaan tawajuh oleh jamaah tarekat ini tanggal 15 hingga 25 Ramadhan. Adapun jadwal
dilakukan serangkaian dengan dzikir setelah kegiatan selama suluk adalah sebagai berikut: 44
shalat fardhu.
No Jam Kegiatan
Tawajuh ini dilakukan dengan cara mem-
1 0600 – 1200 Wib Jamaah (salik) Istirahat
belakangi kiblat dengan muka tertutup kain putih.
2 1200 – 1530 Wib Salat Zuhur, kemudian masuk
Dalam keadaan demikian khusus bagi jamaah kelambu
di luar tarekat dilarang untuk melihat proses 3 1530 – 1600 Wib Salat Ashar berjamaah
tawajuh ini. Hal ini dialami langsung oleh penulis.
4 1600 – 1800 Wib Istirahat
Ketika itu penulis diperintahkan memejamkan
5 1800 – 1900 Wib Salat Maghrib berjamaah
mata sebab bisa berbahaya.
6 1900 – 2300 Wib Masuk kelambu dan berdzikir
Pada waktu suluk, khatam tawajuh dilaksana-
7 2300 – 2330 Wib Salat Isya berjamaah
kan terus secara bersama pada waktu yang telah
8 2330 – 2400 Wib Pindah kaji untuk kegiatan
ditetapkan dan dipimpin oleh Syekh mursyid malam besok
atau pimpinan zhahiriyah dalam suluk. Si salik 9 2400 – 0430 Wib Masuk kelambu
melaksanakan dzikir yang menjadi kewajibannya 10 0430 – 0560 Wib Salat Shubuh berjamaah
42
Wawancara penulis dengan Syekh Muda Ismul Khalidin
pada Juli 2014.
43 44
Wawancara dengan Syekh Muda Ismul Khalidin pada Juli Dokumen dan arsip tarekat Naqsyabandiyah desa
2014. Sukadatang
102
Kadar Najmiddin: Pemikiran Keagamaan Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Sukadatang
103
Manthiq Vol. 1, No. 1, Mei 2016
Dalam Metodologi Penelitian Sejarah, Jakarta: Rahim, Muhammad ‘Abdul ‘Imaduddin, Islam
Gramedia, 2003 Sistem Nilai Terpadu, Jakarta: CV Kuning
Koentjaraningrat, Metode Penelitian, Jakarta: Mas, 1999
Bina Aksara, 1985 Sayyid Husen Nasr, (ed), Ensiklopedi Tematis
Ma’luf, Louis al-, Al-Munajid al-Lughah wa Spritual Islam, Tim penertemah Mizan,
I’lam,Beirut: Dar al-Masna,1986 Bandungh, Mizan, 2003, Cet. ke-1
Marzani, Anwar, Sufisme Perkotaan, Jakarta: Sholihin, Anwar Rosihan, Ilmu Tasawuf, Bandung:
Departemen Agama RI, Balai penelitian dan Pustaka Setia, 2008. Cet.ke-1
Pengembangan Agama, 2007 Sila, Adlin Muh. Dkk., Sufi Perkotaan, Jakarta:
Masyhuri, A.Aziz, Ensklopedi 22 Aliran Tarekat Departemen agama RI, 2007
dalam Tasawuf, Surabaya: Imtiyaz, 2011 Singarimbun, Masri dkk, Metode Penelitian Surve,
Masyhuri,A.Aziz, Masalah Keagamaan Hasil Jakarta: LP3ES, 1987
Muktamar dan Munas NU ke-1, Surabaya: Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian:
Tres,1997 Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta:
Masyuri, A. Aziz,Ensiklopedi 22 AliranTarekat PT Reneka Cipta, 1997
dalam Tasawuf, Surabaya: Imtizal, 2001, Sudjana, Nana dkk, Proposal Penelitian
Cet.ke-1 diperguruan Tinggi, Bandung: Sinar Baru
Mubarakfari, Syaikh al-, Syafiruahman, M Rahiqul Al Qasindo, 2002
Maktum, Bahtsam Fir-Sirrah an Nabawiyah Sunyoto,Agus, Atlas Wali Songo:Buku Pertama
Ala Sahibihah Afdhali al-Shalati Wassalam, yang Mengungkap Wali Songosebagai Fakta
ter. Kathut Suhardi, Jakarta: Pustaka Al- Sejarah, Depok, Pustaka Ilman,2012
Kautsar, 2009 Syahidin dkk, Moral dan Kognisi Islam, Bandung:
Mubarok, Solusi Krisis Manusia Modern, Jakarta: CV Alvadeta, 2009, Cet. ke-3
Paramadina, 2000 Syukur Amin dkk., Intlektualisme Tasawuf: Studi
Mulyati Sri , Tarekat-tarekat Muktabarah di Intelektual Tasawuf Al-Ghozali, Yogyakarta:
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004 Pustaka Nun, 2000
Mustofa,Ahmad, Akhlak Tasawuf, Bandung: Syukur, Amien HM , Pengantar Studi Islam ,
Pustaka Setia, 1999 Yokyakarta: Pustaka Nun, 2000
Nasr, Husen, Esiklopedia tematis sepritual Islam, Tobrani, Suprayogo Imam, Metodologi Penelitian
Manifestasi, terjemahan Tim penerjemah Sosial, Bandung: Rosda Karya, 2001
Mizan, Bandung: Mizan, 2003, Cet ke-1 WM, Abdulah, “Kebhinekaan Beragama dalam
Nasution, Harun, Filsafat Dan Mitisisme Dalam Perspektif Tasawuf”, Makalah dalam
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1978 Perkembangan Sufisme Perkotaan, Jakarta,
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai 27 Januari 2000
Aspek , Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Yusuf, Anwar Ali, Studi Agama Islam Untuk
Press), 2009, jilid II. Perguruan Tinggi, Bandung: Pustaka Setia
Nasution, Harun, Perkembangan Ilmu Tasawuf di 2003
Dunia Islam, dalam Orientasi Pengembangan Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf,
Ilmu Tasawuf, Jakarta: Depag RI, 2003 Surabaya: Bina Ilmu, 1979
Nata, Abibudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996